• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Indonesia menjadi salah satu Negara dengan wilayah hutan tropisnya yang sangat luas menjadikan Indonesia kaya akan sumber daya alam hayati dan keanekaragaman jenis flora dan fauna. Indonesia diperkirakan memiliki 10%

tumbuhan berbunga di dunia (Sutoyo, 2010). Menurut Lekitoo (2010) Sekitar 25.000 – 30.000 jenis (spesies) tumbuhan berbunga dan berbiji terdapat pada hutan alam Indonesia. Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan tanah berisi sumber daya alam yang di dominasi oleh pepohonan yang saling berinteraksi antar organisme serta tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

2.1 Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati ialah atribut atau ciri sautu area yang mencakup keragaman di dalam dan di antara organisme hidup, kumpulan organisme, komunitas biotik dan proses biotik, yang bersifat alamiah maupun yang sudah diubah oleh manusia (Leksono, 2011). Menurut Indrawan et al., (2007) Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga tingkat:

1. Keanekaragaman kelompok, kelompok biologi yang berbeda serta hubungannya dengan lingkungan dan ekosistem.

2. Keanekaragaman genetik, variasi dalam suatu spesies baik diantara populasi- populasi yang terpisah secara geografis, maupun diantara individu-individu dalam suatu populasi

3. Keanekaragaman spesises, jumlah spesies beragaman yang hidup disuatu lokasi tertentu

Indeks keanekaragaman spesies adalah perbandingan antara jumlah spesies dengan jumlah individu didalam komunitas, digunakan untuk menyatakan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas (Sulistyani et al., 2013). Indeks keanekaragaman menggabungkan kekayaan spesies dan keseragaman menjadi satu nilai. Indeks keanekaragaman seringkali sulit untuk ditafsirkan karena nilai indeks yang sama dapat diturunkan dari kombinasi kekayaan dan keseragaman spesies

(2)

yang berbeda. Komunitas dengan kekayaan spesies rendah tetapi keseragaman tinggi atau komunitas dengan kekayaan spesies tinggi tetapi keseragaman rendah dapat menghasilkan nilai keanekaragaman yang sama (Nahlunnisa et al., 2016).

Beberapa indeks yang umum digunakan untuk keanekaragaman spesies, yaitu Indeks Simpson, Indeks Shannon Wiener, Indeks Brill dan Indeks Brillouin. Indeks yang paling banyak digunakan untuk menentukan keanekaragaman spesies adalah Indeks Shannon Wiener (H') Husna et al., (2019), Hasanah et al., (2014), Nahlunnisa et al., (2016). Dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapat diperolhe gambaran mengenai kondisi lingkungan tersebut.

Lingkungan yang stabil memiliki banyak spesies yang umum hingga jarang ditemui atau mempunyai indeks keanekaragaman yang tinggi. Lingkungan yang tidak stabil mimiliki jumlah spesies yang relatif sedikit atau mempunyai indeks keanekaragaman yang rendah (Hasanah et al., 2014). Nilai indeks keanekaragaman jenis dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, yaitu: Rendah jika H' < 2, Sedang jika 2 ≤ H' < 3 dan Tinggi jika H' ≥ 3 (Yuliana et al., 2012).

Menurut Krebs, (1978), ada 6 faktor yang saling berkaitan menentukan derajat naik turunnya keragaman, jenis yaitu :

1. Seiring waktu, keragaman komunitas meningkat seiring berjalannya waktu Artinya, komunitas yang lebih tua yang telah berkembang untuk waktu yang lama memiliki lebih banyak organisme daripada komunitas yang lebih muda yang belum berkembang. Waktu bisa berjalan dalam ekologi yang lebih pendek, atau bisa selama puluhan generasi.

2. Heterogenitas spasial, semakin heterogen lingkungan fisik, semakin kompleks persebaran flora dan fauna di suatu tempat, dan semakin tinggi keanekaragaman spesiesnya.

