• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Emosi Sebagai Variabel Mediator Pengaruh Kerangka Berita Terhadap Tingkat Responsibility Pencegahan HIV-AIDS Pada Pelanggan Prostitusi Lokasi Gunung Lawu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Emosi Sebagai Variabel Mediator Pengaruh Kerangka Berita Terhadap Tingkat Responsibility Pencegahan HIV-AIDS Pada Pelanggan Prostitusi Lokasi Gunung Lawu."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I. PENDAHULUAN

Ditjen PP & PL Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa dari kurun waktu Januari hingga September 2014, terdapat 22.869 kasus HIV dan 1.876 kasus AIDS dengan status baru di Indonesia. Faktor risiko terbesar HIV-AIDS di Indonesia pada tahun yang sama adalah melalui hubungan heteroseksual dengan proporsi kasus terbesar dialami oleh laki-laki. Transmisi melalui hubungan seksual yang dimaksud adalah perilaku berganti-ganti pasangan termasuk sebagai pelanggan prostitusi. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 di Lokasi Prostitusi Gunung Lawu, Kuta Selatan, Badung menunjukkan pentingnya peranan pelanggan dalam pencegahan IMS dan HIV-AIDS. Pada dasarnya pekerja seksual sudah memahami fungsi kondom dan pentingnya kesehatan seksual dan reproduksi. Tantangannya adalah penggunaan kondom tidak hanya berada dalam kontrol mereka, namun juga kekuatan eksternal lainnya seperti petugas kesehatan, germo, dan juga pelanggan. Pelanggan lokasi tersebut rata – rata adalah laki-laki dari golongan ekonomi bawah dan mengkonsumsi alkohol. Karakteristik ini seringkali dikaitan dengan prevalensi HIV-AIDS. Semple, dkk (2010) mengungkapkan profil pelanggan prostitusi yang hampir sama dengan profil pelanggan Lokasi Prostitusi Gunung Lawu. Profil ini berkorelasi dengan perilaku seksual berisiko yang erat kaitannya dengan transmisi HIV-AIDS.

Merujuk pada hasil penelitian di tahun 2014 tersebut, penelitian kali ini akan menelaah tingkat responsibility pelanggan dalam pencegahan HIV-AIDS di Lokasi Prostitusi Gunung Lawu.

(2)

mampu mengalami suatu emosi tertentu sebagai hasil dari penilaian kognitifnya terhadap suatu peristiwa atau situasi (Ellsworth dalam Major, 2011). Dalam ilmu komunikasi, kerangka berita sangat erat kaitannya dengan framing. Framing sendiri adalah suatu proses mendefinisikan konteks atau isu yang ada di sekitar permasalahan dan peristiwa. Proses ini kemudian membantu bagaimana konteks atau isu dilihat dan dievaluasi (Hallahan, 1999).

Kerangka berita dapat mempengaruhi informasi mana yang menjadi pusat perhatian dan pertimbangan individu. Teori penilaian kognitif memprediksikan bahwa kerangka berita dapat memunculkan berbagai respon emosional. Respon emosional ini kemudian dapat mempengaruhi penilaian sosial individu terhadap permasalahan atau peristiwa (Gross dalam Major, 2011). Lebih lanjut emosi yang berbeda dapat memunculkan penilaian sosial yang berbeda seperti responsibility terhadap isu tertentu. Major (2001) menemukan bahwa emosi bersalah dapat

meningkatkan responsibility individu terhadap pencegahan perilaku berisiko. Kerangka berita yang menyajikan kerugian yang dialami akibat sakit tertentu berhubungan dengan pemunculan rasa bersalah. Perilaku berisiko dalam penelitian ini adalah perilaku yang mengakibatkan HIV-AIDS. Rothman (dalam O’Connor, Ferguson, dan O’Connor, 2005) mengatakan pada

(3)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Sebelumnya dan Hasil Yang Telah Dicapai

