• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan ( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan ( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MODEL PENGELOLAAN USAHA PADI SAWAH

BERDASARKAN KEPEMILIKAN LAHAN

( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )

SKRIPSI

OLEH:

AJUAN RITONGA

070304010

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS MODEL PENGELOLAAN USAHA PADI SAWAH

BERDASARKAN KEPEMILIKAN LAHAN

( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab. Deli Serdang )

SKRIPSI

OLEH: AJUAN RITONGA

070304010 AGRIBISNIS

Skripsi ini Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Luhut Sihombing MP) (Ir. Diana Chalil Msi,PhD) NIP:19651008 199203 1 001 NIP:19670303 199802 2 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

RINGKASAAN

Ajuan Ritonga (070304010) dengan judul skripsi ANALISIS MODEL PENGELOLAAN USAHA PADI SAWAH BERDASARKAN KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir, Kec. Pagar Merbau, Kab. Deli Serdang) Penulis skripsi dibimbing oleh bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Ibu Ir. Diana Chalil, MSi PhD.

Lahan merupakan aset utama bagi petani, kepemilikan lahan juga bermacam-macam tergantung daeahnya, di Desa Sukamandi Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang kepemilikan lahan umumnya ada tiga yakni lahan milik sendiri, lahan sewa dan lahan gadai. kepemilikan lahan yang ada juga tidak terlepas dari masalah-masalah yang ada semisal penggunaan biaya produksi, produktivitas, perkembangan lahan dan pengelolaan kepemilikan lahan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengkajian tentang analisis model pengelolaan usaha padi sawah berdasarkan kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, berdasarkan pertimbangan bahwa daerah Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah penghasil padi sawah terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Proportional Staratified Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak berstrata dari keseluruhan populasi yang ada, dimana setiap starata diwakili oleh sampel yang jumlahnya ditetapkan secara proporsional.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden yaitu petani padi sawah dengan menggunakan angket, sedangkan data skunder diperoleh dari lembaga atau instansi lain seperti Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, dinas pertanian Deli Serdang, Camat Pagar Merbau, Badan Pertanahan Kabupaten Deli Serdang, Badan Pelaksana Penyuluhan Peratanian Deli Sedang dan Kepala Desa Sukamandi Hilir.

Dari penelitian yang telah dilakukan di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang terkait analisis model pengelolaan usaha padi sawah berdasarkan kepemilikan lahan diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang nyata antara biaya produksi dalam pengelolaan berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang. Hal ini dibuktikan dengan kaidah jika Fhitung > dari Ftabel maka terdapat perbedaan. Fhitung adalah 36,186

(4)

adanya perbedaan yang nyata antara biaya produksi berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang perbedaan biaya produksi ini tidak terlepas dari faktor yang mempengaruhi yakni etnis atau suku, tingkat pendidikan, pengalaman, agama dan pandangan hidup petani tersebut.

2. Terdapat perbedaan yang nyata antara produktivitas dalam pengelolaan berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang. Hal ini dibuktikan dengan kaidah jika Fhitung > dari Ftabel maka terdapat perbedaan. Fhitung sebesar 5,375

dengan tingkat signifikansi 0,011. Karena probabilitas (0,011) lebih kecil dari 0,05 dan Ftabel sebesar 3,354130829. Dari hasil ini menunjukkan

adanya perbedaan yang nyata antara produktivitas berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang. Produktivitas juga dipengaruhi oleh intensitas pengelolaan dan bagaimana mengalokasikan sarana produksi yang memiliki kaitan dengan karakteristik petani tersebut.

3. Status kepemilikan lahan yang ada di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kebupaten Deli Serdang terdiri dari milik sendiri, sewa dan gadai. Kemudian perkembangan status kepemilikan lahan di daerahan penelitian dalam 3 (tiga) tahun terakhir ini mengalami penurunan kecuali status lahan gadai mengalami peningkatan.

(5)

RIWAYAT HIDUP

AJUAN RITONGA Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 070304010 dilahirkan di Sei Berombang pada tanggal 26 Januari 1989. Anak ketiga dari enam bersaudara buah dari perkawinan Bapak Samsul Ritonga dan Ibu Amni Dalimunthe.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar Negeri No.116913 Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir Kabupaten Labuhanbatu Induk dan tamat pada tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri 1 Sei Sanggul Kecamatan Panai Hilir Kabupaten Labuhanbatu Induk dan tamat pada tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir Kabupaten Labuhanbatu Induk dan tamat pada tahun 2007.

