Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas
pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks
Arif Budiman1,a*, Sri Poernomo Sari2,b*.
1,2) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100, Pondokcina, Depok 16424, Indonesia.
aarif.budiman49@gmail.com, bsri_ps@staff.gunadarma.ac.id Abstrak
Heat exchanger jenis shell-tube banyak digunakan di industri yaitu sebagai penukar panas antara dua fluida yang saling berbeda temperatur. Pemilihan jenis material mempengaruhi kinerja dari heat exchanger tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemilihan jenis material terhadap nilai koefisien perpindahan panas pada perancangan heat exchanger shell-tube dengan solidworks. Bagian shell yaitu stasionary head dan rear head digunakan carbon steel sedangkan untuk tube digunakan copper, brass dan alluminium bronze. Dimensi yang digunakan berdasarkan perhitungan thermal dengan panjang 2.15 m untuk bagian shell dan tube, diameter dalam shell 30.48 cm, diameter dalam tube 1.656 cm, diameter luar tube 1.905 cm, jumlah tube 98 pitch, layout triangular pitch, jumlah baffle 14 buah dengan jarak 13.7 cm. Nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan pada perhitugan thermal untuk material copper pada tube 864.15 W/m2K, brass 856.89 W/m2K dan alluminium bronze 852.66 W/m2K. Distribusi kecepatan aliran dihasilkan dari simulasi dengan kecepatan inlet fluida air panas rata – rata dari semua material adalah 0.789 m/s dan kecepatan outlet 0.769 m/s. Distribusi kecepatan inlet rata – rata fluida air dingin 3.026 m/s dan kecepatan outlet 2.965 m/s. Distribusi temperatur yang dihasilkan pada fluida air panas dengan inlet 90ºC dan temperatur outlet berkisar antara 40ºC–43ºC. Distribusi temperatur fluida air dingin dengan inlet 21ºC dan temperatur outlet berkisar antara 33ºC–34ºC. Penurunan tekanan rata – rata yang dihasilkan fuida air panas 1061.36 Pa dan penurunan tekanan yang dihasilkan fluida air dingin 14300.1 Pa.
Kata kunci : Heat Exchanger, Shell and Tube, Koefisien Perpindahan Panas, Kecepatan Fluida, Temperature Fluida, Tekanan fluida.
Pendahuluan
Heat exchanger merupakan sebuah komponen yang sulit dipisahkan dalam sistem konversi energi. Heat exchanger merupakan sebuah sistem yang dapat mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida dalam bentuk gas maupun cairan.
Dalam perkembangannya heat exchanger memiliki jenis yang berbeda – beda yang semuanya itu akan disesuaikan dengan kebutuhan. Saat ini jenis heat exchanger yang banyak digunakan adalah jenis Shell and Tube karena memiliki keutungan baik itu dari segi biaya, proses pembuatannya maupun kerja dari jenis heat exchanger tersebut.
Mengingat penting serta banyak penggunaan heat exchanger dalam dunia industri dan perusahaan – perusahaan energi, maka perlu dilakukan analisa beberapa parameter dalam melakukan perancangan yang akan mempengaruhi kinerjanya, seperti penggunaan jenis material yang berbeda pada bagian tube. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perhitungan termal perancangan, pengaruh dari jenis material tube terhadap koefisien perpindahan panas pada perhitungan termal serta menganalisa fenomena kecepatan aliran fluida, distribusi temperatur dan penurunan tekanan yang dihasilkan pada simulasi software SolidWorks.
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Teori
Alat penukar kalor (heat exchanger) merupakan sebuah alat yang digunakan untuk dapat melakukan perpindahan kalor dari temperature yang lebih tinggi menuju temperature yang lebih rendah, selain berfungsi sebagai pendinginan alat penukar kalor (heat exchanger) juga berfungsi sebagai pemanas dari suatu system heat exchanger.
Gambar 1, Heat Exchanger Shell and Tube
[www.souheat.com]
.
