• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

26

ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT

Budhi Santoso 1), Naufal Abdurrahman2), Sarwoko3)

1) Jurusan Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis

2) Program Studi Teknik Perencanaan dan Konstruksi Kapal, Politeknik Negeri Batam

3) Program Studi D III Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email: budhynaval@gmail.com

Abstrak

Banyak kecelakaan dilaut yang diakibatkan ketidakstabilan kapal pada saat berlayar mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit, kerugian dapat berupa materi bahkan dapat berupa hilangnya nyawa orang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan stabilitas secara teknis kapal LCT 200 GT yang beroperasi di daerah sungai. Sehingga kita dapat mengetahui kestabilan kapal dalam berbagai kondisi.

Perhitungan stabilitas kapal menggunakan standar yang ditetapkan oleh IMO (International Maritim Organization). Dalam perhitungan stabilitasnya, LCT 200 GT pada kondisi 1 yaitu 100% fuul load air tawar total 26,15 Ton; air balas total 37,99 Ton; bahan bakar total 21,8 Ton berdasarkan kriteria dari IMO tidak memenuhi persyaratan yang telah di tentukan. Pada kondisi 2 sampai dengan kondisi 6 telah memenuhi kriteria IMO.

Kata Kunci : “stabilitas”,“LCT”,“hidrostatik”,“IMO standar”

1. Pendahuluan

Beberapa hal yang sering menjadi penyebab kecelakaan kapal di laut , baik kapal yang berada di tengah laut maupun pada saat kapal berada di pelabuhan, adalah kontribusi dari pada para awak kapal yang tidak memperhatikan perhitungan stabilitas kapal.

Hal tersebut dapat mengkibatkan ketidak setimbangan badan kapal dampaknya dapat menyebabkan kapal oleng, bahkan tenggelam yang pada akhirnya dapat merugikan pemilik kapal, nyawa manusia bahkan awak kapal itu sendiri. Sedemikian pentingnya pengetahuan menghitung stabilitas kapal dalam keselamatan pelayaran, maka perhitungan stabilitas kapal sangat penting dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.

2. Tinjauan Teori 2.1 Stabilitas Kapal

Stabilitas kapal adalah Stabilitas adalah kemampuan suatu benda yang dapat kembali ke keadaan semula setelah benda mendapatkan gaya yang ditimbulkan oleh benda itu sendiri maupun gaya yang berasal dari luar. Taylor (1977) dan Hind (1982) menyatakan bahwa stabilitas sebuah kapal

dipengaruhi oleh letak ketiga titik konsentrasi gaya yang bekerja pada kapal tersebut.

Ketiga titik tersebut adalah titik B (centre of bouyancy), titik G (centre of gravity) dan titik M (metacentre). Selanjutnya Hind (1982) mengemukakan bahwa posisi titik G bergantung dari distribusi muatan dan posisi titik B bergantung pada bentuk kapal yang terendam di dalam air.

Sebagai persyaratan yang wajib, tentunya stabilitas kapal harus mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia setempat atau Marine Authority seperti International Maritime Organisation (IMO). Jadi proses analisa stabilitas yang dilakukan harus berdasarkan dengan standar IMO (International Maritime Organization) Code A.749(18) Ch 3 - design criteria applicable to all ships yang mensyaratkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1) Section A.749 (18), Chapter 3.1.2.1:

a. Luasan pada daerah dibawah kurva GZ pada sudut oleng 0º – 30º (deg) tidak boleh kurang atau sama dengan 3,151 m.deg,

b. Luasan pada daerah dibawah kurva GZ pada sudut oleng 0º – 40º (deg)

(2)

27 tidak boleh kurang atau sama dengan

5,157 m.deg,

c. Luasan pada daerah dibawah kurva GZ pada sudut oleng 30º – 40º (deg) tidak boleh kurang atau sama dengan 1,719 m.deg.

2) Section A.749 (18), Chapter 3.1.2.2: nilai GZ maksimum yang terjadi pada sudut 30º – 180º (deg) tidak boleh kurang atau sama dengan 0,2 m.

3) Section A.749 (18), Chapter 3.1.2.3:

sudut pada nilai GZ maksimum tidak boleh kurang atau sama dengan 25º (deg).

4) Section A.749 (18), Chapter 3.1.2.4: nilai GM awal pada sudut 0º (deg) tidak boleh kurang atau sama dengan 0,15 m.

Pada peninjauan kestabilan suatu kapal dikenal beberapa titik yang digunakan untuk mengetahui besarnya momen yang terjadi pada kapal, pada saat terjadi trim dan oleng.