Pendampingan psikologis di Lokasi Prostitusi Gunung Lawu sudah dilakukan sejak tahun 2013. Pendampingan ini dilakukan oleh tim peneliti sebagai bagian dari pendampingan psikologis yang dilakukan di Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba). Lokasi Prostitusi Gunung Lawu berdiri sejak tahun 1987. Lokasi ini berada di Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Mucikari (wisma, istilah yang digunakan di lokasi tersebut untuk menunjuk kelompok prostitusi) yang pertama kali adalah Ibu Suriah. Lokasi ini adalah pecahan dari Lokasi prostitusi yang ada di Denpasar, yakni Lumintang. Ketika Lumintang ditutup di awal tahun 1987, pekerja seksual yang ada di sana lalu pindah ke daerah Gunung Lawu. Pada tahun 2014, terdapat 217 pekerja seksual yang tersebar di 15 wisma dan pada tahun 2015, jumlah wisma bertambah menjadi 30 wisma.

Pada tahun 2014, sebuah penelitian diinisiasi untuk melihat bagaimana pekerja seksual di Lokasi Prostitusi Gunung Lawu menilai kesehatan seksual dan reproduktif mereka serta bagaimana penilaian mereka terhadap fasilitas kesehatan di sekitar lokasi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan community-based participatory research dengan photovoice sebagai alat pengumpul datanya. Data dianalisis dengan participatory analysis dan sistem koding. Hasil menunjukkan bahwa kesehatan seksual dan reproduktif menjadi hal yang penting bagi pekerja seksual karena kesehatan tersebut adalah bagian dari pekerjaan mereka. Di sisi lain, mereka sadar bahwa kondisi sehat mereka dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti dukungan mucikari, dukungan fasilitas, dan kesediaan pelanggan menggunakan kondom. Kondisi ini diperkuat juga dengan data kasus HIV-AIDS baru yang mencapai 13 kasus di akhir tahun 2014. Berdasarkan temuan ini, penelitian selanjutnya akan memfokuskan pada peran serta pelanggan dalam pencegahan HIV-AIDS di Lokasi Prostitusi Gunung Lawu.

(4)

Wiggers, dkk (2003) menemukan bahwa faktor yang paling dominan dalam pembentukan perilaku menggunakan kondom adalah perceived behavior control dan subjective norm yang bermuara pada persepsi dan proses kognitif. Keterbatasan dari empat pendekatan ini adalah tidak diperhitungkannya faktor emosi dalam proses kognitif dan konatif. Seperti yang disampaikan pada bagian latar belakang, penelitian terbaru yang dilakukan oleh De Wit dan Adam (2012) mengatakan bahwa faktor emosi, personal, sosial, dan motif implisit lebih penting dari hanya sekedar proses reasoning dalam pembentukan perilaku. Untuk itu, penelitian ini akan menitikberatkan pada respon emosional yang dihasilkan dari penyajian kerangka berita sebagai upaya untuk menumbuhkan responsibility pencegahan HIV-AIDS pada pelanggan Lokasi Prostitusi Gunung Lawu. Kerangka teori yang digunakan mencakup teori mengenai personal health responsibility serta framing dan emosi dalam psikologi.

II.2. Penelitian Yang Diusulkan

A. Personal Health Responsibility

Peran individu dalam menjaga dan mempertahankan kondisi sehatnya menjadi kajian banyak ahli dalam beberapa kurun waktu. Estelle dan Horton (2014) mendefinisikan personal health responsibility sebagai perilaku atau performance individual yang berkaitan dengan

aktivitas menjaga kebersihan dan kesehatan diri. Personal health responsibility mencakup sikap individu atau state of mind terkait dengan tugas-tugas kebersihan dan kesehatan diri yang harus dilakukan (task), menjalankan tugas tersebut (obligation), menyelesaikan tugas tersebut (follow through), dan dukungan yang didapatkan oleh individu guna melanjutkan tugas-tugas tersebut

(support resources).

