ISLAMIC FINANCE SUMMIT 2021
“PROSPEK DAN TANTANGAN EKONOMI
SYARIAH DI ERA NEW NORMAL”
Dr. Friderica Widyasari Dewi, SE, MBA
Direktur Utama BRI Danareksa Sekuritas
Rank
Country
1
Malaysia
2
Saudi Arabia
3
UAE
4
Indonesia
5
Jordan
6
Bahrain
7
Kuwait
8
Pakistan
9
Iran
10
Qatar
11
Oman
12
Turkey
13
Nigeria
14
Sri Lanka
15
Singapore
TOP 15 GLOBAL ISLAMIC
ECONOMY INDICATOR 2020
Rank Country1 Malaysia
2 Singapore
3 UAE
4 Indonesia
5 Turkey
6 Iran
7 South Africa
8 Pakistan
9 Brunei
10 Russia
Rank Country1 UAE
2 Turkey
3 Indonesia
4 Malaysia
5 Spain
6 Italy
7 Bangladesh
8 Canada
9 France
10 Iran
HALAL FOOD
MODEST
FASHION
Rank Country1 Malaysia
2 Saudi Arabia
3 UAE
4 Jordan
5 Bahrain
6 Indonesia
7 Kuwait
8 Pakistan
9 Qatar
10 Nigeria
Rank Country1 Malaysia
2 UAE
3 Singapore
4 Iran
5 Egypt
6 Indonesia
7 France
8 South Africa
9 Turkey
10 Tunisia
ISLAMIC
FINANCE
PHARMA &
COSMETICS
Rank Country1 Malaysia
2 UAE
3 Turkey
4 Thailand
5 Tunisia
6 Indonesia
7 Azerbaijan
8 Jordan
9 Singapore
10 Albania
Rank Country1 UAE
2 Malaysia
3 Singapore
4 United Kingdom
5 Indonesia
6 Brunei
7 Bahrain
8 Lebanon
9 Kuwait
10 Netherlands
MUSLIM-FRIENDLY TRAVEL
MEDIA &
RECREATION
STRATEGI DASAR
STRATEGI UTAMA
TARGET CAPAIAN
VISI
Source : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional - Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 – 2024
Indonesia yang Mandiri, Makmur, dan Madani dengan
Menjadi Pusat Ekonomi Syariah Terkemuka Dunia
Peningkatan Skala Usaha Ekonomi Syariah
Halal Value
Chain
Ekonomi
Digital
Usaha Mikro,
Kecil, dan
Menengah
Keuangan
Syariah
Peningkatan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia
Penguatan Kapasitas Riset dan Pengembangan (R&D)
Penguatan Fatwa, Regulasi dan Tata Kelola
Peningkatan Kesadaran Publik
Peningkatan Peringkat
Islamic Economic Index Kemandirian EkonomiPeningkatan Peningkatan IndeksKesejahteraan
Visi Ekonomi Syariah
Source : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional - Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 – 2024
Dengan melihat potensi yang ada, Indonesia mampu menggerakkan ekonomi dengan kekuatan domestik,
terutama sumber daya alam yang melimpah. Oleh karena itu, makna “Mandiri” adalah Indonesia yang tidak
bergantung kehidupannya dengan negara lain, terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama
Islam sangat memungkinkan untuk mempunyai kegiatan ekonomi yang dimobilisasi oleh masyarakat madani. Dengan demikian, Indonesia dengan visi ekonomi “Madani” adalah manifestasi
nilai-nilai agama ke dalam kegiatan ekonomi.
Kemakmuran adalah tujuan utama dari sebuah tatanan ekonomi nasional. Ekonomi yang “Makmur” berarti menyejahterakan rakyat dan mereduksi ketimpangan
ekonomi. Dalam konteks kenegaraan, ekonomi yang makmur dimulai dengan pertumbuhan industri halal
yang pesat.
MANDIRI
MADANI
MAKMUR
Visi Ekonomi Syariah adalah menjadikan Indonesia yang
MANDIRI
,MAKMUR
, danMADANI
dengan Menjadi Pusat Ekonomi Syariah Terkemuka Dunia. Perumusan visi ini juga didasari oleh keinginan untuk menjadikan industri halal dan ekonomi syariah sebagai penopang perekonomian nasional, serta menjadi bagian penting dalam mewujudkan aspirasi bangsa sebagai negara yang adil, makmur, dan berdaulat.Target Capaian dan Indikator Utama Keberhasilan
Source : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional - Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 – 2024
VISI
Indonesia yang Mandiri,
Makmur, dan Madani
dengan Menjadi Pusat
Ekonomi Syariah
Terkemuka Dunia
Target Capaian :
Peningkatan Peringkat dalam Islamic
Economic Index Global dan Nasional
Target Capaian :
Peningkatan Skala Usaha Ekonomi
Syariah
Indikator Utama :
1. Peningkatan skala usaha di bidang ekonomi syariah
2. Kenaikan pangsa pasar keuangan syariah
Target Capaian :
Peningkatan Kemandirian Ekonomi
Target Capaian :
Peningkatan Indeks Kesejahteraan
Indikator Utama :
1. Masuk ke dalam peringkat lima besar Global Islamic Economic Index
2. Mencapai kinerja memuaskan dalam indeks ekonomi dan keuangan syariah nasional
Indikator Utama :
1. Pengembangan indeks maqasid syariah baik nasional maupun global 2. peningkatan kesejahteraan dengan
menggunakan ukuran-ukuran tersebut
Indikator Utama :
1. Peningkatan kontribusi atau share ekspor industri halal terhadap PDB Indonesia
2. Peningkatan swasembada pangan dan energi melalui penurunan share impor industri strategis
Membangun kawasan industri halal dan halal hub
di berbagai daerah sesuai dengan comparative advantage masing masing
daerah unggulan. Memperkuat infrastruktur untuk meningkatkan efektivitas dan standarisasi proses sertifikasi halal di Indonesia Meningkatkan jangkauan (outreach) melalui sosialisasi/edukasi publik halal lifestyle
Program Insentif bagi lokal dan global player untuk
berinvestasi dalam mendukung
perkembangan HVC secara komprehensif
Memperkuat kerja sama dan pengakuan internasional untuk memperluas pasar produk
halal Indonesia, melalui standardisasi dan harmonisasi dengan dibentuknya international
halal center di Indonesia
Strategi Utama I : Penguatan Halal Value Chain
Source : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional - Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 – 2024
Strategi untuk mencapai visi Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah terkemuka dunia adalah penguatan rantai nilai halal (halal value chain). Di dalamnya
terdapat sejumlah industri yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat Muslim yang terbagi menjadi beberapa klaster.