Adapun titik-titik tersebut adalah :

1) Titik G (Centre of Grafity) adalah titik berat kapal yang dipengaruhi oleh keadaan kapal itu sendiri, seperti bentuk lambung, dan komponen-komponen yang ada di dalam kapal tersebut berupa komponen yang tetap maupun komponen yang dapat berubah-berubah.

2) Titik B (Centre of Bouyancy) adalah titik gaya tekan ke atas dari volume air yang dipindahkan oleh bagian kapal yang terbenam di dalam air, adanya besarnya titik B ini dipengaruhi oleh bentuk badan kapal yang berada di bawah permukaan air.

3) Titik M (Titik Metasentra) adalah titik yang merupakan perpotongan vektor gaya tekan ke atas pada saat kapal dalam keadaan tegak, dengan gaya tekan ke atas (γV) pada saat kapal terjadi sudut oleng.

4) Kapal akan mengalami kondisi stabil jika titik M dan G berada dalam satu titik, sedangkan jika titik M berada diatas titik G maka kapal akan mengalami ketidak

stabilan dikarenakan kondisi tersebut akan memunculkan nila h yang artinya terdapat lengan momen.

Gambar 1. Kapal tidak stabil

Gambar 2. Kapal kondisi stabil

2.2 Hidrostatik

Kurva hidrostatik adalah kurva-kurva yang menunjukan keadaan badan kapal dibawah garis air untuk tiap kenaikan sarat. Fungsi dari lengkung hidrostatik adalah:

1) Isi setiap carena dapat dihitung untuk setiap sarat, baik dengan menggunakan lengkung volume carena maupun dengan luasan garis air.

2) Dari lengkung hidrostatis dengan cepat dapat ditentukan keadaan badan kapal untuk setiap sarat.

3) Pada kondisi tertentu dimana kapal berada pada kondisi kritis, dengan penggambaran profil gelombang, baik kapal berada diantara dua puncak gelombang dapat diketahui dengan lengkung bonjean.

(3)

28

3. Metode Pengujian 3.1 Data Kapal

Perhitungan hidrostatik dan stabilitas kapal yang akan dilakukan mengunakan kapal LCT 200 GT. Kapal LCT 200 GT ini berlayar pada daerah perairan sungai dengan kapasitas muat penumpang 76 orang, truck 7 unit dengan masing-masing berat truck 10 Ton, ABK 8 orang, Adapun data kapal sebagai berikut :

1) Data Ukuran Utama Kapal : Type kapal : LCT 200 GT Length (LOA) : 33,27 m Breadth (B) : 9,00 m Depth (Moulded) : 2,80 m

Draft : 2,00 m

3.2 Pengolahan Data

Dalam penyusunan analisa teknis stabilitas kapal LCT 200 GT ini digunakan tahapan- tahapan metode dalam melakukan penelitian.

1) Perhitungan hidrostatik kapal

Perhitungan hidrostatik diperlukan untuk mengetahui karakteristik kapal LCT 200 GT dengan bentuk lambung yang ada.

2) Perhitungan stabilitas kapal

Perhitungan stabilitas diperlukan untuk mengetahui berbagai kondisi pada kapal, akan dibagi menjadi 6 (enam) kondisi pada kapal.

3) Untuk menganalisa dan menentukan stabilitas mengunakan IMO IMO (International Maritime Organization) Code A.749 (18) Ch 3 - design criteria applicable to all shipse

4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hidrostatik Kapal

Kapal LCT memiliki karakteristik hidrostatik dengan displacement (359, 0 ton), Wetted Surface Area ( 303, 037 m2), Cb (0,672), KB (1.188 m), Prismatic kooefisien (0,750), dan

Longitudinal Center of buoyancy (-1,466 m dari midship).

Gambar 3. Grafik Hidroustatick Kapal LCT

4.2 Stabilitas Kapal

Perhitungan stabilitas kapal LCT dibagi menjadi 6 kondisi sehingga diketahui stabilitas tiap-tiap kondisi. Estimasi berat kapal kosong 158 ton. Deskripsi pengkondisian muatan sebagai berikut:

1) Kondisi pertama dimana kapal disi dengan muatan penuh 100%, 76 penumpang, 8 crew, truck 7 unit, kondisi 3 tangki air tawar

a. 3 tangki air tawar (TAT-PS = 7,63 ton;

TAT-SB = 7,63 ton; TAT-CL = 10,89 ton).

b. 2 tangki bahan bakar @ 10,9 ton.

c. 4 tangki air balas (TAB1-PS = 8,21 ton; TAB1-SB = 8,21 ton; TAB2-PS = 10,39 ton; TAB2-SB = 11,18 ton).

