• Tidak ada hasil yang ditemukan

yang akan menjadi subyek eksperimen, dimana mahasiswa seolah olah menjadi seorang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "yang akan menjadi subyek eksperimen, dimana mahasiswa seolah olah menjadi seorang"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

28 Metode Penelitian

Sampel, Sumber Data, Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dibuat dalam bentuk eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui kecenderungan perilaku pembuat keputusan dalam proyek investasi. Dalam hal ini mahasiswa yang akan menjadi subyek eksperimen, dimana mahasiswa seolah – olah menjadi seorang manajer yang harus menggambil keputusan proyek investasi.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Program Studi Menajemen angkatan 2006,2007, 2008 dan 2009 yang teregristrasi sampai tahun ajaran 2011-2012 dengan jumlah 307 mahasiswa. Pengumpulan data sampel dengan menggunakan teknik pusposive sampling. Dimana purposive

sampling adalah pengambilan sampel diperoleh dengan ciri-ciri yang dianggap oleh peneliti

penting dan dapat mewakili populasi (Singleton, 1988). Yang diteliti adalah mahasiswa yang sudah menggambil mata kuliah Manajemen Keuangan. Alasan menggunakan populasi tersebut adalah: 1) belum banyak dilakukan penelitian pada mahasiswa UKSW tentang eskalasi komitmen pada pengambilan keputusan proyek investasi, 2) populasi yang digunakan adalah mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah Manajemen Keuangan dengan asumsi mereka lebih mengerti tentang arti dari investasi dibanding mahasiswa yang belum mengambil mata kuliah tersebut. Tetapi tidak semua jumlah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2006,2007,2008 dan 2009 menjadi responden, oleh karena itu pengumpulan data hanya akan menggunakan sampel saja.

Dalam mengukur sampel, peneliti menggunakan formula yang dikemukakan oleh yamame (Supramono & Utami, 2004), yaitu:

1 2   Nd N n

(2)

29

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = ukuran populasi

d = tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi (10%)

1 ) 1 , 0 ( 307 307 2   n = 75,43  80 orang

Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer. Data primer diperoleh dengan penyebaran kuisioner secara langsung pada responden. Di dalam kuisioner tersebut responden diberi pertanyaan – pertanyaan yang dipandang relevan terhadap topik yang diteliti. Proses penyebaran kuisioner dilakukan kurang lebih selama satu bulan.

Desain Penelitian

Untuk menguji hipotesis penelitian ini menggunakan 4 kasus yang telah disiapkan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian 2x2 (lihat tabel 1). Faktor – faktornya terdiri dari dua variabel independen, yaitu adverse selection dan negative framing. Serta variabel dependen yaitu eskalasi komitmen.

Tabel 1

Desain penelitian 2x2 (Adverse Selection x Negative Framing)

Adverse Selection

Ada Tidak Ada

Negative Framing Ada Kasus 1 Kasus 3

Tidak Ada Kasus 2 Kasus 4

Sumber : Dwita (2007)

Responden pada kasus 1 diberikan informasi yang terframing negatif dan dalam kondisi

adverse selection. Responden pada kasus 2 diberikan informasi yang terframing negatif tidak

(3)

30

terframing negatif pada kondisi adverse selection. Dan responden dalam kasus 4 akan di berikan informasi tidak terframing negatif serta tidak dalam kondisi adverse selection.

Pada penelitian ini responden diminta bertindak dan berpikir seolah – olah ada dalam situasi yang tergambar dalam kuisioner. Variabel adverse selection dimanipulasi dengan adanya kepemilikan informasi privat bagi manajer yang tidak diketahui oleh pemilik perusahaan. Variabel negative framing dalam penelitian eksperimen ini dimanipulasi dengan penyajian informasi kemungkinan kerugian yang pasti terjadi dan kemungkinan kerugian di masa mendatang yang kurang pasti. Sedangkan variabel eskalasi komitmen dimanipulasi dengan pilihan alternatif keputusan untuk melanjutkan proyek.

Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square untuk menguji proporsi dua populasi. Pengujian hipotesis dilakukan pada batas signifikansi sebesar 5 %. Untuk mengetahui signifikansi hasil uji, peneliti cukup melihat p-value yang dihasilkan dari pengolahan data tersebut. Jika p-value < 0,05, maka hipotesis akan diterima. Sedangkan jika p-value >0,05, maka hipotesis yang ada akan ditolak. Hipotesis 1,2 dan 3 secara statistik adalah sebagai berikut:

 Hipotesis 1 H0 : PAS ≤ PTAS H1 : PAS > PTAS  Hipotesis 2 H0 : PNF ≤ PTNF H2 : PNF > PTNF  Hipotesis 3 H0 : PI ≤ PTI

(4)

31

(5)

18

Telaah Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Eskalasi Komitmen

Pembuat keputusan sering mengalami dilema ketika harus membuat keputusan untuk menghentikan suatu proyek dan mengganti dengan proyek lain atau hanya menghentikan saja. Suatu jenis keputusan yang dihasilkan dari keadaan tersebut dalam perilaku organisasi, manajemen stratejik, dan psikologi dikenal dengan fenomena eskalasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997, h. 151) disebutkan bahwa eskalasi adalah pertambahan jumlah, pertambahan volume dan kenaikan. Sementara itu Oxford Learner’s Pocket

Dictionary (2003, h.145) eskalasi diterjemahkan sebagai “become or make something bigger or more serious”. Dengan demikian eskalasi komitmen dapat dikatakan sebagai upaya

meningkatkan keseriusan atau keloyalan terhadap komitmen yang telah dibuat.

Eskalasi komitmen dapat terjadi ketika individu atau organisasi dihadapkan pada dua kesempatan atas serangkaian tindakan yang telah dilakukan (dalam hal ini serangkaian tindakan yang telah diambil ternyata tidak berjalan seperti yang diharapkan). Individu atau organisasi tersebut berkesempatan untuk memilih bertahan atau menarik kembali serangkaian tindakan yang telah dilakukan. Kedua kesempatan tersebut sama-sama memiliki ketidakpastian dalam konsekuensinya. Staw (1997) mencontohkan, ketika organisasi mengetahui bahwa sebuah produk pengembangan yang baru memiliki kemungkinkan, yakni menguntungkan maupun tidak menguntungkan di masa yang akan datang, melanjutkan investasi pada produk tersebut adalah merupakan eskalasi komitmen.

