• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOREMEDIASI LIMBAH CAIR MENGANDUNG KROMIUM (Cr) MENGGUNAKAN BAKTERI Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIOREMEDIASI LIMBAH CAIR MENGANDUNG KROMIUM (Cr) MENGGUNAKAN BAKTERI Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BIOREMEDIASI LIMBAH CAIR MENGANDUNG KROMIUM (Cr) MENGGUNAKAN BAKTERI Bacillus megaterium dan Bacillus

subtilis

Jayanti Rusyda

1

, Ipung Fitri Purwanti

2

Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

1)

email: jayanti.rusyda@yahoo.com

Abstrak

Pencemaran yang berbahaya bagi lingkungan adalah logam berat, dan salah satunya adalah kromium (Cr). Penggunaan bakteri dalam mengolah air limbah menggunakan sistem bioremediasi telah banyak diaplikasikan dalam pengolahan air limbah domestik dan industri. Penelitian ini mengupayakan penurunan kandungan kromium dengan menggunakan spesies bakteri yang berbeda, yaitu bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis. Konsentrasi kromium yang digunakan adalah 50, 75, 100 ppm. Penurunan kandungan kromium dianalisis laju pertumbuhan dan uji bioremediasi. Sistem bioremediasi diambil dengan berbagai pertimbangan yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi inovasi baru dalam proses penurunan kadar logam berat dalam variasi konsentrasi tercemar pada media Nutrient Broth. Efektifitas bakteri Bacillus subtilis lebih besar mereduksi limbah cair yang mengandung logam berat kromium (Cr) pada konsentrasi 50 ppm dengan persentase sebesar 44,3%, sedangkan bakteri Bacillus megaterium hanya menyerap sebesar 41,9% dengan perlakuan menggunakan larutan salin.

Katakunci: Bacillus megaterium, Bacillus subtilis, Bioremediasi, Kromium

1. Pendahuluan

Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih untuk ditumbuhkan pada polutan sebagai upaya untuk menurunkan kadar polutan tersebut. Pada saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi tidak kompleks sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya (Priadie, 2012).

Salah satu akibat dari dampak negatif kegiatan manusia itu adalah limbah domestik maupun limbah industri yang di buang ke lingkungan secara terus menerus tanpa dikelola dengan baik sehingga dapat mencemari lingkungan. Logam berat berasal dari industri-industri yang tidak mengatur dan mengolah limbahnya sebelum di lepas ke lingkungan seperti limbah pertanian (Niczyporuk et al., 2012). Pada faktanya, kegiatan tersebut menghasilkan logam berat beracun seperti kromium, nikel, timah, kadmium, seng, dan tembaga, yang cenderung terakumulasi dan mempengaruhi keseimbangan lingkungan (Abbas et al., 2010).

Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi dan merupakan pencemaran lingkungan yang utama. Umumnya, logam berat yang menyebabkan pencemaran adalah Cd, Cr, Cu, Hg, Pb dan Zn (Palar, 2004). Tindakan pemulihan atau remediasi perlu dilakukan agar limbah cair yang tercemar logam berat kromium (Cr) dapat digunakan kembali untuk berbagai

kegiatan secara aman. Penurunan kadar logam berat seperti logam Cr hingga saat ini masih menggunakan cara fisika-kimia yang membutuhkan peralatan dan sistem monitoring yang mahal. Sehingga perlu dicari alternatif pengolahan yang mudah, murah, dan efektif dalam pengaplikasiannya. Beberapa aplikasi diantaranya adalah dengan cara menggunakan sistem bioremediasi.

Kemampuan bakteri dalam menyerap atau menurunkan kandungan logam berat dari lingkungan, baik dari air maupun dari perairan juga telah banyak dipelajari. Akan tetapi yang paling banyak dipergunakan dalam proses bioremediasi adalah mikroorganisme dari genus Bacillus (Santosa, 2007).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis dalam mereduksi limbah cair yang mengandung kromium (Cr) dengan variasi konsentrasi yang berbeda dan menentukan keefektifan kondisi campuran kromium+bakteri pada bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis dalam proses uji bioremediasi.

