Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya 5506
Pembangunan Sistem Interpretasi Hasil Tes MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) di Lembaga Psikologi MetaPROGRESS
Aulia Akbar Setyogomo1, Denny Sagita Rusdianto2, Lutfi Fanani3
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]
Abstrak
MetaPROGRESS adalah lembaga layanan konsultasi psikologis dan manajemen sumber daya manusia yang berlokasi di Kota Sidoarjo, Jawa Timur. Salah satu tes psikologi yang dilayaninya adalah MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) yang dapat menilai ciri-ciri kepribadian dan psikopatologi. Dalam praktiknya, terdapat kendala yang dialami dalam proses interpretasi hasil tes MMPI oleh mereka. Konselor terkadang melakukan kesalahan dalam penulisan laporan hasil tes seperti salah menulis identitas pasien dan salah mencocokkan jawaban. Proses interpretasi hasil tes makan waktu lebih dari 15 menit untuk 1 klien dan dapat berlangsung lebih lama jika tes dilakukan secara berkelompok. Terkadang pula, mereka juga terkendala dengan sejumlah berkas tes yang harus dibawa saat akan melakukan tes MMPI. Masalah ini berdampak pada kegiatan produktif konselor lainnya yang dapat tertunda. Solusi yang diusulkan adalah dengan membangun sistem interpretasi hasil tes MMPI dengan model proses perangkat lunak waterfall. Sistem yang dibangun menggunakan basis web sehingga dapat diakses oleh banyak platform komputer. Proses rekayasa kebutuhan menghasilkan 35 kebutuhan fungsional dan 1 kebutuhan nonfungsional sistem. Hasil 100% valid ditunjukkan oleh pengujian fungsional yang telah dilakukan. Pada pengujian kompatibilitas, tidak ditemui adanya masalah kritis pada semua browser yang diuji. Berdasarkan hasil tersebut, sistem ini dapat menjadi solusi dari permasalahan mereka.
Kata kunci: web, sistem interpretasi, MMPI, model waterfall Abstract
MetaPROGRESS is a psychological consulting and human resource management institution located in Sidoarjo, Jawa Timur. One of the psychological tests it served is the MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) which can assess personality traits and psychopathology. In practice, there are obstacles experienced in the process of interpreting the MMPI test results by them. Counselors sometimes make mistakes in writing reports on test results such as writing the client identity and matching the answer incorrectly. The process of interpreting the test results takes more than 15 minutes for 1 client and can be done longer if the test is done in groups. Also, they are constrained by receiving a number of files that must be taken. These problems may impact on other counselor's productive activities that can be delayed. The suggested solution is to build an interpretation system of MMPI test results with the waterfall software process model. The system is web-based so that it can be accessed by many computer platforms. The requirement engineering process produce 35 functional and 1 nonfunctional system requirement. 100% valid results are indicated by functional testing. In compatibility testing, there are no critical problems found on all browsers tested. Based on these results, this system can be a solution to their problem.
Keywords: web, interpretation system, MMPI, waterfall model
1. PENDAHULUAN
Kesehatan mental adalah bagian yang tak terpisahkan dari kesehatan, dan telah ditetapkan oleh WHO sebagai “keadaan saat setiap individu menyadari potensi diri, dapat
mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu untuk berkontribusi bagi komunitasnya” (World Health Organization, 2013). Maka dari itu, kesehatan mental harus diperhatikan layaknya menjaga kesehatan fisik.
MetaPROGRESS adalah lembaga layanan
konsultasi psikologis dan manajemen sumber daya manusia yang berlokasi di Kota Sidoarjo, Jawa Timur. Salah satu tes psikologi yang dilayaninya adalah tes Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI). MMPI adalah tes psikologi yang menilai ciri-ciri kepribadian dan psikopatologi (Framingham, 2018).
Terdapat 567 soal yang dapat dijawab oleh peserta tes menggunakan lembar jawaban.
Tidak ada batasan waktu yang spesifik dalam pengerjaan tes MMPI. Biasanya soal tes MMPI dapat diselesaikan dalam waktu 1-2 jam.
