• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Polda DIY 1. Struktur Organisasi Polda DIY

Dalam setiap lembaga atau institusi kepolisian mempunyai struktur organisasi dimana terdapat satuan yang masing-masing satuan atau unit mempunyai tugas yang berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam menjalankan tugas atau kegiatan sehari-hari untuk menghindarkan tertumpuknya pekerjaan yang sejenis pada satu bagian serta untuk mempermudah pimpinan dalam melakukan pengawasan. Di Polda DIY mempergunakan sistem pengorganisasian, maksudnya bahwa pembagian dan pengelompokannya disesuaikan dengan ilmu, keahlian dan jabatan serta bidangnya masing-masing.

Guna mengetahui tentang gambaran umum organisasi yang menangani tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY yang di tangani bagian Direktorat Reserse Kriminal

Khusus (Ditreskrimsus) merupakan bagian dari struktur organisasi Polda DIY. Secara organisatoris, Struktur Organisasi Kepolisian Polda DIY berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Daerah dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut ini:

(2)

78 Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Polda DIY

Sumber: Data Dokumen tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah dari Bidang Humas Polda DIY diolah oleh peneliti pada tanggal 8 Agustus 2013

(3)

Keterangan bagan struktur organisasi kepolisian Polda DIY tersebut diatas adalah:

a. Unsur pimpinan di Polda DIY terdiri dari:

1) Kapolda (Kepala Polisi Daerah)

Merupakan unsur pimpinan Polda yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda bertugas memimpin, membina, dan mengkoordinasikan satuan-satuan organisasi dalam lingkungan Polda; dan memberikan saran pertimbangan kepada Kapolri.

2) Wakapolda

Merupakan unsur pimpinan Polda yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolda. Wakapolda bertugas membantu Kapolda dalam melaksanakan tugasnya dengan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas staf seluruh satuan organisasi dalam jajaran Polda; dan memimpin Polda dalam hal Kapolda berhalangan sesuai dengan batas kewenangannya.

b. Unsur Pengawas dan pembantu pimpinan/pelayanan di Polda DIY terdiri dari:

1) Itwasda (Inspektorat Pengawasan Daerah)

Itwasda merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan pada Polda yang berada di bawah Kapolda. Itwasda bertugas menyelenggarakan pengawasan, pemeriksaan umum, dan perbendaharaan dalam lingkungan Polda. Itwasda dipimpin oleh

(4)

80

Inspektur Pengawasan Daerah (Irwasda) yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

2) Roops (Biro Operasi)

Roops merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Roops bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi manajemen bidang operasi antara lain pelatihan pra operasi, koordinasi, dan kerja sama dalam rangka operasi kepolisian. Roops dipimpin oleh Karoops, yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

3) Rorena (Biro Perencanaan Umum dan Anggaran)

Rorena merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan, yang berada di bawah Kapolda. Rorena bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi perencanaan umum dan anggaran, menyiapkan perencanaan kebijakan teknis dan strategis Polda, memantau atau monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan anggaran serta penerapan sistem dan manajemen organisasi, membina penerapan sistem dan manajemen organisasi di lingkungan Polda, dan menerapkan Reformasi Birokrasi Polri (RBP) pada tingkat Polda.

Rorena dipimpin oleh Karorena yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

(5)

4) Ro SDM (Sumber Daya Manusia)

Ro SDM merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Ro SDM bertugas membina dan melaksanakan fungsi manajemen bidang SDM yang meliputi penyediaan, penggunaan, perawatan, pemisahan, dan penyaluran personel, asesmen serta psikologi kepolisian, dan upaya peningkatan kesejahteraan personel di lingkungan Polda. Ro SDM dipimpin oleh Karo SDM yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

5) Rosarpras (Biro Sarana Prasarana)

Rosarpras merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Rosarpras betugas membina dan meyelenggarakan manajemen Sarpras yang meliputi perbekalan umum, peralatan, fasilitas dan jasa kontruksi, angkutan, SIMAK BMN, pemeliharaan dan perbaikan, inventory dan pergudangan. Rosarpras dipimpin oleh Karosarpras, yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

6) Bidpropam (Bidang Profesi dan Pengamanan)

Bidpropam merupakan unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Bidpropam bertugas membina dan melaksanakan pengamanan internal, penegakan disiplin, ketertiban, dan pertanggungjawaban profesi di lingkungan Polda, termasuk pelayanan pengaduan masyarakat mengenai dugaan adanya penyimpangan

(6)

82

tindakan anggota atau PNS Polri serta rehabilitasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bidpropam dipimpin oleh Kabidpropam, yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda.

7) Bidhumas (Bidang Hubungan Masyarakat)

Bidhumas merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Bidhumas bertugas melaksanakan kegiatan Hubungan Masyarakat (Humas) melalui pengelolaan dan penyampaian pemberitaan atau informasi dan dokumentasi serta kerja sama dan kemitraan dengan media massa, dan melaksanakan Anev kegiatan tugas Bidhumas. Bidhumas dipimpin oleh Kabidhumas yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda.

8) Bidkum (Bidang Hukum)

Bidkum merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Bidkum bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) meliputi bantuan dan nasehat hukum, penerapan dan penyuluhan hukum, dan turut serta dalam pengembangan hukum dan peraturan daerah. Bidkum dipimpin oleh Kabidkum yang bertanggung jawab kepada Kapolda dan, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

(7)

9) Bid TI Polri (Bidang Teknologi Informasi Polri)

Bid TI Polri merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda. Bid TI Polri bertugas menyelenggarakan pembinaan teknologi komunikasi dan informasi kepolisian, pengumpulan dan pengolahan data, serta penyajian informasi kriminal dan pelayanan multimedia. Bid TI Polri dipimpin oleh Kabid TI Polri yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya berada di bawah kendali Wakapolda.

10) Spripim (Staf Pribadi Pimpinan)

Spripim merupakan unsur pelayanan yang berada di bawah Kapolda.

Spripim bertugas membantu dalam melaksanakan tugas kedinasan dan tugas khusus dari Kapolda dan/atau Wakapolda. Spripim dipimpin oleh Koorspripim yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda.

11) Setum (Sekertariat Umum)

Setum merupakan unsur pelayanan yang berada di bawah Kapolda.

Setum bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi kesekretariatan atau administrasi umum yang meliputi korespondensi, ketatalaksanaan perkantoran, dan pengarsipan, termasuk penyelenggaraan kantor pos dan perpustakaan Polda. Setum dipimpin oleh Kasetum yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda

(8)

84

12) Yanma (Pelayanan Markas)

Yanma merupakan unsur pelayanan yang berada di bawah Kapolda.

