• Tidak ada hasil yang ditemukan

BELENGGU BUDAYA NIKAH DINI PADA PEREMPUAN : PENDAMPINGAN PEREMPUAN KORBAN NIKAH DINI DI DUSUN GANDU DESA MLARAS KEC. SUMOBITO KAB. JOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BELENGGU BUDAYA NIKAH DINI PADA PEREMPUAN : PENDAMPINGAN PEREMPUAN KORBAN NIKAH DINI DI DUSUN GANDU DESA MLARAS KEC. SUMOBITO KAB. JOMBANG."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

BELENGGU BUDAYA NIKAH DINI PADA PEREMPUAN (Pendampingan Perempuan Korban Nikah Dini

Di Dusun Gandu Desa Mlaras Kec. Sumobito Kab. Jombang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.SOS.I)

Oleh :

MAHARDIKA ISTUNINGTIAS B52211035

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)

viii ABSTRAK

Mahardika Istuningtias (2015): Belenggu Budaya Nikah Dini Pada Perempuan

“Pendampingan Perempuan Korban Nikah Dini Di Dusun Gandu Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang”

Penelitian pendampingan ini menggambarkan situasi sosial perempuan nikah dini di Dusun Gandu Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang. Penelitian ini membahas tentang kehidupan yang dialami perempuan korban nikah dini. Budaya yang selama ini terjadi pada anak perempuan yang menikah diusia dini. Alasan yang mendasari yaitu perekonomian keluarga, pendididikan, orang tua dan budaya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

Participatory Action Risearch (PAR). Dengan langkah-langkah proses pemecahan masalah antara lain : Riset pendahuluan, inkulturasi, merumuskan masalah, merancang strategi, pengorganisasian masyarakat, melakukan aksi, evaluasi dan refleksi. Penelitian bertujuan supaya menurunnya tingkat perempuan korban nikah dini. Melihat aspek-aspek yang mendukung pengambilan fokus masalah. Oleh karena itu proses pendampingan pada perekonomian keluarga perempuan korban nikah dini yang minim, dan pemikiran orang tua tentang bahaya nikah dini. Fasilitator dan perempuan korban nikah dini membuat kelompok supaya mempermudah untuk pengorganisasian riset bersama dan menyusun kerangka solusi.

(6)

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Analisa Situasi Problematik ... 1

B. Fokus Pendampingan ... 10

C. Tujuan Pendampingan ... 14

D. Strategi Pendampingan ... 17

E. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II KAJIAN TEORI ... 21

A. Problem Pernikahan Dini ... 21

B. Korban Nikah Dini bagi Perempuan ... 25

C. Perceraian Keluarga Nikah Dini ... 27

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN ... 28

(7)

x

B. Ruang Lingkup Penelitian ... 38

C. Prosedur Penelitian ... 39

D. Subyek Penelitian ... 40

E. Teknik-Teknik Penelitian ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 43

G. Teknik Validasi Data ... 44

H. Stakeholder dan Keterlibatannya ... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 48

A. Sejarah Desa Mlaras ... 48

B. Kondisi Geografis Dusun Gandu ... 48

C. Kondisi Demografi Dusun Gandu ... 53

D. Kondisi Ekonomi dan Pendidikan ... 55

E. Potret Tradisi dan Keagamaan ... 57

BAB V POTRET PEREMPUAN KORBAN NIKAH DINI ... 60

A. Beban Ganda Perempuan yang tidak Terelakkan ... 60

B. Ekonomi Compang-Camping ... 64

C. Pendidikan tidak Dipedulikan ... 67

BAB VI MENYUSUN PERUBAHAN BERSAMA PEREMPUAN KORBAN NIKAH DINI ... 71

A. Diskusi dan Pengorganisasian Perempuan Korban Nikah Dini ... 71

B. Pembentukkan Kelompok Peduli Nikah Dini ... 76

C. Menjalin Komunikasi dengan Pihak yang Terkait ... 78

BAB VII BANGKIT DENGAN AKSI PEREMPUAN KORBAN NIKAH DINI ... 80

(8)

B. Memperkuat Kelompok Perempuan Peduli Nikah Dini

memalui Pelatihan Keterampilan ... 83

BAB VIII SEBUAH CATATAN REFLEKSI PENELITIAN ... 87

A. Nikah Dini : Problem yang Kompleks ... 87

B. Merubah Pola Pikir dan Membebaskan dari Belenggu Nikah Dini ... 91

C. Pendampingan Korban Nikah Dini sebagai Dakwah Bilhal ... 92

BAB IX PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran-saran ... 98

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Problem

Perkawinan adalah ikatan lahir-batin antara seorang pria dan wanita

yang pada umumnya berasal dari lingkungan berbeda, terutama lingkungan

keluarga asalnya, kemudian mengikatnya diri dari mencapai tujuan keluarga

yang kekal dan bahagia. Pernikahan dini yang banyak terjadi pada kelompok

masyarakat miskin ditandai dengan pendapatan yang rendah, kurangnya

pendidikan, kesehatan dan aset. Menikah dini di Negara berkembang

termasuk di Indonesia berkaitan dengan aspek ekonomi, pendidikan,

kependudukan dan sosio kultural.1

Di masyarakat pedesaan, pernikahan usia dini terjadi terutama pada

golongan ekonomi menengah kebawah yang lebih merupakan tanggung

jawab dari keluarga perempuan pada suami. Di masyarakat perkotaan

pernikahan usia dini umumnya terjadi karena kecelakaan (hamil diluar nikah)

akibat salah pergaulan.2

Undang-Undang Pokok Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 1

menjelaskan, “perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang laki

-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

1

http://bppkb.jombangkab.go.id/realita-pernikahan-usia-muda-di-kab-jombang/, diakses pada tanggal 02 Juli 2015

2

(10)

2

Yang Maha Esa”.3

Semua ketentuan tentang pernikahan sudah ditentukan

oleh Negara, tergantung sikap masyarakat mau menerapkannya atau hanya

menganggap sebagai wacana. Pihak-pihak yang menangani pernikahan

seharusnya mengetahui semua ketentuan-ketentuan Negara yang harus ditaati.

Supaya tidak ada penyelewengan tentang aturan yang sudah berlaku.

Suatu ikatan yang menyatukan dua manusia dengan kehendak Tuhan.

Manusia hanya berusaha, bagaimana cara mendapatkan pasangannya dan cara

membahagiakannya dalam suatu keluarga. Telepas dari itu semua manusia

terkadang merasa putus asa dengan ketidak sesuaian pasangan. Kurangnya

rasa bersyukur dan ikhlas untuk menerima kekurangan pasangan

mengakibatkan jalan perceraian yang diambil.

Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 7

bahwa “perkawinan di izinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan perempuan

berumur 16 tahun”. Dengan syarat mendapat izin dari orang tua yang ditunjuk

sebagai wali”.4 Sementara itu, Pelaksanaan Harian (PH) Kepala Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kalimantan

Timur Yenrizal Makmur mengatakan pernikahan usia dini menimbulkan

banyak dampak negatif, diantaranya pernikahan dini rentan terhadap

perceraian karena tanggung jawab yang kurang dari kedua pasangan.

Sementara dampak bagi perempuan sendiri adalah berisiko tinggi terhadap

kematian saat melahirkan, karena perempuan usia 15-19 tahun memiliki

3

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 1

4Ibid,

(11)

3

kemungkinan dua kali lebih besat meninggal saat melahirkan daripada yang

berusia 20-25 tahun.5

Perempuan korban nikah dini yang seharusnya duduk di bangku

sekolah, harus rela mengurus suami. Orang tua menikahkan anak di usia dini,

memaksakan pola berpikir mereka lebih dewasa dan semua itu tidak mudah.

Anak perempuan yang menikah dini masih ingin bersantai dan mementingkan

ego sendiri. Akhirnya, keluarga yang terjalin tidak sesuai dengan yang

diharapkan orang tua. Misalnya saja perempuan nikah dini hanya bersantai di

rumah, mereka tidak mau melakukan aktifitas seperti bersih-bersih rumah dan

memasak untuk suaminya.

Usia muda didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana bahwa batasan usia muda adalah 10-21 tahun.6 Oleh

karena itu, pada masa peralihan kebanyakan anak mulai mencoba suatu hal

yang belum pernah mereka lakukan, seperti: keluar nongkrong bersama

teman dan pulang sampai larut. Berawal dari mencoba dan menjadi kebiasaan

apabila tidak ada yang mencegah mereka. Masyarakat kebanyakan melakukan

nikah dini terjadi di wilayah desa karena tradisi, selain alasan tersebut

menikah dini karena keterpaksaan. Dimana keterpaksaan tersebut karena

orang tua dan hamil diluar nikah.

