• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang pembelajaran Accelerated Learning tipe SAVI dan hasil belajar IPA.

2.1.1 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu alam yang sudah kita kenal dan sering kita terapkan dalam kehidupan kita. Menurut Samatowo (2009:3), bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. (BNSP, 2006:161)

Priantoro, ( Trianto, 2010:137) mengemukakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

6

(2)

Dari beberapa pendapat tentang mata pelajaran IPA di SD/MI maka dapat diambil kesimpulan bahwa mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir yang berkaitan dengan manusia dan alam sekitar, sehingga dapat meningkatkan pemahaman seseorang terhadap dirinya sendiri juga alam disekitarnya. Serta pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pembelajaran IPA dijelaskan dalam BNSP (2006: 162) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(3)

2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

Berdasarkan BNSP (2006:162) Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.1.4 Hasil Belajar

Anni (2004: 4) mengemukakan hasil belajar merupakan perubahan tingkah perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring.

Menurut Sudjana (2009:22), bahwa hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran”. Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengarahan, dan (c) sikap dan cita-cita.

Menurut Bloom dalam Anni (2007:7) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

(4)

c. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan dan mengamati).Ranah kognitif dalam penilaian hasil belajar biasanya menjadi ranah paling dominan dalam menentukan hasil setelah mengikuti serangkaian pembelajaran. Namun hasil belajar juga tidak boleh lepas dari ranah afektif dan psikomotor. Ketiganya harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperolah seseorang setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran. Hasil itu meliputi pengetahuan, sikap, nilai, pemahaman, dan keterampilan yang menghasilkan suatu perubahan yang diukur melalui tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan sesuai kemampuan yang akan diukur baik ranah kognitif, afektif atau psikomotorik.

2.1.5 Pembelajaran Accelerated Learning

Pembelajaran Accelerated Learning merupakan hasil gagasan dari pakar pendidikan yang bernama Dave Meier. Menurut Meier (2002:26) mengatakan bahwa Acclerated learning adalah pembelajaran paling maju yang digunakan pada masa sekarang, dan mempunyai banyak manfaat. Accelerated Learning didasarkan pada penelitian mutakhir mengenai otak dan belajar. Disini pembelajar diajak terlibat langsung pada proses pembelajaran.

Russel (2011:5) mengatakan bahwa Acclerated learning adalah sebuah proses perubahan kebiasaan yang disebabkan oleh penambahan ketrampilan, pengetahuan atau sikap dengan meningkatkan kecepatan.

Rose (Syahrani, 2002:16) Accelerated Learning sebuah sistem yang menyeluruh untuk mempercepat, meningkatkan rancangan dan proses belajar.

Berdasarkan pada penemuan/penelitian tentang otak, yang membuktikan dan meningkatkan kembali efektifitas belajar yang menghemat waktu dan biaya dalam proses belajar.

(5)

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan pembelajaran Accelerated Learning merupakan suatu trobosan proses pembelajaran yang dilakukan untuk mendapatkan peningkatan pembelajaran. Pembelajaran Accelerated Learning melibatkan seluruh pancaindera manusia baik pikiran, perasaan dan gerakan tubuh. Sehingga belajar bukan hanya mentransfer pengetahuan.

2.1.6 Model Pembelajaran SAVI

Meier mengungkapkan bahwa model pembelajaran SAVI adalah bagian dari Accelereted Learning. Menurut Rusman (2011:373) model pembelajaran SAVI menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI, yaitu Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual”. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual artinya belajar dengan mengamati dan menggambarkan.

Intelektual, artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan.

Herdian (2009) berpendapat bahwa pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.

Menurut Irawati (2010), “Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki oleh siswa”.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan model pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran yang mengajar siswa terlibat langsung selama proses pembelajaran. Dengan mengunakan seluruh tubuh dan semua indera manusia untuk belajar.

(6)

2.1.6.1 Komponen Utama SAVI

Menurut Meier (2002:91), Unsur-unsur model pembelajaran SAVI meliputi:

1) Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat 2) Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar

3) Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan 4) Intelektual : Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung Penjabaran dari keempat komponen tersebut sebagai berikut :

1) Somatis.

“Somatis” berasal dari bahasa yunani tubuh-soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung). Bahwa cara belajar somatis adalah belajar dengan cara melibatkan aktivitas tubuh. Dalam hal ini siswa bergerak dan berbuat dalam mempelajari sesuatu, misalnnya meragakan sesuatu, membuat suatu karya, melakukan sesuatu kegiatan, dan lain-lain. Belajar secara somatis tesebut sejalan dengan salah satu prinsip yang menyatakan bahwa belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.

2) Auditori

Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri

(7)

3) Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang perceramah atau sebuah buku atau program komputer. Sekarang khusus pembelajaran visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.

4) Intelektual

Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajaran yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.

Intelektual adalah bagian diri yang menerenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna.