Eskalasi komitmen adalah perilaku untuk meningkatkan komitmen dalam menggambil keputusan proyek investasi, walaupun proyek tersebut akan memberikan umpan balik negatif. Eskalasi komitmen sering kali disebut sebagai mengalokasikan sumber daya tambahan pada

(6)

19

proyek yang gagal. Jika dipikir dengan akal sehat, eskalasi yang diambil oleh pembuat keputusan pada proyek investasi yang gagal adalah sebuah keputusan yang tidak rasional.

Menurut Brockner (1992), eskalasi komitmen adalah melanjutkan komitmen walaupun terdapat informasi negatif yang berkaitan dengan ketidakpastian pencapaian tujuan. Kanodia et al (1989), menjabarkan eskalasi komitmen sebagai keputusan manajer yang tidak rasional karena meskipun sadar secara langsung maupun tidak langsung manajer cenderung mengabaikan kepentingan perusahaan dan lebih mengutamakan kepentingan ekonomi pribadinya. Maka manajer akan memutuskan untuk melanjutkan proyek investasi yang gagal. Karena manejer merasa takut kredibilitasnya menurun jika proyek tersebut dihentikan (Harrel dan Horrison, 1994).

Eskalasi komitmen sering dikaitkan dengan pengabaian atas sinyal kegagalan. Pembuat keputusan diperbolehkan memilih keputusan untuk menerima proyek dengan menambah alokasi sumber daya untuk menutup biaya yang telah terjadi sebelumnya, atau memilih keputusan untuk menghentikan proyek. Staw (1997) menyatakan bahwa penyebab timbulnya fenomena eskalasi diantaranya dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, faktor organisasi dan proyek. Faktor psikologi dan sosial menunjukan pada hadirnya ego dan keinginan untuk menjaga reputasi yang membuat seseorang enggan untuk mengakui kesalahan dan kegagalan. Manajer yang mengajukan sebuah proyek kepada perusahaan atau organisasi dan di kemudian hari mengetahui bahwa proyek yang diajukan mengalami kegagalan, maka akan cenderung melakukan eskalasi komitmen terhadap proyek yang gagal tersebut. Jika manajer meninggalkan proyek, maka akan merusak reputasi manajer di dalam perusahaan atau organisasi. Sehingga manajer berusaha melindunginya dengan cara melakukan eskalasi komitmen pada proyek yang gagal.

(7)

20

Beberapa penjelasan dapat dikemukakan untuk perilaku eskalasi. Pertama, penerimaan umpan balik negatif atas keputusan yang telah dijalankan menyebabkan individu-individu yang bertanggungjawab pada keputusan tersebut mengeskalasi komitmen mereka dalam upaya mencoba membenarkan keputusan mereka semula (Bazerman dalam Kadous, 2002). Kedua, teori prospek menjelaskan bahwa seorang pembuat keputusan akan melihat umpan balik negative yang mungkin diterima pada keputusan berikutnya (Kahneman dan Tversky 1979). Oleh karena itu, perilaku risk seeking dalam bentuk eskalasi komitmen terhadap serangkaian tindakan yang gagal mungkin saja terjadi (Whyte dalam Kadous, 2002). Ketiga, teori keagenan menjelaskan bahwa antara kepentingan pemilik dan manajer seringkali bertentangan.

Adverse Selection

Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana pemilik tidak dapat mengetahui apakah

suatu keputusan yang diambil oleh manajer benar - benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya atau terjadi kelalaian tugas (incentive to shirk).

Adverse selection adalah salah satu permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan

prisipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan agen. Adverse selection dapat terjadi pada kondisi asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen.

Salah satu teori yang dapat menjelakan tentang Adverse Selection adalah teori keagenan. Teori keagenan mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Manajer merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajer diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham. Di dalam kontrak agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun majikan memiliki

(8)

21

kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri. Tetapi pada kenyataan nya informasi simetris itu tidak pernah terjadi, karena manajer berada didalam perusahaan sehingga manajer mempunyai banyak informasi mengenai perusahaan,sedangkan prinsipal sangat jarang atau bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga informasi yang diperoleh sangat sedikit. Dengan demikian membuka peluang agen bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri.

Sharp dan Salter (1997) menyatakan bahwa manajer akan lebih mengutamakan kepentingannya daripada kepentingan pemilik perusahaan ketika berada dalam kondisi asimetris informasi dan motivasi melakukan kecurangan. Kondisi asimetris informasi terjadi ketika manajer (agen) memiliki informasi yang lebih banyak dari pada pemilik perusahaan (prinsipal), sehingga pemilik perusahaan tidak sepenuhnya mengetahui keadaan proyek. Motivasi melakukan kecurangan terjadi ketika kepentingan ekonomi manajer berbeda dengan kepentingan pemilik perusahaan, sehingga manajer terdorong untuk mengabaikan kepentingan pemilik perusahaan. Manajer akan mendapatkan penghargaan yang lebih besar apabila melakukan eskalasi komitmen pada proyek yang gagal daripada tidak melanjutkan proyek tersebut. Ketika berada dalam dua kondisi yaitu motivasi berbuat kecurangan dan asimetris informasi, agen mungkin melihat bahwa tindakan yang dilakukan adalah rasional, sedangkan dari pandangan prinsipal tidak rasional.

Negative Framing

Kahneman dan Tversky (1979) mengkritik teori utilitas yang diharapkan dapat sebagai model yang menggambarkan pengambilan keputusan dalam risiko, dan mereka mengembangkan alternatif model baru yang disebut sebagai teori prospek. Teori prospek menyediakan suatu rerangka dalam memahami bias kognitif yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam

(9)

22

kondisi ketidakpastian dan berisiko. Individu akan bersifat menghindari risiko atau menyukai risiko tergantung pada masalah yang dihadapi.

Teori prospek berpendapat bahwa individu akan memberikan bobot yang berlebihan terhadap hasil yang pasti daripada yang belum pasti. Kecenderungan ini menimbulkan perilaku menghindari risiko dalam kondisi pasti untung (pembingkaian positif). Dalam pembingkaian positif, individu menunjukkan penurunan preferensi risiko. Individu lebih berhati – hati dalam menggambil keputusan. Selain itu, juga terdapat individu yang menyukai resiko dalam kondisi pasti rugi (pembingkaian negatif). Individu akan memperlihatkan perilaku mencari risiko dalam memilih dua alternatif negatif, yaitu protek investasi yang tidak menguntungkan akan diberhentikan sekarang atau memilih untuk mempertahankan proyek tersebut agar mencapai titik impas di kesempatan kedepan.

