• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRILAKU DALAM RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BNI SYARIAH KANTOR CABANG PALANGKA RAYA DI MASA COVID-19 (IMPLEMENTASI PERATURAN OJK NO. 11/POJK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PRILAKU DALAM RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BNI SYARIAH KANTOR CABANG PALANGKA RAYA DI MASA COVID-19 (IMPLEMENTASI PERATURAN OJK NO. 11/POJK."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PRILAKU DALAM RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BNI SYARIAH KANTOR CABANG PALANGKA RAYA DI MASA

COVID-19 (IMPLEMENTASI PERATURAN OJK NO.

11/POJK.03/2020)

Behavior in BNI Syariah Financing Restructuring Palangka Raya Branch Office In The Time Of Covid-19 (The Implementation of OJK

Regulation No. 11/POJK.03/2020)

Muhammad Fauzan

Pascasarjana IAIN Palangka Raya muhammad.fauzan2707@gmail.com Received : Accepted:

ABSTRACT. This study aims to determine how the implementation of

the OJK Regulation No.11/POJK.03/2020, especially regarding the policy and financing restructuring processes of BNI Syariah at the Palangka Raya branch office during the COVID-19 pandemic. This study utilized a qualitative research approach, in which the data collection through direct observation, interview, and documentation.

The study results revealed that POJK No.11/POJK.03/2020 has been employed as the basis for BNI Syariah Palangka Raya branch office in financing restructuring during COVID-19 by providing several provisions: all customers in the financing segment, business places are affected by covid-19, closure of transportation routes, experiencing decreased sales volume, experiencing raw material supply constraints, experiencing late payment due to nowhere, and influenced by the weakening of the rupiah exchange rate against the dollar due to the COVID-19 pandemic. The processes to restructure financing at BNI Syariah Palangka Raya are as follows: (1) The customer sends a written application, (2) the officer performs the mapping, (3) the officer analyzes, (4) the officer selects, (5) the officer submits a restructuring proposal to the deciding official, (6) the officer makes adjustments to the financing contract document, (7) the customer confirms the approval of the contract document and the officer realizes it based on the customer’s approval confirmation.

Keywords: Restructuring, BNI Syariah, COVID-19

(2)

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi peraturan OJK No.11/POJK/.03/2020 khususnya mengenai kebijakan dan proses restrukturisasi pembiayaan BNI Syariah kantor cabang Palangka Raya di masa Covid-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Alat pengumpulan data menggunakan pengamatan langsung, wawancara, dan studi dokumen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang menjadi dasar BNI Syariah kantor cabang Palangka Raya dalam melakukan restruktrukturisasi di masa Covid-19 ini adalah POJK No.

11/POJK.03/2020 dengan memberikan beberapa ketentuan, diantaranya:

semua nasabah pada segmen pembiayaan, tempat usahanya terkena dampak covid-19, penutupan jalur transportasi, mengalami penurunan volume penjualan, mengalami hambatan pasokan bahan baku, mengalami keterlambatan pembayaran akibat bowheer, dan terkena dampak dari pelemahan kurs rupiah terhadap dollar akibat pandemi covid-19. Proses yang harus dilalui untuk merestrukturisasi pembiayaan pada BNI Syariah adalah sebagai berikut: (1) Nasabah mengirimkan permohonan tertulis, (2) Petugas melakukan mapping. (3) Petugas melakukan analisa (4) Melakukan seleksi (5) Mengajukan usulan restrukturisasi kepada pejabat pemutus. (6) Melakukan penyesuaian dokumen akad pembiayaan (7) Nasabah melakukan konfirmasi persetujuan atas dokumen akad dan petugas dapat melakukan realisasi atas dasar konfirmasi persetujuan nasabah.