4. Tahun 2007 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Tahun 2011 mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Laut Tador Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara.

(6)

1. Ketua Umum Badan Kenaziran Musholla (BKM AL-MUKHLISIN) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara periode 2010-2011.

2. Wakil Ketua Umum Forum Silaturahim Mahasiswa/I Muslim SEP (FSMMSEP) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara periode 2008-2009.

3. Ketua Divisi Pengembangan Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara periode 2009-2010.

4. Seketaris Jenderal DPP Ikatan Pelajar Pemuda dan Mahasiswa (IPEPMA) Labuhanbatu Periode 2010-2012.

5. Ketua Departemen Kebijakan Publik Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Nusantara USU Periode 2009-2011.

6. Ketua Divisi humas, Pengurus Daerah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Bukit Barisan Periode 2011 sampai sekarang.

7. Staf Anggota Kaderisasi Ikatan Mahasiswa Muslim Pertanian Indonesia (IMMPERTI) Periode 2010-2012.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Dengan kerendahan hati segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada kedua orang tua saya Bapak Samsul Ritonga dan Ibu Amni Dhalimunthe yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun materil, serta doa yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku ketua komisi pembimbing dan ibu Ir. Diana Chalil, Msi, PhD selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi semangat, dorongan, dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

(8)

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah MSi, selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis MEc, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam hal kuliah maupun kegiatan organisasi di kampus lainya.

4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis FP USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua teman-teman di Program Studi Agribisnis angkatan 2007 yang telah banyak membantu penulis dalam suka dan duka. Terkhusus teman-teman Seperjuangan di Lembaga Dakwah Fakultas saya ucapkan ribuan terimakasih, terutama Adrian Hilman, Haris Sucipto yang banyak menemani penulis dalam kehidupan sehari-hari. Buat adinda Asmarita Ritonga, Ade Syahputra Ritonga, Aswita Ritonga dan Abangda Ali Aspan Ritonga, Ali Amran Ritonga, kamulah yang menjadi penyemangat dalam hidupku yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan niat tulus agar penulis menjadi orang yang berguna bagi Agama, keluarga dan Bangsa. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2012

(9)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penelitian... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Tinjauan Pustaka ... 6

Landasan Teori ... 10

Kerangka Pemikiran ... 15

Hipotesis Penelitian ... 17

METODE PENELITIAN ... 18

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

Metode Pengambilan Sampel ... 20

Metode Pengumpulan Data ... 21

Metode Analisis Data ... 22

Defenisi dan Batasan Operasional ... 25

Defenisi ... 25

Batasan Operasional ... 26

DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN ... 27

Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 27

Geografi dan Topografi ... 27

Karakteristik Sampel ... 31

(10)

Umur ... 31

Pendidikan ... 32

Pengalaman Bertani ... 33

Jumlah Tanggungan ... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

Analisis Perbedaan Biaya Prouksi Usaha Padi Sawah Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan ... 36

Biaya Produksi ... 36

Biaya Produksi Lahan Milik Sendiri ... 36

Biaya Produksi Lahan Sewa ... 38

Biaya Produksi Lahan Gadai ... 41

Biaya Penyusutan ... 50

Biaya Sarana Produksi ... 52

Biaya Tenaga Kerja ... 57

Biaya PBB ... 58

Analisis Perbedaan Produktivitas Usaha Padi Sawah Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan ... 58

Produktivitas ... 58

Perkembangan Status Lahan di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang ... 61

Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang ... 63

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

Kesimpulan ... 67

Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Luas panen, produksi, dan produktifitas padi sawah per

kabupaten/kota di provinsi sumateta utara tahun 2010 18 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah per

Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 19 3 Luas panen, poduksi, dan produktivitas padi sawah di kecamatan

Pagar Merbau tahun 2009 19

4 Penentuan petani sampel berdasarkan kelas interval luas lahan 20 5

Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Perbau Kabupaten Deli

Serdang tahun 2011. 28

6 Distribusi jumlah penduduk per dusun desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang tahun 2011 28 7

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli

Serdang tahun 2011 29

8

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli

Serdang tahun 2011 30

9 Sarana dan prasarana di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar

Merbau Kabupaten Deli Serdang tahun 2011. 31

10 Keadaan umur petani responden di Desa Sukamandi Hilir Kec.

Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. 32

11 Keadaan tingkat pendidikan petani responden di Desa Suka

mandi Hilir Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. 32 12 Pengalaman bertani petani responden di desa suka mandi hilir 33 13 Jumlah tanggungan keluarga petani responden di Desa Suka

mandi Hilir Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. 34 14

Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah per petani lahan milik sendiri di Desa Sukamandi Hilir Kec. Pagar Merbau Kab. Deli