Yanma bertugas menyelenggarakan pelayanan markas antara lain pelayanan angkutan, perumahan, pengawalan protokoler, penjagaan markas, dan urusan dalam di lingkungan Polda. Yanma dipimpin oleh Kayanma yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda.

c. Unsur pelaksana tugas pokok DI Polda DIY terdiri dari:

1) SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu)

SPKT merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian secara terpadu kepada masyarakat dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan atau pengaduan, pemberian bantuan atau pertolongan dan pelayanan surat keterangan; dan menyajikan informasi yang berkaitan dengan kepentingan tugas kepolisian guna dapat diakses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. SPKT dipimpin oleh Ka SPKT yang bertanggung jawab kepada Kapolda di bawah koordinasi dan arahan Roops, serta dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

2) Ditintelkam(Direktorat Inteljen Keamanan)

Ditintelkam merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditintelkam bertugas membina dan

(9)

menyelenggarakan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan, termasuk persandian dan produk intelijen, pembentukan dan pembinaan jaringan intelijen kepolisian baik sebagai bagian dari kegiatan satuan-satuan atas maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan operasional, dan peringatan dini (early warning); memberikan pelayanan administrasi dan pengawasan senjata

api atau bahan peledak, orang asing, dan kegiatan sosial atau politik masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan mengumpulkan dan mengolah data serta menyajikan informasi dan dokumentasi kegiatan Ditintelkam. Ditintelkam dipimpin oleh Dirintelkam yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

Dirintelkam dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirintelkam, yang bertanggung jawab kepada Dirintelkam.

3) Ditreskrimum (Direktorat Reserse Kriminal Umum)

Ditreskrimum merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditreskrimum bertugas menyelenggarakan penyelidikan, penyidikan, dan pengawasan penyidikan tindak pidana umum, termasuk fungsi identifikasi dan laboratorium forensik lapangan. Ditreskrimum dipimpin oleh Dirreskrimum yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirreskrimum dalam

(10)

86

melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirreskrimum yang bertanggungjawab kepada Dirreskrimum.

4) Ditreskrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus)

Ditreskrimsus merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditreskrimsus bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus, koordinasi, pengawasan operasional, dan administrasi penyidikan PPNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ditreskrimsus dipimpin oleh Dirreskrimsus yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

Dirreskrimsus dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirreskrimsus yang bertanggungjawab kepada Dirreskrimsus.

5) Ditresnarkoba (Direktorat Reserse Narkoba)

Ditresnarkoba merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditresnarkoba bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan narkoba, termasuk penyuluhan dan pembinaan dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba. Ditresnarkoba dipimpin oleh Dirresnarkoba yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

Ditresnarkoba dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirresnarkoba yang bertanggungjawab kepada Dirresnarkoba.

(11)

6) Ditbinmas(Direktorat Pembinaan Masyarakat)

Ditbinmas merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditbinmas bertugas menyelenggarakan pembinaan masyarakat yang meliputi kegiatan Polmas, ketertiban masyarakat dan kegiatan koordinasi, pengawasan dan pembinaan terhadap bentuk pengamanan swakarsa, Kepolisian Khusus (Polsus), serta kegiatan kerja sama dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

Ditbinmas dipimpin oleh Dirbinmas yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirbinmas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirbinmas yang bertanggungjawab kepada Dirbinmas.

7) Ditsabhara (Direktorat Samapta Bhayangkara)

Ditsabhara merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditsabhara bertugas menyelenggarakan kegiatan Turjawali, bantuan satwa, pengamanan unjuk rasa, dan pengendalian massa. Ditsabhara dipimpin oleh Dirsabhara yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirsabhara dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirsabhara yang bertanggungjawab kepada Dirsabhara.

8) Ditlantas (Direktorat Lalu Lintas)

Ditsabhara dipimpin oleh Dirsabhara yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirsabhara dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh

(12)

88

Wadirsabhara yang bertanggungjawab kepada Dirsabhara. Ditlantas dipimpin oleh Dirlantas yang bertanggung jawab kepada Kapolda dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

Dirlantas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirlantas yang bertanggung jawab kepada Dirlantas.

9) Ditpamobvit (Direktorat Pengamanan Obyek Vital)

Ditpamobvit merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Ditpamobvit bertugas menyelenggarakan kegiatan pengamanan terhadap obyek khusus yang meliputi personel dan fasilitas, materiil logistik, kegiatan di dalam fasilitas lembaga negara, perwakilan negara asing, lingkungan industri termasuk VIP dan obyek pariwisata yang memerlukan pengamanan khusus. Ditpamobvit dipimpin oleh Dirpamobvit yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

Dirpamobvit dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirpamobvit yang bertanggung jawab kepada Dirpamobvit.

10) Ditpolair (Direktorat Kepolisian Perairan)

Ditpolair merupakan unsur pelaksana tugas pokok Polda yang berada di bawah Kapolda. Ditpolair bertugas menyelenggarakan fungsi kepolisian perairan yang mencakup patroli, TPTKP di perairan, SAR di wilayah perairan, dan Binmas pantai atau perairan serta pembinaan fungsi kepolisian perairan dalam lingkungan Polda. Ditpolair dipimpin oleh Dirpolair yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam

(13)

pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirpolair dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirpolair yang bertanggung jawab kepada Dirpolair.

11) Dittahti (Direktorat Perawatan Tahanan dan Barang Bukti)

Dittahti merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Dittahti bertugas menyelenggarakan pengamanan, penjagaan dan pengawalan, perawatan tahanan meliputi pelayanan kesehatan tahanan, pembinaan tahanan serta mengamankan dan menyimpan barang bukti beserta administrasinya di lingkungan Polda serta melaporkan jumlah dan kondisi tahanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dittahti dipimpin oleh Dirtahti yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda. Dirtahti dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirtahti yang bertanggung jawab kepada Dirtahti.

12) Satbrimob

Satbrimob merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Satbrimob bertugas melaksanakan kegiatan penanggulangan terhadap gangguan keamanan berintensitas tinggi antara lain terorisme, huru-hara atau kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api atau bahan peledak, penanganan senjata Kimia, Biologi dan Radioaktif (KBR) serta pelaksanaan kegiatan SAR.

Satbrimob dipimpin oleh Kasatbrimob yang bertanggung jawab

(14)

90

kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Kasatbrimob dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakasatbrimob, yang bertanggung jawab kepada Kasatbrimob.

d. Unsur pendukung dari Polda DIY terdiri dari:

1) SPN (Sekolah Polisi Negara)

SPN merupakan unsur pendukung yang berada di bawah Kapolda.

SPN bertugas menyelenggarakan pendidikan pembentukan Brigadir serta pendidikan dan pelatihan lainnya sesuai Renja atau kebijakan Kapolda dan/atau Kapolri. SPN dipimpin oleh Kepala SPN (Ka SPN) yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dalam hal pembinaan program pendidikan dan latihan, SPN berada di bawah koordinasi Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian (Kalemdikpol) selaku pembina teknis pendidikan.

2) Bidkeu (Bidang Keuangan)

Bidkeu merupakan unsur pendukung yang berada di bawah Kapolda.

Bidkeu bertugas menyelenggarakan dan membina pengelolaan keuangan yang meliputi pembiayaan, pengendalian, pembukuan dan akuntansi pelaporan serta verifikasi laporan keuangan. Bidkeu dipimpin oleh Kabidkeu yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda.

