7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Pembelajaran
Perjalanan hidup seorang merupakan suatu pelajaran yang mana proses belajarnya didukung oleh perilaku dan disebut pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik dalam Nur Rohmah (2014:26) “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur mahluk hidup yaitu manusia, fasilitas, perlengkapan, material, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran, serta upaya mengorganisasi lingkungan guna menciptakan konsisi belajar bagi peserta didik”. Dalam perspektif yang lain Nur Rohmah (2014:26) mendefinisikan bahwa “Pembelajaran utamanya adalah proses berinteraksi antara peserta didik dengan pendidik dan lingkungan sekitarnya, sehingga akan terjadi perubahan tingkah laku dan sifat yang menjadikan lebih baik.
Pembelajaran bukanlah hanya hal yang sederhana dan tidak hanya semudah teori, oleh karena itu dalam dunia nyatanya sering terjadi problem, dalam permasalahan pelaksanaannya baik secara fisik maupun non fisik yang muncul dari lingkungan dalam maupun luar bagian pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, peranan dari seorang pendidik dalam mengatur atau memanajemen suatu proses pembelajaran dibutuhkan untuk mencapai sebuah tujuan yang sudah dinginkan dan tetapkan. Hal ini sama yang di ucapkan oleh Trianto dalam Luqman Hakim (2013:49) “Pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha dari seorang pendidik untuk membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar yang laiinya agar tidak mudah bosan) dalam rangka mencapai tujuan yang di harapkan oleh pendidik”
Difinisi pembelajaran yang dinyatakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa suatu proses belar mengajar adalah suatu proses yang dibuat dengan demikian rupa secara sistematis dan telah terencanakan untuk menghasilkan suatu tujuan penting yang di inginkan oleh pendidik dan dapat mendapatkan tingkah laku baik dan berbeda pada diri seorang peserta didik.
2. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
a) Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yaitu salah satu pendidikan umum di sekolah yang memiliki tujuan untuk mengembangkan bentuk keahlian motoric, keahlian penalaran, keahlian menata emosional, keahlian dalam melakukan tindakan moral, keahlian aspek pola hidup yang baik dan sehat, pengenalan dan stabilitas hidup. Menurut Sabaruddin Yunis Bangun (2016) Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1).
Sangat disayangkan pada sistem pendidikan di Indonesia belum adanya akomodasi keberagaman, sehingga munculah sigmentasi lembaga pendidikan yang mendasari pada perbedaan agama, etnis, dan ada juga perbedaan kemampuan fisiknya. Tulisan ini sebagai bentuk referensi dari pengembangan anak-anak difabel melalui pendidikan jasmani olahraga dan outbound di Indonesia, dengan pemikiran bersama. Manfaat dari tulisan yang dituliskan di makalah ini sebagai pengetahuan bagi pembuat kebijakan dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan anak didik difabel. Nilai yang terdapat dalam pendidikan jasmani olahraga dan kegiatan outbound terdapat nilai psikomotrik, kognitif dan afektif. Dengan mengembangkan konsep pendidikan jasmani olahraga dan outbound memungkinkan untuk dicapai. Nilai-nilai yang akan didapat pada pendidikan jasmani dan outbound dapat memicu kehidupan yang baik sehari-hari khususnya bagi anak-anak difabel.
Menurut Soni Nopembri (2004:21), mengatakan bahwa “Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai media untuk membelajarkan anak dalam usaha mencapai perkembangan keranah kognitif, afektif, psikomotor”.
Sehingga dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah salah satu dari lain yang belum dapat dijauhkan dari pendidikan, oleh karena itu dalam pendidikan jasmani terdapat beberapa
pengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang peserta didik.
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari mata pelajaran wajib di sekolah dasar, maka karena itu pendidikan jasmani termasuk kurikulum pendidikan.
Pendidikan jasmani adalah sebuah pendidikan yang mana dengan penyediaan pengalaman belajar kepada siswa berupa kegiatan jasmani, berolahraga dan bermain yang sudah diatur secara sistematis untuk memberikan stimulus pada pertumbuhan dan perkembangan fisik serta keterampilan motoric, keterampilan berfikir, emosional, sosial dan moral.
Dar beberapa pendapat ada ditemukan pendapat yang sama oleh Cholik dan Lutan dalam Helmy Firmansyah (2009:31) berpendapat yaitu
“Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang melibatkan interaksi antara peserta didik dan pendidik serta dengan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematis menuju pembentukan individu manusia seutuhnya”. Menurut Helmy Firmansyah (2009:31) yaitu “Pendidikan jasmani adalah suatu proses belajar untuk bergerak dan belajar untuk bergerak dan belajar melalui gerak. Program pendidikan jasmani telah berusaha membantu peserta didik untuk menggunakan tubuhnya lebih efisien dalam melakukan berbagai keterampilan gerak dasar dan keterampilan kompleks yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari”. Seorang pendidik dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan seharusnya memberi motivasi pengalaman keberhasilan bagi setiap individu anak, karena hal itu dapat memberikan sebuah sumber motivasi yang akan membangkitkan kemauan peserta didik.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang disampaikan dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian dari mata pelajaran yang wajib berada di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruhan, termasuk sekolah dasar, dikarenakan pendidikan jasmani termasuk kedalam kurikulum. Oleh karena itu tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kejasmanian, mental, emosi dan sosial individu anak untuk lebih baik lagi dengan kegiatan jasmani sebagai media utamanya.
b) Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehehatan merupakan mata pelajaran yang disampaikan oleh pendidikan kepada semua jenjang pendidikan. Pada kurikulum tahun 2013 ruang lingkup pendidikan jasmani tidak berbeda dengan kurikulum sebelumnya yaitu ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1) Permainan yang berolahraga : olahraga tradisional, permainan ekplorasi gerak, keterampilan lokomotor, non lokomotor dan manipulative, atletik, kasti, kippers, sepak bola, bola basket, bola volley, tenis meja, tenis lapangan, golf, bulu tangkis, bela diri, dan banyak aktivitas lainnya.
2) Aktivitas Pengembangan : mekanisme sikap dari tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3) Aktivitas Senam : kekuatan sesederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, senam lantai, senam kreasi, senam lokomotor, dan senam yang lainnya.
4) Aktivitas Ritmik : gerak bebas, senam pagi, SKJ, senam aerobic serta senam yang lainnya.
5) Aktivitas Air : permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta yang lainnya.
6) Pendidikan Luar Kelas : piknik atau karyawisata, pengenalan lingkungan sekitar atau alam bebas, berkemah, outbond, menjelajah, mendaki gunung serta yang lainnya.
3. Gerak Dasar
Gerakan yang sangat dasar yang dimiliki manusia merupakan jalan, lompat, lari. Gerak dasar merupakan gerakan yang sama dengan pertumbuhan dan tingkatan kematangan pada gerakan dasar merupakan bentuk dari gerakan yang mendasari pada ketangkasan yang lebih kompleks.
Gerak non lokomotor “adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari tempatnya sendiri, contohnya membungkukkan badan, memutar badan, mendorong dan menarik, jongkok dan lain sebagainya”.
Sedangkan gerak manipulative merupakan kebisaan dalam memainkan proyek
baik yang dilakukan menggunakan kaki atupun menggunakan tangan atau bagian tubuh yang lain. Gerak manipulative ini memiliki tujuan untuk megatur mata dengan kaki, mata dengan tangan, contohnya menangkap, melempar, menendang, menahan.
Menurut Samsudin (2008:8) beliau berpendapat bahwa “Gerak atau //.motor sebagai istilah umum sebagai bentuk perilaku gerak pada individu manusia, sedangkan psikomotor digunakan untuk mempelajari perkembangan gerak pada individu manusia”. Jadi gerak terdapat pada ruang yang lebih luas daripada psikomotorik. Meskipun dengan secara umum sinonim digunakan dengan istilah motor atau gerak, sebenarnya psikomotor lebih mengacu pada gerakan-gerakan yang dinamakan alih getaran elektronik dari pusat yang dirangsang oleh otot besar.
4. Senam Kreasi Ritmik
Asal muasal senam (gymnastics) yang berasal dari bahasa yunani, yang dapat diartikan: “untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh seorang atlet-atlet yang telangjang”. Pada abad yunani, senam dilakukan untuk merawat diri dan mengoptimalkan kesehatan dapat juga untuk membuat pertumbuhan pada badan yang harmonis, dan tidak dapat dikalahkan. Sedangkan pada abad terakhir 19, peraturan-peraturan satu persatu dalam persenaman mulailah disusun dan dibuat untuk diperlomakan dalam kejuaraan.
Dalam hakikat dari struktural pola geraknya, senam merupakan aktivitas fisik yang cocok dalam meningkatkan suatu kualitas motoric serta kualitas fisik peserta didik juga. Ini juga sependapat dengan ratna budiarti (2012:101) yang menyatakann “dalam kandungan gerak lokomotor yang diangap mampu meningkatkan aspek-aspek kekuatan, power daya tahan tubuh, kecepatan, kelincahan, keseimbangan yang dinamis”. Pembelajaran ini di sekolah dasar dapat menggunakan pola dasar anak serta pengembangan geraknya dengan tugas bergerak yang sesuai dengan dunia anak itu sendiri, dunia yang disukai dengan keinginan bergerak, bermain dan yang sering dilakukan anak-anak.
Dari pengertian diaatas dapat diartikan bahwa senam yang berupa suatu kombinasi yang dapat menyalurkan perasaan untuk menyalurkan dan meningkatkan sebuah gerakan yang berkombinasi dari bermain dengan iringan irama yang dapat menyehatkan tubuh bagi seorang individu.
5. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD)
Pada beberapa karakteristik peserta didik pada jenjang sekolah dasar yang perlu diketahui para pendidik. Menurut H. Djaali (2014:54) mengatakan bahwa:
anak yang mimiliki umur antara 6-12 tahun tersebut akan mengalami kebingungan yang terjadi pada kesadaran sosial dan kemampuannya untuk menetapkan diri dengan pola sosial yang dapat dimasukkan di sekolah dasar yang berbeda dengan pengalaman yang dimiliki sebelumnya, contohnya dalam perkembangan fisik, tingkat kedetailan dalam mental individu.