Serdang. 36

15 Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah per petani lahan sewa

di Desa Sukamandi Hilir Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. 39 16 Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah per petani lahan gadai

di Desa Sukamandi Hilir Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. 41 17

Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah per petani berdasarkan kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Hilir Kec.

Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. 43

18

Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah berdasarkan status kepemilikan lahan per Ha di Desa Sukamandi Hilir Kec. Pagar

(12)

19

Analisis ANOVA biaya produksi usaha padi sawah per petani berdasarkan status kepemilikan lahan di desa Sukamandi Hilir

kab. Deli Serdang. 46

20

Rata-rata biaya penyusutan usaha padi sawah per petani berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Hilir

Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang 50

21

Rata-rata biaya penyusutan usaha padi sawah per ha berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Hilir kec. Pagar

Merbau kab. Deli Serdang 51

22

Penggunaan pupuk dan biaya pupuk usaha padi sawah per petani berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi

Hilir Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. 53 23

Penggunaan pupuk dan biaya pupuk usaha padi sawah per ha berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi

Hilir Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. 54 24

Biaya Penggunaan pestisida pada usaha padi sawah per petani berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Hilir

Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. 56

25

Biaya Penggunaan pestisida pada usaha padi sawah per ha berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Hilir

Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. 57

26

Rata-rata produktivitas usaha padi sawah bedasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Hlir kec. Pagar Merbau

Kab. Deli Serdang. 59

27

Analisis ANOVA produktivitas usaha padi sawah per petani berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Hilir

Kec. Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. 60

28

Perkembangan status kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang tahun

2009-2011. 62

29

Model pengelolaan usaha padi sawah berdasarkan kepemilikan lahan di Desa Sukamandi Hilir Kec. Pagar Merbau Kab. Deli

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Gambar Kurva Produksi Total 24

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Kepemilikan Lahan

Desa Sukamandi Hilir Kec Pagar Merbau Kab. Deli Serdang 82 2

Total Penggunaan dan Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian Sampel Berdasarkan Kepemilikan Lahan di Desa Sukamandi

Hilir 83

3 Pengunaan Pupuk Per Petani Di Desa Sukamandi Hilir Kec

Pagar Merbau Kab. Deli Serdang 85

4 Pengunaan Pupuk Per Hektar Di Desa Sukamandi Hilir Kec

Pagar Merbau Kab. Deli Serdang 87

5 Pengunaan Pestisida Per Petani Di Desa Sukamandi Hilir Kec

Pagar Merbau Kab. Deli Serdang 89

6 Pengunaan Pestisida Per Hektar Di Desa Sukamandi Hilir Kec

Pagar Merbau Kab. Deli Serdang 90

7 Distribusi Curahan Tenaga Kerja Per Petani Usaha Padi Sawah

Di Desa Sukamandi Hilir Kec Pagar Merbau Kab. Deli Serdang 91 8 Biaya Tenaga Kerja Per Petani Usaha Padi Sawah Di Desa

Sukamandi Hilir Kec Pagar Merbau Kab. Deli Serdang 93 9 Total Biaya Sarana Produksi Per Petani Di Desa Sukamandi Hilir

Kec Pagar Merbau Kab. Deli Serdang 96

10 Total Biaya Sarana Produksi Per Ha Di Desa Sukamandi Hilir

Kec Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. 97

11 Total Biaya Produksi Per Petani Di Desa Sukamandi Hilir Kec

Pagar Merbau Kab. Deli Serdang 98

12 Total Biaya Produksi Per Ha Di Desa Sukamandi Hilir Kec

Pagar Merbau Kab. Deli Serdang 99

13 Produktivitas Padi sawah di Desa Sukamandi Hilir Kec Pagar

Merbau Kab. Deli Serdang 100

14 Uji ANOVA (One Way ANOVA) Produktivitas Usaha Padi

Sawah Berdasarkan Status Lahan 101

15 Uji ANOVA (One Way ANOVA) Biaya Produksi Usaha Padi

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada negara-negara agraris seperti Indonesia, lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting karena menentukan kesejahteraan hidup penduduk negara bersangkutan. Paling sedikit ada dua kebutuhan dasar manusia yang bergantung pada lahan. Pertama lahan sebagai sumber ekonomi guna menunjang kehidupan. Kedua, lahan sebagai tempat mendirikan rumah untuk tempat tinggal. Lahan juga sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang keberlangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan juga berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya.