3. Persaingan, ketika beberapa organisme menggunakan sumber daya yang sama dan ketersediaannya kurang, atau bahkan jika ketersediaannya cukup, ketika organisme menggunakan sumber daya dan yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya, persaingan tetap terjadi.

(3)

4. Predasi, untuk mempertahankan populasi komunitas dari berbagai jenis kompetisi di bawah daya dukungnya masing-masing, selalu meningkatkan peluang bertahan hidup di bendungan, sehingga meningkatkan keanekaragaman. Apabila intensitas dari predator terlalu tinggi atau rendah dapat mempengaruhi keragaman jenis.

5. Kestabilan iklim, semakin stabil, salinitas, suhu, kelembaban dan pH dalam suatu lingkungan keberhasilan berlangsungya evolusi semakin tinggi.

6. Produktifitas, menjadi syarat utama keanekaragaman tinggi.

2.2 Hutan lindung

Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan tanah berisi sumber daya alam yang di dominasi oleh pepohonan yang saling berinteraksi antar organisme serta tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Herianto, 2018). Hutan merupakan sekumpulan pepohonan ataupun tumbuhan berbunga yang beranekaragam warnanya dan berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi ini.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 Hutan lindung adalah suatu kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok melindungi sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistika Kab. Trenggalek kawasan Hutan lindung Bendungan memiliki luas sebesar ±731,59 Ha yang berlokasi di Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Hutan lindung ini berada di daerah pegunungan dengan ketinggian ±937 mdpl. Kawasan Hutan lindung dikelola langsung oleh perhutani yang berada di Kec. Bendungan. Wilayah Hutan lindung Bendungan tersebar di 3 Desa yakni Desa Botoputih, Desa Dompyong, dan Desa Masaran.

(4)

2.3 Anggrek

2.3.1 Sejarah Anggrek

Anggrek merupakan nama umum tumbuhan yang termasuk keluarga Orchidaceae, salah satu keluarga tumbuhan terbesar di dunia. Secara umum anggrek diterima memiliki asal kuno karena hubungannya yang erat dengan Liliaceae, Iridaceae dan Famili Amarillidaceae, dari subkelas Monocotyledonae (Dressler and Dodson 1960; Schmid 1977; Dockrill 1992 dalam Janes, 2014). Pada saat sistem Dinasti di Cina masih berlaku ditemukannya catatan pertama anggrek yang terdapat pada buku berisi syair-syair lagu. Bahkan pada masa itu dilakukan pembukuan botani berisi dua spesies anggrek, yaitu Dendrobium dan Luisia (Arditti, 1992). Anggota keluarga anggrek tersebar diberbagai belahan dunia, kecuali di Antartika dan daerah gurun di Eurasia. Pusat tanaman anggrek di Eropa adalah Inggris, sedangkan di Asia adalah Muangthai (Rahmatia & Pitriana, 2007). Di Indonesia anggrek banyak terdapat di Jawab Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera dan Irian Jaya.

Anggrek memiliki dua manfaat yaitu manfaat secara ekologi dan ekonomi.

Manfaat ekologi khusus tanaman epifit yaitu menyediakan habitat untama bagi hewan tertentu seperti rayap dan semut (Mariyanti et al., 2015). Secara ekonomis, aggrek memiliki nilai jual yang tinggi karena bentuk bunga yang indah dan warna- warnanya yang memikat (Rofik, 2018).

2.3.2 Karakteristik Anggrek

Tumbuhan anggrek termasuk kedalam bangsa Gynandrae atau biasa disebut dengan Orchindales. Tanaman anggrek adalah tanaman herba tahunan dengan karakteristim umum sebagai berikut.