2. Metode yang diterapkan . 2.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan di dalam penelitian ini

adalah Spektrofotometer Absorpsi Atom di

Laboratorium Lingkungan, ITS Surabaya,

bacterial colony, incubator, spectrophotometer,

autoklaf, centrifuge, shaker, kompor listrik, pH

(2)

meter, vacuum pump. Bahan-bahan yang digunakan adalah Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis (Diperoleh dari Lab. Biologi FMIPA Universitas Airlangga), Chromium chloride hexahydrate (CrCl

3

*6H

2

O) (Merck, Jerman), media yang digunakan media Nutrient Broth (Merck, Jerman) dan media Nutrient Agar (Merck, Jerman), larutan salin yang digunakan Sodium chloride (Merck, Jerman). Sampel menggunakan limbah buatan kromium.

2.2 Inokulasi Bakteri

Inokulasi dilakukan untuk menumbuhkan atau mengembangbiakan bakteri pada umur 24 jam.

Hal yang dilakukan pertama kali adalah membuat larutan media Nutrient Agar (NA) sebanyak 1 L. Bubuk NA diambil sebanyak 20 gr dilarutkan dengan memanaskan menggunakan kompor plate (Maspion, Indonesia) selama ± 15 menit kedalam 1 L aquades. Setelah larut, didinginkan dahulu hingga suhu udara, lalu media dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml (media agar miring) dan 15 ml untuk cawan petri untuk setiap bakterinya.

Bungkus cawan petri dengan kertas coklat, rekatkan dengan karet. Tutup tabung reaksi dengan kapas lemak dan bungkus dengan kertas coklat, rekatkan dengan karet. Masukkan kedua alat tersebut kedalam autoklaf (Hirayama, Jepang) dengan suhu 121ºC. Setelah selesai proses pada autoklaf untuk media agar miring ditidurkan dengan sanggahan agar tidak tumpah dan untuk media NA volume 15 ml dimasukkan ke cawan petri, lalu tunggu didinginkan hingga suhu kamar dan media menjadi padat. Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis siap diinokulasi didalam incubator dengan suhu 37°

C selama 24 jam.

2.3 Media Pertumbuhan Nutrient Broth (NB) Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis menggunakan media ini untuk proses pertumbuhannya. Hal yang dilakukan pertama kali adalah membuat larutan media Nutrient Broth (NB) (Merck, Jerman) sebanyak 1 L.

Bubuk NB diambil sebanyak 8 gr dilarutkan dengan memanaskan pada kompor plate selama

± 15 menit dalam 1 L aquades. Larutan NB disesuaikan dengan kebutuhan, tiap Erlenmeyer 250 ml diisi larutan sebanyak 100 ml. Penelitian ini membutuhkan 3 erlenmeyer (uji laju pertumbuhan). Setelah siap, erlenmeyer ditutup dengan kapas lemak dan bungkus dengan kertas coklat, rekatkan dengan karet. Lalu disterilkan kedalam autoklaf dengan suhu 121º C selama ± 60 menit.

2.4 Limbah Cair Buatan Kromium (Cr) Pada penelitian ini menggunakan limbah buatan dengan bahan Chromium chloride hexahydrate (CrCl

3

*6H

2

O) (Merck, Jerman) dengan

perbedaan konsentrasi 50 ppm, 75 ppm dan 100 ppm. Bahan kromium berupa bubuk yang akan dilarutkan dengan 1 L aquades.

2.5 Larutan Salin (NaCl)

Pembuatan salinitas pada penelitian ini menggunakan bubuk NaCl (Merck, Jerman) sebanyak 8,5 gr yang dilarutkan dengan aquades 1 L diaduk hingga larut sepenuhnya. Larutan salin akan dicampur dengan larutan kromium yang digunakan untuk perlakuan pada tahap uji bioremediasi.

2.6 Uji Bioremediasi

Pada tahap uji bioremediasi ini untuk mengetahui kemampuan pada bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis dalam mereduksi limbah cair yang mengandung kromium (Cr) dengan variasi konsentrasi yang berbeda yaitu 50, 75, 100 ppm. Penelitian ini menggunakan campuran kromium+bakteri dengan volume total 150 ml didalam erlenmeyer 250 ml.

