commit to user BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Keterampilan Mengajar
a. Pengertian Keterampilan Mengajar
Guru profesional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Keterampilan-keterampilan dalam mengajar diperlukan sehingga kelancaran proses belajar mengajar secara efektif dan efisien dapat tercapai. Keterampilan mengajar adalah keterampilan yang mutlak harus dimiliki guru sehingga dapat mengoptimalkan perannya di dalam kelas. Peranan guru adalah sebagai korektor, inspirator, informatori, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator (Djamarah, 2005).
Menurut Rusman (2011), keterampilan dasar mengajar pada dasarnya berupa bentuk-bentuk perilaku yang bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan profesional dalam mengajar. Keterampilan mengajar adalah kompetensi sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh (Mulyasa, 2006). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengajar adalah keterampilan yang mutlak harus dimiliki guru sehingga dapat mengoptimalkan perannya di kelas untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara terencana dan profesional.
b. Macam Keterampilan Mengajar
Penguasaan terhadap keterampilan mengajar harus utuh dan terintegrasi. Turney (1973) dalam Mulyasa (2006: 69) mengungkapkan bahwa terdapat delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan dapat menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi,
6
commit to user
keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsip- prinsip dasar tersendiri. Uraian tentang delapan keterampilan mengajar guru tersebut adalah:
1) Keterampilan Bertanya
a) Pengertian keterampilan bertanya
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seorang yang dikenai. Kerry (2002) dalam Mauigoa dan Tekene (2006) menyatakan bahwa pertanyaan memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar karena prestasi dan tingkat keterlibatan siswa tergantung dari cara guru merumuskan dan menggunakan pertanyaan di dalam kelas.
Keterampilan bertanya merupakan jumlah pertanyaan yang secara logis dan relevan diajukan guru kepada siswa di dalam kelas. Pertanyaan yang disajikan guru tersebut diarahkan dan ditujukan pada informasi relevan dengan materi pelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan (Djamarah, 2005). Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya adalah sejumlah pertanyaan logis dan relevan yang diajukan guru kepada siswa, serta diarahkan dan ditujukan pada informasi yang relevan dengan materi pelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b) Tujuan keterampilan bertanya
Djamarah (2005) menyatakan bahwa tujuan keterampilan bertanya adalah:
(1) Meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu topik.
commit to user
(2) Memfokuskan perhatian siswa pada suatu konsep masalah.
(3) Mengembangkan belajar secara aktif.
(4) Mendorong siswa untuk bertanya pada diri sendiri ataupun orang lain.
(5) Menstruktur suatu tugas sehingga siswa akan belajar secara maksimal.
(6) Mengomunikasikan kelompok, bahwa keterlibatan dan partisipasi semua anggota kelompok dalam belajar sangat diharapkan.
(7) Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
(8) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasi dan merefleksi informasi.
(9) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
(10) Mengembangkan refleksi dan komentar siswa terhadap respon siswan lain maupun guru.
(11) Memberi kesempatan siswa untuk belajar sendiri melalui kegiatan diskusi.
(12) Mengungkapkan keinginan yang sebenarnya dari siswa melalui ide dan perasaannya.
c) Komponen keterampilan bertanya
(1) Komponen keterampilan bertanya dasar
Usman (2005) menyatakan bahwa komponen keterampilan bertanya dasar adalah:
(a) Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat
Pertanyaan yang diajukan oleh guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa dan tidak berbelit-belit sesuai dengan taraf perkembangannya.
commit to user (b) Pemberian acuan
Guru perlu memberikan acuan berupa pertanyaan berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan sebelum mengajukan pertanyaan. Pemberian acuan memungkinkan siswa untuk menemukan jawaban yang tepat.
(c) Pemindahan giliran
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari seorang siswa, karena jawaban siswa belum benar atau belum memadai. Guru hendaknya memberikan giliran kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.
(d) Penyebaran
Guru perlu menyebarkan giliran kepada siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan yang berbeda-beda.
Penyebaran pertanyaan dilakukan dengan tujuan untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya di dalam pelajaran.
(e) Pemberian waktu berpikir
Guru perlu memberikan waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan. Pemberian waktu berpikir dilakukan setelah guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa.
(f) Pemberian tuntunan
Guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa apabila jawaban yang dikemukakan salah atau siswa tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan. Hal tersebut dilakukan agar siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.
(2) Komponen keterampilan bertanya lanjutan
Usman (2005) menyatakan bahwa komponen keterampilan bertanya lanjutan adalah:
commit to user
(a) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan guru dapat mengandung proses mental berbeda-beda, dari proses mental yang rendah hingga proses mental yang tinggi. Guru hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari tingkat kognitif yang hanya sekedar mengingat kembali fakta-fakta menuju pertanyaan dengan tingkat kognitif yang lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
(b) Pengaturan urutan pertanyaan
Guru hendaknya dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada siswa dari tingkat mengingat kemudian pertanyaan pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Guru tidak diperbolehkan memberikan pertanyaan yang tidak menentu atau bolak balik, misalnya sudah sampai pada pertanyaan analisis, kembali lagi pada pertanyaan ingatan, dan kemudian melonjak pada pertanyaan evaluasi.
(c) Pengggunaan pertanyaan pelacak
Guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak apabila jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru, tetapi masih bisa disempurnakan. Teknik penggunaan pertanyaan pelacak yang dapat digunakan guru adalah klarifikasi yaitu meminta siswa untuk menjelaskan dengan kata-kata lain agar jawaban menjadi lebih baik, meminta siswa memberikan alasan yang dapat mendukung jawabannya, memberikan kesempatan pada siswa lain untuk menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap jawaban temannya yang disertai dengan alasan, meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban yang diberikan, meminta jawaban yang lebih relevan, meminta siswa memberikan contoh
commit to user
tentang apa yang dikemukakan, dan meminta jawaban yang lebih kompleks.