ENERGI TERBARUKAN
PARIWISATA HALAL
FARMASI DAN
KOMESTIK HALAL
FASHION MUSLIM
MEDIA & REKREASI
HALAL
MAKANAN & MINUMAN
HALAL
HALAL
VALUE
CHAIN
Program
Utama
Cluster
❖ Peningkatan kuantitas dan kompetensi SDM ❖ Industri media dan rekreasi halal nasional
yang menjadi andalan di pasar ekspor ❖ Terbentuknya pusat media dan rekreasi,
proses produksi, serta saluran distribusi melalui teknologi Industri 4.0
❖ Kemudahan akses pembiayaan
❖ Penguatan Pasar Fashion Muslim Dalam Negeri
❖ Market Driver Produk Fashion Muslim ❖ Kolaborasi dan Sinergi dengan Sektor Halal
Value Chain Lainnya
❖ Penguasaan Pasar Ekspor Industri Fashion Muslim
❖ Halal Value Literation
❖ Menjadi market driver produk kesehatan dan kosmetik halal
❖ Konsolidasi Pasar Dalam Negeri ❖ Sinergi dengan produsen internasional
untuk pengembangan produk
❖ Wisata Keluarga dengan Integrasi Alam, Budaya, dan Pusat Perbelanjaan Terpadu. ❖ Wisata Berkualitas Internasional dengan
Harga Terjangkau
❖ Intensifikasi Promosi dengan Media Sosial dan E-Commerce
❖ Pengembangan Kelembagaan Pariwisata Halal
❖ Peningkatan kuantitas dan kompetensi SDM ❖ Terciptanya Industri energi terbarukan
nasional
❖ Inovasi untuk pengembangan industri dan kolaborasi dengan industri lain
❖ Kemudahan akses pembiayaan
❖ Implementasi teknologi untuk produksi, distribusi, komersialisasi dan promosi ❖ Peraturan yang mendukung ekosistem ❖ Penguatan Pasar Dalam Negeri
❖ Diversifikasi pasar tujuan ekspor & spesialisasi produk
❖ Memperkuat dan Meningkatkan efektifitas institusi terkait halal industri
❖ Penguatan ekosistem Value Chain halal food dengan teknologi industri 4.0
Strategi Utama Pengembangan Cluster Halal Value Chain
Source : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional - Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 – 2024
MEDIA & REKREASI
HALAL
MAKANAN & MINUMAN
HALAL
FASHION MUSLIM
PARIWISATA HALAL
FARMASI DAN
Membangun national halal fund (NHF) yang bertujuan
untuk mendukung pengembangan industri halal di Indonesia secara
spesifik
Pembentukan islamic inclusive financial board
(IIFSB) yang berperan dalam menentukan standar regulasi dan pengawasan pada bidang
keuangan sosial dan inklusif serta mendorong industri halal di Indonesia
Integrasi Sektor ZISWAF, Fiskal, dan Komersial
Pembentukan bank BUMN syariah yang saat ini sudah
dilakukan dengan terbentuknya Bank Syariah
Indonesia (BSI)
Pengembangan framework dan indikator bagi kebijakan moneter, makroprudensial, dan
makroekonomi
Strategi Utama II : Penguatan Keuangan Syariah
Source : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional - Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 – 2024
Strategi untuk mencapai visi Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah terkemuka dunia adalah penguatan rantai nilai halal (halal value chain). Di dalamnya terdapat sejumlah industri yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat Muslim yang terbagi menjadi beberapa klaster.
