• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Senam a. Pengertian Senam

Senam dengan istilah lain disebut Gymnastic dari asal kata Yunani purba gymnos yang berarti telanjang, karena pada zaman itu orang – orang melakukankan olahraga tidak berpakaian. Agus Margono (2009: 19) mengemukakan bahwa, “Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis”.

Seperti dikemukakan Budi Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi (2010: 60) menyatakan, “Senam adalah bentuk latihan fisik yang disusun secara sistematis dengan melibatkan gerakan – gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai tujuan tertentu”.

Pendapat lain dikemukakan Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 99) “Istilah senam merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu Gymnastic atau bahasa Yunaninya (Greek) adalah Gymnos yang artinya telanjang karena pada waktu itu (zaman kuno) melakukan senam dengan badan telanjang atau setengah telanjang”.

Sedangkan Sapto Madijono (2010: 1) menyatakan, “Senam adalah suatu bentuk latihan jasmani yang sistematis , teratur dan terencana dengan melakukan gerakan – gerakan yang spesifik untuk memperoleh manfaat dalam tubuh”.

Berdasarkan beberapa pandapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, senam merupakan latihan tubuh yang dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang yang mengutamakan kesempurnaan gerak dan unsur keindahan yang dipilih dan diciptakan dengan berencana dan disusun secara sistematis untuk membentuk dan mengembangkan pribadi harmonis.

(2)

7 b. Manfaat Senam

Pendapat tersebut menunjukan bahwa, gerakan – gerakan senam sengaja diciptakan untuk menciptakan tujuan tertentu yang tersusun secara sistematis yang berguna bagi kesehatan tubuh. Budi Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi (2010:145) menyatakan, “Manfaat senam yaitu seseorang dapat memiliki bentuk tubuh yang ideal, diantaranya indah, bugar,dan kuat”. Sedangkan Agus Mahendra (2000: 14) menyatakan, “Manfaat senam meliputi manfaat fisik dan mental serta sosial”.

Pendapat tersebut menunjukan bahwa, melalui senam akan bermanfaat untuk menambah rasa percaya diri dan memiliki sikap kesadaran yang sangat baik dan dapat hidup sehat secara jasmani dan rohani. Oleh karena itu, dalam mengikuti senam harus mampu menggunakan kemampuan berpikirnya secara kreatif melalui pemecahan masalah – masalah gerak. Dengan demikian akan berkembang kemampuan mentalnya. Selain itu, melalui senam akan memberikan sumbangan yang sangat besar dari program senam dalam meningkatkan self-concept (konsep diri). Ini biasa terjadi karena kegiatan senam menyediakan banyak pengalaman dimana akan mampu mengontrol tubuhnya dengan keyakinan dan tingkat keberhasilan yang tinggi, sehingga memungkinkan membantu membentuk konsep yang positif.

c. Jenis Senam

Sekarang ini muncul beberapa macam jenis senam, seperti senam kesegaran jasmani, senam ibu hamil, senam jantung sehat dan masih banyak istilah senam yang lainnya. Aip Syarifudin dan Muhadi (1992:100) menyatakan , “ Senam dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu senam dasar, senam ketangkasan dan senam irama”. Sedangkan Sapto Madijono (2010:1) menyatakan bahwa, “ Jenis senam di Indonesia bermacam-macam dibagi menjadi enam kelompok yaitu: senam lantai, senam

(3)

8 ketangkasan, senam irama, senam aerobik sport, senam oesteoporosis, senam jantung sehat”.

Sedangkan FIG (Federation Internationale de Gymnastique) dalam Agus Mahendra (2000: 11-12) bahwa, “Jenis senam dibagi menjadi enam kelompok yaitu:

1) Senam artistik (artistics gymnastics) 2) Senam ritmik (sportive rytmic gymnastics) 3) Senam akrobatik (acrobatic gymnastics) 4) Senam aerobik (sports aerobics)

5) Senam trampolin (trampolinning) 6) Senam umum (general gymnastics)”.

Seperti yang telah dikemukakan diatas, bahwa dengan kemajuan ilmu dan teknologi dewasa ini tumbuh dan berkembang macam-macam bentuk gerakan senam, baik yang dilakukan di Indonesia maupun di negara-negara lain. Sedangkan menurut Agus Margono (2009: 79) menyatakan bahwa, “Pada cabang olahraga senam artistik yang dipertandingkan terdiri dari enam alat untuk putra, yaitu: senam lantai (floor exercise), kuda – kuda (vaulting horse), palang bertingkat (uneven parallel bars), balok keseimbangan (balance beam).kuda – kuda pelana (pommeled horse), palang sejajar (parailel bars), palang tunggal (horizontal bars), gelang – gelang (rings). Sedangkan nomor senam artistik untuk putri terdiri dari empat alat, yaitu : senam lantai (floor exercise), kuda – kuda (vaulting horse), palang bertingkat (uneven parallel bars), balok keseimbangan (balance beam).

Senam artistik sebagai senam yang menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek – efek artistik dari gerakan – gerakan yang dilakukan pada alat – alat. Efek artistik dihasilkan dari besaran (amplitudo) gerakan serta kesempurnaan gerak dalam menguasai tubuh ketika melakukan berbagai posisi. Gerakan – gerakan

(4)

9 tumbling digabung dengan akrobatik yang dilaksanakan secara terkontrol mampu memberikan pengaruh mengejutkan yang mengundang rasa keindahan.

2. Senam Lantai

Senam lantai adalah satu rumpun dari senam. Sesuai dengan istilah lantai, maka gerakan-gerakan/ bentuk latihannya dilakukan dilantai. Jadi lantai/ matras yang merupakan alat yang digunakan. Senam lantai disebut juga dengan istilah latihan bebas. Oleh karena tidak mempergunakan benda-benda atau perkakas lain pada saat melakukannya Agus Margono (2009: 79) mengemukakan bahwa, “ Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras, unsur-unsur geraknya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke belakang”. Senam lantai disebut juga dengan istilah latihan bebas. Oleh karena tidak mempergunakan benda-benda atau perkakas lain pada saat melakukannya.