Teori prospek menjelaskan tentang pengaruh sunk cost dalam pengambilan keputusan. Pembuat keputusan akan lebih cenderung untuk “throw good money after bad” (membuang uang setelah terjadi keburukan). Sunk cost adalah biaya yang sudah terjadi di masa lalu dan tidak akan muncul lagi dari suatu proyek atau investasi baru (Rinella Putri, 2009). Menurut Eveline (2010), sunk cost adalah biaya yang telah terjadi, tidak dapat dikembalikan, dan tidak relevan untuk keputusan di masa yang akan datang. Sunk cost mempengaruhi pembuat keputusan dalam kondisi pembingkaian negatif, sehingga mendorong individu berperilaku menyukai risiko yang mengarah kepada eskalasi komitmen terhadap tindakan yang telah gagal (Whyte,1993; Keil

(10)

23

Hipotesis Penelitian

Pengaruh Adverse Selection Terhadap Eskalasi Komitmen

Adverse selection adalah salah satu permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan

prisipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan - tindakan agen. adverse

selection dapat terjadi pada kondisi asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen.

Kanodia, Bushman, dan Dickhaut (1989) menguji masalah adverse selection dalam konteks evaluasi proyek. Dalam modelnya, manajer memilih untuk melanjutkan dan tidak melanjutkan suatu proyek tergantung pada informasi pribadi yang diperolehnya. Mereka berpendapat bahwa ketika manajer tidak melanjutkan proyek yang gagal, maka akan merusak reputasi dan peluang karir agen di masa yang akan datang.

Harrison dan Harrel (1993) melakukan eksperimen laboratorium dengan menggunakan mahasiswa MBA di Amerika sebagai subyeknya. Hasilnya menunjukkan bahwa subyek cenderung melanjutkan proyek yang gagal ketika subyek dimanipulasi untuk percaya bahwa subyek memiliki informasi pribadi dan keputusan untuk meninggalkan proyek akan mempengaruhi reputasi dan karirnya. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Harrison dan Harrel (1994). Rutledge and Karim (1999) melakukan eksperimen, dengan hasil juga mendukung teori keagenan dan teori pengembangan moral dalam keputusan evaluasi proyek. Pada penelitian sebelumnya, Evelin (20100 menyatakan bahwa manajer yang mengalami adverse selection akan melakukan eskalasi komitmen Berdasarkan uraian tersebut peneliti menyusun hipotesis pertama, yaitu:

H1 : Proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi adverse selection lebih

(11)

24

Pengaruh Negative Framing Terhadap Eskalasi Komitmen

Apa yang dikemukakan teori prospek dapat menjelaskan bagaimana manajer dapat membuat keputusan eskalasi ketika menerima informasi yang diframing negatif. Ketika seorang manajer menerima pengembalian negatif atas proyek investasinya yang dalam hal ini berarti berada pada posisi rugi, maka kerugian lebih lanjut akan menghasilkan nilai subjektif yang lebih rendah. Dengan demikian, ketika manajer menerima informasi yang diframing secara negatif dalam bentuk pilihan antara kerugian pasti yang telah terjadi dengan kerugian dimasa mendatang yang kurang pasti, maka manajer cenderung memilih kerugian dimasa mendatang yang kurang pasti dengan harapan kelak mendapat pengembalian yang positif.

Rutledge dan Harrel (1993) melakukan eksperimen dan menemukan hasil bahwa keputusan eskalasi komitmen dipengaruhi oleh pembingkaian negatif. Sharp dan Salter (2004) melakukan eksperimen dengan menggunakan manajer di Amerika Serikat dan Kanada dan menemukan hasil bahwa pembingkaian negatif meningkatkan kemungkinan eskalasi komitmen. Ketika outcome digambarkan sebagai suatu kerugian yang pasti (framing negatif), manajer cenderung mengambil risiko untuk menghindari kerugian yang pasti tersebut dibandingkan ketika outcome digambarkan sebagai keuntungan yang pasti (framing positif). Whyte dalam Dwita (2007) menyatakan bahwa meskipun dalam perspektif rasional ekonomi, sunk cost tidaklah relevan dengan pembuatan keputusan yang berorientasi masa depan, keberadaan sunk

cost dalam konteks pembuatan keputusan dapat memancing manajer untuk mengambil risiko.

Pada penelitian Dewanti (2010) menyatakan bahwa negative framing berpengaruh signifikan terhadap pada keputusan manajer untuk melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Sama dengan penelitian Dewanti (2010), penelitian Eveline (2010) menyatakan

(12)

25

bahwa manajer yang mengalami negative framing akan melakukan eskalasi komitmen. Berdasarkan uraian tersebut peneliti menyusun hipotesis kedua, yaitu :

H2 : Proporsi manajer melanjutkan proyek pada kondisi negative framing lebih besar dibandingkan dengan kondisi tanpa negative framing

Interaksi antara Adverse Selection dan Pembingkaian Negative

Ketika manajer dihadapkan pada umpan balik negatif dari proyeknya, manajer akan melihat kemungkinan untuk menghentikan proyek atau tetap melanjutkan proyek tersebut. Saat manajer berada dalam kondisi adverse selection dan disajikan informasi yang dibingkai negatif akan melakukan eskalasi komitmen sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Ratih Dewantri (2010) melakukan eksperimen menggunakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro sebagai subyeknya. Hasilnya menyatakan bahwa ketika informasi disajikan dalam framing negatif dan dihadapkan pada kondisi adverse

selection,pengambil keputusan cenderung akan melanjutkan proyek yang mengindikasikan

kegagalan. Pada penelitian Eveline (2010) menyatakan bahwa interaksi antara adverse selection dan negative framing akan mempengaruhi eskalasi komitmen. Berdasarkan uraian diatas peneliti menyusun hipotesis ketiga, yaitu:

H3 : Proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi adverse selection dan negative framing lebih besar daripada proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi tanpa interaksi.

(13)

26 Model Penelitian

H1 H3

H2

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 1.