Dalam konstruksi sebuah alat penukar kalor terdiri dari empat bagian yang akan saling mendukung untuk membuat konstruksi alat penukar kalor (heat exchanger), bagian- bagian tersebut seperti bagian depan (front head stationary head), bagian shell, bagian belakang (rear end head) dan bagian tube atau tube – bundle.
Gambar 2, Alat Penukar Kalor Heat Exchanger Berdasarkan TEMA[5].
Shell merupakan bagian tengah dari heat exchanger Shell and Tube dan juga merupakan rumah atau tempat dari bundle (gabungan dari tube dan baffle), bagian shell juga merupakan tempat terjadinya pertukaran kalor atau heat transfer pada proses heat exchanger, karena di dalam shell tersebut terdapat aliran fluida dan juga aliran fluida didalam tube.
Gambar 3, Shell Pelat Tube Tetap[5].
Tube merupakan urat nadinya, hal ini disebabkan oleh aliran fluida yang terjadi didalam tube dan diluar tube dan kedua fluida tersebut memiliki kapasitas temperatur, density, viscositas, beda tekan serta jenis yang berbeda yang nantinya akan mempengaruhi perpindahan panas yang terjadi.
Kemampuan untuk dapat melepas maupun menerima kalor dari sebuah komponen heat exchanger akan dipengaruhi oleh luas permukaan (heating surface), sedangkan luas permukaan tersebut bergantung pada susuna dari tube, panjang tube, ukuran tube, jumlah tube yang digunakan pada jenis heat exchanger tersebut.
Layout tube yang banyak digunakan adalah layout tube segitiga (triangular pitch) baik itu dipakai pada fluida yang kotor/
berlumpur atau fluida yang bersih (non- fouling or fouling), karena menghasilkan koefisien perpindahan kalor yang baik dibandingkan dengan jenis layout tube lainnya.
Gambar 4, Layout Tube[5].
KE-73
Ada banyak pertimbangan yang digunakan untuk dapat menentukan layout tube yang akan digunakan, selain nilai perpindahan kalor yang dihasilkan, kemampuan untuk dapat memudahkan dalam membersihkan juga merupakan alasan dalam penentuan layout dari tube, serta yang harus diperhatikan juga adalah pressure drop yang akan dihasilkan dari masing – masing layout tersebut.
Baffle merupakan sebuah komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah kostruksi heat exchanger, baffle merupakan sebuah sekat – sekat yang dipasang dengan tujuan untuk dapat menahan konstruksi dari tube – bundle jika terjadinya sebuah getaran yang tidak diinginkan yang dapat merusak tube, serta baffle juga berfungsi sebagai pengontrol aliran fluida yang mengalir diluar tube atau didalam shell (shell side).
Gambar 4. Bentuk Baffle[5]
Metode Perancangan
Perancangan ini yang dilaksanakan dengan tahapan-tahapan perhitungan untuk dapat menghasilkan nilai koefisien perpindahan panas dari jenis material yang digunakan pada tube dan shell.
Kapasitas panas yang bekerja merupakan nilai dari energi yang dibutuhkan untuk menaikan dan melepas panas dari sistem heat exchanger seperti pada persamaan 1.
Q = ṁ ܥ ∆ܶ (1)
LMTD (Logarithmic Mean Overall Temperature Difference) merupakan selisih temperature rata – rata dari fluida yang mengalir pada heat exchanger ditunjukkan di persamaan 2.
ܮܯܶܦ = ሺ்ଵି௧ଶሻି ሺ்ଶି௧ଵሻ
ሺభషమሻሺమషభሻ (2) Selisih temperatur rata – rata koreksi pada persamaan 3.
∆ݐܿ = ܨݐ. ܮܯܶܦ ……… (3) Luas Perpindahan Panas adalah seperti pada persamaan 4 berikut ini
∆ݐܿ =ሺ௦ ௗ ௦ሻ௫ ொ .. (4) Kecepatan massa aliran masing – masing fluida pada tube dijelaskan pada persamaan 5 dan shell di persamaan 6.