(d) Peningkatan terjadinya interaksi
Guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan peranannya sebagai penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan dijawab oleh seorang siswa. Jika ada siswa yang mengajukan pertanyaan, maka hendaknya guru tidak segera menjawabnya, tetapi pertanyaan tersebut dilontarkan kembali kepada siswa lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen keterampilan bertanya mencakup komponen keterampilan bertanya dasar dan komponen keterampilan bertanya lanjutan. Komponen keterampilan bertanya dasar meliputi penggunaan pertanyaan yang jelas dan singkat, pemberian acuan, pemindahan giliran, penyebaran pertanyaan, pemberian waktu berpikir, serta pemberian tuntunan. Komponen keterampilan bertanya lanjutan meliputi pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan pertanyaan pelacak, dan peningkatan terjadinya interaksi.
2) Keterampilan Memberi Penguatan
a) Pengertian keterampilan memberi penguatan
Mulyasa (2006) menyatakan bahwa penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku untuk meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon guru terhadap tingkah laku siswa yang bersifat verbal atau nonverbal dan bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga dapat diartikan sebagai respon guru terhadap tingkah laku siswa yang dapat meningkatkan
commit to user
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut dengan tujuan mengganjar atau membesarkan hati siswa agar lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar (Usman, 2005).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah respon yang diberikan oleh guru terhadap tingkah laku siswa yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut dan dimaksudkan untuk membesarkan hati siswa agar lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar.
b) Tujuan keterampilan memberi penguatan
Menurut Djamarah (2005), tujuan keterampilan memberi penguatan adalah:
(1) Meningkatkan perhatian dan membantu siswa untuk belajar.
(2) Memberikan motivasi kepada siswa.
(3) Mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu dan meningkatkan cara belajar yang produktif.
(4) Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar.
(5) Mengarahkan cara berpikir siswa yang divergen (berbeda) dan pengambilan inisiatif
Menurut Mulyasa (2006), pemberian penguatan bertujuan untuk:
(1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran.
(2) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
(3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina perilaku yang produktif.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan keterampilan memberi penguatan adalah meningkatkan perhatian siswa, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan kegiatan belajar dan
commit to user
membina perilaku yang produktif, serta mengarahkan cara berpikir siswa yang divergen (berbeda) dan pengambilan inisiatif.
c) Komponen keterampilan memberi penguatan
Djamarah (2005) mengemukakan bahwa komponen keterampilan memberi penguatan mencakup:
(1) Penguatan verbal
Penguatan verbal adalah pujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru terhadap respon atau tingkah laku siswa.
Ucapan tersebut dapat berupa kata-kata dan kalimat.
(2) Penguatan gestural
Pemberian penguatan gestural sangat erat kaitannya dengan pemberian penguatan verbal. Ucapan atau komentar yang diberikan guru terhadap respon, tingkah laku, dan pikiran siswa dapat dilakukan dengan mimik yang cerah, senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, menaikkan bahu, geleng-geleng kepala, menaikkan tangan, dan lain-lain. Semua gerakan tubuh tersebut merupakan bentuk pemberian penguatan gestural.
(3) Penguatan kegiatan
Penguatan dalam bentuk kegiatan banyak terjadi bila guru menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga siswa dapat memilih dan menikmatinya sebagai suatu hadiah atas suatu pekerjaan atau penampilan sebelumnya. Penguatan kegiatan yang dapat dilakukan guru, misalnya siswa diberi waktu istirahat lebih, pulang lebih dulu, membantu siswa lain, mendengarkan musik atau radio, dan kegiatan lain yang menyenangkan.
(4) Penguatan mendekati
Penguatan mendekati adalah penguatan yang terjadi bila guru secara fisik mendekati siswa. Bentuk pemberian
commit to user
penguatan mendekati, misalnya berdiri di samping siswa, berjalan dekat siswa, dan duduk dekat kelompok diskusi.
(5) Penguatan sentuhan
Penguatan sentuhan adalah penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya menepuk bahu, berjabat tangan, dan menaikkan tangan siswa. Tujuannya adalah memberi penghargaan pada penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.
(6) Penguatan tanda
Penguatan tanda (token reinforcement) adalah penguatan yang terjadi bila guru menggunakan berbagai macam simbol berupa benda dan tulisan yang ditujukan kepada siswa sebagai penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku atau kerja siswa. Penguatan tanda yang berbentuk tulisan misalnya komentar tertulis terhadap pekerjaan siswa, ijazah, setifikat, tanda penghargaan, dan lain-lain. Penguatan tanda yang berbentuk benda, misalnya bintang, piala, medali, buku, gambar, perangko, dan lain-lain.
Usman (2005) menyatakan bahwa komponen keterampilan memberi penguatan meliputi:
(1) Penguatan verbal
Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya. Kata-kata yang dapat diucapkan guru sebagai penguatan verbal, misalnya bagus; bagus sekali; betul; pintar; ya, seratus buat kamu!
(2) Penguatan nonverbal
(a) Penguatan gerakan isyarat
Anggukan atau gelengan kepala, senyuman, acungan jempol, wajah mendung, wajah cerah, sorot mata yang sejuk
commit to user
bersahabat atau tajam memandang merupakan contoh penguatan gerakan isyarat.
(b) Penguatan pendekatan
Guru mendekati siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangannya terhadap pelajaran, tingkah laku, atau penampilan siswa. Cara guru melakukan penguatan pendekatan, misalnya guru berdiri di samping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat seorang atau sekelompok siswa, atau berjalan di sisi siswa.
(c) Penguatan dengan sentuhan (contact)
Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilan siswa dengan cara menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, berjabat tangan, dan mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan. Penggunaan penguatan dengan sentuhan harus disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat.
(d) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
Guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi oleh siswa sebagai penguatan.
Bentuk penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, misalnya seorang siswa yang menunjukkan kemajuan dalam pelajaran musik ditunjuk sebagai pemimpin paduan suara di sekolahnya.
(e) Penguatan berupa simbol atau benda
Penguatan ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai simbol berupa benda, seperti kartu bergambar, bintang plastik, lencana, ataupun komentar tertulis pada buku siswa. Penggunaan penguatan berupa simbol atau benda tidak
commit to user
boleh terlalu sering, agar siswa tidak terbiasa mengharapkan sesuatu sebagai imbalan.
