• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kode, GSR, dan Operasi Pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kode, GSR, dan Operasi Pada"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kode, GSR, dan Operasi Pada Graf

2.1 Ruang Vektor Atas F

2

Ruang vektor V atas lapangan hingga F2 = {0, 1} adalah suatu himpunan V yang berisi vektor-vektor, termasuk vektor nol, bersama dengan operasi penjumlahan vektor dan perkalian skalar elemen V terhadap elemen dari F2 yang memenuhi kondisi berikut:

1. u + v ∈ V, ∀u, v ∈ V

2. u + v = v + u, ∀u, v ∈ V

3. u + (v + w) = (u + v) + w, ∀u, v, w ∈ V

4. ∃~0 ∈ V 3 ~0 + v = v, ∀v ∈ V

5. ∀u ∈ V ∃ − u ∈ V 3 u + (−u) = (−u) + u = 0

6. rv ∈ V, ∀r ∈ F2, ∀v ∈ V

(2)

8. r(u + v) = ru + rv, ∀r ∈ F2, ∀u, v ∈ V

9. (r + s)v = rv + sv, ∀r, s ∈ F2, ∀v ∈ V

10. (rs)v = r(sv), ∀r, s ∈ F2, ∀v ∈ V

Suatu subhimpunan tak kosong U dari ruang vektor V ,U ⊆ V , merupakan subruang dari V jika dan hanya jika

1. untuk setiap u1, u2 ∈ U , berlaku u1+ u2 ∈ U

2. untuk setiap k ∈ F2 dan u ∈ U, berlaku ku ∈ U

Misalkan vektor-vektor v1, v2, . . . , vk ∈ F2n. Vektor w ∈ F2n dikatakan kombi- nasi linier dari v1, v2, . . . , vk jika w dapat dituliskan sebagai berikut:

w = r1v1 + r2v2+ r3v3+ . . . + rkvk,

untuk suatu r1, r2, . . . , rk ∈ F2.

Selanjutnya himpunan semua kombinasi linier dari v1, v2, . . . , vk disebut span dari v1, v2, . . . , vk atau biasa dinotasikan sebagai span {v1, v2, . . . vk}.

Kumpulan vektor v1, v2, . . . , vk dikatakan bebas linier jika kombinasi linier r1v1 + r2v2 + . . . + rkvk = 0 hanya dipenuhi oleh ri = 0 untuk i = 1, 2, . . . , k.

Jika v1, v2, . . . vk tidak bebas linier maka kita katakan bahwa v1, v2, . . . vk bergan- tung linier.

Himpunan vektor v1, v2, . . . , vk di V disebut basis untuk V jika

1. v1, v2, . . . , vk bebas linier

2. span {v1, v2, . . . , vk} = V

Selanjutnya dimensi dari V adalah banyaknya elemen dari suatu basis V .

(3)

2.1.1 Vektor Eigen dan Nilai Eigen

Misalkan A sebuah matriks persegi.

Definisi 2.1.1. vektor tak nol ¯x disebut vektor eigen dari A jika dan hanya jika terdapat bilangan (riil atau kompleks) λ sehingga:

A¯x = λ¯x.

jika bilangan λ tersebut ada, maka λ disebut nilai eigen dari A dan vektor ¯x disebut vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen λ.

2.2 Kode atas F

2

Suatu kode C atas F2 dengan panjang n merupakan subhimpunan tak hampa atas ruang vektor F2n, yaitu C = {(c1, c2, . . . , cn)|ci ∈ F2, i = 1, 2, . . . , n}. Selanjutnya setiap unsur di kode C yaitu c = (c1, c2, . . . , cn) ∈ C dinamakan katakode dari kode C. Unsur ci dinamakan koordinat ke-i dari katakode c. Jika setiap unsur pada katakode C bernilai nol, yaitu c = (0, 0, . . . , 0) maka kata tersebut dinamakan katakode nol atau biasa dinotasikan dengan 0C. Suatu kode C dinamakan kode linier jika kode tersebut merupakan subruang dari F2n, dengan kata lain kode C dinamakan kode linier jika kode tersebut tertutup terhadap penjumlahan dan perkalian skalar atas F2. Contoh sederhana dari kode linier yaitu C = {000, 111}, karena:

000 + 000 = 000, 111 + 111 = 000, 000 + 111 = 111, 111 + 000 = 111 Untuk selanjutnya kode yang akan ditinjau adalah kode linier.