Bentuk senam lantai bermacam-macam berdasarkan gerakannya. Senam lantai dilakukan dalam ruangan dan dapat juga dilakukan dilapangan umum. Untuk menjaga keamanan dan keselamatan peserta didik, maka digunakan matras. Menurut Agus Margono (2009: 80-92) berikut adalah beberapa contoh gerakan senam lantai :

1) Mengguling

a) Guling depan tungkai bengkok b) Guling depan tungkai lurus c) Guling belakang tungkai bengkok d) Guling belakang tungkai lurus 2) Keseimbangan

a) Berdiri atas kepala

(5)

10 c) Berdiri atas tangan

d) Back extention (stutz)

e) Berdiri atas tangan terus guling dada 3) Melenting

a) Melenting tumpuan tengkuk b) Melenting tumpuan dahi c) Front wolkover

d) Back wolkover

e) Melenting tumpuan tangan (hand spring) f) Melenting ke belakang tumpuan tangan 4) Meroda atau gerakan baling – baling 5) Round Off

6) Gerakan Salto a) Salto ke depan

(1) Salto depan jongkok

(2) Salto depan sudut / kaki lurus b) Salto ke belakang

(1) Salto belakang jongkok (2) Salto depan sudut / kaki lurus c) Salto ke samping

(1) Salto belakang jongkok (2) Salto depan kaki lurus

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari senam lantai, antara lain :

1) Hendaknya selalu menggunakan matras

2) Matras harus diletakkan diatas tanah atau lantai yang rata dan aman dari bahaya

3) Letakkan matras jauh dari dinding atau benda lain yang akan menyebabkan benturan

(6)

11 4) Periksa matras dan keamanan di sekitarnya yang mungkin dapat

mengganggu peserta didik

5) Pembelajaran dilakukan dari gerakan yang mudah dahulu atau tahap demi tahap

6) Sebelum melakukan pembelajaran senam lantai, hendaknya melakukan senam pemanasan yang cukup

7) Peserta didik dilarang melakukan pembelajaran sendiri di luar pengawasan guru, kecuali ada peserta didik yang dianggap mampu untuk membantu dan menguasai gerakan senam lantai dengan benar 8) Agar matras tidak cepat rusak, hendaknya matras dijaga sebaik

mungkin dan jaga kebersihannya serta simpan ditempat yang aman. Senam sebagai salah satu cabang olahraga harus memliki manfaat langsung maupun tidak langsung bagi pelaksananya. Senam lantai mempunyai banyak manfaat baik aspek fisik, mental dan sosial. Manfaat Senam Lantai santara lain :

1) Manfaat Senam

Senam adalah kegiatan utama yang paling bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak. Melalui berbagai kegiatannya, siswa akan berkembang daya tahan otot, kekuatan (power), kelenturan, koordinasi, kelincahan dan keseimbangannya.

Disamping itu, program senam dapat pula menyumbang pengayaan perbendaharaan gerak pelakunya. Dasar-dasar senam sangat baik untuk mengembangkan pelurusan senam Contohnya, berdiri dengan postur tubuh yang baik, menggantung dalam posisi terbaik, serta menampilkan variasi guling berturut-turut.

2) Manfaat Mental dan Sosial

Ketika mengikuti senam, siswa dituntut untuk berpikir sendiri tentang pengembangan keterampilannya. Untuk itu, siswa harus ,a,pu menggunakan kemampuan berpikirnya secara kreatif melalui pemecahan

(7)

12 masalah-masalah gerak. Dengan demikian, siswa akan berkembang kemampuan mentalnya.

3. Meroda

Meroda adalah gerakan berputar seperti roda, dua lengan dan dua tungkai adalah merupakan jari-jari. Menurut Suyati, dkk (1994: 154) gerakan meroda adalah suatu gerakan ke samping pada saat bertumpu atas kedua tangan dengan kaki terbuka besar / kangkang. Gerakan meroda apabila diuraikan seperti berikut dimulai dengan berdiri sikap tegak, kedua lengan diluruskan ke atas, telapak tangan menghadap ke depan, kepala tegak, kedua kaki dibuka dengan posisi kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang. Bungkukan pinggul, letakkan tangan kiri pada matras diikuti tangan kanan lurus menumpu pada matras selebar bahu, pandangan mata ke bawah melihat tumpuan tangan, tungkai kaki kiri sedikit ditekuk, sedangkan tungkai kaki kanan lurus. Hentakkan kaki kiri pada matras untuk dapat menolakkan dan mengangkat kedua kaki ke atas dalam posisi terbalik dengan kedua tungkai dibuka lebar membentuk sikap kangkang. Turunkan kaki kanan kemudian kaki kiri bersamaan dengan mendorong kedua tangan pada matras dilanjutkan mengangkat kedua tangan ke atas supaya dapat berdiri tegak.

Gerakan meroda dapat dilakukan dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Perbedaan meroda kiri dan kanan hanya berbeda dalam sikap awal dan urutan tangan serta kaki yang menyentuh lantai / matras. Untuk melakukan meroda kanan, kaki awal yang diangkat adalah kaki kanan, kemudian disusul oleh tangan kanan, tangan kiri lalu mendarat kaki kiri dan terakhir kaki kanan. Untuk melakukan meroda kiri, kaki awal yang diangkat adalah kaki kiri, kemudian disusul oleh tangan kiri, tangan kanan lalu mendarat kaki kanan dan terakhir kaki kiri. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan dalam gambar berikut.

(8)

13

Gambar 2.1. Gerakan Meroda ke Kiri (Sumber: beibhystarayma.blogspot.com/)

Diperlukan suatu analisa yang tepat untuk mempelajari suatu gerak dalam olahraga secara efisien dan efektif. Menurut Biasworo Adisuyanto Aka (2009: 104-105) berikut merupakan analisa gerakan meroda ke arah kiri yaitu :

1) Dimulai dari sikap awal badan berdiri tegak menghadap ke depan, dengan posisi kedua kaki rapat, kedua lengan diangkat lurus ke atas di samping kepala.

2) Dilanjutkan dengan melakukan awalan dengan melangkah dua atau tiga langkah, diakhiri dengan posisi kedua kaki dibuka muka belakang, dengan posisi kaki kiri di depan dan kaki kanan dibelakang, posisi lutut dan siku tetap lurus.

3) Dimulai dengan kaki kiri ditekuk, badan menyondong ke depan dengan kedua lengan diayun ke bawah mengikuti gerakan badan.

4) Meletakkan tangan kiri pada lantai / matras di depan kaki kiri dilanjutkan dengan mengayun tungkai kaki kanan ke atas.

(9)

14 5) Seiring ayunan kaki kanan ke atas, dorong kaki kiri dan letakkan tangan kanan di depan tangan kiri membentuk satu garis (tangan kanan dan kiri berada dalam satu garis lurus). Ketika tangan kanan menyentuh lantai / matras posisi kedua kaki terbuka lebar.

6) Dengan sedikit memutar badan, angkat tangan kiri dari lantai / matras. Kaki kanan mendarat / letakkan di lantai / matras dekat dengan tangan kanan antara sudut 15-20 derajat, sedangkan kaki kiri mengikuti irama kaki kanan. Untuk gerakan meroda diharuskan pendaratan kaki pertama mendekat tumpuan tangan terakhir karena meroda merupakan gerak proyektil sesuai dengan gerak biomekanik. Seorang pesenam yang mendaratkan kaki pertama semakin jauh dengan tangan terakhir, pesenam tersebut akan mengalami hambatan yang berupa kehilangan keseimbangan atau kegagalan saat proses berdiri.

7) Ketika kaki kanan menyentuh dasar lantai, segera dorong kedua tangan pada matras lalu angkat kedua tangan dengan bertumpu kepada kaki kanan diiringi gerakan badan, posisi lengan tetap lurus.