Setelah soal terjawab, konselor melakukan interpretasi hasil tes menggunakan rumus khusus berdasarkan pilihan jawaban peserta.
Dalam praktiknya, terdapat kendala yang dialami dalam proses interpretasi hasil tes MMPI oleh pihak metaPROGRESS. Konselor kadang-kadang melakukan kesalahan dalam penulisan laporan hasil tes seperti salah menulis identitas pasien dan salah mencocokkan jawaban. Proses interpretasi makan waktu lebih dari 15 menit untuk hasil dari 1 peserta tes. Jika tes dilakukan secara berkelompok dengan banyak peserta, maka proses tersebut dapat berjalan lebih lama. Lamanya proses ini berdampak pada kegiatan produktif konselor lainnya yang dapat tertunda. Terkadang pula, metaPROGRESS juga terkendala dengan sejumlah berkas tes yang harus dibawa saat akan melakukan tes MMPI. Hal tersebut dirasa cukup merepotkan bagi pihak metaPROGRESS jika kegiatan dilakukan di lokasi yang jauh.
Selain itu, metaPROGRESS juga ingin menawarkan sistem yang akan dibangun untuk dapat digunakan oleh konselor lain dengan membayar.
Diperlukan adanya suatu sistem terkomputerisasi yang dapat membantu konselor untuk menginterpretasi hasil tes MMPI. Sistem dapat mendata klien dan konselor yang melakukan tes MMPI. Peserta dapat menjawab soal tes menggunakan komputer sehingga lembar jawaban tidak diperlukan lagi. Agar dapat digunakan oleh konselor, sistem menawarkan metode pembayaran untuk menggunakan layanan sistem.
Solusi yang dapat diusulkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi adalah dengan membangun sistem interpretasi hasil tes MMPI dengan model proses perangkat lunak waterfall. Sistem yang dibangun menggunakan basis web sehingga dapat diakses oleh banyak platform komputer. Sistem dapat menerima
masukan berupa data klien dan jawaban dari soal tes. Dengan data yang diperoleh, sistem dapat menampilkan hasil interpretasi tes MMPI.
Hasil interpretasi tersebut dapat disimpan atau dicetak dalam bentuk laporan yang diinginkan.
Untuk dapat menggunakan layanannya, terdapat proses pembayaran yang dilayani oleh sistem.
Jurnal ini akan membahas ringkasan dari penelitian berdasarkan sistematika pembahasan yang disusun: Pendahuluan, Landasan Kepustakaan, Metodologi Penelitian, Rekayasa Kebutuhan, Perancangan, Implementasi, Pengujian, serta Kesimpulan dan Saran.
2. LANDASAN KEPUSTAKAAN 2.1. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Tes ini adalah tes psychometric yang paling banyak digunakan untuk mengukur psikopatologi orang dewasa di dunia. MMPI-2 digunakan dalam urusan kesehatan mental, medis dan pekerjaan. MMPI-2 terdiri dari 567 soal dengan pilihan jawaban benar/salah dari keadaan psikologis seseorang. Tes ini memiliki sembilan skala validitas (atau skala 'kebohongan'), menilai kebohongan, pembelaan diri, berpura-pura baik dan berpura-pura buruk, dan lainnya (Butcher, et al., 1989 disitasi dalam Drayton, 2009, p. 135).
2.2. MetaPROGRESS
MetaPROGRESS adalah lembaga layanan konsultasi psikologis dan manajemen sumber daya manusia. MetaPROGRESS berfokus pada dua masalah, yaitu kesehatan mental dan sumber daya manusia. MetaPROGRESS Training & Consulting melayani konseling, konsultasi, pemeriksaan psikologis, deteksi dini tumbuh kembang anak, dan sebagainya.
2.3. Waterfall
Model waterfall adalah contoh dari proses yang digerakkan oleh rencana—pada prinsipnya, Anda harus merencanakan dan menjadwalkan semua kegiatan proses sebelum mulai mengerjakannya (Sommerville, 2010).