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal health responsibility terbagi atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal di antaranya denial, rasa takut, motivasi dan gairah, kondisi sakit seseorang, bagaimana kerugian atas perilaku berisiko dipersepsikan, persepsi akan keuntungan yang didapat dari suatu perilaku sehat, dan penghargaan individu terhadap personal health responsibility. Faktor eksternal yang berpengaruh antara lain akses terhadap layanan dan

(5)

Yoder (2002) menyatakan bahwa sebagian besar diskusi terkait dengan personal health responsibility berfokus pada gaya hidup dan social liability. Pertanyaannya adalah seputar

aktivitas atau perilaku tertentu yang dapat dijalankan oleh individu yang menunjukkan tingkat tanggung jawabnya terhadap pencegahan kondisi sakit. Pertanyaan ini menjadi hal yang penting guna membangun suatu model pencegahan kondisi sakit yang berdampak pada perubahan kualitas hidup.

B. Framing, Emosi, dan Responsibility

Framing adalah sebuah paradigma yang sering digunakan untuk memahami dan

menginvestigasi hubungan proses komunikasi dengan perilaku dalam berbagai disiplin ilmu. Di antaranya psikologi, komunikasi, politik, dan ekonomi. Framing lahir dari pandangan contructivism dan symbolic interactions yang menyakini bahwa reaksi atau respon individu

sangat dipengaruhi oleh pola dan kualitas interaksinya dengan lingkungan. Pandangan ini menolak pengaruh murni dari insting dan dorongan internal. Insting dan dorongan internal selalu berinteraksi dengan lingkungan dalam melahirkan perilaku. Hallahan (1999) menyatakan bahwa individu berperilaku berdasarkan persepsinya. Framing adalah aktivitas penting dalam pembentukan persepsi dan perilaku. Dalam komunikasi, framing salah satunya tampil dalam kerangka berita. Kerangka berita yang berbeda seringkali menimbulkan reaksi yang berbeda pada individu (Rothman dan Salovey dalam O’Connor dkk, 2005). Kajian terkait denganframing

sebagian besar mengaitkan dengan respon kognitif. Major (2011) membuktikan bahwa kerangka berita tertentu dapat memunculkan emosi tertentu. Emosi yang diteliti antara lain sedih, marah, takut, bersalah, dan gembira sesuai dengan enam emosi dasar dari Plutchick. Iyengar (dalam Major, 2011) membagi kerangka berita menjadi tematik-episodik dan untung-rugi. Tematik-episodik mengacu kepada konteks berita, apakah mencakup isu yang luas (kondisi sosial dan melibatkan masyarakat) atau terbatas (kasus personal). Kerangka berita untung-rugi menitikberatkan pada luaran atau outcome apakah keuntungan atau kerugian yang dialami. Kerangka berita yang menampilkan kerugian dikatakan lebih powerfull dibandingkan dengan kerangka berita yang menampilkan keuntungan.

O’Connor, dkk (2005) menemukan bahwa efek dari kerangka berita untung-rugi dalam

(6)

pengaruh pada pembentukan personal health responsibility. Jika berkaitan dengan perilaku sehat (low risk), maka kerangka berita yang menampilkan keuntungan akan lebih memberikan pengaruh pada pembentukan personal health responsibility. Pada penelitian ini, kerangka berita yang menyajikan kerugian akan berkaitan dengan dampak HIV-AIDS, sedangkan kerangka berita yang menyajikan keuntungan akan dikaitkan dengan perilaku penggunaan kondom. Kedua bentuk kerangka berita ini akan dilihat pengaruhnya terhadap tingkat responsibility pencegahan HIV-AIDS pelanggan Lokasi Prostitusi Gunung Lawu. Di sisi lain Major (2011) menemukan bahwa hanya emosi bersalah yang berpengaruh pada tingkat responsibility individu. Emosi bersalah dihasilkan dari kerangka berita yang menyajikan kerugian. Emosi gembira ditemukan tidak berpengaruh pada pembentukan responsibility, emosi ini dihasilkan dari kerangka berita yang menyajikan keuntungan. Penelitian ini akan menelaah kedua jenis kerangka berita tersebut untuk membuktikan dua penemuan yang berbeda antara penelitian yang dilakukan oleh O’Connor dengan penelitian yang dilakukan oleh Major.

C. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan dari penelitian ini adalah:

1. Apakah kerangka berita yang menyajikan kerugian HIV-AIDS mampu memunculkan emosi bersalah pada pelanggan Lokasi Prostitusi Gunung Lawu Kuta Selatan?

2. Apakah kerangka berita yang menyajikan keuntungan dari pemakaian kondom mampu memunculkan emosi bahagia pada pelanggan Lokasi Prostitusi Gunung Lawu Kuta Selatan?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam tingkat responsibility antara pelanggan yang membaca berita kerugian HIV-AIDS dengan yang membaca berita keuntungan penggunaan kondom?

II.3. Kontribusi Hasil Penelitian

(7)

di kalangan ibu rumah tangga dan anak-anak. Kelompok ibu rumah tangga yang tidak memiliki perilaku berisiko diduga mendapatkan virus tersebut dari suami yang memiliki perilaku berisiko. Perilaku berisiko itu antara lain adalah konsumsi narkoba dengan penggunaan jarum suntik, aktivitas seksual berisiko baik heteroseksual, homoseksual, maupun biseksual. Dalam penelitian ini, fokusnya adalah pada perilaku heteroseksual, dimana laki-laki menjadi pelanggan prostitusi. Pencegahan HIV-AIDS dalam lingkup prostitusi hakekatnya menjadi tanggung jawab semua pihak, tidak hanya pekerja seksual saja, namun juga menjadi tanggung jawab pelanggan.

(8)

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT

III.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan paparan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

A. Melihat peran emosi bersalah sebagai variabel mediator pengaruh kerangka berita yang menyajikan kerugian HIV-AIDS terhadap responsibility pelanggan Lokasi Prostitusi Gunung Lawu Kuta Selatan.

B. Melihat peran emosi bahagia sebagai variabel mediator pengaruh kerangka berita yang menyajikan keuntungan penggunaan kondom terhadap responsibility pelanggan Lokasi Prostitusi Gunung Lawu Kuta Selatan.

C. Mengidentifikasi apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam tingkat responsibility antara pelanggan yang membaca berita kerugian HIV-AIDS dengan yang membaca berita keuntungan penggunaan kondom.

III.2. Manfaat Penelitian

Kajian terkait HIV-AIDS sudah berlangsung sejak berpuluh-puluh tahun sejak kasusnya pertama kali ditemukan, yakni pada tahun 1959. Empat dekade lamanya, HIV-AIDS telah menjadi penyebab kematian sejumlah laki-laki, perempuan, anak-anak dari segala usia, latar belakang budaya, dan orientasi seksual (Rosentahl, 2013). Jika dibandingkan dengan jumlah kasus di tahun 2013 dimana terdapat 29.037 kasus HIV dan 6.266 kasus AIDS, jumlah kasus di tahun 2014 sudah mengalami penurunan. Secara umum, penurunan kasus HIV-AIDS di Indonesia menunjukkan keberhasilan dari usaha preventif dan kuratif semua pihak yang bergelut di bidang ini, baik dari pemerintah, lembaga yang ada di masyarakat, dan pihak swasta. Bisa dikatakan bahwa HIV-AIDS adalah global pandemic, dan sejarahnya yang panjang menunjukkan berbagai kemajuan yang terdokumentasi di hampir seluruh belahan dunia. Akses terhadap treatmen meningkat dan terbukti memberikan manfaat bagi kesehatan dan tingkat harapan hidup bagi orang dengan HIV-AIDS (ODHA).