(15)

3) Biddokkes (Bidang Kedokteran dan Kesehatan).

Biddokkes merupakan unsur pendukung yang berada di bawah Kapolda. Biddokes bertugas menyelenggarakan pembinaan kedokteran dan kesehatan Polri yang meliputi kedokteran kepolisian, kesehatan kepolisian, rumah sakit, dan poliklinik. Biddokkes dipimpin oleh Kabiddokkes yang bertanggung jawab kepada Kapolda dan dalam pelaksanaan tugasnya di bawah kendali Wakapolda

e. Unsur pelaksana tugas kewilayahan di Polda DIY:

Unsur pelaksana tugas kewilayahan yaitu Polres (Kepolisian Resort) Polda DIY meliputi:

1) Polresta Yogyakarta 2) Polres Sleman 3) Polres Bantul 4) Polres Gunungkidul 5) Polres Kulon Progo

(16)

92

2. Struktur Organisasi Ditreskrimsus Polda DIY

Dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan upaya polisi dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online, dilaksanakan oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda DIY. Seperti telah di jelaskan sebelumnya, Ditreskrimsus merupakan unsur pelaksana tugas pokok pada tingkat Polda yang berada di bawah Kapolda. Ditreskrimsus bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus, koordinasi, pengawasan operasional, dan administrasi penyidikan PPNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Ditreskrimsus menyelenggarakan fungsi:

a. penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus, antara lain tindak pidana ekonomi, korupsi, dan tindak pidana tertentu di daerah hukum Polda;

b. penganalisisan kasus beserta penanganannya, serta mempelajari dan mengkaji efektivitas pelaksanaan tugas Ditreskrimsus;

c. pembinaan teknis, koordinasi, dan pengawasan operasional, serta administrasi penyidikan oleh PPNS;

d. pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana khusus di lingkungan Polda; dan

e. pengumpulan dan pengolahan data serta menyajikan informasi dan dokumentasi program kegiatan Ditreskrimsus.

Adapun struktur organisasi Ditreskrimsus diuraikan sebagai berikut:

(17)

93

STRUKTUR ORGANISASI DITRESKRIMSUS

UNSUR PIMPINAN --- --- ---

UNSUR PEMBANTU PIMPINAN/ PELAYAN ---

UNSUR PELAKSANA TUGAS POKOK ---

Gambar 2 : Bagan Struktur Organissasi Ditreskrimsus Polda DIY

Sumber: Data Dokumen tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Ditreskrimsus Polda DIY dari Bagian Binopsnal Ditreskrimsus Polda DIY, diolah oleh peneliti pada tanggal 8 Agustus 2013

DIRESKRIMSUS WADIR

KABAGWASSI DIK

KABAGBINOPSNAL

KSB ANEV KSB MINOPSNAL

KANIT (3)

KASIKORWAS PPNS

KASUBSIBANSIDIK KASUBSIBINPUAN

KSB RENMIN

KASUDDIT I/ EKONOMI KASUBDIT II/ INPRODAG KASUBDIT III/ PIDTER KASUBDIT IV/ KORUPSI

KAUREN KAURMIN KAURKEU KAURTU

KANIT A/

PERBANKAN

KANIT B/

FISMONDEP

KANIT A/

HAKI

KANIT B/

PERDAGANGAN

KANIT A/

SUMDAGLING

KANIT B/ ITE

KANIT A/

DEPARTEMEN

KANIT B/ NON DEPARTEMEN

(18)

94

Penjelasan dari bagan struktur organisasi tersebut di atas adalah:

a. Unsur Pimpinan 1) Dirreskrimsus

Ditreskrimsus dipimpin oleh Dirreskrimsus yang bertanggung jawab kepada Kapolda, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolda. Dirreskrimsus sebagai unsur pimpinan terdiri dari satu orang dengan pangkat Komisaris Besar Polisi (KBP).

2) Wadirreskrimsus

Dirreskrimsus dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wadirreskrimsus yang bertanggungjawab kepada Dirreskrimsus.

Wadirreskrimsus sebagai unsur pimpinan terdiri dari satu orang dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP).

b. Unsur Pembantu Pimpinan atau Pelayanan

1) Subbagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin)

Subbagrenmin bertugas menyusun perencanaan program kerja dan anggaran, manajemen Sarpras, personel, dan kinerja, serta mengelola keuangan dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam di lingkungan Ditreskrimsus. Subbagrenmin dipimpin oleh seorang Kompol (Komisaris Polisi) dan beranggotakan 2 orang dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP), 3 orang Inspektur Polisi (IP), dan 3 orang Bintara.

(19)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dijelaskan di atas, Subbagrenmin menyelenggarakan fungsi:

a) penyusunan perencanaan jangka sedang dan jangka pendek, antara lain Renstra, Rancangan Renja, Renja, kebutuhan sarana prasarana, personel, dan anggaran;

b) pemeliharaan perawatan dan administrasi personel;

c) pengelolaan Sarpras dan penyusunan laporan SIMAK-BMN;

d) pelayanan fungsi keuangan yang meliputi pembiayaan, pengendalian, pembukuan, akuntansi, dan penyusunan laporan SAI serta pertanggung- jawaban keuangan;

e) pengelolaan dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam; dan f) penyusunan LRA dan pembuatan laporan akuntabilitas kinerja Satker

dalam bentuk LAKIP meliputi analisis target pencapaian kinerja, program, dan anggaran.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subbagrenmin dibantu oleh:

a) Urusan rencana (Urren), yang bertugas membuat Renstra, Rancangan Renja, Renja, RKA-KL, DIPA, Penetapan Kinerja, KAK atau TOR, RAB, dan menyusun LAKIP Satker, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program bidang Reskrimsus di lingkungan Polda;

b) Urusan Administrasi (Urmin), yang bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi umum personel dan materiil logistik;

c) Urusan Keuangan (Urkeu), yang bertugas menyelenggarakan kegiatan pelayanan keuangan; dan

(20)

96

d) Urusan Tata Usaha (Urtu), yang bertugas menyelenggarakan kegiatan ketatausahaan dan urusan dalam.

2) Bagian Pembinaan Operasional (Bagbinopsnal)

Bagian Pembinaan Operasional Bagbinopsnal ini mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Melaksanakan pembinaan Ditreskrimsus melalui analisis dan gelar perkara beserta penanganannya;

b) mempelajari dan mengkaji efektivitas pelaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan;

c) melaksanakan latihan fungsi, serta menghimpun dan memelihara berkas perkara yang telah selesai diproses dan bahan literatur yang terkait; dan

d) mengumpulkan dan mengolah data, serta menyajikan informasi dan dokumentasi program kegiatan Ditreskrimsus.

Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Bagbinopsnal menyelenggarakan fungsi:

a) penganalisisan dan pengevaluasian pelaksanaan tugas Ditreskrimsus;

b) pengkoordinasian pemberian dukungan operasional ke kesatuan kewilayahan;

c) pelatihan fungsi dan pengadministrasian kegiatan penyelidikan dan penyidikan, serta pengarsipan berkas perkara;

(21)

d) pengumpulan dan pengolahan data, serta penyajian informasi dan dokumentasi program kegiatan Ditreskrimsus; dan

e) perencanaan operasi, penyiapan administrasi operasi, dan pelaksanaan Anev operasi.