8) Posisi kaki kanan tetap berada di depan, kedua kaki masih terbuka kangkang dalam keadaan penuh keseimbangan. Ketika kaki kiri mendarat / menyentuh lantai / matras, angkat kedua lengan sampai ke atas dengan kondisi lengan tetap lurus ke atas.

9) Berdiri sikap awal dengan kedua lengan lurus atas di samping telinga, kedua kaki rapat dan pandangan mata ke depan.

(10)

15

Gambar 2.2. Analisa Gerakan Meroda ke Kiri (Sumber: Biasworo Adisuyanto Aka., 2009: 104)

Menurut Suyati, (1995:452) terdapat beberapa kesalahan umum dalam melakukan gerakan meroda :

1) Tangan mendarat bersamaan

2) Tanagan tidak pada garis lurus arah gerakan

3) Saat tangan kanan mendarat terlalu dekat atau terlalu jauh 4) Ayunan kaki kanam dan tolakan berhasil dan jatuh

5) Kaki dan tangan tidak lurus, kaki dibuka kurang lebar 6) Pada saat sikap hand stand panggul menekuk

7) Kepala menunduk, pandangan tidak ke tangan 8) Gerakan tidak pada garis lurus.

4. Hakikat Belajar Keterampilan

a. Pengertian Belajar Keterampilan

Belajar gerak atau keterampilan mempunyai pengertian yang sama seperti belajar pada umumnya. Tetapi dalam belajar keterampilan memiliki karakteristik tertentu. Belajar gerak mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh. Proses belajarnya melalui pengamatan dan

(11)

16 mempraktekkan pola-pola gerak yang dipelajari. Intensitas keterlibatan unsur domain kemampuan yang paling tinggi adalah domain psikomotor yang berarti juga termasuk domain fisik. Di dalam belajar gerak bukan berarti domain kognitif dan domain afektif tidak terlibat didalamnya. Semua unsur kemampuan individu terlibat di dalam belajar gerak, hanya saja intensitas keterlibatannya berbeda-beda. Intensitas keterlibatan domain kognitif dan domain afektif relatif lebih kecil dibandingkan keterlibatan domain psikomotor. Keterlibatan domain psikomotor tercermin dalam respon-respon muskular yang di ekspresikan dalam gerak-gerakan tubuh secara keseluruhan atau bagian-bagian tubuh. Berkaitan dengan belajar gerak, Sugiyanto (1996: 27) menyatakan, “Belajar gerak adalah belajar yang di wujudkan melalui respon-respon muskular yang di ekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh”. Menurut Rusli Lutan (1988: 102) bahwa, “Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil”. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, belajar gerak (motorik) merupakan perubahan perilaku motorik berupa keterampilan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Upaya menguasai keterampilan gerak diperlukan proses belajar yaitu proses belajar gerak. Menurut Wahjoedi (1999:119) dalam Jurnal Iptek Olahraga menyatakan, “Penguasaan keterampilan gerakhanya dapat diperoleh melalui pelaksanaan gerak dengan program pembelajaran yang terencana, sistematis dan berkelanjutan”.

Dalam pelaksanaan belajar gerak harus direncanakan dengan baik, disusunsecara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pembelajaran yang baik, terencanadan terus menerus, maka siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tujuan belajar gerak adalah, siswa memiliki keterampilan gerak sesuai dengan yang diharapkan. Perkembangan gerak yang terampil merupakan sasaran pembelajaran keterampilan gerak. Jika siswa telah

(12)

17 menguasai keterampilan yang dipelajari, maka akan terjadi perubahan-perubahan pada diri siswa yang mengarah pada gerakan yang efektif dan efisien.Rink seperti dikutip Rusli Lutan & Adang Suherman (2000: 56) menyatakan adatiga indikator gerak terampil yaitu: “(1) efektif artinya sesuai dengan produk yang diinginkan dengan kata lain product oriented, (2) efisien artinya sesuai dengan proses yang seharusnya dilakukan dengan kata lain process oriented, dan (3) adaptif artinya sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana gerak tersebut dilakukan”.

b. Tahap-tahap Belajar Gerak

Proses yang terjadi dalam belajar gerak memiliki karakteristik yang berbeda dengan belajar pada umumnya. Dalam belajar gerak terlibat suatu prosesyaitu, terjadinya perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil dari belajar yang lebih baik dari sebelum belajar. Dalam proses belajar gerak terjadai beberapa tahapan. Menurut Fitts & Posner (1967) yang dikutip Sugiyanto (1996: 44) bahwa, "Proses belajar gerak keterampilan terjadi dalam 3 fase belajar yaitu: (1) fase kognitif, (2) fase asosiatif,(3) fase otonom". Untuk lebih jelasnya tahap-tahap belajar gerak dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Fase Kognitif

Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Faseawal ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri pelajar menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari, sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba gerakan. Pada fase kognitif diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Anak berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya. Informasi bisa bersifat verbal atau visual. Menurut Sugiyanto (1996:45) bahwa, “Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata.

(13)

18 Informasi visual informasi yang dapat dilihat”.Informasi yang diterima tersebut kemudian diproses dalam mekanisme perseptual sehingga memperoleh gambaran tentang gerakan yang dipelajari untuk selanjutnya mengambil keputusan melakukan gerakan sesuai dengan informasi yang diterima. Namun gerakan yang dilakukan seringkali salah atau tidak benar. Pada tahap ini anak hanya sebatas mencoba-coba gerakan yang dipelajari tanpa memahami bentuk gerakan yang baik dan benar. Agar gerakan yang dilakukan menjadi benar dan tidak kaku, harus dilakukan secara berulang-ulang dan kesalahan-kesalahan segera dibetulkan agar gerakannya menjadi lebih baik dan benar. Jika gerakan sudah dapat dilakukan dengan lancar dan baik berarti sudah meningkat memasuki fase selanjutnya.

2) Fase Asosiatif

Fase asosiatif merupakan tahap kedua dalam belajar keterampilan atau disebut juga fase menengah. Pada fase asosiatif ditandai dengan peningkatan kemampuan penguasaan gerakan keterampilan. Gerakan-gerakan keterampilan yang dipelajari dapat dilakukan dalam bentuk yang sederhana atau tersendat-sendat. Gerakan keterampilan tersebut dapat dilakukan dengan lancar, apabila dilakukan secara berulang-ulang, sehingga pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efisien, lancar, sesuai dengan keinginannya. Menurut Rusli Lutan (1988:306) bahwa,

“Permulaan dari tahap asosiatif ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak, dan mulai mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. Akan nampak penampilan yang terkoordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, lambat laun gerakan semakin konsisten”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pada fase asosiatif penguasaan dan kebenaran gerakan anak meningkat, namun masih sering melakukan kesalahan dan harus diberitahu. Kesalahan bisa

(14)

19 diketahui melalui pemberitahuan orang lain yang mengamatinya atau rekaman gambar pelaksanaan gerakan. Dengan mengetahui kesalahan yang dilakukan, anak perlu mengarahkan perhatiannya untuk membetulkan selama mempraktekkan berulang-ulang. Pada fase asosiatif ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan.