Model waterfall digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Waterfall model Sumber: Sommerville (2010)
Model waterfall hanya dapat dipakai jika kebutuhan sistem telah terdefinisi dan tidak berubah drastis saat sistem dibangun. Walau begitu, model waterfall mencerminkan tipe proses perangkat lunak lainnya. Model proses perangkat lunak yang didasari model waterfall masih banyak dipakai model manajemen umum untuk seluruh proyek lebih mudah digunakan.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian mengadopsi Software Development Life Cycle (SDLC) berjenis waterfall. Tahapan yang berjalan dalam metodologi penelitian dijelaskan dalam subbab berikut.
3.1. Studi Literatur
Tahapan ini memperjelas dasar teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori yang didapatkan berasal dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
3.2. Rekayasa Kebutuhan
Proses rekayasa kebutuhan dapat menciptakan gambaran dari sistem yang bisa mempermudah pemahaman berjalannya sistem yang dibangun dan juga proses-prosesnya.
Proses rekayasa kebutuhan sistem ini meliputi beberapa hal sebagai berikut.
1. Elisitasi Kebutuhan
Wawancara dilakukan dengan konselor sekaligus staf dari metaPROGRESS. Sebagai pendukung penelitian, wawancara juga dilakukan dengan pihak lain yang juga melayani tes MMPI.
2. Spesifikasi Kebutuhan
Kebutuhan yang didapat akan dispesifikasikan. Identifikasi aktor yang berhubungan dengan sistem ini dilakukan di proses ini. Selain itu, kebutuhan yang sudah didapat dibagi menjadi dua jenis kebutuhan,
yakni fungsional dan nonfungsional.
3. Manajemen Kebutuhan
Dalam penulisan penelitian ini, kebutuhan sistem diberi kode awalan SRS_MMPI_F untuk kebutuhan fungsional dan SRS_MMPI_NF untuk kebutuhan nonfungsional.
4. Pemodelan
Pada proses ini, dijelaskan jenis pendekatan dalam membangun sistem serta model-model yang dihasilkan dari rekayasa kebutuhan.
Hasil dari rekayasa kebutuhan adalah daftar kebutuhan fungsional, kebutuhan nonfungsional, use case diagram, dan use case scenario.
3.3. Perancangan
Pemodelan perancangan dikerjakan berdasar pada pemodelan rekayasa kebutuhan.
Perancangan dilakukan sebagai acuan di proses implementasi dan pengujian. Jenis perancangan yang akan dibuat adalah perancangan berorientasi obyek. Berikut adalah tahapan proses perancangan di pembuatan sistem ini.
1. Perancangan Arsitektur
Perancangan sistem dijelaskan dalam sudut pandang arsitektur teknologi. Selain itu, pemodelan perancangan dibuat memakai diagram UML.
2. Perancangan Komponen
Tiga sampel algoritme dari akan ditulis sebagai perancangan komponen dalam bentuk pseudocode.
3. Perancangan Data
Tabel basis data akan digambarkan secara konseptual dalam CDM (Conceptual Data Model).
4. Perancangan Antarmuka
Hasil dari antarmuka pengguna dari sistem yang akan dibangun akan digambarkan. Dalam penelitian ini, beberapa sampel antarmuka utama berupa halaman web dari sistem akan dibuat dan dijelaskan. Hasil dari perancangan antarmuka dapat menjadi acuan dari proses implementasi antarmuka.
3.4. Implementasi
Tahapan ini menggunakan hasil dari tahap perancangan yang telah dilakukan. Proses ini dijelaskan dalam subbab berikut.
1. Batasan sistem dijelaskan untuk mengetahui ketergantungan perangkat lunak sistem dengan perangkat keras dan perangkat lunak lain.
2. Basis data diimplementasikan berdasarkan kebutuhan yang telah dirancang pada tahap analisis kebutuhan. Database yang digunakan adalah berjenis MySQL.
3. Tiga sampel kode program akan dibuat berdasarkan sampel pada perancangan
komponen. Kode program
diimplementasikan dalam PHP 7.2.
4. Implementasi antarmuka didasarkan pada hasil perancangan antarmuka. Beberapa tampilan web dari fungsi utama sistem akan dijelaskan. Implementasi ini menggunakan format blade templating yang disediakan oleh Laravel.