5

Hasan, Ramadhan, http://www.jurnalperempuan.org/pernikahan-dini-yang-jadi-pilihan-mereka.html, di akses tanggal 02 Juli 2015

6

(12)

4

Informasi lain menyebutkan bahwa pada usia saat menikah berkaitan

erat dengan pola rumah tangga yang akan dijalankan oleh pasangan suami

istri. Pernikahan yang dilakukan oleh mereka yang usia belum matang atau

belum semestinya dari sisi usia dan mereka yang telah matang, tentu saja

berbeda. Kematangan usia secara umum secara umum berkait pula dengan

kematangan secara mental dan pengalaman. Kematangan usia biasanya juga

berkaitan dengan kemampuan mencari nafkah, khususnya bagi suami yang

memang memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarga. Apa yang bisa

diharapkan dari pasangan pengantin yang dari segi pengalaman bekerja masih

minim dan belum terbiasa memikul tanggung jawab keluarga.7

Akan tetapi, fakta pernah terjadi kepada remaja di Dusun Gandu Desa

Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang. Di Dusun Gandu tersebut

tradisinya menjodohkan anak putrinya untuk menikah di usia muda. Orang

tua yang mempercayai bahwa pilihan orang tua lebih baik untuk kehidupan

anaknya. Sampai sekarang terdapat beberapa orang tua yang menekankan

anaknya sikap seperti itu. Walaupun terdapat pertentangan tapi mereka harus

mengikuti yang di inginkan orang tua. Dibawah ini adalah tabel nama

perempuan korban pernikahan dini.

7

(13)

5

Tabel 1.1

Perempuan Yang Menikah Dini di Dusun Gandu Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang

6. Bidayah 17 Tahun Pilih roso’an Menikah karena orang tua 7. Mufarika 17 Tahun Buruh pabrik

Sumber: Diolah dari hasil penelitian pendahuluan oleh peneliti, tanggal 06-07 Maret 2015

Dari tabel di atas perempuan yang menikah dini dengan alasan orang

tua lebih banyak. Walaupun umur mereka 16 tahun ke atas, tetapi kalau

sekolah masih tingkatan SMP kelas VII dan VIII. Mereka memutus sekolah

(14)

6

mengharuskan mereka meninggalkan bangku pendidikan. Ada juga yang

sudah menikah tetapi umur pernikahannya tidak lama dikarenakan kurang

siap mental dan pemikiran.

Dampak yang terjadi menikah dini adalah kurang bisa menyelesaikan

masalah dalam rumah tangga yang disebabkan pemikiran belum dewasa.

Contoh: Yuni (16 tahun) yang menikah hanya bertahan 1 tahun karena suami

yang tidak menafkahi setelah menikah, sehingga mudah mengambil jalan

pintas yaitu perceraian. Perubahan fisik yang tidak semestinya, contohnya

wajah terlihat tua padahal usianya masih muda karena belum bisa merawat

diri. Menghasilkan keturunan yang kurang maksimal dalam berfikir karena

terlahir dari orang tua yang belum cukup umur. Kurangnya perhatian terhadap

anak karena setiap hari ditinggal untuk bekerja.

Dalam rumah tangga, setiap ada masalah sulit untuk menyelesaikan

karena kurangnya wawasan atau pengalaman. Sering terjadi pertengkaran dan

pulang ke rumah orang tua masing-masing, contohnya Sasa (16 tahun) sedang

hamil diluar nikah tetapi setelah menikah mereka tinggal pisah di rumah

orang tua masing-masing. Walaupun nantinya seorang suami yang menyusul

istri di rumah orang tuanya tetapi kejadian seperti ini tidak hanya sekali saja.

Orang tua menjadi pelarian setiap ada masalah yang dihadapi.

Adanya paradigma bahwa setinggi-setingginya anak gadis menuntut

ilmu, nantinya akan tetap dengan masalah dapur, kasur, dan sumur.8

Pernyataan seperti itu membuat para orang tua mengharuskan anaknya

8Hasil wawancara dengan Sumiatun (50 tahun), masyarakat Dusun Gandu, Jum’at 06 Maret

(15)

7

menikah di usia muda. Sikap pasrah dan putus asa anak dalam menggapai

pendidikan yang lebih tinggi. Seorang anak menyerahkan semua keputusan

keinginan kepada orang tua bukan darinya.

Pemikiran negatif terhadap status perawan tua. Mitos di desa bila

anaknya dilamar orang lalu ditolak maka anaknya akan menjadi perawan tua

karena sudah pernah menolak lamaran. Para orang tua takut apabila semua itu

berdampak pada anak gadis mereka. Padahal kalau diterapkan sekarang,

masyarakat Dusun Gandu sudah mulai menghilangkan mitos tersebut.

Kekhawatiran para orang tua yang takut anaknya terlibat pergaulan

menyimpang, sehingga mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti

hamil di luar nikah. Oleh karena itu pengambilan tindakan untuk menikahkan

anaknya adalah keputusan yang terbaik bagi para orang tua. Anak yang masih

sekolah mengharuskan melepas semua cita-cita dan memilih menikah.

Adanya anggapan bahwa kenakalan anak perempuan akan berakhir

apabila sudah menikah. Apabila semua orang tua beranggapan seperti itu,

maka menambah permasalahan yang terjadi. Menikahkan anak perempuan

diusia dini dan mengharuskan anak siap menangani kehidupannya sendiri.

Apabila tidak mampu mereka akan memberontak karena emosi dan sikap

yang kurang dewasa kurang matang.

Penerapan masyarakat desa yang menganggap pendidikan hanya

sebatas pijakan dasar, setelah itu mereka menikah. Tetapi ini berlaku hanya

anak perempuannya, anak laki-laki kebanyakan bekerja. Para orang tua

(16)

8

sekolah SMA sudah jarang. Lebih baik mereka melamar pekerjaan di

pabrik-pabrik, kalau tidak dinikahkan orang tuanya.

Sebagai anak terkadang ingin melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi tetapi tidak mendapat dukungan dari orang tua. Orang tua berfikiran

walaupun sekolah yang lebih tinggi nantinya anak perempuan masak di

dapur.9 Anak perempuan tidak bisa melawan kodrat itu, tetapi dari orang tua

menekankan prinsip seperti itu sehingga anak tidak mempunyai semangat

untuk belajar. Sebagai anak juga tidak bisa melawan yang diputuskan orang

tua. Keinginan untuk belajar akan terpendam karena dari orang tua sendiri

tidak keinginan untuk menyekolahkan anaknya.

Kebiasaan menjodohkan dengan orang yang jauh umurnya dengan

anak mereka sudah tidak heran lagi. Asalkan orang laki-laki itu jauh lebih

kaya dari pada keluarganya. Mereka akan memutus sekolahnya dan

menikahkan dengan orang tersebut. Terkadang menikahnya juga dengan

seumuran, dengan syarat orang pria tersebut bisa menghidupi anak mereka.

Apabila anak perempuan mereka tidak mau menuruti yang di inginkan

orang tua, akan dilakukan berbagai cara. Seperti; anak mereka didukunkan,

mereka menyebutnya dengan cara halus dan tidak disadari tetapi pasti

merubah pola pikirannya.10 Padahal mereka mengerti cara seperti itu

memaksa kehendak anaknya tetapi hanya ini yang bisa dilakukan. Tindakan

seperti ini hanya sampai dia menikah saja.

9Hasil wawancara dengan Ijah (17 tahun), Jum’at 06 Maret 2015 10

Hasil wawancara dengan Sholikah (32 tahun), salah satu orang tua yang memaksakan

(17)

9

Pernikahan dini dilakukan karena alasan perekonomian,11 orang tua

yang tidak mampu menyekolahkan anaknya. Orang tua memaksa anaknya

untuk menikah supaya bisa mengurangi beban keluarganya. Padahal

pemikiran orang tua yang seperti itu bukan mengurangi malah menambah

beban keluarga karena seorang anak belum siap untuk menata rumah

tangganya. Kurangnya wawasan orang tua tentang pentingnya pendidikan

bagi anaknya yang menyebabkan pernikahan dini terjadi.

Tanpa disadari tindakan mereka merugikan pendidikan anaknya.

