• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Akuntansi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 104

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PERIODE OPINI WDP

DAN PERIODE OPINI WTP

(STUDI PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI ACEH TAHUN 2011-2012)

1) Muhammad Taufik1, Darwanis 2, Muhammad Arfan 2

1) Magister Akuntansi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh

2) Fakultas Ekonomi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh

Abstract: This study aims to examine and analyze the financial performance of local government WDP opinion period and the financial performance of local government WTP opinion period districts/cities in Aceh province 2011-2012. Population studies 5 district/cities in Aceh province that opinion increased acceptance of WDP in 2011 to the WTP in 2012.

While the unit of analysis this study is LKPD (Local Government Finance Report) audited districts/cities in Aceh province for the years 2011-2012. Therefore, as many as 10 LKPD will be the unit of analysis this study. Analysis using Paired t Test Analysis. The results showed that the financial performance of local government WDP opinion period there was no difference with the financial performance of local government WTP opinion period districts/cities in Aceh province 2011-201.

Keywords : Financial Performance, Ratio of Regional Independence, Effectiveness Ratios, Activity Ratios and Audit Opinion

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk menguji dan menganalisis perbedaan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WDP dan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WTP pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2012. Populasi penelitian pada 5 kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang mengalami peningkatan penerimaan opini dari WDP pada tahun 2011 kepada WTP pada tahun 2012. Sedangkan unit analisis penelitian ini adalah LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) Audited pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh untuk tahun 2011-2012. Oleh karena itu, sebanyak 10 LKPD akan dijadikan unit analisis penelitian ini. Teknik analisis data menggunakan Analisis Uji Beda (Paired t Test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WDP tidak berbeda dengan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WTP pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2012.

Kata kunci : Kinerja Keuangan, Rasio Kemandirian Daerah, Rasio Efektivitas, Rasio Aktivitas dan Opini Audit

PENDAHULUAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menyebutkan bahwa daerah provinsi beserta kabupaten/kota merupakan daerah otonom. Yang dimaksud daerah otonom menurut UU No. 32 Tahun 2004 yaitu “Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas

wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Sebagai daerah otonom, daerah provinsi dan kabupaten/kota memiliki pemerintahan daerah yang

(2)

105 - Volume 3, No. 1, Februari 2014 melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan daerah.

Salah satu fungsi pemda berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 yaitu melaksanakan suatu sistem pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Selanjutnya Pemda akan menghasilkan suatu laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan rakyat.

Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 menetapkan bahwa laporan keuangan pemerintah pada gilirannya harus diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Tugas BPK adalah melaksanakan pemeriksaan keuangan, kemudian hasil dari pemeriksaan BPK akan dikeluarkan pendapat atau opini yang merupakan pernyataan profesional pemeriksa atas pemeriksaan laporan keuangan. Hasil penilaian tersebut dituangkan dalam bentuk pernyataan pendapat/opini auditor BPK tentang kewajaran penyajian informasi keuangan. Tujuan pemeriksaan tersebut untuk meningkatkan bobot pertanggungjawaban pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh Pemda.

Fenomena di Provinsi Aceh mengenai pemberian opini BPK adalah, masih terdapatnya laporan keuangan kabupaten/kota Tahun 2012 yang mendapat opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK. Berdasarkan LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan) atas LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) kabupaten/kota di Provinsi Aceh Tahun 2012 yang telah diaudit oleh BPK, ditetapkan bahwa hanya 7 kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang menerima opini WTP dari total 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Sebanyak 14 kabupaten dan 2 kota di Provinsi Aceh masih mendapat predikat opini WDP (Wajar Dengan

Pengecualian) dari BPK.

Menurut Suaedy (2011) pemberian opini WTP terhadap laporan keuangan adalah sebuah apresiasi dari BPK terhadap instansi pemerintah yang telah melakukan pengelolaan keuangan dengan baik. Jadi seharusnya mengejar WTP bukan semata-mata untuk tujuan jangka pendek, namun lebih sebagai upaya untuk membudayakan rasa tanggung jawab dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara.

Kinerja keuangan dapat menunjukkan bagaimana kondisi keuangan pemerintah serta kemampuan pemerintah dalam memperoleh dan menggunakan dana untuk pembangunan negara.

Oleh karena itu, kinerja pemerintah perlu dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemajuan dicapai oleh pemerintah dalam menjalankan tugasnya (progress report) (Mardiasmo, 2006:90).