3.5. Pengujian
Pengujian sistem bertujuan untuk mengetahui apakah sistem sudah bekerja seperti yang diharapkan dengan meminimalisasi atau menghilangkan masalah yang muncul pada sistem yang telah dibangun. Pada pengujian fungsional, jenis pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian unit dan pengujian integrasi. Jenis pengujian nonfungsional yang akan dilakukan adalah pengujian kompatibilitas.
3.6. Pengambilan Kesimpulan dan Saran Pengambilan kesimpulan dikerjakan sesudah tahapan-tahapan pembangunan sistem diselesaikan sesuai batasannya. Kesimpulan ditarik berdasarkan hasil pengujian dan analisis pada sistem yang dibuat. Tahapan akhir dari penulisan penelitian adalah saran yang ditujukan agar dapat memperbaiki kekeliruan yang mungkin terjadi serta membuat penulisan menjadi lebih baik. Selain itu, saran juga digunakan agar menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti lain dalam membangun sistem lebih lanjut.
4. REKAYASA KEBUTUHAN 4.1. Elisitasi Kebutuhan
Di proses elisitasi kebutuhan sistem, metode wawancara dipakai dalam penelitian ini.
Wawancara dilakukan dengan salah satu Assosiate metaPROGRESS yaitu Partika Dhimas Pangestu, S.Psi., M.Psi., CHCS., CE., Psikolog. selaku wakil dari pihak metaPROGRESS sekaligus konselor.
Wawancara juga dilakukan dengan laboran Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta dosen Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya, yang melayani tes MMPI.
Dari hasil wawancara, didapatkan proses dari pelaksanaan tes MMPI. Pengerjaan soal tes menggunakan lembar jawaban kertas dengan soal yang berjumlah 567 dan dua pilihan jawaban. Tidak ada batasan waktu yang mengikat untuk mengerjakan soal. Namun, biasanya lama pengerjaan makan waktu 1 sampai 1,5 jam. Setelah pengerjaan selesai, lembar jawaban dikoleksi oleh konselor untuk diinterpretasikan. Proses interpretasi menggunakan file Excel dengan masukan berupa jawaban peserta. Jawaban tersebut kemudian diolah oleh rumus dan norma di file tersebut. Keluaran yang dihasilkan adalah grafik dan skor dari beberapa skala tes dan hasil analisis kualitatif skala validitas.
Dalam pembangunan sistem, pihak metaPROGRESS membutuhkan fungsi pendaftaran dan penggunaan layanan secara berbayar. Pendaftaran dilakukan oleh konselor yang ingin menggunakan layanan dengan mengirimkan identitas diri, berkas-berkas pendukung, serta melakukan pembayaran.
Pihak metaPROGRESS dapat mengecek kesesuaian form pendaftaran dengan persyaratan untuk dapat melaksanakan tes.
Untuk memulai tes dan melihat hasil tes, diperlukan mekanisme pembayaran menggunakan token. Dengan begitu, metaPROGRESS dapat mengawasi pelaksanaan tes. Pengawasan dilakukan dengan mengecek masa berlaku izin praktik. Selain itu, cara ini dianggap dapat menghasilkan pendapatan lebih bagi metaPROGRESS.
4.2. Analisis Kebutuhan
Permasalahan yang telah didapatkan dari proses sebelumnya dianalisis untuk membuat daftar kebutuhan sistem serta proses bisnis to be dari pelaksanaan tes.
Tabel 1. Identifikasi Aktor Nama
Aktor Deskripsi
Admin Pihak metaPROGRESS yang dapat menjalankan fungsi administratif pada sistem.
Konselor Konselor yang memfasilitasi klien untuk melakukan tes MMPI.
Klien Peserta tes MMPI yang difasilitasi oleh konselor.
Midtrans Penyedia layanan transaksi secara online.
Dari daftar kebutuhan, didapatkan peran- peran aktor di sistem yang akan dibangun.
Terdapat 4 aktor, yaitu admin, konselor,
peserta, dan Midtrans. Identifikasi aktor diterangkan pada Tabel 1 yang berisi peran aktor dalam sistem.