3) Fase Otonom

Fase otonom bisa dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Faseini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan, dimana anak mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Menurut Sugiyanto (1996: 47) bahwa,"Dikatakan fase otonom karena pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu pelajar memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan". Tahap otomatis merupakan tahap akhir dari belajar gerak. Dikatakan tahap otonom karena anak mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun saat melakukan gerakan. Tahap otomatis ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan keterampilan yang sudah baik, dimana anak mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis serta energi yang dikeluarkan lebih efektif dan efisien. Untuk mencapai fase otonom diperlukan praktek berulang-ulang secara teratur. Dengan mempraktekkan gerakan secara berulang-ulang, gerakan yang dilakukan menjadi otomatis, lebih baik dan benar, serta lancar pelaksanaannya.

c. Hukum-Hukum Belajar Gerak

Dalam pelaksanaan proses belajar gerak, ada beberapa hukum-hukum belajar motorik yang harus dipahami dan dimengerti oleh seorang guru. Hukum-hukum belajar motorik tersebut akan berpengaruh terhadap

(15)

20 keberhasilan tujuan proses belajar mengajar keterampilan. Menurut Thorndike yang dikutip Sugiyanto& Agus Kristiyanto (1998: 2-3) hukum-hukum belajar gerak dibedakan menjadi 3 yaitu, “(1) hukum-hukum kesiapan, (2) hukum latihan dan (3) hukum pengaruh”.Hukum kesiapan (law of readines) merupakan tahap kesiapan, dimana dalam pelaksanaan belajar keterampilan siswa harus betul-betul siap untuk menerimanya. Lebih lanjut Sugiyanto & Agus Kristiyanto (1998:2) menyatakan"Hukum kesiapan (law of readinees) menyatakan bahwa belajar akan berlangsung sangat efektif jika pelaku belajar berada dalam suatu kesiapan untuk memberikan respons".

Hal ini artinya, belajar akan berlangsung efektif bila siswa yang bersangkutan telah siap untuk menyesuaikan diri dengan stimulus dan telah siap untuk memberikan respon. Dengan kata lain siswa akan belajar dengan cepat dan efektif apabila telah siap dan telah ada kebutuhan untuk hal tersebut. Proses belajar akan berjalan lancar jika materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa. Hukum latihan (law exercise) merupakan tahap pengulangan gerakan yang dipelajari. Mengulang-ulang respon tertentu sampai beberapa kali akan memperkuat koneksi antara stimulus dan respon. Sugiyanto & Agus Kristiyanto(1998:3) menyatakan, “Hukum latihan mengandung dua hal yaitu:

(1) Law of use yang menyatakan bahwa hubungan stimulus respon menguat kalau ada latihan

(2) Law od disuse yang menyatakan bahwa hubungan stimulus respon melemah kalau latihan dihentikan.

Hukum pengaruh (law of effect) menyatakan, penguatan atau melemahnya suatu koneksi merupakan akibat dari proses yang dilakukan. Hubungan stimulus respon menguat bila muncul respon disertai oleh keadaan menyenangkan atau memuaskan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya materi pelajaran yang disajikan dapat mendatangkan kesenangan sehingga menimbulkan motivasi yang tinggi

(16)

21 pada siswa. Keadaan yang demikian akan membuat siswa lebih aktif melakukan gerakan yang dipelajari dan mampu melakukannya secara berulang-ulang sehingga akan memberi pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar.

d. Ciri-ciri Perubahan dari Belajar Gerak

Tujuan utama dalam proses belajar mengajar yaitu terjadi perubahan yang lebih baik pada diri siswa. Sebagai contoh, pada awalnya siswa tidak mampu melakukan lompat tinggi gaya straddle, setelah melalui proses belajar maka siswa mampu melakukan lompat tinggi gaya straddle. Prinsip perubahan pada siswa dari belajar suatu keterampilan bersifat permanen. Hasil belajar bersifat permanen maksudnya, keterampilan yang telah dikuasai siswa tidak mudah hilang sesudah kegiatan selesai dilakukan atau dalam waktu tertentu. Tetapi jika tidak belajar lagi (latihan secara rutin) kemampuan atau keterampilan yang telah dikuasai akan menurun. Menurut Schmidt (1982) yang dikutip Rusli Lutan (1988: 102-107) karakteristik dari belajar gerak yaitu:

1) Belajar sebagai sebuah proses.

2) Belajar motorik adalah hasil langsung dari latihan. 3) Belajar motorik tak teramati secara langsung.

4) Belajar menghasilkan kapabilitas untuk bereaksi (kebiasaan). 5) Belajar motorik relatif permanen.

6) Belajar motorik bisa menimbulkan efek negatif dan, 7) Kurve hasil belajar.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri perubahan akibat belajar gerak (motorik) ada tujuan macam. Untuk lebih jelasnya ciri-ciri perubahan dariproses belajar keterampilan diuraikan secara singkat sebagai berikut:

(17)

22 1) Belajar Sebagai Proses

Proses adalah seperangkat kejadian atau peristiwa yang berlangsung bersama, menghasilkan beberapa prilaku tertentu. Sebagai contoh dalam membaca, proses diasosiasikan dengan gerakan mata, menangkap kode dan simbol di dalam teks, memberikan pengertian sesuai dengan perbendaharaan kata yang tersimpan dalam ingatan, dan seterusnya. Demikian halnya dalam belajar keterampilan motorik, di dalamnya terlibat suatu proses yang menyumbang kepada perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil dari belajar atau berlatih dalam organisme yang memungkinkannya untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan sebelum belajar atau berlatih. Proses perubahan yang terjadi akibat dari belajar harus disadari oleh siswa, sehingga siswa dapat merasakan bahwa dirinya telah mencapai peningkatan keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti dikemukakan Slameto (1995: 3) bahwa, “seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi adanya sesuatu perubahan padadirinya”. Dengan kemampuan siswa menyadari akan perubahan yang terjadi dalam dirinya, ini artinya telah terjadi proses belajar gerak dalam diri siswa. Dengan terjadinya proses belajar maka akan dicapai hasil belajar yang lebih baik.