ZAKAT DAN WAKAF
JAMINAN SOSIAL
PASAR MODAL SYARIAH
PERBANKAN SYARIAH
KEUANGAN
SYARIAH
Program
Utama
Cluster
Milestone Pasar Modal Syariah 1997 - 2021
Source: Bursa Efek Indonesia, OJK
1997
2000
2002
2006
2013
2015
2016
2017
2018
REKSADANASYARIAH JAKARTA ISLAMIC INDEX SUKUK REGULASI PASAR MODAL SYARIAH
ETF SYARIAH
1. RDN SYARIAH
2. POJK 15 Prinsip Syariah 3. POJK 16 ASPM
4. POJK 17 Saham Syariah 5. POJK 18 Sukuk
6. POJK 19 Reksa Dana Syariah 7. POJK 20 EBA Syariah
8. POJK 53 Akad 1. POJK 30 KIK-DIRE 2. POJK 61 Manajer Investasi Syariah 1. ZAKAT SAHAM 2. POJK 35 tentang daftar efek syariah 1. FATWA DSN-MUI NO 124 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Pelaksanan Layanan Jasa Penyimpanan dan Penyelesaian Transaksi Efek Serta Pengelolaan Infrastruktur Investasi Terpadu
2. POJK 3 SUKUK (PERUBAHAN)
2019
1. WAKAF SAHAM 2. POJK 33 tentang reksa dana syariah2012
1. Peraturan noII.K.1 Daftar Efek
Syariah (REVISI)
2. Peraturan no IX.A.14 AKAD
2021
2011
1. FATWA DSN-MUI NO 80 tentang
Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas
2. INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI)
3. SHARIAH ONLINE TRADING SYSTEM
1. FATWA DSN-MUI NO 137
tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Kliring dan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa atas Efek Bersifat Ekuitas di Bursa Efek
2. POJK 5 Ahli Syariah Pasar
55% 8% 34% 3% 38% 62% 35% 52% 10% 2%1% 34% 5% 28% 14% 20% 59% 22% 11% 6% 3%
OCCUPATION
AGE
INCOME
EDUCATION
GENDER
Category Assets Portion
Employee IDR274 tn 34% Housewife IDR60 tn 5% Student IDR15 tn 28% Enterpreneur IDR299 tn 14% Others IDR206 tn 20%
Category Assets Portion
<= 30 yrs IDR38 tn 59% 31 - 40 yrs IDR87 tn 22% 41 - 50 yrs IDR144 tn 11% 51 - 60 yrs IDR196 tn 6% >60 yrs IDR437 tn 3%
Category Assets Portion
<= IDR10 mn IDR113 tn 35% IDR10 - 100 mn IDR148 tn 52% IDR100 - 500 mn IDR194 tn 10% IDR500 jt - 1 bn IDR150 tn 2% > IDR1 bn IDR177 tn 1%
Category Assets Portion
Women IDR211 tn 38% Men IDR648 tn 62%
Category Assets Portion
<= High School IDR168 tn 55% D3 IDR33 tn 8% S1 IDR444 tn 34% >S1 IDR98 tn 3%
Source : KSEI
Demografi Investor Ritel Didominasi oleh Generasi Millenial
Berasarkan usia, sebanyak 59% dari total investor ritel masih berusia di bawah 30 tahun. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi strategi dalam kegiatan pemasaran, literasi maupun edukasi.
Source : KSEI
Sebaran Investor Ritel Masih Berpusat di Pulau Jawa
Potensi pengembangan pasar ritel di Indonesia masih sangat besar, terutama untuk investor di luar Pulau Jawa.
Jawa* 2020 Aug 21 Investor 71.82% 69.95% Asset (Rp trillion) 2,847 3,323 94.03% 94.86% Sumatera 2020 Aug 21 Investor 15.48% 16.47% Asset (Rp trillion) 69.1 73.1 2.28% 2.09% Kalimantan 2020 Aug 21 Investor 4.98% 5.36% Asset (Rp trillion) 87.17 80.0 2.88% 2.28% Sulawesi 2020 Aug 21 Investor 3.58% 3.89% Asset (Rp trillion) 11.1 11.9 0.37% 0.34% Bali, NTT, NTB 2020 Aug 21 Investor 3.17% 3.35% Asset (Rp trillion) 10.54 12.01 0.36% 0.34%
Maluku & Papua 2020 Aug 21 Investor 0.97% 0.96% Asset (Rp
trillion) 2.93 3.08 0.10% 0.09% *Termasuk investor DKI Jakarta
(SID : 16.15%; Asset 84,11% senilai Rp2,946 triliun
Potensi Investasi Syariah yang Sangat Besar di Indonesia
Regulasi terkait pasar modal syariah saat ini :
Source: Bursa Efek Indonesia, OJK
Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar di dunia, artinya memiliki potensi pasar investasi syariah terbesar di dunia. Dengan berkembangnya produk-produk investasi di pasar keuangan dalam satu dekade terakhir, pemerintah sejauh ini telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan literasi ekonomi dan keuangan syariah kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan mereka.
Dukungan Pemerintah terhadap Pasar Modal Syariah
Pengembangan Pasar Modal Syariah (PMS) yang dilakukan
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada prinsipnya mendukung
strategi pengembangan dari OJK untuk menjadi industri
syariah yang memberikan kontribusi signifikan terhadap
ekosistem ekonomi dan keuangan nasional.
Empat arah pengembangan Pasar Modal Syariah
yang
dilaksanakan BEI berupa :
1.
Program literasi dan inklusi pasar modal syariah untuk
memperkuat basis investor syariah ritel.
2.
Program pengembangan efek dan instrumen syariah
untuk memperluas produk pasar modal syariah.
3.
Program pengembangan infrastruktur pasar modal
syariah untuk memperkuat layanan dan landasan
hukum/fatwa.
4.
Program penguatan sinergi dengan stakeholders pasar
modal syariah.
5.
Pemanfaatan teknologi untuk edukasi investasi syariah.
PERATURAN OJK TERKAIT
PASAR MODAL SYARIAH
FATWA DSN-MUI TERKAIT
PASAR MODAL SYARIAH
11
24
3
27%
8
73%
POJK Sharia Guidelines / Principles POJK Sharia Securities6
25%
18
75%
Fatwa Panduan Investasi Syariah Fatwa Efek SyariahPertumbuhan Pasar Modal Syariah
Source: OJK
Kapitalisasi Pasar
Saham Syariah (ISSI)
Sukuk Korporasi
Outstanding
Reksa Dana Syariah
NAB
1,968
3,345
2011
2020
2011
2020
5.56
74.37
2011
2020
6 T
30 T
70%
416%
1,238%
Total Investor Pasar Modal Syariah
Jumlah Saham Syariah
Kapitalisasi Pasar Saham Syariah
(Rp Triliun)
Pertumbuhan Pasar Saham Syariah
12,283 23,207 44,536 68,599 85,891 100,266
2016
2017
2018
2019
2020 Jul 21
Source: Bursa Efek Indonesia
Total investor syariah per akhir Juli 2021 mencapai lebih dari 100 ribu, atau meningkat 17% dibandingkan dengan akhir tahun 2020 sebesar 85 ribu. Sementara dari jumlah, saham syariah masih mengungguli saham konvensional dengan total mencapai 427 saham. Meski demikian, kapitalisasi pasar saham syariah masih berada di bawah kapitalisasi pasar saham kovensional.