Bagbinopsnal dipimpin oleh seorang Kabagbinopsnal (Kepala Bagian Pembinaan Operasional) dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) dan jabatan eselon IIIA. Dalam melaksanakan tugas Bagbinopsnal dibantu oleh:

a) Subbagian Administrasi Operasional (Subbagminopsnal), yang bertugas menyelenggarakan pelatihan fungsi, pengarsipan berkas perkara, dan pengadministrasian kegiatan penyelidikan dan penyidikan. Pada Subbagminopsnal terdapat seorang Komisaris Polisi (Kompol) dengan jabatan IIIB dan seorang Ajun Komisaris Polisi (AKP) dengan jabatan IV A.

b) Subbagian Analisa dan Evaluasi (Subbaganev), yang bertugas menganalisis dan mengevaluasi kegiatan Ditreskrimsus, serta mengumpulkan dan mengolah data, serta menyajikan informasi dan dokumentasi. Pada Subbagnev terdapat seorang Komisaris Polisi (Kompol) dengan jabatan IIIB dan seorang Ajun Komisaris Polisi (AKP) dengan jabatan IVA.

(22)

98

3) Bagian Pengawas Penyidikan (Bagwassidik)

Bagwassidik bertugas melakukan koordinasi dan pengawasan proses penyidikan tindak pidana di lingkungan Ditreskrimsus, serta menindaklanjuti terhadap pengaduan masyarakat yang terkait dengan proses penyidikan. Dalam melaksanakan tugas Bagwassidik dibantu sejumlah Unit dan sejumlah penyidik utama yang bertugas membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Bagwassidik. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagwassidik menyelenggarakan fungsi:

a) pengawasan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh Subdit pada Ditreskrimsus;

b) pelaksanaan supervisi, koreksi, dan asistensi kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana;

c) pengkajian efektivitas pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana melalui penyelenggaraan gelar perkara;

d) pemberian saran masukan kepada Dirreskrimsus terkait dengan hasil pengawasan penyidikan, termasuk menjawab pengaduan masyarakat;

e) pemberian bantuan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana khusus yang dilakukan oleh penyidik pada Subdit Ditreskrimsus dan PPNS.

Selanjutnya dalam melaksanakan tugas, Bagian Pengawasan Penyidikan (Bagwasidik) dibagi menjadi tiga unit yaitu Unit A (pengawasan Subdit I dan Subdit II), Unit B (pengawasan Subdit III), dan

(23)

Unit C (pengawasan Subdit IV), Bagian Pengawasan penyidikan (Bagwasdik) terdiri dari:

a) Unsur Pimpinan

Bagian pengawasan (Bagwasdik) dipimpin oleh Kepala Bagian Pengawasan Penyidikan yang terdiri dari satu orang Polisi dengan pangkat Ajun Komosaris Besar Polisi (AKBP) dan jabatan eselon IIIA.

b) Unit

Bagian Pengawasan Penyidikan terdiri dari tiga unit yang setiap unitnya dipimpin oleh satu orang Kepala Unit (Kanit), dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol) dan jabatan eselon IIIB. Setiap unit mempunyai seorang Panit dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan eselon IVA. Selain itu mempunyai Bintara Unit (Banit) /Bintara Umum(Banum) dengan pangkat Brigadir (BA)/PNS II/I sebanyak satu orang.

4) Seksi Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil, disingkat Sikorwas PPNS

Sikorwas PPNS bertugas melaksanakan koordinasi dan pengawasan penyidikan termasuk pemberian bimbingan teknis dan taktis serta bantuan konsultasi penyidikan kepada PPNS. Dalam melaksanakan tugas, Sikorwas PPNS menyelenggarakan fungsi:

(24)

100

a) pengkoordinasian dan pengawasan penyidikan kepada PPNS di daerah hukum Polda;

b) pemberian bimbingan teknis dan taktis penyidikan kepada PPNS; dan c) pemberian bantuan konsultasi penyidikan kepada PPNS.

Dalam melaksanakan tugas Sikorwas PPNS dibantu oleh;

a) Subseksi Bantuan Penyidikan (Subsibansidik), bertugas memberikan bantuan konsultasi penyidikan kepada PPNS. Subseksi Bantuan Penyidikan (Subsibansidik) dipimpin oleh seorang Kepala Subseksi Bantuan Penyidikan (Kasubsibansidik) dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan eselon IVA.

b) Subseksi Pembinaan Kemampuan (Subsibinpuan), bertugas memberikan pembinaan dan bimbingan teknis dan taktis kepada PPNS. Subseksi Pembinaan Kemampuan (Subsibinpuan) dipimpin oleh seorang Kepala Subseksi Pembinaan Kemampuan (Kasubsibinpuan) dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi dan jabatan eselon IV A.

c. Unsur Pelaksana

Unsur pelaksana pada Ditreskrimsus adalah Sub Direktorat (Subdit).

Subdit bertugas melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana yang terjadi di daerah hukum Polda DIY. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdit menyelenggarakan fungsi:

a) penyelidikan dan penyidikan tindak pidana yang terjadi di daerah hukum Polda;

(25)

b) pemberkasan dan penyelesaian berkas perkara sesuai dengan ketentuan administrasi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana; dan

c) penerapan manajemen anggaran, serta manajemen penyelidikan dan penyidikan tindak pidana.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdit dibantu oleh dua Unit yaitu Unit A dan Unit B yang bertugas membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Subdit. Di Ditreskrimsus Polda DIY terdapat empat Subdit yaitu:

a) Subdit I/ Ekomomi

Subdit I/ Ekonomi bertugas untuk penanganan tindak pidana perbankan dan Fiskal, Moneter, dan Devisa (Fismondev). Subdit I dipimpin oleh seorang Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) dan jabatan eselon IIIA. Subdit I terbagi menjadi Unit A yang menangani kasus Perbankan dan Uang Palsu, serta Unit B yang menangani tindak pidana Fismondev. Setiap unit terdiri dari:

(1) Seorang Kepala unit (Kanit) dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol) dan jabatan eselon IIIB.

(2) Dua orang Perwira Unit (Panit) dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan eselon IVA.

(3) Empat orang Bintara Unit (Banit) dengan pangkat Bintara.

Berkaitan dengan upaya (represif) polisi dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY dilakukan oleh Polisi Penyidik Unit B bidang Fiskal, Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY. Unit B bidang

(26)

102

Fiskal, Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY ini terdapat 7 orang penyidik yang akan diuraikan sebagai berikut:

(1) Kepala Unit (Kanit) dengan inisial S yang berpangkat Komisaris Polisi dan jabatan eselon IIIB. S sebagai polisi dengan masa kerja 28 tahun dan umur 48 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan formal yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA).

(2) Perwira Unit (Panit) dengan inisial P yang berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan sebagai penyidik. P sebagai polisi dengan masa kerja 26 tahun dan umur 48 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan formal yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan untuk pendidikan non formal yaitu Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Money Loundry yang di adakan oleh Mabes Polri.