Kata kunci: Restrukturisasi; BNI Syariah; Covid-19

PENDAHULUAN

Dunia dikejutkan dengan merebaknya virus Corona pada akhir tahun 2019. Virus Corona pertama kali dilaporkan di Wuhan, Cina, sebuah kota dengan populasi lebih dari 11 juta. Virus itu menyebar ke hampir setiap negara di seluruh dunia. Pada 1 Mei 2020, dilaporkan bahwa penyakit ini menginfeksi setidaknya 3.175.207 orang. Penyebarannya virus ini sangat cepat sekali, yaitu melalui kontak fisik hidung, mulut, dan mata, kemudian berkembang di paru-paru (Tahliani, 2020).

Coronavirus 2019 (Covid-19) merupakan penyakit menular yang

(3)

penularannya disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (Sars-CoV-2). Pada 30 Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan wabah Covid-19 sebagai Kesehatan Masyarakat Darurat Internasional (PHEIC), dan mendeklarasikan pandemi pada 11 Maret 2020. Wabah Covid-19 ini begitu sangat mengguncang masyarakat dunia, mengingat hampir 200 Negara di dunia terjangkit oleh virus ini termasuk Indonesia (Supriatna, 2020).

Kasus pertama Covid-19 di Indonesia dimumumkan pada tanggal 2 Maret 2020. Terkonfirmasi positif Covid-19 pada dua warga depok, Jawa Barat, yang bermula dari suatu acara di Jakarta. Terkonfirmasi positif Covid-19 melakukan kontak langsung dengan seorang warga negara asing (WNA) asal jepang yang tinggal di malaysia. Setelah pertemuan tersebut terkonfirmasi positif Covid-19 mengeluhkan demam, batuk dan sesak napas (Yuliana, 2020). Berbagai kebijakan mulai dimunculkan untuk menghadapi pandemi Covid-19, mulai dari penerapan Work From Home (WFH) hingga social atau physical distancing sebagai bentuk upaya yang diserukan dan dilakukan oleh dunia, sampai diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun sayangnya, gerakan tersebut berpengaruh pada penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan (Tahliani, 2020).

Pandemi Covid-19 telah menekan ekonomi sejumlah negara, termasuk Indonesia. Virus ini menjadi beban bagi ekonomi Indonesia.

Beberapa sektor seperti pariwisata dan perdagangan perlahan mati.

Dalam rangka pencegahan terjadinya resesi ekonomi akibat covid-19,

maka dilakukan relaksasi di sektor perbankan. Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) menerbitkan OJK No. 11/POJK.03/2020 yang bertujuan untuk

memberikan stimulus perekonomian. Stimulus ini berlaku 13 Maret

(4)

2020 s/d 31 Maret 2021 bagi industri perbankan. Pihak perbankan harus secara proaktif mengindentifikasi debitur yang terdampak Covid-19 sehingga kebijakan stimulus OJK dapat berjalan secara optimal. POJK dikeluarkan untuk membantu para debitur yang terdampak akibat Covid- 19, kinerja dan kapasitas ekonomi yang menurun, dan untuk mencegah adanya peningkatkan risiko kredit yang dapat mengganggu kinerja perbankan dan stabilitas sistem keuangan (Bidari et al., 2020).

Risiko peningkatan kredit bermasalah atau NPLs (Non Performing Loans) yang dalam perbankan syariah disebut dengan pembiayaan bermasalah atau NPFs (Non Performing Financing) merupakan sesuatu yang harus dihadapi oleh sebuah bank. Pada saat menghadapi peningkatan NPFs maka bank harus dapat mengidentifikasi lebih awal atas debitur yang kinerjanya menurun, agar bank dapat menghindari penyaluran pembiayaan pada debitur tersebut atau secara lebih luas menghindari penyaluran pembiayaan pada sektor ekonomi tertentu yang berpotensi meningkatkan NPFs. Selain itu agar bank dapat melakukan langkah-langkah penyelamatan bagi debitur eksistingnya agar terhindar dari pembiayaan bermasalah (Arieffiandi et al., 2016).