(f) Jika siswa memberikan jawaban yang belum benar secara keseluruhan, maka hendaknya guru tidak langsung menyalahkan siswa. Misalnya, ada seorang siswa yang hanya memberikan jawaban sebagian benar, sebaiknya guru menyatakan, “Ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan”. Hal ini bertujuan agar siswa tersebut mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah dan siswa mendapat dorongan untuk menyempurnakannya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen keterampilan memberi penguatan adalah penguatan verbal serta penguatan nonverbal yang terdiri dari penguatan gestural/gerak isyarat, penguatan pendekatan, penguatan sentuhan, penguatan kegiatan, dan penguatan simbol atau tanda.
3) Keterampilan Mengadakan Variasi
a) Pengertian keterampilan mengadakan variasi
Usman (2005) mengemukakan bahwa variasi mengajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar dan ditujukan untuk mengatasi kebosanan sehingga siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses dalam proses kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan (Mulyasa, 2006).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengadakan variasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar untuk mengatasi kebosanan, kejenuhan, dan meningkatkan motivasi
commit to user
belajar, sehingga siswa menunjukkan sikap antusias, tekun, dan berpartisipasi aktif selama pembelajaran berlangsung.
b) Tujuan keterampilan mengadakan variasi
Mulyasa (2006) menyatakan bahwa variasi dalam pembelajaran bertujuan:
(1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran.
(2) Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat siswa terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran.
(3) Memupuk perilaku positif terhadap pembelajaran.
(4) Memberikan kesempatan siswa untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.
Menurut Djamarah (2005), penggunaan variasi terutama ditujukan kepada siswa bertujuan untuk:
(1) Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar.
(2) Memberi kesempatan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu siswa melalui eksplorasi dan penyelidikan situasi yang baru.
(3) Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah melalui penyajian gaya mengajar yang bersemangat dan antusias, sehingga meningkatkan iklim belajar siswa.
(4) Memberikan pilihan dan fasilitas dalam belajar individual.
(5) Mendorong siswa belajar dengan cara melibatkanya dalam berbagai pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan keterampilan mengadakan variasi adalah meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap proses pembelajaran, memberikan kesempatan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu siswa terhadap hal-hal baru melalui eksplorasi dan penyelidikan, memupuk perilaku positif siswa terhadap pembelajaran, memberi
commit to user
kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya, serta mendorong siswa belajar dengan melibatkannya dalam berbagai pengalaman menarik pada berbagai tingkat kognitif.
c) Komponen keterampilan mengadakan variasi
Menurut Djamarah (2005), komponen keterampilan mengadakan variasi meliputi:
(1) Variasi gaya mengajar
Guru yang menggunakan variasi dalam mengajar akan mempertinggi komunikasi dengan siswa, menarik perhatian siswa, mempermudah siswa dalam menerima materi pelajaran, dan memberi stimulasi. Variasi dalam gaya mengajar mencakup:
(a) Variasi suara
Seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran dapat menggunakan suara yang bervariasi baik dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan. Guru dapat berbicara pelan dengan siswa, atau berbicara tajam dengan siswa yang kurang perhatian, dan seterusnya.
(b) Penekanan (focusing)
Penekanan digunakan oleh guru untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting. Guru dapat menggunakan penekanan verbal, misalnya “Perhatikan baik- baik! Ini adalah bagian yang sukar.” Penekanan seperti ini biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan.
(c) Pemberian waktu (pausing)
Pemberian waktu bertujuan untuk menarik perhatian siswa. Pemberian waktu dapat dilakukan dengan cara mengubah suasana menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, dan dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya.
commit to user (d) Kontak pandang
Guru sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas dan menatap mata setiap siswa ketika berbicara atau berinteraksi dengan siswa. Hal ini dilakukan untuk membentuk hubungan yang positif, membantu menyampaikan informasi, dan menarik perhatian siswa.
(e) Gerakan anggota badan (gesturing)
Variasi mimik dan gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi. Hal ini dapat dilakukan oleh guru untuk menarik perhatian siswa dan membantu guru dalam menyampaikan arti pembicaraan.
(f) Pindah posisi
Perpindahan posisi guru di dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian siswa dan dapat meningkatkan kepribadian guru. Perubahan posisi ini harus ada tujuannya, bukan sekedar mondar-mandir yang mengganggu.
(2) Variasi media dan bahan ajaran
Setiap siswa memiliki kemampuan indera yang berbeda. Kelemahan indera yang dimiliki tiap siswa dapat dikurangi dengan penggunaan media yang bervariasi. Ada tiga variasi penggunaan media yaitu media pandang, media dengar, dan media taktil.
(a) Variasi media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi, seperti buku, majalah, globe, peta, film, gambar grafik, dan lain-lain.
(b) Variasi media dengar
Variasi dalam penggunaan media dengar memerlukan kombinasi dengan media pandang dan taktil.
commit to user
Media dengar yang dapat dipakai, misalnya pembicaraan siswa, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, dan wawancara, yang semuanya itu memiliki relevansi dengan pelajaran.
(c) Variasi media taktil
Variasi media taktil adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan pelajaran. Penggunaan variasi media taktil akan melibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan model yang dapat dilakukan secara individu atau kelompok kecil. Variasi media taktil yang dapat dilakukan guru, misalnya guru bidang studi ekonomi menyuruh siswa untuk mengumpulkan berbagai jenis mata uang logam.
(3) Variasi interaksi
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswa memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub yaitu siswa belajar secara bebas tanpa campur tangan guru dan guru mendominasi kelas sehingga siswa mendengarkan dengan pasif.
Guru berbicara melalui beberapa kategori yaitu persetujuan, penghargaan atau peningkatan, menggunakan pendapat siswa, bertanya, ceramah, memberi petunjuk, dan mengritik.
