• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah suatu daya penggerak atau pendorong yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan suatu pekerjaan yaitu be-lajar. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah akan me-nyebabkan sikap malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran (Dalyono, 2001). Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan (Purwanto 2000).

Wuryani (2002) dalam bukunya menguraikan beberapa pendapat dari para ahli, diantaranya: McClelland dan Atkinson (1964) mengungkapkan bahwa motivasi yang paling penting untuk psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi, di mana seseorang cenderung untuk berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Motivasi dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, Wendt, French, Thomas dan Kestenbaum menyatakan bahwa siswa yang motivasinya untuk berprestasi tinggi cenderung untuk sukses dalam melakukan tugas-tugas sekolah. Sebaliknya, siswa yang tidak mengalami sukses dalam berprestasi akan cenderung kehilangan motivasi dan mungkin akan mengalihkan minat siswa pada kegiatan apa saja (kegiatan-kegiatan yang mengacu pada hal lain yang mungkin lebih sukses).

Motivasi belajar terdapat beberapa teori motivasi dari sejumlah ahli, diantaranya: teori cognitive dissonance, teori self-worth oleh Covington, teori expectancy oleh Edwards dan Atkinson dalam Wuryani (2002) dan teori Maslow dalam Purwanto (1996).

a. Teori Cognitive Dissonance

Salah satu teori psikologi yang menerangkan tingkah laku seseorang dengan memberi alasan untuk menunjukkan bahwa dirinya positif adalah teori cognitive dissonance. Teori ini berpegang bahwa orang akan marah atau tidak senang jika nilai kepercayaannya ditentang oleh tingkah laku yang secara psikologis tidak konsisten. Untuk mengatasi ketidaksenangannya ini mereka mengubah tingkah lakunya atau kepercayaannya atau mereka membenarkan tingkah lakunya dengan memberi alasan yang kira-kira masuk akal. Dalam situasi pendidikan, cognitive dissonance sering dipakai jika siswa menerima umpan balik yang tidak menyenangkan bagi prestasi akademik mereka.

(2)

b. Teori Self-worth oleh Covington

Menurut Covington (1984) teori self-worth (menghargai dirinya sendiri) adalah salah satu teori motivasi berprestasi. Teori ini menggabungkan komponen motivasi dengan persepsi yang menyebabkan sukses dan gagal. Menurut teori self-worth, seorang individu belajar dari persepsi masyarakat bahwa seseorang dinilai karena persepsinya. Jika seseorang gagal dalam menjalankan tugas, persepsi orang bahwa dia tidak mampu. Kegagalan menciptakan perasaan diri yang tidak berharga dan menolak dirinya sendiri ( self-reflection). Sebagai akibatnya, ketika individu dihadapkan pada tugas yang kemungkinan akan gagal, mereka akan menghindari situasi atau mengembangkan strategi untuk melindungi diri dari kurangnya kemampuan. Covington dan Omelich (1989) menemukan bahwa siswa mengalami perasaan sangat malu dengan kombinasi antara usaha keras dan kegagalan, dan kurang malu dengan kombinasi usaha sedikit dan kegagalan. Usaha keras dan tetap gagal merupakan ancaman yang serius terhadap harga diri seseorang.

c. Teori Expectancy oleh Edwards (1954) dan Atkinson (1964)

Biasanya, hubungan antara kebutuhan dan tingkah laku adalah individu merespons terhadap kebutuhan yang muncul. Berbagai kebutuhan berlomba untuk terpenuhi dan mencapai kepuasan. Seringkali individu dihadapkan pada bagaimana memilih respons untuk berbagai kebutuhan. Upaya memilih-milih menurut jenisnya itulah yang disebut dengan teori harapan (expectancy). Edwards dan kemudian Atkinson merumuskan dan mengembangkan tentang teori-teori motivasi berdasarkan rumus berikut.

Rumus ini disebut model expectancy atau expectancy-valence model, karena teori ini sebagian besar bergantung pada harapan seseorang untuk mendapatkan reward (hadiah). Teori ini mengatakan bahwa motivasi manusia untuk mencapai sesuatu bergantung pada hasil prakiraan mereka akan adanya kesempatan untuk sukses (perceived probability of success atau Ps) dan nilai yang mereka tempatkan pada sukses (incentive value of success atau Is). Atkinson (1964) menambahkan satu aspek penting pada teori harapan yaitu bahwa di bawah kondisi tertentu kemungkinan akan sukses begitu besar dapat merusak motivasi. Implikasi yang paling penting dari teori expectancy untuk pendidikan adalah pendapat yang masuk akal bahwa tugas-tugas untuk siswa seharusnya tidak begitu mudah dan tidak begitu juga sulit.

