• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF EDUCATION, WORKING MOTHERS WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN EAST DISTRICT PRABUMULIH 2015 Suryanda Politeknik Kesehatan Palembang Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Baturaja Abstract Background :Exclusive breastfeeding

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF EDUCATION, WORKING MOTHERS WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN EAST DISTRICT PRABUMULIH 2015 Suryanda Politeknik Kesehatan Palembang Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Baturaja Abstract Background :Exclusive breastfeeding "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN PRABUMULIH

TIMUR TAHUN 2015

RELATIONSHIP BETWEEN THE LEVEL OF EDUCATION, WORKING MOTHERS WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN EAST DISTRICT PRABUMULIH 2015

Suryanda

Politeknik Kesehatan Palembang Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Baturaja

Abstract

Background :Exclusive breastfeeding is feeding just after delivery until around the age of 6

months. Exclusive breastfeeding is a living substance of the complexity of biological material that is able to provide power protection area actively. It’s not only provides unique protection against infectious diseases and allergies but also stimulate adequate development of the baby's own immune system. While the purpose of this study was to determine the relationship between maternal educational level and employment by giving exclusive breast milk in the subdistrict of East Prabumulih 2015.

Methods: This type of research is quantitative research analytical survey using cross sectional techniques. The total study sample taken all mothers who have infants 0-6 months of age in the District Prabumulih Eastern Region in 2015 (data as of early February 2015). The research was conducted on February 15, 2015 until March 7, 2015.

Results:The results show from 35 breastfeeding mothers to their babies there are 22 people

(62.9%) and mothers do not breast feed their babies there are 13 people (37.1%). most of the high maternal education level, ie 23 persons (65.8%), while the low education level there are only 12 people (12.5%) and just less than half respondenadalah working mothers, that there are 12 people (34.2%) and most of it is the mother who does not work with 23 people (65.8%).

Conclusiions: Statistic test values obtained p value = 0.025 for p value is less than the value = 0.05 with 95% confidence level, it can be concluded that there is a correlation between education level mothers with breastfeeding. While the bivariate analysis for mothers with breast-feeders work exclusively obtained p value = 0,001 for p value is less than the value = 0.05 with 95% confidence level we estimate there is a relationship between maternal work against exclusive breastfeeding her baby.

Keywords: Exclusive breastfeeding, Level of Education, Mother Employment.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif kepada bayi selama enam bulan pertama terbukti menurunkan angka kematian pada anak dan balita. Selain itu, Air Susu Ibu (ASI) juga memberikan keuntungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi dan terbukti dapat mencegah berbagai penyakit akut dan menahun (Suradi, 2004).

(2)

Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai enam bulan, tanpa makanan pendamping. Diatas usia enam bulan, bayi memerlukan makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai ia berumur dua tahun (Manajemen Laktasi, 2004).

Sebagaimana yang disampaikan oleh Boediharjo, (1995) mengatakan bahwa Modal dalam pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini terutama pemberian ASI yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi baru lahir sampai berusia 4 bulan. ASI merupakan bahan yang lain dari sekedar kumpulan nutrient yang sederhana, ASI merupakan substansi bahan yang hidup kompleksitas biologis yang luas mampu memberikan daya perlindungan secara aktif. Ia tidak hanya menyediakan perlindungan yang unik terhadap penyakit infeksi dan alergi tetapi juga menstimulasi perkembangan yang memadai dari system imunitas bayi itu sendiri

Menurut laporan tahun 2000 organisasi kesehatan dunia (WHO)World Health Organitation, lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar, kurang dari 15 persen bayi diseluruh dunia diberi ASI selam empat bulan dan sering kali pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman. Hasil penelitian menunjukkan ganggguan pertumbuhan pada massa awal kehidupan anak usia dibawah lima tahun (balita) antara lain akibat kekurangan gizi sejak dalam kandungan.

Rendahnya pemberian ASI eksklusif dikeluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi anak pada anak dan balita. Data Sumber Kesehatan Nasional menunjukkan status gizi kurang pada balita menurun dari 37,5% pada tahun 1989 menjadi 26,4% pada tahun 1999. tetapi untuk status gizi buruk terjadi peningkatan 6,3% (1989) menjadi 11,4% (1995). Pada tahun 1999 sekitar 1,7 juta

bahwa di Indonesia menderita gizi buruk berdasarkan indikator berat badan terhadap umur (BBTU) sekitar 10% dari 1,7 juta balita tersebut menderita gizi buruk tingkat berat seperti marasmus kwashiokor atau bentuk kombinasi marasmik kwashiorkor. Prosentase bayi dengan status gizi baik menurun sejak bayi usia 6–10 bulan dan terus menurun hingga kira-kira separuh pada anak-anak usia 48-59 bulan. Anak-anak di pedesaan cenderung memiliki status gizi buruk dibandingkan dengan anak-anak di daerah perkotaan.