331
365
399
429
424
427
206
201
220
239
289
313
2016 2017 2018 2019 2020 Jul 21 Sharia Stocks Conventional Stocks
3,
249
3,70
5
3,
667
3,
745
3,
345
3,44
0
2,
473
3,
347
3,
356
3,
520
3,
625
3,
899
2016 2017 2018 2019 2020 Jul 21 Sharia Mkt Cap Conventional Mkt Cap❑
Memperkuat nilai kesyariahan pada pasar modal syariah
❑
Mendukung pendanaan infrastruktur dan pengembangan
halal value chain
❑
Mengembangkan produk pasar modal syariah yang
inovatif dan berdaya saing, serta menjadi pilihan
masyarakat
Industri pasar modal syariah yang berkontribusi signifikan dalam
ekosistem ekonomi dan keuangan nasional
VISI
MISI
Beberapa Program di Tahun 2021
SCF
Pendanaan industri halal dengan
memanfaatkan SCF serta penyusunan SEOJK
terkait SCF.
ESG
Pengembangan produk pasar modal
Syariah berbasis ESG dan filantropi.
Kompetensi Pelaku
Peningkatan kompetensi pelaku melalui
penyusunan modul kompetensi Syariah.
Visi dan Misi Pasar Modal Syariah 2020 - 2024
ARAH I : Pengembangan Produk
ARAH II : Penguatan&
Pengembangan Infrastruktur
ARAH III : Peningkatan Literasi &
Inklusi
ARAH IV : Penguatan Sinergi dengan
Pemangku Kepentingan
Program
1. Pengembangan Produk Pasar Modal Syariah
Berbasis Socially Responsible Investment
(SRI)
2. Peningkatan Ragam Produk Investasi Pasar
Modal Syariah
Program
1. Penguatan Pengaturan terkait Pasar Modal
Syariah
2. Pemanfaatan Teknologi Finansial (Tekfin)
untuk Mendukung Pasar Modal Syariah
3. Peningkatan Peran dan Kapasitas
Kelembagaan Syariah di Pasar Modal
Program
1. Peningkatan Pemahaman Pelaku Industri
tentang Pasar Modal Syariah
2. Literasi dan Inklusi kepada Masyarakat
mengenai Pasar Modal Syariah
Program
1. Sinergi Regulator/Otoritas terkait dalam
rangka Harmonisasi Kebijakan Pasar Modal
Syariah
2. Sinergi dengan Industri dan Pihak Terkait
dalam rangka Pengembangan Industri Halal
Source: OJK
Arah Pengembangan Pasar Modal Syariah 2020-2024
❖
Sinergi dengan Lembaga Keuangan, Institusi Pendidikan, dan
Regulator
❖
Pengembangan Asuransi Syariah untuk Seluruh Masyarakat
❖
Diversifikasi Produk dan Pendalaman Pasar Jaminan Sosial
Syariah
❖
Penguatan Pendanaan Perbankan Syariah
❖
Penguatan Proses Manajemen Perbankan Syariah.
❖
Penguatan Pembiayaan Perbankan Syariah.
❖
Peningkatan Awareness tentang Zakat dan Wakaf
❖
Penguatan Ekosistem Zakat dan Wakaf
❖
Penguatan Integrasi Kelembagaan Institusi Zakat dan Wakaf
❖
Pembentukan ekosistem pengelolaan zakat dan wakaf yang
terintegrasi
❖
Pembentukan konektivitas yang erat dari zakat dan wakaf
dalam mendukung sektor riil khususnya industri halal
❖
Penguatan Integrasi dengan Lembaga Keuangan dan Institusi
Lain
❖
Diversifikasi Produk pada Pasar Modal Syariah
❖
Pemberian Insentif untuk Mendorong Industri Halal
❖
Value Enhancement pada Pasar Modal Syariah
❖
Pendalaman Pasar Keuangan
Strategi Utama Pengembangan Cluster Keuangan Syariah
Source : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional - Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 – 2024
ZAKAT DAN WAKAF
JAMINAN SOSIAL
Program edukasi untuk usaha mikro yang dibarengi oleh riset tentang bentuk dan cakupan program edukasi apa saja yang dibutuhkan oleh pelaku
usaha mikro agar bisa naik kelas
Fasilitas pembiayaan terintegrasi untuk UMKM di mana antara usaha
mikro, kecil, dan menengah perlu mendapatkan channel dan fasilitas pembiayaan yang berbeda-beda, agar
tepat sasaran
Database UMKM yang dimulai dengan pengumpulan data dari unit masyarakat terkecil yaitu rukun
tetangga
Strategi Utama III : Penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Source : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional - Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 – 2024
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memainkan peranan strategis dalam pembangunan ekonomi bangsa. Selain dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, usaha semacam ini juga berperan dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan. Dengan penerapan teknologi digital, UMKM diperkirakan mampu tumbuh dengan pesat.
USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
Program
Pengembangan teknologi tepat guna dan mutakhir untuk meningkatkan efisiensi produk halal dan mendorong
transformasi digital UMKM
Pembentukan fasilitas inkubator untuk memfasilitasi tumbuhnya perusahaan
startup yang dapat memperkuat national halal Value Chain dan memiliki
cakupan global
Sistem informasi yang terintegrasi untuk traceability produk halal
Strategi Utama IV : Penguatan Ekonomi Digital
Source : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional - Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 – 2024
Pengembangan teknologi tepat guna dan mutakhir untuk meningkatkan efisiensi produk halal, misalnya melalui halal marketplace dan sistem pembayaran syariah. Pertumbuhan bidang ekonomi digital dapat dilihat melalui pertumbuhan dua subsektor, yaitu e-commerce dan fintech. Keduanya menunjukkan pertumbuhan yang
menjanjikan selama beberapa waktu terakhir
Program
Utama
PENINGKATAN KUANTITAS DAN KUALITAS SDM
1. Peningkatan Efektivitas dan Keterlibatan Para Pelaku Industri Ekonomi Syariah dalam memperbaiki Kualitas SDM
2. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM pada Lembaga Pendidikan Berbasis Ekonomi Syariah
3. Peningkatan Kualitas SDM pada Lembaga Sosial atau Sosial Keagamaan Ekonomi Syariah
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas pada SDM Keuangan Syariah 5. Pengembangan SDM, kerangka regulasi dan produk industri
halal yang berbasis pada riset
PENGUATAN FATWA, REGULASI DAN TATA KELOLA 1. Penyusunan regulasi induk ekonomi syariah
2. Pengupayaan terwujudnya fatwa ekonomi syariah yang mencakup kebutuhan pasar keuangan syariah
3. Perbaikan regulasi sektoral untuk institusi ekonomi syariah 4. Penciptaan kerangka hukum yang membangun hubungan
antara pembiayaan industri halal dan lembaga keuangan
Source : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional - Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 – 2024
Strategi Dasar dalam Pengembangan Ekonomi Syariah
Sebagai prasyarat terwujudnya halal Value Chain yang dapat menjadi komponen penting dalam mendorong perkembangan ekonomi syariah dan perekonomian nasional, ekosistem yang baik, integratif dan efisien sangat penting untuk dikembangkan. Ekosistem yang dimaksud adalah sistem yang menyambungkan rantai nilai halal secara menyeluruh.
PENINGKATAN KESADARAN PUBLIK MELALUI LITERASI DAN EDUKASI
1. Program literasi halal nasional 2. Peningkatan efektivitas literasi publik
PENGUATAN KAPASITAS RISET DAN PENGEMBANGAN 1. Penguatan database terkait literasi, pendidikan dan R&D
ekonomi syariah.
2. Penguatan R&D di masing-masing sektor dengan
pendekatan yang lebih komprehensif dan multiperspektif. 3. Penguatan halal Value Chain industri halal dengan
teknologi industri 4.0
4. Pembangunan Halal Center untuk Pengembangan Industri Halal yang Terintegrasi
Kesimpulan
Pertumbuhan penduduk muslim di Indonesia maupun
Dunia
Target pasar dan kebutuhan terhadap produk dan
layanan syariah di Indonesia
Perkembangan teknologi, media sosial, dan
ecommerce yang sangat pesat
Kemudahan dalam akses alternatif pembiayaan
berbasis syariah
Dukungan penuh dari Pemerintah dan Regulator
dalam mengembangkan ekonomi syariah
Pemanfaatan teknologi yang relatif masih rendah
Persaingan dengan produk dari luar Indonesia
Literasi terkait ekonomi syariah di masyarakat
Kualitas maupun kuantitas SDM terkait ekonomi syariah
Akses menuju pasar internasional
P E L U A N G
T A N T A N G A N
Literasi (kesadaran dan edukasi publik), sumber daya manusia (SDM) serta riset dan pengembangan (R&D) merupakan bagian penting dalam ekosistem dan strategi
dasar pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. SDM yang baik berawal dari literasi, atau informasi dan kesadaran, mengenai suatu konsep. Kesiapan SDM
merupakan salah satu modal dasar dalam menghadapi perkembangan ekonomi global yang ditandai dengan ekonomi yang disruptif dan revolusi industri 4.0. SDM
tersebut juga harus memiliki kemauan untuk terus bersaing dan berinovasi melalui riset dan pengembangan. Hal ini menunjukkan urgensi sisi literasi, SDM dan
R&D karena pengembangan ekonomi syariah melalui industri riil halal tidak bisa berdiri sendiri tanpa sumber daya manusia yang berkompeten. Oleh karena itu,
dibutuhkan fondasi (strategi dasar) yang kuat sebelum membangun pilar-pilar kokoh (strategi utama) untuk mencapai visi ekonomi syariah.
THANK YOU
PT BRI Danareksa Sekuritas
Gedung BRI II Lt 23, Jl. Jend. Sudirman Kav 44-46
Jakarta Pusat 10210 – Indonesia
Phone 021-50914100
Value Chain
: Makanan & Minuman Halal
Aspek
Peluang
Tantangan
Permintaan dan Pasar
1. Pertumbuhan jumlah umat Muslim Indonesia dan dunia
2. Target pasar di Indonesia sangat besar
3. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi
makanan halal
1. Produk mulitinasional yang mulai menggarap sektor makanan
halal
2. Akses ke pasar internasional masih kecil
3. Kurangnya riset mengenai pergerakan pasar, segmentasi dan
selera pasar
Teknologi dan Informasi
1. Perkembangan teknologi yang pesat
2. Bekembangnya e-commerce dan media
Pemanfaatan teknologi informasi masih rendah
Regulasi
Dukungan pemerintah terhadap industri makanan dan halal secara
umum melalui UU no 33 tahun 2014
Kebijakan pemerintah pusat dan daerah masih belum selaras.