(4)

2.3 Bobot dan Jarak Kode

2.3.1 Bobot Katakode dan Bobot Kode

Misalkan c = (c1, c2, . . . , cn) suatu katakode di C. Bobot Hamming dari katakode c adalah banyaknya digit tak nol dari c. Secara formal bobot Hamming katakode dari c yang dinotasikan dengan wtH(c) didefinisikan sebagai :

wtH(c) = |{i|ci 6= 0, i = 1, 2, . . . , n}|

Selanjutnya bobot dari suatu kode C merupakan bobot terkecil dari katakode tak nol di C, dinotasikan dengan wtH(C), dan secara formal didefinisikan sebagai:

wtH(C) = min{wtH(c)|c 6= 0c, c ∈ C}

2.3.2 Jarak antar Katakode dan Jarak Kode

Misalkan v = (v1, v2, . . . , vn) dan w = (w1, w2, . . . , wn) merupakan dua buah katakode di C. Jarak Hamming dari v ke w adalah banyaknya posisi di v yang berbeda dengan w. Secara formal dinotasikan dengan dH(v, w)dan didefinisikan sebagai

dH(v, w) = |{i|vi 6= wi, i = 1, 2, . . . , n}|

Selanjutnya jarak dari kode C dinotasikan dengan dH(C), dan secara formal didefinisikan sebagai

dH(C) = min{d(v, w)|v, w ∈ C, v 6= w, }

2.3.3 Hubungan Bobot dan Jarak

Jika C merupakan kode linier maka kita memiliki hubungan antara bobot dan jarak yaitu dH(C) = wtH(C).

(5)

Bukti. misalkan x, y ∈ C maka dH(x, y) = wtH(x − y), karena C kode linier maka x − y ∈ C, sehingga dH(x, y) = wtH(x − y) = wtH(c), c ∈ C. Jika dH(x, y) minimum maka wtH(c) minimum, berdasarkan definisi dari bobot dan jarak kode, jelas bahwa dH(C) = wtH(C).

Dengan demikian kita dapat mencari jarak suatu kode linier dari bobotnya.

Selanjutnya kode linier C atas F2 dengan panjang n, dimensi k, dan jarak d ditulis sebagai kode [n, k, d].

2.3.4 Distribusi Bobot dan Pencacah Bobot

Misalkan C kode atas F2 dengan panjang n. Distribusi bobot dari kode C dino- tasikan dengan At, didefinisikan sebagai

At = |{c ∈ C|wtH(c) = t}|, 0 ≤ t ≤ n

Yaitu banyaknya katakode di C dengan bobot t.

Selanjutnya pencacah bobot dari kode C dinotasikan dengan WC(x, y), didefi- nisikan sebagai

WC(x, y) =Pn

i=0Aixn−iyi

2.4 Kode Dual

Misalkan v = (v1, v2, . . . , vn) dan w = (w1, w2, . . . , wn) dua buah katakode (di F2n).

Hasil kali dalam antara katakode v dan w dinotasikan dengan v.w, didefinisikan sebagai v.w = Pn

i=1viwi (di F2). Kemudian kedua katakode tersebut dikatakan (saling) ortogonal jika v.w = 0 (di F2). Selanjutnya katakode u ∈ C0 dikatakan ortogonal terhadap kode C jika u.c = 0 (di F2) untuk setiap c ∈ C.

Definisi 2.4.1. Misalkan C kode atas F2. Kode dual dari kode C, C ⊆ F2n, dino-

(6)

C= {v ∈ F2n|v.c = 0 untuk setiap c ∈ C}

selanjutnya kode C disebut swa-ortogonal apabila C ⊆ C, dan disebut swa- dual apabila C = C.

2.5 Matriks Pembangkit

Misalkan C ∈ F2n suatu kode atas F2 dengan panjang n.

Definisi 2.5.1. Suatu matriks G yang memiliki n kolom dengan komponen-komponen atas F2 dikatakan sebagai matriks pembangkit dari kode C apabila baris baris dari G merupakan basis dari kode C.

2.6 Matriks Cek Paritas

Misalkan C merupakan kode dual dari kode C atas F2 dengan panjang n.

Definisi 2.6.1. Matriks H yang memiliki n baris dengan komponen-komponen atas F2 dikatakan sebagai matriks cek paritas dari kode C apabila kolom-kolom dari H merupakan basis dari kode C.

2.7 Graf

Γ disebut graf tak berarah dengan n titik apabila Γ = (V, E) merupakan konfigurasi dari himpunan titik V dan himpunan sisi E, dimana setiap sisi menghubungkan sepasang titik. Dua buah titik dikatakan bertetangga jika terdapat sisi yang meng- hubungkan kedua titik tersebut.

Suatu graf dikatakan sederhana jika graf tersebut tidak memiliki titik yang bertetangga dengan dirinya sendiri dan setiap dua pasang titik dihubungkan tepat oleh satu sisi, atau dengan kata lain graf tersebut tidak memiliki loop dan sisi ganda.