2) Kondisi kedua dimana kapal diasumsikan dalam pelayaran akan sampai tujuan, 76 penumpang, 8 crew, truck 7 unit, kondisi tangki air tawar (P/S) 10%, air balas (P/S) 100%, dan tangki bbm (P/S) 10%.

0 0.4 0.8 1.2 1.6 2 2.4

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2

0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5 20 22.5

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

0 0.4 0.8 1.2 1.6 2 2.4 2.8 3.2

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Disp.

Wet. Area WPA LCB

LCF

KB KMt

KML

Immersion (TPc) MTc

Displacement tonne

Draft m

Area m^2 LCB, LCF, KB m

KMt m KML m Immersion tonne/cm Moment to Trim tonne.m

(4)

29 a. 3 tangki air tawar (TAT-PS = 0,76 ton;

TAT-SB = 0,76 ton; TAT-CL = 1,08 ton).

b. 2 tangki bahan bakar @ 1,09 ton).

c. 4 tangki bahan balas (TAB1-PS = 8,21 ton; TAB1-SB = 8,21 ton; TAB2-PS = 10,39 ton; TAB2-SB = 11,18 ton).

3) Kondisi ketiga dimana kapal di asumsikan dalam pelayaran, 76 penumpang, 8 crew, truck 7 unit, kondisi tangki air tawar (P/S) 100%, air balas (P/S) 75 %, dan tangki bbm (P/S) 100%.

a. 3 tangki air tawar (TAT-PS = 7,63 ton;

TAT-SB = 7,63 ton; TAT-CL = 10,89 ton).

b. 2 tangki bahan bakar @ 10,9 ton.

c. 4 tangki bahan balas (TAB1-PS = 6,16 ton; TAB1-SB = 6,16 ton; TAB2-PS = 7,79 ton; TAB2-SB = 8,38 ton).

4) Kondisi ke empat dimana kapal diasumsikan dalam pelayaran sampai tujuan, 76 penumpang, 8 crew, truck 7 unit, kondisi tangki air tawar (P/S) 10%, air balas (P/S) 50%, dan tangki bbm (P/S) 10%.

a. 3 tangki air tawar (TAT-PS = 0,76 ton;

TAT-SB = 0,76 ton; TAT-CL = 1,08 ton).

b. 2 tangki bahan bakar @ 1,09 ton.

c. 4 tangki bahan balas (TAB1-PS = 4,1 ton; TAB1-SB = 4,1 ton; TAB2-PS = 5,19 ton; TAB2-SB = 5,59 ton).

5) Kondisi kelima dimana kapal diasumsikan sedan akan berangkat berlayar keluar dermaga, 76 penumpang, 8 crew, truck 7 unit, kondisi tangki air tawar (P/S) 100%, air balas (P/S) 0%, dan tangki bbm (P/S) 100%

a. 3 tangki air tawar (TAT-PS = 7,63 ton;

TAT-SB = 7,63 ton; TAT-CL = 10,89 ton).

b. 2 tangki bahan bakar (TBB-PS = 10,96 ton; TBB-SB = 10,96 ton).

c. 4 tangki bahan balas masing-masing 0 ton.

6) Kondisi ke enam diasumsikan kapal tanpa balas dan air tawar, penumpang, 8 crew, truck 7 unit, kondisi tangki air tawar (P/S) 10%, air balas (P/S) 0%, dan tangki bbm (P/S) 10%.

a. 3 tangki air tawar (TAT-PS = 0,76 ton;

TAT-SB = 0,76 ton; TAT-CL = 1,08 ton).

b. 2 tangki bahan bakar @ 1,09 ton.

c. 4 tangki bahan balas @ 0 ton.

Gambar 4. Grafik GZ pada kondisi 1

Gambar 5. Grafik GZ pada kondisi 2

Gambar 6. Grafik GZ pada kondisi 3

-0.7 -0.6 -0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0 0.1

-25 0 25 50 75 100 125 150 175

Max GZ = 0.027 m at 10 deg.3.1.2.4: Initial GMt GM at 0.0 deg = 0.008 m

Heel to Starboard deg.

GZ m

-1.2 -0.8 -0.4 0 0.4 0.8 1.2 1.6 2

-25 0 25 50 75 100 125 150 175

Max GZ = 1.168 m at 27.3 deg.

3.1.2.4: Initial GMt GM at 0.0 deg = 3.820 m

Heel to Starboard deg.

