• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEAKTIFAN, KEBERANIAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATA PELAJARAN IPS SDN 01 BLIGOREJO PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN KEAKTIFAN, KEBERANIAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATA PELAJARAN IPS SDN 01 BLIGOREJO PEKALONGAN"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEAKTIFAN, KEBERANIAN, DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN

KONSTRUKTIVISME PADA MATA PELAJARAN IPS

SDN 01 BLIGOREJO PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh : Agnes Riastuti NIM : 071134023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENINGKATAN KEAKTIFAN, KEBERANIAN, DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN

KONSTRUKTIVISME PADA MATA PELAJARAN IPS

SDN 01 BLIGOREJO PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh : Agnes Riastuti NIM : 071134023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk :

™ Tuhan YME yang selalu memberikan kemuliaannya ™ Bapak dan Ibu tercinta yang akan selalu ada dalam

setiap do’aku

™ Mas Luk dan mas Yanto yang selalu memberikan doa dan semangat

™ Andin yang selalu memberikan keceriaan

™ Koko yang selalu memberikan penghiburan dan kekuatan

(6)

MOTTO

Dalam hidup, akan selalu ada orang yang tak menyukaimu,

namun itu bukan urusanmu.

Lakukan apa yang kamu anggap benar dan enjoy

(Anonim)

Dalam kehidupan ini

kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar.

Tapi kita bisa melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar.

( Mother Teresa)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.

(Aristoteles)

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu

akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu

(Lukas : 11.9)

Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan,

kamu akan menerimanya.

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 November 2011

Penulis

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Agnes Riastuti

NIM : 071134023

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENINGKATAN KEAKTIFAN, KEBERANIAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATA PELAJARAN IPS SDN 01 BLIGOREJO PEKALONGAN” Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 November 2011 Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN, KEBERANIAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN

KONSTRUKTIVISME PADA MATA PELAJARAN IPS SDN 01 BLIGOREJO PEKALONGAN

Agnes Riastuti Universitas Sanata Dharma

2011

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan 1) keaktifan, 2) keberanian bertanya dan berpendapat, 3) prestasi belajar siswa SDN 01 Bligorejo Pekalongan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme media gambar pada mata pelajaran IPS semester 2 materi perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang tahun pelajaran 2010/2011.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 01 Bligorejo Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 40 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Metode pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara guru dan siswa, serta tes prestasi belajar. Adapun data yang diperoleh dari lembar pengamatan dan wawanacara dianalisis dengan menggunakan kriteria penyekoran dan menghitung jumlah skor keseluruhan. Keabsahan data dilakukan dengan pengamatan secara terus menerus dan triangulasi data. Data prestasi siswa dianalisis dengan menjumlahkan skor seluruh siswa untuk menghitung rata-rata kelas dan persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hasil prestasi siswa diuji secara statistis dengan SPSS menggunakan Paired Sample T-Test untuk mengetahui apakah peningkatan antar siklus signifikan atau tidak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan, keberanian bertanya dan berpendapat, dan prestasi belajar siswa setelah dilakukan penerapan pendekatan konstruktivisme media gambar pada mata pelajaran IPS SDN 01 Bligorejo Pekalongan. Pada siklus I keaktifan siswa sebesar 37,5, pada siklus II meningkat menjadi 66,66 dan pada siklus III skornya mencapai 93,75 dan kategorinya sangat tinggi. Aspek keberanian bertanya dan berpendapat pada siklus I = 39,58; siklus II = 62,5; dan pada siklus III meningkat menjadi 81,25 dan ketegorinya tinggi. Hasil prestasi belajar juga mengalami peningkatan. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I adalah 40% dan rata-rata kelas 60,4; pada siklus II persentasi jumlah siswa yang mencapai KKM 57,5% dan rata-rata kelas 67,77; pada siklus III persentase jumlah siswa yang memenuhi KKM meningkat menjadi 77,5% dan rata-rata kelas mencapai 77,32. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Paired T Test, hasil pair siklus I - siklus II dan siklus II-siklus III angka assymp menunjukan taraf signifikan 0,000 < 0,05 yang berarti ada peningkatan yang signifikan antar siklus.

(10)

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT IN LIVELINESS, COURAGE, AND

STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH CONSTRUCTIVISM APPROACH OF SOCIAL SCIENCE IN

SDN 01 BLIGOREJO PEKALONGAN

Agnes Riastuti Sanata Dharma University

2011

The purpose of this research was to increase the 1) activeness, 2) the confidence to ask and argue, and 3) the learning achievement the student of SDN 01 Bligorejo, Pekalongan by using constructivism approach of media images in the social subject in the second semester, and on the material of the struggle against Dutch colonialism and Japanese in the academic year 2010/2011.

The type of this research was a class action research with. The subject of the a research was 40 fifth grade student of SDN 01 Bligorejo, Pekalongan in the academic year 2010/2011. The research was conducted in three cycles. The data was obtained through observation, teacher and student interview, and learning achievement test. The data which was obtained from observation sheets and interview is analyzed by using the scoring criteria and by calculating the number of overall score. The validity of data was determined by continuous observation and triangulation of data. The data of student achievement was analyzed by summing up the scores of all students to determine the average grade and the percentage of students achieving minimum criteria of achievement / kriteria

ketuntasan minimal (KKM). After that, the result of the student achievement test

was analysed statistically by using SPSS and a Paired Sample T-Test to determine whether the increase between cycles was significant or not.

The results show that there was an increase of the activiness, the confidence to ask and argue, and in the students learning achievement after the implemenstation of constructivism approach of media images in the social subject in SDN 01 Bligorejo, Pekalongan. In cycle I, the activeness of students was 37.5, the second cycle rase to 66.66 and in cycle III the score reached 93.75 and was considened very high category. Aspects of confidense to ask and argue in cycle I was 39.58; cycle II was 62.5; and in cycle III is rise to 81.25 and could be categorized as high score. The result of learning achievement also increased. Percentage of students reaching the KKM on cycle I in 40% and the average grade the was 60.4; in the cycle II, the percentage of students who achieving KKM was 57.5% and the average grade was 67.77; in cycle III, the percentage of students reaching the KKM is rise to 77.5% and the average grade reached 77.32. After conducting statistical tests using Paired T-Test, the pair results in cycle I - cycle II and cycle II - cycle III, the assymp figures indicated the significant level 0.000 <0.05 which meaning that there was a significant increase between cycles.