2) Belajar Motorik adalah Hasil Langsung dari Latihan

Perubahan perilaku motorik berupa keterampilan dipahami sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk membedakan perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor tersebut juga menyebabkan perubahan perilaku (seperti anak yang dewasa lebih terampil melakukan suatu keterampilan yang baru dari pada anak yang muda), meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar. Sugiyanto dan Agus Kristiyanto (1998: 33) menyatakan bahwa, “Perubahan-perubahan hasil belajar gerak sebenarnya bukan murni dari hasil suatu pengkondisian

(18)

23 proses belajar, melainkan wujud interaksi antara kondisi belajar dengan faktor-faktor perkembangan individu”. Ini artinya, perubahan kemampuan individu dalam penguasaan gerak ditentukan oleh adanya interaksi yang rumit antara faktor keturunan dan pengaruh lingkungan. Perkembangan individu berproses sebagai akibat adanya perubahan anatomis-fisiologis yang mengarah pada status kematangan. Pertumbuhan fisik yang menunjukkan pada pembesaran ukuran tubuh dan bagian-bagiannya, terkait dengan perubahan-perubahan fungsi faal dan sistem lain dalam tubuh. Pola-pola perubahan tersebut pada gilirannya akan selalu mewarnai pola penguasaan gerak, sebagai hasil proses belajar gerak.

3) Belajar Motorik Tak Teramati secara Langsung

Belajar motorik atau keterampilan olahraga tak teramati secara langsung. Proses yang terjadi dibalik perubahan keterampilan sangat kompleks dalam sistem persyarafan, seperti misalnya bagaimana informasi sensori diproses, diorganisasi dan kemudian diubah menjadi pola gerak otot-otot. Perubahan itu semuanya tidak dapat diamati secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan eksistensinya dariperubahan yang terjadi dalam keterampilan atau perilaku motorik.

4) Belajar Menghasilkan Kapabilitas untuk Bereaksi (Kebiasaan) Pembahasan belajar motorik juga dapat ditinjau dari munculnya kapabilitas untuk melakukan suatu tugas dengan terampil. Kemampuan tersebut dapat dipahami sebagai suatu perubahan dalam sistem pusat syaraf. Tujuan belajaratau latihan adalah untuk memperkuat atau memantapkan jumlah perubahan yang terdapat pada kondisi internal. Kondisi internal ini sering disebut kebiasaan. Menurut Rusli Lutan (1988: 104) kapabilitas ini penting maknanya karena berimplikasi pada keadaan yaitu, “jika telah tercipta kebiasaan dan kebiasaan itukuat, keterampilan dapat diperagakan jika terdapat kondisi yang mendukung,

(19)

24 tetapi jika kondisi tidak mendukung (lelah) keterampilan yang dimaksud tidak dapat dilakukan”.

5) Belajar Motorik Relatif Permanen

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringan, lelah dan lain sebagainya, tidak dapat digolongan sebagai perubahan akibat belajar. Perubahan yang terjadi akibat proses belajar bersifat menetap atau permanen. Hasil belajar gerak relatif bertahan hingga waktu relatif lama. Sebagai contoh, kemampuan siswa melakukan lempar lembing gaya jengket tidak akan hilang begitu saja, melainkan akan semakin berkembang jika terus dipergunakan atau berlatih secara teratur. Memang sukar untuk menjawab, berapa lama hasil belajar itu akan melekat. Meskipun sukar ditetapkan secara kuantitatif, apakah selama satu bulan, bertahun-tahun atau hanya dua atau tiga hari. Untuk kebutuhan analisis dapat ditegaskan bahwa, belajar akan menghasilkan beberapa efek yang melekat pada diri siswa setelah melakukanbelajar gerak.

6) Belajar Motorik Bisa Menimbulkan Efek Negatif

Dilihat hasil yang dicapai dari belajar gerak menunjukkan bahwa, belajardapat menimbulkan efek positif yaitu, penyempurnaan keterampilan atau penampilan gerak seseorang. Namun disisi lain, belajar dapat menimbulkan efek negatif. Sebagai contoh, seorang pesenam belajar gerakan salto ke belakang. Pada suatu ketika lompatannya kurang tinggi dan putaran badannya terlampau banyak sehingga jatuh terlentang. Akibatnya ia mengalami rasa sakit pada punggungnya dan menyebabkan tidak berani lagi melakukan gerakan salto ke belakang. Rasatakut ini mungkin berlangsung beberapa lama, sampai kemudian keberaniannya muncul kembali. Contoh semacam ini dapat dipakai sebagai ilustrasi gejala kemunduran suatu keterampilan sebagai rangkaian akibat kegiatan belajar pada waktu sebelumnya. Kesan buruk terhadap pengalaman masa lampau, kegagalan pahit dalam

(20)

25 suatu kegiatan atau tidak berhasil melakukan suatu jenis keterampilan dengan sempurna justru bukan berakibat negatif, tetapi hendaknya dijadikan pendorongke arah perubahan positif. Pengalaman semacam ini hendaknya menjadi pendorong untuk lebih giat belajar hingga mencapai hasil yang lebih baik.

7) Kurva Hasil Belajar

Salah satu persoalan yang paling rumit dalam proses belajar gerak adalah tentang penggambaran perkembangan hasil belajar dan kecermatan dalam hasil penafsirannya. Kurva hasil belajar adalah gambaran penguasaan kapabilitas untuk bereaksi (yaitu kebiasaan) dalam satu jenis tugas setelah dilakukan berulangulang. Kurva hasil belajar ini biasanya dibuat grafik, dimana grafik tersebut menampilkan perkembangan penampilan kemampuan gerak sebagai cerminan dari proses belajar internal yang berlangsung dalam diri seseorang. Meskipun kurva belajar tidak mampu sepenuhnya mencerminkan perubahan internal pada diri seseorang, tetapi untuk kebutuhan praktis atas dasar penampilan nyata dapat ditafsirkan kemajuan, kemandegan atau kemunduran hasil belajar yang dicapai seseorang pada suatu waktu.

5. Alat Bantu Pembelajaran

a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran

Alat bantu merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Menurut Samsudin (2008: 57) menyatakan bahwa, “untuk melaksanakan proses aktivitas jasmani tersebut sudah barang tentu menuntut adanya kelengkapan media dan alat bantu pembelajaran. Karena tanpa adanya dukungan media dan alat bantu

(21)

26 tersebut, maka proses pembelajaran pendidikan jasmani akan sia-sia belaka”.

Jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kesuatu objek sehingga mempermudah persepsi.

b. Manfaat Alat Bantu Pembelajaran

Manfaat alat bantu pembelajaran menurut Soekidjo ( dikutip dari Choirudin 2012) secara terperinci manfaat alat peraga antara lain sebagai berikut:

1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan 2) Mencapai sasaran yang lebih banyak 3) Membatu mengatasi hambatan bahasa

4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan

5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat

6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain

7) Mempermudah peyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik pelaku pendidikan.

8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan (2003).