Mereka hanya memikirkan uang akan merubah segalanya. Walaupun tidak

sekolah ke jenjang yang lebih tinggi asalkan menikah dengan orang kaya

kehidupan anaknya berubah. Pemikiran seperti itu memang benar tetapi

mereka sudah merelakan pendidikan yang seharusnya didapatkan tetapi

dipaksa untuk menikah.

Beberapa faktor yang lebih dominan yang mendorong masyarakat

dalam mengambil keputusan untuk menikah di usia dini di Dusun Gandu

Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang antara lain:

1. Faktor adat yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia muda karena

ketakutan orang tua terhadap gunjingan dari tetangga sekitar. Seperti

kasus pada keluarga Maria Ulfa (17 tahun), menikah karena kemauan

orang tua. Dia telah mempunyai anak satu berusia 2 tahun, suaminya

menjadi buruh tani. Pendapatan yang tidak tentu membuat dia bertempat

tinggal bersama orang tuanya.

11 Hasil wawancara dengan Mardiyah (42 tahun), masyarakat Dusun Gandu, Jum’at 06

(18)

10

2. Faktor ekonomi keluarga, keluarga yang masih hidup dalam keadaan

sosial ekonominya rendah tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup

sehari-hari. Seperti keluarga Bidayah (17 tahun) telah memiliki anak satu

berusia 5 tahun, menikah karena orang tua. Keadaaan pekerjaan suami

yang kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarga membuat dia bekerja

pilih roso’an.

3. Faktor hamil di luar nikah, karena pergaulan yang terlalu bebas sehingga

menyebabkan remaja hamil di luar nikah sehingga orang tua mengabil

keputusan menikahkan putrinya untuk menutupi aib keluarga. Misalnya

Sasa (16 tahun) sekarang masih hamil 6 bulan, suami yang masih

berumur 17 tahun dan belum bekerja, jadi Sasa dan suaminya masih ikut

orang tua masing-masing.

4. Faktor pendidikan, karena rendahnya tingkat pendidikan maupun

pengetahuan orang tua dan anak, tentang pentingnya pendidikan.

Contohnya, Lukah (17 tahun) menikah karena orang tua. Dia sudah tidak

sekolah dari tingkatan sekolah menengah pertama dan juga tidak bekerja,

makanya daripada tidak ada pekerjaan di rumah, dinikahkan saja.12

B. Fokus Pendampingan

Penelitian ini dilakukan di Dusun Gandu, fokus tentang tingginya

tingkat perempuan nikah dini. Inti permasalahan diperoleh dari hasil Focus

Group Discussion (FGD) bersama kelompok perempuan korban nikah dini

adalah, adapun inti masalah di uraiakan pada bagan berikut ini.

12

(19)

11

Bagan 1.1

Analisis Pohon Masalah Perempuan Korban Nikah Dini

Dari analisa pohon masalah di atas, fokus permasalahannya adalah

tingginya tingkat perempuan korban nikah dini. Untuk mengetahui kehidupan

yang selama ini mereka alami. Perempuan korban nikah dini, mengorbankan

waktu belajar untuk melangsungkan pernikahan. Mereka tidak bisa

Perekonomian keluarga

Tingginya Tingkat Perempuan Korban Nikah Dini

Keluarga yang tidak harmonis Keluarga yang mengalami

(20)

12

menolaknya karena pernikahan atas permintaan orang tua. Walaupun ada juga

yang menikah karena hamil duluan.

Oleh karena itu yang menjadi penyebabnya adalah:

1. Perekonomian Keluarga Perempuan Korban Nikah Dini Sangat Minim

Minimnya perekonomian keluarga perempuan korban nikah dini

tidak mampu hidup mandiri. Mereka masih tinggal bersama orang tuanya

untuk menutupi kebutuhannya. Apabila tinggal bersama orang tua

kebutuhan makan masih ikut orang tua, maka setelah gajian saja memberi

semampunya untuk dibelikan bahan pokok. Karena nenek yang menjaga

anaknya, mereka tidak khawatir lagi untuk meninggalkannya. Kalau

untuk membeli jajan anak, perempuan korban nikah dini hanya diberikan

semampunya, selebihnya apabila kurang neneknya yang membelikan13.

Perekonomian keluarga perempuan korban nikah dini yang minim

membuat mereka meninggalkan anaknya. Dari kelompok perempuan

korban nikah dini belum ada yang memiliki kemampuan cara untuk

menambah tingkat perekonomian keluarga tanpa harus meninggalkan

anaknya.

2. Perempuan Dan Orang Tua Belum Memiliki Kesadaran Tentang Bahaya

Nikah Dini

Seorang anak yang seharusnya duduk di bangku sekolah, kemudian

harus mulai merawat keluarga barunya. Padahal sudah ada beberapa

contoh pernikahan dini yang tidak selalu sesuai dengan harapan orang

13

(21)

13

tua. Tetapi orang tua tetap saja melakukan pernikahan pada anak

perempuannya.

Oleh karena itu, orang tua dan perempuan korban nikah dini belum

memperoleh pendidikan dan kampanye tentang bahaya pernikahan dini.

Walaupun dampak akibat pernikahan dini yang sudah terjadi, tetapi

masyarakat tetap saja melakukannya kepada anak perempuannya. Adanya

kegiatan kesadaran masyarakat tentang bahaya nikah dini dapat

menurunkan tingkat pernikahan di usia dini yang selama ini terjadi.

3. Ketentuan Tentang Pernikahan Yang Kurang Diterapkan Oleh Perangkat

Desa

Mengutamakan kondisi yang dialami perempuan korban nikah

dini, misalnya saat mereka hamil diluar nikah dan dipaksa orang tua.

Perangkat desa hanya melakukan, asalkan orang tua mereka siap menjadi

wali anak perempuannya. Walaupun nantinya diwakilkan dengan

penghulu, tetapi para orang tua sudah memberi restu kepada anaknya.

Perangkat desa tidak bisa memberi ketegasan dalam peraturan yang

ada karena keadaan perempuan korban nikah dini sudah keadaan hamil,

jadi harus melangsungkan pernikahan sebelum perut perempuan semakin

membesar. Dengan syarat diumumkan oleh modin desa dihadapan

seluruh keluarga. Apabila yang didalam kandungan melahirkan seorang

anak perempuan, maka orang tua laki-laki tidak boleh menjadi wali,

karena pernikahan belum 6 bulan dan bayinya sudah lahir.14 Ketentuan itu

14

(22)

14

tidak berlaku kalau nantinya lahir anak laki-laki karena tidak

menggunakan wali.

C. Tujuan Pendampingan

Untuk menyelesaikan permasalahan di atas, menurunkan tingkat

pernikahan dini. Adapun uraian perencanaan sesuai pohon harapan

berikut ini:

Bagan 1.2

Analisis Pohon Harapan Perempuan Korban Nikah Dini

Perekonomian keluarga

Menurunnya Tingkat Perempuan Korban Nikah Dini

Keluarga yang harmonis Keluarga yang mengalami

kebahagiaan

Adanya pelatihan keterampilan Adanya pendidikan dan

(23)

15

Analisa pohon harapan di atas yang antinya dipakai sebagai acuan

peneliti untuk rencana pemecahan masalah. Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Perekonomian Keluarga Perempuan Korban Nikah Dini Mencukupi

Apabila kebutuhan keluarga sudah tercukupi, maka seorang istri

tidak harus ikut bekerja. Mereka bisa di rumah untuk menjaga anak.

Seorang istri tanpa meninggalkan anak yang akhirnya diasuh oleh nenek.

Perempuan korban nikah dini bisa melakukan kegiatan yang tetap

memperhatikan keluarganya. Supaya dapat mengurangi hambatan yang

terjadi diperlukan upaya-upaya pendampingan.

Dengan harapan pertama, nantinya akan memunculkan kreasi

untuk menambah pendapatan perekonomian keluarga perempuan korban

nikah dini. Dengan bekal pengetahuan dari kelompok perempuan

mempunyai kreasi mengetahui tentang keterampilan yang akan

dilakukan, sehingga mudah untuk untuk diterapkan. Pembuatan dan hasil

akan dilakukan perempuan korban nikah dini sendiri.

Harapan yang kedua, adanya pelatihan kreasi yang dilaksanakan

oleh kelompok perempuan membuat untuk menambah perekonomian

keluarga korban nikah dini. Dengan harapan nanti bisa berkembang dan

menghasilkan pendapatan keluarga.

2. Perempuan Dan Orang Tua Sudah Memiliki Kesadaran Tentang Bahaya

Nikah Dini

Apabila anak perempuan dan orang tua sudah menyadari akan

(24)

16

pernikahan dini yang selama ini terjadi. Diawali dari anak keturunannya

supaya tidak melakukan pernikahan dini. Dengan akibat yang terjadi

karena pernikahan dini, supaya menjadi pengalaman untuk tidak sampai

terjadi lagi.