(9)

public figure dan screening darah sebelum transfusi. Sebagian besar konten dari penyuluhan

berupa anjuran untuk setia pada satu pasangan, menunda pengalaman seksual pertama kali, penggunaan kondom saat berhubungan seksual, abstinence, dan pernikahan monogami (Bancroft, 2009). Di Indonesia, usaha preventif yang dilakukan beragam mulai penyuluhan kepada remaja mengenai bahaya hubungan seksual berisiko hingga penutupan beberapa lokalisasi prostitusi di sejumlah wilayah.

Penutupan lokalisasi tak jarang menuai pro dan kontra di masyarakat. Beberapa kelompok masyarakat menilai bahwa penutupan lokalisasi adalah bentuk penyelesaian masalah moralitas dan juga transmisi infeksi menular seksual. Di sisi lain, tidak sedikit kalangan yang menilai bahwa penutupan lokalisasi tidak menyelesaikan masalah, justru hanya memindahkan masalah ke tempat lain. Sejarah prostitusi mengungkapkan bagaimana komoditas ini tidak pernah lekang oleh jaman, salah satunya adalah karena permintaan pelanggan yang tidak pernah surut. Data kasus HIV-AIDS terbanyak disebabkan oleh hubungan heteroseksual dan pada kelompok gender laki-laki. Pelanggan prostitusi salah satunya adalah kelompok risiko HIV-AIDS. Pelanggan tidak hanya membahayakan kesehatannya sendiri, namun juga penentu bagi kondisi sehat pekerja seksual, bahkan penentu kondisi sehat bagi pasangannya di rumah dan anak-anak yang lahir dari hubungan seksual mereka.

(10)

BAB IV. METODE PENELITIAN

III.1. Road Map Penelitian

Sejak kemunculannya pertama kali di Bali pada tahun 1986, HIV-AIDS menjadi kajian di berbagai riset dalam ilmu kesehatan dan sosial. Kajian yang dilakukan mencakup riset medis, riset layanan, proses pengobatan, dan kajian kelompok berisiko yang berupa penelitian komunitas. Kajian ini dilakukan oleh praktisi dan akademisi lintas bidang, mulai dari kedokteran, keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu sosial, dan juga psikologi. Di Bali sendiri kajian HIV-AIDS dari sudut pandang ilmu psikologi masih terbatas, padahal banyak aspek psikologis yang bisa dikaji terkait dengan isu ini, apakah yang menyangkut layanan, proses pengobatan, maupun kelompok risiko. Penelitian dari sudut pandang psikologi ini memfokuskan pada kajian kelompok berisiko. Gambar 1. Road Map Penelitian memperlihatkan perjalanan penelitian sejak tahun 2014 terkait dengan kelompok risiko dengan transmisi hubungan seksual.

Gambar 1. Road Map Penelitian Pada Kelompok Berisiko Dengan Transmisi Hubungan Seksual

Penelitian di tahun 2014 diawali dengan penelitian yang dilakukan pada pekerja seksual, lalu di tahun 2015 dilanjutkan pada pelanggan prostitusi. Penelitian ketiga akan memfokuskan pada kelompok risiko lelaki seks lelaki baik dengan status homoseksual maupun biseksual. Pada tahapan keempat, penelitian akan memfokuskan pada kelompok ibu rumah tangga dan

anak-Penelitian Pada Pekerja Seksual

Penelitian Pada Pelanggan

Prostitusi

Penelitian Pada Lelaki Seks Lelaki

(11)

anak, walaupun tidak aktif secara seksual, namun transmisi dapat melalui suami yang berisiko. Tabel 1. Output Penelitian Berdasarkan Tahun memperlihatkan secara detail perihal pendekatan yang digunakan dan juga output yang ditargetkan.

Tabel 1.

Output Penelitian Berdasarkan Tahun

Tahun 2014 2015 2016 2017

Kelompok Risiko

Pekerja Seksual Pelanggan Prostitusi Lelaki Seks Lelaki (LSL)

Ibu Rumah Tangga dan Anak

Bentuk

Penelitian: Bagaimana Pekerja Seksual Menilai Kesehatan Reproduksi dan Dukungan Fasilitas

Kesehatan Di

Lingkungannya. Community-Based Participatory Research dengan Photovoice Pada Pekerja Seksual di Lokasi Prostitusi Gunung Lawu.