Untuk melatih aspek intelektual, aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan seperti memecahkan masalah, menganalisis pengalaman, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menjaring informasi, merumuskan pertanyaan, menciptakan model mental, menerapkan gagasan baru pada pekerjaan menciptakan makna pribadi, dan meramalkan implikasi suatu gagasan.

2.1.6.2 Tahap Pembelajaran SAVI

Menurut Meier (2002:106-108), menjabarkan implementasi cara belajar SAVI dalam pembelajaran dapat ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

a) Tahap Persiapan

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan pembelajar untuk belajar. Tujuan tahap persiapan adalah merangsang minat dan rasa ingin tahu para pembelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Dalam tahap persiapan dapat dilakukan dengan 1) memberikan sugesti positif. 2) memberikan pernyataan yang memberi manfaat positif. 3) memberikan tujuan

(8)

yang jelas dan bermakna. 4) membangkitkan rasa ingin tahu. 5) menciptakan lingkungan fisik yang positif. 6) menciptakan lingkungan emosional yang positif.

7) menciptakan lingkungan sosial yang positif. 8) menenangkan rasa takut. 9) menyingkirkan hambatan-hambatan belajar. 10) merangsang rasa ingin tahu pembelajar. 11) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

b) Tahap Penyampaian

Tujuan tahap penyampaian adalah membantu pembelajar menemukan materi yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera dan cocok untuk semaua gaya belajar. Tahap penyampaian dapat dilakukan dengan: 1) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan. 2) pengamatan fenomena dunia nyata. 3) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh. 4) presentasi interaktif. 5) grafik dan sarana presentasi berwarna-warni. 6) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar. 7) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim. 8) pelatihan menemukan sendiri (sendiri, berpasangan, berkelompok). 9) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual. 10) pelatihan memecahkan masalah.

c) Tahap Pelatihan

Tujuan tahap pelatihan adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Dalam tahap pelatihan dapat dilakukan dengan: 1) aktivitas pemprosesan pembelajar. 2) usaha aktif / umpan balik / renungan / usaha kembali. 3) simulasi dunia nyata. 4) permainan dalam belajar. 5) pelatihan aksi pembelajaran. 6) aktivitas pemecahan masalah. 7) refleksi dan artikulasi individu. 8) dialog berpasangan atau berkelompok. 9) pengajaran dan tinjauan kolaboratif. 10) aktivitas praktis membangun keterampilan. 11) mengajar balik.

d) Tahap Penampilan Hasil

Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu pembalajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan hasil belajar akan terus meningkat. Tahap penamilan dilaksanaan dengan: 1) penerapan di dunia nyata dalam tempo segera.

2) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi. 3) aktivitas penguatan penerapan. 4)

(9)

materi penguatan pasca sesi.5) pelatihan terus menerus. 6) umpan balik dan evaluasi kinerja. 7) aktivitas dukungan kawan. 8) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.

2.1.6.3 Sintaks Model Pembelajaran SAVI

Dari tahap pembelajaran SAVI maka dapat ditarik sintaks/langkah-langkah pembelajaran SAVI yang dilaksanakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

A. Tahap persiapan / kegiatan awal:

1) Guru menciptakan lingkungan yang positif.

2) Guru memberikan tujuan pembelajaran yang jelas dan bermakna.

3) Guru memberikan pernyataan yang memberi manfaat positif tentang pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang menyenangkan dan tidak sulit.

4) Guru membangkitkan rasa ingin tahu (audio/A ,intelektual/I).

5) Guru mengajak pembelajar / siswa terlibat penuh sejak awal dengan membimbing berkomunikasi langsung dengan siswa selama pembelajaran.

B. Tahap Penyampaian dan pelatihan (kegiatan inti)

6) Guru memberi kesempatan kepada siswa melakukan pengamatan fenomena dunia nyata (visual/V).

7) Guru melakukan uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan dengan siswa dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan (auditori/A, dan intelektual/I).

8) Guru melaksanakan kegiatan belajar yang melibatkan seluruh otak, seluruh tubuh (somatis/S, auditori/A, visual/V, intelektual/I).

9) Guru menciptakan proyek belajar berdasar kemitraan / kelompok dan berdasar tim (somatis/S, auditori/A, visual/V, intelektual/I).

10) Guru melatih siswa memecahkan masalah (intelektual/I).

C. Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup).

11) Guru memberikan umpan balik

12) Guru membantu siswa membuat kesimpulan

(10)

13) Guru memberikan penguatan penerapan.