Kerja sama dengan sektor lain
1. Peluang co-branding dengan sektor pariwisata halal
2. Peluang co-marketing dengan sektor media dan rekreasi
1. Asymmetric information antar sektor
2. Birokrasi kerja sama antar sektor
Pembiayaan
1. Semakin banyak platform alternatif pembiayaan
2. Peluang kolaborasi dengan lembaga perbankan dan keuangan
syariah
3. Semakin banyaknya skema pembiayaan yang ramah IKM (KUR,
LPEI, Ventura)
1. Lembaga keuangan kurang memahami seluk beluk industri
kreatif
2. Lembaga pembiayaan masih membutuhkan jaminan yang
tangible, seperti: ijazah, sertifikat, dan terutama business
plan, yang kebanyakan belum bisa dipenuhi oleh pelaku usaha
Riset dan Pengembangan
Kerja sama riset dengan badan penelitian pangan, universitas dan
perusahaan
1. Kurangnya riset mengenai uji bahan pangan halal
2. Ketersediaan database industri makanan dan minuman halal
terbatas
Peluang
&
Tantangan
: Makanan & Minuman Halal
Value Chain
: Pariwisata Halal
Peluang
&
Tantangan
: Pariwisata Halal
Source : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional - Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 – 2024
Aspek
Peluang
Tantangan
Permintaan dan Pasar
1. Pertumbuhan jumlah Muslim Indonesia dan dunia
2. Pertumbuhan pendapatan kelas menengah muslim
3. Berkembangya penggiat pariwisata halal
4. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam menerapkan gaya hidup
halal
1. Berkembangnya pariwisata halal di negara-negara Muslim
maupun nonmuslim di dunia
2. Branding pariwisata halal skala internasional masih lemah
3. Kualitas sarana prasarana pariwisata halal di negara-negara
pesaing relatif lebih baik
Teknologi dan Informasi
1. Berkembangnya digitalisasi pada industri pariwisata secara umum
2. Bekembang dan semakin inovatifnya media informasi
Pemanfaatan teknologi informasi di industri pariwisata halal
masih rendah
Regulasi
1. Dukungan pemerintah terhadap pengembangan pariwisata halal
2. Adanya peraturan daerah terkait pariwisata halal di beberapa
provinsi
3. Berjalannya koordinasi beberapa lembaga/ kementerian dalam
pengembangan pariwisata halal
4. Sudah terdapat strategi dan kebijakan pemerintah terkait dengan
pengembangan industri pariwisata dan pariwisata halal.
1. Belum terdapat induk hukum tertinggi yang mengatur
pelaksanaan pariwisata halal di Indonesia
2. Belum ada regulasi khusus yang mewajibkan lembaga
keuangan syariah memberikan pembiayaan kepada industri
halal
Pembiayaan
1. Semakin berkembang dan variatifnya pembiayaan syariah
2. Peluang kolaborasi mendapatakan pembiayaan dari perbankan dan
penerbitan sukuk
3. Pengembangan dan implementasi skema asuransi syariah untuk
perjalanan wisata komersiil
Lembaga keuangan syariah belum memiliki target pembiyaan
khusus terhadap industri halal, termasuk pariwisata halal.
Riset dan Pengembangan
1. Adanya sekolah khusus pariwisata yang juga mengajarkan
pariwisata halal
2. Mulai berkembangnya riset tentang pariwisata halal
1. Kurangnya riset mengenai segmentasi dan preferensi pasar
terhadap pariwisata halal di Indonesia
Value Chain
: Fashion Muslim
Aspek
Peluang
Tantangan
Permintaan dan Pasar
1. Pertumbuhan jumlah umat Muslim Indonesia dan dunia
2. Target pasar di Indonesia sangat besar
3. Berkembangya komunitas hijab dan desainer
4. Kesadaran masyarakat untuk memakai pakaian yang menutup
aurat sudah sangat tinggi
1. Akses ke pasar internasional masih kecil
2. Kompetisi dengan produk fashion muslim dari brand luar
dengan harga yang lebih murah
Teknologi dan Informasi
1. Perkembangan teknologi yang pesat
2. Bekembangnya e-commerce dan media
Pemanfaatan teknologi informasi masih rendah
Regulasi
1. Dukungan pemerintah terhadap industri fashion muslim secara
umum maupun khusus
2. Melalui Perpres No. 2 Tahun 2015 dimana Kebijakan umummnya
adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan antara lain melalui pengembangan ekonomi kreatif
3. Sudah terdapat roadmap, strategi, dan kebijakan pemerintah terkait
industri fashion dan fashion Muslim
4. Regulasi hak kekayaan intelektual (HAKI) yang prosedurnya sudah
disederhanakan.
Kebijakan pemerintah pusat dan daerah masih belum selaras.
Pembiayaan
1. Semakin banyak platform alternatif pembiayaan
2. Peluang kolaborasi dengan lembaga perbankan dan keuangan
syariah
3. Semakin banyaknya skema pembiayaan yang ramah IKM (KUR,
LPEI, Ventura)
1. Lembaga keuangan kurang memahami seluk beluk industri
kreatif
2. Lembaga pembiayaan masih membutuhkan jaminan yang
tangible, seperti: ijazah, sertifikat, dan terutama
business
plan, yang kebanyakan belum bisa dipenuhi oleh pelaku usaha
Riset dan Pengembangan
Kerja sama riset dengan berbagai sekolah mode
yang ada
1. Kurangnya riset mengenai
2. pergerakan pasar, segmentasi dan selera pasa
Peluang
&
Tantangan
: Fashion Muslim
Value Chain
: Media & Rekreasi Halal
Aspek
Peluang
Tantangan
Demografi
60% dari 237 juta penduduk Indonesia berada dalam usia produktif
(15-55 tahun), dan 27% adalah generasi muda (16-30) tahun.
Pendidikan kreatif dan peningkatan kapasitas tenaga kerja
kreatif.
Permintaan Pasar
Tumbuh dan berkembangnya media dan rekreasi halal
Jumlah layar bioskop yang hanya 10% dari jumlah total
kabupaten/kota di Indonesia
Teknologi dan Informasi
Meningkatnya penetrasi pemanfaatan gadget terhadap aplikasi yang
tertanam di dalamnya
1. Kuantitas dan kualitas apps developer yang belum memadai
2. Belum meratanya konektivitas internet di setiap daerah
3. Biaya internet yang masih mahal
4. Lembaga keuangan tidak tertarik untuk investasi dikarenakan
tingginya resiko
Budaya
Banyaknya jumlah seni pertunjukan baik tradisi maupun kontemporer
yang selama ini dikreasikan.