Model Adverse Selection dan Negative Framing dalam Eskalasi Komitmen

Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang menjadi fokus utama bagi peneliti. Tujuan peneliti adalah untuk memahami dan mendeskripsikan variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya, atau memprediksikannya. Dengan kata lain, variabel terikat adalah variabel utama yang menjadi faktor keberhasilan dalam suatu penelitian.

Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah eskalasi komitmen. Dalam eskalasi komitmen, manajer seringkali menaruh komitmen yang terlalu besar pada keputusan yang telah dibuat. Eskalasi komitmen dalam penelitian ini diproksikan dengan keputusan manajer untuk tetap melanjutkan proyek yang mengidentifikasi kegagal.

Adverse Selection

Negative Framing

(14)

27

Pengukuran variabel eskalasi komitmen dalam instrumen dilakukan dengan melihat pilihan jawaban responden dalam skala Likert 1 – 6. Dimana 1 adalah menghentikan proyek dengan 6 yaitu melanjutkan proyek.

Variabel Bebas

Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Baik mempengaruhi secara positif maupuin mempengaruhi secara negatif. Variabel bebsa dalam penelitian ini adalah adverse selection dan negative framing.

Adverse Selection

Variabel bebas dalam penelitian ini, yang pertama adalah adverse selection. Variabel ini diproksikan dengan adanya informasi yang tidak sama antara pemilik perusahaan dan manajer. Manajer lebih banyak memiliki informasi perusahaan dari pada pemilik perusahaan. Sehingga akan menggambil keputusan sesuai dengan kepentingan manajer sendiri. Pengukuran variabel

adverse selection dalam instrumen dilakukan dengan menggunakan skala Likert 1 – 6. Dimana 1

adalah menghentikan proyek sampai dengan 6 adalah melanjutkan proyek. Skala 1 mencerminkan jawaban responden yang memilih untuk menghentikan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Skala 6 mencerminkan jawaban responden yang memilih tetap melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan.

Negative Framing

Variabel bebas yang kedua dalam penelitian ini adalah negative framing. Negative

framing dalam penelitian ini diproksikan dengan penyajian informasi mengenai kerugian yang

(15)

28

skala Likert 1 – 6. Dimana 1 adalah menghentikan proyek sampai dengan 6 adalah melanjutkan proyek. Skala 1 mencerminkan jawaban responden yang memilih untuk menghentikan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Skala 6 mencerminkan jawaban responden yang memilih tetap melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan.

(16)

15

Latar belakang

Setiap orang seringkali dihadapkan dengan pilihan dan dituntut untuk menggambil keputusan. Manager perusahaan merupakan orang yang akan selalu terlibat dalam pembuatan keputusan. Apakah keputusan besar atau kecil, sementara atau rutin, merupakan tanggung jawab manajer yang harus dibuat sebagai pilihan untuk menyelesaikan masalah. Pengambilan keputusan menjadi bagian integral dari keberhasilan atau kegagalan seorang manajer (Buhler dalam Sahmuddin, 2003). Pengambilan keputusan berarti melakukan penilaian dan menetapkan pilihan.

Hasil dari keputusan tersebut tidak hanya berdampak untuk jangka pendek, tetapi berdampak juga pada masa yang akan datang. Bahkan keputusan yang salah dapat mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan, organisasi sebaiknya menganalisis setiap alternatif keputusan agar mendapatkan hasil yang optimal.

Stoner, et al. (1995) menyatakan bahwa pembuatan keputusan berarti mengidentifikasi dan memilih serangkaian tindakan untuk menghadapi masalah tertentu. Menurut Soenhadji (2010) seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti logika, realita, rasional dan pragmatis. Dengan demikian, maka banyak hal yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan diantaranya seperti diungkapkan Miller dalam Soenhadji (2010) yang menyebutkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam perilaku pengambilan keputusan diantaranya jenis kelamin, peranan pengambil keputusan dan keterbatasan kemampuan. Faktor-faktor berpengaruh terhadap perilaku pengambilan keputusan tersebut memungkinkan keragaman keputusan yang dibuat oleh individu dalam menghadapi suatu masalah yang sama.

(17)

16

Masalah timbul apabila terjadi kesenjangan antara keinginan yang diinginkan oleh manajer dengan keadaan sesungguhnya yang dihadapi manajer. Keinginan seorang manajer tentunya adalah memaksimalkan keuntungan perusahaan atau organisasi. Manajer sebaiknya mengalokasikan sumber daya pada proyek investasi yang memberikan keuntungan terbesar bagi perusahaan dan secara periodik mengevaluasi kinerja dari proyek tersebut. Sedangkan keadaan sesungguhnya menyatakan bahwa Proyek diprediksikan akan memberi umpan negatif untuk perusahaan.

Menurut Horngren dan foster (1991), manajer sebaiknya melanjutkan proyek investasi yang diprediksi menguntungkan dan mencegah kerugian dengan menghentikan proyek yang diprediksi tidak menguntungkan. Meskipun demikian, berbagai bukti empiris yang telah didapatkan menunjukkan bahwa manajer yang memulai suatu proyek yang kemudian menjadi tidak menguntungkan justru lebih cenderung untuk meneruskan proyek itu daripada manajer yang tidak memulai proyek (Staw, 1976, 1981). Keputusan untuk tetap melanjutkan suatu proyek investasi, walaupun informasi menyatakan bahwa proyek tersebut akan gagal atau tidak menguntungkan disebut sebagai eskalasi komitmen.

Teori keagenan dapat menjelaskan mengenai fenomena eskalasi komitmen. Penelitian Harrison dan Harrell (1993) mengembangkan pandangan lebih luas mengenai pengambilan keputusan berdasarkan kerangka teori keagenan. Pandangan ini menunjukkan bahwa manajer dalam pengambilan keputusan termotivasi oleh kepentingannya sendiri. Hasil penelitian Harrison dan Harrell (1993) memperlihatkan bahwa manajer yang berada pada kondisi adverse selection (memiliki informasi privat) akan bertindak sesuai kepentingan diri sendiri dan tidak memaksimalkan keuntungan yang diharapkan perusahaan yakni dengan tetap melanjutkan pembiayaan proyek meskipun mengindikasikan kegagalan dalam prospek ekonominya. Dalam

(18)

17

hal ini, manajer merasa memiliki ikatan emosional dan takut kredibilitasnya menurun apabila proyek tersebut dihentikan.