Walaupun lahan di negara-negara agraris merupakan kebutuhan dasar, tetapi struktur kepemilikan lahan di negara agraris sangatlah timpang. Disatu pihak ada individu atau kelompok manusia yang memiliki dan menguasai lahan secara berlebihan namun dilain pihak ada individu atau kelompok manusia yang hanya memiliki lahan seadanya dan bahkan tidak memilik lahan sama sekali. Hal inilah yang sering memicu permasalah terdapat lahan.

(16)

membuat adanya berbagai kemungkinan-kemungkinan dalam proses pengelolaan lahan. Pemilik lahan sendiri akan bebas menentukan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan untuk memberikan hasil maksimal dari lahan yang dikelolanya, sementara pemilik lahan sewa, bagi hasil, gadai dll, adanya peraturan-peraturan yang disepakati membuat ruang lingkup untuk melakukan inovasi menjadi sangat terbatas.

Menurut Purwono (2007), di sisi lain tekanan terhadap lahan juga berwujud penyempitan rata-rata penguasaan lahan oleh petani, baik sebagai implikasi pewarisan maupun berbagi pengusahaan dan kemiskinan (shared poverty). Keadaan tersebut jelas semakin mempertajam ketidak kondusifan suasana bagi keberlangsungan pertanian dan perwujudan kebijakan pangan nasional dalam jangka panjang, apalagi pembukaan areal baru sangat terbatas dan tidak sebanding dengan peningkatan jumlah penduduk yang terus melaju.

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 luas lahan padi sawah di Kabupaten Deli Serdang mencapai 86.495 Ha. Kemudian status kepemilikan lahan di Deli Serdang juga beragam. Secara garis besarnya status kepemilikan lahan di Deli Serdang. Terdiri dari milik sendiri, sewa, bagi hasil dan gadai (BPPP, 2011)

(17)

umum, infrastruktur jalan dan sebagainya. Apalagi, beberapa wilayah di Kabupaten Delisedang dijadikan sebagai kawasan industri. Agraria di Kabupaten Deli Serdang juga tidak luput dari konflik, terutama dalam alih fungsi lahan

pertanian ke peruntukan lain dan tuntutan pengelolaan lahan negara, perkebunan dan lahan kritis (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, 2011)

Dari data yang didapatkan di Dinas Pertanahan Kabaupaten Deli Serdang pada tahun 2010, diketahui bahwa petani yang memilik lahan sawah sekitar 43% dan petani tidak mempunyai lahan (tuknakisma) sekitar 28%. Petani yang memilik lahan sendiri sekitar 29%, petani penyewa lahan 25% dan petani yang menggadaikan lahannya untuk digarap sekitar 14%. Kepemilikan lahan satu tahun terakhir ini mengalami perubahan. Pada tahun 2009 persentasi petani yang memiliki lahan sekitar 45%, petani penyewa 19% dan petani yang menggadaikan lahannya hanya sekitar 5%. Data ini menunjukkan bahwa sturktur kepemilikan lahan mengalami perubahan, ditandai dengan banyaknya petani yang menyewa lahan dan yang menggadaikan lahannya.

Permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik

(18)

1.2Identifikasi Masalah

Dari uraian diatas berkaitan dengan pengelolan Model usaha tani padi sawah berdasarkan kepemilikan lahan dapat dirumuskan beberapa permasalahan yakni sebagai berikut :

1) Apakah ada perbedaan biaya produksi dalam pengelolaan berdasarkan status kepemilikan lahan.

2) Apakah ada perbedaan produktivitas dalam pengelolaan berdasarkan status kepemilikan lahan.

3) Bagaimana perkembangan status kepemilikan lahan di daerah penelitian. 4) Bagaimana model pengelolaan berdasarkan kepemilikan lahan di daerah

penelitian.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui perbedaan biaya produksi berdasarkan status kepemilikan lahan.