Sebaliknya, siswa dapat berbicara melalui pemberian respon dan pengambilan prakarsa. Menurut Sardiman (2012), variasi interaksi adalah banyak sedikitnya pergantian aksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa secara tepat. Selama interaksi edukatif berlangsung, diharapkan semua yang terlibat di dalamnya berperan aktif sehingga tercipta komunikasi timbale balik atara guru dengan guru dan siswa dengan siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan interaksi
commit to user
adalah dengan mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa.
Saud (2011) menyatakan bahwa komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi yaitu:
(1) Variasi dalam mengajar
Variasi dalam mengajar meliputi penggunaan variasi suara, pemusatan perhatian siswa, kesenyapan guru, mengadakan kontak pandang dan gerak, gerakan badan dan mimik, serta pergantian posisi guru di dalam kelas.
(2) Variasi dalam penggunaan media pembelajaran
Variasi dalam menggunakan media pembelajaran meliputi media yang dapat dilihat, media yang dapat didengar, media yang dapat diraba, serta media yang dapat didengar, dilihat, dan diraba.
(3) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa dapat dilakukan mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen keterampilan mengadakan variasi adalah (1) Variasi gaya mengajar meliputi variasi suara, penekanan, pemberian waktu, kontak pandang, gerakan anggota badan, dan pindah posisi, (2) Variasi media pembelajaran meliputi media pandang, media dengar, media raba, dan penggabungan antara media pandang, dengar, dan raba, serta (3) Variasi interaksi meliputi kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh siswa.
commit to user 4) Keterampilan Menjelaskan
a) Pengertian keterampilan menjelaskan
Mulyasa (2006) menyatakan bahwa menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan mengenai suatu benda, keadaan, fakta, dan data yang sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi dengan sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan lainnya, misalnya antara sebab dengan akibat, dan definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui (Usman, 2005).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan dan sistematik untuk menunjukkan benda, keadaan, fakta, data, dan hubungan suatu hal dengan hal lain sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku.
b) Tujuan keterampilan menjelaskan
Menurut Djamarah (2005), keterampilan menjelaskan bertujuan untuk:
(1) Membimbing siswa untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, serta prinsip secara objektif dan benar.
(2) Melibatkan siswa untuk berpikir memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
(3) Mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
(4) Membimbing siswa untuk mendapatkan proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
Saud (2011) menyatakan bahwa tujuan keterampilan menjelaskan yaitu:
(1) Membimbing siswa untuk memahami materi yang dipelajari.
commit to user
(2) Melibatkan siswa untuk berpikir dalam memecahkan masalah- masalah.
(3) Memberikan balikan kepada siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
(4) Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran serta menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
(5) Membantu siswa untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, serta prinsip-prinsip secara objektif dan bernalar.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan keterampilan menjelaskan adalah (1) Membimbing siswa untuk memahami hukum, dalil, fakta, definisi, serta prinsip secara objektif dan bernalar, (2) Melibatkan siswa untuk memecahkan masalah atau pertanyaan, (3) Mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman, (4) Membimbing siswa untuk menghayati, memperoleh proses penalaran, dan menggunakan bukti-bukti dalam memecahkan suatu masalah, serta (5) Membimbing siswa untuk memahami materi yang dipelajari.
c) Komponen keterampilan menjelaskan
Usman (2005) menyatakan bahwa komponen-komponen keterampilan menjelaskan meliputi:
(1) Merencanakan
Penjelasan yang diberikan guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan. Isi pesan (materi) meliputi analisis masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada di antara unsur-unsur yang dikaitkan, dan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Berkenaan dengan penerima pesan (siswa),
commit to user
hendaknya guru memperhatikan perbedaan-perbedaan pada diri setiap siswa, seperti usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, bakat, minat, dan lingkungan belajar siswa.
(2) Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(a) Kejelasan
Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, menghindari penggunaan ucapan-ucapan seperti “e”, ”aa”,
”mm”, “kira-kira”, “umumnya”, “biasanya”, “seringkali”, dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh siswa.
(b) Penggunaan contoh dan ilustrasi
Guru sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
(c) Pemberian tekanan
Guru harus memusatkan perhatian siswa pada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan, seperti “Yang terpenting!”, “Perhatikan baik-baik konsep ini!”, atau “Perhatikan, yang ini agak sukar!”.
(d) Penggunaan balikan
Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertiannya ketika penjelasan diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, seperti
“Apakah kalian mengerti dengan penjelasan tadi?”, “Apakah penjelasan tadi bermakna bagi kalian?”, dan sebagainya.
commit to user
Berdasarkan pendapat di atas, komponen keterampilan menjelaskan adalah perencanaan dan penyajian suatu penjelasan yang mencakup kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.
5) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
a) Pengertian keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Mulyasa (2006) menjelaskan bahwa membuka pelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian siswa agar memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Menutup pelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari serta mengakhiri kegiatan pembelajaran. Menurut Djamarah (2005), keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada materi yang akan dipelajari. Keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan interaksi edukatif yang dimaksudkan untuk memberi gambaran secara menyeluruh kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam proses interaksi edukatif.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan kondisi siap mental agar perhatian siswa terpusat pada materi yang akan dipelajari. Keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran, memberi gambaran secara menyeluruh kepada siswa tentang materi yang telah
commit to user
dipelajari, mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari, dan mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.
b) Tujuan keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Tujuan penggunaan keterampilan membuka pelajaran dalam proses pembelajaran adalah:
(1) Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugaspembelajaran yang akan dikerjakan.
(2) Menunjukkan pada siswa mengenai batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
(3) Agar siswa memiliki gambaran yang jelas tentang pendekatan- pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian- bagian dari suatu mata pelajaran.
(4) Agar siswa mengetahui hubungan antara pengalaman- pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang masih asing bagi siswa.
(5) Agar siswa dapat menggabungkan fakta-fakta, keterampilan- keterampilan atau konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.
Tujuan penggunaan keterampilan menutup pelajaran dalam proses pembelajaran adalah:
(1) Agar siswa dapat memahami materi pelajaran yang telah diterima secara utuh dan menyeluruh.
(2) Agar siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari materi pelajaran.
(3) Agar guru mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar.