Jensen dan Meckling dalam Junita (2009) menjelaskan bahwa adverse selection adalah kondisi yang terjadi ketika ada asimetri informasi antara prinsipal, dalam hal ini adalah pemilik perusahaan dengan agen, yang dalam hal ini adalah manajer. Prinsipal tidak mampu mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh manajer benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya atau telah terjadi kelalaian tugas (incentive to shirk).

Berbeda dengan teori keagenan yang menjelaskan eskalasi komitmen dengan adanya asimetri informasi. Teori prospek menjelaskan eskalasi komitmen dengan cara membingkaikan informasi. Pembingkaian ini dapat mempengaruhi manajer dalam mengambil keputusan. Teori prospek adalah teori yang menjelaskan bagaimana seseorang menggambil keputusan dalam kondisi tidak pasti. Ketika informasi disajikan dengan pembingkaian positif manajer akan bersifat risk averse (menghindari risiko). Bateman dan Zeithaml dalam Koroy (2008) menyatakan bahwa ketika informasi disajikan dalam bingkai keputusan negatif, pengambil keputusan cenderung untuk mencari resiko dengan melanjutkan proyek. Sementara pada informasi yang disajikan dalam bingkai positif, pengambil keputusan akan cenderung menghindari resiko dengan tidak melanjutkan proyek.

Pada penelitian sebelumnya Eveline (2010), Glaser, et.al(2007), dan Fai, Wong dan Yik (2006) memberikan hasil bahwa seseorang pada kondisi adverse selection, negative framing, maupun interaksi antara keduanya akan mempengaruhi pengambilan keputusan secara eskalasi komitmen. Sedangkan pada penelitian Dwita (2007) dan Dewanti (2010) menyatakan bahwa

adverse selection, negative framing dan interaksi antar keduanya tidak dapat mempengaruhi

(19)

18

Sehingga peneliti berkeinginan untuk mencari tahu manakah jawaban yang tepat untuk penelitian eskalasi komitmen ini. Dengan menggunakan subyek penelitiannya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Penelitian ini mereplikasi dari penelitian sebelumnya Dwita (2007). Dalam penelitian eksperimen tersebut, Dwita menggunakan 106 mahasiswa MM dan Maksi UGM. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa adverse selection, negative framing serta interaksi antara keduanya tidak mempengaruhi sikap eskalasi. Penelitian ini akan mencoba untuk menggunakan subyek penelitian yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Dengan menggunakan subyek mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang sudah mengambil mata kuliah Manajemen Keuangan. Dengan menggunakan dua variable yang sama dengan penelitian sebelumnya yakni negative framing dan adverse selection terhadap kecenderungan eskalasi komitmen. Dalam hal ini peneliti ingin menguji kembali apakah menggunakan teori yang sama dengan subyek yang berbeda akan memberikan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya. Sehingga peneliti merumuskan persoalan penilitian sebagai berikut, apakah adverse selection, negative framing dan interaksi keduanya berpengaruh terhadap eskalasi komitmen?

(20)

31

Hasil dan Analisis

Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui penelitian, maka tahap selanjutnya adalah mengolah data tersebut dan menganalisis hasil penelitian. Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk menjawab persoalan penelitian yang telah dirumuskan.

Deskripsi Responden

Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang diproyeksikan sebagai seorang manajer. Dan tugas manajer adalah membuat keputusan untuk melanjutkan atau mengentikan proyek ketika proyek tersebut mengindikasikan proyek yang negatif.

Dalam penelitian ini karakteristik responden dikategorikan berdasarkan umur, jenis kelamin, tahun angkatan, dan IPK. Sebanyak 80 responden yang telibat dalam penelitian ini. Responden dibagi dalam tiga kasus yakni kasus yang terframing negatif dalam kondisi adverse selection, kasus yang tidak terframing negatif tetapi dalam kondisi adverse selection, dan kasus yang terframing negatif tidak dalam kondisi adverse selection. Hasil pengolahan data mengenai karakteristik demografis responden setiap kasus dapat di lihat pada tabel 2,3,4 dan 5.

(21)

32

Tabel 2

Statistik Demografi Responden Kasus 1 ( Kondisi Negative Framing dan Adverse Selection )

Keterangan Frek Min max Mean Modus

Umur 19 1 20 3 21 7 22 4 23 4 24 1 Total 20 19 24 21.5 21 Jenis Laki-laki 6 Kelamin Perempuan 14 Total 20 - - - Perempuan Angkatan 2006 3 2007 6 2008 9 2009 2 Total 20 2006 2009 - 2008 IPK 2,0-2,4 2 2,5-2,9 12 3,0-3,4 4 3,5-3,9 2 Total 20 2.3 3.5 2.83 2.7

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Hasil pengolahan data pada tabel 2 yaitu statistik deskriptif demografi responden untuk responden yang mendapatkan kasus 1, dimana responden mendapatkan kasus dengan informasi yang terframing negatif dan dalam kondisi adverse selection. Dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa reponden terbanyak berumur 21 tahun,dengan frekuensi 7 responden. Dan responden termuda berumur 19 tahun sedangkan responden tertua berumur 24 tahun. Umur rata-rata responden adalah 21,5 tahun. Sebagian besar responden adalah perempuan dengan frekuensi 14 responden. Responden dalam kasus 1 ini terbanyak adalah mahasiswa angkatan 2008 yaitu 9 responden. Indeks prestasi komulatif paling banyak berada diantara 2,5 sampai 2,9 sebanyak 12 responden.

(22)

33

Tabel 3

Statistik Demografi Responden Kasus 2 ( Kondisi Adverse selection tanpa Negative Framing )

Keterangan Frek Min max Mean Modus

Umur 20 5 21 5 22 4 23 5 24 1 total 20 20 24 21.6 21 Jenis Laki-laki 7 Kelamin Perempuan 13 Total 20 - - - Perempuan Angkatan 2006 2 2007 8 2008 5 2009 5 Total 20 2006 2009 - 2007 IPK 2,0-2,4 1 2,5-2,9 9 3,0-3,4 7 3,5-3,9 3 Total 20 2.3 3.7 2.97 2.8

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Hasil pengolahan data pada tabel 3 merupakan statistik karakteristik responden yang mendapatkan kasus ke 2 yaitu kasus yang tidak terframing negatif dalam kondisi adverse

selection. Di dalam tabel menunjukkan bahwa responden terbanyak berumur 20,21 dan 23 tahun

dengan frekuensi 5 responden. Sebagian besar responden yang mendapatkan kasus 2 adalah perempuan dengan jumlah 13 responden. Dalam kasus 2 ini, responden terbanyak adalah mahasiswa angkatan 2007. Dengan Indeks Prestasi Komulatif terbanyak terdapat pada 2,5 sampai 2,9 dengan jumlah responden 9 responden.