Adanya perempuan dan orang tua sudah memiliki pemahaman

tentang menikah dini. Memahami kehidupan keluarga perempuan korban

nikah dini yang terjadi. Orang tua akan memilih menyekolahkan anak

perempuannya ke jenjang lebih tinggi dengan biaya yang telah disediakan

pihak sekolah atau pemerintah.

Adanya pendidikan dan kampanye tentang pernikahan dini, dengan

dijelaskannya lebih rinci oleh kelompok perempuan Desa Mlaras tentang

akibat dan dampak yang telah terjadi pada kehidupan nikah dini. Harapan

kedepannya supaya tidak terjadi lagi pada anak perempuan Dusun Gandu.

3. Ketentuan tentang Pernikahan yang Diterapkan Oleh Perangkat Desa

Dengan kebijakan perangkat desa supaya lebih tegas lagi dalam

ketentuan tentang pernikahan dini. Mendiskusikan dan melaksanakan

rencana bersama perangkat desa, kelompok PKK, serta perwakilan dari

perempuan korban nikah dini untuk mengurangi pernikahan dini yang

selama ini terjadi. Apabila ada yang melakukan pernikahan dini

pemerintahan desa mengharapkan adanya keterlibatan pihak dari lembaga

perempuan desa seperti PKK untuk memberi pembekalan keahlian

sebagai bekal dalam menjalani kehidupan setelah mereka. Oleh karena

(25)

17

nikah dini, dan akhirnya bisa mendampingi serta memberi arahan tentang

dampak bahay pernikahan dini. Dari pihak bidan desa bisa menjelaskan

akibat kesehatan yang berdampak pada anak perempuan korban nikah

dini.

D. Strategi Pendampingan

Strategi pendampingan merupakan proses awal untuk menyiapakan

pendampingan kepada masyarakat agar proses pendampingan tersebut bisa

dilakukan secara terencana, terprogam, dan terlaksana bersama

masyarakat/komunitas. Berikut susunan strategi pendampingan dengan

menggunakan metode PAR. 15

1. Mengetahui kondisi masyarakat (To Know)

Pada tahap ini, peneliti tidak perlu menggunakan inkulturasi

dengan masyarakat Dusun Gandu Desa Mlaras kecamatan Sumobito

Kabupaten Jombang karena proses pnelitian dilakukan dilingkungan

peneliti telah dibesarkan. Jadi peneliti bisa langsung mengetahui keadaan

masyarakat yang terjadi selama ini. Bisa lebih mengetahui sebelum dan

sesudah keadaan yang telah terjadi didaerah tersebut.16

2. Memahami Masyarakat (To Understand)

To understand digunakan untuk mengetahui permasalahan yang

terjadi. Pemetaan secara partisipatif melalui Focus Group Discusion

(FGD). Para perempuan korban nikah dini dalam keadaan yang dialami

15

Agus Afandi Dkk, Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Transformatif Dengan Metodologi Participatory Action Research (PAR), (LPPM IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), hal. 51-59

16Ibid,

(26)

18

dapat didorong untuk berfikir kritis sehingga mampu mengungkapkan

segala permasalahan. Selain itu, berdiskusi dengan perempuan korban

nikah dini juga untuk merumuskan permasalahan dengan cara seperti,

diagram alur, diagram venn, belanja harian, kalender harian, dan

wawancara semi terstuktur, sehingga menemukan inti masalah yang

tergambar pada pohon masalah.17

3. Merencanakan dengan Masyarakat (To Plann)

Permasalahan yang terjadi pada perempuan korban nikah dini bisa

teratasi. Oleh karena itu, disusun rencana-rencana yang tepat untuk

memecahkannya dan telah ditemukan pada proses diskusi sebelumnya.

Rencananya digambarkan sebuah harapan dari mereka melalui kegiatan

yang dilakukan untuk menangani permasalahan yang dialami. Sehingga

mereka bisa mengungkapkan sendiri apa yang telah terjadi. Dari harapan

tersebut mereka menjadi sadar bagaimana mengubah keadaan.18

4. Melakukan Aksi (To Action)

Kegiatan yang direncanakan para perempuan korban nikah dini

dilakukan bersama-sama sebagi bentuk partisipasi. Aksi yang dilakukan

bukan karena kepentingan individu, melainkan hasil diskusi bersama.19

5. Refleksi/evaluasi (To Reflection)

Tahap akhir ini dilakukan sebuah evaluasi terhadap kegiatan yang

telah dilaksanakan. Proses yang telah dilakukan diharapkan mampu

menjadikan perubahan pola pikir perempuan korban nikah dini. Refleksi

17Ibid.

Hal 55

18Ibid.

Hal 57

19Ibid.

(27)

19

ini juga salah satu alat untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan itu bisa

berkelanjutan (sustainable) bagi masyarakat atau tidak.20

E. Sistematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan. Pada bab I menjelaskan tentang. Pertama, latar

belakang masalah yang di angkat. Kedua, fokus pendampingan yang menjadi

terungkapnya permasalahan yang terjadi. Ketiga, tujuan pendampingan,

tentang menjadi tujuan utama dari penelitian. Ke empat, strategi

pendampingan, merupakan awal untuk menyiapkan pendampingan supaya

kegiatan yang dilakukan bisa tersusun dengan baik. Kelima, sistematika

pembahasan, sebagai mana dalam sub pembahasan ini.

Bab II Kajian Pustaka. Pada bab II memaparkan teori yang berkaitan

dengan tema penelitian yang di angkat. Akhirnya akan berguna sebagai

bandingan dan analisis peneliti dalam melakukan penelitian.

Bab III Metode Penelitian. Pada bab III menjelaskan metode penelitian

yang menjadi pedoman dalam melakukan penelitian. Penjelasan secara detail

penelitian dengan metode yang terkait.

Bab IV Gambaran umum lokasi penelitian. Pada bab IV penjelasan

tentang keadaan umum yang berisikan geografi lokasi penelitian, demografi

masyarakat, kehidupan sosial sampai keagamaan dan keadaan perekonomian

subyek penelitian.

Bab V Analisis Permasalahan. Sebuah analisis data dari hasil

penelitian yang dilakukan menghasilakan permasalahan utama. Menjelaskan

20Ibid.

(28)

20

tentang masalah utama tentang tingginya tingkat perempuan korban nikah

dini di Dusun Gandu Desa Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang.

Bab VI Rencana Penyelesaian Masalah. Menjelaskan tentang rencana

proses aksi yang akan dilakukan peneliti sesuai tema yang telah diambil.

Rancangan yang nantinya dilakukan oleh peneliti dan subyek penelitian untuk

sebuah perubahan.

Bab VII Pelaksanaan Aksi. Pada bab ini menjelaskan sebuah pelaksaan

program yang berdasarkan permasalahan yang telah terjadi dalam pemecahan

masalah yang telah terjadi yaitu pendampingan kepada perempuan korban

nikah dini. Dengan cara mengadakan kampanye dampak pernikahan dini dan

pembentukan kelompok perempuan korban nikah dini sebagai

pengorganisasian dan mengurangi pernikahan dini yang selama ini terjadi di

Dusun Gandu.

Bab VIII Releksi. Bab ini berisikan tentang kajian hasil pendampingan

di lokasi penelitan. Tindakan penelitian ini yang nantinya akan menunjukkan

perubahan sebelum dan sesudahnya.