1. Terbatasnya ruang pertunjukan
2. Belum adanya regulasi yang membedakan antara media dan
rekreasi halal dengan yang tidak
Peluang
&
Tantangan
: Media & Rekreasi Halal
Value Chain
: Farmasi & Kosmetik Halal
Aspek
Peluang
Tantangan
Permintaan dan Pasar
1. Pertumbuhan jumlah umat Muslim Indonesia dan dunia
2. Target pasar di Indonesia sangat besar
3. Meningkatnya tren konsumsi produk kecantikan
1. Produk mulitinasional mulai menggarap sektor kosmetik halal
2. Akses ke pasar internasional masih kecil
3. Kurangnya riset mengenai pergerakan pasar, segmentasi dan
selera pasar
4. Kosmetik palsu yang beredar di pasaran
5. Tingginya ketergantungan industri terhadap bahan baku
impor
Teknologi dan Informasi
1. Perkembangan teknologi yang pesat
2. Bekembangnya e-commerce dan media
Pemanfaatan teknologi informasi masih rendah
Regulasi
1. Dukungan pemerintah terhadap industri halal secara umum melalui
UU no 33 tahun 2014
2. Terdapat strategi dan kebijakan pemerintah terkait dengan farmasi
dan kosmetik halal yang diusung kementerian dan lembaga terkait
1. Kebijakan pemerintah pusat dan daerah masih belum selaras.
2. Belum adanya panduan dan ketentuan untuk infrastruktur
yang dapat menunjang produksi farmasi halal.
Kerja sama dengan sektor lain
1. Peluang co-branding dengan sektor pariwisata halal
2. Peluang co-marketing dengan sektor media dan rekreasi
1. Asymmetric information antar sektor
2. Birokrasi kerja sama antar sektor
Pembiayaan
1. Semakin banyak platform alternatif pembiayaan
2. Peluang kolaborasi dengan lembaga perbankan dan keuangan
syariah
3. Semakin banyaknya skema pembiayaan yang ramah IKM (KUR,
LPEI, Ventura)
1. Lembaga pembiayaan masih membutuhkan jaminan yang
tangible, seperti: ijazah, sertifikat, dan terutama business
plan, yang kebanyakan belum bisa dipenuhi oleh para pelaku
usaha
Riset dan Pengembangan
Kerja sama riset dengan badan penelitian, universitas dan perusahaan
1. Kurangnya riset serta tindak lanjut mengenai uji bahan
kosmetik dan farmasi halal
2. Ketersediaan database industri farmasi dan kosmetik halal
terbatas
Peluang
&
Tantangan
: Farmasi & Kosmetik Halal
Value Chain
: Perbankan Modal Syariah
Aspek
Peluang
Tantangan
Sumber Daya Manusia 1. Populasi dan pertumbuhan masyarakat Muslim Indonesia.2. Program studi ekonomi syariah bermunculan di Universitas Negeri atauswasta dapat memasok kebutuhan bank syariah akan SDM yang mumpuni. Kurangnya tenaga kerja yang spesifik menguasai industri perbankan syariah.
Regulasi dan Tata Kelola
1. Terdapat dukungan regulasi/master plan dari regulator.
2. Pemerintah dan unsur regulator memiliki visi masing-masing dalam pengembangan ekonomi syariah.
3. Regulasi terkait industri halal dan social Islamic finance merupakan peluang bagi bank syariah untuk dapat meningkatkan aspek pendanaan dan
memperluas segmen/alokasi pembiayaan. 4. Program-program pemerintah
1. Berbagai kebijakan/rencana induk pemerintah dan otoritas terkait belum terintegrasi dan tersinergikan dengan baik.
2. Belum ada keselarasan visi dan misi dari regulasi yang terdapat pada masing-masing master plan/blueprint yang dibuat antardepartemen atau regulator.
Riset dan Pengembangan
1. Meningkatnya jumlah program studi terkait perbankan syariah di tingkat perguruan tinggi.
2. Terdapat berbagai lembaga riset/training yang fokus pengembangan ekonomi syariah.
3. Bemunculannya hasil-hasil riset dari PTS/PTN yang membuka program studi syariah.
Kurangnya tenaga akademisi terkait industri perbankan syariah.
Literasi
1. Dukungan regulator untuk meningkatkan inklusi keuangan syariah, khususnya perbankan
2. Literasi keuangan yang dilakukan ke berbagai segmen masyarakat.
3. Literasi dapat digunakan sebagai alat untuk lebih meningkatkan pemahaman masyarakat akan perbankan syariah dalam upaya memperbesar market size perbankan syariah.
1. Penetrasi sektor perbankan syariah masih rendah.
2. Kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk bank syariah masih rendah.
Data dan Teknologi 1. Unit usaha syariah dapat memanfaatkan teknologi yang dimiliki bank induk.2. Berkembangnya financial technology (fintech) sebagai sarana pengembangan industri perbankan syariah.
1. Lembaga keuangan kurang memahami seluk beluk industri kreatif
2. Lembaga pembiayaan masih membutuhkan jaminan yang tangible, seperti: ijazah, sertifikat, dan terutama business plan, yang kebanyakan belum bisa dipenuhi oleh pelaku usaha
Peluang
&
Tantangan
: Perbankan Syariah
Value Chain
: Pasar Modal Syariah
Aspek
Peluang
Tantangan
Ekosistem(Regulasi, Modal, Teknologi, Riset & Pengembangan)
1. Infrastuktur dan legal framework yang kuat dalam mendorong industri pasar modal syariah
2. Dukungan pemerintah terhadap value chain industri halal melalui instrumen sukuk negara
3. Integrasi ASEAN dengan MEA menciptakan peluang-peluang bagi para pelaku industri pasar modal syariah Indonesia untuk ekspansi atau kerja sama di ASEAN.