Penelitian ini memfokuskan pada penanganan resiko peningkatan

pembiayaan bermasalah di masa Covid-19 khususnya di BNI Syariah

kantor cabang Palangka Raya. Dimana BNI Syariah sebagai salah satu

perbankan yang harus menghadapi tantangan tersebut bersamaan dengan

banyaknya kebijakan di masa Covid-19 seperti Work From Home

(WFH), social atau physical distancing, dan Pembatasan Sosial Berskala

Besar (PSBB) yang tentunya sangat mempersulit proses identifikasi

debitur untuk merealisasikan restrukturisasi pembiayaan.

(5)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dimana peran peneliti adalah sebagai instrumen kunci dalam mengumpulkan data, dan menafsirkan data. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami obyek yang diteliti secara mendalam. Alat pengumpulan data menggunakan pengamatan langsung, wawancara, dan studi dokumen.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah karyawan BNI Syariah kantor cabang Palangka Raya khususnya unit yang menangani masalah restrukturisasi pembiayaan kepada nasabah yang terdampak Covid-19.

Adapun objek dalam penelitian ini adalah Peraturan OJK No.11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kebijakan Restrukturisasi Pembiayaan BNI Syariah di Masa Covid-19

BNI Syariah sebagai salah satu bank syariah terbesar di Indonesia

memiliki peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi rakyat,

(6)

melakukan transformasi perekonomian pada aktivitas ekonomi produktif, bernilai tambah dan inklusif. Tetapi di masa Pandemi Covid- 19 ini BNI Syariah harus bergerak cepat untuk beradaptasi dengan membuat strategi, inovasi baru serta mitigasi risiko yang tepat dan cermat serta menggunakan strategi kreatif untuk bertahan dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang membuat kondisi perekonomian tak menentu. Artinya BNI Syariah mempunyai tantangan yang cukup signifikan. Namun BNI Syariah harus melihat permasalahan penyebaran virus ini sebagai tantangan yang harus dirubah menjadi sebuah kesempatan untuk bisa lebih baik.

Pada tahun 2020, BNI Syariah memasang target pembiayaan tumbuh 15%-17%. Namun, penyebaran Covid-19 telah melumpuhkan aktivitas ekonomi membuat BNI syariah memilih untuk berhati-hati dalam mengelola portofolio pembiayaan eksisting dan melakukan ekspansi.

Langkah yang diambil BNI syariah dalam kebijakan penurunan pendanaan akibat Covid-19 mengacu pada Peraturan OJK No.11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease.

Berdasarkan Peraturan OJK, bahwa bank dapat menerapkan kebijakan yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi bagi nasabah pembiayaan bank syariah yang terkena dampak penyebaran Covid-19, misalnya nasabah UMKM, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati- hatian. POJK ini menjadi pertimbangan dalam menetapkan perlakuan khusus terhadap nasabah pembiayaan yang terkena dampak Covid-19.

Sebagai langkah yang dapat digunakan dalam rangka menyelamatkan

performa pembiayaan di Bank Syariah, adalah dengan melakukan

restrukturisasi pembiayaan. Sebagaimana diketahui bahwa

(7)

restrukturisasi pembiayaan merupakan sebuah langkah dan strategi penyelamatan pembiayaan. Hal ini sebagai upaya bagi sebuah bank dalam memperbaiki posisi pembiayaan, dan atau keadaan keuangan perusahaan nasabah. Dengan kebijakan ini, diharapkan nasabah dapat menyelesaikan sisa pembiayaan yang masih berjalan, dengan baik dan lancar, sesuai dengan kemampuan usaha nasabah pada saat itu.

Restrukturisasi pembiayaan bukanlah hal yang cukup mudah, terutama bagi internal Bank Syariah. Melakukan restrukturisasi sama halnya dengan menyimpan risiko, yang dampaknya berpotensi muncul dikemudian hari. Maka dari itu, proses restrukturisasi pembiayaan harus dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor, serta memperhatikan prinsip kehati–hatian dalam operasional Bank Syariah (Harmoko, 2018).

Pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan yang bermasalah merupakan salah satu strategi perbaikan kualitas aktiva produktif, di luar strategi pemutusan hubungan dengan nasabah yang dapat dilakukan baik dengan penyelesaian melalui jalur hukum, penghapusan pembiayaan maupun dengan tidak memperpanjang lagi pembiayaan yang jatuh tempo.

Restrukturisasi pembiayaan perbankan ini dilakukan sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tentang restrukturisasi pembiayaan pada bank Syariah (Asmara et al., 2015).

PBI No. 13/09/PBI/2011 tentang Perubahan Atas PBI No.

10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah

dan Unit Usaha Syariah menjelaskan dan memberikan pedoman dalam

pelaksanaan restrukturisasi di Bank Syariah maupun Unit Usaha Syariah

harus berpedoman pada prinsip kehati-hatian yang bersifat menyeluruh

yang berlaku di perbankan, serta sesuai dengan perkembangan dan

(8)

kebutuhan perbankan syariah di Indonesia, dengan tetap berpedoman pada prinsip syariah. Adapun yang dimaksud dengan restrukturisasi sesuai prinsip syariah adalah dengan mendasarkan pada QS. Al-Baqarah ayat 280 :

ٌرْيَخ اوُقَّدَصَت ْنَأ َو ۚ ٍة َرَسْيَم ٰىَلِإ ٌة َرِظَنَف ٍة َرْسُع وُذ َناَك ْنِإ َو َنوُمَلْعَت ْمُتْنُك ْنِإ ۖ ْمُكَل

Artinya:

Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesungkaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa BNI Syariah melakukan restrukturisasi terhadap nasabah yang terdampak Covid-19 berdasarkan data dan informasi umum, yakni:

1. Pada tanggal 2 Maret 2020, Pemerintah Indonesia secara resmi melaporkan kasus pasien positif Covid-19, dan jumlah kasus positif Covid-19 terus meningkat. Selain itu, BNPB memperpanjang masa darurat bencana wabah virus corona hingga 29 Mei 2020.

2. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO secara resmi mengumumkan wabah Covid-19 sebagai pandemi global.

3. Wabah Covid-19 tersebut secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap perekonomian, khususnya nasabah-nasabah yang ada di BNI Syariah.

Dasar pertimbangan:

(9)

1. Siaran Pers Deputi Komisioner OJK No. SP13/DHMS/OJK/II/2020 tanggal 26 Februari 2020, tentang OJK menyiapkan kebijakan stimulus untuk menjaga pertumbuhan perekonomian nasional sebagai kebijakan Countercyclical dalam mengantisipasi down-side risk dari penyebaran virus Corona.

2. Siaran Pers Deputi Komisioner OJK No. SP 14/DHMS/OJK/3/2020 tanggal 5 Maret 2020, tentang OJK meminta perbankan mempercepat transmisi kebijakan-kebijakan stimulus yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah, OJK dan Bank Indonesia untuk menghadapi pelemahan perekonomian dampak penyebaran virus Corona.

3. POJK No. 11/POJK.03/2020 tentang stimulus perekonomian nasional sebagai kebijakan countercyclical dampak penyebaran Covid-19.

4. Surat EdaranNo. SE/PGD/045/2020 tanggal 26 Maret 2020 perihal perlakuan khusus nasabah pembiayaan yang terkena dampak Covid- 19.

Berdasarkan informasi tersebut maka BNI Syariah memberikan beberapa ketentuan terkait restrukturisasi terhadap nasabah yang terdampak Covid-19 agar tetap dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, antara lain:

1. Angsuran pembiayaan selama masa perlakuan khusus:

a. Angsuran pembiayaan selama masa perlakuan khusus disesuaikan dengan kemampuan membayar nasabah setelah terdampak covid- 19.

b. Angsuran serendah-rendahnya sebesar Rp.0,- (nol rupiah) per bulan.

c. Biaya pengelolaan rekening pembiayaan dibebaskan / Rp.0,- (nol

rupiah).