Bab IX Penutup. Bab yang menjelaskan tentang kesimpulan dari

sebuah penelitian, serta berisikan saran-saran yang dituliskan peneliti untuk

(29)

21

BAB II KAJIAN TEORI

A. Problem Pernikahan Dini

Sebuah pilihan menikah di usia dini memiliki tanggung jawab untuk

pernikahan tersebut. Keharusan untuk melakukan kegiatan yang biasanya

belum dilakukan, seperti mengurus suami dan anak. Kegiatan yang biasanya

dilakukan anak perempuan seperti membersihkan rumah dan membantu

masak setiap hari. Kondisi setelah pernikahan dilangsungkan terjadi beberapa

dampak pernikahan dini, yaitu:

1. Dampak Psikologis

Pernikahan dini pada remaja pada dasarnya berdampak pada segi

fisik maupun psikis. Dalam konteks beberapa budaya, pernikahan dini

bukanlah sebuah menjadi kebiasaan. Tetapi dalam konteks

perkembangan, pernikahan dini akan membawa masalah psikologis yang

besar dikemudian hari. Ada dampak negatif dan positif dari pernikahan

tersebut. Contoh dampak negatifnya yaitu remaja yang hamil akan lebih

mudah menderita anemia, adanya tindakan kekerasan terhadap istri yang

timbul karena tingkat berfikir yang belum matang, serta kesulitan

ekonomi dalam rumah tangga.21

Dampak lain juga pada depresi berat atau neuritis depresi akibat

pernikahan dini, bisa terjadi pada kondisi kepribadian yang berbeda. Pada

21

Elsa, Edraa , http://www.kompasiana.com /, di akses pada tanggal 27 Juni 2015

(30)

22

pribadi introvert (tertutup) akan membuat remaja menarik diri dari

pergaulan. Dia akan menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan

menjadi seseorang yang schizophrenia atau dalam bahasa awam yang

dikenal orang adalah gila. Sedang depresi berat pada pribadi ekstrovert

(terbuka) sejak kecil, remaja terdorong melakukan hal-hal aneh untuk

melampiaskan amarahnya.22

Oleh karena itu pernikahan dini dilangsungkan tanpa memikirkan

dampak yang akan dihasilkan nanti pada keluarganya. Perempuan korban

nikah dini memang menuruti semua keinginan orang tua tetapi nantinya

pada keluarga, mereka baru bisa merasakan dampaknya. Hasil dari

menahan semua yang seharusnya di inginkan perempuan korban nikah

dini akan terlihat ketika dia sudah tidak tahan dengan sikap pasangannya.

Mereka akan melampiaskan kemarahannya kepada keluarganya.

2. Dampak Kesehatan

Pada perempuan yang telah melakukan pernikahan usia dini,

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah sehubungan dengan

kemampuan yang dimiliki oleh individu perempuan dalam proses

kehamilan dan melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan

kehamilan yang sehat. Tetapi pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi masih kurang dimana seorang ibu yang telah melangsungkan

22

(31)

23

pernikahan dini sebelum kurang memahami dampak dari pernikahan yang

berlangsung.23

Menurut konsultan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

dokter Julianto Witjaksono, rentang usia perkawinan paling aman bagi

seorang wanita adalah 20-35 tahun. Pada usia itu, seorang perempuan

masuk dalam kategori dewasa muda. Pernikahan wanita di bawah usia 20

tahun memiliki resiko tinggi akan kematian. Adapun resiko kehamilan

remaja lebih tinggi dibandingkan kehamilan pada usia reproduksi sehat

(20-35 tahun), antara lain terjadi tiga sampai tujuh kali kematian dalam

kehamilan dan persalinan terutama akibat pendarahan dan infeksi. Selain

itu, satu sampai dua dari empat kehamilan remaja mengalami depresi

pasca persalinan.24

Perempuan korban nikah dini yang melakukan pernikahan atas

kemauan orang tua. Dia belum mengetahui sepenuhnya tentang akibat

pernikahan yang berlangsung. Dalam kesehatan pun mereka masih sedikit

banyak bertanya kepada orang tua, terlebih saat mereka hamil. Umur

yang baik untuk hamil, menjaga saat kesehatan saat hamil, semua itu

masih mendapat arahan dari orang tua.

3. Dampak Ekonomi

Menurut mantan ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kartono, bayi

yang dilahirkan oleh ibu di bawah usia 20 tahun mempunyai resiko 50

23

Ibid, Landung Juspin, dkk. 2009. Studi Kasus Kebiasaan Pernikahan Usia Dini pada Masyarakat Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Toraja. Makassar. Jurnal MKMI Vol 5 No 4, Oktober. Hal 89-94. Di akses tanggal 25-03-2015

24

(32)

24

persen lebih tinggi untuk meninggal saat lahir. Selain itu, bayi yang

dilahirkan ibu remaja cenderung lahir dengan berat badan rendah dan

resiko kesehatan lainnya yang dapat berdampak jangka panjang.

Kehamilan remaja juga berdampak buruk bagi ekonomi dan sosial remaja

tersebut, keluarga, dan masyarakat. Remaja yang hamil biasanya putus

sekolahnya. Dengan pendidikan rendah dan keterampilan kurang juga

sulit mendapatkan pekerjaan sehingga secara nasional juga mengurangi

produktivitas Negara.25

Pernikahan usia muda yang disebabkan karena alasan membantu

pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Berhubungan dengan

rendahnya tingkat ekonomi keluarga dimana orang tua tidak memiliki

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga orang tua

memilih untuk mempercepat pernikahan anaknya. Terlebih lagi bagi anak

perempuan, sehingga dapat membantu pemenuhan kebutuhan keluarga

seperti membantu adik-adiknya yang masih membutuhkan.26

Perekonomian keluarga yang menjadi salah satu alasan pernikahan

dini. Menikahkan anak perempuan mereka supaya perekonomian

keluarga berkurang. Padahal yang dihasilkan keluarga anak mereka masih

ikut bertempat tinggal bersama orang tua. Perekonomian anak mereka

juga belum mampu apabila membeli tempat tinggal sendiri.

25Ibid,

Kompasiana.com, di akses pada tanggal 27 Juni 2015

(33)

25

B. Korban Nikah Dini bagi Perempuan

Keluarga Perempuan korban nikah dini tidak semuanya bisa

membebankan masalah ekonomi keluarga kepada seorang suami.

Kemampuan pekerjaan yang didapatkan suami tidak cukup untuk kebutuhan

keluarganya. Oleh karena itu, seorang istri membantu bekerja untuk

menambah perekonomian keluarga.

1. Beban Ganda Perempuan Korban Nikah Dini

Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat

memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepada rumah

tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga

menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya, banyak

kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga

kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai dari membersihkan dan

mengepel lantai, memasak, mencuci, mencari air untuk mandi hingga

memelihara anak. Di kalangan keluarga miskin beban sangat berat ini

oleh ditanggung oleh perempuan sendiri. Terlebih-lebih jika si perempuan

tersebut harus bekerja, maka ia memikulbeban kerja ganda.27

Perempuan hanya dipandang sebelah mata, karena kebiasaannya

hanya bisa di dapur. Tetapi untuk hal ini seorang perempuan melakukan

pekerjaan yang sama hal nya dengan seorang laki-laki. Membantu bekerja

untuk menambah perekonomian keluarga tanpa harus meninggalkan

kewajiban pekerjaan seorang istri saat di rumah.

27

(34)

26

2. Keadilan Relasi Laki-laki dan perempuan

Keadilan harus ditegakkan atas upaya pencapaian rasa nyaman

menuju sebuah tujuan bersama yaitu kesejahteraan bagi seluruh manusia.

Namun kita juga tidak menisbikan realitas atas adanya keberbedaan

antara keadilan yang seharusnya ada. Beberapa orang bersepakat bahwa

keadilan adalah sebuah bentuk kesamaan yang jelas secara materiil antara

laki-laki dan perempuan. Sementara beberapa lainnya bersepakat bahwa

keadilan adalah adanya sebuah bentuk pemenuhan kebutuhan yang sesuai

antara laki-laki dan perempuan. Berangkat dari konsepsi keadilan yang

masih berbeda inilah kemudian hadir sebuah kondisi dimana antara

laki-laki dan perempuan belum mendapatkan keadilan dalam konsepsi mereka

masing-masing.28

Kesetaraaan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan

perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai

manusia, agar mampu berperan dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi,

sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional

(hankamnas), serta kesamaan dalam menikamti hasil pembangunan

tersebut. Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap

perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada

pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan keekrasan

terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaraan dan

keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara

28

(35)

27

perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses,

kesempatan berpartisipasi, dan control atas pembangunan serta

memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.29

C. Perceraian Keluarga Nikah Dini

Dampak dari pernikahan usia muda adalah rentannya perceraian.

Secara umum memang tidak seorang pun ada yang menginginkan

perkawinannya berakhir dengan perceraian, namun demikian seringkali

lingkungan yang berbeda, serta perbedaan-perbedaan yang lain sifatnya

pribadi akan mengakibatkan perkawinan tidak bisa dipertahankan

keutuhannya. 30

Dalam membina kelangsungan suatu perkawinan diperlukan kasih

sayang, penyesuaian pendapat dan pendangan hidup, bersatu dalam tujuan,

sehingga perbedaan-perbedaan pendapat lainnya sering menimbulkan

kerenggangan-kerenggangan, kejenuhan, kebosanan bahkan ketegangan.