Didapatkan 4 aktor dan 35 kebutuhan fungsional. Dalam Gambar 2, dimodelkan aktor-aktor yang dihubungkan dengan use case sesuai spesifikasi kebutuhan fungsional.
Gambar 2. Use case diagram
5. PERANCANGAN 5.1. Perancangan Arsitektur
Sistem dibangun menggunakan PHP framework Laravel dan relational database management system MySQL. Penggambaran dari arsitektur sistem ditunjukkan pada Gambar 3. Setiap permintaan yang masuk ke sistem akan melalui route. Respons dari sistem akan diberikan ke pengguna melalui view.
Untuk dapat terintegrasi dengan Midtrans, layanan pembayaran SNAP digunakan sehingga halaman pembayaran Midtrans dapat muncul pada halaman web setelah pengguna melakukan checkout. Data dikirim ke Midtrans melalui view dengan protokol HTTP ber-method POST.
5.2. Perancangan Sequence Diagram
Tiga fungsi dimodelkan dalam sequence diagram. Fungsi tersebut adalah “menjawab soal tes”, “mencetak hasil tes”, dan “membeli token”.
5.3. Perancangan Class Diagram
Class diagram yang dibuat dibedakan menjadi kelas tipe model dan controller dan ditunjukkan pada Gambar 4. Jenis kelas yang terbentuk adalah kelas model dan kelas controller. Terdapat 15 kelas model dan 16 kelas controller. Pada penelitian ini, profil skala Validity Clinical, Non-K Corrected, dan Restructured Clinical diinterpretasikan dalam kelas model yang berbeda-beda. Beberapa kelas controller dikelompokkan ke dalam 4 folder berbeda untuk memudahkan pengidentifikasian kelas: Auth, Admin, Client, dan Counselor.
5.4. Perancangan Data
Perancangan data dimodelkan dengan Conceptual Data Model (CDM). Terdapat 13 entitas yang dihasilkan, yang 1 di antaranya merupakan entitas parent yang menurunkan atribut timestamp.
5.5. Perancangan Komponen
Dalam penelitian ini, 3 komponen digunakan sebagai sampel perancangan komponen. Tiga sampel tersebut adalah fungsi notificationHandler(), order(), dan answer().
5.6. Perancangan Antarmuka
Di perancangan antarmuka, wireframe dari tampilan web utama pada sistem dibuat.
Wireframe yang dibuat didasarkan pada tampilan layer monitor dengan rasio aspek 16:9.
6. IMPLEMENTASI
Jenis implementasi yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah implementasi basis data, implementasi kode program, dan implementasi antarmuka. Hasil dari implementasi basis data dimodelkan menggunakan Physical Data Gambar 3. Arsitektur sistem
Route
Controller
View Model
Database Request
Response Midtrans
Model. Kode program peneliti jelaskan mengacu pada 3 sampel pada perancangan komponen. Screenshot dari beberapa halaman web utama digunakan sebagai hasil dari implementasi antarmuka. Gambar 5 adalah halaman web pengerjaan soal tes bagi klien.
Gambar 6 adalah halaman web hasil tes klien yang diakses oleh konselor.
7. PENGUJIAN
Hasil pengujian unit pada 3 komponen uji menyatakan bahwa komponen tersebut merupakan kode yang terstruktur dan ditulis dengan baik, memiliki tingkat testability yang tinggi, dan membutuhkan tenaga dan biaya yang sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa komponen tersebut dapat menghasilkan keluaran yang diharapkan.
Fungsi yang diuji di pengujian integrasi adalah fungsi starting() yang digunakan untuk membuat akun klien baru oleh konselor.
Fungsi lain yang dipanggil dalam fungsi ini adalah lastDate() dan testRemaining() dari kelas Invoice dan User. Seluruh prosedur uji menghasilkan keluaran yang diharapkan dan
berstatus valid.
Dari hasil pengujian validasi, semua kasus uji yang dijalankan pada main flow dan alternative flow di semua kebutuhan fungsional berstatus valid. Hasil ini menunjukkan bahwa sistem mampu melakukan semua fungsinya sesuai dengan yang diharapkan.