(4) Agar guru dapat merancang secara tepat pelajaran berikutnya berdasakan tingkat penguasaan siswa dalam pelajaran tertentu.
(Sulthon, 2009).
commit to user
c) Komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Djamarah (2005) mengemukakan bahwa komponen ini dibagi dalam dua bagian, yaitu komponen keterampilan membuka pelajaran dan komponen keterampilan menutup pelajaran.
(1) Keterampilan membuka pelajaran
(a) Menarik perhatian dan menimbulkan motivasi
Menarik perhatian siswa dapat dilakukan dengan mengubah gaya mengajar guru, menggunakan alat bantu atau media pengajaran, dan membuat variasi dalam pola interaksi guru dengan siswa. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk menimbulkan atau membangkitkan motivasi siswa terhadap pelajaran yang akan diberikan yaitu dengan menciptakan rasa ingin tahu, membuat kejutan dalam kelas, memberi pertentangan konsep, dan memperhatikan minat siswa.
(b) Memberi acuan dan membuat kaitan
Usaha yang dapat dilakukan guru dalam memberi acuan meliputi mengemukakan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, menyampaikan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Guru juga harus membuat kaitan antara materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa.
(2) Keterampilan menutup pelajaran (a) Review
Guru sebaiknya mengulang kembali hal-hal yang dianggap penting pada akhir pelajaran atau setiap selesai memberikan suatu konsep. Hal yang dapat dilakukan guru
commit to user
adalah meminta siswa untuk mengungkapkan kembali materi pelajaran dan membuat rangkuman.
(b) Evaluasi
Guru juga harus melakukan evaluasi terhadap proses interaksi edukatif yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan meminta siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan yang telah dipelajari, mengaplikasikan konsep atau ide baru pada situasi yang berbeda, mengekspresikan pendapat siswa sendiri, dan mengerjakan soal tertulis baik objektif maupun subjektif.
Berdasarkan pendapat di atas, komponen keterampilan membuka pelajaran adalah menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan, dan membuat kaitan. Komponen keterampilan menutup pelajaran adalah review dan evaluasi.
6) Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
a) Pengertian keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Mulyasa (2006) menyatakan bahwa diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang secara tatap muka dalam rangka pengambilan kesimpulan dan pemecahan masalah. Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekolompok individu dalam interaksi tatap muka dengan tujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah (Djamarah, 2005).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok kecil ialah suatu proses yang melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka sehingga setiap anggota dapat berkomunikasi langsung dengan anggota lain serta bertujuan untuk berbagi informasi, membuat suatu keputusan, dan memecahkan masalah. Keterampilan membimbing diskusi
commit to user
kelompok kecil adalah keterampilan membimbing siswa agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil secara efektif.
b) Tujuan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Saud (2011) menjelaskan bahwa tujuan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil yaitu:
(1) Siswa dapat memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan.
(2) Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan siswa dalam berpikir dan berkomunikasi.
(3) Melibatkan siswa dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
c) Komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Menurut Usman (2005), komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah:
(1) Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi, dengan cara:
(a) Merumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi.
(b) Mengemukakan masalah-masalah khusus.
(c) Mencatat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan.
(d) Merangkum hasil pembicaraan dalam diskusi.
(2) Memperluas masalah atau urunan pendapat
Selama diskusi, sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas dari siswa sehingga sulit dipahami oleh anggota kelompok. Hal tersebut akan menimbulkan kesalahpahaman hingga keadaan dapat menjadi tegang. Tugas guru dalam memimpin diskusi adalah memperjelas ide yang disampaikan anggota kelompok, dengan cara:
(a) Menguraikan kembali atau merangkum ide hingga jelas.
commit to user
(b) Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang membantu mereka memperjelas dan mengembangkan ide tersebut.
(c) Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai sehingga anggota kelompok memperoleh pengertian yang jelas.
(3) Menganalisis pandangan siswa
Perbedaan di antara anggota kelompok sering terjadi ketika diskusi berlangsung. Guru harus mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut dengan cara:
(a) Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat.
(b) Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.
(4) Meningkatkan urunan siswa
Guru dapat meningkatkan urunan pikir siswa melalui beberapa cara yaitu:
(a) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir.
(b) Memberikan contoh-contoh verbal atau nonverbal yang sesuai dan tepat.
(c) Memberikan waktu untuk berpikir.
(d) Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa dengan penuh perhatian.
(5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Guru dapat menyebarkan kesempatan berpartisipasi dengan cara:
(a) Mencoba memancing siswa yang enggan berpartisipasi dengan mengarahkan pertanyaan langsung secara bijaksana,
commit to user
misalnya, “Bapak/Ibu yakin bahwa Nita dapat menjawab.
Coba, Nita!”
(b) Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan memberi giliran terlebih dahulu kepada siswa yang pendiam.
(c) Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan.
(d) Mendorong siswa untuk memberi komentar atas pendapat temannya sehingga dapat meningkatkan interaksi antar siswa.
(6) Menutup diskusi
Guru dapat menutup diskusi dengan cara:
(a) Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan siswa.
(b) Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi ataupun tentang topik diskusi yang akan datang.
(c) Mengajak siswa untuk menilai proses dan hasil diskusi yang telah dicapai.
Berdasarkan pendapat di atas, komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi, memperluas masalah atau urunan pendapat, menganalisis pandangan siswa, meningkatkan urunan siswa, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan menutup diskusi.
7) Keterampilan Mengelola Kelas
a) Pengertian keterampilan mengelola kelas
Usman (2005) menyatakan bahwa mengelola kelas adalah keterampilan guru sebagai upaya untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan. Menurut Mulyasa (2006), mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya bila terjadi gangguan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
commit to user
keterampilan megelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang kondusif dan optimal serta mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran.
b) Tujuan keterampilan mengelola kelas
Djamarah (2005) menjelaskan bahwa keterampilan mengelola kelas memiliki tujuan untuk siswa dan guru, yaitu:
(1) Untuk siswa
(a) Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung jawab terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri.
(b) Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan memberi pemahaman bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan bukan kemarahan.