Ada tiga kelopak (petal) dan tiga kelopak (corolla), kelopak di tengah dimodifikasi agar berbeda dari dua mahkota lainnya. Bentuk kelopak di tengah biasanya sangat istimewa, disebut kelopak bibir atau lip petal. Kebanyakan anggrek memiliki satu benang sari yang subur, hanya sedikit yang memiliki dua, dan hanya satu genus yang memiliki tiga. Terlepas dari jumlahnya, benang sari terletak di satu

(5)

sisi bunga. Biasanya, benang sari dan putik membentuk struktur bulat telur yang disebut Gynostemma atau kolom. Kuncup anggrek mulai terbuka, dan posisi bibir di atas pilar biasanya berubah dan terlihat menyimpang. Stigma (putik) dimodifikasi menjadi paruh, beberapa di transfer serbuk sari. Biji anggrek berada dalam kapsul buah dengan ukuran sangat kecil yaitu kurang lebih 0,5 mm x 1 mm dan berjumlah sangat banyak (Yusnita, 2012).

Menurut pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua jenis, yaitu monopoda dan monopoda. Anggrek simbiosis adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunganya muncul dari ujung batang dan mekar lagi pada anakan atau cabang baru, contoh anggrek yang bersimbiosis antara lain Catleya, Coleogyne, dan Grammatophyllum (Fandani et al., 2018). Anggrek sinbiotik bersifat epifit. Ciri-ciri anggrek monopedal antara lain: batang memiliki titik tumbuh, yang tumbuh tegak pada batang, dan bunga muncul dari sisi antara dua ketiak daun batang.Contoh anggrek monopedal antara lain Aerides, Luisia, Phalaenopsia, dan Mikropera (Purnama et al., 2016).

Menurut Darmono (2003) anggrek dibagi menjadi empat kategori menurut cara atau sifat hidupnya, yaitu; anggrek epifit, anggrek terestrial, anggrek saprofit, dan anggrek batu. Anggrek epifit adalah anggrek yang tumbuh pada pohon lain dan tidak merugikan tanaman tempat tumbuhnya (Wulanesa et al., 2017). Anggrek terestrial adalah anggrek yang tumbuh di permukaan tanah dan membutuhkan sinar matahari langsung (Tagentju et al., 2020) Anggrek saprofit adalah anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun berserat kering yang membutuhkan sedikit sinar matahari (Sulistiarini & Djarwaningsih, 2017). Anggrek Lithocarpus merupakan anggrek yang tumbuh di bebatuan dan dapat menahan sinar matahari yang cukup dan angin kencang (Syukur et al., 2012).

2.3.3 Klasifikasi Anggrek

Klasifikasi sistematis pertama dikembangkan oleh Carolus Linneous pada 1753 dan secara singkat mendeskripsikan anggrek menjadi 8 Genus, 45 spesies diantaranya bersifat terestial (Bates & Weber, 1990). Sebuah taksonomi mendasar

(6)

dalam buku The Genera and Species of Orchidaceous Plants yang diterbitkan oleh John Lindley pada tahun 1830 membagi keluarga anggrek menjadi suku yang berbeda, menjadi tujuh genus (Dressler & Dodson, 1960). Genus ini adalah Noettieae, Malaxideae, Cypripediceae, Arethuseae, Epidendreae, Ophirydae dan Vandieae. Sistem yang dibuat ini merupakan sistemklasifikasi alam yang paling komprehensif yang ditulis dalam Bahasa Inngris (Tjitrosoeomo, 1993).

Klasifikasi terakhir, setelah beberapa perubahan budaya, diklasifikasikan menurut (Dressler, 1982). Dia membagi anggrek menjadi 6 subfamili, dan kemudian merevisinya lagi pada tahun 1990

Ada 5 sub-keluarga yang tersisa, yaitu:

1. Apotasioideae, anggrek terendah (primitif).

2. Cypripedioideae, dengan dua kepala sari, tidak membentuk serbuk sari, tetapi sekresi lendir.

3 Spiranthoideae, dengan benang sari tunggal (modandrus).

4 Orchidoideae, kepala sari melekat pada kolom (serbuk sari dan putik digabungkan) untuk membentuk serbuk sari.

5 Epidendroideae, terutama epifit fakultatif, serbuk sari berlilin.

Untuk mengklasifikasikan anggrek memerlukan beberapa pengamatan.Untuk anggrek silangan, terlebih dahulu mengamati sitologi, kimia, morfologi, dan anatomi.Untuk anggrek alam, pengamatan karakteristik morfologi dan anatomi sudah cukup (Arditti, 1992).