Untuk mengetahui kinerja keuangan Pemda maka perlu dilakukan suatu analisis terhadap kinerja keuangan Pemda dalam mengelola keuangan daerah. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan daerah adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Hasil analisis rasio keuangan ini selanjutnya digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai kemandirian keuangan pemerintah dalam membiayai penyelenggaraan daerah, mengukur efektivitas dalam merealisasikan pendapatan, mengukur efisiensi belanja, serta mengukur sejauh mana kinerja keuangan dari pertumbuhan pendapatan dan belanja tiap tahunnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis perbedaan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WDP dan kinerja

(3)

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 106 keuangan pemerintah daerah periode opini WTP

pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011- 2012.

KAJIAN KEPUSTAKAAN Keuangan Daerah

Berdasarkan PP Nomor 58 Tahun 2005, yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah

“Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut”.

Menurut Halim (2007:25) keuangan daerah memiliki ruang lingkup yang terdiri atas keuangan yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang termasuk keuangan daerah yang dikelola langsung adalah APBD dan barang-barang inventaris milik daerah. Di lain pihak, keuangan daerah yang dipisahkan meliputi BUMD (Badan Usaha Milik Daerah).

Kinerja Keuangan Daerah

PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah menyebutkan bahwa kinerja adalah suatu keluaran atau hasil dari kegiatan atau program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur

Mulyadi (2004:79) mengungkapkan bahwa

“Pengukuran kinerja keuangan merupakan penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria sebelumnya.

Menurut Halim (2007:231), pemerintah daerah sebagai pihak yang diberikan tugas menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib melaporkan pertanggungjawaban keuangan daerah sebagai dasar penilaian kinerja keuangannya. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja Pemda dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya.

Rasio Kemandirian Daerah

Menurut Halim (2007:232) kemandirian daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan Pemda dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.

Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman.

Formula yang digunakan untuk menghitung rasio kemandirian daerah adalah sebagai berikut (Halim, 2007:232):

Realisasi Penerimaan PAD Rasio Kemandirian =

Bantuan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Pinjaman, Hibah

Penjelasan pola hubungan dan tingkat kemampuan daerah dapat dilihat pada tabel berikut.

(4)

107 - Volume 3, No. 1, Februari 2014 Tabel 1. Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan

Daerah

Kemampuan Keuangan

Kemandirian (%)

Pola Hubungan Rendah

Sekali

0% - 25% Instruktif Rendah 25% - 50% Konsultatif Sedang 50% - 75% Partisipatif Tinggi 75% - 100% Delegatif Sumber: Halim (2004:189)

Rasio Efektivitas

Setiap pemerintahan telah memiliki estimasi PAD yang tentunya disusun berdasarkan potensi- potensi yang dimiliki suatu daerah. Tidak tertutup kemungkinan dalam realisasinya, PAD lebih besar atau lebih kecil dari yang telah diestimasikan. Rasio Efektivitas PAD ini menunjukkan seberapa efektif suatu daerah dalam merealisasikan PAD yang telah dianggarkan tersebut.

Rasio efektivitas dapat diformulasikan sebagai berikut (Halim, 2007:233):

Realisasi Penerimaan PAD Rasio efektivitas =

Target Penerimaan PAD

yang Ditetapkan Berdasarkan Potensi Riil Daerah

Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai mencapai minimal 1 (satu) atau 100 persen.

Namun demikian, semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan, maka kriteria efektivitas kinerja keuangan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan

Persentase Kinerja Keuangan

Kriteria

Diatas 100% Sangat Efektif

90% - 100% Efektif

80% - 90% Cukup Efektif 60% - 80% Kurang Efektif Kurang dari 60% Tidak Efektif

Sumber: Keputusan Mendagri Nomor 690.900-327 Tahun 1996

Rasio Aktivitas

Analisis aktivitas keuangan daerah adalah bagaimana Pemda memperoleh dan membelanjakan pendapatan daerahnya. Analisis aktivitas diklasifikasikan menjadi 2 analisis rasio yaitu analisis rasio keserasian dan Debt Service Coverage Ratio (DSCR).

Dalam penelitian ini analisis rasio aktivitas yang digunakan hanya rasio keserasian. Halim (2007:235) menyebutkan bahwa rasio keserasian yaitu rasio yang menggambarkan bagaimana Pemda memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan utnuk belanja rutin berarti persentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil.