(c) Membangkitkan rasa tanggung jawab siswa untuk melibatkan diri dalam tugas dan kegiatan yang diadakan.
(2) Untuk guru
(a) Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
(b) Menyadari kebutuhan siswa dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk yang jelas kepada siswa.
(c) Mempelajari bagaimana cara merespon tingkah laku siswa yang mengganggu secara efektif.
(d) Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif untuk mengatasi masalah tingkah laku siswa yang muncul di dalam kelas.
c) Komponen keterampilan mengelola kelas
Usman (2005) menyatakan bahwa komponen keterampilan mengelola kelas adalah:
commit to user
(1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
Keterampilan ini berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan kegiatan pembelajaran. Aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan keterampilan ini adalah:
(a) Menunjukkan sikap tanggap
Guru menunjukkan sikap tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan ketidakterlibatan siswa dalam tugas-tugas di kelas. Siswa merasa bahwa guru hadir bersamanya dan tahu apa yang dikerjakannya. Cara guru menunjukkan sikap tanggap yaitu memandang siwa secara seksama, gerak mendekati, memberikan pernyataan terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh siswa, serta memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan siswa.
(b) Memberi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu memberi perhatian terhadap beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu visual dan verbal.
(c) Memusatkan perhatian kelompok
Guru harus memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan sehingga kegiatan belajar siswa dapat dipertahankan dari waktu ke waktu. Cara yang dapat dilakukan guru untuk memusatkan perhatian kelompok adalah memusatkan perhatian siswa pada suatu hal sebelum guru menyampaikan materi pokok, dan menuntut pertanggungjawaban siswa terhadap keterlibatannya dalam tugas-tugas di dalam kelas.
commit to user
(d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
Guru harus memberikan petunjuk yang jelas dan singkat sehingga tidak terjadi kebingungan dalam diri siswa.
Pemberian petunjuk ini dapat dilakukan dengan bahasa dan tujuan yang jelas.
(e) Menegur
Apabila timbul tingkah laku siswa yang mengganggu kelas, maka guru harus menegur secara verbal.
Teguran harus tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang tingkah lakunya menyimpang. Guru juga harus menghindari teguran yang kasar, menyakitkan, dan mengandung penghinaan dan ejekan.
(f) Memberi penguatan
Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang mengganggu dengan cara “menangkap” siswa tersebut ketika sedang melakukan kegiatan yang mengganggu kemudian menegurnya. Guru juga dapat memberikan penguatan kepada siswa yang bertingkah laku wajar sehingga dijadikan contoh atau teladan bagi siswa yang suka mengganggu.
(2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan sehingga guru dapat mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Guru dapat menggunakan seperangkat strategi sebagai tindakan perbaikan tingkah laku siswa yang terus menerus menimbulkan gangguan dan tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. Strategi itu adalah:
commit to user (a) Modifikasi tingkah laku
Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi penguatan secara sistematis.
(b) Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok
Guru hendaknya mampu memperlancar tugas-tugas dengan mengusahakan terjadinya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas serta mampu memelihara kegiatan kelompok dengan menjaga semangat siwa dan menangani konflik yang timbul. Hal tersebut merupakan cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok.
(c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul dengan mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatutan tingkah laku tersebut serta berusahan untuk menemukan pemecahannya.
8) Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
a) Pengertian keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Mulyasa (2006) menjelaskan bahwa pengajaran kelompok dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru untuk memberikan perhatian terhadap siswa dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Menurut Sulthon (2009), keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai kemampuan mengajar guru dalam menghadapi banyak
commit to user
kelompok kecil (3-5 siswa) dan perorangan dimana hubungan interpersonal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa terjadi secara sehat dan akrab, siswa belajar sesuai dengan kecepatan, cara, dan minatnya; siswa mendapatkan bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya; siswa dilibatkan untuk menentukan cara belajar, materi, alat yang digunakan, dan tujuan yang ingin dicapai; guru berperan sebagai organisator, nara sumber, motivator, fasilitator, konselor, dan partisipan dalam kegiatan belajar. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah keterampilan guru dalam memberikan perhatian kepada setiap siswa dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa .
Djamarah (2005) mengemukakan bahwa terdapat empat model variasi pengorganisasian untuk memberikan kesempatan belajar kepada siswa dalam kelompok kecil maupun perseorangan yaitu:
(1) Model 1
Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal guna memberikan informasi dasar, penjelasan tentang tugas yang akan dikerjakan, serta hal-hal lain yang dianggap perlu. Siswa diberi kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja secara kelompok atau perseorangan. Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri dengan pertemuan kelas kembali untuk melaporkan segala sesuatu yang telah dilakukan.
(2) Model 2
Pertemuan diawali dengan penjelasan secara klasikal tentang materi, tugas, serta cara yang digunakan. Setelah itu, siswa langsung bekerja dlaam kelompok-kelompok kecil yang diakhiri dengan laporan kelompok.
commit to user (3) Model 3
Pertemuan diawali dengan penjelasan secara klasikal.
Setelah itu, siswa langsung bekerja secara perseorangan dan kemudian bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengolah hasil yang dicapai serta diakhiri dengan laporan kelompok.
(4) Model 4
Pertemuan diawali dengan penjelasan klasikal tentang kegiatan atau tugas yang akan dilaksanakan. Setelah itu, siswa langsung bekerja secara perseorangan.
b) Tujuan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Menurut Saud (2011), tujuan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan yaitu:
(1) Tujuan keterampilan mengajar perorangan
(a) Memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa.
(b) Mengembangkan daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada diri siswa.
(c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif.
(d) Membentuk hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa.
(2) Tujuan keterampilan mengajar kelompok kecil
(a) Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui dinamika kelompok.
(b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih memecahkan masalah serta cara hidup secara rasional dan demokratis.
(c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong.
commit to user
c) Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Saud (2011) menjelaskan bahwa komponen-komponen mengajar kelompok kecil dan perorangan yaitu:
(1) Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran
Guru harus terampil membuat perencanaan pembelajaran sesuai dengan program dan kebutuhan siswa, serta mampu melaksanakan rencana tersebut. Guru harus mampu dan terampil mendiagnosis kemampuan akademik siswa, gaya belajar, kecenderungan minat, dan tingkat disiplin siswa.