(3) Bintara Unit (Banit) dengan inisial RY yang berpangkat Briptu dan jabatan sebagai penyidik pembantu. RY sebagai polisi dengan masa kerja 6 tahun dan umur 24 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan formal yaitu Sarjana Hukum dan untuk pendidikan non formal yaitu Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Money Loundry yang di adakan oleh Mabes Polri.

(4) Bintara Unit (Banit) dengan inisial AM yang berpangkat Brigadir dan jabatan sebagai penyidik pembantu. AM sebagai polisi dengan masa kerja 21 tahun dan umur 42 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan

(27)

formal yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan memiliki keahlian menembak.

(5) Bintara Unit (Banit) dengan inisial BP yang berpangkat Aiptu dan jabatan sebagai penyidik pembantu. BP sebagai polisi dengan masa kerja 20 tahun dan umur 39 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan formal yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan untuk pendidikan non formal yaitu Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Money Loundry yang di adakan oleh Mabes Polri.

(6) Banit dengan inisial CS yang berpangkat Aipda dan jabatan sebagai penyidik pembantu. CS sebagai polisi dengan masa kerja 17 tahun dan umur 46 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan formal Sarjana Hukum dan untuk pendidikan non formal yaitu Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Illegal Minning yang di adakan oleh Mabes Polri.

(7) Banit dengan inisial SP yang berpangkat Bripka dan jabatan sebagai penyidik pembantu. SP sebagai polisi dengan masa kerja 13 tahun dan umur 37 tahun. Memiliki latar belakang pendidikan formal Sarjana Hukum dan untuk pendidikan non formal yaitu Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi yang di adakan oleh Mabes Polri.

(28)

104 Tabel 3. Profil Penyidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY Tahun 2013

Sumber: Hasil wawancara dengan masing-masing penyidik pada tanggal 26 Juni-22 Juli 2013 No Jabatan Pangkat Usia Masa

Kerja

Pendidikan Formal

Pendidikan Non Formal Bidang

Keahlian

1 Kanit Kompol 48 tahun

28 tahun

SMA - -

2 Panit AKP 48

tahun

26 tahun

SMA Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Money Loundry yang di adakan oleh Mabes Polri.

-

3 Banit Briptu 24 tahun

6 tahun

Sarjana Hukum

Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Money Loundry yang di adakan oleh Mabes Polri.

-

4 Banit Brigadir 42 tahun

21 tahun

SMA - Menembak

5 Banit Aiptu 39 tahun

20 tahun

SMA Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Money Loundry yang di adakan oleh Mabes Polri.

-

6 Banit Aipda 46 tahun

17 tahun

Sarjana Hukum

Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Illegal Minning yang di adakan oleh Mabes Polri.

-

7 Banit Bripka 37 tahun

13 tahun

Sarjana Hukum

Pelatihan Peningkatan Kemampuan dalam Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi yang di adakan oleh Mabes Polri.

-

(29)

b) Subdit II/ Inprodag

Subdit II/ Inprodag bertugas untuk penanganan tindak pidana Industri, Produksi dan Perdagangan (Inprodag) dan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Subdit II dipimpin oleh seorang Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) dan jabatan eselon IIIA. Subdit II terbagi menjadi Unit A yang menangani tindak pidana HAKI, Perlindungan Konsumen, dan Perumahan Pemukiman dan Karantina, serta Unit B yang menangani tindak pidana Perindustrian, Perdagangan, Pangan, Perfilman dan Asuransi. Setiap unit terdiri dari:

(1) Seorang Kepala unit (Kanit) dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol) dan jabatan eselon IIIB.

(2) Dua orang Perwira Unit (Panit) dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan eselon IVA.

(3) Empat orang Bintara Unit (Banit) dengan pangkat Bintara.

c) Subdit III/ Pidter

Subdit III/ Pidter bertugas untuk penanganan pidana tertentu (Pidter), yaitu cyber crime dan pencemaran lingkungan hidup. Subdit III dipimpin oleh seorang Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) dan jabatan eselon IIIA. Subdit III terbagi menjadi Unit A yang menangani tindak pidana pencemaran lingkungan hidup seperti Illegal Logging, Illegal Fishing, KSDA, Listrik dan Migas, Illegal Minning, Peternakan, Kesehatan, Penempatan TKI

(30)

106

dan Cagar Budaya, serta Unit B yang menangani tindak pidana teknologi komunikasi dan informasi atau cyber crime seperti penyadapan telepon, penyalahgunaan voip, dan penipuan telepon genggam. Setiap unit terdiri dari:

(1) Seorang Kepala unit (Kanit) dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol) dan jabatan eselon IIIB.

(2) Dua orang Perwira Unit (Panit) dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan eselon IVA

(3) Empat orang Bintara Unit (Banit) dengan pangkat Bintara.

d) Subdit IV/ Korupsi bertugas untuk menangani tindak pidana Korupsi.

Subdit IV dipimpin oleh seorang Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) dengan pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) dan jabatan eselon IIIA. Subdit IV terbagi menjadi Unit A yang menangani tindak pidana Korupsi Departemen yaitu korupsi yang terjadi mengenai Dana Bantuan, Dana Usaha Negara dan Dana Pemerintah, serta Unit B yang menangani tindak pidana Korupsi Non Departemen yaitu korupsi yang terjadi mengenai Dana Kredit Usaha serta Dana Pembangunan dan Proyek.

Subdit IV terbagi menjadi dua unit yang terdiri dari:

(1) Dua orang Kepala unit (Kanit) dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol) dan jabatan eselon IIIB.

(2) Empat orang Perwira Unit (Panit) dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan jabatan eselon IVA.

(3) Delapan orang Bintara Unit (Banit) dengan pangkat Bintara.

(31)

B. Upaya Polisi dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Berkedok Investasi melalui Sistem Online di Polda DIY.

1. Upaya Preventif

Upaya preventif merupakan tindakan pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran norma-norma yang berlaku yaitu dengan mengusahakan agar faktor niat dan kesempatan tidak bertemu sehingga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat tetap terpelihara aman dan terkendali. Upaya preventif dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY telah dilakukan oleh bagian Humas dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online dengan:

a. Press Release hasil Operasi Pundi Progo Tahun 2012

Press Release adalah informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh Humas Polda DIY yang disampaikan kepada pengelola media masa.

Media yang dimaksud dalam kegiatan press release adalah media massa yang meliputi media massa cetak, yaitu surat kabar dan majalah, serta media massa noncetak yang meliputi televisi dan radio untuk dipublikasikan dalam media massa tersebut. Berita yang dibuat oleh humas erat kaitannya dengan kepentingan Polda DIY yaitu memberikan penjelasan kepada masyarakat melalui pemberitaan di media massa guna mengantisipasi merebaknya tindak pidana penipuan perkedok investasi melalui sistem online.