(11)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dan petunjuk, serta kekuatan sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Peningkatan Keaktifan, Keberanian, dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Konstruktivisme Pada Mata Pelajaran IPS SDN 01 Bligorejo Pekalongan”.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Drs. Puji Purnomo, M.Si selaku Ketua Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Drs. Y.B Adimassana M.A. selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan sehingga penulisan skripsi dapat berjalan lancar;

4. Romo Gregorius Ari Nugrahanta SJ.,SS.,BST.,MA selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritikan yang berguna bagi penelitian ini;

(12)

6. Drs. H. Suwarno selaku kepala sekolah SDN 01 Bligorejo; 7. Suharti, Spd.,SD selaku guru kelas V SDN 01 Bligorejo; 8. Siswa dan siswi kelas V SDN 01 Bligorejo;

9. Bapak, ibu, mas Luk, mas Yanto, mb Dina, Andin, Pak-de Jono, om Har, Pak Jiyo dan keluarga, serta semua keluarga besarku yang selalu mendoakan dan mendukung baik moril atau material yang telah diberikan selama ini;

10. Rekan seperjuangan (mb.Pupud, Rima, Nita, Anin, Winda, Daniel), sahabatku (mb. Sari, Tari, Vina), penghuni wisma anggrek (Bunda Sofi, mb Kar, mb Ayu, Rina, Shinta, Anis, Indah, Fani, Dewi), anak-anak 621, serta rekan-rekan seangkatan PGSD USD 07;

11. Koko yang selalu mendoakan, setia, rela, sabar, dan telah membantu dalam hal teknik pada saat penelitian sampai selesainya penulisan skripsi; 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu baik material maupun spiritual hingga terselesainya skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 26 Oktober 2011

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Batasan Pengertian ... 7

1.6 Pemecahan Masalah ... 8

1.7 Tujuan Penelitian ... 8

1.8 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Kajian Pustaka ... 10

(14)

2.1.1.1 Hakikat Pendekatan Konstruktivisme ... 10

2.1.1.2 Karakteristik Konstruktivisme ... 14

2.1.1.3 Konstruktivisme Sebagai Pendekatan Pembelajaran ... 16

2.1.2 Media Pembelajaran ... 18

2.1.2.1 Definisi Media Pembelajaran ... 18

2.1.2.2 Fungsi Media Pembelajaran ... 19

2.1.2.3 Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran ... 20

2.1.2.4 Media Gambar ... 21

2.1.3 KD Mata pelajaran IPS Kelas V Semester 2 ... 22

2.1.3.1 Hakikat IPS Terpadu ... 22

2.1.3.2 Tujuan IPS dalam Pendidikan ... 22

2.1.3.3 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2 ... 23

2.1.4 Keaktifan Siswa ... 26

2.1.5 Keberanian Siswa Bertanya dan Berpendapat ... 28

2.1.6 Prestasi Belajar Siswa ... 30

2.1.6.1 Pengertian Prestasi Belajar ... 30

2.6.1.2 Faktor yang Mempengarui Prestasi Belajar ... 33

2.2 Penelitian yang Relevan ... 34

2.3 Kerangka Berpikir ... 38

2.4 Hipotesis Kerja ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Setting Penelitian ... 43

3.3 Rencana Tindakan ... 44

3.4 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 50

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 53

3.6 Teknik Analisis Data ... 58

3.7 Indikator Keberhasilan ... 60

(15)

4.1 Pra Penelitian Tindakan Kelas ... 63

4.2 Hasil Penelitian ... 64

4.2.1 Siklus I ... 64

4.2.2 Siklus II ... 72

4.2.3 Siklus III ... 79

4.3 Pembahasan ... 93

4.3.1 Keaktifan Siswa ... 93

4.3.2 Keberanian Siswa Bertanya dan Berpendapat ... 96

4.3.3 Prestasi Belajar Siswa ... 99

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 103

DAFTAR REFERENSI ... 105

(16)

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Tabel. 1 Waktu Penelitian ... 43

Tabel. 2 Kisi-kisi Soal Tes Tertulis ... 51

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Soal ... 54

Tabel 4. Hasil Uji Beda Soal ... 56

Tabel 5. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 57

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 57

Tabel 7. Kategori Skor Lembar Pengamatan ... 60

Tabel 8. Skor Yang Diharapkan Akhir Siklus ... 62

Tabel 9. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 64

Tabel 10. Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 67

Tabel 11. Keberanian Bertanya dan Berpendapat Siklus I ... 68

Tabel 12. Hasil Prestasi Belajar Siklus I ... 70

Tabel 13. Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 74

Tabel 14. Keberanian Bertanya dan Berpendapat Siklus II ... 75

Tabel 15. Hasil Prestasi Belajar Siklus II ... 76

Tabel 16. Keaktifan Belajar Siswa Siklus III ... 81

Tabel 17. Keberanian Bertanya dan Berpendapat Siklus III ... 82

Tabel 18. Hasil Prestasi Belajar Siklus III ... 83

Tabel 19. Rangkuman Hasil Pengamatan dan Wawancara Keaktifan Siswa ... 86

Tabel 20. Rangkuman Hassil Pengamatan dan Wawancara Keberanian Bertanya dan Berpendapat ... 87

Tabel 21. Rangkuman Hasil Prestasi Belajar Siswa ... 88

Tabel 22. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siklus I ... 89

Tabel 23. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siklus II... 90

Tabel 24. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siklus III ... 91

(17)

DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman

Gambar 1. Bagan Konstruktivisme ... 14

Gambar 2. Penelitian Relevan ... 37

Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir... 39

Gambar 4. Model Siklus Kurt Lewin ... 42

Gambar 5. Grafik Uji Normalitas Prestasi Belajar Siklus I ... 89

Gambar 6. Grafik Uji Normalitas Prestasi Belajar Siklus II ... 90

Gambar 7. Grafik Uji Normalitas Prestasi Belajar Siklus III ... 91

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Lampiran Halaman

Lampiran1. Silabus……….……….…..109

Lampiran 2. RPP Siklus I-III…………...………..114

Lampiran 3. LKS Siklus I-III…….……….………...125

Lampiran 4. Soal Tes Yang Sudah Diisi Siswa………...131

Lampiran 5. Kunci Jawaban Soal Tes Siklus I-III………...….137

Lampiran 6. Pedoman Penilaian Soal Tes Siklus I-III……….………140

Lampiran 7. Pedoman Pengamatan dan Penyekoran ……….…...143

Lampiran 8. Lembar pengamatan………..145

Lampiran 9. Pedoman Wawancara Guru dan Siswa………..146

Lampiran 10. Uji Validitas Soal….………147

Lampiran 11. Indikator Instrumen Soal yang Valid….……….…154

Lampiran 12. Hasil Uji Beda Soal……..………...………....155

Lampiran 13. Hasil Reliabilitas Soal………...………..156

Lampiran 14. Hasil Uji Normalitas SPSS……….….157

Lampiran 15. Hasil Uji Hipotesis Paired T-Test………..………158

Lampiran 16. Foto Kegiatan………..159

Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian………...…..162

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk menyiapkan peserta didik bagi peranannya di masa yang akan datang melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan. Pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup manusia apabila pendidikan yang dilaksanakan mempunyai kualitas. Kualitas pendidikan diketahui dari dua hal yaitu proses dan produk. Suatu pendidikan dikatakan berkualitas dalam proses apabila proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Pendidikan disebut berkualitas dalam produk apabila peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar sesuai dengan sasaran dan tujuan pendidikan.

(20)

merangsang anak untuk memecahkan atau mengatasi persoalan. Guru berperan sebagai fasilitator atau instruktur yang membantu murid mengkonstruksi koseptualisasi dan solusi dari masalah yang dihadapi. Mereka berpendapat bahwa pembelajaran yang optimal adalah pembelajaran yang berpusat pada murid

(student centered learning).

Pengajaran IPS di SD ditujukan bagi pembinaan generasi penerus usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik. Untuk itulah dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik kepada kenyataan hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka, ditanggapinya, dianalisisnya akhirnya dapat membina kepekaan sikap mental, ketrampilan dalam menghayati kehidupan yang nyata ini.