(10)

2. Untuk semua jenis akad pembiayaan di semua segmen bisnis pembiayaan.

3. Nasabah berada pada kolektibilitas 1 (lancar) dan 2 (dalam perhatian khusus).

4. Restrukturisasi pembiayaan dapat dilakukan terhadap pembiayaan yang diberikan sebelum maupun setelah nasabah terkena dampak penyebaran covid-19. Dalam hal ini, sebelum dan setelah terbitnya POJK No.11/POJK.03/2020 tentang stimulus perekonomian nasional sebagai Countercynical Dampak penyebaran Coronavirus Disease 2019 tanggal 13 Maret 2020.

BNI Syariah juga memberikan beberapa kriteria kepada nasabah yang dapat direstrukturisasi akibat pandemi covid-19, antara lain:

1. Semua nasabah pada semua segmen pembiayaan (konsumer, produktif, mikro, ataupun hasanah card).

2. Nasabah yang tempat usaha atau tempat bekerja terkena dampak covid-19 secara langsung maupun tidak langsung dengan verifikasi bahwa perusahaan tersebut melakukan PHK atau pemotongan gaji (termasuk nasabah dengan profesi tertentu yang terdampak covid-19).

3. Nasabah yang terkena dampak penutupan jalur transportasi, logistic, dan pariwisata, atau travel warming dari dan ke negara lain yang telah terdampak covid-19.

4. Mengalami penurunan volume penjualan/pendapatan akibat

penurunan demand, keterkaitan rantai suplai, dan perdagangan

dengan negara yang terdampak pandemic covid-19 yang dapat

dibuktikan dengan proofsheet laporan penjualan.

(11)

5. Mengalami hambatan pasokan bahan baku dari negara yang terdampak covid-19 yang dibuktikan dengan Purchase Order (PO) maupun dokumen ekspor-impor yang dapat dipersamakan dengan itu.

6. Mengalami keterlambatan pembayaran akibat bowheer atau pelanggang terkena dampak Covid-19 yang dapat dibuktikan dengan Salinan invoice tagihan.

7. Terkena dampak dari pelemahan kurs rupiah terhadap dollar akibat pandemi covid-19.

Proses Restrukturisasi Pembiayaan BNI Syariah Kantor Cabang Palangka Raya di Masa Covid-19

Di masa Covid-19 ini Presiden Joko Widodo mempunyai inisiatif untuk memberikan kelonggaran kepada masyarakat yang berkerja non formal berupa pembayaran kredit selama 1 tahun dan penurunan bunga.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan kelonggaran dan relaksasi kredit bagi pelaku usaha yang mempunyai nilai kredit di bawah Rp 10 miliar. Kelonggaran kredit baik yang diberikan oleh perbankan berupa:

1. Penurunan suku bunga 2. Menambah fasilitas kredit

3. Konversi kredit menjadi penyertaan modal 4. Memperpanjang waktu kredit

5. Pengurangan pokok kredit

6. Menambah fasilitas kredit dan mengurangi tunggakan bunga kredit Hal ini tidak semerta-merta masyarakat mendapat peringanan kredit, namun harus melalui proses yang telah di tentukan OJK dan Pihak bank.

Dengan cara permohonan peringanan kredit dan menyertakan dokumen-

dokumen yang di perlukan. Seperti yang terdapat dalam pasal 2

(12)

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019.

Dalam pasal 2 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 11/POJK.03/2020 Tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Di Sease 2019 ini, menyebutkan bahwa bank dapat menerapkan peraturan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi debitur yang terkena dampak penyebaran (Covid-19) termasuk debitur usaha mikro, kecil, dan menengah. Dari kata dapat dalam pasal 2 ayat (1) ini mengandung penafsiran bahwa pasal ini bukan mewajibkan, melainkan memberikan pilihan dapat atau tidak dapat memberikan kelonggaran kepada debitur sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (Satradinata &

Muljono, 2020).