Survei: Variabel yang Berkaitan dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Pelanggan Lokasi Prostitusi Gunung Lawu. Penelitian: Peran Emosi Sebagai Variabel Mediator Pengaruh Model Kerangka Berita Terhadap

Peningkatan Responsibility Pencegahan

HIV-AIDS Pada

Pelanggan Lokasi Prostitusi Gunung Lawu Kuta Selatan.

Penelitian: Lelaki Seks Lelaki:

Sebuah Kajian Mengenai Komitmen dan Seksual.

Penelitian: HIV-AIDS: Kajian Community-Based Participatory Research Terkait Faktor Risiko Dalam Rumah Tangga.

Output

1. Gambaran penilaian pekerja seksual terhadap pentingnya kesehatan reproduksi dan kualitas layanan di lokasi tersebut. 2. Photo exhibition dan

leaflet/brosur yang disebarkan kepada kelompok berisiko dan instansi yang terkait kebijakan layanan kesehatan. 3. Akhir tahun 2014,

atas inisiatif mucikari dan wisma yang ada di sana, sebuah klinik kesehatan sedang disiapkan di dalam lokasi tersebut.

Output Survei Profil pelanggan Lokasi Prostitusi Gunung Lawu yang mencakup self efficacy penggunaan kondom, sikap terhadap kondom, dan ekspresi seksual.

Output Penelitian Bentuk kerangka

berita dan

penyuluhan yang efektif dalam meningkatkan responsibility pencegahan

HIV-AIDS pada

pelanggan.

Profil psikoseksual LSL.

(12)

Pada tahun 2015, penelitian dilakukan pada kelompok pelanggan. Kelompok pelanggan dipilih berdasarkan hasil dari penelitian di tahun 2014. Berikut metodologi yang digunakan dalam penelitian ini:

III.2. Metodologi

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan selama 1 tahun dengan melibatkan 200 pelanggan Lokasi Prostitusi Gunung Lawu. Jumlah ini dipilih karena belum diketahui pasti jumlah pelanggan di lokasi tersebut.

B. Subjek Penelitian

Subjek adalah pelanggan, berjenis kelamin laki-laki, minimal menjadi pelanggan selama 2 kali kedatangan, bisa membaca dan menulis, mengerti Bahasa Indonesia, dan bersedia ikut serta di dalam penelitian. Kesediaan untuk ikut serta dalam penelitian menjadi poin utama sebab subjek akan menjalani dua tahap penelitian, yakni survei awal dan tahapan kuasi eksperimen. Tahapan survei sekaligus menjadi tahapan rekrutmen kuasi eksperimen Pada proses ini, tim peneliti akan dibantu oleh petugas lapangan dan relawan dari Yakeba yang sudah paham kondisi lapangan dan jalinan rapor yang baik dengan seluruh elemen di Lokasi Prostitusi Gunung Lawu.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen menyerupai penelitian true eksperimen, namun berbeda dalam beberapa poin penting. Pada beberapa kondisi, kuasi eksperimen tidak menyertakan manipulasi pada variabel tertentu untuk melihat efeknya pada variabel lainnya. Contohnya adalah ketika seorang peneliti ingin melihat perbedaaan reaksi emosional saat melihat gambar bencana antar kelompok korban tsunami dengan kelompok yang tidak pernah mengalami tsunami. Pengalaman tsunami adalah variabel yang ingin dilihat efeknya pada variabel tergantung, yakni reaksi emosional, namun tidak seperti halnya pada true eksperimen, variabel ini tidak dimanipulasi dan lebih bersifat terberi (Myers dan Hansen, 2012)