Klasifikasi anggrek menurut Tjitrosoeomo (2002) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Gynandrae (Orchidales) Famili : Orchidaceae

Genus : Orchis, Arachnis, Bromheadia, GrammaPophyllum Cypripedium, Plathanthera, Vanilla, Haemaria, Macodes,

(7)

Coelogyne, Cattleya, Dendrobium, Phajus, Calanthe, Bulbophyllum, Cymbidium, Goodyera, Odontoglossum, Catesetum, Oncidium Phalaenopsis, Arundina, Aerides, Taeniophyllum, Eria, Renanthera, Rhynchostylis, Spathoglottis, Vanda, Vandopsis,

5.1.1 Morfologi Tumbuhan Anggrek

Secara umum, akar anggrek berbentuk silindris, berdaging, lunak, dan mudah patah. Dalam keadaan kering, akarnya berwarna putih keperakan, dan hanya ujung akar yang berwarna hijau atau agak ungu. Akar tua berwarna coklat dan kering (Darmono, 2003). Akar anggrek berserabut, dengan beberapa lapisan sel berongga dan transparan di lapisan luar, dan lapisan pelindung di tabung luar.

Velamen merupakan sumber kehilangan air selama transpirasi dan evaporasi (Sugiyarto et al., 2016). Akar simbiosis dihasilkan di dasar pseudobulb atau di sepanjang rimpang yang menghubungkan pseudobulb satu sama lain. Akar anggrek berkaki satu banyak tumbuh pada batang (Iswanto, 2002).

Gambar 2. 1 Berbagai Jenis Akar Anggrek (Sumber: Darmono,2003)

(8)

Anggrek memiliki berbagai jenis akar seperti yang terlihat pada Gambar 1 (A) Rhizoma dan akar serabut dari Cyprepedium. (B) Akar berdaging pada Polyradicion lindenii. (C) Plathantyera bifolia dengan dua cabang rizoma yang menyerupai akar serabut. (D) Orchis maculata memiliki akar serabut dan dua rizoma, tetapi rizomanya bercabang. (E) Umbi dan akar serabut Himatoglossum.

(F) Rizoma dan akar serabut Listera ovata. (G) Akar menyerupai testis pada Ophrys aranifera. (H) Nigritella nigra dengan beberapa perpanjangan umbi dan akar serabut. (I) Akar berdaging, tidak bercabang dari Huntleya meleagris epifit. (J) Akar seperti karang pada Epipogon aphyllum. (K) Akar epifit bercabang dan berdaging pada spesies Cattleya. (L) umbi dan akar berdaging pada spesies Cynisorchis dari madagaskar. (M) Cephalanthera alba. (N) Coeloglossum. (O) Gymnadenia albida. (P) Orchis sambucina. (Q) Orchis pallen (Arditti, 1992)

Berdasarkan pertumbuhannya batang anggrek dibedakan menjadi dua golongan yaitu tipe sympodial dan monopodial (Purnama et al., 2016). Ciri umum batang anggrek simpodial pertumbuhan ujung batang terbatas hingga mencapai ketinggian maksimal, untuk selanjutnya akan tumbuh anakan baru pada rhizome induk (Wagiman & Sitanggang, 2007).Tunas tersebut tumbuh dari batang dibawah media yang menghubungkannya dengan tanaman induk.tangkai bunga dapat keluar dari ujung pseudobulb atau keluar dari sisi pseudobulb yang telah dewasa, dan adapula anggrek yang tangkainya keluar dari ujung dan sisi samping pseudobulb (Darmono, 2003).