Analisis dilakukan selama 12 jam, setiap 2 jam pada jam ke-0 sampai ke-6 dianalisis pH, suhu dan OD (Optical Density). Setelah itu analisis dilakukan setiap 3 jam (awal, tengah, akhir) pada jam ke-6 sampai ke-12. Pengamatan uji bioremediasi dilakukan dengan pengambilan sampel sebanyak volume 50 ml untuk dianalisis kandungan logam berat kromium (Cr) dan 100 ml untuk dianalisis pH, suhu dan OD (Optical Density), jumlah koloni dan berat kering bakteri.

3. Pembahasan Hasil 3.1 Uji Laju Pertumbuhan

Berdasarkan pengamatan menggunakan spektrofometer UV ( Thermo Fisher Scientific , USA) pada panjang gelombang (λ) 600 nm dan kurva pertumbuhan bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis yang diperoleh dalam penelitian ini (Gambar 1), waktu optimal pertumbuhan bakteri adalah selama 12 jam.

BAKTERI Bacillus subtilis

(3)

Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis

3.2 Uji Bioremediasi

3.2.1 Analisa Kandungan Logam Berat Kromium (Cr)

Pengamatan analisa kandungan logam berat kromium (Cr) ini menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Hasil nilai analisa AAS bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis pada logam berat kromium dengan konsentrasi 50, 75, 100 ppm dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Analisa AAS Kromium Bakteri Bacillus megaterium dan Bakteri Bacillus subtilis

Bakteri Konsentrasi Kromium (Cr) (mg/L) 50 ppm 75

ppm 100 ppm

Bacillus

megaterium dan Bacillus subtilis

178,71 213,76 254,15

Kemudian dari Tabel 1 tersebut dapat dibuat grafik konsentrasi Analisa AAS kromium 50 ppm (Gambar 2), 75 ppm (Gambar 3) dan 100 ppm (Gambar 4) pada Bakteri Bacillus megaterium dan Bakteri Bacillus subtilis dengan perlakuan salin.

Gambar 2 Analisa AAS Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis Konsentrasi 50 ppm

Gambar 3 Analisa AAS Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis Konsentrasi 75 ppm

Gambar 4 Analisa AAS Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis Konsentrasi 100 ppm

Persentase penurunan kromium dari hasil analisa AAS pada bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis dapat dilihat pada tabel 2. Hasil pengamatan analisa AAS dari Tabel 2 bahwa bakteri Bacillus subtilis lebih besar menyerap logam berat kromium (Cr) pada konsentrasi 50 ppm dengan persentase sebesar 44,3%, sedangkan bakteri Bacillus megaterium hanya menyerap sebesar 41,9%. Hasil perbandingan perlakuan salin dan non-salin lebih efektif menggunakan dengan larutan salin daripada dengan perlakuan non-salin. Hal ini membuktikan bahwa bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis lebih kompatibel kepada larutan salin.

Tabel 2 Persentase Penurunan Kromium Bakteri Bacillus megaterium dan Bakteri Bacillus subtilis

Bakteri Konsentrasi Kromium (Cr) (mg/L)

50 ppm 75 ppm 100 ppm

Bacilus

megaterium 41,9% 18,1% 14,0%

Bacilus

subtilis 44,3% 18,3% 16,5%

3.2.2 Analisa OD ( Optical Density)

Pengamatan analisa OD (Optical Density) pada proses uji bioremediasi ini dilakukan dengan pengambilan sampel disetiap perlakuan, tujuannya untuk mengetahui efisiensi penurunan kadar OD oleh bakteri. Menurut grafik hasil analisa OD pada Gambar 5 dengan konsentrasi 50 ppm, Gambar 6 dengan konsentrasi 75 ppm, dan Gambar 7 dengan konsentrasi 100 ppm pada jam ke-6 hingga ke-12 setelah diberi campuran larutan kromium dan larutan salin terlihat nilai absorban tersebut semakin menurun.