(7)

Definisi 2.7.1. Matriks ketetanggaan dari suatu graf sederhana Γ = (V, E) adalah suatu matriks A = (aij)n(i,j=1) dengan entri sebagai berikut:

aij =





1, jika titik i dan j bertetangga 0, jika titik i dan j tidak bertetangga

2.7.1 Graf Strongly regular

Graf strongly regular dengan parameter (n, k, λ, µ) adalah suatu graf sederhana dan tidak berarah dengan banyaknya titik n, derajat regular k, dengan sifat sebagai berikut:

• setiap dua titik yang bertetangga memiliki tepat λ buah tetangga bersama

• setiap dua titik yang tidak bertetangga memiliki tepat µ buah tetangga bersama

Misalkan A merupakan matriks ketetanggaan dari GSR, maka A memenuhi persamaan berikut:

A2 = kI + λA + µ (J − I − A) (2.1)

dengan J merupakan matriks yang semua entrinya 1, (J − I − A) merupakan ma- triks ketetanggaan dari graf komplemennya, dan derajat k merupakan nilai eigen dari A dengan vektor eigen 1 maka A memiliki 2 nilai eigen yang lain yaitu r,s dengan (r ≥ s) dengan multiplisitas berturut-turut f dan g yang memenuhi:

−rs = k −µ, r +s = λ−µ, (k − r) (k − s) = µ+n, n = f +g +1 dan k +f r +gs = 0 salah satu contoh dari graf strongly regular dapat dilihat pada gambar 2.1.

(8)

Gambar 2.1: Graf Srikhande, GSR (16,6,2,2)

2.8 Operasi-Operasi Graf

2.8.1 Operasi gabungan (union )

Misalkan G1(V1, E1) dan G2(V2, E2) adalah dua buah graf yang tidak berarah. Maka gabungan dari G1 dan G2 dinotasikan oleh G1 ∪ G2 adalah sebuah graf dimana V (G1∪ G2) = V1∪ V2 dan E (G1∪ G2) = E1 ∪ E2.

(9)

2.8.2 Operasi jumlah (join )

Misalkan G1(V1, E1) dan G2(V2, E2) adalah dua buah graf yang tidak berarah. Maka operasi jumlah dari kedua buah graf ini dinotasikan oleh G1+G2 adalah graf dengan himpunan titik dari (G1∪ G2), dimana setiap titik yang berasal dari G1 bertetangga dengan semua titik yang berasal dari G2.

2.8.3 Operasi kali(product )

Misalkan G1(V1, E1) dan G2(V2, E2) adalah dua buah graf yang tidak berarah. Maka operasi kali dari G1 dan G2 dinotasikan oleh G1 × G2 adalah sebuah graf dengan himpunan titik V1×V2dimana dua buah titik (u1, u2) dan (v1, v2) ∈ V1×V2dikatakan bertetangga di G1× G2 jika dan hanya jika

1. u1 = v1 dan u2v2 ∈ E2

2. u2 = v2 dan u1v1 ∈ E1

G1× G2 bersifat komutatif.

(10)

2.8.4 Line Graf

Diberikan sebuah graf G, maka line graf dari G atau dinotasikan dengan L(G) adalah sebuah graf sehingga

1. Setiap titik di L(G) merepresentasikan sisi di G

2. Dua buah titik di L(G) dikatakan bertetangga jika dan hanya jika sisi sisi di G yang berkorespondensi dengan titik tersebut berinsidensi di G

Gambar

Gambar 2.1: Graf Srikhande, GSR (16,6,2,2)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengkaji komponen dan tipe pasang surut, menganalisis perkembangan kedudukan muka laut di Perairan Semarang dalam 20 tahun

Bahan baku compound yang sudah expired, ini juga merupakan salah satu faktor penyebab foxing bonding, karena foxing akan sulit merekat dengan upper setelah

Manakala bagi menentukan metode dakyah yang digunakan oleh Beighton, hasil daripada analisis ini menunjukkan terdapat tiga metode utama dakyah yang kerap digunakan

a) Profil budaya yang diharapkan mitra perubahan adalah kombinasi antara budaya market 27% dan clan 26% : Mitra perubahan cukup memahami kebutuhan pasar, sudah

Perlu dilakukan penelitian mengenai perbedaan pola ruge palatal padapenduduk keturunan Deutro Melayu dengan keturunan Cina dengan metode yang berbeda dengan sampel

Tanah yang baik memiliki kandungan hara yang cukup bagi tanaman. Beberapa unsur hara yang terpenting dalam tanah antara lain ialah nitrogen, fosfor dan kalium.

3) Membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda.Adapun hal-hal yang perlu dipertahankan pada proses pembelajaran siklus I yang danggap sebagai kekuatan untuk siklus berikutnya

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yang bertujuan agar peneliti dapat memaparkan apa adanya tentang suatu