Untuk mempertahankan suatu perkawinan agar perkawinnan tersebut bisa

kekal dan bahagia diperlukan persiapan-persiapan yang sangat matang dari

calon mempelai baik fisik, maupun mental, sehingga mereka menjadi

pasangan suami istri dengan mudah mendapatkan suatu bentuk

persesuaian-persesuaian pendapat dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan dalam

sebuah perkawinan.31

29

Afrikasan.http:// blogspot.com//2013/09/kesetaraan-dan-keadilan-gender-dalam.html?=1, di akses tanggal 27 Juni 2015

30 Ibid

. http://bppkb.jombangkab.go.id/realita-pernikahan-usia-muda-di-kab-jombang/, di akses tanggal 27 Juni 2015

(36)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan

Dalam proses pendampingan yang dilakukan di Dusun Gandu Desa

Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang, secara umum memakai

pendekatan PAR (Participatory Action Riset). Metode PAR merupakan

penelitian yang melibatkan secara langsung pihak-pihak yang terkait dalam

persoalan yang terjadi. Untuk itu, harus ada refleksi kritis terhadap sejarah,

politik, budaya, ekonomi, geografis dan konteks yang lain-lain terkait. Yang

mendasari diakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan

perubahan yang diinginkan. 32

PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu

partisipasi, riset dan aksi. Semua riset harus diimplementasikan dalam aksi.

Segala sesuatu yang berubah sebagai akibat dari riset. Situasi baru yang di

akibatkan riset bisa berbeda dengan situasi sebelumnya. Semuaitu adanya

riset dan menjadi perbahan yang lebih baik.33

Yang menjadikan landasan dalam cara kerja Participatory Action

Research (PAR) terutama adalah gagasan – gagasan yang datang dari rakyat.

Lebih hematnya dapat dirancang dengan suatu daur gerakan social sebagai

berikut:34

32

Agus Afandi Dkk, Modul PAR, (LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014)

33Ibid.

Hal 91

34Ibid.

(37)

29

1. Pemetaan awal (preliminary mapping)

Pemetaan awal sebagai alat untuk memahami komunitas sehingga

peneliti akan mudah memahami realitaas problem dan relasi social yang

terjadi. Dengan demikian akan memudahkan masuk kalam komunitas

baik melalui key people (kunci masyarakat) maupun komunitas akar

rumput yang sudah terbagun, seperti kelompok keagamaan, kelompok

kebudayaan, maupun kelompok ekonomi.35

Untuk memudahkan memahami komunitas yang ada, peneliti

mengharuskan melakukan inkulturasi. Dalam inkulturasi kepada

masyarakat Dusun Gandu adalah hal pertama untuk mengetahui key

people dan pihak-pihak yang membantu penelitian peneliti. Keberhasilan

inkulturasi yang dilakukan peneliti supaya tidak ada sekat antara peneliti

dengan masyarakat. Apabila masih ada pembatas antara peneliti dengan

subyek berdampak pada data yang didapat akan tidak mendalam.

Dalam penelitian ini subyek yang dikaji adalah perempuan korban

nikah dini. Dimana peneliti harus lebih memfokuskan pencarian data-data

yang terkait tentang pernikahan dini, perempuan yang nikah dini,orang

tua dan masyarakat sekitar. Dengan lembaga prempuan juga yang

nantinya membantu untuk kelangsungan penelitian. Supaya data yang

dihasilkan lebih terfokus pada tema yang telah diambil.

(38)

30

2. Membangun hubungan kemanusiaan

Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust

building) dengan masyarakat, sehingga terjalin hubungan yang setara dan

saling mendukung. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah

simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami

masalahnya, dan memecahkan persoalanya secara bersama sama

(partisipatif). Oleh karena itu, inkulturasi lebih diutamakan supaya

peneliti dengan masyarakat saling percaya dengan masyarakat Dusun

Gandu.36

Dalam meningkatkan rasa saling percaya antara peneliti dengan

masyarakat, peneliti ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang ada. Seperti

mengikuti diba’an, dan acara sosial yang ada di Dusun Gandu. Supaya

peneliti mendapatkan kepercayaan dan dapat menggali masalah secara

mendalam berkaitan tentang perempuan korban nikah dini.

3. Penentuan agenda riset

Bersama masyarakat dan perempuan korban nikah dini, peneliti

mengagendakan program riset melalui teknik Partisipatory Rural

Aprasial (PRA) untuk memahami persoalan masyarakat yang selanjutnya

menjadi alat perubahan sosial. Sambil merintis membangun kelompok

kelompok komunitas, sesuai dengan potensi dan keragaman yang ada.37

Dengan adanya kelompok perempuan korban nikah dini supaya

berkurang kebiasaan yang selama ini terjadi di Dusun Gandu yaitu

36 Ibid.

Hal 105

(39)

31

menikah diusia dini. Mengagendakan pemecahan yang terjadi pada

perempuan korban nikah dini. Supaya bisa memahami dan menyadarkan

mereka apa yang selama ini terjadi.

4. Pemetaan partisipatif (partisipatory mapping)

Bersama komunitas melakukan pemetaan wilayah, maupun

persoalan yang dialami masyarakat.38 Dengan perempuan korban nikah

dini dan masyarakat Dusun Gandu melakukan pemetaan wilayah,

maupun persoalan yang dialami masyarakat.

5. Merumuskan masalah kemanusiaan

Komunitas merumuskan masalah mendasar hajat hidup

kemanusiaan yang dialaminya.39 Perumusan masalah ini tentang

perempuan korban nikah dini, dampak yang dialami setelah menikah, dan

penyebab terjadinya korban nikah dini.

6. Menyusun strategi gerakan

Perempuan korban nikah dini dan masyarakat menyusun strategi

gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan yang telah

dirumuskan. Menentukan langkah sistematik pihak yang terlibat

(stakeholders), dan merumuskan kemungkinan keberhasilan dan

kegagalan program yang direncanakan serta mencari jalan keluar apabila

terdapat kendala yang menghalangi keberhasilan program.40

Dalam tahap ini kegiatan riset mencari dan menggali sampai akar

penyebab dasar masalah yang terjadi. Peneliti dan perempuan korban

38Ibid. Hal 105

39Ibid.

Hal 105

40Ibid.

(40)

32

nikah dini Dusun Gandu terlibat langsung dalam pencarian beberapa

masalah, kemudian didiskusikan bersama-sama. Mengajak berkumpul,

berunding untuk menentukan masalah yang paling kuat.

7. Perorganisasian Perempuan Korban Nikah Dini Sebagai Pendampingan

Korban Nikah Dini

Perempuan korban nikah dini didampingi peneliti membangun

pranata pranata sosial. Baik dalam bentuk kelompok kelompok kerja,

maupun lembaga lembaga masyarakat secara nyata bergerak

memacahkan problem sosial secara simultan. Demikian pula membentuk

jaringan jaringan antar kelompok kerja dengan lembaga-lembaga lain

yang terkait dengan program aksi yang direncanakan.41

8. Melancarkan Aksi Perubahan Sebagai Pendampiangan Perempuan Nikah

Dini

Aksi memecahkan problem dilakukan secara simultan dan

parsitipatif. Program pemecahan persoalan social bukan sekedar untuk

menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses

pembelajaran masyarakat sehingga terbangun pranata baru dalam

komunitas dan sekaligus memunculkan community organizer

(pengorganisisr dari masyarakat) dan akhirnya akan muncul local leader

(pemimpin lokal) yang menjadi pelaku dan pemimpin perubahan.42

41 Ibid

. Hal 106

42 Ibid

(41)

33

9. Membangun Pusat-Pusat Belajar Untuk Perempuan Korban Nikah Dini

Pusat pusat belajar dibangun atas dasar kebutuhan

kelompok-kelompok komunitas yang sudah bergerak melakukan aksi perubahan.