BAKTERI Bacillus megaterium

Bacillus subtilis Bacillus megaterium

Bacillus megaterium

Bacillus subtilis

Bacillus megaterium

Bacillus subtilis

(4)

Gambar 5 Analisa OD (Optical Density) Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis Konsentrasi 50 ppm

Gambar 6 Analisa OD (Optical Density) Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis Konsentrasi 75 ppm

Gambar 7 Analisa OD (Optical Density) Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis Konsentrasi 100 ppm

3.2.3Analisa pH

Pengamatan analisa pH pada Gambar 8 dengan konsentrasi 50 ppm, Gambar 9 dengan konsentrasi 75 ppm, dan Gambar 10 dengan konsentrasi 100 ppm pada jam ke-6 hingga ke-12 setelah diberi campuran larutan kromium dan larutan salin/non-salin terlihat pH menunjukkan bahwa larutan menjadi asam. Hal ini disebabkan CrCl

3

yang mempunyai tingkat oksidasi lebih tinggi bersifat asam, hal ini akan tetapi tidak mempengaruhi bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis untuk pertumbuhan bakteri.

Terlihat pada pH tersebut kedua bakteri dapat bertumbuh dengan normal.

Gambar 8 Analisa pH Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis Konsentrasi 50 ppm

Gambar 9 Analisa pH Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis Konsentrasi 75 ppm

Gambar 10 Analisa pH Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis Konsentrasi 100 ppm

3.2.4 Analisa Suhu

Pengamatan hasil analisa suhu bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis pada Gambarn11 dengan konsentrasi 50 ppm, Gambar 12 dengan konsentrasi 75 ppm, dan Gambar 13 dengan konsentrasi 100 ppm penelitian ini suhu yang terukur pada larutan uji berkisaran antara 30,0ºC-30,9ºC.Suhu yang terukur masih dalam kondisi optimum untuk bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis. Sehingga proses bioremedasi pada kedua bakteri dapat berlangsung secara optimal.

Gambar 11 Analisa Suhu Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis Konsentrasi 50 ppm

Bacillus megaterium

Bacillus subtilis

Bacillus megaterium

Bacillus subtilis

Bacillus megaterium Bacillus subtilis

Bacillus megaterium

Bacillus subtilis Bacillus megaterium Bacillus subtilis

Bacillus megaterium

Bacillus subtilis Bacillus megaterium

Bacillus subtilis

(5)

Gambar 12 Analisa Suhu Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis Konsentrasi 75 ppm

Gambar 13 Analisa Suhu Bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis Konsentrasi 100 ppm

3.2.5 Jumlah Koloni Bakteri

Pengamatan jumlah koloni bakteri ditujukan untuk mengetahui banyaknya koloni bakteri yang dapat tumbuh pada media agar dengan menggunakan metode pengenceran dan dihitung menggunakan dengan Bacteri Colony Counter (Stuart, UK). Hasil jumlah koloni bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis dengan konsentrasi 50, 75 dan 100 ppm perlakuan dengan larutan salin dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15.

Gambar14 Junlah Koloni Bakteri Bacillus megaterium Konsentrasi 50, 75 dan 100 ppm

Gambar 15 Junlah Koloni Bakteri Bacillus subtilis Konsentrasi 50, 75 dan 100 ppm

Bakteri diambil sebanyak 1ml untuk dimasukkan kedalam tabung reaksi pengencer pertama (10

-1

) yang berisi 9ml larutan salin. Lalu diambil 1 ml dari 10

-1

kedalam pengencer 10

-2

dan seterusnya hingga pengencer ke 10

-9

.

Terlihat pada Gambar 14 dan Gambar 15 bahwa bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis pada setiap konsentrasi 50, 75, 100 ppm menujukkan pengamatan menggunakan dengan pengenceran 10

-7

, 10

-8

, 10

-9

.

3.2.6 Berat Kering Bakteri

Pengamatan berat kering bakteri ditujukan untuk mengetahui berat bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis dengan menimbang massa bakteri pada kertas saring. Berat kering bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis dengan konsentrasi 50, 75 dan 100 ppm dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Analisis dilakukan pada jam ke-6 (awal) dan jam ke-12 (akhir) penelitian.