(21)

Kenyataan yang ada di lapangan tidak semua guru dapat menerapkan metode atau pendekatan yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru di SDN 01 Bligorejo pada bulan Oktober 2010 ada enam faktor yang menjadi alasan sejumlah guru yang enggan menggunakan media dalam pembelajaran adalah (1) menggunakan media itu repot, (2) media itu canggih dan mahal, (3) tidak bisa menggunakannya, (4) media itu hiburan sedangkan belajar itu serius, (5) tidak tersedia media di sekolah, (6) kebiasaan menikmati bicara. Untuk mengatasi semua alasan tersebut hanya sedikit yang diperlukan, yaitu perubahan sikap. Akibat dalam mengajar guru menggunakan metode ceramah maka kompetensi siswa tidak dapat tercapai secara maksimal.

(22)

menjawab pertanyaan guru, apabila menjawab secara bersama-sama atau setelah ditunjuk oleh guru. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, dan siswa tidak akan melakukan sesuatu apabila guru tidak menunjuknya. Sebagian besar siswa tidak mencatat apa yang dijelaskan oleh guru. Pembelajaran yang demikian akan membuat siswa merasa bosan dan enggan untuk mengikutinya sehingga hasil yang diperolehpun juga tidak maksimal. Hal inilah yang membangkitkan minat peneliti untuk menerapkan metode baru.

Proses pembelajaran hendaknya terjadi sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya melalui proses belajar mengajar. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar adalah pambelajaran konstruktivisme. Penerapan konstruktivisme dalam proses belajar-mengajar menghasilkan metode pengajaran yang menekankan aktivitas utama pada siswa. Teori pendidikan yang didasari konstruktivisme memandang murid sebagai orang yang menanggapi secara aktif objek-objek dan peristiwa-peristiwa dalam lingkungannya, serta memperoleh pemahaman tentang seluk-beluk objek dan peristiwa-peristiwa itu lewat membaca, berdiskusi, dan terlibat dalam penggunaan media yang digunakan guru.

(23)

pendekatan konstruktivisme siswa akan menggali dan membangun sendiri pengetahuannya. Melalui media gambar maka akan merangsang keinginan anak untuk belajar.

Bertolak dari semua hal di atas peneliti ingin melakukan suatu penelitian tindakan kelas guna meningkatkan keaktifan, keberanian bertanya dan berpendapat, dan prestasi belajar siswa melalui pendekatan konstruktivisme dengan menggunakan media gambar.

1.2Identifikasi Masalah

1) Siswa tidak mempunyai keberanian bertanya pada materi yang belum dipahami;

2) Siswa mengantuk dan berbicara dengan teman ketika pelajaran berlangsung sehingga kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran; 3) Siswa tidak dilibatkan dalam penggunaan media dan kurang

memanfaatkan sumber belajar selain catatan yang diberikan guru; 4) Kurangnya respon siswa dalam menanggapi instruksi guru;

(24)

1.3Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPS kelas V

semester 2 dengan pendekatan konstruktivisme yang dibatasi dengan media

gambar pada KD 2.1 yaitu mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang

pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan yang

diajukan dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah penerapan pendekatan konstruktivisme dengan media gambar

dapat meningkatkan keaktifan siswa SDN 01 Bligorejo Pekalongan pada

mata pelajaran IPS semester 2 tahun pelajaran 2010/2011 ?

2) Apakah penerapan pendekatan konstruktivisme dengan media gambar

dapat meningkatkan keberanian bertanya dan berpendapat siswa SDN 01

Bligorejo Pekalongan pada mata pelajaran IPS semester 2 tahun pelajaran

2010/2011?

3) Apakah penerapan pendekatan konstruktivisme dengan media gambar

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SDN 01 Bligorejo Pekalongan

(25)

1.5Batasan Pengertian

1) Konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada

siswa SDN 01 Bligorejo Pekalongan kelas V semester 2 tahun pelajaran

2010/2011 untuk membangun pengetahuan baru, yang diperoleh dengan

menghubungkan informasi yang mereka terima dengan pengetahuan yang

telah dimiliki sebelumnya yang difasilitasi oleh guru.

2) Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi, yang digunakan dalam penelitian di SDN 01 Bligorejo Pekalongan.

3) Keaktifan adalah segala aktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh siswa SDN 01 Bligorejo Pekalongan ketika mengikuti proses belajar-mengajar di

sekolah.

4) Keberanian adalah sikap yang ditunjukkan oleh siswa SDN 01 Bligorejo Pekalongan untuk bertanya dan mengemukakan usul, gagasan atau ide,

tanpa memikirkan sesuatu yang membuat dirinya takut dan malu.

(26)

1.6Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penggunaan

pendekatan konstruktivisme dengan media gambar diharapkan dapat

meningkatkan keaktifan, keberanian bertanya dan berpendapat, dan prestasi

belajar dengan cara siswa menemukan pengetahuan melalui aktivitasnya sendiri.

1.7Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, peneliti

menentukan tujuan penelitian yaitu:

1) Meningkatkan keaktifan siswa SDN 01 Bligorejo Pekalongan melalui

penerapan pendekatan konstruktivisme dengan media gambar pada mata

pelajaran IPS semester 2 tahun pelajaran 2010/2011.

2) Meningkatkan keberanian bertanya dan berpendapat siswa SDN 01

Bligorejo Pekalongan melalui penerapan pendekatan konstruktivisme

dengan media gambar pada mata pelajaran IPS semester 2 tahun pelajaran

2010/2011.

3) Meningkatkan prestasi belajar siswa SDN 01 Bligorejo Pekalongan

melalui penerapan pendekatan konstruktivisme dengan media gambar pada

(27)

1.8Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang

pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan, keberanian

bertanya dan berpendapat, dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

2) Secara praktis

a. Bagi peneliti sendiri, dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam

menerapkan pendekatan konstruktivisme dengan menggunakan media

gambar dalam pembelajaran IPS, sehingga diharapkan dapat

menerapkannya untuk materi pokok lain yang sesuai.

b. Bagi guru, memberikan inspirasi bagi guru untuk melakukan PTK

melalui pendekatan konstruktivisme dengan media gambar.

c. Bagi perpustakaan, menambah bahan koleksi perpustakaan khususnya

(28)

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab II ini diuraikan segala sesuatu yang mendasari teori penelitian, yaitu kajian pustaka, penelitian sebelumnya, kerangka berpikir, dan hipotesis kerja. Berikut uraian landasan teori.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pendekatan Konstruktivisme

2.1.1.1 Hakikat Pendekatan Konstruktivisme

Pendidikan erat hubungannya dengan kebudayaan. Hal ini dimaksudkan bahwa pendidikan selalu berubah sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Seperti yang di ungkapkan oleh Hertzler dalam Sayfullah (1982:17) :

“The actual content of education of any people or Society, as is true to a degree of the content of any instution, is influenced by the culture and organization of the particular society. Education, however, being specifically charged with the task of transmitting the culture is strongly reflective of the total configuration”

Arti kutipan diatas adalah pendidikan mencerminkan segala nilai-nilai budaya yang berlaku sekarang atau pada suatu saat tertentu. Terkait dengan hal tersebut hendaknya pendidikan dituntut bersifat progresif artinya selalu mengalami perubahan perkembangan sesuai dengan tuntutan perkembangan kebudayaan.

(29)

pamong (pengampu) yang mengarahkan murid agar menemukan jati dirinya agar berkembang sesuai dengan potensi dan bakatnya. Dengan demikian, dalam pendidikan perlu adanya suatu pembaharuan yang lebih mengedepankan siswa. Salah satu model pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa adalah pendekatan konstruktivisme.