Motivasi (M)

Meramalkan kemungkinan akan sukses

(Ps)

Nilai insentif untuk sukses

(Is)

(3)

d. Teori Abraham Maslow

Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan ini yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1

Tingkatan Kebutuhan Pokok Teori Abraham Maslow Sumber: Maslow dalam Purwanto (1996)

(1) Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan, kesehatan fisik, dan lain-lain; (2) Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dan lain-lain; (3) Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan dan kerja sama; (4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan akan status, pangkat dan sebagainya; (5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri.

Ada beberapa alat ukur dalam menentukan besarnya motivasi siswa, diantaranya: (1) Tes tindakan ( performance test) yaitu alat untuk memperoleh informasi tentang loyalitas, kesungguhan, targetting, kesadaran, durasi dan frekuensi kegiatan; (2) Quesioner

(4)

(angket), untuk memahami tentang kegigihan dan loyalitas; (3) Memegang bebas untuk memahami informasi tentang visi dan aspirasinya; (4) Tes prestasi, untuk memahami informasi tentang prestasi belajar; (5) Skala untuk memahami informasi tentang sikapnya.

Winkel (2004) mengemukakan motivasi adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Hermanto (2011), menemukakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan dalam diri siswa untuk dapat mengarahkan dan mendorong perilakunya untuk selalu menguasai materi-materi pembelajaran.

Penelitian ini mengacu pada teori Abraham Maslow yang ke empat menyatakan bahwa motivasi merupakan kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan akan status, pangkat dan sebagainya, sedangkan untuk alat ukurnya akan menggunakan jenis Quesioner atau angket.

2. Motivasi Belajar Matematika

Para siswa dalam melakukan kegiatan belajar perlu adanya motivasi karena dengan mempunyai motivasi belajar maka hasil belajar yang diperoleh akan optimal. Pengertian dari motivasi belajar menurut Sardiman (dalam Setyoningrum, 2010) adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Berdasarkan uraian tersebut motivasi belajar matematika merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar matematika yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar matematika yang memberikan arah pada kegiatan belajar matematika, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi belajar matematika

Wlodknowski dan Jaynes (2004) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu budaya, keluarga, sekolah dan diri anak. Budaya akan memberi motivasi belajar yang kuat pada diri anak. Keluarga, orang tua memberi pengaruh utama dalam memotivasi belajar anak. Orang tua adalah guru pertama dan paling penting dalam kehidupan seorang anak. Di sekolah guru harus bisa memberikan perilaku profesional yang bisa dipelajari oleh siswa. Salah satu guru yang bisa memotivasi adalah antusiasme. Keterampilan mengajar guru yang dapat menimbulkan motivasi belajar secara efektif. Bagaimana guru menerapkan keterampilan

(5)

yang dimilikinya di dalam kelas dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Pada diri anak itu sendiri, muncul kemauan belajar yang mempengaruhi motivasi belajarnya. Siswa yang menghargai belajar dan tentunya mendapat dorongan dari keluarganya akan membuat siswa termotivasi belajar.

B. Persepsi Siswa

2. Pengertian Persepsi Siswa

Persepsi merupakan proses yang antara satu orang dengan orang lain sifatnya berbeda atau individualistik daripada yang diperkirakan orang. Persepsi merupakan suatu cara kerja atau proses yang rumit dan aktof (Davidoff, 1988). Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut proses sensori (Walgito, 2003).

Menurut Irwanto (dalam Manopo, 2005), persepsi adalah proses dimana rangsang baik itu obyek, kualitas hubungan antara gejala maupun peristiwa sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Persepsi bukan sekedar penginderaan, namun sudah masuk dalam penafsiran pengalaman. Persepsi diartikan sebagi proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun di dalam individu (Sunaryo, 2004).

Alat ukur dalam menentukan persepsi dapat menggunakan Quesioner (angket). Quesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahuinya. Quesioner yang dipakai dapat berupa Quuesioner tertutup yaitu jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih dan Quuesioner tidak langsung yaitu responden menjawab tentang orang lain (Walgito, 2001).