GZ m

- 1.6 - 1.2 - 0.8 - 0.4 0 0.4 0.8 1.2 1.6 2

- 25 0 2 5 5 0 75 1 00 1 2 5 15 0 1 75

Ma x GZ = 1.2 4 8 m at 3 5 .5 d e g.

3 .1.2 .4 : In itial G Mt G M a t 0 .0 d e g = 3.7 8 6 m

Hee l to S ta rb o a r d d eg .

GZ m

(5)

30

Gambar 7. Grafik GZ pada kondisi 4

Gambar 8. Grafik GZ pada kondisi 5

Gambar 7. Grafik GZ pada kondisi 6 4.3 Stabilitas Berdasarkan IMO

1) Hasil analisa perhitungan stabilitas menurut standar IMO A. 749(18)Ch3 kriteria daerah bawah GZ dengan sudut oleng 0ᵒ – 30ᵒ dengan nilai requirement 3,151 m deg.

Tabel 1. Area GZ (0ᵒ – 30ᵒ)

Kondisi

Criteria Area 0ᵒ – 30ᵒ

LCT Status

1 0,634 Fail

2 23,845 Pass

3 23,930 Pass

4 24,433 Pass

5 26,249 Pass

6 26,008 Pass

Tabel 1 menunjukkan bahwa kondisi muatan penuh tidak memenuhi

persyaratan karena bernilai kurang dari 3,151 m deg, sedangkan kondisi 2-6 memenuhi persyaratan.

2) Hasil perhitungan stabilitas menurut stándar IMO A. 749(18)Ch3 kriteria daerah bawah GZ dengan sudut oleng 0ᵒ – 40ᵒ dengan nilai requirement 5,157 m deg.

Tabel 2. Area GZ (0ᵒ – 40ᵒ)

Kondisi

Criteria Area 0ᵒ – 40ᵒ

LCT Status

1 0,6357 Fail

2 35,188 Pass

3 36,369 Pass

4 35,517 Pass

5 39,450 Pass

6 37,532 Pass

Tabel 2 memperlihatkan bahwa kondisi muatan penuh tidak memenuhi persyaratan karena bernilai kurang dari 5,157 m deg, sedangkan kondisi 2-6 memenuhi persyaratan.

3) Hasil running perhitungan stabilitas menurut stándar IMO A. 749(18)Ch3 kriteria daerah bawah GZ dengan sudut oleng 30ᵒ – 40ᵒ dengan nilai requirement 1,719 m deg.

Tabel 3. Area GZ (30ᵒ – 40ᵒ)

Kondisi

Criteria Area 30ᵒ – 40ᵒ

LCT Status

1 0,001 Fail

2 11,342 Pass

3 12,438 Pass

4 11,084 Pass

5 3,201 Pass

6 11,523 Pass

Tabel 3 menampilkan kondisi 1 memiliki nilai yang dipersyaratkan sebesar 1,719 m deg. Kondisi 2-6 memenuhi kriteria yang disyaratkan.

4) Hasil perhitungan stabilitas menurut standar IMO A. 749(18) Ch3 kriteria nilai GZ yang disyaratkan 0,2 m.

- 1 .2 - 0 .8 - 0 .4 0 0 .4 0 .8 1 .2 1 .6 2

- 25 0 2 5 5 0 7 5 1 00 1 25 1 50 1 75

Max GZ = 1.1 77 m at 25 .5 de g . 3 .1 .2.4: In itia l GMt GM at 0.0 d eg = 3 .98 0 m

He el to Star b oa r d d eg .

GZ m

-1.6 -1.2 -0.8 -0.4 0 0.4 0.8 1.2 1.6 2

-25 0 25 50 75 100 125 150 175

Max G Z = 1.326 m at 32.7 deg.

3.1.2.4: Initial G Mt G M at 0.0 deg = 4.068 m

Heel to S tarboard deg.

GZ m

- 1.6 - 1.2 - 0.8 - 0.4 0 0.4 0.8 1.2 1.6 2

-2 5 0 25 5 0 75 10 0 125 15 0 175

Ma x GZ = 1 .2 41 m a t 24 .5 de g.

3 .1 .2.4: In itial GMt GM at 0 .0 de g = 4 .2 70 m

He el to Star boar d de g.

GZ m

(6)

31 Tabel 4. Nilai GZ lebih dari 30ᵒ

Kondisi

Criteria GZ at 30ᵒ Greater

LCT Status

1 0,002 Fail

2 1,163 Pass

3 1,248 Pass

4 1,157 Pass

5 1,326 Pass

6 1,212 Pass

Tabel 4 menampilkan kondisi 1 memiliki nilai yang dipersyaratkan sebesar 0,2 m.