(30)

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri yang dibentuk secara pribadi (personal). Tanpa siswa aktif sendiri mengolah, mempelajari, dan mencerna, ia tidak akan menjadi tahu. Maka dalam pengertian ini pendidikan atau pembelajaran harus membantu siswa aktif belajar sendiri. Tugas guru adalah menyediakan lingkungan yang dikehendaki siswa dan merangsang keingintahuan siswa untuk menemukan sesuatu pemahaman baru.

Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi manusia, budaya, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Vygotsky menekankan pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan. Menurutnya bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang.

Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip oleh (Slavin, 2009: 232) yaitu:

(1) Pembelajaran sosial (social leaning). Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap;

(31)

tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak;

(3) Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship). Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai;

(4) Pembelajaran Termediasi (mediated learning). Vygotsky menekankan pada

scaffolding. Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan

kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah.

Inti teori Vigotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Artinya pengetahuan terjadi melalui interaksi sosial, begitupun dengan bentuk perkembangan kognitifnya yang terjadi karena keterkaitan diantara individu dan konteks sosial. Teori yang dikemukakan oleh Vigotsky ini dapat diterapkan dengan metode diskusi. Dari uraian diatas disimpulkan bahwa dalam teori konstruktivisme anak tidak menerima informasi dari guru atau buku saja melainkan anak menghubungkan informasi yang mereka dapat dengan pengetahuan yang telah mereka miliki di dalam struktur kognitifnya dan pengetahuan sebelumnya, sehingga membangun pengetahuan baru. Suparno (1997:49) mengemukakan prinsip dalam teori konstruktivisme meliputi:

(32)

4) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5) Kurikulum menekankan partisipasi siswa;

6) Guru adalah fasilitator.

Bagan teori konstruktivisme dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini:

pengetahuan awal

fasilitator

Dibentuk Atau dikonstruksi

Gambar 1. Bagan Konstruktivisme

2.1.1.2Karakteristik Konstruktivisme

Winatraputra (2007:6.19) menuliskan beberapa karakteristik yang merupakan prinsip dasar perspektif konstruktivisme dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Mengembangkan strategi alternatif untuk memperoleh dan menganalisis informasi.

Masalah

Proses pembelajaran

meningkat

Pengalaman baru

(33)

Artinya siswa dibiasakan untuk menemukan informasi dari berbagai sumber seperti internet, buku, koran, majalah, pengamatan dll. Dari sumber tersebut dianalisis sesuai dengan perkembangan berpikir siswa misalnya siswa diminta untuk membuat ringkasan dari apa yang dipelajarinya, membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi, memberikan penjelasan yang lebih lanjut, atau bahkan membuat perkiraan jika konsep yang dipelajari itu diterapkan.

2) Dimungkinkannya perspektif jamak (multiple perspective) dalam proses belajar. Siswa diajak untuk berpikir secara plural atau tidak hanya satu kebenaran yang berlaku tetapi melihat dari sudut pandang manapun. 3) Berpusat pada siswa

Siswa mempunyai peran utama dalam proses belajar, baik dalam mengatur dan mengelola proses berpikirnya sendiri maupun berinteraksi dengan temannya.

4) Penggunaan scaffolding dalam proses pembelajaran

Scaffolding merupakan proses memberikan tuntutan atau bimbingan kepada siswa untuk mencapai apa saja yang harus dipahami dari apa yang harus dipahami dari apa yang sekarang sudah diketahui. Guru dapat menerapkan dengan cara memberikan tugas secara bertahap yakni dari yang mudah, sedang, kemudian sulit. Hal ini bertujuan agar kemampuan berpikir siswa dapat berkembang.

(34)

Guru berperan memfasilitasi semua apa yang dibutuhkan siswa dalam proses belajar. Siswalah yang aktif mengelola belajar dalam membentuk pemahaman, pengetahuan, dan penerapannya.

6) Pentingnya kegiatan belajar dan evaluasi belajar yang otentik

Belajar yang otentik adalah seberapa dekat kegiatan yang dilakukan dengan kehidupan dan permasalahan yang sesungguhnya. Hasil dari belajarnya itu kemudian dievaluasi menggunakan pendekatan yang otentik, seperti penggunaan kasus yang terjadi dalam masyarakat.

2.1.1.3Konstruktivisme Sebagai Pendekatan Pembelajaran

Mengajar merupakan kunci yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah proses pendidikan hal inilah yang menjadi protes dari Freire dalam Rosyada (2004:89) tentang pendidikan gaya bank yaitu mendidik siswa dengan cara guru menerangkan siswa mencatat, guru bertanya siswa menjawab. Guru sebagai deposan yang mendepositokan pengetahuan kepada siswa, dan siswa hanya menerima, mencatat, dan mem-file semua yang disampaikan guru.

(35)

Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan yang berorientasi pada siswa. Agar pendekatan konstruktivisme dapat diterapkan secara maksimal dalam pembelajaran guru harus paham tentang karakteristik dan prinsip konstruktivisme seperti yang sudah dijelaskan di atas. Dalam proses pembelajarannya guru dapat melakukan kegiatan sebagai berikut (Winatraputra, 2007:6.34) :

1) Memberikan suatu kasus atau permasalahan yang kemudian dianalisis oleh siswa

2) Memberikan tugas kepada siswa secara berkelompok untuk mengamati kondisi faktual yang mewujudkan konsep atau prinsip tertentu.

3) Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya. 4) Meminta siswa menjelaskan pendapatnya dengan memancing pertanyaan

dan tidak memberikan penilaian bahwa pendapatnya itu “salah” atau “benar”

5) Memberikan bimbingan agar siswa dapat membuat kesimpulannya sendiri. Perspektif konstruktivisme sebagai pendekatan pembelajaran mempunyai karakteristik bahwa pembelajaran dilakukan sebagai proses berpikir individual dalam kolaborasi dan interaksi dengan siswa lain. Sebagai konsekuensi proses yang kolaboratif dan kooperatif, keragaman dalam berpendapat (multiple

perspective) harus diberi tempat dalam proses pembelajaran. Siswa harus lebih

(36)

2.1.2Media Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang melibatkan tiga komponen pokok yaitu pengirim pesan (guru), penerima pesan (siswa), dan pesan itu sendiri yang berupa materi pelajaran. Terkadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi yang mengakibatkan kompetensi yang diperoleh siswa tidak dapat tercapai maksimal. Untuk menghindari kegagalan tersebut maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.

2.1.2.1Definisi Media Pembelajaran

Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium” yang berarti perantara. Istilah media yang digunakan dalam bidang pengajaran disebut media pembelajaran atau media pendidikan. Rossi dan Breidle dalam Sanjaya (2006: 156) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dsb.

Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja. Orang, bahan, dan peralatan yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bisa dinamakan media. Pemikiran ini dikemukakan oleh Gerlach dan Ely dalam Sanjaya (2006:161) mengatakan : “A medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner

to acquire knowledge, skill, and attitude”. Menurut beliau kegiatan semacam

(37)

menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa, atau untuk menambah keterampilan bisa disebut media.

Pada dewasa kini pengertian media hanyalah sebatas alat bantu bagi guru guna mempermudah dalam menyajikan suatu materi. Inti dari media adalah memberi pengalaman langsung bagi siswa. Pengalaman langsung semacam itu tentu saja sangat bermanfaat bagi siswa sebab kesalahan persepsi dapat dihindari. Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa media merupakan sarana yang digunakan oleh pendidik guna mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah dengan cara memberikan pengalaman konkret dan tepat sehingga mudah dipahami.