Seperti diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indera.

c. Syarat Alat Bantu Pembelajaran Yang Baik

Alat bantu pembelajaran menurut Soekidjo (dikutip dari Choirudin, 2012) bahwa suatu alat pembelajaran dikatakan baik, apabila mempunyai tujuan pendidikan untuk mengubah pengetahuan, pengertian,

(22)

27 pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang baru (2003). Selain itu alat bantu harus efisien dalam penggunaanya, dalam waktu yang singkat dapat mencakup isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Penempatan alat bantu perlu diperhatikan ketepatannya agar dapat diamati dengan baik oleh siswa. Efektif artinya memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi pesannya dan kepentingan siswa yang sedang belajar sedangkan yang dimaksud dengan komunikatif ialah bahwa media tersebut mudah untuk dimengerti maksudnya, sehingga membuat siswa mejadi lebih mudah dalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru.

d. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Alat Bantu Ada beberapa faktor dan kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih alat bantu yaitu:

1) Objektivitas

Unsur subjektivitas guru di dalam memilih media pengajaran harus dihindari. Artinya, guru tidak boleh memilih suatu media pengajaran atas dasar kesenangan pribadi. Apabila secara objektif, berdasarkan hasil penelitian ataupercobaan, suatu media pengajaran menunjukkan keefektifan dan efisiensi yang tinggi, maka guru jangan merasa bosan menggunakannya. Untuk menghindari pengaruh unsur subjektivitas guru, alangkah baiknya di dalam memilih media pengajaran itu guru meminta pandangan atau saran dari teman sejawat atau melibatkan siswa.

2) Program Pengajaran

Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harussesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya. Meskipun secara teknis program tersebut sangat baik, jika tidak sesua dengan kurikulum ia tidak akan banyakmembawa manfaat, bahkan mungkin hanya menambah beban baik bagi anak didik

(23)

28 maupun bagi guru di samping akan membuang-buang waktu, tenaga dan biaya. Terkecuali jika program itu hanya dimaksudkan untuk mengisi waktu senggang saja, daripada anak didikbermain-main tidak karuan.

3) Sasaran Program

Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang akanmenerima informasi pengajaran melalui media pengajaran. Pada tingkat usia tertentu dan dalam kondisi tertentu anak didik mempunyai kemampuan tertentu pula, baik cara berpikirnya, daya imajinasinya, kebutuhannya, maupun daya tahan dalam belajarnya. Untuk itu maka media yang akan digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak didik, baik dari segi bahasa, simbol-simbol yang digunakan, cara dan kecepatan penyajianya, ataupun waktu penggunaanya.

4) Situasi dan Kondisi

Situasi dan kondisi yang ada juga perlu mendapat perhatian didalam menentukan pilihan media pengajaran yang akan digunakan. Situasi dan kondisi yang dimaksud meliputi (1) situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasinya, dan (2) situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran mengenai jumlahnya, motivasi dan kegairahannya. Anak didik yang sudah melakukan praktik yang berat, seperti praktik olahraga, biasanya kegairahan belajarnya sangatmenurun.

5) Kualitas Teknik

Dari segi teknik, media pengajaran yang akan digunakan perlu diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat. Barangkali ada rekaman audionya atau gambar-gambar atau alat-alat bantunya yang kurang jelas atau kurang lengkap, sehingga perlu penyempurnaan sebelumdigunakan. Suara atau gambaryang kurang jelas bukan saja tidak menarik tetapi juga dapat mengganggujalannya proses belajar dan mengajar.

(24)

29 6) Keefektifan dan Efisiensi Penggunaan

Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil pencapaian tersebut. Keefektifan dalam penggunaan media meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut informasi pengajaran dapat diserap dengan optimal oleh anak didik sehingga menimbulkan perubahan tingkahlakunya. Sedangkan efisiensi meliputi apakahdengan menggunakan media tersebut, waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut sedikit mungkin. Ada media yang dipandang sangat efektif untuk mencapai suatu tujuan, namun proses pencapaiannya tidakefisien, baik dalam pengadaannya maupun penggunaannya. Demikian pula sebaliknya, ada media yang efisien dalam penggunaan dan pengadaannya, namun tidak efektif dalam pencapaian hasilnya. Memang sangat sulit untuk mempertahankan keduanya (efektif dan efisien) secara bersamaan, tetapi memilih media (alat bantu) pengajaran guru sedapat mungkin memenuhi keefektifan dankeefisiensian penggunaannya.

6. Alat Bantu dalam Latihan Senam

a. Pentingnya Alat Bantu dalam Latihan Olahraga

Alat bantu merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan latihan olahraga. Kelancaran kegiatan latihan dapat dipengaruhi oleh tersedianya alat bantu yang baik dan memadai. H.J. Gino dkk., (1998: 37) menyatakan, “Alat bantu belajar atau pembelajaran adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa)”. Sedangkan Slameto (1995: 67-68) menyatakan: “Media atau alat pembelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pembelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan. Alat pelajaran yang

(25)

30 lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa”.

Alat bantu mempunyai arti penting dalam kegiatan latihan. Alat bantu dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan materi latihan. Selain itu, alat bantu akan memudahkan dalam mempelajari metari pembelajaran. Srijono Brotosuryo dkk., (1994: 297) menyatakan, “Dengan menggunakan alat bantu mengajar atau media, pengajaran dapat menjadi lebih konkrit dan menarik, sehingga mudah untuk dimengerti dan dipahami anak didik”. Sedangkan M. Sobry Sutikno (2009: 106-107) menyatakan:

Ada beberapa fungsi penggunaan media atau alat dalam proses pembelajaran di antaranya:

1) Menarik perhatian siswa

2) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran.

3) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan)

4) Mengatasi keterbatasan ruang

5) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif 6) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan

7) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar

8) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau menimbulkan gairah belajar

9) Melayani gaya belajar siswa beraneka ragam

10) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Alat bantu atau media latihan memiliki fungsi yang sangat luas dalam kegiatan latihan olahraga keterampilan. Dengan menggunakan alat bantu latihan yang baik dan tepat, maka akan mendukung pencapaian hasil latihan yang optimal. Oleh karena itu, seorang pelatih

(26)

31 harus mampu memanfaatkan berbagai macam alat bantu latihan, jika dalam latihan banyak kendala. Dengan menggunakan alat bantu yang tepat, maka kendala-kendala dalam latihan dapat teratasi.

b. Alat Bantu dalam Latihan Meroda

Penggunaan alat bantu dalam latihan olahraga keterampilan sangat penting agar tujuan latihan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tidak tersedianya alat bantu akan berpengaruh terhadap kegiatan latihan, sehingga materi latihan tidak dapat tersampaikan. Namun sebaliknya, dengan alat dalam latihan senam, maka latihan senam dapat dilakukan secara variatif sesuai tujuan yang diinginkan.

Penggunaan alat bantu dalam latihan meroda sangat penting untuk mendukung penguasaan keterampilan gerakan meroda. Karena meroda memiliki gerakan yang sulit dan kompleks, maka latihan harus dilakukan dengan baik dan benar. Agus Mahendra (2000: 46) menyatakan,

Untuk melatih keterampilan meroda diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) bertumpu dengan tangan dan melewatkan kedua kaki secara bergantian melewati bangku atau bola.

2) dengan melewati benda yang lebih tinggi.