ܩݏ =
௧ …………..….. (5) ܩݏ = ௦ ………….….. (6)
Bilangan Reynold untuk tube pada persamaan 7 dan shell di persamaan 8.
ܴ݁ =.ீ௦ఓ = ସ ሺ ே௧గ. ఓൗ ሻ …………. (7)
ܴ݁ =.ீ௦ఓ ……….………. (8 Koefisien perpindahan panas masing – masing fluida mengalir pada tube dijelaskan pada persamaan 9 dan shell pada persamaan 10.
ℎ݅ =..ሺሻ
భ య
ௗ . ∅ݐ ………….. (9) ℎ = ..ሺሻ
భ య
. ∅ݐ ……….. (10) Koefisien perpindahan panas keseluruhan (Overal Heat Transfer Coefficient) dijelaskan pada persamaan 11.
ܷ =ଵ + ܴ݀ +ݔሺௗିௗሻଶ +ݔଵ+ݔ ܴ݀݅ (11) Perhitungan overdesain dijelaskan pada persamaan 12.
ݒ݁ݎ݀݁ݏܽ݅݊ = ି
ݔ100%.. (12) Penurunan tekanan (Pressure Drop) untuk tube ditunjukkan pada persamaan 13 dan 14 sedangkan untuk shell pada persamaan 15
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
∆ܲ = ீమ
ଶ .ீ.ఘ..∅௧ = ீమ
ହ.ଶଶ ௫ ଵభబ ௦ ∅௧ ሺܲݏ݅ሻ (13)
∆ሺܾ݈݇݁݉ܽ݅ሻ = ସ.௦ ݔ ଶమ ሺܲݏ݅ሻ …. (14)
∆ܲݏ = ௫ ሺீ௦ሻమ௫ ூ௦ ௫ ሺேାଵሻ ଶ ௫ ௫ ఘ ௫௦ ௫ ∅௦
= ௫ ሺீ௦ሻమ௫ ூ௦ ௫ ሺேାଵሻ
ହ.ଶଶ .ଵభబ ௫ ௫ ௦ ௫ ∅௦ ሺܲݏ݅ሻ ……...….. (15) Perhitungan Perancangan dan Analisa dengan Solidworks.
Pada dasarnya penentuan dimensi yang digunakan pada perancangan heat exchanger dihasilkan dengan menggunakan nilai U (koefisien perpindahan panas keseluruhan) assumsi hingga diperoleh Uperhitungan. Pada penelitian ini telah dilakukan perhitungan berkali – kali dengan menggunakan dimensi yang berbeda – beda hingga menghasilkan dimensi yang sesuai, berikut merupakan dimensi yang dihasilkan dari proses perhitungan perancangan.