Kondisi 2-6 memenuhi kriteria yang disyaratkan.

5) Hasil analisa perhitungan stabilitas menurut stándar IMO A. 749(18)Ch3 kriteria sudut yang dipersyaratkan nilai requirement 25o pada nilai GZ maksimum.

Tabel 5. Nilai GZ max.

Kondisi

Criteria Angel GZ of Max LCT Status

1 10 Fail

2 27,3 Pass

3 35,5 Pass

4 25,5 Pass

5 32,7 Pass

6 25 Pass

Tabel 5 menampilkan kondisi 1 bernilai 10o pada nilai GZ maksimum sehingga tidak menuhi persyaratan. Kondisi 2-6 memenuhi kriteria yang disyaratkan.

5. Kesimpulan

Dari hasil analisa teknis hidrostatik, stabilitas dan olah gerak pada kapal LCT 200 GT, penulis menyimpulkan bahwa:

1) LCT 200 GT memiliki karakteristik hidrostatik displacement ( 359, 0 ton), Wetted Surface Area ( 303, 037 m2), Cb (0,672), KB (1.188 m), Prismatic kooefisien (0,750), dan Longitudinal Center of buoyancy (-1,466 m dari midship).

2) Dari analisa teknis stabilitas kapal, menerangkan bahwa hasil perhitungan stabilitas untuk LCT 200 GT pada kondisi 1 (full load condition) parameter tidak memenuhi kriteria karena nilai gravity yang telah distandarkan oleh IMO terlalu besar.

3) Kondisi 2-6 secara umum memenuhi kriteria sehingga menjadi pertimbangan untuk pengaturan beban dan muatan kapal pada kondisi operasionalnya.

6. Ucapan Terima Kasih

Kami dari hati yang paling dalam mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penelitian ini terutama mahasiswa, teknisi Jurusan Teknik Perkapalan. Dan secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepada Jurusan Teknik Perkapalan Politeknik Negeri Bengkalis yang telah mendukung penelitian ini.

7. Daftar Pustaka

• Biran, A.B. 2003. Ship Hydrostatics and Stability. USA: Butterworth- Heinemann.

• Hind, J.A. 1982. Stability and Trim of Fishing Vessels and Other Small Ships. Second Edition. Fishing News Books Ltd. Farnham, Surrey, England.

• Lewis, Edward V.1988. Principal of Naval Architecture Second Revision Volume I Stability and Strength.

Jersey City, NJ: The Society of Naval Architects and Marine Engineers.

• Taylor, L.G. 1977. The Principles of Ship Stability. Brown, Son & Publisher, Ltd., Nautical Publisher, 52 Darnley Street. Glasgow.

Gambar

Gambar 1. Kapal tidak stabil
Gambar 3. Grafik Hidroustatick Kapal  LCT
Gambar 4. Grafik GZ pada kondisi 1
Gambar 7. Grafik GZ pada kondisi 4

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk lambung kapal perancangan kapal pengangkut batubara 200 ton sebagai jalur alternatif rute sungai Lematang ditunjukan dengan bentuk lambung barge, dimana

Dengan kata lain bila kapal senget tidak ada MP maupun momen penerus sehingga kapal tetap miring pada sudut senget yang sama, penyebabnya adalah titik G terlalu tinggi dan

Melakukan modifikasi tentunya memerlukan perhitungan yang matang dan mengikuti persyaratan dari BKI selaku badan pemeriksa dan sertifikasi untuk semua kapal di

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menentukan pengaruh penempatan muatan terhadap keberadaan titik berat kapal dan gerak rolling kapal model; (2) menentukan

Bila dibandingkan dengan nilai acuan kisaran koefisien bentuk kapal untuk kapal–kapal ikan di Indonesia yang dioperasikan untuk kapal static gear maka kelima nilai koefisien

Dengan merubah muatan kapal dari truk/alat berat ke container maka diperlukan modifikasi pada beberapa aspek antara lain bentuk konstruksi kapal terutama konstruksi pada main deck

Keadaan stabilitas kapal yang demikian ini apabila kedudukan titik G lebih tinggi dari pada kedudukan metasentrumnya (titik M),sehingga sebuah kapal yang memiliki

Semakin besar jarak antar lambung maka semakin kecil hambatan total yang diterima kapal, ini total sangat dipengaruhi bentuk haluan, guna memperkecil besarnya hambatan total, dapat