(23)

34

Tabel 4

Statistik Demografi Rresponden Kasus 3 ( Kondisi Negative Framing Tanpa Adverse Selection )

Keterangan Frek Min max Mean Modus

Umur 20 6 21 8 22 3 23 1 24 1 25 1 total 20 20 25 21.3 21 Jenis Laki-laki 13 Kelamin Perempuan 7 Total 20 - - - Laki-laki Angkatan 2006 3 2007 4 2008 6 2009 7 Total 20 2006 2009 - 2008 IPK 2,0-2,4 1 2,5-2,9 9 3,0-3,4 7 3,5-3,9 3 Total 20 2.3 3.8 2.965 3

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Tabel 4 ini menunjukkan data statistik deskriptif demografi responden kasus 3. Dalam kasus 3 ini respoden mendapatkan kasus dengan informasi yang terframing negatif tidak dalam kondisi advers selection. Dalam kasus 3 ini responden berumur 20 tahun sampai umur 25 tahun dan responden terbanyak adalah responden berumur 21 tahun dengan frekuensi 8 responden. Dari 20 reponden, 18 responden berjenis kelamin laki – laki. Responden terbanyak adalah mahasiswa angkatan 2007 dengan frekuensi sebanyak 7 responden. Dan responden terbanyak berada dalam indeks prestasi komulatif antara 2.5 sampai 2.9 yaitu sebanyak 9 responden.

(24)

35 Tabel 5

Statistik Demografi Responden Kasus 4

( Tanpa Negative Framing dan Tampa Kondisi Adverse Selection )

Keterangan Frek Min Max Mean Modus

Umur 20 4 21 2 22 9 23 5 total 20 20 23 21,75 22 Jenis Laki-laki 11 Kelamin Perempuan 9 Total 20 - - - Laki-laki Angkatan 2006 4 2007 9 2008 4 2009 3 Total 20 2006 2009 - 2007 IPK 2,0-2,4 2 2,5-2,9 12 3,0-3,4 5 3,5-3,9 0 Total 20 2,3 3,2 2,81 2.9

Sumber : Data Primer, diolah (2011)

Dalam tabel 5 menggambarkan data responden yang mendapatkan kasus 4. Kasus 4 adalah kasus dengan informasi yang tidak terframing negatif dan tidak dalam kondisi adverse

selection. Tabel ini menunjukkan umur responden yang mendapat kasus 4 antara 20 tahun

sampai 23 tahun, dan yang terbanyak dengan jumlah 9 responden adalah responden berusia 22 tahun. Responden dalam kasus 4 ini terbanyak adalah reponden dengan jenis kelamin laki – laki, dengan jumlah 11 responden. Dan sebesar 9 responden terbanyak adalah mahasiswa angkatan 2007. Indeks Prestasi Komulatif terbanyak di antara 2,5 sampai 2,9 dengan jumlah responden 12 responden.

(25)

36 Analisis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Square untuk membandingkan proporsi 2 populasi atau lebih. Dalam penelitian ini,2 kategori populasi hipotesis 1 adalah proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi adverse selection dan proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi tanpa adverse selection.

Tabel 6 Crosstabulation Hipotesis 1 Perlakuan/kondisi Total Adverse selection Tanpa adverse selection keputusan menghentikan 11 12 23 melanjutkan 29 28 57 Total 40 40 80

Sumber : Data primer,diolah (2012)

Untuk hipotesis pertama, proporsi manajer pada kondisi adverse selection menggunakan kasus 1 dan kasus 2. Dimana dalam kasus 1 dan 2 terdapat 29 responden yang melanjutkan proyek. Hipotesis satu ini proporsi manajer pada kondisi adverse selection dibandingkan dengan proporsi manajer tidak pada kondisi adverse selection. Proporsi manajer tidak pada kondisi

adverse selection menggunakan kasus 3 dan 4. Dan 28 responden melanjutkan proyek pada

kasus 3 dan 4.

Tabel 7 Hipotesis 1

Chi-square test df Asymp. Sig. (2-sided)

Person Chi-Square AD 0,061 1 0,805 Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Pada tabel 7 terlihat nilai signifikansi (2-sided) pada adverse selection(AD) adalah 0.805, maka nilai signifikansi pada 1 sisi adalah 0.4025. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 0.05 (α), sehingga Ho diterima. Artinya proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi adverse

(26)

37

selection lebih kecil atau sama dengan proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi

tanpa adverse selection. Keputusan manajer tidak terpengaruh dengan adanya kondisi adverse

selection, seberapa banyak informasi yang diterima oleh manajer tidak mempengaruhi manajer

untuk melakukan eskalasi komitmen.

Tabel 8 Crosstabulation hipotesis 2 Perlakuan/kondisi Total Negative freming Tanpa negative framing Keputusan menghentikan 10 13 23 melanjutkan 30 27 57 Total 40 40 80

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Hipotesis kedua, membandingkan proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi negative framing dengan proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi tanpa

negative framing. Dalam hipotesis ini juga menggunkan semua kasus. Kasus 1 dan 3 untuk

proporsi manajer dalam kondisi negative framing, sedangkan kasus 2 dan 4 untuk proporsi tanpa

negative framing. Dari 40 responden pada proporsi manajer terkondisi negative framing, 30

responden memilih melanjutkan proyek. Dan pada proporsi manajer tanpa kondisi negative

(27)

38 Tabel 9 Hipotesis 2

Chi-square test df Asymp. Sig. (2-sided)

Person Chi-Square 0,549 1 0,459 Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Didalam tabel 9 tersebut nilai signifikansi 2 sisi sebesar 0.459, sehingga signifikansi 1 sisi adalah 0.2295. Hal ini menyatakan bahwa H0 diterima, karena nilai signifikansi satu sisi lebih besar dari nilai α (0.05). Sehingga proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi

negative framing lebih kecil atau sama dengan proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada

kondisi tanpa negative framing. Hasil pengujian ini menyatakan bahwa negative framing tidak mempengaruhi manajer untuk melakukan eskalasi komitmen.