(32)

108

Upaya penyebaran press release ke berbagai media massa dilakukan Humas Polda DIY dengan cara mengirim langsung press release hasil operasi Pundi Progo 2012 yang meliputi hasil ungkap kasus

penipuan berkedok investasi melalui sistem online dengan berbagai modus operandi yaitu investasi emas, forex trading dan kegiatan perdagangan berjangka komoditi, yang telah dibuat ke redaksi media massa yang dituju, selanjutnya redaksi media massa menyusun press release tersebut sesuai dengan aturan redaksional media massa

bersangkutan, dan kemudian press release tersebut dipublikasikan.

b. Talk show di stasiun televisi lokal Yogyakarta.

Bagian Humas Polda DIY mengadakan sosialisasi tentang tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di stasiun televisi lokal Jogja dengan cara melakukan gelar wicara (bahasa Inggris:

talk show; chat show) yang merupakan suatu jenis acara televisi berupa

perbincangan atau diskusi seorang atau sekelompok orang "tamu" tentang suatu topik tertentu dengan dipandu oleh pemandu gelar wicara. Humas Polda DIY dalam pelaksanaan talk show tentang tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online bekerjasama dengan stasiun televisi lokal yang ada di Yogyakarta yaitu Jogja TV dan TVRI Yogyakarta.

Sosialisasi dilakukan diawali dengan pembawa acara memberitahukan kepada para pemirsa televisi tentang tema yang akan diangkat, selanjutnya pemirsa televisi diperkenankan membahas tema

(33)

yang diangkat melalui dialog interaktif melalui saluran telepon antara pembawa acara, pembicara serta pemirsa televisi. Dalam dialog interaktif masyarakat diperbolehkan untuk bertanya terkait dengan tema yang diangkat, memberikan kritik dan saran.

Sum ber

Gambar 3. Talk show di stasiun televisi Jogja TV pada 11 Maret 2013 dan 4 Juni 2013

Sumber: Data Dokumen tentang Kegiatan Polda DIY tahun 2012-Maret 2013 dari Bidhumas Polda DIY, 10 Agustus 2013

c. Dialog interaktif di radio lokal Yogyakarta.

Bagian Humas Polda DIY mengadakan sosialisasi tentang tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online melalui dialog interaktif yang merupakan forum yang mendiskusikan masalah aktual dan penting untuk dibahas yaitu mengenai tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online. Humas Polda DIY bekerjasama dengan radio lokal yang ada di Yogyakarta yaitu radio Jogja Family. Sosialisasi dilakukan diawali dengan penyiat radio memberitahukan kepada para pendengar radio tentang tema yang akan diangkat, selanjutnya pendengar radio diperkenankan membahas tema yang diangkat melalui dialog interaktif melalui saliran telepon antara penyiar, pembicara serta

(34)

110

pendengar radio. Dalam dialog interaktif masyarakat diperbolehkan untuk bertanya terkait dengan tema yang diangkat, memberikan kritik dan saran.

Gambar 4. Dialog interaktif di radio Jogja Family pada tanggal 12 Juni 2013 Sumber: Data Dokumen tentang Kegiatan Polda DIY bulan Juni

2013 dari Bidhumas Polda DIY, 10 Agustus 2013

Rincian dari kegiatan yang dilakukan bagian Humas Polda DIY dalam upaya menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan bagian Humas Polda DIY dalam Upaya Menanggulangi Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Berkedok Investasi melalui Sistem Online di Polda DIY Tahun 2012- Juni 2013

N

o Waktu Tempat Program Acara Tema Acara Pembicara 1 Senin, 4 Juni

2012, Pukul 14.00-15.30

Studio Jogja TV

Bincang Hari Ini

Awas Investasi Bodong

Dirreskrimsus Polda DIY: Drs.S. Joko Lelono dan dari LOS: Slamet N 2 14 Mei 2012,

Pukul 14.30- 15.30

Studio Jogja TV

Bincang Hari Ini

Penipuan Berkedok Investasi

Dirreskrimsus Polda DIY: Drs.S. Joko Lelono dan Kriminolog UGM:

Markus Prio Gunarto 3 Senin, 18

Juni 2012, Pukul 19.00- 20.00

Studio TVRI Jogja

Awas Investasi Bodong

Dirreskrimsus Polda DIY: Drs.S. Joko Lelono dan dari LOS

4 Senin, 11 Maret 2013, Pukul 14.30- 15.30

Studio Jogja TV

Bincang Hari Ini

Waspada Investasi Bodong Emas

Dirreskrimsus Polda DIY: Drs.S. Joko Lelono dan Pengamat Ekonomi UMY: Ahmad Makruf

5 Rabu, 12 Juni 2013

Radio Jogja Family

Dialog Interaktif Live

Penipuan Berkedok Investasi

Kanit B Subdit I Ditreskrimsus Polda DIY: Kompol Edi Sutanto

Sumber: Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Humas Polda DIY pada tanggal 25 Juli 2013.

(35)

Rangkaian kegiatan sosialisasi mengenai tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online yang dilakukan bertujuan untuk memberikan himbauan kepada masyarakat agar tidak mudah tergiur dengan profit atau keuntungan besar yang ditawarkan pada sebuah website, sehingga mereka tidak menjadi korban dari penipuan berkedok

investasi melalui sistem online. Polisi juga memberikan himbauan kepada masyarakat mengenai hukuman berat yang diterima apabila ada masyarakat yang melakukan tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online, tindakan penipuan berkedok investasi melalui sistem online sangat merugikan maka dari itu diharapkan kepada semua masyarakat untuk saling bekerjasama mencegah terjadinya tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online. Selain itu, masyarakat juga harus selalu patuh dan taat pada peraturan yang berlaku.

Kegiatan sosialisasi mengenai tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online yang dilakukan oleh Bidang Humas Polda DIY diharapkan dapat menginformasikan kepada masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat agar lebih waspada dan lebih berhati-hati agar tidak menjadi korban maupun pelaku tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online serta diharapkan juga jumlah tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online dapat berkurang.

(36)

112

2. Upaya Represif.

Upaya Represif dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY dilakukan oleh Polisi Penyidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY. Penyidik tersebut terdiri dari:

a. Kepala Unit (Kanit) dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol) b. Satu orang Panit dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP).

c. Lima orang Banit dengan pangkat Briptu, Brigadir, Aiptu, Aipda dan Bripka

Upaya Represif dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY yaitu dengan upaya paksa seperti penyelidikan dan penyidikan. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam KUHAP (Pasal 1 butir 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Selanjutnya penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan

(37)

guna menemukan tersangkanya (Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ).

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai upaya represif polisi dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY akan diuraikan sebagai berikut:

a. Penyelidikan

Penyelidikan terhadap tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY dilakukan oleh Polisi Penyelidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY. Penyelidikan merupakan tindakan tahap pertama permulaan sebelum dilakukan penyidikan. Jadi sebelum dilakukan tindakan penyidikan, dilakukan dulu penyelidikan oleh pejabat penyelidik, dengan maksud dan tujuan mengumpulkan “bukti permulaan”

atau “bukti yang cukup” agar dapat dilakukan tindak lanjut penyidikan.

Setelah mendapatkan laporan adanya tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online dilakukan tindakan penyelidikan.