Batang anggrek tipe monopodial memiliki pertumbuhan batang lurus ke atas pada satu batang tak terbatas, bentuk batang ramping dan tidak berumbi, tangkai bunga akan kelaur diantara keiak daun (Iswanto, 2002). Contoh batang anggrek sympodial pada anggrek Cattelya dan anggrek Coelogyne (Gambar 2.2 A dan 2.2 B), batang anggrek tipe monopodial pada Phlaenopsis (Gambar 2.2 C)

(9)

Gambar 2. 2 Macam-macam Bentuk Batang Anggrek (Sumber: Iswanto, 2002)

Anggrek memiliki daun yang berbeda satu sama lainnya, namun memiliki ciri yang sama yaitu susunan tulang daunnya. Semua tulang daun anggrek sejajar baik yang berdaun besar maupun kecil (Kartohadiprojo & Prabowo, 2009).

Menurut Gunawan (1986) bentuk daun anggrek terdiri dari berbagai macam bentuk seperti agak bulat, lonjong sampai langset. Tebal daun beragam, dari tipis, berdaging hingga kaku. Permukaannya rata, daun tidak bertangkai sepenuhny pada batang. Bagian tepi tidak bergerigi (rata) dengan ujung daun terbelah. Tulang daun sejajar dengan tepi daun dan berakhir di ujung daun. Susunan daun berselang-seling atau berhadapan.

(10)

Gambar 2. 3 Macam-macam Bentuk Daun (Sumber: Arditti, 1992)

Macam-macam Bentuk daun pada Gambar 2.3 (A) Daun berurat jala Clematepistaphium. (B) Daun tombak, berurat jala pada Pachyplectron arifolium.

(C) Daun Catasetum terbelah dengan pangkal sarung. (D) Diagram potongan melintang daun tipis pada tempat yang berbeda. (E) Daun Stanhopea terbelah dan memiliki tangkai yang jelas. (F) Daun Oncidium triquetrum yang berdaging (a) dan bentuk V (b). (G) Aerides odorata memiliki daun spatula. (H) Daun Monophylorchis maculata bagian dorsal (a), plicate (b), dan memiliki tangkai. (I) Acianthus bracteatus dengan lekukan yang dalam (a), dan conduplicate (b). (J) Daun spiral sehingga tumbuhan ini diberi nama Thelymitra spiralis. (K) Dendrobium cucumerinum dengan daun seperti lada atau asinan. (L) Daun Nervilia gammieana berbentuk cordate. (M) Anoectochilus roxburghii adalah salah satu yang disebut anggrek jewel, daun yang sangat decoratirf. (N) Daun Thunia

(11)

marshalliana yang lanceolat. (O) Calanthe veratrifolia daun bentuk oval. (P) Cypripedium japonicum dengan daun berbentuk telapak. (Q) Nervilia aragoana daun cordate dan mungkin menampakkan bulu-bulu. (R) Daun Adaaurantiaca sulate-lancet. (S) Beberapa anggrek memiliki (a) atau tidak memiliki (b) pelepah daun. Yang lainnya hanya memiliki pelepah daun (c). (T) Salah satu anggrek terkecil, Bulbophyllum minutissimum memiliki daun ramping. (U) Daun Oncidium cebolleta. (V) Daun Malaxis bentuk oval dan tepi bergelombang (Arditti, 1992)

Berdasarkan pertumbuhan daunya anggrek dibedakan menjadi dua:

Evergreen adalah daun hijau segar dan tidak gugur secara bersamaan, misalnya pada Dendrobium (Den. phalaenopsis, Den. gouldi, Den. stratiotes) dan Cattleya (Ganefianti & Suryatti, 2012). Deciduous (tipe gugur) adalah tumbuhan mengalami masa istirahat dan daun berguguran misalnya beberapa Dendrobium (Den. parishii, Den. anosmum, Den. pierardii) (Prasetyo, 2009).