Tabel 1, Dimensi tube Dimensi Satuan
(British)
Satuan (SI) Diameter
Luar (OD)
¾ inchi 0.01905 m Diameter
dalam (ID)
0.652 inchi 0.01656 m
BWG 18 -
Panjang tube
2.15 m Layout
tube
Triangular pitch
Triangular pitch Jumlah
pass aliran
2 2
Tabel 2, Dimensi Shell Dimensi Satuan
(British)
Satuan (SI) Diameter
dalam shell (Ds)
12 inchi 0.03048 m
Diameter luar shell
12.787 inchi
0.03248 m Tebal baffle 0.315 inchi 0.008 m Jarak antar
baffle (0.45 IDshell) (B)
5.4 inchi 0.01370 m
Jarak antar tube (Pt)
15/16 inchi 0.0238 m Clearen (Pt –
do tube) (C)
0.187 inchi 0.00475 m
KE-73
Tabel 3, Data Hasil Perhitungan Perancangan
Tabel 4. Hasil Pemilihan Jenis Material terhadap U (koefisien perpindahan
Parameter Copper Brass
Konduktivitas Termal
386 W/m. K
111 W/m. K U Assumsi 800 W/m2.K 800
W/m Uo
Perhitungan
864.15 W/m2. K
856.89 W/m
Parameter Tube (Fluida Dingin)
Fluida Air
Mass Flow 5.8 kg/s Temperatur
Input 21 0C = 294 K
Temperatur
output 34 0C ,307 K
Lmtd 32 K
Keseimbangan energi
314025 J/s
Uassumsi 800 W/m
Luas
Perpindahan Panas
12.27 m2
Jumlah tube 98 Reynold
number
10782 Koefisien
perpindahan panas
2250.01 W/m2 K Koefisie
perpindahan panas perhitungan Uo (material copper pada Tube)
864.15 W/m
Koreksi koefisien perpindahan Panas
8 % < 30 % (assumsi desain dapat digunakan)
Overdisain 2.1 % < 10 % (dapat di terima)
Penurunan Tekanan
0.4 Psi = 2757.92 Pa
Tabel 3, Data Hasil Perhitungan Perancangan
Jenis Material Tube terhadap U (koefisien perpindahan panas)
Brass Aluminium Bronze W/m. K
83 W/m . K
W/m2. K 800 W/m2.K 856.89
W/m2. K
852.66 W/m2.K
Gambar 5. Koefisien Perpindahan terhadap Jenis Material
Grafik nilai koefisien perpindahan kalor sangat dipengaruhi oleh pemilihan dari material yang digunakan
perpindahan kalor dari masing
material dipengaruhi oleh nilai dari konduktivitas termal masing
material.
Koefisien perpindahan kalor tertinggi dihasilkan oleh material
864.15 W/m2.K hal ini dikarenakan
memiliki konduktivitas termal yang tinggi dibandingkan material
Bronze.
Hasil Simulasi dengan Dimensi Perhitungan.
Gambar 6. Distribusi dengan Material Copper
Gambar 7. Distribusi Kecepatan Aliran dengan Material Brass
760 780 800 820 840 860 880 900
U (koefisien perpindahan panas) Shell
(Fluida Panas) Air 1.5 kg/s 90 0C ,363 K 40 0C ,313 K 32 K
314025 J/s 800 W/m2 K
5611 2735.62 W/m2 K 864.15 W/m2 K
8 % < 30 % (assumsi desain dapat digunakan)
2.1 % < 10 % (dapat di terima)
0.26 Psi = 1792.64 Pa
Koefisien Perpindahan Panas terhadap Jenis Material
koefisien perpindahan kalor sangat dipengaruhi oleh pemilihan dari jenis material yang digunakan. Perbedaan koefisien perpindahan kalor dari masing – masing material dipengaruhi oleh nilai dari konduktivitas termal masing – masing ndahan kalor tertinggi dihasilkan oleh material copper sebesar K hal ini dikarenakan Copper memiliki konduktivitas termal yang tinggi dibandingkan material Brass dan Aluminium
Hasil Simulasi dengan Mengunakan
Distribusi Kecepatan Aliran Copper pada Tube
Distribusi Kecepatan Aliran Brass pada Tube
U Assumsi (W/m2K)
Uo
perhitungan (W/m2K) perpindahan panas)
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Gambar 8. Distribusi Kecepatan Aliran dengan Material Alluminum Bronze pada
Tube
Gambar 6, percobaan dengan menggunakan material copper pada tube, kecepatan inlet dari fluida air panas yang mengalir melewati shell sebesar 0.789 m/s dan kecepatan tersebut mengalami kenaikan dan penurunan ketika mengalir melewati baffle yang ada pada shell dengan kecepatan 0.1 m/s hingga 0.4 m/s dan kecepatan outlet yang dihasilkan sebesar 0.769 m/s.