Gambar 16 Berat Kering Bakteri Bacillus megaterium Konsentrasi 50, 75 dan 100 ppm

Gambar 17 Berat Kering Bakteri Bacillus subtilis Konsentrasi 50, 75 dan 100 ppm

Terlihat pada gambar grafik bahwa bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus subtilis pada konsentrasi 50 ppm lebih berat dari konsentrasi 75 ppm. Begitu juga dengan konsentrasi 75 ppm lebih berat dari konsentrasi 100 ppm. Hal ini menandakan bahwa berat bakteri yang menyerap kromium pada setiap konsentrasinya.

4 Kesimpulan

1. Kemampuan bakteri Bacillus subtilis lebih besar mereduksi limbah cair yang mengandung logam berat kromium (Cr) pada

Bacillus megaterium Bacillus subtilis

Bacillus megaterium Bacillus subtilis

(6)

konsentrasi 50 ppm dengan persentase sebesar 44,3%, sedangkan bakteri Bacillus megaterium hanya menyerap sebesar 41,9%.

2. Pada bakteri Bacillus megaterium dengan konsentrasi 50 ppm mampu mereduksi 41,9%; konsentrasi 75 ppm mampu mereduksi 18,1%; konsentrasi 100 ppm mampu mereduksi 14,0%. Pada bakteri Bacillus subtilis dengan konsentrasi 50 ppm mampu mereduksi sebesar 44,3%;

konsentrasi 75 ppm mampu mereduksi sebesar 18,3%; konsentrasi 100 ppm mampu mereduksi sebesar 16,5%.

5. Pustaka

Abbas, M., Parveen, Z., Iqbal, M., Riazuddin, Iqbal, S., Ahmed, M., Bhutto, R. 2010.

Monitoring of toxic metals (cadmium, lead, arsenic and mercury) in vegetables of Sindh, Pakistan.

Kathmandu University Journal of Science. Engineering and Technology, Vol. 6, hal. 60-65.

Niczyporuk, A. P., Bajguz, A., Zambrzycka, E., & Żyłkiewiczb, G. B. 2012.

Phytohormones as regulators of heavy metal biosorption and toxicity in green

alga Chlorella vulgaris (Chlorophyceae). Plant Physiology and

Biochemistry , 52, 52 – 65.

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat . Penerbit PT. Rieneka Cipta. Jakarta.

Priadie B. 2012. Teknik bioremediasi sebagai alternatif dalam upaya pengendalian pencemaran air. Jurnal Ilmu Lingkungan 10 (1): 39-49.

Santosa, D. A. 2007. Teknologi Bioremediasi Untuk Industri Minyak Bumi.

Departemen Ilmu Air dan Sumber Daya

Lahan. Fakultas Pertanian. Institut

Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Bakteri  Bacillus megaterium  dan Bacillus subtilis
Gambar 12 Analisa Suhu Bakteri Bacillus megaterium dan  Bacillus subtilis Konsentrasi 75 ppm

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan yang dilakukan yaitu Diagnosis gejala awal penyakit yang terdapat pada tanaman sampel di lahan dilakukan dengan mengamati gejala serangan penyakit pada

Pengaruh positif ini mengindi- kasikan bahwa apabila penggunaan telepon seluler diterapkan dengan baik, maka hasil belajar mahasiswa pada Program Studi S1 Pendidikan

dan soliton sementara pada aras tidak tergenerasi, muatan yang dimasukkan melalui pendopingan rendah atau eksitasi- foto disimpan sebagai polaron dan bipolaron,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id.. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Hal ini menunjukan bahwa dari semua indikator yang ada, sudah dapat dipenuhi oleh masyarakat Kelurahan Pancoran Mas sebagai wujud partisipasi mereka dalam mendukung

Dimana kekerasan merupakan ketahanan bahan terhadap goresan atau penetrasi pada permukaannya, Kertas amplas yang berfungsi untuk menghaluskan permukaan baja pegas

Transkip wawancara Bullying untuk menunjukkan kekuasaan “Yah contohnya itu kayak dia biar kayak dia panggil hormat abang gitu kakak gitu, supaya pokoknya tingkah lakunya gak konyol

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi kualitas tanah baik secara vertikal maupun spasial horizontal agar pengelolaan tanah di tambak Kabupaten Probolinggo dapat