Dari beberapa pengertian persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses bilamana seseorang menyeleksi, mengatur, mengartikan informasi-informasi yang telah diterima melalui alat indera, kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran dari informasi yang telah diterima. Sedangkan persepsi siswa merupakan pandangan atau pendapat mengenai sesuatu yang telah dilihat siswa. Atau dengan kata lain persepsi siswa merupakan pandangan atau pendapat siswa terhadap segala informasi yang diterima oleh panca indera kemudian ditafsirkan

(6)

oleh siswa sehingga menjadi gambaran keseluruhan dari informasi yang diterima.

Penelitian ini mengacu pada pengertian persepsi menurut Walgito, 2003 yang menyatakan bahwa persepsi siswa itu adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut proses sensori.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi individu terhadap suatu obyek tidak begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Walgito (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:

a. Stimulus yang cukup kuat, yaitu kejelasan stimulus akan banyak mempengaruhi dalam persepsi.

b. Fisiologis dan psikologis, jika sistem fisiologis terganggu maka akan berpengaruh dalam persepsi seseorang. Sedangkan psikologis mencangkup pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir. Motivasi juga akan berpengaruh bagi seseorang dalam mempersepsi.

c. Lingkungan atau situasi yang melatarbelakangi stimulus. 4. Proses Terbentuknya Persepsi

Proses persepsi menurut walgito (2003) mengemukakan bahwa objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau resector. Objek dan stimulus itu berbeda, tetapi adakalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima alat indera diteruskan oleh syaraf sensori ke otak. Proses ini disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai proses kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran ini disebut proses psikologis. Taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu meyadari tentang apa yang dilihat, atau yang didengar atau apa yang diraba yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi, karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi

(7)

individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya.tidak semua stimuluss mendapatkan respon individu untuk dipersepsikan. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Secara skema hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.2 Skema proses persepsi Ket:

St = stimulus (faktor luar)

Fi = faktor intern (faktor dalam, termasuk perhatian) Sp = struktur pribadi individu

Skema diatas memberikan gambaran bahwa individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilihnya dan diterima oleh ondividu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. Skema tersebut apat dilanjutjan sebagai berikut:

L = Lingkungan S = Stimulus

O = Organisme atau individu R = Respon atau reaksi

Tidak semua stimulus akan direspon oleh organisme atau individu. Respon diberikan oleh individu terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik perhatian individu. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa yang dipersepsi oleh individu selain tergantung pada stimulusnya juga tergantung kepada keadaan individu yang bersangkutan. Stimulus yang mendapatkan

Fi

Fi

Fi

Fi

Sp

RESPON

St

L S O R L

St

St

St

(8)

pemilihan dari individu tergantung kepada bermacam-macam faktor, salah satu faktor adalah perhatian individu, yang merupakan aspek psikologis individu dalam mengadakan persepsi.

C. Persepsi Siswa Terhadap Keterampilan Mengajar Guru a. Pengertian Keterampilan Mengajar Guru

Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara stimulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu (Reber dalam Muhibbin, 2008). Keterampilan mengajar adalah ketrampilan yang mutlak harus dimiliki seorang guru, karena dengan memiliki ketrampilan mengajar dasar diharapkan guru dapat mengoptimalkan peranannya di kelas (Djamarah, 2000).

Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh (Mulyasa, 2008). Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut proses sensori (Walgito, 2003).

Penelitian ini mengacu pada definisi persepsi menurut Walgito yaitu suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut proses sensori.

b. Jenis Keterampilan Mengajar

Djamarah (2000), mengemukakan bahwa ketrampilan mengajar guru meliputi delapan aspek yaitu:

a. Keterampilan Memberi Penguatan

Pemberian penguatan ada dua macam yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan yang merupakan respon positif contohnya hadiah, sedangkan penguatan dengan respon negatif seperti hukuman. Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu ingin mengubah tingkah laku seseorang. Respon positif bertujuan agar tingkah laku yang baik frekuensinya akan berulang atau bertambah. Respon negatif bertujuan agar tingkah laku yang kurang baik prekuensinya berkurang atau hilang.

Tujuan penggunaan ketrampilan memberi penguatan adalah meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan digunakan secara selektif, memberi motivasi kepada siswa, untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang menganggu,

(9)

mengembangkan kepercayaan diri siswa serta mengarahkan terhadap pengembangan berfikir yang divergen dan pengambilan inisiatif yang bebas.

Pemberian penguatan diperlukan komponen yang tepat seperti penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan kegiatan, penguatan mendekati, penguatan sentuhan dan penguatan tanda.

b. Keterampilan Bertanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir.Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif terhadap siswa.