Karena belum ada tolok ukur yang jelas mengenai rasio keserasiaan pemerintah daerah saat ini maka untuk membandingkan rasio keserasian pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh pada penelitian ini dilakukan penghitungan rata-rata belanja rutin dan belanja pembangunan selama tahun penelitian. Secara sederhana, rasio keserasian tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut (Halim, 2007:235):

Rasio belanja rutin (operasional) terhadap

(5)

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 108 APBD, dihitung dengan:

Total Belanja Pegawai (Belanja Pegawai Tidak Langsung)

Total APBD

Rasio belanja pembangunan (modal) terhadap APBD, dihitung dengan:

Total Belanja Pembangunan (Modal) Total APBD

Opini Audit

Menurut UU Nomor 15 Tahun 2004, yang dimaksud dengan opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Opini merupakan pernyataan professional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan.

Menurut Mulyadi (2002:20-22), opini auditor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion). Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Language). Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraph penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan.

c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion). Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.

d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion).

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

e. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion). Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan.

Hipotesis Penelitian

Bertitik tolak dari permasalahan yang diajukan dan tujuan penelitian mengenai kinerja keuangan daerah, maka hipotesis yang diajukan adalah “Kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WDP berbeda dengan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WTP pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011- 2012”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sensus. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah 5 kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang mengalami

(6)

109 - Volume 3, No. 1, Februari 2014 peningkatan penerimaan opini dari WDP pada tahun 2011 kepada WTP pada tahun 2012.

Operasionalisasi Variabel

1. Rasio Kemandirian Daerah

Menurut Halim (2007:232) kemandirian daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan Pemda dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman.

2. Rasio Efektivitas

Setiap pemerintahan telah memiliki estimasi PAD yang tentunya disusun berdasarkan potensi- potensi yang dimiliki suatu daerah. Tidak tertutup kemungkinan dalam realisasinya, PAD lebih besar atau lebih kecil dari yang telah diestimasikan. Rasio Efektivitas PAD ini menunjukkan seberapa efektif suatu daerah dalam merealisasikan PAD yang telah dianggarkan tersebut

3. Rasio Aktivitas

Dalam penelitian ini analisis rasio aktivitas yang digunakan hanya rasio keserasian. Halim (2007:235) menyebutkan bahwa rasio keserasian yaitu rasio yang menggambarkan bagaimana Pemda memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal.

Semakin tinggi persentase dana yang

dialokasikan utnuk belanja rutin berarti persentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil.

4. Opini Audit

Menurut UU Nomor 15 Tahun 2004 pengertian opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), berbagai tipe pendapat auditor yaitu, pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, dan pernyataan tidak memberikan pendapat.

Metode Analisis

Prosedur analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap-tahap. Tahap pertama yaitu pemetaan indikator kinerja LKPD, dimana menelusuri LKPD kabupaten/kota yang dijadikan populasi penelitian untuk mencari besaran nilai perbandingan kinerja dan perubahan kinerja antara kabupaten/kota periode opini WDP dan periode opini WTP. Dari hasil penelusuran tersebut akan dipetakan kinerja keuangan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah pada kabupaten/kota.

Tahap kedua yaitu analisis statistik deskriptif, dalam penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran mengenai data yang diperoleh. Dari

(7)

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 110 analisis statistik deskriptif ini akan diperoleh nilai

terendah (minimum), nilai tertinggi (maksimum), nilai rata-rata (mean), serta nilai standar deviasi dari data yang diolah.

Selanjutnya tahap ketiga yaitu analisis Uji Beda (Paired t Test). Analisis uji beda dilakukan untuk menguji satu sampel yang sama pada dua periode pengamatan yang berbeda yaitu periode opini WDP dan periode opini WTP.

Rancangan Pengujian hipotesis

Rancangan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t-test dua sisi. dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan rata-rata populasi.

Hipotesis untuk pengujian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WDP tidak berbeda dengan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WTP pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2012.

Ha: Kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WDP berbeda dengan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WTP pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-

2012.

a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel:

 Jika Statistik Hitung (angka t output) >

Statistik Tabel (tabel t), maka Ho ditolak.

 Jika Statistik Hitung (angka t output) <

Statistik Tabel (tabel t), maka Ho diterima.

b. Berdasarkan nilai Probabilitas:

 Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.

 Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.

Untuk uji dua sisi, setiap sisi dibagi 2 hingga menjadi:

 Angka probabilitas/2 > 0,025, maka Ho diterima.

 Angka probabilitas/2 < 0,025, maka Ho ditolak.

HASIL PEMBAHASAN Hasil Pengujian Hipotesis

Berdasarkan analisis data kinerja keuangan periode opini WDP dan periode opini WTP dengan menggunakan pengujian paired t-test diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengujian Paired t Test

Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Deviation Std.

