• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. PERANCANGAN BANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "3. PERANCANGAN BANGUNAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)3. PERANCANGAN BANGUNAN. 3.1. Program Ruang Untuk luasan ruang-ruang yang ada sebagian besar mengacu kepada modul struktur yang sudah ada dan konsep ruang yang sudah dirancang.. Tabel 3.1 Rekapitulasi Luasan Ruang No. Program Ruang. Luasan Ruang. 1.. Bangunan A. 3.546,31 m². 2.. Bangunan B. 954,226 m². 3.. Bangunan C. 617,136 m². 4.. Bangunan D. 1.083,511 m². 5.. Bangunan Hotel. 6.765,122 m². TOTAL. 12.966,305 m². Keterangan TSS. : Time Saver Standart For Living Building Types. NAD : Neufert Architect’s Data MPH : Manajemen Penyelenggaraan Hotel AS. : Asumsi Sendiri. DKS. : Diktat Kuliah Sains. Didapatkan perkiraan luasan ruang keseluruhan sebesar 12.966,305 m². 3.2. Pola Penataan Massa Bangunan Proyek merupakan bangunan bermassa banyak yang ditata bebas tidak terikat pada pola tatanan bangunan massa banyak tradisional Bali (Nawa Sanga) karena hal tersebut sangat sulit diterapkan pada bangunan hotel dimana lebih mengutamakan fungsi dan potensi (view) dari site bangunan itu sendiri. Namun dalam rancangan pola penataan massa bangunan konsep Nawa Sanga diterapkan. 23.

(2) 24. hanya pada area bangunan service karena yang menggunakan bangunan tersebut adalah karyawan yang merupakan penduduk setempat agar dapat mengetahui kiblat tempat persembahyangan mereka. Di mana tempat persembahyangan/Pura diletakkan pada sumbu Utama ring Utama/UU. ( Sumber : Gomudha, I Wayan. Reformasi Dan Aplikasi Nilai-Nilai Arsitektur Bali Pada Arsitektur Masa Kini Di Bali. Bali. Ceramah Umum Dan Gelar Diskusi Dalam Rangka Lokakarya. 2000 ). Gambar 3.1 Nawa Sanga Pada Bangunan Service Tatanan massa dirancang dengan open space di tengah sebagai pengikat berupa ruang publik terbuka (kolam renang, teater terbuka, dan restoran terapung) yang asimetris untuk menciptakan kesan dinamis. Secara umum massa bangunan mengikuti pola sirkulasi dan mengutamakan optimalisasi view dari dalam bangunan. View dari bangunan yang difungsikan sebagai kamar tidur berorientasi frontal ke arah mata angin utara dengan tujuan optimalisasi view Samudra Hindia dan Bandar udara internasional Ngurah Rai..

(3) 25. Gambar 3.2 Peta Orientasi View Pada bangunan utama optimalisasi view didapat baik dari dalam bangunan maupun melalui bangunan, karena dari entrance view dapat menerus ke arah mata angin utara dengan sudut pandang yang bagus mengikuti penurunan kontur.. Gambar 3.3 Arah View Bangunan Utama.

(4) 26. Untuk bangunan dengan fungsi penunjang lainnya tetap memanfaatkan view yang ada sesuai dengan fungsinya, namun untuk massa bangunan area sunset café memiliki orientasi yang berbeda yakni frontal ke arah barat dengan alasan optimalisasi potensi view sun set, dengan pertimbangan mengabaikan cahaya matahari sore karena yang menjadi obyek view adalah matahari itu sendiri.. Gambar 3.4 Orientasi View Sunset. 3.3. Bentuk Dan Tampilan Bangunan Bentuk bangunan yang dirancang masih menampilkan kesan bangunan tradisional setempat. Konsep-konsep bangunan tradisional Bali masih diterapkan baik dalam bentukan maupun ornamen-ornamennya. Adapun konsep yang diterapkan dalam bangunan rancangan adalah konsep Tri Loka/Tri Angga, yakni konsep kepala-badan-kaki yang membentuk tampilan arsitektur tradisional Bali..