Bunga anggrek tersusun dalam karangan bunga. Jumlah kuntum bunga pada satu karangan dapat terdiri satu dari sampai banyak kuntum. Karangan bunga pada beberapa spesies letaknya terminal, sedangkan pada sebagian besar spesies yang lain letaknya lateral (Darmono, 2003). Bunga anggrek umurnya relatif pendek mudah rusak karena membusuk atau rusak tetapi tidak mengering. Adapula bunga anggrek yang selalu menutup seperti terhenti pada stadia kuncup, meskipun bunganya mampu menghasilkan biji yang fertile (Daisy & Hendaryono, 2000).

Tanaman anggrek akan berbunga dalam kurun waktu 2-3 tahun mulai dari bibit hingga dewasa (LA et al., 2011).

Gambar 2. 4 Bagian-bagian Bunga Anggrek (Sumber: Priandana, 2007)

(12)

Bagian terpenting dari anggrek adalah bunga. Dari bungalah anggrek dapat dikenali dan dibendakan dengan tanaman lainnya. Berdasarkan Gambar 2.4 anggrek mempunyai lima bagian utama, yaitu kelopak (sepal), mahkota (petal), benang sari (stamen), putik (pistil) dan bakal buah (ovari) (Kartikaningrum et al., 2004). kelopak anggrek berjumlah tiga buah kelopak atas (dorsal) dan dua lainnya disebut kelopak samping (lateral). Anggrek memiliki tiga buah mahkota, mahkota pertama dan kedua berselingan dengan kelopak. Mahkota ketiga termodifikasi menjadi bibir (labellum). Umumnya warna bibir (labellum) lebih cerah daripada warna kelopak dan mahkota. Pada bibir (labellum) memiliki gumpalan massa sel (callus) berisi minyak, protein dan zat pewangi, hal ini berfungsi untuk meanrik serangga supaya hinggap pada bunga untuk penyerbukan. Androecium (reproduksi jantan) dan Gymnoecium (alat reproduksi betina) terdapat pada bagian tengah bunga. Kepala sari (anther) berada pada ujung collum atau kumpulan serbuk sari yang disebut polinia. Polinia ditutupi oleh sebua cap (anther cap). Stigma (kepala puti) terletah dibawah rostellum dan menghadap ke labellum. Ovarium Bersatu dengan dasar bunga dan terletak dibawah columna, sepal dan petal. Kedudukan ovarium ini disebut dengan ovarium inferior (Yong, 1990).

Buah anggrek berbentuk kapsular, didalamnya terdapat biji yang sangat kecil dan halus seperti tepung (Purwanto & Semiarti, 2009). Buah anggrek memiliki berbagai macam bentuk terlihat pada Gambar 2.5

Gambar 2. 5 Berbagai Macam Bentuh Buah Anggrek (Sumber: Arditti, 1992)

(13)

Biji anggrek sebetulnya bukan biji yang sempurna karena tidak memiliki endosperm (cadangan makanan) sehingga dalam proses perkecambahannya diperlukan tambahan nutrisi dengan bantuan Mikoriza, yang menyediakan zat gula sebagai makanan biji-biji tersebut (Hardiana et al., 2009). Anggrek memiliki bentuk biji yang berbeda-beda terlihat pada Gambar 2.6

Gambar 2. 6 Macam-macam Bentuk Biji Anggrek (Sumber: Arditti, 1992)