Kebijakan BNI syariah kepada nasabah yang terdampak pandemi Covid-19 berupa relaksasi terhadap fasilitas pembiayaan dalam bentuk penundaan pembayaran dan pemberian keringanan margin (bagi hasil) yang kurun waktu dan syaratnya disesuaikan dengan sektor ekonomi, kriteria, dan kondisi nasabah dengan mengacu pada ketentuan OJK (Albanjari & Kurniawan, 2020).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa BNI Syariah memberikan beberapa pilihan kepada nasabah untuk melakukan restrukturisasi pembiayaan, antara lain:

1. Perpanjangan jangka waktu.

2. Pengurangan angsuran pokok setiap bulan tanpa mengurangi jumlah

pokok yang harus dibayar.

(13)

3. Pengurangan angsuran margin/ujrah/bagi hasil.

4. Penambahan fasilitas pembiayaan (hanya bagi nasabah eksisting dengan syarat dan tujuan pemberian dana adalah untuk memperbaiki kondisi nasabah).

5. Pemberian grace period baik dengan cara penundaan pembayaran pokok, pengurangan angsuran margin/bagi hasil/ujroh maupun kombinasi keduanya.

Proses restrukturisasi memperhatikan prinsip kehati-hatian karena menyimpan berbagai resiko di kemudian hari. Banyaknya kebijakan yang harus diterapkan di masa Covid-19 ini membuat karyawan BNI Syariah kantor cabang Palangka Raya cukup kesulitan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam proses restrukturisasi.

Kebijakan WFH, social distancing, dan PSBB tentunya membuat operasional BNI Syariah tidak berjalan seperti biasanya.

Kebijakan WFH menjadikan setidaknya 50-80% karyawan BNI Syariah Palangka Raya harus bekerja di rumah secara bergantian.

Namun, BNI Syariah kantor cabang Palangka Raya tetap proaktif dalam menerapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 11/POJK.03/2020.

Kebijakan social distancing dan PSBB membuat karyawan tidak

bisa terjun ke lapangan untuk mengidentifikasi nasabah yang terdampak

Covid-19, sehingga proses identifikasi dilakukan melalui panggilan

telepon. Karyawan yang bekerja di kantor memberikan data nasabah

yang melakukan pembiayaan di BNI Syariah kantor cabang Palangka

Raya kepada karyawan yang bekerja di rumah. Karyawan yang bekerja

di rumah proaktif menghubungi nasabah, mengidentifikasi apakah

perekonomian nasabah terdampak Covid-19, dan menawarkan untuk

(14)

melakukan restrukturisasi sebagai upaya penyelamatan kualitas pembiayaan.

Berdasarkan hasil penelitian proses yang harus dilalui untuk merestrukturisasi pembiayaan pada BNI Syariah adalah sebagai berikut:

1. Nasabah mengirimkan permohonan tertulis, identitas diri, dan data pendukung lainnya (slip gaji/surat keterangan penghasilan/laporan keuangan) yang dapat dikirimkan melalui email, Whatsapp, Short Message Service (SMS) maupun media lainnya.

2. Petugas melakukan mapping terhadap nasabah yang terdampak covid-19 secara langsung atau tidak langsung, dan melakukan proyeksi terhadap kelangsungan usaha nasabah serta strategi penyelamatannya.

3. Petugas melakukan analisa untuk melakukan restrukturisasi pembiayaan. Jika dalam penerapannya petugas terhalang untuk melakukan analisa dengan tepat waktu dikarenakan anjuran physical distancing dan social distancing maka dilakukan penundaan pembayaran pokok dan/ atau margin (penundaan dilakukan agar analisa restrukturisasi sesuai dengan kondisi nasabah dengan tetap memperhatikan kepentingan Bank).