2.1.2.2Fungsi Media Pendidikan

Pengetahuan yang diperoleh siswa hendaknya diperoleh melalui pengalaman langsung. Pada kenyataannya memberikan pengalaman lansung kepada siswa bukan sesuatu yang mudah. Sebagai contoh apabila guru ingin memberikan informasi tentang kehidupan dasar laut maka tidak mungkin pengalaman tersebut diperoleh secara langsung oleh siswa. Maka disinilah peran media pendidikan sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dapat menggunakan film, televisi atau gambar untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada siswa.

Memperhatikan penjelasan di atas, maka secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan untuk:

(38)

Peristiwa penting atau obyek langka dapat diabadikan dengan foto, film, atau rekaman video. Sebagai contoh dalam pelajaran IPS guru dapat menjelaskan peristiwa proklamasi melalui tayangan film.

2) Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek

Media pembelajaran dapat menampilkan objek yang besar yang tak mungkin dihadirkan di dalam kelas atau objek yang terlalu kecil. Media juga dapat digunakan untuk memanipulasi keadaan.

3) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa

Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.

2.1.2.3. Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2006:170) media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Pembagian tersebut meliputi :

1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi menjadi 3 yaitu: i. Media auditive, yaitu media yang dapat didengar saja.

Misalnya: radio, rekaman suara;

(39)

iii. Media audiovisual, yaitu jenis media yang dapat dilihat dan didengar. Yang termasuk dalam media ini adalah film, rekaman video, slide suara.

2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dibagi dalam :

i. Media yang memiliki daya input yang luas dan serentak seperti radio dan televisi sehingga siswa dapat mempelajari peristiwa secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus;

ii. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film, video dan sebagainya.

3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi menjadi : i. Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, tranparansi

dan sebagainya. Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus misalnya film projector, slide projector, overheadprojector;

ii. Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.

2.1.2.4Media Gambar

(40)

2.1.3 KD Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2 2.1.3.1 Hakekat IPS Terpadu

Dalam literatur kependidikan di Indonesia istilah IPS baru dikenal pada tahun 1976. Pada awalnya IPS berawal dari literature pendidikan Amerika Serikat yaitu

Social Studies” . Bagi sekelompok kecil ahli pendidikan di Indonesia istilah IPS

sudah mendahului pemakaiannya pada kurikulum 1975. Namun demikian, para ahli menyebutnya dengan istilah yang berbeda-beda, ada yang memakai istilah ilmu sosial, ada pula yang menyebut dengan ilmu-ilmu sosial, dan tentu ada yang menamakannya IPS. Namun sejak 1976 nama istilah IPS menjadi nama baku.

Pada waktu Indonesia memperkenalkan konsep IPS, pengertian dan tujuan IPS tidak sama persis dengan Social Studies yang ada di AS. Menurut Sadeli (1986:1.20) pengertian IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial. Di SD mata pelajaran sosial itu adalah: Geografi, Ekonomi, Sejarah, dan dapat ditambah disiplin ilmu lain yang sesuai. Dengan demikian, jelas bahwa IPS merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial. Pengertian fusi ini memberi arti bahwa IPS adalah suatu bidang studi yang utuh dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin yang ada sehingga menurut definisi tersebut bidang studi IPS di SD diajarkan secara terpadu.

2.1.3.2Tujuan IPS dalam Pendidikan

(41)

1) IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang sosial jika nantinya masuk ke jenjang yang lebih tinggi;

2) IPS bertujuan mendidik kewarganegaraan yang baik. Mata pelajaran yang disajikan guru harus sekaligus ditempatkan dalam konteks budaya melalui pengelolaan secara tepat;

3) IPS hakekatnya adalah satu kesatuan antara tujuan 1 dan 2 diatas;

4) IPS yang mempelajari closed areas yaitu masalah soaial yang pantang dibicarakan di muka umum yang bahannya mengandung pengetahuan dari ekonomi sampai politik sehingga dapat melatih siswa berfikir kritis;

5) Sebagai pembinaan warga Negara Indonesia atas dasar moral Pancasila dan UUD 45;

6) Menanamkan sikap sosial yang rasional dalam kehidupan.

Dengan tujuan tersebut maka IPS mengajarkan siswa untuk memahami bahwa masyarakat itu merupakan suatu kesatuan yang permasalahannya bersangkut paut dan pemecahannya memerlukan pendekatan-pendekatan yang komprehensif dari sudut ilmu hukum, politik, ekonomi, sosial, geografi, sejarah, antropologi, dan sebagainya.

2.1.3.3Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2

(42)

1) Penjajahan Belanda di Indonesia

Penjelajahan bangsa Eropa ke belahan bumi lain dimulai pada saat bangsa Portugis dan Spanyol mengadakan ekspedisi untuk menemukan wilayah baru termasuk Indonesia. Tujuan utama mereka datang ke Indonesia adalah untuk mencari rempah-rempah. Belanda pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Hotman. Banyak pedangang Belanda yang membeli rempah-rempah yang menyebabkan harga rempah Belanda turun drastis. Pada 20 Maret 1602 Johan Van Oldbernevelt

mencetuskan mendirikan VOC. Tidak hanya memonopoli rempah- rempah Belanda juga menguasai Indonesia dilakukan dengan menjalankan politik

“adu domba” atau “devide et impera”. Belanda juga memberlakukan sistem kerja paksa (rodi) dan tanam paksa.

Tindakan Belanda yang sewenang-wenang membuat rakyat Indonesia bangkit melakukan perlawanan, karena itu munculah tokoh-tokoh daerah yang memimpin rakyatnya untuk berjuang mengusir penjajah antara lain Kapitan Pattimura, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro dan Pangeran

Antasari, Sultan Hasanuddin, Sisingamaraja XII, dsb. 2) Zaman Pendudukan Jepang

(43)

gerakan tersebut tidak berhasil. Jepang kemudian mendirikan PUTERA supaya kaum intelektual dapat mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk Jepang. Banyak organisasi lain yang bergabung dengan PUTERA, namun oleh bangsa Indonesi PUTERA dijadikan wadah untuk menyusun kekuatan dan persatuan menuju kemerdekaan.

Jepang menduduki wilayah Indonesia selama 3,5 tahun. Selama kekuasaan Jepang rakyat sangat menderita, kekayaan rakyat dikuras habis-habisan. Jepang menerapkan romusha untuk memenuhi kebutuhan Jepang. Tindakan tersebut menimbulkan kebencian terhadap Jepang sehingga muncul

perlawanan rakyat Indonesia terhadap Jepang yang dipimpin oleh Teuku Abdul Jalil, K.H. Zainal Mustafa, Supriyadi, dan lain sebagainya.

3) Tokoh – tokoh Pergerakan Nasional

Pada awalnya perjuangan rakyat Indonesia selalu menemui kegagalan. Perjuangan yang dilakukan masih bersifat kedaerahan. Akhirnya bangsa Indonesia mulai menyadari bahwa perjuangan harus dilakukan bersama-sama. Perjuangan seperti itu direalisasikan dalam betuk pergerakan nasional yang tokoh-tokohnya antara lain R.A. Kartini, Dewi Sartika, K.H. Dewantara, Cipto mangunkusumo, dan lain sebagainya.

4) Sumpah Pemuda

Sebelum lahirnya sumpah pemuda, di Indonesia telah berdiri organisasi pemuda yang masih bersifat kedaerahan seperti Tri Koro Darmo, Jong

(44)

organisasi pemuda. Kongres Pemuda II dilaksanakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928 dengan tujuan untuk menyatukan organisasi pemuda Indonesia dalam satu gabungan. Konggres Pemuda II mengambil keputusan penting yaitu sumpah pemuda yang dihadiri tokoh-tokoh penting. Dalam konggres ini Lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh W.R.Supratman dikumandangkan pertama kali.