3) dengan bantuan teman pada waktu posisi badan terbalik dan pada waktu pendaratan.

4) dengan melewati atau di atas benda tertentu.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, alat bantu yang dapat digunakan dalam latihan meroda di antaranya menggunakan matras lebih tinggi. Penggunaan alat matras lebih tinggi ini tergantung kebutuhan yang diinginkan. Dari alat bantu ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan meroda.

(27)

32 7. Latihan Meroda dengan Alat Bantu Matras Lebih Tinggi

a. Pelaksanaan Latihan Meroda dengan Alat Bantu Matras Lebih Tinggi

Latihan meroda dengan alat bantu matras lebih tinggi yang dimaksud yaitu, latihan melakukan meroda di matras yang lebih tinggi, dengan letak pendaratan kaki lebih rendah dari matras tumpuan tangan. Hal ini dimaksudkan agar gerakan meroda dapat dilakukan dengan baik dan sempurna terutama membantu memudahkan anak berdiri tegak dari posisi badan bungkuk menuju posisi badan tegak. Pelaksanaan latihan meroda dengan alat bantu matras lebih tinggi yaitu, matras diletakkan menumpuk ke atas dengan ketinggian yang disesuaikan dan diberi matras pendaratan yang lebih rendah. Anak berdiri di atas matras yang tinggi dan melakukan awalan meroda dengan tumpuan tangan di matras tinggi hingga posisi badan terbalik (handstand) dan kemudian melakukan pendaratan di matras yang lebih rendah. Untuk lebih jelasnya berikut ini peneliti menyajikan ilutrasi latihan meroda dengan alat bantu matras lebih tinggi sebagai berikut:

Gambar 2.3. Meroda di Matras Yang Tinggi (Sumber: http://picasaweb.google.com. 23 Januari 2016)

(28)

33 Penggunaan matras lebih tinggi seperti gambar diatas bertujuan untuk memudahkan guru/ pelatih dalam memberikan bantuan terhadap siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Adisuyanto ( mengutip simpulan Santoso 2012 : 40-41) bahwa pemakaian peralatan ini memudahkan guru/pelatih memberikan bantuan/pertolongan pada anak didik. Ketinggian matras disesuaikan dengan kebutuhan, untuk melakukan meroda tidak perlu menggunakan matras yang terlalu tinggi atau terlalu tebal. Cukup dengan ketinggian antara 20-30 cm anak didik sudah merasa sangat terbantu dalam melakukan gerakan meroda.

Ditinjau dari pelaksanaan latihan meroda dengan alat bantu matras lebih tinggi tersebut merupakan bentuk latihan yang berdasarkan prinsip penataan lingkungan latihan. Rusli Lutan & Adang Suherman (2000: 42) menyatakan, “Penataan lingkungan pada dasarnya adalah penataan pembelajaran yang berhubungan manusia, waktu, peralatan dan lahan yang tersedia. Kadang-kadang penataan ini tercermin secara implisit dalam tugas gerak dan kadang-kadang tidak. Namun demikian penataan tersebut harus secara sengaja direncanakan serta mempunyai tujuan yang jelas untuk memperlancar proses belajar”.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas bahwa, untuk memperlancar proses latihan dapat dilakukan dengan mamanfaatkan alat bantu. Salah satu alat bantu yang dapat dimanfaatkan untuk memperlancar proses latihan merodayaitu matras lebih tinggi. Anak melakukan gerakan meroda dari atas matras, karena latihan ini dilakukan dari atas matras dan letak pendaratan yang lebih rendah, maka akan memberi kemudahkan anak berdiri tegak dari posisi badan bungkuk menuju posisi badan tegak.

b. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Meroda dengan Alat Bantu Matras Lebih Tinggi

Perlu disadari bahwa setiap bentuk latihan memiliki kelebihan dan kelemahan. Berdasarkan pelaksanaan latihan meroda dengan alat bantu

(29)

34 matras lebih tinggi dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan merodadengan alat bantu matras lebih tinggi antara lain:

1. Dapat memberikan kemudahan untuk melakukan gerakan meroda. 2. Pendaratan dapat dilakukan dengan baik, karena dilakukan di

tempat yang lebih rendah.

3. Pendaratan dapat dilakukan dengan baik karena anak terbiasa melakukan pendaratan dengan kedua kaki yang lurus, karena terbantu oleh ketinggian matras.

Selain kelebihan tersebut di atas, latihan meroda dengan alat bantu matras lebih tinggi juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan merodadengan alat bantu matras lebih tinggi antara lain:

1. Dapat jatuh ke samping matras tinggi sehingga dapat terjadi cidera. 2. Dapat menimbulkan rasa takut yang berlebih karena meroda

dilakukan dari tempat yang lebih tinggi.

3. Anak perlu beradaptasi lagi ketika melakukan latihan meroda di matras datar yang kemudian beralih ke matras datar.

8. Latihan

a. Pengertian Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratrur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama latihan dalam olahraga prestasi adalah untuk mengembangkan kemampuan biomotorik ke standart yang paling tinggi, atau dalam arti fisiologis atlet berusaha mencapai tujuan perbaikan sistem organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraganya. Berkaitan dengan latihan, Harsono (1988: 101) menyatakan, “Latihan adalah proses yang sistematis dari latihan atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah latihan atau pekerjaannya”. Menurut A. Hamidsyah Noer (1996: 6) bahwa, “Latihan suatu proses yang

(30)

35 sistematis dan kontinyu dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan”. Hal senada dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:145) bahwa, “Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”.

Pengertian latihan yang diungkapkan oleh tiga ahli tersebut pada prinsipnya mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa, latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat.

b. Prinsip-Prinsip Latihan

Prinsip latihan pada dasarnya merupakan suatu pedoman dalam memberikan beban latihan, sehingga beban latihan dapat dilakukan dengan baik dan akan terjadi peningkatan. Hal ini sesuai dengan tujuan prinsip latihan yang dikemukakan Sudjarwo (1993: 21) bahwa, “Tujuan prinsip latihan yaitu agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”. Prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan dalam latihan menurut Andi Suhendro (1999: 3.7) meliputi: “(1) Prinsip beban lebih, (2) Prinsip perkembangan menyeluruh, (3) Prinsip spesialisasi, (4) Prinsip individual, (5) Prinsip latihan bervariasi”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip latihan yang harus diperhatikan meliputi lima aspek yaitu prinsip beben lebih, prinsip perkembangan menyeluruh, prinsip spesialisasi, prinsip individual dan prinsip latihan bervariasi. Penerapan prinsip-prinsip latihan yang tepat akan lebih memperbesar pencapaian tujuan latihan yang diinginkan.

(31)

36 c. Komponen-Komponen Latihan

Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan seorang atlet, akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia dan kejiwaan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Apabila seorang pelatih merencanakan suatu latihan yang dinamis, maka harus mempertimbangkan semua aspek yang menjadi komponen latihan tersebut di atas.