Pusat belajar merupakan media komunikasi, riset, diskusi dan segala

aspek untuk merencanakan, mengorganisisr, dan memecahkan

problem-problem sosial. Hal ini karena terbangunnya pusat-pusat belajar

merupakan asalah satu bukti munculnya pranata baru sebagai awal

perubahan dalam komunitas masyarakat.43

10.Refleksi Program (teorisasi perubahan sosial)

Peneliti bersama perempuan korban nikah dini merumuskan

teoritisasi perubahan sosial. Berdasarkan atas hasil riset, proses

pembelajaran masyarakat dan program program aksi yang sudah

terlaksana, peneliti dan komunitas merefleksikan semua proses dan hasil

yang diperolehnya (dari awal sampai ahir). Refleksi teoritis dirumuskan

secara bersama, sehingga menjadi sebuah teori akademik yang dapat

dipresentasikan ke halayak publik sebagai pertangung jawaban

akademik.44

11.Meluaskan Skala Gerakan Dan Dukungan Untuk Pendampingan

Perempuan Korban Nikah Dini

Keberhasilan program PAR tidak hanya diukur dari hasil kegiatan

selama proses, tetapi juga diukur dari tingkat keberlajutan program

(sustainabillity) yang sudah berjalan dan munculnya perorganisir

43Ibid

. Hal 107

44Ibid

(42)

34

masyarakat serta pemimpin lokal yang menlajutkan program untuk

melakukan aksi perubahan. Oleh sebab itu, bersama komunitas peneliti

memperluas skala gerakan dan kegiatan. Mereka membangun kelompok

komunitas baru di wilayah wilayah baru yang dimotori oleh kelompok

dan pengorganisir yang sudah ada. Bahkan diharapkan komunitas

komunitas baru tersebut dibangun berdasarkan masyarkat secara mandiri

tanpa harus difasilitasi oleh peneliti. Dengan demikian masyarakat akan

bisa belajar sendiri, melkukan riset, dan memecahkan problem sosialnya

secara merata mandiri.45

Pendekatan ini juga berguna untuk mengungkap kondisi

perempuan korban nikah dini secara nyata tanpa adanya rekayasa yang

bertujuan untuk penilaian pihak-pihak terkait. Yang terjadi keadaan

lapangan sesuai dengan aslinya. Pengumpulan informasi secara langsung

didapat, sehingga menggambarkan keadaan yang telah terjadi. Peneliti

berusaha membaur dengan para perempuan korban nikah dini dan tidak

menjelaskan identitas yang secara detail.

Mengenai cara kerja PAR segala tindakan pembelajaran bersama

komunitas, dengan mengagendakan program riset melalui teknik Participatory

Rural Aprasial (PRA) untuk mememahami persoalan masyarakat yang

selanjutnya menjadi alat perubahan sosial. Sambil membangun

kelompok-kelompok komunitas sesuai dengan potensi dan keragaman yang ada46:

45Ibid

. Hal 108

46

(43)

35

1. Mapping (pemetaan)

Mapping merupakan teknik dalam PRA untuk menggali informasi

yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambar kondisi

wilayah secara umum Dusun Gandu. Pada teknik ini melahirkan

tematik-tematik yang bisa dikaji secara lebih detail dan mendalam. Dari teknik ini

diharapkan permasalahan yang dihadapi oleh komunitas muncul atas

kesadaran komunitas tersebut. Bahwa komunitas tersebut sedang pada

belenggu yang hidup berdampingan dengan mereka tanpa disadari.

Teknik ini dilakukan secara bertahap, bukan hanya itu mapping juga bisa

dilakukan berkali-kali selama pada prosesnya belum mendapatkan

gambaran kondisi sosial Dusun Gandu secara keseluruhan maupun secara

signifikan yang relevan dengan tema pembahasan riset pendampingan

yang diangkat.47

Setiap prosesnya mapping bisa dilakukan oleh peneliti,

stakeholder, dan komunitas sasaran, dalam hal ini perempuan korban

nikah dini di Dusun Gandu. Hal ini bertujuan untuk memudahkan

peneliti, stakeholder, dan perempuan korban nikah dini untuk

mengindeifikasi kondisi sosial yang sedang berjalan di Dusun Gandu.

2. Transect

Transect merupakan teknik untuk menfasilitasi masyarakat dalam

pengamatan langsung lingkungan dan keadaan sumberdaya-sumberdaya

dengan cara berjalan menelusuri wilayah Dusun Gandu di tempat-tempat

(44)

36

yang dianggap cukup memiliki informasi yang dibutuhkan mengikuti

suatu lintasan tertentu yang disepakati.48

Teknik ini juga membantu peneliti untuk mengetahui hal-hal yang

belum terpaparkan secara mendetail pada tahapan mapping atau

tahapan-tahapan teknik yang lainnya. Pada teknik ini peneliti dan perempuan

korban nikah dini mengamati serta mencatat aset dan akses apa saja yang

dimiliki pada umunya.

Tahap pengamatan dan pencatatan hasil transect peneliti dan

perempuan korban nikah dini juga dapat mendiskusikan kegunaan,

potensi, serta kelamahan aset dan akses yang ada di Dusun Gandu. Hal ini

bertujuan mempermudah perempuan pemulung untuk membaca peluang

serta ancaman yang bisa datang sewaktu-waktu bahkan tanpa disadari.

3. Survey Belanja Rumah Tangga

Teknik ini merupakan teknik PRA yang digunakan untuk

memperoleh gambaran masyarakat Gandu secarah utuh, sehingga dapat

diketahui tingkat kelayakan hidup, dilihat dari aspek kelayakan rumah,

kesehatan, pendidikan, dan perekonomian. Teknik bertujuan untuk

menfasilitasi perempuan korban nikah dini agar mengetahui konteks

kerentaan dan kondisi kehidupan mereka secara menyeluruh.49

4. Daily Routin (Kalender harian).

Kalender harian ini didasarkan pada perubahan analisis dan

monitoring dalam pola harian masyarakat. Hal tersebut sangat bermanfaat

48Ibid.

Hal 148

49Ibid

(45)

37

dalam rangka memahami kunci persoalan dalam tugas harian, juga

sebagai alat untuk kegiatan perempuan korban nikah dini Dusun Gandu

dalam kehidupan sehari–harinya.50

5. Wawancara Semi Terstruktur.

Wawancara semi tersetruktur ini merupakan alat penggalian

informasi berupa tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok

tertentu. Wawancara ini bersifat semi terbuka, artinya alur pembicaraan

lebih santai. Wawancara ini bertujuan untuk keintiman antara peneliti dan

perempuan korban nikah dini. Hal ini menunjukkan bahwa riset

pendampingan ini tidak memiliki batasan antara peneliti dengan

komunitas sasaran. Selain itu dalam prosesnya teknik ini menumbuhkan

kepercayaan antara peneliti dan perempuan korban nikah dini.51

B. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam setiap penelitian, penentuan ruang lingkup adalah salah satu

langkah penting yang harus dilakukan. Bila hal ini tidak dilakukan maka

peneliti kemungkinan besar akan selalu tergoda untuk terus menggali

data-data yang sebenarnya kurang berkaitan dengan tujuan dan masalah inti

penelitiannya. Sering terjadi, peneliti demikian bersemangat untuk meneliti

dan menelusuri suatu persoalan yang terlalu umum, ia tidak sadar akan

kesukaran kesukaran yang pasti dihadapinya karena obyek penelitiannya

terlalu luas. Dengan menentukan ruang lingkup, kegiatan penelitian tak akan

50Ibid

. Hal., 168

51

(46)

38

melebar dan melantur kesana dan kemari tanpa kontrol, untuk kemudian

kehilangan fokus. 52

Akhirnya peneliti memutuskan untuk meneliti permasalahan belenggu

budaya pernikahan dini pada perempuan yang terjadi di Dusun Gandu Desa

Mlaras Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang. Masyarakat tidak sadar

akan dampak akan terjadi tentang pernikahan dini. Seharusnya perempuan

nikah dini mendapatkan pendidikan dibangku sekolah, akan tetapi perempuan

tersebut dipaksa untuk menikah dengan laki-laki pilihan orang tua. Peneliti

memberi batasan dalam penelitiannya, supaya lebih terfokus tentang inti

permasahan yang diteliti.

C. Prosedur Penelitian

Kampanye tentang pernikahan dini dan dampaknya, supaya perempuan

korban nikah dini kelak tidak menerapkan pada anaknya. Peneliti berhadap

adanaya kampanye ini bisa mengurangi pernikahan dini yang selama ini

terjadi. Kapanye yang direncanakan oleh peneliti memberi pemahaman dan

kesadaran tentang bahaya pernikahan dini. Kampanye ini melibatkan lembaga

perempuan yang ada di desa untuk ikut serta dalam acara tersebut. Berikut

adalah prosedur pendampingan yang dilakukan oleh peneliti di lapangan.