Sumpah pemuda telah memberi bekal semangat persatuan dan kesatuan bangsa untuk mengusir penjajah. Semangat yang terkandung dalam sumpah pemuda harus kita amalkan agar dapat terhindar dari berbagai konflik yang menyebabkan terjadinya perpecahan bangsa dan menghambat jalannya roda pembangunan di segala bidang.

2.1.4 Keaktifan Siswa

(45)

Paul B. Diedrich dalam Hamalik (2005:172) membagi kegiatan belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu:

1) Visual activities (kegiatan-kegiatan visual) seperti membaca, mengamati,

eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Oral Activities (kegiatan-kegiatan lisan) seperti mengemukakan suatu

fakta, menghubungkan sutu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Listening Activities (kegiatan mendengarkan) seperti mendengarkan

uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.

4) Writing Activities (kegiatan menulis) seperti menulis cerita,

karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.

5) Drawing Activities (kegiatan menggambar) seperti menggambar,

membuat grafik, peta, diagaram, pola, dan sebagainya.

6) Motor Activities (kegiatan motorik) seperti melakukan percobaan,

membuat konstruksi, model, bermain, berkebun, memelihara binatang, dsb.

7) Mental Activities (kegiatan mental) seperti merenungkan, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.

(46)

Klasifikasi aktivitas belajar dari Diedrich di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas di sini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat secara langsung diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani. Keadaan di mana siswa melaksanakan aktivitas belajar inilah yang disebut keaktifan belajar.

2.1.5 Keberanian Siswa Bertanya dan Berpendapat

Dalam teori belajar interaksi diperlukan dalam proses belajar. Interaksi tersebut menyebabkan terjadinya transfer belajar. Untuk memperoleh pengetahuannya maka siswa melakukan interaksi baik dengan guru maupun dengan temannya. Bentuk interaksi siswa dengan guru ditentukan oleh seberapa besar keberanian siswa untuk menampakannya.

(47)

Ribowo dalam Astuti (2011) menyatakan pentingnya penggunaan keterampilan bertanya secara tepat adalah untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam suatu proses belajar mengajar di kelas, yaitu membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan, memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep, mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkritisi suatu informasi yang ia dapatkan, mendorong siswa mengemukakan pendapatnya dalam diskusi, menguji dan mengukur hasil belajar siswa. Pentingnya siswa bertanya di kelas juga untuk mendorong terjadinya interaksi antar siswa agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab terhadap pertanyaan yang diajukan. Dalam hal ini bertujuan agar menciptakan sistem pembelajaran Student Centre Learning, dimana siswa yang aktif di dalam kelas sedangkan guru menjadi fasilitator, bukan pemegang kekuasaan penuh atas kelas. Untuk menumbuhkan keberanian bertanya, perlu adanya keyakinan diri yang tinggi, dan tidak cukup muka tebal dan mental baja menghadapi olok-olok dari teman, yang belum tentu mereka pun berani berpendapat atau bertanya.

(48)

dikembangkan. Selain itu harus guru berusaha menggunakan model pembelajaran yang memaksa siswa untuk bertanya, misalnya metode diskusi kelompok yang akan membuat seluruh siswa terlibat. Suasana belajar yang menyenangkan juga akan mempengaruhi semangat dan suasana hati siswa. Siswa yang memiliki semangat untuk belajar dan memiliki suasana hati yang menyenangkan, ia akan mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian dan tidak akan sungkan mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasannya. Dengan demikian, peran guru sangatlah penting untuk menumbuhkan keberanian bertanya dan berpendapat siswa.

2.1.6. Prestasi Belajar Siswa 2.1.6.1Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar yang mempuyai arti yang berbeda. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok Djamarah dalam Sanjaya, 2010. Mahmud (1990: 84-87) berpendapat bahwa prestasi dipengarui oleh beberapa faktor yaitu :

1) Faktor Internal, seperti motivasi dan keyakinan.

a) N. Ach (Need for Achievement) adalah suatu dorongan atau motif untuk berprestasi dalam hal tertentu.

b) Takut gagal

(49)

masalah yang sulit. Dengan demikian perasaan seperti ini sebaiknya dihindari agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.

c) Takut sukses

Seseorang yang mempunyai perasaan takut sukses akan menyebabkan orang itu tidak mau berusaha untuk melakukan hal terbaik demi keberhasilannya

2) Faktor Eksternal seperti kesempatan

Kesempatan ini dipengarui oleh lingkungan. Lingkungan yang mendukung dapat memotivasi seseorang untuk mengembangkan apa yang ada dalam dirinya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Belajar merupakan perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar merupakan ciri khas manusia dan yang membedakan dengan binatang. Belajar berlangsung seumur hidup, dimana saja dan kapan saja. Belajar dilakukan oleh manusia yang dilandasi oleh itikad dan maksud tertentu, berbeda dengan kegiatan yang dilakukan oleh binatang ( yang bisa juga disebut belajar).

(50)

training procedurs (wether in the laboratory or in the naural environment)as

distinguished from changes by factors not attributable to training”. Baginya

belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Sehingga belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan namun merupakan proses mental yang terjadi dalam diri individu sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.

Menurut Bell-Gedler dalam Winatraputra (2007:1.5) belajar merupakan proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh secara bertahap dari bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, formal, dan nonformal. Kemampuan inilah yang membedakan manusia dengan makhaluk lain. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas mental yang melibatkan individu secara langsung yang dilandasi dengan niat dan tujuan tertentu untuk meningkatkan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu melalui proses yang berlangsung lama dan hasilnya menetap.

(51)

yang hasilnya diwujudkan dalam angka atau pernyataan. Angka dan pernyataan tersebut yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

2.1.6.2Faktor Yang Mempengarui Prestasi Belajar

Faktor yang mempengarui prestasi belajar terdiri dari dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Ahmadi dan Supriyono (1991:130-131), berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu (siswa). Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :

1) Faktor jasmaniah (fisiologis)

Faktor ini dapat bersifat bawaan maupun yang perolehan. Yang termasuk faktor ini adalah alat indera, struktur tubuh, dsb.

2) Faktor Psikologis

Faktor ini terdiri dari 2 macam yaitu a) Faktor intelektif, meliputi :

i. Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

ii. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

b) Faktor non intelektif yang meliputi: Sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri

(52)

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri. Faktor eksternal terdiri dari :

1) Faktor sosial, yang termasuk faktor sosial adalah : a) Lingkungan keluarga

b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok

2) Faktor budaya, yang termasuk faktor budaya adalah: a) Adat istiadat

b) Ilmu pengetahuan c) Teknologi

d) Kesenian

3) Faktor lingkungan fisik, seperti: a) Fasilitas rumah

b) Fasilitas belajar c) Iklim

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan

2.2Penelitian Yang Relevan

(53)

1) Azizah (2011), meneliti tentang penerapan pendekatan konstruktivisme sosiokultural sebagai upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar Matematika pada segiempat dan segitiga. Subyek penelitian adalah kelas VII Purwodadi. Hasil penelitian ini: (1) Ada peningkatan keaktifan belajar yang dapat dilihat dari meningkatnya indikator keaktifan belajar meliputi: a) Antusias menjawab pertanyaan dari guru sebelum tindakan 15 %, putaran I 22,5%, putaran II 50%, dan diakhir tindakan 72,5%, b) mengemukakan ide atau mengajukan pertanyaan 7,5%, putaran I 17,5%, putaran II 40% dan di akhir tindakan 62,5%, c) mengerjakan soal di depan kelas sebelum tindakan 10%, putaran I 25%, putaran II 42,5% dan di akhir tindakan 67,5%, dan (2) Ada peningkatan hasil belajar siswa yang mendapat nilai lebih dari sama dengan 61 sebelum tindakan 37,5%, putaran I 42,5%, putaran II 62,5%, putaran III 85%. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme sosiokultural dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

(54)

observasi keaktifan belajar siswa untuk tiap siklus, yaitu pada siklus I keaktifan siswa sebesar 61,17% untuk siklus II sebesar 71,11%. Selain itu hasil dari angket respon siswa terhadap pembelajaran juga meningkat yaitu sebesar 63% pada siklus I dan sebesar 70,11% pada siklus II.