5.1.2 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anggrek

Menurut Solvia (2005) factor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anggrek dibagi berdasarkan faktor biotik dan abiotik, antara lain:

a) Biotik 1) Serangga

Serangga memiliki peranan penting dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai pollinator atau penyerbuk semua jenis tanaman (Rahayu et al., 2018). Selain sebagai penyerbuk serangga berfungsi sebagai decomposer dengan cara mendegradasi hewan yang mati, ranting, kayu yang tumbang, daun yang jatuh, dansisa kotoran hewan (Aryoudi et al., 2015). Keberadaan serangga pada suatu tempat dapat menjadi indikator biodiversitas, kesehatan ekosistem, dan degradasi lanskap (Taradipha et al., 2019)

2) Pohon inang

Pohon inang merupakan cara suatu anggrek epifit mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang baik. (Madison, 1977 dalam (Puspitaningtyas, 2007). Hal ini disebabkan karena jenis pohon inang umumnya memiliki kulit yang tebal, lunak,

(14)

permukaannya kasar, kulit tidak mengelupas dan lepas, tajuknya rimbun dan tidak menggugurkan seluruh daun pada musim kemarau sehingga dapat memberikan iklim mikro yang lebih sesuai untuk anggrek (Mariyanti et al., 2015).

Anggrek epifit tidak bergantung pada tumbuhan atau pohon inang yang ditempelinya. Anggrek epifit hanya menumpang tanpa merugikan pohon inang dengan tujuan mendapatkan unsur hara dan mineral dari cabang tumbuhan lain atau yang terbawa oleh udara, air hujan. Anggrek epifit bukanlah parasite karena dapat melakukan fotosistesis untuk pertumbuhannya (Nawawi et al., 2014). Tumbuhan eprifit sangat penting bagi ekossitem karena seringkali memberikan tempat tumbuh bagi semut-semut pohon (Indriyanto, 2006)

3) Pengaruh Manusia

Tumbuhan anggrek memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga banyak manusia memiliki anggrek untuk tanaman hias. Tanaman anggrek berfungsi sebagi obat-obatan tradisional karena mengandung senyawa bioaktif, diantaranya flavonoid, glikosida, sianogenik, tannin, karbohidrat dan terpenoid (Silalahi &

Nisyawati, 2015).

b) Abiotik

1) Ketinggian Tempat

Ketinggian merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggrek. Beberapa spesies anggrek terletak pada ketinggian yang berbeda, beberapa anggrek tumbuh dengan baik di dataran tinggi, sementara yang lain tumbuh paling baik di dataran rendah (Banurea et al., 2015).

2) Cahaya Matahari, Suhu dan kelembapan

Sinar matahari, jumlah sinar matahari yang dibutuhkan tergantung pada lama penyinaran dan intensitas cahaya. Lama penyinaran adalah waktu (lama) tanaman menerima sinar matahari. Intensitas cahaya adalah intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman. Suhu atau suhu Menurut persyaratan suhu, anggrek dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu anggrek dingin, anggrek sedang, dan anggrek hangat (Iswano, 2007). Selain kelembaban, suhu untuk menanam anggrek juga

(15)

harus dijaga. Suhu ideal untuk anggrek adalah: suhu siang hari antara 27-30 derajat Celcius, dan suhu malam hari antara 21-24 derajat Celcius (Najikh et al., 2018)

Cahaya juga mempengaruhi tingkat kelembaban, dan tanaman anggrek biasanya membutuhkan kelembaban tinggi untuk tumbuh dengan baik.

Kelembaban yang dibutuhkan tanaman anggrek umumnya 60-80% (Najikh et al., 2018).

5.2 Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar Biologi

Menurut Mulyasa (2009) sumber belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar guna memperoleh informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan. Dalam hal ini, tampak adanya berbagai sumber belajar yang masing-masing memiliki tujuan tertentu, dan mungkin sama atau bahkan berbeda dengan sumber belajar lainnya.

Pandangan Warsita (2008) mendukung bahwa sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan materi atau situasi yang sengaja diciptakan untuk memungkinkan siswa belajar secara individu.