Tabel 10 Crosstabulation Hipotesis 3 Perlakuan / kondisi Total interaksi Tanpa interaksi keputusan Menghentikan 5 7 12 Melanjutkan 15 13 28 Total 20 20 40

Sumber : Data primer, diolah (2012)

Tabel 10 menunjukkan jumlah responden pada setiap proporsi dalam hipotesis 3. Hipotesis 3 menggunakan proporsi dalam kondisi interaksi antara adverse selection dan negative

framing dan proporsi manajer tidak dalam kondisi interaksi antara adverse selection dan negative framing. Proporsi yang dalam kondisi interaksi menggunakan responden yang melanjutkan

proyek dalam kasus 1, yaitu berjumlah 15 responden. Sedangkan proporsi manajer yang tidak dalam kondisi interaksi menggunakan 13 responden yang melanjutkan proyek dalam kasus 4.

(28)

39

Tabel 11 Hipotesis 3

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Sedangkan hasil uji Chi-Square interaksi antara negatif framing dan adverse selection dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11 memperlihatkan nilai signifikan 2 sisi dari interaksi

Adeverse selection dan Negative framing adalah 0.490,nilai signifikan 1 sisi adalah 0.245. Itu

berarti nilai signifikansi lebih besar dari 0.05. Dengan demikian hasil uji chi-square ini mendukung H0, bahwa proporsi manajer yang melanjutkan proyek pada kondisi adverse

selection dan negative framing lebih kecil atau sama dengan proporsi manajer yang melanjutkan

proyek pada kondisi tanpa interaksi.

Pembahasan

Sesuai dengan hasil pengolahan data di atas, adverse selection, negative framing serta interaksi keduanya tidak mempengaruhi eskalasi komitmen. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya,yaitu penelitian Dwita (2007) yang menyatakan bahwa adverse selection, negative

framing dan interaksi keduanya tidak mempengaruhi sikap eskalasi. Hasil tersebut dapat

dikatakan sebagai bentuk kegagalan dalam mencari pengaruh dari adverse selection, negative framing maupun interaksi keduanya terhadap eskalasi komitmen. Seperti yang diungkapkan oleh Staw (penyebab timbulnya fenomena eskalasi diantaranya dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, faktor organisasi dan proyek), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya eskalasi komitmen, diantaranya adalah faktor psikologi, sosial, organisasi dan proyek. Berdasarkan pendapat dari Staw tersebut, peneliti melihat bahwa faktor psikologi berperan dalam penelitian ini. Faktor psikologi dapat dilihat dari karakteristik demografis responden. Penelitian Graham dkk dalam Chricela (2011) menyatakan karakteristik demografi dirasa memiliki peran

Chi-square test Df Asymp. Sig. (2-sided)

(29)

40

terhadap perilaku individu ketika menghadapi suatu keputusan. Responden yang dipilih oleh peneliti berada pada rentang umur 20-23 tahun, tergolong ke dalam kategori dewasa muda. Menurut Agoes Dariyo, dewasa muda itu sendiri memiliki karakteristik bersemangat untuk meraih tingkat ekonomi yang tinggi / mapan dan juga memiliki jiwa kompetisi yang tinggi (2008). Selain itu,jika dilihat dari sisi organisasi, responden yang merupakan mahasiswa ekonomi jurusan manajemen belum mendapatkan gambaran nyata dalam organisasi terkait dengan alur kerja perusahaan. Pemaparan faktor psikologis dan organisasi dari responden dalam penelitian ini memperlihatkan kecenderungan responden untuk bersikap lebih mudah dalam pengambilan keputusan walaupun memiliki tingkat resiko yang tinggi (risk taking).

(30)

40 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh adverse selection, negative framing, dan interaksi keduanya terhadap keputusan eskalasi komitmen. Dalam penelitian ini menggunakan tiga hipotesis, dan hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan uji chi-square. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa adverse selection, negative framing dan interaksi antar keduanya tidak berpengaruh terhadap eskalasi komitmen. Karena dengan ada tidaknya pengaruh adverse selection dan negative framing, banyak responden yang tetap melanjutkan proyek investasi. Beberapa penelitian mengenai eskalasi komitmen yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil yang bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan eskalasi komitmen (Staw) merupakan hal yang vital karena menentukan sebuah konsistensi dari hasil penelitian yang membahas mengenai pengaruh eskalasi komitmen.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan sampel sebagai responden yang mungkin tidak relevan dengan penelitian. Penelitian ini hanya menggunakan sample mahasiswa yang kurang memahami kasus dengan baik.

2. Penelitian ini menggunakan kasus yang disajikan dalam bentuk yang sulit untuk dimengerti oleh responden. Membutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk memahami kasus.

(31)

41 Penelitian Mendatang

Peneliti berharap masih ada peneliti – peneliti lainnya yang meneliti tentang eskalasi komitmen. Untuk itu, peneliti memberikan hal – hal yang dapat dikembangkan dan diperbaiki dari penelitian ini yaitu :

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel manajer perusahaan sebagai responden yang telah melakukan pengambilan keputusan evaluasi proyek yang

sebenarnya. Sehingga hasil dari penelitian akan lebih sesuai dengan kenyataan dan teori yang berlaku.

2. Penelitian sebaiknya menggunakan kasus yang baru dan lebih realitis sehingga responden lebih mudah untuk mendeskripsikan kasus. Dan memberikan skala keputusan yang lebih mudah untuk dimengerti oleh responden.

(32)

41

DAFTAR PUSTAKA

Brockner, Joel, 1992, “The Escalation of Commitment to a Failing Course of Aaction : Toward

Theoretical Progress”, The Academy of Management Review, Vol.17, No.1,

January:39-61.

Chricela, 2011, “Illusion of Control dan Faktor Demografi dalam Pengambilan Keputusan

Trading Valas (Studi pada PT. Millenium Cabang Jakarta)”. Thesis Fakultas Ekonomika

dan Bisnis, Salatiga.

Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, 2008, PT Grasindo Anggota Ikapi, Jakarta.

Dewanti, Ratih, 2010, “Pengaruh Negative Framing dan Job Rotation Pada Kondisi Adverse

Selection Terhadap Pengambilan Keputusan Eskalasi Komitmen”. Skripsi Fakultas

Ekonomi Undip, Semarang.