3) Saraswati (2007), meneliti tentang upaya guru untuk meningkatkan keberanian siswa SMP dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasan melalui model latihan inkuiri. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 19 kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peneraman model latihan inkuiri dapat meningkatkan keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasan tiap siklus, yaitu pada siklus I 42% untuk siklus II 55%, serta ada peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan penguasaan konsep rangkaian listrik yaitu pada siklus I 71,50% untuk siklus II 87,50%.

(55)

Gambar 2. Penelitian Relevan Pendekatan

Konstruktivisme

Penelitian yang dilaksanakan

Model pembelajaran tipe TGT sebagai upaya meningkatkan keaktifan belajar MTK siswa pada pokok bahasan peluang dan statistika di SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta kelas IX C.

Arifah Nur Triyani (2009): UNY

Keaktifan

Upaya guru untuk meningkatkan keberanian siswa SMP dalam mengajukan pertanyaan dan

mengemukakan gagasan melalui model latihan inkuiri. Shrie Laksmi Saraswati (2007)

Keberanian bertanya dan berpendapat

Peningkatan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran IPS melalui model pembelajaran Konstruktivisme Multy Metode. Rosidih (2010) : UPI

Prestasi Belajar

Penerapan pendekatan konstruktivisme sosiokultural sebagai upaya

peningkatan keaktifan dan hasil belajar Matematika pada segiempat dan segitiga. Azizah (2011): UMS

Konstruktivisme

Yang perlu diteliti :

Peningkatan Keaktifan, Keberanian, dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan

(56)

2.3Kerangka Berpikir

Keaktifan belajar siswa sangat penting untuk ditingkatkan karena keaktifan belajar menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa kelas V SDN 01 Bligorejo Pekalongan memiliki keaktifan belajar yang masih rendah. Hal ini tercermin dari kurangnya respon siswa saat guru memberikan pertanyaan atau instruksi dan siswa takut untuk bertanya dan berpendapat. Padahal menurut teori belajar semakin banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan berarti semakin banyak siswa yang berpikir. Keaktifan siswa yang kurang serta tidak adanya keberanian siswa untuk bertanya dan berpendapat maka prestasi belajar siswa yang diperolehpun tidak maksimal. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga siswa cenderung pasif. Oleh karena itu, diperlukan usaha perbaikan yang dapat meningkatkan keaktifan, keberanian bertanya, dan prestasi belajar siswa.

(57)

baik secara individual maupun kelompok. Belajar secara kelompok akan melatih siswa untuk berani berkomunikasi, mengungkapkan usul, ide, gagasan maupun pertanyaan dengan demikian, pretasi belajarnya dapat tercapai secara optimal. Dari uraian diatas jika pendekatan konstruktivisme diterapkan pada siswa kelas V SDN 01 Bligorejo Pekalongan maka keaktifan, keberanian, dan prestasi belajar siswa akan meningkat. Alur kerangka berpikir dapat diperjelas pada gambar dibawah ini:

Kondisi akhir : Meningkat Keaktifan, keberanian bertanya dan berpendapat dan

prestasi belajar siswa

(58)

2.4 Hipotesis Kerja

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1) Penggunaan pendekatan konstruktivisme dengan media gambar meningkatkan keaktifan siswa kelas V SDN 01 Bligorejo Pekalongan pada mata pelajaran IPS semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011.

2) Penggunaan pendekatan konstruktivisme dengan media gambar meningkatkan keberanian bertanya dan berpendapat siswa kelas V SDN 01 Bligorejo Pekalongan pada mata pelajaran IPS semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011.

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III akan membahas tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, pengumpulan data dan instrument penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrument, teknik analisis data, dan indikator keberhasilan. Hal diatas yang secara teknik digunakan peneliti untuk penelitian ini.

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas

(classroom action research) atau disingkat PTK. Tim PGSM (1999) dalam

(60)
(61)

3.2Setting Penelitian 1) Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN 01 Bligorejo, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

2) Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 01 Bligorejo dengan jumlah 40 siswa, terdiri dari 17 siswa putra dan 23 siswa putri.

3) Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah keaktifan, keberanian bertanya dan berpendapat, dan prestasi belajar siswa melalui pendekatan konstruktivisme dengan menggunakan media gambar pada mata pelajaran IPS kelas V semester 2 tentang mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

4) Waktu Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan dari tanggal 30 April sampai 30 Mei 2011. Secara rinci waktu penelitian dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1. Waktu Penelitian

No Keterangan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Penyusunan proposal penelitian

2 Meminta ijin kepada sekolah yang akan diteliti

3 Penelitian

4 Pengolahan data

5 Pembahasan

(62)

3.3 Rencana Tindakan

Peneliti merencanakan tiga siklus dalam penelitian ini dan satu siklus terdiri dari satu pertemuan dengan lama jam tatap muka 3x 35 menit. Peneliti memilih merencanakan tiga siklus karena disesuai dengan jumlah pertemuan yang termuat dalam program semester pada KD 2.1 yaitu 9 jp sehingga setiap siklus terdiri dari 3 jam pertemuan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan penelitian ini diantaranya:

1) Persiapan

Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, di antaranya :

a. Permintaan ijin kepada Kepala SD Negeri Bligorejo I

Permintaan ijin dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar oleh persetujuan pihak sekolah dan mendapatkan data yang sesuai;

b. Wawancara

Wawancara dimaksudkan untuk mencari informasi tentang kondisi awal prestasi siswa dan kendala-kendala yang dialami guru dalam menyampaikan materi belajar. Informasi-informasi diperoleh dengan hasil wawancara dari guru;

c. Identifikasi Masalah

(63)

d. Mengkaji Kompetensi Dasar, mendiskripsikan materi pokok tentang mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang jaman penjajahan Belanda dan Jepang;

e. Menyiapkan sumber dan media pembelajaran yang akan digunakan; f. Menyusun Silabus, RPP, LKS, dan media belajar;

g. Membuat kisi-kisi instrumen pengamatan siswa dan wawancara guru; h. Membuat instrumen pengamatan siswa dan wawancara guru dengan

konsultasi ahli atau expert judgment Romo G. Ari Nugrahanta, SJ, M.A;

i. Membuat kisi-kisi soal untuk tes atau evaluasi siklus I, siklus II, dan siklus III;

j. Membuat soal pilihan ganda dan uraian dengan konsultasi ahli atau

expert judgment Bapak Drs. YB Adimassana, M.A;

k. Melakukan uji coba instrumen penelitian (soal pilihan ganda) pada siswa kelas VI SDN 01 Bligorejo. Peneliti memilih melakukan uji coba di kelas atasnya karena yang sudah menerima KD tersebut di kelas atasnya. Apabila peneliti melakukan uji coba dikelas yang sama atau kelas bawahnya maka tidak memperoleh data yang valid.