Pada tahap penyelidikan, polisi penyelidik melakukan serangkaian tindakan yaitu:

1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online

Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda DIY menerima laporan atau pengaduan dari masyarakat tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadi peristiwa pidana dalam hal ini penipuan

(38)

114

berkedok investasi melalui sistem online. Petugas SPKT mencatat semua hal yang dilaporkan. Laporan atau pengaduan yang dapat diterima:

a) Jika laporan pengaduan diajukan secara tertulis harus ditandatangani oleh pelapor atau pengadu (Pasal 108 ayat (4) Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

b) Jika laporan atau pengaduan diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyidik dan ditandatangani oleh pelapor/pengadu dan penyidik (Pasal 108 ayat (5) Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

Laporan polisi yang telah dicatat tersebut disampaikan kepada Bagbinopsnal Ditreskrimsus Polda DIY untuk selanjutnya dilakukan analisa terhadap laporan yang masuk dan kemudian menunjuk salah satu Subdit yang berwenang untuk menangani kasus tersebut, dalam hal ini Subdit I/ Ekonomi. Kasubdit I/ Ekonomi kemudian menunjuk salah satu Unit yang berwenang untuk menangani kasus tersebut, dalam hal ini Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY untuk mulai menindak dan melakukan pemeriksaan setelah administrasi penyelidikan berupa Surat Perintah Tugas dan Surat Perintah Penyelidikan lengkap.

(39)

2) Mencari keterangan dan alat bukti

Dalam mencari keterangan dan alat bukti kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online, penyelidik melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap saksi pelapor atau korban serta penyamaran maupun “under cover” (penyusupan). Pemanggilan dan pemeriksaan terhadap saksi pelapor atau korban tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY dilakukan guna mendapatkan keterangan tentang peristiwa yang diduga tindak pidana yang dilaporkan oleh pelapor, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.

Penyamaran yaitu penyelidik menjadi seolah-olah bagian dari area yang diduga terjadi tindak pidana dan mengganti identitas sesuai dengan keadaan area tersebut guna mendapatkan keterangan dan alat bukti.

Penyamaran dilakukan polisi penyelidik dengan berpura-pura akan menjadi investor pada sebuah perusahaan atau individu penawar investasi.

Penyusupan disini yaitu penyelidik memasuki area yang diduga sebagai tempat terjadinya tindak pidana secara sembunyi-sembunyi untuk tidak diketahui siapa pun guna untuk mendapatkan keterangan dan alat bukti.

Dalam hal mencari keterangan dan alat bukti kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY mengalami hambatan karena Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Ketika penyelidik membutuhkan petunjuk dari rekening yang diduga sebagai pelaku tetapi untuk mendapatkan data rekening itu tidak

(40)

116

mudah, harus melalui ijin Kapolri baru ke Bank Indonesia. Tidak cukup di situ saja, ketika ijin telah didapat pihak Bank tidak bisa memberikan keterangan dengan alasan Pasal 42 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang berbunyi:

(1) Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana. Pihak Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada Polisi, Jaksa, atau Hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka ayau terdakwah pada bank.

(2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan secara tertulis atas perintah tertulis dari kepalas Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua Mahkamah Agung.

(3) Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menyebutkan nama dan jabatan Polisi, Jaksa, atau Hakim, nama tersangka atau terdakwa, alasan diperlukannya keterangan dan hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang diperlukan.

Polisi penyelidik yang membutuhkan data dari rekening tersebut sebagai petunjuk permulaan tentu saja belum dapat menentukan siapa pelaku tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online tersebut, sementara dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menghendaki status orang yang akan di audit rekeningnya sudah merupakan tersangka, sehingga Polisi Penyelidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY tidak mendapatkan data dari rekening seseorang yang diduga sebagai pelaku. Hal ini membuat polisi penyelidik kesulitan untuk melakukan penyelidikan yang lebih lanjut.

(41)

Selain terkendala hal di atas, untuk mendapatkan data pengguna jasa layanan seluler maupun internet pada perusahaan provider seluler polisi penyelidik membutukan waktu yang lama (kurang lebih tiga bulan).

Hal ini dikarenakan provider seluler berdalih untuk melindungi kerahasiaan privasi konsumen ataupun data yang diminta terlalu lama sehingga sudah terhapus. Karena memang korban penipuan berkedok investasi melalui sistem online tidak langsung mengetahui bahwa dirinya menjadi korban. Korban penipuan berkedok investasi melalui sistem online menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban setelah beberapa

waktu atau setelah menimbulkan kerugian.

3) Menyuruh Berhenti Orang yang Dicurigai dan Menanyakan serta Memeriksa Tanda Pengenal Diri

Untuk keperluan penyelidikan, penyelidik berwenang untuk memerintahkan orang yang berada di tempat kejadian perkara pada waktu terjadinya tindak pidana untuk tidak atau dilarang meninggalkan tempat kejadian perkara dan mengumpulkannya di luar batas yang telah dibuat.

Dalam penyelidikan kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY belum pernah dilakukan tindakan menyuruh berhenti orang yang dicurigai karena pada penyelidikan kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online belum pernah ada seseorang yang diduga melakukan tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online tertangkap tangan melakukan tindak pidana tersebut. Orang yang diduga melakukan tindak pidana

(42)

118

penipuan berkedok investasi melalui sistem online biasanya telah melarikan diri ke luar daerah bahkan keluar negeri sebelum korban melapor kepada polisi.

4) Kewenangan Berdasarkan Perintah Penyidik

Tindakan dan kewenangan penyelidik dalam melaksanakan perintah penyidik berupa:

a) Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan, penyitaan

b) Pemeriksaan dan penyitaan surat

c) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

d) Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik (Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

Tindakan dan kewenangan penyelidikan dalam melakukan perintah penyidik seperti telah disebutkan di atas, belum pernah dilakukan pada kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY karena setelah mendapatkan bukti permulaan yang

cukup dengan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap saksi serta pelapor sehingga di dapat dua alat bukti berupa keterangan saksi dan petunjuk berupa print out penawaran, bukti transfer serta surat perjanjian kerjasama segera dilakukan tindak lanjut berupa penyidikan.

(43)

5) Kewenangan Penyelidik Membuat dan Menyampaikan Laporan Hasil Pelaksanaan Tindakan Penyelidikan

Penyelidik wajib membuat dan menyampaikan laporan tertulis hasil pelaksanaan tindakan penyelidikan demi untuk pertanggungjawaban dan pembinaan pengawasan terhadap penyelidik kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem onlie, sehingga tindakan yang dilakukan penyelidik berupa pemanggilan serta pemeriksaan terhadap pelapor maupun saksi dan pengumpulan bahan keterangan dari sebuah perusahaan atau individu penawar investasi tertera dalam laporan hasil pelaksanaan tindakan penyelidikan tersebut.