(13)

eksperimen, random assignment tidak dimungkinkan sehingga peneliti tidak dapat memastikan apakah perubahan pada variabel tergantung disebabkan oleh perlakuan atau manipulasi (Myers dan Hansen, 2012). Hal ini menyerupai kondisi pelanggan di Gunung Lawu dimana peneliti tidak dapat memastikan random assignment oleh karena situasi pengambilan data, cara pengambilan data yang bersifat natural, dan juga karakteristik pelanggan yang beragam. Kekurangan ini dapat diminimalkan dengan cara pengukuran baseline sebelum pemberian perlakuan (Myers dan Hansen, 2012). Dalam penelitian ini, pengukuran baseline dilakukan melalui survei terkait self efficacy penggunaan kondom, sikap terhadap kondom, dan perilaku seksual berisiko.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain nonequivalent groups. Penelitian akan diawali dengan survei karakteristik pelanggan dengan menggunakan skala self efficacy penggunaan kondom, sikap terhadap kondom, dan juga perilaku seksual berisiko. Survei ini juga dilakukan untuk menjaring pelanggan yang bersedia untuk terlibat di dalam penelitian. Tahapan kedua adalah tahapan eksperimen dimana dua perlakuan yang berbeda diberikan kepada kelompok subjek yang berbeda. Dua perlakuan ini akan dilihat efeknya terhadap tingkat responsibility pencegahan HIV-AIDS.

Gambar 2. Desain Penelitian SURVEI

- Self efficacy penggunaan

kondom - Sikap terhadap

kondom - Perilaku seksual

(14)

E. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni alat pengumpulan data survei dan alat pengumpulan data pada saat tahapan eksperimen.

1. Survei

a. Skala self efficacy penggunaan kondom yang diadaptasi dari skala kognitif sosial dari Semple, dkk (2010). Skala ini terdiri dari 5 aitem yang menggali persepsi individu terhadap kemampuannya dalam menggunakan kondom dan 3 aitem yang mengukur negosiasi penggunaan kondom dengan pasangan.

b. Skala sikap terhadap kondom yang diadaptasi dari Semple, dkk (2010) terdiri dari 7 aitem.

c. Skala perilaku seksual berisiko yang dibangun sendiri oleh peneliti dengan menggunakan teori aktivitas seksual vaginal, anal, dan oral.

2. Eksperimen

a. Sebuah artikel dengan kerangka berita yang menyajikan kerugian HIV-AIDS dan artikel lainnya dengan kerangka berita yang menyajikan keuntungan penggunaan kondom. Artikel ini dibentuk melalui proses wawancara dengan ODHA, peneliti lainnya di bidang HIV-AIDS, elisitasi pandangan masyarakat umum, dan juga studi literatur.

b. Skala emosi dasar yang dimodifikasi dari skala emosi dasar yang dikembangkan oleh Plutchik (dalam Major, 2011). Dalam penelitian ini yang digunakan hanya emosi bersalah dan bahagia.

(15)

F. Metode Analisis Data

(16)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

[image:16.595.67.475.266.323.2]

Melalui perhitungan Mann-Whitney Test didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal tingkat responsibility pencegahan HIV-AIDS antara kelompok yang diberikan berita yang memunculkan emosi gembira dengan emosi bersalah.

Tabel 2.

Data Deskriptif Kelompok Subyek Penelitian

Kelompok Subyek N Mean Standard Deviasi Standard Error Mean

Emosi Gembira 11 10.8182 2.63887 0.7956

Emosi Bersalah 11 9.4545 1.36847 0.4126

[image:16.595.64.301.504.590.2]

Jika dicermati melalui Tabel 2. Deskriptif Kelompok Subyek Penelitian, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata tingkat responsibility pencegahan HIV-AIDS pada kelompok subyek emosi gembira lebih tinggi daripada tingkat responsibility pencegahan HIV-AIDS pada kelompok subyek dengan emosi bersalah. Untuk melihat apakah perbedaan nilai rata-rata ini signifikan, maka perlu dilakukan uji Mann-Whitney Test.

Tabel 3.