2) Untuk mengetahui perbedaan produktivitas berdasarkan status kepemilikan lahan.

3) Untuk mengetahui perkembangan status kepemilikan lahan di daerah penelitian.

(19)

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Penelitian dalam hal ini diharapkan dapat berguna antara lain sebagai berikut :

1) Sebagai sumbangan pemikiran bagi setiap orang yang terkait dalam menentukan analisis pengelolaan model usaha padi sawah berdasarkan kepemilikan lahan.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Kepemilikan dan penguasaan lahan.

Sumaryanto dan Rusastra (2000) menyatakan bahwa dalam studi-studi sosial ekonomi pertanian tentang masalah penguasaan lahan di pedesaan Indonesia dilakukan penyederhanaan dalam pengelompokan bentuk-bentuk penguasaan lahan kedalam 2 kelompok besar yaitu: (1) Milik, dan (2) Bukan milik, yang terdiri dari sewa, bagi hasil, gadai dan lainnya.

Menurut penelitian yang dilakukan wiradi (2007) Di daerah Sumedang, Garut, Cirebon dan Majalengka, golongan tuan tanah kebanyakan terdiri dari haji-haji, kepala-kepala desa dan tokoh-tokoh pribumi lainnya, sedangkan di Indramayu terdapat pula cukup banyak tuan-tuan tanah Tionghoa. Perlu dicatat bahwa timbulnya golongan pemilik tanah luas sebagai akibat komersialisasi tidak disertai oleh timbulnya suatu golongan petani luas. Pemilikan tanah luas tentu tidak mengakibatkan usaha-usaha pertanian luas, tetapi tanah-tanah yang dikuasai oleh golongan pemilik luas disewakan atau dibagi hasilkan kepada penggarap-penggarap lain, dengan demikian, darisegi ekonomi pertanian, pola usahatani kecil-kecilan tetap bertahan.

(21)

kepemilikan; 2) hak untuk memanfaatkan tanah dan kekayaan alam yang menyertainya; dan 3) hak untuk ikut dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan kepemilikan dan pemanfaatan tanah dan kekayaan alam tersebut.

Menurut Bahrin dkk (2008) bahwa konsep antara kepemilikan, dan penguasaan lahan perlu dibedakan. Kata “pemilikan” menunjuk pada penguasaan formal. Hak milik atas lahan berkaitan dengan hak-hak yang dimiliki seseorang atas lahan, yaitu hak yang sah untuk menggunakannya, mengolahnya, menjualnya dan memanfaatkan bagian-bagian tertentu dari permukaan tanah. Hal tersebut menyebabkan pemilikan atas lahan tidak hanya mengenai hak milik saja melainkan juga termasuk hak guna atas lahan yaitu suatu hak untuk memperoleh hasil dari lahan bukan miliknya dengan cara menyewa, menggarap dan lain sebagainya. Sedangkan kata penguasaan menunjukkan pada penguasaan efektif. Misalnya jika sebidang tanah disewakan kepada orang lain maka orang itulah yang secara efektif menguasainya. Kata pengusahaan/pemanfaatan nampaknya cukup jelas, yaitu menunjuk kepada bagaimana caranya sebidang lahan diusahakan secara produktif. Pemilikan lahan tidak selalu mencerminkan penguasaan lahan, karena memang ada berbagai jalan untuk menguasai lahan, misalnya melalui sewa, sakap, gadai, dan sebagainya. Pemilik lahan luas biasanya tidak selalu menggarapnya sendiri. Sebaliknya pemilik tanah sempit dapat pula menggarap lahan orang lain melalui sewa atau sakap, di samping menggarap lahannya sendiri.

(22)

demikian, seseorang yang memiliki dapat sekaligus sebagai penguasa, sebaliknya seseorang yang menguasai sebidang lahan belum tentu ia sebagai pemiliknya. Orang yang memiliki dan sekaligus menguasai tentu akan lebih baik dari orang yang menguasai tapi tidak memiliki. Karena, bagi orang yang memiliki dan sekaligus menguasai, seluruh hasil yang diperoleh hanya untuk dirinya sendiri. Lain halnya dengan orang yang menguasai tapi bukan pemilik (penyewa, bagi hasil dsb), ia harus membayar sewa atau menyerahkan sebagian hasil kepada pemilik lahan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Irawan (2007) di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penduduk pedesaan dapat dikelompokkan menjadi: (1) pemilik pengarap murni, yaitu petani yang hanya menggarap lahannya sendiri; (2) penyewa dan penyakap murni, yaitu mereka yang tidak memiliki lahan tetapi mempunyai lahan garapan melalui sewa atau bagi hasil; (3) pemilik penyewa atau pemilik penyakap, yaitu mereka yang di samping menggarap lahan miliknya sendiri juga menggarap lahan milik orang lain; (4) pemilik bukan penggarap; dan (5) tunakisma mutlak, yaitu mereka yang benar-benar tidak memiliki lahan dan tidak mempunyai lahan garapan.