l. Menguji validitas dan reliabilitas instrument penelitian (soal). 2) Rencana Tindakan Setiap Siklus

a. Siklus I (Pertemuan 1) 1) Rencana Tindakan

(64)

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran;

c) Siswa mengamati peta tentang jalur perdagangan dunia dan alur masuknya Belanda ke Indonesia;

d) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang; e) Siswa dalam kelompok mendiskusikan alur masuknya Belanda ke

Indonesia beserta alasannya;

f) Setiap kelompok mengambil gambar yang telah disediakan guru dan memilih gambar yang disukainya;

g) Siswa berdiskusi bersama kelompoknya tentang gambar; h) Siswa mempresentasikan hasil diskusi;

i) Siswa dibagi LKS untuk dikerjakan dalam kelompok kemudian dikumpulkan;

j) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu. 2) Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana tindakan. 3) Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung sebagai upaya dalam mengamati pelaksanaan tindakan. Dalam melakukan pengamatan, peneliti dibantu guru kelas dalam mengamati jalannya pembelajaran berdasarkan lembar pengamatan yang telah disiapkan oleh peneliti dan mencatat hal-hal penting yang terjadi;

(65)

Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan guru mengenai hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran. Refleksi bertujuan untuk memberikan penilaian dan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terjadi saat pembelajaran berlangsung. Hasil dari diskusi yang dilakukan dengan melihat kriteria keberhasilan akan digunakan peneliti sebagai pertimbangan merencanakan kegiatan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

b. Siklus II (pertemuan ke-2) 1) Rencana Tindakan

a) Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengulang kegiatan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya;

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran;

c) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang; d) Siswa melihat tayangan video masuknya Jepang ke Indonesia; e) Siswa diminta berpendapat tentang tayangan video yang telah dilihat; f) Siswa bersama kelompoknya mendiskusikan alasan Jepang masuk ke

Indonesia;

g) Siswa diminta membaca buku tentang materi terkait;

h) Siswa mendiskusikan bentuk penderitaan jaman Jepang dan tokoh yang berjuang melawan Jepang;

i) Siswa mengikuti kuis dengan panduan guru; j) Siswa mengisi LKS;

(66)

2) Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana tindakan. 3) Pengamatan

Peneliti kembali melakukan pengamatan yang dibantu oleh guru kelas mengenai jalannya kegiatan pembelajaran kemudian mencatat hal-hal penting yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran pada lembar pengamatan.

4) Refleksi

Pada tahap ini peneliti kembali berdiskusi dengan guru kelas untuk mengidentifikasikan kendala yang dihadapi, kekurangan dan temuan-temuan lain selama kegiatan pembelajaran. Peneliti juga membandingkan hasil yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebagai pertimbangan dalam merencanakan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

c. Siklus III (pertemuan ke-3) 1) Rencana Tindakan

a) Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengulang kegiatan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya;

b) Menyampaikan tujuan belajar ;

c) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 orang; d) Siswa dalam kelompok membaca buku terkait materi;

(67)

f) Siswa menjelaskan kepada dua teman lain yang berbeda kelompok berdasarkan hasil diskusinya;

g) Siswa mendengarkan rekaman lagu Indonesia Raya karangan WR. Supratman yang diputar guru;

h) Siswa kembali dalam kelompok mendiskusikan peristiwa sumpah pemuda;

i) Siswa bersama guru membuat kesimpulan terhadap materi yang dipelajari;

h) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu; 2) Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana tindakan. 3) Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru kelas. Pada tahap ini peneliti dan guru kelas mengamati kegiatan pembelajaran kemudian mencatat hal-hal penting yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran pada lembar pengamatan.

4) Refleksi

(68)

3.4Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1) Tes Prestasi Belajar

(69)

Tabel 2. Kisi-kisi soal tes tertulis KISI-KISI SOAL TES TERTULIS

MATA PELAJARAN IPS KELAS V SEMESTER 2

Standar Kompetensi : 2 Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia

Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

Indikator Aspek Soal No Soal

PG Uraian

- Mendeskripsikan alur masuknya Belanda ke Indonesia

- Menjelaskan tujuan berdirinya VOC

- Mendeskripsikan alur masuknya Jepang ke Indonesia

- Mengidentifikasi latarbelakang timbulnya pergerakan nasional

- Menjelaskan peristiwa penting sekitar sumpah pemuda

- Memberi contoh bentuk penindasan yang dilakukan Belanda kepada rakyat Indonesia

- Memberi contoh bentuk penindasan yang dilakukan Jepang terhadap rakyat Indonesia

- Membedakan bentuk perjungan pergerakan nasional dan tokoh yang mempeloporinya

Pemahaman 6,7,8,11,17

25,27,28,29,30,

- Menemukan daerah perlawanan rakyat terhadap Belanda dan tokoh yang mempeloporinya

- Menemukan daerah perlawanan rakyat terhadap Jepang dan tokoh yang mempeloporinya

- Menunjukkan dengan gambar tokoh yang berperan dalam pergerakan nasional dan sumpah pemuda dan sikap teladannya

(soal terlampir halaman 131)

2) Lembar Pengamatan

(70)

seluruh alat indra”. Menurut Idrus (2007 : 129) “observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis”. Berdasarkan pendapat di atas penulis menyimpulkan pengamatan adalah suatu tindakan untuk mengamati dan mencatat kegiatan yang dilaksanakan secara langsung, partisipan dan sistimatis terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.

Pengamatan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung di setiap siklusnya yang berpedoman lembar pengamatan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan bantuan guru kelas untuk mengamati seluruh kegiatan yang berlangsung baik dari kinerja guru maupun aktivitas siswa secara menyeluruh, mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memperoleh data tentang perilaku siswa sehingga didapatkan hasil yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan memperbaiki pembelajaran, lembar pengamatan dapat dilihat pada lampiran halaman 145.

3) Pedoman Wawancara

Gambar

Gambar 1. Bagan Konstruktivisme ................................................................................
gambar  pada KD 2.1 yaitu  mendeskripsikan  perjuangan para tokoh pejuang
gambar diharapkan
gambar dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang sudah dilakukan, dengan memvariasikan waktu pengadukan dalam proses pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas dan metanol selama 1 jam dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) kriteria media ajar website berbasis SIG, (2) kelayakan media ajar yang dikembangkan, dan (3) efektifitas media

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan (X 1 ) tidak memiliki pengaruh positif terhadap variabel kinerja dosen (Y) dengan nilai koefisien

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu, jumlah pelarut dan lama proses ekstraksi ter- hadap hasil yang diperoleh serta kondisi operasi yang optimum dalam

§ Dalam satu CD/DVD dapat berisi beberapa Presentation Board, dengan syarat semua materi tersebut disimpan di sub-folder dimana penamaan sub-folder tersebut sama dengan nama

Hasil penelitian Harrison dan Harrell (1993) memperlihatkan bahwa manajer yang berada pada kondisi adverse selection (memiliki informasi privat) akan bertindak sesuai

Laporan Kinerja Dinas Koperasi ,UKM Dan Ekraf Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015 merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan Program Dan Kegiatan Tahun Anggaran 2015

telah dijatuhi hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 yang telah dicabut dan dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010