Dwita, Sany, 2007, “Influence of Adverse Selection and Negative Framing on Escalation of

Commitment In Project Evaluation Decisions”, Simposium Nasional Akuntansi X,

Makassar.

Eveline, Farida, 2010, “Pengaruh Adverse Selection, Pembingkaian Negative, dan Self Efficacy

Terhadap Eskalasi Komitmen Proyek Investasi yang Tidak Menguntungkan”. Jurnal

Akuntansi dan Manajemen.

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE-Yogyakarta.

Harrison, Paul D. dan Adrian Harrel, 1993, “Impact of Adverse selection on Project Evaluation

Decision”, Academy of Manajement Journal, Vol.36, No.3, p:635-643

Horngren,C. dan Foster, G., 1991. “Cost Accounting:A Managerial Emphasis”. Englewood Cliffs. New Jersey:Prentice Hall, Inc.

Jensen, Michael C., dan William H. Meckling, 1976, “Theory of The Firm, Managerial

Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics 3,

p: 305-360.

Kadous, Kathryn, 2002. “The Role Mental Representation in Organizational Eescalation of

Commitment”, http://www.emeraldinsight.com, Diunduh tanggal 2 Agustus 2011

Kahneman, D., dan Aa. Tversky, 1979. “Prospect Theory”¸http://www.prospect-theory.behaviourfinance.net, Diunduh tanggal 29 Juli 2011

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997, Amanah, Surabaya.

Kanodia, Chandra; Bushman, Robert; dan Dickhaut, John, 1989. “Escalation Error and The

Sunk Cost Effect: An Explanation Based on Reputation and Information Asymmetries”,

Journal of Accounting Research, Vol. 27, No.1 Spring: 59-77.

Keil, Mark; Mann, Joan; dan Rai, Arum, 2000. “Why Software Projects Escalate: An Empirical

Analysis and Test of Four Theoretical Models”, MIS Quarterly, Vol.24, No.4, p:

631-664.

Koroy, Tri Ramayana, 2008. “Pengujian Efek Pembingkaian Sebagai Determinan Eskalasi

Komitmen Dalam Keputusan Investasi: Dampak Dari Pengalaman Kerja”, Simposium

Nasional Akuntansi XI, Pontianak.

Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 2004, 3 ed, Oxford University Press.

Rudledge, Robert W. dan Adrian M. Harrell, 1994. “The Impact of Responsibility and Framing

of Budgetary Information on Group-Shifs”, Behavioral Research in Accounting, Vol.6,

(33)

42

Rudledge, Robert W. dan K. E. Karim, 1999. “The Influence of Self-Interest and Ethical

Considerations on Manager’s Evaluation Judgements”, Accounting, Organisation and

Society, Vol.24, p: 173-184.

Sahmuddin, 2003. “Framing, Tanggung Jawab dan Pengalaman dalam Pembuatan Kkeputusan

Pemberian Kredit”, Tesis Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro.

Salter, Stephen B. dan Sharp, Davis J., 2004. “The Ddeterminants of Eescalation Commitment:

Nnational Culture and Experience Effects”, University of Cincinnati.

Sharp, D dan S. Salter, 1997. Project Escalation and Sunk Cost: A Test of International

Generalizability of Agency and Prospect Theories”. Journal of International Business

Studies, 28 (1): 101-102.

Soenhadji, Imam Murtono, 2010. “Teori pengambilan keputusan”. Power Point Presentation, Universitas Gunadarma.

Staw, B., 1997. “The Escalation of Commitment: An update and Appraisal”, Organizational Desicion Making, Ed. Z. Shapira, 191-215. Cambridge,UK: Cambridge University press. Stoner, et al., 1995. Manajemen, 6 ed. Jakarta : prenhallindo.

Wadu, Dolly Anggriany, 2010. “Framing Eeffects dalam Preferensi Risiko Investor (Studi Pada

Investor Di Outlet Sentra Investasi Danareksa Salatiga”, Program Studi Megister

Manajemen Univesitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Wijaya, Novikarisma, 2007. “Hubungan Antara Keyakinan Diri Akademik dengan Penyesuaian

Diri Siswa Tahun Pertama Sekolah Asrama SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan”,

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang Williams, Chuck, 2001. Manajemen (Terjemahan), Penerbit Selemba Empat, Jakarta.

Gambar

Tabel  4  ini  menunjukkan  data  statistik  deskriptif  demografi  responden  kasus  3
Tabel 6  Crosstabulation Hipotesis 1  Perlakuan/kondisi  Total Adverse selection Tanpa adverse selection  keputusan  menghentikan  11  12  23  melanjutkan  29  28  57  Total  40  40  80
Tabel 8  Crosstabulation hipotesis 2  Perlakuan/kondisi  Total Negative freming Tanpa negative framing  Keputusan  menghentikan  10  13  23  melanjutkan  30  27  57  Total  40  40  80
Tabel 10  Crosstabulation Hipotesis 3  Perlakuan / kondisi  Total interaksi Tanpa interaksi  keputusan  Menghentikan  5  7  12  Melanjutkan  15  13  28  Total  20  20  40
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu

mengurangi laju korosi dari logam stainless steel yang digunakan karena lapisan HA dapat menghambat proses elaktrokimia antara larutan elektrolit dan stainless steel

Anda hanya dapat mengakses jaringan yang menggunakan SSID tersembunyi jika Anda tahu SSID yang benar dan telah membuat jalur akses Internet WLAN untuk jaringan pada perangkat Nokia

Siswa tidak sekedar menghafal konsep kemudian mengingatnya akan tetapi siswa menemukan sendiri konsep Fisika lalu memahaminya serta mengingatnya Hasil belajar pada

Persoalan cabai merah sebagai komoditas sayuran yang mudah rusak, dicirikan oleh produksinya yang fluktuatif, sementara konsumsinya relatif stabil. Kondisi ini menyebabkan

Pencucian garam dari permukaan tanah ke lapisan yang lebih dalam (sub soil) dengan air yang tidak salin (misalnya air hujan) akan menurunkan hasil bacaan EM dipermukaan tanah,

Data Sekunder: jumlah populasi siswa/i pada sekolahan atau jumlah populasi mahasiswa/i perguruan tinggi yang dilewati BST koridor empat, peta Kota Surakarta dan

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)