Jika disambung dengan perkembangan dan pertumbuhan peserta didik dalam sekolah dasar dapat dianalisis dari karakteristik peserta didik sekolah dasar, secara garis besar pembelajran gerak dasar lompat dan lainnya memiliki tujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan gerakan peserta didik yang menitik beratkan pada rangsangan pertumbuhan otot kaki. Dasar-dasar gerak lompat sangatlah pentingnya untuk dibelajarkan pada peserta didik, karena geraknya sesuai dengan peserta didik yang sangat aktif walaupun kesesuaian tubuh yang belum bagus, tetapi pada otot tumbuh dengan mudah dan cepat.
Macam dari gerak lompat sangatlah membantu memeberikan stimulus pada pertumbuhan otot, adapun karakteristik pada peserta didik sekolah dasar dapat digabungkan menjadi empat, antara lain:
a) Senang Bergerak.
Dasarannya peserta didik sekolah dasar ketika memikat suatu alat atau barang yang belum pernah diketahui maka anak tersebut bersemangat senang dan mereka akan mengingatnya. Oleh karena itu pendidik harus bisa membuat model atau metode pembelajaran yang membuat perserta didik berada pada tempat lain atau bergerak aktif.
b) Senang Bermain.
Peserta didik sekolah dasarnsangat menyukai aktivitas yang memiliki sangkutpautan dengan sebuah permainan. Pendidik sekolah dasar seharusnya dirancang sedemikian rupa dalam pembelajarannya yang mungkin adanya disisipkan permainan di dalamnya sehingga pada proses pembelajaran peserta didik tidak mudah bosan dan pembelajaran harus seimbang tidak boleh monoton.
c) Keterlibatan Secara Langsung.
Peserta didik sekolah dasar pada dasarnya senang jika diberikan stimulus rasa, melakukan dan melakukan gerakan sesuatu secara langsung.
Dinyatakan dalam bermacam teori peningkatan kognitif, sehingga anak sekolah dasar memasuki bagian dari operasional pasti. Dari mulai peserta didik pelajari di sekolah ia akan belajar menjadi satukan dengan sebuah konsep-konsep baru dengan sebuah konsep lama.
Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik peserta didik di tingkatan bawah yaitu memiliki kecenderungan dengan bermain. Oleh karena itu, didalam pembelajaran seorang pendidik hendaknya harus mampu memberikan variasi dalam pembelajaran dan memberikan kepada peserta didik untuk terlibat secara langsung dengan proses pembelajaran sehari-hari dan juga peserta didik tidaklah boleh diberikan angan-angan dalam pembelajaran.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
No Nama Peneliti, Tahun, Judul Perbedaan Persamaan 1. Gilang Nuari Panggraita. 2014.
Pengembangan Aktivitas Ritmik Dengan Model Kreasi Untuk Pembelajaran Penjasorkes Siswa Sekolah Dasar
Penelitian yang digunakan serta waktu penelitian.
Media yang
dikembangkan, hasil penelitian, dan sasaran pada siswa sekolah dasar
2. Retno Wahyuningsih, Ni Putu Anita Candri, Siti Noor Aulya Faridha.
2018. Pengaruh Edukasi Gizi (Diet Rest) Dan Senam Kreasi Unsur Sasak (Tari Rudat) Terhadap Perubahan Berat Badan, Imt, Dan Profil Lipid Pada Mahasiswa Kelebihan Berat Badan Di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Mataram
Penelitian yang digunakan serta waktu penelitian.
Media yang
dikembangkan
Sumber tabel 2.1 Penelitian Yang Relevan
Berikut adalah penelitian-penelitian yang terkait penelitian dengan judul Pengembangan Senam Kreasi Gemu Fa Mire di Kelas V Sekolah Indonesia Thailand Bangkok Tahun Ajaran 2019/2020.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran di pengembangan media ini digunakan sebagai perangkat bantu pembelajaran yang sudah dirumuskan dan mengacu materi mengenalkan senam kreasi gemu fa mire di kelas V sekolah Indonesia Thiland Bangkok. Adapun skema kerangka berfikir pada gambar dibawah ini.
Berdasarkan analisis kebutuhan di Sekolah Indonesia Thailand Bangkok perlu adanya pengembangan senam kreasi gemu fa mire di kelas V
PENGEMBANGAN ADDIE MODEL Tahap Penelitian
Analisis (Analyze) -> Desain (Design)-> Pengembangan ( Development)-> Implementasi (Implementation)-> Evaluasi (Evaluation)
Pengembangan Senam Kreasi Gemu Fa Mire di Kelas V Sekolah Indonesia Thailand Bangkok Tahun Ajar 2019/2020
Gambar 2.1 Kerangka berfikir pengembangan Senam Kreasi Gemu Fa Mire Analisis (Analyze)
Desain (Desaign)
Pengembangan (Development)
Implementasi (Implementation)
Evaluasi (Evaluation)
Senam Kreasi Gemu Fa Mire