Kecepatan inlet dari fluida air dingin yang melewati stationary head, tube dan rear head sebesar 3.026 m/s kemudian kecepatan tersebut mengalami penurunan sekitar 0.4 m/s – 1 m/s ketika aliran mengalir di sepanjang tube berdasarkan gradasi warna yang dihasilkan dan kecepatan outlet sebesar 2.965 m/s.
Tabel 5. Perbandingan Distribusi Kecepatan dengan Menggunakan Material
yang Berbeda pada Tube Material Kecepatan
Aliran Fluida Panas
Kecapatan Aliran fluida
Dingin Inlet Outlet Inlet outlet Copper 0.789
m/s
0.769 m/s
3.026 m/s
2.965 m/s Brass 0.789
m/s
0.77 m/s
3.026 m/s
2.966 m/s Aluminiu
m Bronze
0.789 m/s
0.769 m/s
3.026 m/s
2.966 m/s
Penggunaan jenis material tube yang berbeda pada setiap percobaan tidak terlalu mempengaruhi distribusi kecepatan aliran fluida, hal ini di karenakan ukuran dimensi heat exchanger dan nilai input yang digunakan adalah sama di setiap percobaannya.
Gambar 9, Distribusi Temperature Material copper dibagian Tube
Gambar 10, Distribusi Temperatur dengan Material Brass pada Tube
Gambar 11, Penurunan Temperatur Material dengan Aluminium Bronze pada Tube Pada Gambar 9, percobaan pertama dengan menggunakan material Copper pada bagian tube, temperatur inlet dari fluida air panas yang mengalir dibagian shell sebesar 90 0C (363 K) kemudian mengalami penurunan temperatur mulai dari inlet menuju outlet dengan temperatur outlet sebesar 41 0C (314 K), penurunan temperatur fluida air panas terjadi disetiap belokan ketika melewati baffle.
Fluida air dingin yang mengalir melewati stationary head, shell dan rear head, mengalami kenaikan temperatur fluida dengan temperatur inlet sebesar 21 0C (294 K) dan temperatur outlet sebesar 33 0C (306 K), kenaikan temperatur tersebut disebabkan oleh perpindahan panas yang dihasilkan dari fluida air panas ke fluida air dingin.
Berikut merupakan hasil input dan output yang dihasilkan masing – masing percobaan dengan menggunakan jenis material yang berbeda pada bagian tube.
KE-73
Tabel 6, Perbandingan Distribusi Temperature dengan Menggunakan Material
yang Berbeda pada Tube
Material Air Panas Air Dingin Inlet Outlet Inlet outlet Copper 90 oC 41 oC 21 oC 33 oC
Brass 90 oC 42 oC 21 oC 33 oC Aluminiu
m Bronze
90 oC 43 oC 21 oC 33 oC
Dari data hasil simulasi penggunaan jenis material tube yang berbeda mempengaruhi penurunan dan kenaikan temperatur yang dihasilkan, perpindahan panas yang dihasilkan material copper lebih mendekati nilai dari perhitungan termal perancangan, penurunan temperatur pada simulasi ketika menggunakan material copper pada tube sebesar 410C dan perhitungan termal sebesar 400C sedangkan kenaikan temperatur 330C dan perhitungan termal 340C.
Gambar 12, Penurunan Tekanan dengan Material Copper pada Tube
Gambar 13, Penurunan Tekanan dengan Material Brass pada Tube
Gambar 14. Penurunan Tekanan dengan Material Aluminium Bronze Pada Tube Pada Gambar 11, penurunan tekanan yang dihasilkan pada saat percobaan dengan menggunakan material copper dibagian tube, untuk fluida air panas yang mengalir melewati bagian shell penurunan tekanan yang terjadi sebesar 1061.88 Pa atau 0.15 psi
dengan tekanan inlet sebesar 102689.20 Pa dan tekanan outlet sebesar 101627.32 Pa.