Keterampilan bertanya memiliki komponen-komponen yaitu pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat. Pemberian acuan pertanyaan, penyebaran pertanyaan serta mengulangi penjelasan.

c. Keterampilan Variasi

Keterampilan variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.

Tujuan dari keterampilan bervariasi adalah menarik perhatian siswa terhadap materi pembelajaran yang sedang dipelajari, memberi kesempatan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu, membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah melalui penyajian gaya belajar, memberi pilihan dan fasilitas dalam belajar individual serta mendorong siswa untuk belajar dengan melibatkan [engalaman yang menarik.

Komponen keterampilan bervariasi adalah variasi dalam gaya belajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran serta variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.

d. Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik

(10)

dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.

Tujuannya adalah membimbing anak didik untuk mendapatkan dan memahami dalil, fakta, drfinisi dengan benar, melibatkan siswa untuk berfikir memecahkan masalah, untuk mendapat balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan memahami kesalahpahaman siswa serta membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penggunaan bukti dalam pemecahan masalah.

Komponen keterampilan menjelaskan adalah analisis dan perencanaan menjelaskan, penyajian suatu penjelasan. e. Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran

Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai dan dilatihkan bagi calon guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, efisien dan menarik. Keterampilan membuka pelajaran merupakan kunci salah satu keberhasilan dari seluruh proses belajar mengajar akan dilalui siswa. Jika seorang guru gagal mengoptimalkan kondisi dan perhatian siswa maka proses belajar mengajar tidap dapat dicapai dengan baik.

Keterampilan menutup pelajaran merupakan upaya guru dalam memberikan pengantar atau pengarahan mengenai materi yang akan dipelajari sehingga siswa siap mental dan tertarik mengikutinya.

Komponen membuka pelajaran adalah membangkitkan perhatian atau minat siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan atau struktur dan menunjuk kaitan. Sedangkan komponen ketrampilan menutup pelajaran adalah meninjau kembali dan mengevaluasi.

f. Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif. Tujuannya adalah mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu dengan tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri, membantu mengetahui tingkah laki yang sesuai dengan tata tertib kelas serta membangkitkan tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam tugas.

Komponen keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal serta keterampilan

(11)

yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.

g. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Pengajaran kelompok kecil dan pengajaran individual banyak dikembangkan. Hal itu dilakukan karena guru biasa mengajar dalam kelas dan semua waktu dihabiskan untuk kegiatan kelas. Kharakteristik dalam diskusi kelompok kecil adalah melibatkan sekelompok individu, melibatkan peserta dalam interaksi tatap muka, memiliki tujuan dan kerja sama serta mengikuti aturan.

Komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah pemusatan perhatian, mengklasifikasi masalah, menganalisis pandangan siswa, meningkatkan kontribusi, membagi partisipasi, menutup diskusi.

h. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan Bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 sampai 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.

Komponen keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar Keterampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen keterampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.

c. Persepsi Siswa Terhadap Keterampilan Mengajar Guru

Persepsi merupakan suatu proses bilamana seseorang menyeleksi, mengatur, mengartikan informasi-informasi yang telah diterimanya melalui alat indera, kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran dari informasi yang telah diterimanya. Keterampilan mengajar guru merupakan keterampilan yang mutlak harus dimiliki seorang guru, karena dengan memiliki keterampilan mengajar dasar diharapkan guru dapat mengoptimalkan peranannya di kelas (Djamarah, 2000).

(12)

Persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru matematika adalah cara pandang siswa tentang kecakapan guru matematika dalam upaya menyampaikan informasi atau ilmu pengetahuan kepada siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah. Keterampilan mengajar guru nantinya akan dipersepsikan siswa secara positif (baik) naupun negatif (kurang baik). Siswa yang memiliki persepsi baik diharapkan akan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Sebaliknya, siswa yang mempunyai persepsi negatif akan malas untuk mengikuti kegiatan belajar dan tidak termotivasi untuk belajar.

D. Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Keterampilan Mengajar Guru Matematika Dengan Motivasi Belajar

Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut proses sensori (Walgito, 2003). Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh (Mulyasa, 2008).

Persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru matematika adalah cara pandang siswa tentang kecakapan guru matematika dalam upaya menyampaikan informasi atau ilmu pengetahuan kepada siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah. Persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar yang dimiliki guru mempunyai kaitan dengan motivasi belajar siswa, karena persepsi siswa memastikan kepercayaan siswa mengenai keterampilan mengajar gurunya.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, selain persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru, motivasi belajar juga memegang peranan penting untuk memberikan semangat dalam belajar. Sehingga siswa yang termotivasi kuat memiliki enegri banyak untuk melakukan kegiatan belajar (Winkel, 2004). Motivasi menentukan berhasil agagalnya kegiatan belajar siswa, karena belajar tanpa motivasi akan sulit mencapai keberhasilan secara optimal (Hamalik, 2008). Sejalan dengan penelitian (Devi, 2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikansi antara persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru matematika dengan motivasi belajar.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Dwi Ambarwati, 2009 dengan judul “hubungan antaara persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru fisika dengan motivasi belajar fisika di

(13)

SMA Negeri 2 Salatiga “ diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,475 dengan nilai p sebesar 0,000 (p,0,05). Hal tersebut berarti bahwa ada hubungan yang signifikansi antara persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru fisika dengan motivasi belajar fisika. Sumbangan efektif dalam penelitian ini sebesar 20,9% sehingga masih ada 79,1% faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar selain persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru.

Vitha Susmayanti, 2011 dengan judul “hubungan antaara persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru dengan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar di Gugus Sudirman, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011 “ diperoleh angka koefisien korelasi rxy sebesar 0,430 dan dengan taraf sifnifikansi 1% diperoleh p sebesar 0,000.

F. Kerangka Berfikir

Keterampilan mengajar adalah keterampilan yamg mutlak harus dimiliki guru. Karena dengan memiliki keterampilan dasar mengajar diharapkan guru dapat mengoptimalkan peranannya di kelas (Djamarah, 2000). Keterampilan mengajar dapat juga diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki oleh seorang guru dalam menyampaikan informasi atau ilmu pengetahuan kepada siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru dapat memanfaatkan keterampilan mengajarnya dengan tujuan agar siswa tidak mengalami kebosanan saat kegiatan belajar mengajar sehingga kegiatan dapat terlaksana dalam suasana kelas yang mendukung. Dengan keterampilan mengajar guru, diharapkan akan menimbulkan ketekunan belajar dan motivasi belajar yang tinggi bagi siswa untuk belajar.

Motivasi belajar menurut Winkel (2004), adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Apabila siswa memiliki persepsi yang baik terhadap ketrampilan mengajar guru, maka diharapkan dapat mempengaruhi ketekunan siswa dan motivasi siswa dalam kegiatan belajar. Apabila siswa memiliki persepsi baik terhadap keterampilan mengajar guru maka siswa akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar di kelas.

(14)

Berdasarkan uraian kerangka berfikir, maka dapat digambarkan model kerangka berfikir antara dua variabel yaitu persepsi terhadap keterampilan mengajar guru dengan motivasi belajar dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Kerangka berfikir G. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan uraian kajian teori maka hipotesa penelitian ini adalah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru matematika dengan motivasi belajar matematika siswa siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pabelan Tahun Pelajaran 2012-2013.

Motivasi Belajar Matematika Persepsi Siswa Terhadap

Keterampilan Mengajar Guru Matematika

Gambar

Gambar 2.2  Skema proses persepsi  Ket:
Gambar 2.3  Kerangka berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Inoltre l’azienda inserisce giovani anche senza passare per lo stage: nel 2015 ha assunto direttamente oltre 100 giovani, quasi tutti con contratto a tempo indeterminato.. BEST

Analisis regresi logistik ganda dilakukan dengan memperhitungkan variabel usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan lama menggunakan MDI sehingga didapatkan hasil

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT. Bank Pundi Indonesia Tbk tahun 2006-2011 yang terdiri dari laporan laba

Dengan demikian berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang kemudian hasilnya akan dituangkan dalam bentuk

Pengukuran kinerja perusahaan dengan metode balanced scorecard pada perspektif finansial menunjukkan perusahaan telah dapat mencapai target keuangannya di dalam tahap bisnis

Sesuai dengan Schiffman & Kanuk (2008, p.547) yang menyatakan bahwa keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif, artinya dengan

Melalui telaah atas transformasi tekstual, konsep, citra, dan genre sebuah teks Arab Kitab Seribu Masalah ke dalam tiga tradisi bahasa, yakni: Jawa, Melayu, dan Tamil,

dengan terlebih dahulu melakukan registrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Pelaksanaan Pengadaan : Pengadaan barang/jasa dilaksanakan