Pada hasil pengujian kompatibilitas pada SortSite, tidak ditemui masalah kritis pada seluruh web browser yang diuji. Hasil tersebut menunjukkan bahwa antarmuka pengguna dari sistem dapat ditampilkan oleh berbagai web browser sesuai dengan yang diharapkan dengan status valid pada semua indikator dan web browser.
8. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan
Proses rekayasa kebutuhan sistem ini menghasilkan 35 kebutuhan fungsional dan 1 kebutuhan nonfungsional. Metode wawancara digunakan untuk mengetahui masalah yang terkait dengan tes MMPI di lembaga psikologi metaPROGRESS.
Gambar 4. Class diagram
Hasil rekayasa kebutuhan menjadi dasar dari proses perancangan sistem. Dibuat pemodelan perancangan sequence diagram dari 3 sampel fungsi utama dan class diagram dari model dan controller. Perancangan data dibuat dengan Conceptual Data Model. Perancangan komponen dibuat dengan 3 sampel komponen utama yang dimodelkan sebagai pseudocode.
Perancangan antarmuka dengan wireframe antarmuka pengguna juga telah dirancang.
Sistem dapat diimplementasikan dengan spesifikasi perangkat dan batasan yang telah dibuat. Sistem berjalan dengan bahasa pemrograman PHP versi 7.2, database management system MySQL, dan PHP
framework Laravel 5.7. Basis data, komponen, dan antarmuka yang telah dirancang di tahap perancangan telah diimplementasikan. Basis data dimodelkan dengan Physical Data Model.
Tiga komponen diimplementasikan sebagai kode program yang dibangun dengan framework Laravel. Antarmuka pengguna diimplementasikan menggunakan web browser Chrome dengan sistem operasi Windows 10 dengan ukuran layar 14 inci beresolusi 1366×768 piksel.
Jenis pengujian yang dikerjakan adalah pengujian unit, integrasi, validasi, dan kompatibilitas. Pengujian unit menggunakan 3 komponen yang telah dirancang pada tahapan
Gambar 6. Implementasi antarmuka hasil tes Gambar 5. Implementasi antarmuka soal tes
sebelumnya. Status valid dihasilkan di semua kasus uji dan cyclomatic complexity menghasilkan nilai maksimal 10. Pengujian integrasi menghasilkan angka kompleksitas 3 dan status valid di seluruh prosedur uji. Angka kompleksitas yang didapat pada pengujian unit dan integrasi menyimpulkan bahwa komponen yang telah dibuat merupakan kode yang terstruktur dan ditulis dengan baik, tingkat testability yang tinggi, dan membutuhkan tenaga dan biaya yang sedikit. Hasil valid di semua kasus uji menandakan bahwa fungsi yang diuji menghasilkan keluaran yang diharapkan. Pengujian validasi menghasilkan status valid di seluruh kebutuhan fungsional yang berjumlah 35. Pengujian kompatibilitas yang dilakukan juga menghasilkan status valid pada semua web browser yang diuji.
8.2. Saran
Saran yang diberikan oleh peneliti agar dapat dipertimbangkan dalam penelitian lanjutan dari pembangunan sistem interpretasi hasil tes MMPI di lembaga psikologi metaPROGRESS adalah dengan melakukan analisis kebutuhan kembali pada pengembangan lanjutan sistem dengan stakeholder terkait.
Kebutuhan yang diharapkan mungkin berubah seiring waktu.
9. DAFTAR PUSTAKA
Drayton, M., 2009. The Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2 (MMPI-2).
Occupational Medicine, [e-journal]
59(2), pp. 135-136. Tersedia melalui:
ResearchGate
<https://www.researchgate.net/publicati on/24031649_The_Minnesota_Multiph asic_Personality_Inventory-2_MMPI- 2> [Diakses 15 Januari 2019]
Framingham, J., 2018. Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI). [online]
Tersedia di: <https://psychcentral.com/
lib/minnesota-multiphasic-personality- inventory-mmpi> [Diakses 15 Januari 2019]
Sommerville, I., 2010. Software Engineering (9th Edition). Harlow: Addison- Wesley.
World Health Organization, 2013. Investing in mental health: evidence for action.
Geneva: World Health Organization.