52

(47)

39

Bagan 3.1

Siklus pendampingan perempuan korban nikah dini

Dari siklus di atas dapat disimpulkan bahwa dari observasi ke rencana

aksi dalam kampanye bahaya nikah dini, dan aksi, setelah itu refleksi

dilanjutkan lagi observasi dan perencanaan memperkuaat kelompok peduli

nikah dini melalui pelatihan keterampilan, aksi, dan evaluasi. Hal ini sampai

(48)

40

D. Subyek Penelitian

Melakukan pendampingan secara langsung terhadap perempuan

korban nikah dini di Dusun Gandu Desa Mlaras Kecamatan Sumobito

Kabupaten Jombang. Para perempuan korban nikah dini yang mendapatkan

tekanan dari orang tua sehingga mengharuskan pernikahan itu dilakukan.

Selain mendapat tekanan dari orang tua, pernikahan dini dilakukan karena

hamil diluar nikah. Oleh sebab itu, mengharuskan mereka menikah sebelum

kandungan semakin membesar. Tanpa disadari pernikahan terjadi akibat

tindakan mereka yang merugikan dirinya sendiri.

Perempuan korban nikah dini hanya bisa menjalani kehidupan yang

dialaminya sekarang. Perilaku yang menyimpang menyebabkan mereka putus

sekolah. Orang tua sudah menjaga dan memperingati dalam pergaulan

mereka, tetapi tetap saja semua sudah terjadi. Tinggal mereka menjalaninya

dengan keluarga barunya.

E. Teknik-Teknik Penelitian

Dalam mewujudkan semua itu peneliti menggunakan cara

pendampingan dengan metode PAR (Participatory Action Riset) untuk

pengorganisasian perempuan korban nikah dini. 54 Metode ini memiliki tiga

kata dan selalu berhubungan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset, dan aksi. 55

Pendekatan partisipatoris dimulai dengan orang-orang yang paling

54

Agus Afandi Dkk, Modul PAR, (LPPM UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014)

55Ibid

(49)

41

mengetahui tentang sistem kehidupan, yakni mereka sendiri.56 Semua riset

harus di implementasikan dalam aksi. Bagaimanapun juga, riset mempunyai

akibat-akibat yang ditimbulkannya. Segala sesuatu hal berubah sebagai akibat

dari riset.

Landasan dalam cara kerja PAR, terutama yang gagasan-gagasan yang

datang dari masyarakat. Oleh karena itu, pendampingan PAR harus

melakukan cara kerja sebagai berikut.57

1. Perhatikan sungguh-sungguh yang datang dari masyarakat yang masih

terpenggal dan belum sistematis. Pernyataan permasalahan yang

dijelaskan oleh para perempuan korban nikah dini, peneliti mendengarkan

semua ungkapan mereka secara langsung dan melihat kondisi mereka

yang di alami.

2. Pelajari gagasan tersebut secara bersama-sama dengan mereka sehingga

menjadi gagasan yang sistematis. Dari pernyataan yang di ungkapkan

perempuan korban nikah dini, kita bersama-sama menyelesaikan dengan

musyawarah apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi permasalahan

yang terjadi.

3. Menyatulah dengan masyarakat. Walaupun peneliti berasal dari daerah

tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa masih terjadi batasan, data

yang disampaikan informan tidak bisa mendalam. Maka dari itu peneliti

membaur dengan masyarakat dan perempuan korban nikah dini, supaya

data yang diperoleh bisa mendalam.

56

Britha Mikkelsen. 2011. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya Pemberdayaan (Panduan Bagi Praktisi Lapangan). Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hal.56

57Ibid,

(50)

42

4. Kaji kembali gagasan yang datang dari mereka, sehingga mereka sadar

dan memahami bahwa gagasan itu milik mereka sendiri. Setelah

mengetahui permasalahn yang terjadi pada perempuan korban nikah dini,

di analisis permasalahan dan disampaikan saat melakaukan perkumpulan

yang natinya membuahkan jalan keluar dari permaslaahan yang selama

ini terjadi. Sehingga mereka menyadari bahwa permasalahan tersebut

terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat Dusun Gandu.

5. Terjemahkan gagasan tersebut dalam bentuk aksi. Menerapkan gagasan

yang telah disepakati dalam bentuk aksi. Mengajak perempuan korban

nikah dini untuk mengurangi permasalahan yang selama ini menjadi

belenggu pada anak perempuan. Dengan cara kampanye tentang bahaya

pernikahan dini, menjelaskan dampak dan akibat yang terjadi dalam

keluarga mereka, sehingga tidak menerapkan kepada anaknya nanti.

6. Uji kebenaran gagasan melalui aksi. Menganalisis setelah aksi, apakah

memang para perempuan korban nikah ini akan menjalankan semua

gagasan mereka ungkapkan saat diskusi.

7. Seterusnya secara berulang-ulang sehingga gagasan tersebut menjadi

lebih benar, lebih penting dan lebih bernilai sepanjang masa. Membentuk

kelompok perempuan korban nikah dini untuk memudahkan kalau

mengorgansir, nantinya memang diterapakan atau tidak gagasan yang

(51)

43

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis permasalahan perempuan korban nikah dini ini

peneliti menggunakan cara:

1. Analisis Pohon Masalah

Teknik analisa pohon masalah karena melalui teknik ini, dapat

dilihat „akar’ dari suatu masalah, hasil dari teknik ini kadang-kadang

mirip pohon dengan akar yang banyak. Analisa Pohon Masalah sering

dipakai dalam masyarakat sebab sangat visual dan dapat melibatkan

banyak orang dengan waktu yang sama.58 Teknik ini dilakukan bersama

perempuan korban nikah dini, supaya mereka sadar dengan keadaan yang

mereka alami. Nantinya tidak dilakukan lagi untuk anak mereka. Dengan

hasil FGD (Focus Group Discusssion) bersama perempuan korban nikah

dini yang dituliskan di pohon masalah dan inti dari permasalahan. Setelah

di analisis dari pohon masalah nantinya bersama-bersama melakukan

aksi.

2. Analisis Pohon Harapan

Teknik ini adalah tujuan dari pohon masalah, digunakan untuk

mewujudkan keinginan atau harapan yang ingin dicapai. Teknik ini dapat

dipakai dalam situasi yang lebih penting dari itu, dapat digunakan

terutama untuk menelusuri penyebab suatu masalah. Melalui teknik ini,

orang yang terlibat dalam memecahkan masalah dapat melihat penyebab

sebenarnya, yang mungkin belum bisa dilihat secara sepintas. Teknik

58Ibid.

(52)

44

analisa pohon masalah harus melibatkan orang setempat yang mengetahui

secara mendalam masalah yang ada.59

G. Teknik Validasi Data

Dalam validasi data menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah suatu

system cros check dalam pelaksanaan PRA agar diperoleh informasi yang

akurat. Triangulasi meliputi:

1. Triangulasi Komposisi Tim

Tim dalam PRA terdiri dari berbagai multidisiplin, laki-laki dan

perempuan serta masyarakat (insiders) dan tim dari luar (outsider).

Multidisiplin maksudnya mencakup berbagai orang dengan keahlian yang

berbeda-beda seperti petani, pedagang, pekerja sector informal,

masyarakat, aparat desa, dsb. Tim juga melibatkan masyarakat kelas

bawah/miskin, perempuan, janda dan berpendidikan rendah. 60

Multidisiplin

Insiders/ Outsiders

Laki-laki

Perempuan

59Ibid.

Hal 185

60Ibid,

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 3.1
 Gambar 4.1
  Tabel 4.1 Curah Hujan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi bahan pengisi laktosa-sorbitol dapat mempengaruhi sifat fisik granul dan tablet hisap kulit akar senggugu.Interaksi

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh bahan pengisi sorbitol dan laktosa terhadap mutu fisik tablet dan tanggapan rasa tablet kunyah ekstrak jahe merah

Dari hasil analisis data yang dilakukan mennjukkan bahwa tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara aktivitas menonton tayangan televisi dan intensitas

Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil pene- litian dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri anak usia dini yang mendapat intervensi dini melalui pen- dekatan behavioristik

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (i) Kompetensi Profesional berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru,(ii) Motivasi Kerja berpengaruh

pemipaan dan saluran air hujan 2.2.5 Melakukan Supervisi PelaksanaanPekerjaan pemasangan dan penyambungan pompa ke plumbing system 2.2.6 Melakukan Supervisi Pelaksanaanpekerjaan

Profil risiko dalam penilaiannya terdiri dari risiko inheren, penilaian kualitas kontrol dan rencana perbaikan kualitas kontrol.Rasio keuangan yang digunakan dalam menilai

Hasil analisis kecernaan in vitro bahan kering dan bahan organik jerami padi perlakuan alkali, kemudian di fermentasi dengan urea, bakteri asam laktat ( Lactobacillus