(5) 27. Namun dalam penerapannya mengalami pengembangan dimana konsep kepalabadan-kaki menjadi berulang karena bangunan yang dirancang adalah bangunan bertingkat.. Gambar 3.5 Tampak Bangunan Hotel. 3.4. Respon Bangunan Terhadap Iklim Tropis Dari site plan dapat dilihat bentuk tiap-tiap massa bangunan memanjang kearah sumbu timur-barat dengan pebandingan sisi bangunan timur-barat dengan utara-selatan lebih kurang 1:3. Hal ini dilakukan agar bangunan dapat menangkap angin lebih maksimal dan mengurangi energi panas yang diterima akibat radiasi matahari. Dari tampak juga dapat dilihat respon bangunan terhadap matahari, angin, curah hujan, dan kelembaban. Untuk mengatasi radiasi matahari dan curah hujan, pada bangunan memiliki sosoran atap yang cukup panjang. Khusus untuk hujan, pada atap terdapat talang yang terletak tepat diatas kolom, dimana pipa air.

(6) 28. hujan dapat melalui shaft yang ada di sisi kolom. Hal ini dilakukan untuk mengurangi luasan atap yang menerima hujan agar tidak terjadi perusakan pada permukaan yang dijatuhi air hujan dari atap. Untuk kelembaban diatasi dengan meninggikan peil lantai bangunan sehingga dapat mengurangi kelembaban dalam ruangan. Untuk angin dimanfaatkan dengan menerapkan konsep ventilasi silang yang terdapat pada hampir seluruh ruangan.. Gambar 3.6 Respon Bangunan Terhadap Iklim Tropis Pada massa bangunan hotel untuk penghawaan lebih spesifik karena pada tiap ruangnya memiliki dua pilihan penghawaan, yakni ventilasi silang atau pengkondisian udara. Hal ini dikarenakan sasaran pengguna hotel yang mencakup wisatawan dalam dan luar negeri. Dimana untuk wisatawan dalam negeri memiliki kecenderungan menggunakan penghawaan aktif, berbeda dengan wisatawan luar negeri yang memiliki kecenderungan menikmati iklim dan suasana tropis itu sendiri. Untuk mekanisme penggunaan kedua alternatif ini adalah.

(7) 29. terletak pada krepyak yang dapat dibuka dan ditutup yang terletak di atas kamar mandi. Jika ingin menggunakan penghawaan alami krepyak dibuka dan pintu lipat teras juga dibuka, sehingga angin dapat melewati ruangan kamar hotel. Sedangkan jika ingin menggunakan penghawaan aktif krepyak ditutup dan pintu lipat teras juga ditutup untuk menghemat energi dari air conditioner.. Gambar 3.7 Alternatif Penghawaan Pada Kamar Hotel. 3.5. Sistem Struktur Dan Pemilihan Bahan Bangunan Yang Digunakan Pertimbangan pemilihan bahan bangunan dan sistem struktur yang dipakai mengacu pada prinsip dan sistem struktur pada bangunan tradisional Bali. Untuk pemilihan bahan bangunan menggunakan prinsip arsitektur Bali di mana harus memperhatikan keseimbangan kosmis, jadi harus seimbang dengan lingkungan dan manusia. Dalam hal ini bahan bangunan yang digunakan harus dapat memenuhi tiga poin utama, yakni: dapat didaur ulang, dapat digunakan ulang, dan dapat mengurangi penggunaan energi yang berlebihan (Sumber: Frick, Heinz & FX. Bambang Suskiyanto. Dasar-dasar Eko-arsitektur. Yogyakarta. Kanisius. 1998). Dari beberapa bahan bangunan yang ada, ternyata Beton Pre-cast dapat memenuhi ketiga poin di atas, yakni: dapat didaur ulang untuk urugan dan tulangannya dapat diolah kembali, dapat digunakan ulang untuk pembangunan di tempat lain bila sudah tidak berfungsi, dapat mengurangi penggunaan energi yang berlebihan karena Beton Pre-cast dapat menghemat waktu pengerjaan dan juga kurang peka terhadap cuaca sehingga tidak perlu finishing cat atau bahan kimia lainnya. Untuk koordinasi modul pre-cast menggunakan modul dasar 30 cm,.