Penurunan tekanan yang terjadi pada fluida air dingin merupakan total dari penurunan tekanan secara keseluruhan, dari hasil simulasi Gambar 4.19 penurunan tekanan sebesar 14275.13 Pa atau 2.06 psi, dengan pressure inlet sebesar 120158.79 Pa dan oulet sebesar 105883.66 Pa.
Berikut merupakan hasil penurunan tekanan dari masing – masing percoba dengan menggunakan material yang berbeda dibagian tube.
Tabel 7, Penurunan Tekanan pada Fluida Panas dan Dingin
Material Penurunan Tekanan pada
Air Panas
Penurunan Tekanan pada Air
Dingin
Copper 1061.88 Pa 14275.13 Pa Brass 1061.01 Pa 14310.96 Pa
Aluminium Bronze
1061.20 Pa 14314.21 Pa
Dari hasil data simulasi, dapat dilihat bahwa penggunaan jenis material tube yang berbeda menghasilkan penurunan tekanan yang tidak jauh berbeda dari setiap material, nilai penurunan tekanan fluida panas untuk material Copper pada tube sebesar (1061.88 Pa = 0.15 psi), Brass (1061.01 Pa = 0.15 psi) dan Aluminium Bronze (1061.2 Pa = 0.15 psi), sedangkan penurunan tekanan pada fluida dingin untuk penggunaan material Copper pada tube sebesar (14275.13 Pa = 0.2 psi), Brass (14310.96 Pa = 0.2 psi) dan Aluminium Bronze (14314.21 Pa = 1.61 psi).
Berdasarkan ketentuan perancangan, nilai penurunan tekanan dari ketiga percobaan yang dilakukan telah memenuhi syarat ketentuan, dimana penurunan tekanan yang ada pada heat exchanger yang menggunakan fluida tidak boleh melebihi dari 10 psi [3].
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Kesimpulan
Berdasarkan koefisien perpindahan panas keseluruhan perhitungan yang dihasilkan dengan material tube yang berbeda, nilai kofisien perpindahan panas yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan koefisien perpindahan panas assumsi 800 W/m2K dimana nilai tersebut 1% < 30%[5], sehingga nilai dimensi yang ada pada perhitungan dapat digunakan untuk permodelan heat exchanger dengan menggunakan Software Solidwork.
Berdasarkan perhitungan termal nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan dengan menggunakan material Copper pada Tube sebesar 864.15 W/m2k, Brass 856.89 W/m2K dan Alluminium Bronze 852.66 W/m2K.
Berdasarkan hasil simulasi distribusi temperature dari ketiga percobaan menghasilkan perbedaan output dibagian air panas sebesar 10C – 30C dan pada air dingin kenaikan temperatur relatif sama.
Hasil penurunan tekanan yang dihasilkan dari setiap percobaan tidak terlalu jauh berbeda, hasil dari ketiga percobaan tersebut telah memenuhi syarat dalam perancangan heat exchanger.
Referensi
[1] Holman, J.P. Alih bahasa E.Jasifi, 1995, Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta.
[2] Sitompul, M. Tunggul, 1991, Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger), Citra Niaga Rajawali Pers, Jakarta.
[3] Kern, Donal. Q, 1965, Process Heat Transfer, International Student Edition Mc.Graw Hill Book Compony, Tokyo.
[4] Bhatt, Durgesh, Priyanka, M.J, 2012, Shell and Tube Exchanger Performance Analysis, International Journal of Science and Research (IJSR), Sehore.
[5] Mukherjee, Rajiv, 1998, Effectively Design Shell-and-Tube Heat Exchangers, Copyright 1997 American Institute Of Chemical Engineers, New Delhi, India.
[6] Shah K, Ramesh, 2003, Fundamentals of Heat Exhanger Design, JOHN WILEY & SONS, INC. New York.
[7] http://nptel.ac.in/courses/103103027/3
[Diunduh tanggal 05/01/2015]
.
KE-73