Error Mean Pair

1

Periode Wajar Dengan Pengecualian

43.235 5

2 0

37.661 89

8.42145

Periode Wajar Tanpa Pengecualian

44.242 0

2 0

40.170 05

8.98230

(8)

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 111 Berdasarkan Tabel 1 Paired Samples

Statistic untuk kedua sampel, kinerja keuangan kabupaten/kota periode opini WDP memperoleh rata-rata 43,2355%, sedangkan pada periode opini WTP kinerja keuangan kabupaten/kota memperoleh rata-rata 44,2420%.

Paired Samples Correlations N Correlation Sig.

Pair 1

Periode Wajar Dengan Pengecualian &

Periode Wajar Tanpa Pengecualian

20 ,987 ,000

Berdasarkan tabel Paired Samples Correlations untuk kedua sampel, diperoleh hasil korelasi yaitu 0,987 dengan nilai probabilitas di bawah 0,05 (nilai sig. yaitu 0,000). Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara kinerja keuangan periode WDP dan kinerja keuangan periode WTP adalah sangat erat dan benar-benar berhubungan secara nyata.

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 WDP - WTP -1.00650 6.76093 1.51179 -4.17071 2.15771

Paired Samples Test

t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 WDP - WTP -,666 19 ,514

Berdasarkan Tabel 1 pada tabel Paired Samples Test diperoleh hasil berikut:

1. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel:

Diperoleh nilai t hitung yaitu -0,666,

sedangkan nilai t tabel (0,025;19) yaitu 1,729.

Sehingga diperoleh kurva sebagai berikut:

Oleh karena t hitung terletak pada daerah Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan periode opini WDP dan kinerja keuangan periode opini WTP tidak berbeda. Atau bermakna, pemberian opini dari BPK tidak mengakibatkan perbedaan kinerja keuangan pada kabupaten/kota.

2. Berdasarkan nilai probabilitas:

Terlihat bahwa t hitung adalah 1,646 dengan probabilitas 0,514. Untuk uji dua sisi, angka probabilitas adalah 0,514/2 = 0,257. Oleh karena 0,257 > 0,025, maka Ho diterima.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan periode opini WDP dan kinerja keuangan periode opini WTP relatif sama. Atau bermakna, pemberian opini dari BPK tidak mengakibatkan perbedaan kinerja keuangan pada kabupaten/kota. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu “Kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WDP tidak berbeda dengan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WTP pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2011-2012”.

PEMBAHASAN

1. Kabupaten Aceh Besar

Kinerja keuangan daerah kabupaten Aceh

(9)

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 112 Besar yang diukur dengan rasio kemandirian

pada tahun 2011 diperoleh nilai 7,76% dan tahun 2012 sebesar 7,39%. Rasio Efektivitas kabupaten Aceh Besar mengalami peningkatan dari tahun 2011 yaitu 102,65% menjadi 105,55% tahun 2012 (naik 2,9%). Untuk Rasio Aktivitas, pada tahun 2011, RBRO sebesar 59,80% sedangkan RBPM sebesar 13,49%.

Namun di tahun 2012, RBRO diperoleh sebesar 63,03% dan RBPM sebesar 9,67%.

2. Kabupaten Aceh Jaya

Pada Rasio Kemandirian tahun 2011 diperoleh hasil 3,40% namun tahun 2012 meningkat menjadi 3,71%. Rasio efektivitas kabupaten Aceh Jaya mengalami peningkatan dari tahun 2011 yaitu 89,33% menjadi 100,99%

di tahun 2012. Rasio Aktivitas kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2011, diperoleh RBRO sebesar 38,93% sedangkan RBPM sebesar 30,50%.

Namun di tahun 2012, RBRO diperoleh sebesar 54,00% dan RBPM sebesar 21,97%.

3. Kabupaten Aceh Tengah

Berdasarkan data penelitian, PAD Kabupaten Aceh Tengah tahun 2011-2012 tergolong masih rendah yang ditunjukkan dengan kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah masih kecil sedangkan kontribusi penerimaan dana transfer lebih besar. Rasio Efektivitas dinilai baik karena dalam tahun 2011 pendapatan daerah yang ditargetkan berhasil terealisasi 95,30%. Pada tahun 2012 target tersebut meningkat hingga terealisasi menjadi 99,04%. Rasio Aktivitas kabupaten Aceh Tengah terhadap RBRO 2011 sebesar 52,98% sedangkan RBPM sebesar 22,04%.