Semua komponen dibuat sedemikian dalam berbagai model yang sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai tujuan penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak menentukan keterampilan yang tinggi termasuk tenis lapangan, maka kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Komponen-komponen latihan yang harus diperhatikan sebagai berikut :

1) Volume Latihan

Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi dan pencapaian fisik yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang ditempuh”. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP. (1993: 32) adalah “Ulangan gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran". Pengertian seri atau set, menurut M. Sajoto (1995:34) adalah, “Suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi”.

Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga pada cabang

(32)

37 olahraga yang menuntut kesempurnaan teknik atau keterampilan taktik. Hanya jumlah pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif. Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan.

2) Intensitas Latihan

Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinggi pula intensitasnya.

Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat diantara tiap ulangannya. Suharno HP. (1993: 31) menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”.

Hasil latihan dapat dicapai secara optimal, maka intensitas latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.

3) Densitas Latihan

Menurut Andi Suhendro (1999: 3.24) “Density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”. Dengan demikian densitas berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam waktu antara kerja dan pemulihan. Densitas yang mencukupi akan menjamin efisiensi latihan, menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan. Densitas yang seimbang akan mengarah kepada pencapaian rasio optimal antara rangsangan latihan dan pemulihan.

(33)

38 Istirahat interval yang direncanakan diantara dua rangsangan, bergantung langsung pada intensitasnya dan lamanya setiap rangsangan yang diberikan. Rangsangan di atas tingkat intensitas submaksimal menuntut interval istirahat yang relatif lama, dengan maksud untuk memudahkan pemulihan seseorang dalam menghadapi rangsangan berikutnya. Sebaliknya rangsangan pada intensitas rendah membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan terhadap organismenya pun juga rendah.

4) Kompleksitas Latihan

Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan. Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek. Seperti dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa (1983: 28) bahwa, “Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi mekanismenya”.

Komponen-komponen latihan yang telah disebutkan di atas harus dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Untuk memperoleh hasil latihan yang optimal, komponen-komponen latihan tersebut haru diterapkan dengan baik dan benar.

B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menggunakan alat bantu pembelajaran yang tepat dan mampu mempermudah siswa dalam memahami pelajaran. Siswa diarahkan untuk melakukan latihan yang sesuai

(34)

39 dengan konsep pembelajaran yang sedang dipelajari. Dalam hal ini peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan melakukan latihan yang sesuai dengan materi pembelajaran.

Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan jasmani yaitu pada proses belajar pendidikan jasmani khususnya senam lantai meroda yaitu dimana siswa merasa kesulitan dengan alat standar, serta ragu-ragu/ kurang percaya diri ketika mengikuti pembelajaran meroda. Akibatnya siswa menjadi kurang aktif dan interaktif ketika mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya senam lantai meroda. Permasalahan tersebut muncul dalam pembelajaran senam lantai di SMP Negeri 16 Surakarta khususnya pada senam lantai meroda. Masalah tersebut terjadi dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana serta alat bantu yang menunjang proses pembelajaran, sehingga guru kurang mendapatkan waktu untuk mendesain pembelajaran yang kreatif dan inovatif selama proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani harus diterapkan metode pembelajaran yang baik dan tepat. Alat bantu merupakan bagian penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam latihan meroda dapat menggunakan alat bantu berupa matras lebih tinggi. Latihan meroda dengan alat bantu matras lebih tinggi pada prinsipnya merupakan penataan lingkungan latihan yang bertujuan untuk memberi kemudahan dalam melakukan latihan. Setiap alat bantu yang digunakan dalam latihan keterampilan tentu memiliki efektifitas yang berbeda-beda terhadap tujuan yang diinginkan. Alat bantu matras lebih tinggi merupakan strategi pengaturan atau penaataan latihan agar atlet lebih mudah melakukan meroda. Penggunaan alat bantu matras lebih tinggi merupakan latihan yang termodifikasi untuk melakukan meroda. Anak akan terbantu dengan ketinggian matras yang lebih tinggi sehingga anak mendapat kemudahan dalam melakukan pendaratan. Penggunaan alat bantu pembelajaran harus secara tepat guna dan efektif, sehingga dapat memicu siswa untuk lebih aktif terlibat dalam kegiatan

(35)

40 pembelajaran. Selain itu, guru diharapkan lebih inovatif untuk menemukan hal-hal yang baru dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

Kreatif menuntut seorang guru untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam atau bervariasi, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif yaitu menghendaki tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sedangkan menyenangkan menuntut seorang guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, siswa tidak memiliki rasa kurang percaya diri, sehingga perhatian siswa lebih terarah terhadap pelajaran yang diterimanya.

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat dikemukakan kerangka berpikir bahwa keberhasilan pembelajaran senam lantai khususnya meroda di tentukan dengan menerapakan alat bantu pembelajaran yang digunakan.

Ditinjau dari alat bantu matras lebih tinggi dalam proses pembelajaran senam lantai meroda, maka diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan penguasaan meroda sehingga tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai secara optimal.

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas dan dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

Ada pengaruh alat bantu matras lebih tinggi terhadap kemampuan meroda pada siswa putra kelas SMP NEGERI 16 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.

Gambar

Gambar 2.1. Gerakan Meroda ke Kiri  (Sumber: beibhystarayma.blogspot.com/)
Gambar 2.2. Analisa Gerakan Meroda ke Kiri  (Sumber: Biasworo Adisuyanto Aka., 2009: 104)
Gambar 2.3. Meroda di Matras Yang Tinggi  (Sumber: http://picasaweb.google.com. 23 Januari 2016)

Referensi

Dokumen terkait

(1) Pelaksanaan Penyertaan Modal Daerah pada perseroan sebagaimana dimaksud pasal 2 diatas dikuasakan kepada Walikotamadya Kepala Daerah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

Hasil kinerja dari ketiga algoritma yaitu Neural Network ,Naive Bayes, dan Support Vector Machine menggunakan dataset Wisconsin Breast Cancer menunjukkan hasil

Dengan disusunnya laporan keuangan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 pada Yayasan Panti Asuhan At-Taqwa Muhammadiyah, maka pihak

Activation. Previous Bitdefender Antivirus Plus 2015 / Full Keys. Cara Membuat Long Flat Shadow dengan Photoshop Accelerator · Activator · Android · Antivirus · AudioVideo Editor

Mengingat laju pertumbuhan 6,06 persen (c to c) belum mencapai target pemda sebesar 7,1 – 7,4 persen, serta memperhatikan kontribusi belanja pemerintah terhadap PDRB yang

Maka dalam hal ini Kospin Jasa Layanan Syariah Capem Banjaran tidak hanya akan mempertahankan produk dana talangan haji melainkan tetapi akan meningkatkan kualitas

Pada umumnya suatu perusahaan tidak menentukan harga jual produknya secara tunggal dan tetap, akan tetapi sering diubah-ubah disesuaikan dengan keadaan pasar. Harga jual