4. Melakukan seleksi dan penetapan nasabah yang dapat diberikan restrukturisasi pembiayaan (melampirkan data nasabah individual, maksimum plafond, outstanding, dan kondisi nasabah).

5. Mengajukan usulan restrukturisasi kepada pejabat pemutus.

6. Melakukan penyesuaian dokumen akad pembiayaan dalam addendum

akad pembiayaan yang menjadi satu kesatuan dengan Surat

Keputusan Pembiayaan (SKP) dengan pencatuman ‘C19’ pada akhir

nomor akad (sebagai identifikasi nasabah yang mendapatkan

(15)

restrukturisasi Covid-19). Addendum yang dibuat tersebut merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan melakukan perubahan terhadap akad pembiayaan awal baik dengan menambah, menghilangkan/ mengganti dengan yang baru dalam akad pembiayaan. Addendum yang dibuat oleh pihak bank dengan nasabah tersebut berarti melakukan penambahan isi akad atau tambahan klausula atau pasal yang secara fisik terpisah dari akad pokoknya namun secara hukum melekat pada perjanjian pokok itu (Asmara et al., 2015).

7. Nasabah melakukan konfirmasi persetujuan atas dokumen akad dan petugas dapat melakukan realisasi atas dasar konfirmasi persetujuan nasabah.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa per tanggal 28 Juli 2020 BNI Syariah kantor cabang Palangka Raya telah melakukan restrukturisasi pembiayaan kepada nasabah yang terdampak covid-19 terhadap 184 nasabah dengan nominal Rp.41.342.000.000.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Restrukturisasi pembiayaan harus dilakukan dengan

mempertimbangkan berbagai faktor, serta memperhatikan prinsip

kehati–hatian dalam operasional Bank Syariah. Adapun yang menjadi

dasar BNI Syariah kantor cabang Palangka Raya dalam melakukan

restrukturisasi di masa Covid-19 ini adalah POJK No. 11/POJK.03/2020

tentang stimulus perekonomian nasional sebagai kebijakan

countercyclical dampak penyebaran Covid-19. BNI Syariah memberikan

beberapa kriteria kepada nasabah yang dapat direstrukturisasi akibat

(16)

covid-19 diantaranya: semua nasabah pada semua segmen pembiayaan, nasabah yang tempat usaha atau tempat bekerja terkena dampak covid- 19, nasabah yang terkena dampak penutupan jalur transportasi, mengalami penurunan volume penjualan/pendapatan, mengalami hambatan pasokan bahan baku, mengalami keterlambatan pembayaran akibat bowheer, dan terkena dampak dari pelemahan kurs rupiah terhadap dollar akibat pandemi covid-19. Proses yang harus dilalui untuk merestrukturisasi pembiayaan pada BNI Syariah adalah sebagai berikut: (1) Nasabah mengirimkan permohonan tertulis, identitas diri, dan data pendukung lainnya. (2) Petugas melakukan mapping terhadap nasabah yang terdampak covid-19 secara langsung atau tidak langsung.

(3) Petugas melakukan analisa untuk melakukan restrukturisasi pembiayaan. (4) Melakukan seleksi dan penetapan nasabah yang dapat diberikan restrukturisasi pembiayaan (melampirkan data nasabah individual, maksimum plafond, outstanding, dan kondisi nasabah). (5) Mengajukan usulan restrukturisasi kepada pejabat pemutus. (6) Melakukan penyesuaian dokumen akad pembiayaan dalam addendum akad pembiayaan yang menjadi satu kesatuan dengan Surat Keputusan Pembiayaan (SKP) dengan pencatuman ‘C19’ pada akhir nomor akad (7) Nasabah melakukan konfirmasi persetujuan atas dokumen akad dan petugas dapat melakukan realisasi atas dasar konfirmasi persetujuan nasabah.