(2) Keterampilan mengorganisasi
Guru berperan sebagai organisator selama kegiatan pengajaran kelompok kecil dan perseorangan berlangsung. Guru bertugas untuk memonitor kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir.
(3) Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
Salah satu ciri dalam pengajaran kelompok kecil dan perseorangan adalah terjadinya hubungan yang akrab antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Hal ini akan terjadi bila guru dapat menciptakan suasana yang terbuka sehingga siswa merasa bebas dan leluasa untuk mengemukakan pendapat.
Siswa juga memiliki keyakinan bahwa guru akan selalu siap mendengarkan pendapatnya dan bersedia membantu apabila diperlukan.
(4) Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Mengajar kelompok kecil dan perorangan berarti memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri. Guru harus terampil membantu siswa agar memperoleh kemudahan dalam belajar dan tidak mengalami patah semangat.
commit to user
Berdasarkan pendapat di atas, komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran, keterampilan mengorganisasi, keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, serta keterampilan membimbing dan memudahkan belajar.
c. Indikator Keterampilan Mengajar 1) Keterampilan bertanya
Indikator keterampilan bertanya adalah:
a) Penggunaan pertanyaan yang jelas dan singkat b) Pemberian acuan
c) Pemindahan giliran d) Penyebaran pertanyaan e) Pemberian waktu berpikir f) Pemberian tuntunan
g) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif h) Pengaturan urutan pertanyaan
i) Penggunaan pertanyaan pelacak j) Peningkatan terjadinya interaksi 2) Keterampilan memberi penguatan
Indikator keterampilan memberi penguatan adalah:
a) Penguatan verbal b) Penguatan nonverbal
3) Keterampilan mengadakan variasi
Indikator keterampilan mengadakan variasi adalah:
a) Variasi gaya mengajar b) Variasi interaksi 4) Keterampilan menjelaskan
Indikator keterampilan menjelaskan adalah:
a) Kejelasan
b) Penggunaan contoh dan ilustrasi
commit to user c) Pemberian tekanan
d) Penggunaan umpan balik
5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Indikator keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah:
a) Menarik perhatian siswa b) Memberi acuan
c) Membuat kaitan d) Melakukan review e) Melakukan evaluasi
6) Keterampilan mengelola kelas
Indikator keterampilan mengelola kelas adalah:
a) Keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
b) Keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal 2. Tinjauan tentang Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi pada diri seseorang tidak dapat diketahui secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya. Donald dalam Hamalik (2003: 158) berpendapat bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Purwanto (2002) menyatakan bahwa motivasi adalah usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong bertindak melakukan sesuatu sehingga dapat mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul karena adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang memiliki keinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dari sebelumnya (Uno, 2007).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang timbul karena adanya rangsangan dari dalam diri maupun dari luar diri sehingga seseorang bertindak untuk mencapai tujuan.
commit to user
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Bomia et al.
(1997) dalam Fan (2012: 262) menyatakan bahwa motivasi belajar merujuk pada kesediaan seorang siswa, kebutuhan, keinginan, dan dorongan untuk berpartisipasi sehingga berhasil dalam proses belajar. Motivasi mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan akademik, mencoba hal-hal yang sulit, dan menentukan berapa kali mereka belajar.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar tersebut sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat dicapai (Sardiman, 2001). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Pentingnya Motivasi Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah:
1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir Seorang siswa telah membaca suatu sub bab buku bacaan, namun ia kurang berhasil memahami isi bacaan. Siswa tersebut akan terdorong untuk membaca lagi agar memahami isi bacaan.
2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan teman sebaya
Jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia akan berusaha sama tekunnya dengan teman yang berhasil. Jadi, motivasi dapat memberikan informasi besarnya kekuatan belajar seorang siswa.
commit to user 3) Mengarahkan kegiatan belajar
Siswa yang mengetahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, dia akan mengubah perilaku belajarnya. Jadi, motivasi akan mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
4) Membesarkan semangat belajar
Jika seorang siswa telah menyadari bahwa ia telah menghabiskan banyak dana untuk belajar dan masih ada adik yang membutuhkan biaya dari orang tua, maka ia akan berusaha untuk cepat lulus. Adanya motivasi akan mempertinggi semangat belajar.
5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan dalam belajar dan bekerja (disela-selanya adalah istirahat atau bermain) secara berkesinambungan
Setiap hari siswa diharapkan untuk belajar di rumah, membantu pekerjaan orang tua, dan bermain dengan teman sebaya. Kegiatan- kegiatan yang dilakukan tersebut diharapkan dapat berhasil dan hasilnya memuaskan.
Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat tersebut antara lain:
1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar hingga mencapai keberhasilan
Jika siswa tidak bersemangat belajar, maka guru harus membangkitkan motivasi siswa agar bersemangat untuk belajar. Guru juga harus meningkatkan motivasi belajar siswa apabila semangat belajarnya timbul dan tenggelam. Jika siswa sudah memiliki semangat yang kuat untuk mencapai tujuan belajar, maka guru hendaknya memelihara semangat tersebut dengan cara memberikan hadiah, pujian, atau dorongan.
2) Mengetahui dan memahami bermacam-macamnya motivasi belajar siswa Ada siswa yang acuh tak acuh, ada yang memusatkan perhatian, ada yang bermain, dan ada yang bersemangat untuk belajar. Di antara siswa yang bersemangat belajar tersebut, ada siswa yang berhasil dan ada
commit to user
pula yang tidak berhasil. Beranekaragamnya motivasi belajar siwa menuntut guru untuk menggunakan bermacam-macam strategi mengajar.
3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih salah satu peran Guru memiliki peran bermacam-macam, seperti penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, atau pemberi hadiah.
Adanya motivasi belajar yang dimiliki siswa akan meningkatkan dan menyadarkan guru dalam memilih salah satu peran yang bermacam- macam tersebut. Peran pedagogis tersebut sudah pasti sesuai dengan perilaku siswa.
4) Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis
Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar hingga mencapai keberhasilan. Tantangan professional guru terletak pada mengubah siswa yang tidak berminat dan acuh tak acuh menjadi bersemangat untuk belajar
c. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi sangat diperlukan dalam belajar sebab siswa tidak memiliki motivasi belajar, tidak mungkin melakukan aktivitas belajar.
Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pembelajaran itu. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Djamarah (2011) mengemukakan bahwa ada tiga fungsi motivasi belajar, yaitu:
1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya siswa tidak ada hasrat untuk belajar, karena ada sesuatu yang belum diketahui muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui tersebut akhirnya mendorong siswa untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Siswa memiliki keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang sesuatu yang belum diketahui. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi
commit to user
yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya diambil oleh siswa dalam rangka belajar.
2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Doronga psikologis yang menimbulkan sikap terhadap siswa itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung kemudian menjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Hal ini berarti siswa sudah melakukan kegiatan belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk pada kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dalil, dan hukum sehingga mengerti benar isi yang dikandungnya.
3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Siswa yang memiliki motivasi dapat menyeleksi perbuatan mana yang harus dilakukan dan perbuatan mana yang harus diabaikan. Seorang siswa yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, pasti akan mempelajari mata pelajaran tersebut dan tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Sesuatu yang dicari siswa merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi belajar kepada siswa. Siswa akan belajar dengan tekun dan penuh konsentrasi agar tujuannya mencari sesuatu yang ingin diketahui cepat tercapai.
d. Ciri-ciri Motivasi
Sardiman (2001) menjelaskan bahwa motivasi yang ada pada setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas.
2) Ulet menghadapi kesulitan.
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah belajar.
4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin karena dianggap kurang kreatif.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya.
commit to user 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan kebutuhan belajar, serta harapan dan cita-cita masa depan. Faktor ekstrinsik berupa adanya penghargaan dalam belajar, kegiatan belajar yang menarik, dan lingkungan belajar yang kondusif (Uno, 2007).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Motivasi yang bersifat internal adalah motivasi yang timbul karena pengaruh dari dalam diri seseorang. Motivasi yang bersifat eksternal adalah motivasi yang timbul karena pengaruh dari luar seseorang atau orang lain yaitu dari guru, orang tua, teman, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat di atas, guru dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menimbulkan motivasi belajar siswa yaitu melalui penguasaan keterampilan mengajar. Guru yang memiliki keterampilan mengajar baik, akan mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Oleh karena itu, guru harus menguasai keterampilan mengajar dalam rangka menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan sehingga guru dapat menumbuhkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) antara lain:
1) Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Motivasi tampak pada keinginan yang dimiliki oleh siswa.
Keberhasilan mencapai keinginan tersebut akan menumbuhkan kemauan dan semangat belajar, bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita
commit to user
dalam kehidupan. Cita-cita yang dimiliki siswa akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar, misalnya seorang siswa memiliki cita-cita untuk menjadi seorang atlit bulu tangkis dunia, siswa tersebut akan tekun berlatih bulu tangkis, berlatih lari dan meloncat, rajin berolah raga, serta melatih napas. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar, sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
2) Kemampuan Siswa
Keinginan akan terpenuhi bila seorang siswa memiliki kemampuan atau kecapakapan untuk mencapainya. Kemampuan tersebut akan memperkuat motivasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
3) Kondisi Siswa
Kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajarnya. Siswa yang sakit akan enggan belajar, dan siswa yang lapar atau marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada pelajaran.
Siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian pada pelajaran yang berlangsung.
4) Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan teman sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.
Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman teman yang nakal, dan perkelahian antarsiswa akan mengganggu kesungguhan belajar.
Sebaliknya, sekolah yang indah dan pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi belajar. Kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, dan ketertiban pergaualan perlu dipertinggi mutunya.
5) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Pengalaman dengan teman sebaya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dan lingkungan budaya mengalami perubahan. Kesemua
commit to user
lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Siswa yang masih berkembang jiwa raganya dan lingkungan yang bertambah baik merupakan kondisi dinamis yang baik bagi pembelajaran.
6) Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi a) Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah, b) Membina disiplin belajar, c) Membina belajar tertib pergaulan, d) Pemahaman tentang diri siswa, e) Pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat guna, f) Mendidik siswa untuk cinta belajar. Upaya guru membelajarkan siswa di luar sekolah adalah menjalin kerja sama dengan pusat-pusat pendidikan luar sekolah seperti keluarga, lembaga agama, dan pusat pendidikan pemuda yang lain.
f. Macam-macam Motivasi
Membicarakan tentang macam-macam motivasi, dalam hal ini akan dibahas dari dua sudut pandang yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1) Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. siswa termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapatkan pujian, nilai yang tinggi, hadiah, dan sebagainya.
Motivasi instrinsik sangat diperlukan dalam aktivitas belajar terutama belajar sendiri. Siswa yang tidak memiliki motivasi instrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar secara terus menerus. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan tersebut dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna pada masa
commit to user
sekarang dan masa mendatang. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, dan memiliki keahlian dalam bidang tertentu.
Siswa yang memiliki minat yang tinggi untuk mempelajari suatu mata pelajaran, ia akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu.
Motivasi tersebut muncul karena siswa membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan siswa yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar.
Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi, motivasi instrinsik muncul berdasarkan tujuan esensial bukan sekedar atribut dan seremonial.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila siswa menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factor outside the learning situation). Siswa belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletahk di luar hal yang dipelajarinya, misalnya untuk mencapai nilai yang tinggi, kehormatan, dan sebagainya.
Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat belajar siswa dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya. Baik motivasi ekstrinsik yang postif maupun negatif, keduanya dapat mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Diakui angka, ijazah, pujian, hadiah, dan sebagainya akan berpengaruh positif dengan merangsang siswa untuk giat belajar. Ejekan, celakan, hukuman yang menghina, sindiran kasar, dan sebagainya akan berpengaruh negatif dengan renggangnya hubungan guru dan siswa. Jadilah guru sebagai