(8) 30. modul perancangan 1,2 m dan modul struktur 4,8 m. Ukuran elemen pre-cast didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut : ƒ. Efisiensi pelaksanaan yakni jumlah pekerjaan di lapangan seminimal mungkin, sehingga elemen dibuat sebesar mungkin.. ƒ. Kapasitas crane sebagai batas meksimum elemen pre-cast. ƒ. Master mold diusahakan sesedikit mungkin. Dari pertimbangan diatas maka didapatkan ukuran elemen pre-cast adalah kelipatan 1,2 m. Untuk pemilihan sistem struktur menggunakan prinsip sistem struktur tradisional Bali, di mana menggunakan sistem struktur rangka dan tidak mengenal sistem struktur bidang, dinding hanya sebagai elemen penutup saja. Karena daerah Bali merupakan daerah rawan gempa, maka sistem strukturnya pun dirancang untuk tahan gempa dan bahan yang dipakai adalah kayu, sehingga sambungan antar rangkanya dirancang untuk mengantisipasi gempa, yakni dengan sambungan sunduk dan sekur untuk memperkaku rangka terhadap gaya lateral.. Gambar 3.8 Sistem Struktur Bali Dan Detail Sunduk Karakteristik sunduk itu sendiri lebih fleksibel terhadap gaya lateral berbeda dengan sekur yang lebih kaku terhadap gaya lateral. Untuk momen, pada join sunduk momen yang bisa dilawan lebih kecil dibandingkan dengan momen pada join sekur. Pada bangunan Bali material yang digunakan ringan dan bangunan satu lantai saja, sehingga momen akibat gempa relatif kecil.dari fakta tersebut dapat dilihat terlihat bahwa join sunduk pada bangunan Bali dapat bekerja.

(9) 31. dengan baik.Dalam disain perancangan konsep sunduk tersebut akan dicoba pada bangunan berlantai empat dalam skala yang lebih besar dengan material beton pre-cast. Untuk bahan bangunan Beton Pre-cast membuat join kaku relatif sulit. Untuk membuat join kaku pada Beton Pre-cast dan juga fleksibel terhadap gaya gempa seperti pada sunduk, maka dipilih sistem struktur PRESSS-Precast Seismic Structural System (Priestley, M. J. N., Sritharan, S., Conley, J., & Pampanin, S. (November-December 1999). Preliminary Result and Conclusions From the PRESSS Five-Story Precast Concrete Test Building. PCI Journal, V. 44, No. 6, 42-67). Sistem struktur ini memiliki tendon yang berfungsi sebagai elemen pengikat antara kolom dengan balok, yang dapat mempertahankan bentuk struktur bila terjadi gempa. Sedangkan untuk elemen fleksibilitasnya menggunakan mild steel unbonded yang terletak di atas dan di bawah tendon. Dengan sistem struktur PRESSS kerusakan pada sendi plastis dapat diminimalkan. (lihat lampiran) Dalam penerapannya untuk join pre-stressed kolom-baloknya dipilih sistem dywidag yang penegangannya menggunakan drat. Pemilihan ini mempertimbangkan kemudahan dalam pelaksanaannya.. Gambar 3.9 Detail Dywidag. Proses pelaksanaanya kolom terlebih dahulu disusun sesuai dengan modul struktur kemudian dywidag dipasang pada bagian kolom yang telah dilubangi, lalu balok yang sudah berisi tendon dipasang pada dywidag yang telah.

(10) 32. terpasang pada kolom dengan satu sisi merupakan tendon yang sudah fix dan di sisi lain tendon yang dapat didrat agar terjadi penegangan antar kolom. Untuk kemudian mild steel dipasang menembus kolom sejajar balok, dan pada panjang tertentu dibungkus plastik lalu digrouting. Pembungkusan mild steel dengan plastik dilakukan untuk membebaskan mild steel dari geseran terhadap beton pada saat terjadi gempa sehingga sendi plastis terjadi pada mild steel tersebut bukan pada betonnya dan tidak membuat beton retak. Untuk grouting pada pertemuan balok dengan kolom menggunakan grouting fiber agar kolom dan balok tidak menyatu. Setelah dilakukan grouting pada celah-celah sisa proses, baru dipasang elemen penutup yang berornamen Bali.. Gambar 3.10 Detail Penutup Grouting. Gambar 3.11 Detail Join Kolom Balok.