4. Teknologi finansial (tekfin) memberikan kemudahan Industri pasar modal syariah untuk melakukan penetrasi pasar ke semua level masyarakat
1. Kerangka regulasi sudah kuat dan rumit, tetapi terkadang tidak dapat ditegakkan secara penuh karena kurangnya sanksi bagi ketidakpatuhan, sehingga sebagian manfaat dari regulasi tersebut hilang.
2. Belum optimalnya pemerintah dalam mencari potensi pengembangan infrastruktur dan fasilitas sektor halal industri di setiap daerah Indonesia yang merupakan potensi masuknya pasar modal dalam sektor pembiyaan melalui sukuk
3. Laju perkembangan Tekfin akan menjadi ancaman bagi industri pasar modal syariah jika tidak melakukan adaptasi dengan laju
perkembangannya yang saat ini di revolusi industri 4.0.
4. Integrasi ASEAN dengan MEA – menjadi ancaman bagi industri pasal modal syariah di Indonesia jika fondasi dan infrastruktur keuangan syariah tidak kuat dibangun oleh shareholder dan stakeholder terkait.
Peluang
&
Tantangan
: Pasar Modal Syariah
Value Chain
: Jaminan Sosial
Aspek
Peluang
Tantangan
Literasi 1. Perkembangan middle class Muslim (MCM) di Indonesia2. Indonesia memiliki penduduk mayoritas Muslim di dunia1. Indeks literasi asuransi syariah tahun 2017 sebesar 2,5 persen dan indeks inklusi sebesar 1,9 persen.
2. Persebaran geografis yang luas dengan variasi level pengetahuan mengenai konsep asuransi dan Syariah
Sumber Daya Manusia Dari sisi pengambil kebijakan, pemerintah sudah membuat peta jalan SJSN, namun pertumbuhan lembaga asuransi dan dana pensiun belum melakukan banyak inovasi
Kurangnya komitmen manajemen untuk mengembangkan asuransi syariah (Global Takaful Report, 2017)
Teknologi 1. Integrasi pembayaran iuran asuransi dengan marketplace2. Pemasaran melalui media yang efisien Initial cost untuk investasi teknologi yang tinggi
Regulasi
1. Infrastruktur kelembagaan mendapat perhatian dari pemerintah untuk melengkapi UU SJSN
2. Adanya upaya dari regulator
3. Adanya pengembangan seperangkat peraturan yang kuat dan harmonis antarlembaga
4. Dukungan melalui peraturan otoritas jasa keuangan tentang asuransi syariah dan dana pensiun berbasis Syariah
1. Belum ada kewajiban regulasi bagi institusi jaminan sosial nasional untuk mengembangkan skema syariah dalam produknya
2. Rendahnya dukungan politik terhadap pengembangan asuransi syariah, apabila dibandingkan dengan Malaysia. (Global Takaful Report, 2017)
Peluang
&
Tantangan
: Jaminan Sosial
Value Chain
: Zakat dan Wakaf
Aspek
Peluang
Tantangan
Awareness Zakat: Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang cukup baik mengenai zakaWakaf: Masyarakat sudah cukup familiar dengan konsep wakaf harta tidakbergerak
Wakaf:
Masih terbatasnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai wakaf, khususnya mengenai wakaf uang dan wakaf dengan uang
R&D dan Teknologi
Zakat:
1. Sudah terdapat Pusat Kajian Strategis oleh BAZNAS (Puskas Baznas) 2. Secara umum sudah banyak BAZNAS dan LAZ pada tingkat nasional yang
menggunakan platform digital untuk mempermudah penghimpunan Wakaf:
1. Sudah mulai adanya inisiasi kegiatan wakaf yang memanfaatkan platform digital (seperti tabung wakaf dan kitawakaf.com)
Zakat:
1. Masih kurang optimalnya penggunaan teknologi dalam zakat terutama pada BAZNAS dan LAZ tingkat daerah
Wakaf:
1. Belum adanya Pusat Kajian Strategis BWI
2. Pemanfaatan teknologi seperti layanan multipayment pada LKS dan e-commerce serta layanan wakaf online masih belum dilakukan secara optimal
Regulasi & Kelembagaan
Zakat:
1. Sudah terdapat UU Pengelolaan Zakat No. 23 tahun 2011.
2. Sudah terdapatnya regulasi pendukung, seperti standar pengelolaan zakat, misalnya zakat core principle.
3. Sudah terdapat berbagai lembaga pendukung, seperti Asosiasi Pengelola Zakat (Forum Zakat) dan organisasi sejenis lainnya.
Wakaf:
1. Sudah terdapatnya UU Wakaf No. 41 tahun 2004.
2. Sudah adanya waqf core principles (WCP) sebagai panduan pengelolaan wakaf.
Zakat
1. Masih kurangnya aturan-aturan teknis untuk menjalankan regulasi terkait zakat, seperti aturan teknis untuk mengaudit lembaga zakat.
2. Kurangnya sinergi antar berbagai lembaga terkait zakat.
3. Perlunya berbagai penyempurnaan pada UU Wakaf No 41 tahun 2004 4. Masih terbatasnya peran dan dukungan untuk Badan Wakaf Indonesia
(BWI)
5. Masih terbatasnya kelembagan pendukung, termasuk sinergi dan harmonisasi antar berbagai lembaga terkait wakaf
SDM
Zakat:
1. Masih rendahnya kualitas (kompetensi dan profesionalitas) dan kuantitas SDM, kecuali di beberapa OPZ besar.
Wakaf:
1. Masih rendahnya kualitas (kompetensi dan profesionalitas) dan kuantitas SDM, kecuali di beberapa lembaga pengelola dana wakaf besar.
2. Masih banyaknya jumlah nazir perseorangan