Namun di tahun 2012, RBRO diperoleh sebesar 53,68% dan RBPM sebesar 20,16%.

4. Kota Sabang

Dilihat dari Rasio Kemandirian kota Sabang selama tahun 2011-2012 hanya sekitar 6%. Rasio Efektivitas, tahun 2011 kota Sabang memiliki 130,82%, sedangkan tahun 2012 meningkat menjadi 142,11%. Rasio Aktivitas kota Sabang tahun 2011 diperoleh RBRO 43,49% sedangkan RBPM 24,26%. Tahun 2012 diperoleh RBRO 46,15% sedangkan RBPM 19,72%.

5. Kota Subulussalam

Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa kontribusi PAD terhadap total Pendapatan Pemerintah Kota Subulussalam masih sangat rendah, yaitu sebesar 1,97% pada TA 2012 dan 2,09% pada TA 2011.Rasio Efektivitas kota Subulussalam mengalami penurunan selama TA 2011 yaitu 79,59% menjadi 76,45% pada TA 2012. Hal tersebut dikarenakan penurunan realisasi PAD TA 2012 dibanding realisasi TA 2011. Rasio Aktivitas kota Subulussalam mengalami penurunan, pada tahun 2011 RBRO sebesar 31,61% dan RBPM 31,36%, sedangkan tahun 2012 RBRO 38,43% dan RBPM 20,17%.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa, “Kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WDP tidak berbeda dengan kinerja keuangan pemerintah daerah periode opini WTP pada kabupaten/kota di

(10)

113 - Volume 3, No. 1, Februari 2014 Provinsi Aceh tahun 2011-2012”.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan penulis bagi penelitian selanjutnya adalah:

1. Untuk penelitian selanjutnya, agar mengambil populasi yang lebih besar seperti seluruh kabupaten/kota di Indonesia, di Jawa atau di Sumatera sehingga objek pengamatan yang diamati lebih luas dan kesimpulan yang diambil lebih dapat di generalisasikan.

2. Untuk SKPK yang terkait, agar meningkatkan kinerja keuangan daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik dalam mewujudkan good governance.

Sehingga pengelolaan keuangan daerah yang dijalankan dapat bermanfaat bagi publik.

3. Untuk masyarakat luas, agar dapat menilai kinerja keuangan daerah sehingga diharapkan dapat berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mewujudkan pemerintahan yang akuntabel.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Departemen Dalam Negeri. 1996. Keputusan Dalam Negeri No. 690 900 327 tentang Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan. Jakarta:

Sekretariat Negara.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik (Edisi Revisi). Yogyakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Yogyakarta:

STIE YKPN.

Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik : Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintah.Vol.2, No.1:1-17.

Mulyadi. 2001a. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.

Suaedy, Soleh. 2011. Mengejar Opini Wajar Tanpa Pengecualian. Makalah Disampaikan Pada DiklatPim Tk.IV Manajemen Keuangan.

Surabaya. 20 Desember.

Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

---. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah.

---. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

---. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

---. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

---.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah

Referensi

Dokumen terkait

Ketika komponen-komponen dalam variabel budaya organisasi berdiri sendiri- sendiri dalam rangka untuk mencari hu- bungan dengan variabel kepuasan kerja, serta untuk

16 Semangat kerjasama di antara rekan-rekan kerja saya 17 Kesempatan untuk merencanakan pekerjaan saya 18 Cara saya diberitahu apabila saya bekerja dengan baik 19

bahwa training dan pendidikan yang diberikan sering kali kurang merata (hanya orang- orang tertentu saja berdasarkan kedekatan dengan atasan). Selain itu 13,33 % karyawan merasa

Identifikasi digunakan untuk mengidentifikasi sistem , sarana atau peralatan dalam suatu industri guna mengetahui seberapa besar potensi bahaya dan dapat dilakukan

Dengan menggunakan persamaan tersebut maka dapat diketahui nilai P trans yaitu sebesar 25.972 psia, karena tekanan yang diamati lebih besar daripada Ptrans maka tipe

Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis strategi komunikasi pemasaran terpadu yang telah dilakukan GPFIF untuk menumbuhkan respon positif melaksanakan

Data yang digunakan dalam buku Data Perbankan Indonesia bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) yang dilaporkan oleh Bank Umum kepada Bank Indonesia, kecuali dinyatakan

Untuk pendugaan kohor per jenis ikan, dilakukan dengan pemisahan data frekuensi panjang sampel ikan layang Deles (Decapterus macrosoma) sebanyak 993 ekor dan ikan layang