(11) 33. Gambar 3.12 Proses Pemasangan Tendon Pada Dywidag. 3.6. Perlengkapan Pelayanan Dan Utilitas Bangunan Perlengkapan pelayanan pada rancangan bangunan hanya terdapat dua, yakni tangga, dan lift. Untuk tangga pada rancangan bangunan juga berfungsi sebagai tangga kebakaran, dengan pertimbangan jumlah lantai bangunan yang tidak terlalu banyak. Untuk lift hanya ada pada massa bangunan hotel karena ketinggian bangunan diatas dua lantai, dan tiap massa bangunan memiliki satu buah lift, dengan pertimbangan rentang waktu penggunaan lift dan juga jumlam pengguna lift. Untuk sistem air bersih berasal dari sumber air PDAM diambil dari jaringan kawasan, dialirkan ke site, disaring dan ditampung di tandon pusat pada massa bangunan service, kemudian di pompa ke tandon atas atau bawah pada tiaptiap massa bangunan dan kolam renang. Untuk massa bangunan hotel air bersih didistribusikan ke setiap lantai secara down feed (gravitasi). Pompa akan bekerja berdasarkan sinyal alarm elektronik yang memberitahukan kapasitas air pada tandon penuh atau rendah. Sumber air kolam renang adalah dari PDAM. Setelah difilter air dialirkan ke kolam renang dengan dibubuhi alum dan Chlorine (disinfektan). Sedangkan air dari jaringan air bersih masuk ke tangki pengimbang (balancing tank). Ruang untuk peralatan pompa sirkulasi, filter, dan tangki pengimbang.

(12) 34. dijadikan satu dan letaknya tidak jauh dari kolam renang. Turn-over dilakukan setiap 6 jam dan temperatur berkisar antara 20ºC - 30ºC sesuai temperature udara terbuka. Untuk jacuzzi pada massa bangunan hotel executive dan president tidak jauh berbeda dengan kolam renang biasa, hanya kapasitas air yang digunakan jauh lebih kecil dan temperatur air yang digunakan lebih hangat, kurang lebih 30ºC 40ºC. Sebagai tambahan, digunakan mesin khusus yang memompakan udara dan uap air di dalam jacuzzi. Air kotor dari limbah saniter yang berasal dari urinoir, floor drain, dan wastafel tiap kamar dan toilet umum dialirkan melalui pipa air kotor melewati shaft di setiap kamar ke lantai bawah. Kemudian secara horisontal dengan kemiringan 0,02% dialirkan ke resapan pada area jangkauannya. Untuk kotoran dari kloset dialirkan melalui pipa kotoran melewati shaft ke lantai bawah untuk dialirkan secara horisontal dengan kemiringan 0,02% ke tangki septik pada area jangkauannya. Tangki septik dan resapan dibuat di bawah tanah di luar bangunan. Pembuangan air hujan dari bangunan disalurkan melalui talang turun ke saluran drainase site. Air hujan yang jatuh di perkerasan akan disalurkan langsung ke saluran drainase site terdekat dan apabila jatuh di taman atau pasir akan langsung diserap. Dari saluran drainase site, air kemudian dibuang ke arah tebing menuju ke arah pantai untuk kemudian diserap pasir pantai. Untuk sistem pengkondisian udara pada massa bangunan hotel menggunakan sistem VRV, dengan AHU yang berada pada tower lantai paling atas. Sedangkan untuk massa bangunan lainnya menggunakan AC split. Sumber daya listrik didapat dari PLN dengan back-up generator set. Sumber daya tegangan menengah yang diambil disalurkan melalui gardu di luar bangunan dan diubah menjadi tegangan rendah 220 V. Dari gardu tersebut tegangan diterima panel induk tegangan rendah yang kemudian didistribusikan ke panel-panel cabang lainnya. Sistem back-up listrik berasal dari dua buah generator set yang diletakkan pada massa bangunan service. Sistem back-up ini dilengkapi pengatur pembebanan otomatis terhadap beban listrik PLN. Sistem distribusi listrik pada tiap blok bangunan melalui panel cabang/panel control yang ada pada tiap lantai dan tiap massa bangunan. Pada setiap kamar terdapat electrical box yang berisi circuit breaker..