Saran

Saran bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang

restrukturisasi pembiayaan kepada nasabah yang terdampak covid-19

hendaknya lebih mengembangkan penelitiannya dalam pendapat

(17)

nasabah dan kepuasan nasabah, karena penelitian ini hanya sebatas ruang lingkup BNI Syariah, khususnya kantor cabang Palangka Raya.

DAFTAR PUSTAKA

Albanjari, F. R., & Kurniawan, C. (2020). Implementasi Kebijakan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.11/POJK.03/2020 dalam Menekan Non Performing Financing (NPF) pada Perbankan Syariah. Eksyar: Jurnal Ekonomi Syari’ah & Bisnis Islam, 7(01), 24–36.

Arieffiandi, R. Y., Firdaus, M., & Sasongko, H. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kolektibilitas Pembiayaan Sektor UMKM (Studi Kasus: Bank Syariah XYZ Kantor Cabang Jakarta Barat). Jurnal Aplikasi Bisnis Dan Manajemen (JABM), 2(3), 291–

291. https://doi.org/10.17358/jabm.2.3.291

Asmara, J., Ali, D., & Jauhari, I. (2015). Proses Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Melalui Restrukturisasi (Suatu Penelitian Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Jantho). Jurnal Ilmu

Hukum, 3(3), Article 3.

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/MIH/article/view/4777

Bidari, A. S., Simangunsong, F., & Siska, K. (2020). Sektor Perbankan di Covid-19. Jurnal Pro Hukum : Jurnal Penelitian Bidang Hukum

Universitas Gresik, 9(1), Article 1.

http://journal.unigres.ac.id/index.php/JurnalProHukum/article/view /1129

Harmoko, I. (2018). Mekanisme Restrukturisasi Pembiayaan pada Akad Pembiayaan Murabahah dalam Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah. Qawãnïn: Journal of Economic Syaria Law, 2(2), Article 2. https://doi.org/10.30762/q.v2i2.1042

Satradinata, D. N., & Muljono, B. E. (2020). Analisis Hukum Relaksasi Kreadit Saat Pandemi Corona Dengan Kelonggaran Kredit Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 4(2), 613–620.

Supriatna, E. (2020). Wabah Corona Virus Disease Covid 19 Dalam Pandangan Islam. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(6), 555–564. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i6.15247

Tahliani, H. (2020). Tantangan Perbankan Syariah dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Madani Syari’ah, 3(2), 92–113.

Yuliana, Y. (2020). Corona virus diseases (Covid-19): Sebuah tinjauan

literatur. Wellness And Healthy Magazine, 2(1), 187-192–192.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas mengenai pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan di Dinas Koperasi dan Usaha Kecil YZ dengan menggunakan stress kerja sebagai

Penelitian ini memberikan kontribusi untuk pengembangan profesional guru dalam penggunaan yang tepat dari ponsel untuk meningkatkan pedagogi mereka dengan berfokus

Berbicara masalah manajemen produksi maka yang dimakksud adalah suatu badan usaha Berbicara masalah manajemen produksi maka yang dimakksud adalah suatu badan usaha yang di

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui keaktifan peserta didik saat proses pembelajaran ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading

Dina prosés nyiptakeunana, rumpaka kawih miboga unsur-unsur saperti: (1) unsur basa, (2) unsur sastra, (3) eusi sastra, jeung (4) wangun sastra. Rumpaka kawih dina ieu

Selama penelitian di Laut Sawu pada bulan Juli dan Desember 2005, paling tidak terdapat delapan spesies yang terdiri atas ikan paus dan lumba- lumba.. Lumba-lumba parung

Dalam hal ini, BPRS harus dapat mengatur strategi promosi yang baik agar dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk menabung di BPRS.BPRS juga harus mampu memperkenalkan

Sebelum pelalangan jaminan dilakukan oleh pihak bank, BPRS PNM BINAMA memberikan waktu kepada nasabah untuk dapat melunasi sisa tunggakannya, bila nasabah tersebut