Pemberian ASI tanpa bahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tambahan makanan padat. Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan selama 0-4 bulan pertama kehidupan bayi. Bila memiungkinkan, bahkan pemberian ASI saja bagi bayi bias dilanjjutkan sampai 6 bulan. Setelah itu pemberian ASI yang dibarengi makanan tambahan bisa dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun atau lebih (Sofie, 2004).

Menyusui adalah suatu seni yang harus dipelajari kembali untuk keberhasilan menyusui dan tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal, yang diperlukan hanyalah kesabaran waktu. Pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar, karena menyusui adalah suatu pengetahuan yang selam berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia (Utami, 2000).

Memberi ASI tidak saja merupakan hal terbaik bagi bayi, tetapi juga hal yang menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini didukung oleh bukti secara ilmiah bahwa bayi yang diberi ASI akan lebih sehat. Bayi yang diberi ASI akan tiga kali lebih jarang dibawa ke dokter sehingga ibu lebih jarang meninggalkan pekerjaan (Roesli, 2004).

(3)

Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui. Perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif.

Data terakhir Dinas Kesehatan Kota Prabumulih (2014) menunjukkan bahwa terjadi penuruanan cakupan Asi Ekslusif pada bayi dibeberapa wilayah Kecamatan di Kota Prabumulih selama 3 tahun terakhir antara 20-30 %. Apabila dibadingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata di Kota Prabumulih juga meningkat antara 28 % - 37 % pertahun kurun waktu 2010 – 2014. Sedangkan jumlah wanita pekerja baik sektor formal maupun informal juga meningkat rata-rata pertahun 7 %.

Berdasarkan latar belakang diatas maka, peneliti mengangkat judul “Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahuinya hubungan antara Tingkat Pendidikan dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah ada hubungan antara Tingkat Pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015? 2. Apakah ada hubungan antara

pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015?

1.4.1 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui hubungan antara pekerjaan dan Tingkat Pendidikan ibu dengan pemberian ASI pada Bayi di

Wilayah Kecamatan Kota Prabumulih Timur 2015. 2. Tujuan Khusus

a. Diketahui hubungan antara Tingkat Pendidikan ibu dengan pemberian ASI pada Bayi di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015.

b. Diketahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI pada Bayi di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015.

2. SUBJEK DAN METODE 2.1 Subjek

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai Bayi di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015. Sampel penelitian yang diambil adalah total seluruh ibu-ibu yang mempunyai bayi dengan usia 0-6 bulan yang ada di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur pada tahun 2015 ( data hingga awal februari 2015).

2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Wilayah Kecamatan Prabumulih Timur 2015. Penelitian dilaksanakan pada 15 Februari 2015 sampai 07 Maret 2015.

2.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh penulis dengan cara melakukan wawancara dan observasi kepada responden dengan menggunakan kuesioner yang dikembangan sendiri oleh penulis dengan memodifikasi beberapa sumber. Analisa data, yaitu :

1. Analisa Univariat

Data yang dianalisa distribusi frekuensi yang dilakukan terhadap tiap-tiap variabel (tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pemberian ASI).

(4)

Analisa yang dilakukan untuk melihat hubungan kemaknaan antara variabel dependent dan variabel independent dengan menggunakan uji statistic chi square dengan menggunakan tingkat kemaknaan  = 0,05. Apabila p value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna pada pekerjaan dan pengetahuan ibu dalam pemberian ASI terhadap variable yang dinilai, apabila p < 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dan pengetahuan ibu dalam pemberian ASI terhadap variabel yang dinilai.

3. HASIL

Tabel 1

Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI

Dari data diatas menunjukkan bahwa dari 35 ibu yang memberikan ASI kepada bayinya ada 22 orang (62,9%) dan ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya ada 13 orang (37,1%).