14) Guru menutup pembelajaran dengan salam

2.2 Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan. Menurut Ardie, Toni Agus (2012), dalam skripsi berjudul “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran SAVI pada Siswa Kelas V SDN Salatiga 01 Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2011/2012” menyimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar khususnya tentang pemahaman konsep sifat-sifat cahaya pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Salatiga 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga tahun pelajaran 2011 / 2012. Dapat dilihat dari hasil perolehan sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II yaitu untuk motivasi belajar siswa, kondisi awal total motivasi sebesar 3,36 (84,20%), pada siklus I meningkat menjadi 3,41 (85,47%), dan pada siklus II menjadi 3,49 (87,46%). Untuk hasil belajar ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa dari 46 siswa keseluruhan, yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 36 siswa atau 78.27%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 10 siswa dengan persentase 21,73%. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa dapat diketahui bahwa dari 48 keseluruhan, siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 15 siswa atau 31,25%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 33 siswa dengan persentase 68,75%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa dapat diketahui bahwa dari 46 siswa keseluruhan, yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 4 siswa atau 8,34%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 44 siswa dengan persentase 91,66%.

Menurut Rosyadi, Miftah (2013), dalam skripsi berjudul “Penggunaan Penerapan Model Somatis, Auditori, Visual, Intelektual Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri I Ampel Kecamatan Ampel

(11)

Kabupaten Boyolali, Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”, kesimpulan yang dapat ditarik bahwa penerapan model pembelajaran SAVI menghasilkan nilai signifikansi sig. 2-tailed sebesar 0,002. Hal ini menunjukan terdapat pengaruh signifikan penerapan model SAVI hasil belajar matematika dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan metode konvensional.

Dari penelitian yang telah diuraikan memiliki kesamaan dengan penelitian ini. Adapun persamaan penelitian ttersebut yaitu; sama-sama berupa tes dan non tes. Sedangkan perbedaan penelitian di atas terletak pada masalah, tujuan, tindakan, variabel dan subjek penelitian.

2.3 Kerangka Berpikir

IPA adalah mata pelajaran yang menarik untuk dipelajari. Dengan mempelajari IPA kita akan memperoleh manfaat yang luas karena hampir semua yang berkaitan dengan kehidupan kita terdapat pada mata pelajaran IPA. Namun dalam kenyataannya, masih ada sekolah-sekolah yang memiliki hasil belajar IPA yang rendah karena belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditentukan.

Rendahnya hasil belajar IPA di sekolah – sekolah berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas. Sejauh ini dalam proses pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru. Biasanya guru hanya menggunakan metode ceramah untuk mencapai tujuan pembelajaran serta kurang melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar.

Oleh karena itu guru harus melakukan pembaharuan untuk meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran yang baik adalah terlibatnya siswa selama proses belajar mengajar. Hal ini dapat dibangkitkan melalui model pembelajaran SAVI.

Model pembelajaran SAVI ini menekankan keterlibatan siswa secara langsung selama proses pembelajaran baik secara fisik, pikiran maupun perasaan. Serta menimbulkan perasaan senang dalam belajar sehingga hasil belajar meningkat.

(12)

Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

a. Diduga dengan penerapan model pembelajaran SAVI pada mata pelajaran IPA pokok bahasan memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan dapat meningkatkan kinerja guru dan aktivitas belajar siswa kelas 4 SDN 4 Sobo secara signifikan minimal dengan kualifikasi B ( Baik) denjgan skor antara 80% ≤ NR ≤ 90%.

b. Diduga dengan penerapan model pembelajaran SAVI pada mata pelajaran IPA, dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa 4 SDN 4 Sobo secara signifikan minimal dengan ketuntasan belajar individual dengan nilai ≥ 75 dan mengalami ketuntasan belajar klasikal sebesar 80%.

Guru

menggunakan metode ceramah

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran IPA

Siswa kurang terlibat selama pembelajaran

Siswa menjadi bosan mengikuti pembelajaran Guru sebagai

fasilitator

Model pembelajaran

SAVI

Hasil Belajar <

KKM Siswa terlibat langsung dalam

pembelajaran baik secara fisik, pikiran maupun perasaan

Pembelajaran menjadi

menyenangkan

Hasil Belajar >

KKM

Gambar

Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai alternatif, diizinkan untuk menentukan periode fundamental (T a ) dalam detik, dari persamaan berikut untuk struktur dengan ketinggian tidak melibihi 12

Kemudian sebanyak 6 pasang imago jantan dan betina yang baru muncul dilepaskan ke dalam kurungan dan diusahakan di bagian tengah lingkaran untuk memberikan peluang yang sama

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

Namun hanya terdapat 5 fakultas yang menerapkan matakuliah kewirausaan pada kurikulum pembelajaran nya, kelima fakultas tersebut adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Dari hasil akhir penelitian tersebut terdapat kesimpulan bahwa strategi pengembangan produk adalah strategi yang tepat untuk diterapkan oleh perusahaan agar dapat

On the data 18, there are implication referent meaning is the comparative referents so in the phrase and having done so, where the word so contain the

Hal ini dapat dilihat dari hasil kuisioner yaitu sebanyak 50 responden atau 48,08% yang menyatakan setuju serta 33 responden atau 31,73% yang menyatakan

Mahasiswa tentunya memiliki kemudahan dalam mengakses informasi tentang segala hal, termasuk informasi mengenai pengelompokan obat tradisional sehingga dengan adanya penelitian ini