(13) 35. Dengan pertimbangan komposisi massa bangunan yang tersebar, maka sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem franklin yang berupa tiangtiang runcing yang dihubungkan ke dalam tanah. Untuk sistem proteksi kebakaran pada bangunan dengan ketinggian dua lantai penggunaan sprinkler tidak diharuskan. Oleh karena itu, sesuai persyaratan maka terdapat ruang-ruang tertentu yang menggunakan sprinkler yaitu pada function room, dan kamar hotel (lebih dari dua lantai). Hydrant box digunakan satu untuk masing-masing massa bangunan dan beberapa tersebar pada tapak. Pada tapak di luar bangunan dipasang siamese connection yang dapat dihubungkan ke mobil pemadam kebakaran. Tabung pemadam kebakaran sebagai pembantu tahap awal adalah jenis powder dengan kapasitas 2 kg diletakkan di titik tertentu pada koridor. Detektor kebakaran dipasang pada tempat-tempat penting dan rawan kebakaran serta dikoridor dan dihubungkan dengan ruang control (ruang M&E). Detektor yang digunakan adalah jenis smoke detector dan heat detector. Alarm kebakaran diletakkan dekat dengan tangga evakuasi (persyaratan kurang dari 1,5 m) agar dapat memandu pengevakuasian dalam keadaan bahaya. Untuk sistem komunikasi, setiap kamar tamu hotel disediakan pesawat telepon dengan sistem PABX untuk koneksi antar kamar dan untuk sambungan keluar melalui operator. Intercom dipasang tersebar digunakan untuk komunikasi intern hotel terutama bagi staff dan karyawan hotel. Telex, Facsimile dan Paging digunakan pada front desk dan ruang administrasi, serta travel agent. System. pembuangan. sampah. dilakukan. secara. konvensional.. Sampah. dikumpulkan terlebih dulu dengan trash-bag di tiap bagian bangunan, kemudian dengan menggunakan kereta dibawa ke bak sampah yang berada di massa bangunan service. Dari sana sampah secara rutin diambil oleh mobil sampah dari dinas kebersihan kota untuk selanjutnya dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Kawasan..

(14)

Referensi

Dokumen terkait

yang diamati; (B) Sebaran stasiun berdasarkan parameter lingkungan yang mempengaruhi Apabila dikaitkan dengan kelimpahan plankton (fitoplankton dan zooplankton) di perairan

Dari dua tokoh tersebut, dapat dipahami bahwa konstruksi akan gender diberikan oleh lingkungan kepada seseorang yang akan membentuk kepribadian orang tersebut,

a) Terdapat pengaruh yang signifikan hasil tes lompat jauh tanpa awalan setelah diberikan perlakuan ( treatment ), dimana nilai

6 Cisadane”, proses yang dialami pencipta bukanlah proses yang mudah, dalam pengerjaannya pencipta menemukan banyak hambatan baik dari segi sketsa latar, desain

Maltodekstrin merupakan salah satu produk dari hasil hidrolisa pati dengan menggunakan asam maupun enzim, yang terdiri dari campuran glukosa,

demplot, display, pertemuan dengan kelompok tani, komunikasi tatap-muka, dan sering juga melibatkan penyuluh lapangan, (5) kurangnya insentif terhadap penyuluh untuk

Beberapa indikasi turunnya semangat dan kegairahan kerja menurut Nitisemito (1982), antara lain : 1) Turun atau rendahnya keproduktifan kerja; 2) Tingkat absensi yang naik

Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengkaji Implikasi Keberlakuan Terhadap Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor: 590/0002669 Tentang Pembentukan Peraturan Desa