3.1Pengetahuan Ibu ` Tabel 2

Distribusi Responden

Berdasarkan tingkat Pendidikan Ibu Pengetahuan Jumlah ibu yang menjadi responden sebagian besar Tingkat Pendidikan ibu tinggi, yaitu 23 orang (65,8%) sedangkan Tingkat

Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 ibu yang menjadi responden, hanya kurang dari separuh responden adalah ibu bekerja, yaitu ada 12 orang (34,2%) dan sebagian besarnya adalah ibu yang tidak bekerja yaitu 23 orang (65,8%).

(5)

Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu

Dari data diatas menunjukkan bahwa pemberian ASI banyak diberikan oleh ibu yang memiliki Tingkat Pendidikan tinggi yaitu 18 orang (51,4%). Uji nilai statistic diperoleh p value = 0,025 karena nilai p value lebih kecil dari pada nilai  = 0,05 dengan taraf kepercayaan 95% maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Tingkat Pendidikan ibu dengan pemberian ASI. Nilai OR = 7.200 artinya ibu yang memiliki Tingkat Pendidikan tinggi mempunyai peluang sebanyak 7.200 kali memberi ASI pada balitanya dibandingkan ibu yang memiliki Tingkat Pendidikan rendah.

Dari data diatas menunjukkan bahwa pemberian ASI banyak diberikan oleh ibu yang tidak bekerja yaitu 5 orang (14,3%). Uji statistik diperoleh p value = 0,001 karena nilai p value lebih kecil dari pada nilai  = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dengan taraf kepercayaan 95% dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI ekslusif pada bayinya. Nilai OR = 21.111, menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang sebanyak 21 kali memberi ASI ekslusif pada bayinya dibandingkan ibu yang bekerja.

4. PEMBAHASAN

Dari data diatas menunjukkan bahwa pemberian ASI yang lebih baik banyak diberikan oleh ibu yang memiliki Tingkat Pendidikan tinggi yaitu 18 orang (78,3%). Hal ini dapat dilihat dari uji nilai statistik yang diperoleh dengan p value = 0,025. Karena nilai p value lebih kecil dari pada nilai  = 0,05, dengan taraf kepercayaan 95% dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara Tingkat Pendidikan ibu yang tinggi dengan pemberian ASI ekslusif. Tingkat pendidikan ternyata sangat mempengaruhi pengetahuan ibu untuk memberikan Asi Ekslusif pada bayinya.

Tingkat pendidikan seseorang ibu ternyata sangat berperan penting dalam sukses tidaknya Asi Ekslusif pada bayinya. Dengan tingkat pendidikan Ibu yang tinggi maka pengetahuan ibupun semakin baik.

Menurut Soetjiningsih (1995), menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan anak, karena dengan pengetahuan yang lebih tinggi maka orang tua akan dengan mudah menerima segala informasi dari luar. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2003) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin luas wawasan pengetahuannya.

Berkaitan dengan pekerjaan ibu dengan penyediaan asi ekslusif bagi bayinya dapat dilihat dari data diatas yang menunjukkan bahwa pemberian ASI yang baik lebih banyak diberikan oleh ibu yang tidak bekerja yaitu 5 orang (14,3%). Hal ini digambarkan dari uji statistik yang diperoleh p value = 0,001 karena nilai p value lebih kecil dari pada nilai  = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dengan taraf kepercayaan 95% maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu dalam pemberian ASI ekslusif. Dengan demikian, pekerjaan seorang Ibu sangat mempengaruhi pemberian Asi Ekslusif pada bayinya.

(6)

Banyak factor yang terjadi diluar bahwa seorang ibu bekerja tidak punya waktu yang cukup untuk bertemu dengan bayinya, bahkan hanya untuk memberikan Air Susu Ibu.

Meskipun demikian menurut Roesli, (2000) mengatakan bahwa pekerjaan bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan ddengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif

Memberi ASI eksklusif, tidak saja merupakan hal yang terbaik bagi bayi, tetapi juga hal yang menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini mendukung oleh bukti secara ilmiah bahwa bayi yang tidak diberi ASI eksklusif akan tiga kali lebih sering dirawat dari pada bayi ASI eksklusif. Ini berarti bayi ASI eksklusif lebih jarang dibawa ke dokter sehingga ibu lebih jarang meninggalkan pekerjaan (Purwanti, 2004)

Lebih jauh lagi seperti yang dikatakan oleh Utami (2000) bahwa banyaknya waktu yang tersita untuk mengurus pekerjaan menyebabkan bayi menjadi kurang baik secara fisik maupun psikologis. Hal ini pula yang mendorong agar Asi ekslusif menjadi suatu keharusan bagi setiap ibu yang mempunyai Balita, meskipun ibu bekerja tetapi selayaknyalah balita tetap menjadi perhatian utama. Perusahaan dimana tempat bekerja ibu harus mampu menyediakan bilik menyusui bagi ibu yang bekerja dan mempunyai balita sehingga Asi Ekslusif dapat diberikan dengan baik.

5. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara tingkat pendidikan dan pekerjaan Ibu dalam pemberian ASI pada bayi di Kecamatan Prabumulih Timur tahun 2015 dengan jumlah responden

sebanyak 35 orang, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar ibu ternyata masih memberikan ASI Ekslusif pada bayinya yaitu 22 orang (62,9%) 2. Sebagian besar ibu mempunyai

tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu ada 23 orang (65,8%) sehingga pengetahuanya tentang Asi Ekslusif juga relative baik. 3. Sedangkan Ibu yang tidak bekerja

ada 23 orang (65,8%), sehingga mempunyai keterbatasan waktu dan tempat dalam memberikan Asi ekslusif bagi bayinya.

4. Jika dikaitkan antara pekerjaan dan pemberian asi ekslusif maka ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI Ekslusif pada bayinya.

5. Jika dikaitkan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian asi ekslusif pada bayinya maka akan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan Ibu dengan pemberian ASI ekslusif.

6. SARAN

1. Bagi Dinas terkait

Diharapkan untuk lebih meningkatkan program penyampaian informasi, sosialisasi tentang Asi ekslusif kepada masyarakat khususnya para ibu, melalui berbagai media, kader kesehatan/ posyandu maupun kegiatan-kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Selanjutnya dinas terkait agar dapat memberikan advokasi kepada perusahaan atau instansi tentang pentingnya Asi ekslusif sehingga dapat memfasilitasi bilik menyusui bagi para ibu pekerja yang memiliki bayi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

(7)

buku-buku tentang ASI sebagai bahan referensi atau bacaan yang lengkap guna meningkatkan wawasan bersama tentang Asi Ekslusif.

3. Bagi peneliti lainya

Diharapkan melalui penelitian ini dapat lebih digali lagi berbagai permasalah mendasar, misalnya mengenai motivasi, persepsi hingga yang berkaitan dengan evaluasi program.

DAFTAR PUSTAKA

Boediharjo, 1995. Infant Feeding, The Psykological Basis: Perkumpulan Peritologi Indonesia (Perinasia), Jakarta.

Dr. Utami Roesli.2000. Pedoman Pijat Bayi. Trubus Agriwidya, Jakarta.

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Prawirohardjo. 2007.Ilmu Kandungan. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Purwanti. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif : Buku Saku untuk Bidan. EGC, Jakarta.

Santoso. 1997. Ilmu Kesehatan Anak. FK. UNUD/ RSUP Sanglah, Denpasar.

Soetjiningsih. 1997. ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, EGC, Jakarta.

Sofie. 2004. Obstetri dan Giekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran, Bandung.

Suradi, S. 2004. Cuti Menyusui 4 Bulan Suatu Analisis Pembenaran. Sari Pediatri: 7: 118-127, Jakarta.

Tobing. 2004. Manajemen Laktasi. Perkumpulan Perinatalogi Indonesia. Jakarta.

Utami Roesli. 2004. Mengenal ASI Eksklusif. Trubus Agriwidya, Jakarta.

Gambar

Tabel. 4

Referensi

Dokumen terkait

The characteristics showed the correlation to the teacher indirect and direct talk that was the teacher spent talking time more in teaching and learning process

[r]

(2013) ‘Maternal Breastfeeding Self-Efficacy and the Breastfeeding Behaviors of Newborns in the Practice of Exclusive Breastfeeding’, JOGNN - Journal of

Motivasi ibu dan komitmen untuk tetap memberikan ASI eksklusif semakin kuat dan ibu tidak mudah tergoda pada pemberian makanan lain pada bayi seperti susu formula (Permatasari

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 31 responden tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif berdasarkan pekerjaan sebagian besar bekerja

Pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan pola pemberian ASI

Pengetahuan merupakan domain yang cukup penting dalam menentukan perilaku (Eksklusif et al., 2019) karena perilaku menyusui berkaitan dengan pengetahuan yang

Penelitian Leksono (2016), tentang pemeriksaan kadar kolesterol secara langsung dan tunda 5 jam dengan hasil ada penurunan secara signifikan yang diuji dengan paired sampel t-test