Menurut Djohar (1987) beberapa kriteria pemilihan sumber belajar berdasarkan tujuan antara lain: Sumber belajar untuk motivasi sangat berguna untuk memotivasi mereka mempelajari mata pelajaran yang diberikan. Misalnya dengan menggunakan gambar-gambar lucu. sumber daya pendidikan.

Menggunakan sumber belajar untuk mencapai tujuan pengajaran; mendukung kegiatan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru untuk memperluas materi pembelajaran, melengkapi kekurangan, dan berfungsi sebagai kerangka materi yang sistematis. Sumber belajar yang digunakan untuk penelitian adalah bentuk yang dapat diamati, dianalisis, dan dicatat dengan cermat. Jenis sumber belajar ini diperoleh secara langsung di masyarakat atau lingkungan.

Hasil serta luaran yang diharapkan dalam penelitian ini sejalan dengan taksonomi bloom dan juga standar isi dari kurikulum 2013, sehingga kompetensi siswa dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dalam 3 aspek, yaitu: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penjelasan mengenai ketiga aspek tersebut

(16)

sebagai berikut: 1) Aspek Kognitif, siswa diharapkan dapat menjelaskan ciri-ciri tingkat keanekaragaman hayati, menjelaskan penggertian klasifikasi makhluk hidup, serta dapat mengkriteriakan tata nama binomial berdasarkan kajian literatur;

2) Aspek Afektif, siswa diharapkan dapat memiliki sikap, minat dan semangat dalam melindungi dan melestarikan keanekaragaman anggrek, serta siswa dapat diharapkan memiliki sikap mengagumi ciptaan Tuhan; dan 3) Psikomotorik, siswa diharapkan dapat terampil dalam memahami, menjaga, serta ikut merawat vegetasi, sehingga menghasilkan lulusan dengan kemampuan yang ahli dalam bidang lingkungan, serta dapat membuat laporan ilmiah hasil pengamatan tentang tumbuhan.

(17)

5.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Biodeversity

Hutan lindung Bendungan

Abiotik Biotik

Pohon Inang

Keanekaragam Annggrek

Sumber Belajar Biologi

Gambar 2. 7 Kerangka Konseptual Penelitian Anggrek

Air

Angin

Sinar Matahari

Identifikasi

Ciri-ciri Spesies Kelembapan

Kemiringan Tempat

Ketinggian Tempat

Suhu

Serangga

Manusia

Mikroorganisme DIAMATI

TIDAK DIAMATI KETERANGAN:

Gambar

Gambar 2. 1 Berbagai Jenis Akar Anggrek  (Sumber: Darmono,2003)
Gambar 2. 2 Macam-macam Bentuk Batang Anggrek  (Sumber: Iswanto, 2002)
Gambar 2. 3 Macam-macam Bentuk Daun  (Sumber: Arditti, 1992)
Gambar 2. 4 Bagian-bagian Bunga Anggrek   (Sumber: Priandana, 2007)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Reklasifikasi ke pinjaman yang diberikan dan piutang diperbolehkan ketika aset keuangan memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang dan Grup memiliki maksud dan

maka diluncurkan program layanan Gerobak Baca yang menyediakan buku bacaan dilengkapi dengan sarana melukis dan mewarnai yang akan berkeliling ke pusatpusat

yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. dkk, Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD

Observasi adalah proses pengamatan atau pengindraan langsung terhadap kondisi, situasi, proses, dan perilaku di saat proses pembelajaran berlangsung yaitu dari

Perkara Nama Pihak No...

2.fototransistor terkena cahaya dengan intensitas lebih besar maka dari rangkaian sensor akan memiliki nilai tegangan keluaran yang lebih kecil dibandingkan dengan

Penelitian yang dilakukan bersifat Research and Development (R&amp;D), dengan tahapan penelitian adalah mengembangkan bahan ajar melalui pengayaan materi,

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar passing sepak bola (menggunakan kaki bagian dalam dan luar) meningkat melalui