Mann Whitney–Test

Emosi

Mann-Whitney U 33.000

Wilcoxon W 99.000

Z -1.823

Asymp.Sig.(2-tailed) .068 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .076a

(17)

BAB VI. KESIMPULAN

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Brancroft, J. (2009). Human Sexuality and Its Problems. 3rd ed. UK: Churchill Livingstone Elsevier.

deWit, J., Adam, P. (2012). HIV/AIDS: The Role of Behavior and The Social Environment in A Global Pandemic, in Ramachandran, Encyclopedia of Human Behavior. 2nd ed. Sandiego: Academic Press.

Ditjen PP dan PL Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Dilaporkan s/d September 2014. Jakarta.

Estelle, S., Horton, B. (2014). What is Personal Health Responsibility. The ABNF Journal. 23. 5 –9.

Lestari, M.D., Sulistiowati, N. M. D. (2014). Bagaimana Pekerja Seksual Menilai Kesehatan Reproduksi dan Dukungan Fasilitas Kesehatan di Lingkungannya: Community-based Participatory Research dengan Photovoice Pada Pekerja Seksual di Bali. Tidak Dipublikasikan.

Hallahan, K. (1999). Seven Models of Framing: Implication for Public Relation. Journal of Public Relations. 11(3). 205–242.

Major, L.H. (2011). The Mediating Role of Emotions in The Relationship Between Frames and Attribution of Responsibility for Health Problems. Journalism and Mass Communication Quarterly. 88(3), 502–522.

Myers, A., Hansen, C. (2012). Experimental Psychology. 7th ed. Canada: Wadsworth Cengage Learning.

O’Connor, D.B., Ferguson, E., O’Connor, R.C. (2005). Intentiton to Use Hormonal Male Contraception: The Role of Message Framing, Attitudes, and Stress Appraisals. British Journal of Psychology. 96. 351.

Rosenthal, M.S. (2013). From Cells to Society: Human Sexuality. Canada: Wadsworth Cengage Learning.

Semple, S.J., Strathdee, S.A., Cruz, M.G., Roberton, A., Goldenberg, S., & Patterson, T.L. (2010). Psychosexual and Social- Cognitive Correlates of Sexual Risk Behavior Among Male Clients of Female Sex Workers in Tijuana, Mexico. Journal of AIDS Care. 22(12), 1473–1480.

(19)

Gambar

Gambar 1. Road Map Penelitian Pada Kelompok Berisiko Dengan Transmisi Hubungan Seksual
Tabel 1.Output Penelitian Berdasarkan TahunTahun2014
Gambar 2. Desain Penelitian
Tabel 2.Data Deskriptif Kelompok Subyek Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Rasio utang terhadap aset merupakan rasi yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara tota utang dengan total aset. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk

Sedangkan buku siswa dianalisis dengan melihat kesesuaian dengan SKL, kesesuaian dengan KI, kesesuaian dengan KD, kecukupan materi ditinjau dari cakupan materi dan

Kewenangan yang dimiliki oleh Komnas HAM sebagai lembaga negara yang berhak dan diamanti oleh presiden untuk menangani kasus-kasus pelanggaran HAM di rasa kurang

1) Panel atau section conveyor, adalah conveyor yang umumnya menerima material pada posisi paling dekat dengan permukaan kerja (face-haulage equipment) dan

Pantai Sembilangan masih kurang memadai untuk daerah tujuan wisata, yaitu kurangnya prasarana seperti lampu jalan yang masih minim bahkan dibeberapa jalan tidak ada penerangan

1 Anwar Bey Laki-laki Mandailing S1 Petani,

- Menimbang, bahwa selanjutnya dalam mempertimbangkan suatu perbuatan pidana, sebelum menjatuhkan pidana terhadap diri Para Terdakwa, maka dalam hukum pidana terdapat dua hal

Sebagai bahan baku industri pangan, kosmetik, dan bioetanol, tantangan dalam pengembangan iles-iles di Indonesia ialah bagaimana mendapatkan dan merakit varietas unggul