1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Industri percetakan di Indonesia sudah ada sejak awal abad 20. Industri ini memiliki skala yang variatif dilihat dari sisi ukuran usaha, produk, dan prosesnya.
Skala investasi yang dapat dicapai dari industri percetakan menyentuh angka hingga milyaran rupiah dalam penggarapan proyek-proyek nya selama satu tahun.
Sekarang ini pertumbuhan industri percetakan berkembang pesat di Indonesia, baik dalam skala besar, menengah, maupun skala kecil. Hal ini pula yang mendorong terjadinya peningkatkan persaingan antar perusahaan yang bergelut di industri percetakan ini. Persaingan itu muncul karena tentunya perusahaan tersebut harus lebih cermat lagi dalam menentukan strategi bisnis perusahaannya agar tetap baik bahkan menjadi lebih baik lagi dibandingkan perusahaan percetakan lainnya. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat meyakinkan para konsumen dengan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, juga dengan pelayanan yang baik dari perusahaan. Karena dengan produktivitas dan performansi yang baik dari perusahaan, maka akan membuktikan kepada para konsumen jika perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan percetakan lainnya.
PT XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergelut di bidang industri percetakan. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1970, dan terletak di Soekarno Hatta, Bandung. Awal mula perusahaan ini didirikan hanya dengan berbekal sebuah mesin pracetak hand press dan memiliki 4 orang karyawan. Dari tahun ke tahun PT XYZ mendapatkan perkembangan di bidang bisnisnya seiring dengan kemajuan industri percetakan di Indonesia. Hal ini juga dikarenakan perusahaan mendapat order dari konsumen yang meningkat. Perusahaan melakukan pembangunan agar dapat memperluas bidang bisnisnya.
Perkembangan industri bidang percetakan ini sangat terpengaruh dari pihak
konsumen yang memberikan order. Proyek-proyek besar sudah biasa ditangani
oleh perusahaan ini. PT XYZ sudah mendapatkan standar ISO 9001:2008.
2
Dalam proses produksinya, PT XYZ menerapkan sistem make to order. Sehingga produk yang diproduksi selalu sesuai dengan banyaknya order dari konsumen.
Berbagai order yang pernah ditangani oleh perusahaan adalah pencetakan buku pelajaran, soal Ujian Nasional, kalender, notes, Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
Karena PT XYZ adalah induk dari penerbit Grafindo, maka order perusahaan lebih banyak untuk mencetak buku-buku pelajaran sekolah SD, SMP, dan SMA.
Tetapi tidak hanya itu, perusahaan juga pernah mendapatkan order dari proyek pemerintahan untuk membuat kertas surat suara pada pemilihan umum tahun 2014 ini, juga proyek untuk pembuatan buku-buku pelajaran untuk kurikulum 2013 dan sekarang tengah dijalankan oleh perusahaan. Seiring perkembangan perusahaan, maka order yang diterima dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup pesat dilihat dari data order yang didapatkan untuk tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Berikut ini adalah data produksi PT XYZ.
Gambar I.1 Data Produksi PT XYZ
Order yang diterima dari perusahaan setiap tahunnya meningkat, dan hal itu baik
untuk kemajuan perusahaan. Maka, perusahaan harus lebih meningkatkan kinerja dan produktivitas perusahaan. Tingginya tingkat produksi dapat berpengaruh pada produktivitas mesin yang otomatis akan bertambah jam kerja nya. Oleh karena itu, maintenance mesin yang baik pun harus dilakukan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian yang besar akibat adanya kendala dari mesin yang mengalami gangguan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran
0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000
2010 2011 2012 2013
Unit (Eksemplar)
3
proses produksi, diantaranya adalah kegiatan mesin yang tidak dapat beroperasi secara optimal dan mesin yang telah melewati batas pemakaiannya.
PT XYZ memiliki 27 jenis mesin untuk melakukan produksi, yang terbagi dalam 4 proses. 4 bagian itu adalah proses pracetak, proses cetak, proses finishing, dan proses packaging. Banyaknya mesin yang tersedia untuk 4 proses produksi tersebut dapat dilihat pada Gambar I.2.
Gambar I.2 Data Jumlah Mesin PT XYZ
Gambar I.3 Data Frekuensi Kerusakan Mesin
Grafik pada Gambar I.3 merupakan frekuensi kerusakan mesin yang terjadi dalam kurun waktu 2010-2013. Dalam 4 tahun belakang, tercatat sudah 335 kali kerusakan yang dialami pada bagian mesin cetak. Kerusakan tersebut lebih
1
10
10 6
Pracetak Cetak Finishing Packaging
0 100 200 300 400
Pracetak Cetak Finishing Packaging
FREKUENSI KERUSAKAN MESIN
4
banyak dibandingkan pada bagian mesin lainnya. Mesin cetak terdiri dari 10 jenis mesin yang memiliki fungsi yang sama, namun berbeda merk dan tipe. Berikut ini adalah data yang menunjukkan frekuensi kerusakan mesin yang terjadi pada bagian mesin cetak antara tahun 2010-2013.
Tabel I.1 Frekuensi Kerusakan Pada Mesin
NO NAMA MESIN TIPE FREKUENSI
KERUSAKAN
1 Mitsubishi 1F-15000 69
2 Beiren JS 2102 18
3 Sakurai OLIVER 72-A 40
4 Komori LS 440 55
5 Wohlenberg 115 13
6 Solna D-30 TC96 19
7 Man-Plag CROMOMAN 33
8 Harris V25 3
9 Goss COMMUNITY 29
10 Manugraph CITYLINE EXI 56
Selain terdapatnya list frekuensi kerusakan pada seluruh mesin cetak, berikut ini
adalah grafik yang menunjukkan lama downtime yang terjadi pada seluruh mesin
cetak yang diakibatkan oleh lamanya mesin tidak berfungsi oleh adanya
kerusakan:
5
Gambar I.4 Downtime Mesin Cetak
Ditinjau dari data kerusakannya, mesin yang memiliki kerusakan paling banyak terjadi pada mesin Mitsubishi 1F-15000, yaitu sebanyak 69 kali kerusakan. Begitu pula dilihat dari grafik downtime. Berdasarkan umur teknis mesin produksi, pada umumnya dapat dibuatkan perkiraan bahwa mesin Mitsubishi sudah mengalami penurunan kinerja. Sehingga yang terjadi adalah mesin akan lebih sering mengalami gangguan dan hal ini dapat berdampak kepada proses produksi yang bisa menghambat perusahaan merampungkan target produksi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan akan rugi.
Kerugian yang akan dialami perusahaan terbilang besar. Karena ketika perusahaan mengerjakan suatu proyek, dan perusahaan mengalami keterlambatan untuk penyelesaian proyek yang telah disepakati dengan konsumen tersebut, maka perusahaan akan dikenakan penalty. Hitungan penalty yang harus dibayar perusahaan tergantung pada kesepakatan awal yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (perusahaan dan konsumen). Sebagai contoh pada salah satu proyek dengan pemerintahan, penalty yang disepakati adalah Rp 45.000.000/hari.
Kerugian sebesar itu tentunya terbilang cukup besar untuk perusahaan. Oleh karena itu, mesin harus memiliki performansi yang baik, agar tidak terjadi keterlambatan penyelesaian proyek yang mengakibatkan perusahaan dapat merugi tiap harinya. Perusahaan lebih sering menggunakan mesin Mitsubishi untuk
0 50 100 150 200 250
Waktu (Jam)