Setelah terkumpul cukup bukti pada tahap penyelidikan kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online yaitu minimal dua alat bukti yakni keterangan saksi (pelapor) atau korban dan petunjuk berupa print out penawaran, slip transfer dan surat perjanjian kerjasama selanjutnya dilakukan penyidikan.

b. Penyidikan

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa penyidikan merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya (Pasal 1 angka 2 Undang- Undang No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Dalam hal ini penyidikan tindak pidana penipuan berkedok

(44)

120

investasi melalui sistem online di Polda DIY di lakukan oleh Polisi Penyidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/

Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY. Setelah dikeluarkan surat perintah penyidikan dan surat perintah tugas, Polisi Penyidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY segera melakukan penyidikan terhadap tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online.

Adapun tindakan penyidikan yang dilakukan oleh Polisi Penyidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY diuraikan sebagai berikut:

1) Penangkapan

Penangkapan ini dilakukan untuk kepentingan penyidikan dengan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berberbunyi

“untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik pembantu berwenang melakukan penangkapan”. Polisi Penyidik Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY dalam melakukan penangkapan berdasarkan alasan seorang tersangka diduga keras melakukan tindak pidana dan dugaan yang kuat itu didasarkan pada bukti permulaan yang cukup.

Tindakan penangkapan baru dapat dilakukan oleh penyidik apabila seseorang itu diduga keras melakukan tindak pidana, dan dugaan yang kuat itu didasarkan pada bukti permulaan yang cukup.

(45)

Pelaksanaan penangkapan dilakukan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, kecuali di dalam hal tertangkap tangan, setiap orang berhak melakukan penangkapan. Pada tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online, Polisi Penyidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY dalam melakukan penangkapan terhadap tersangka harus membawa surat tugas. Selain itu Polisi Penyidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY harus memperlihatkan surat perintah penangkapan dari Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) yang berisi identitas tersangka, alasan penangkapan, uraian singkat perkara kejahatan dan tempat tersangka diperiksa.

Penangkapan tersebut dilakukan oleh beberapa orang petugas dari Unit B bidang Fiskal Moneter dan Moneter Fismondev Subdit I/

Ekonomi Ditrekrimsus Polda DIY yang telah ditunjuk oleh Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus). Penangkapan dilakukan karena berdasarkan keterangan saksi-saksi, serta bukti-bukti yang ada diduga kuat telah melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, kemudian tersangka dibawa ke Kantor Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda DIY guna penyidikan lebih lanjut. Atas penangkapan tersangka, kemudian dibuatkan Berita Acara Penangkapan.

(46)

122

2) Penahanan

Untuk kepentingan penyidikan dan berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh bukti yang cukup, tersangka diduga keras melakukan tindak pidana penipuan sebagaimana diatur dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang dapat dikenakan penahanan, tersangka dikhawatirkan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana maka dapat dilakukan penahanan terhadap tersangka dengan Surat Perintah Penahanan dari Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) Polda DIY.

Penahanan tersebut dilakukan oleh beberapa orang petugas dari Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditrekrimsus Polda DIY yang telah diperintahkan oleh Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) untuk melakukan penagkapan terhadap seorang tersangka. Penahanan dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan di Kantor Direktorat Reserse Kriminal Khusus Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Polda DIY, karena tersangka dikhawatirkan akan melarikan diri atau akan mengulangi perbuatannya serta akan menghilangkan barang bukti, dilakukan penahanan yang ditempatkan di Rumah Tahanan Polda DIY guna proses penyidikan lebih lanjut.

Atas penahanan tersebut kemudian dibuatkan Berita Acara Penahanan.

(47)

Apabila berdasarkan bukti yang cukup diduga keras tersangka melakukan tindak pidana sebagai berikut:

(a) Tindak pidana penipuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi

“barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat (hoedaningheid) palsu; dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sessuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun”, atau tindak pidana penggelapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi “barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum, mengaku sebagai milik sendiri (zich toeeigenen) barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam, karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

(b) Tindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang berbunyi “setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan

(48)

124

hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”.

(c) Tindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang berbunyi “setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.

maka untuk kepentingan pemeriksaan di tingkat penyidikan yang belum selesai dan karena berdasarkan bukti yang cukup berupa keterangan saksi-saksi, keterangan ahli serta bukti-bukti yang ada berupa print out penawaran, bukti transfer dan surat perjanjian kerjasama dan rekening koran diduga keras tersangka melakukan tindak pidana sebagaimana telah diuraikan di atas, dapat dilakukan perpanjangan penahanan.

(49)

Perpanjangan Penahanan dapat dilakukan karena berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, perkara yang sedang diperiksa diancam dengan pidana penjara sembilan tahun atau lebih dapat dilakukan perpanjangan penahanan untuk paling lama tiga puluh hari dan dalam hal penahanan tersebut masih diperlukan dapat diperpanjang lagi untuk paling lama 30 hari.

3) Penggeledahan

Penggeledahan bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan fakta dan bukti serta dimaksudkan untuk mendapatkan orang yang diduga keras sebagai tersangka pelaku tindak pidana. Dalam kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online, untuk kepentingan penyidikan, penyidik Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Polda DIY dapat melakukan penggeledahan rumah atau penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam KUHAP (Pasal 32 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup Iainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP (Pasal 1 butir 17 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Gambar

Gambar 2 : Bagan Struktur Organissasi Ditreskrimsus Polda DIY
Gambar 3. Talk show di stasiun televisi Jogja TV pada 11 Maret 2013 dan 4 Juni 2013
Tabel  4.  Jadwal  Pelaksanaan  Kegiatan  bagian  Humas  Polda  DIY  dalam  Upaya Menanggulangi Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Berkedok  Investasi melalui Sistem Online di Polda DIY Tahun 2012- Juni 2013
Tabel  5.  Alat  yang  Dibutuhkan  dalam  Penyidikan  Kasus  Tindak  Pidana  Penipuan  Berkedok  Investasi  Melalui  Sistem  Online  di  Polda  DIY  yang  Ditangani  Polisi  Penyidik  Unit  B  Bidang  Fiskal  Moneter  dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekono

Referensi

Dokumen terkait

Dia adalah satu (wahid) sejak wujud dan untuk selamanya. Di samping itu Insân kamîl dapat muncul dan menampakkan dirinya dalam berbagai macam. la diberi nama

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Mengatasi Kecanduan

H1 : Variabel kualitas layanan yang meliputi tangibles (berwujud), reliability keandalan), responsiveness (tanggapan), assurance (jaminan) dan empathy (perhatian)

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggetaran optimum untuk pembuatan lateks pekat terdapat pada getaran 225 rpm dengan nilai pH, kadar karet kering, dan

Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, (Jakarta: Kencana, 2006), Cetakan pertama, hal.. Hukum asal menggunakan hak pilih adalah mubah, dalam arti boleh digunakan dan boleh juga

Berdasarkan penelitian ini dapat diambil kesimpulan yaitu: (1) analisis kejiwaan tokoh utama novel Gogroke Reroncen Kembang Garing Karya Tulus Setiyadi meliputi:

Bila konsep kemandirian dipadukan dengan konsep pemilihan jabatan atau memilih karier, maka penulis menyimpulkan kemandirian dalam memilih karier adalah kondisi siswa