2.1.2 Pengelolaan/manajemen lahan.

(23)

sangat diperlukan dan berpengaruh terhadap penyelesaian berbagai macam kegiatan produksi usahatani. Jenis tenaga kerja dibagi menjadi tiga yaitu: tenaga kerja manusia, hewan, dan mesin. Modal adalah barang atau uang yang secara bersama-sama dengan faktor produksi lain digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, yaitu produk pertanian.Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman, kredit, hadiah, warisan,usaha lain atau kontrak sewa (Handoko, 2003).

(24)

Penelitian yang dilakukan Sukisti pada tahun 2010 di Yokyakarta mengatakan bahwa Lahan yang luas jika tidak dikelola atau diusahakan, tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal bagi pemiliknya, apalagi jika dibiarkan terlantar, tidak diusahakan. Sebaliknya, penguasaan yang luas jika bukan sebagai pemilik melainkan penyewa atau bagi hasil juga tidak dapat memperoleh hasil atau keuntungan yang optimal, karena sebagian hasil harus dialokasikan untuk membayar sewa atau diserahkan kepada pemilik lahan, apalagi dengan sewa yang mahal atau sistem bagi hasil yang kurang mencerminkan unsur keadilan antara si penggarap dan pemilik lahan. Oleh karena itu, suatu lahan dapat memberikan hasil yang optimal bagi suatu keluarga atau rumah tangga jika lahan tersebut milik sendiri dan diusahakan sendiri.

2.2 Landasan Teori

Teori Produksi dengan Satu Input.

Fungsi produksi dengan satu input menjelaskan hubungan antara jumlah output dengan satu input. Kalau inputnya itu adalah tenaga kerja (labour/L). maka fungsi produksi disini menjelaskan hubungan antara output dengan jumlah tenaga kerja, misalkan input-input yang lain tetap. Dengan perkataan lain, jumlah output ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan. Secara matematis hubungan kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:

Q=f(L)

(25)

Produk Total

Produk total adalah produk yang dihasilkan dengan menggunakan input (tenaga kerja). Gambar 2.1 kurva yang menjelaskan hubungan antara produk total dengan jumlah tenaga kerja. Hubungan kedua variabel tersebut merupakan hukum hasil lebih yang semakin berkurang (the law of diminishing return) yang berbunyi apa bila jumlah tenaga kerja ditambah secara terus menerus sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total meningkat (pertambahannya semakin lama semakin kecil), kemudian setelah mencapai titik tertentu tambahan jumlah tenaga kerja akan menguranggi jumlah produksi dan akhirnya akan semakin menurun. Berdasakan hukum lebih yang semakin berkurang tersebut, hubungan output dengan jumlah tenaga kerja dapat dibagai menjadi tiga tahapan antara lain, tahapan pertama produksi total meningkat cepat akibat tambahan jumlah tenaga kerja, tahapan kedua, produk total meningkat secara lambat, tahapan ketiga, produk total menurun akibat tambahan tenaga kerja.

Tahap I Tahap II TP1

L

L1 L2 L3

TP1

Gambar 2.1 Kurva Produksi Total 0

(26)

Produk Rata-rata.

Produk rata-rata (AP) adalah rata-rata produk yang dihasilkan setiap input (tenaga kerja). Dengan demikian produk rata-rata merupakan hasil bagi antara produk total (TP) dengan jumlah tenaga kerja (L). dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

AP=TP/L.

Produk Marjinal.

Produk marjinal (MP) adalah tambahan jumlah produk yang diakibatkan oleh tambahan satu unit input (tenaga kerja) yang digunakan. Dengan demikian produk marjinal merupakan perbandingan antara perubahan total produk total dengan perubahan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Dengan menggunakan rumus, produk marjinal adalah sebagi berikut:

MP=DTP/DL.

(27)

Teori Produksi dengan Dua Input.

Dalam proses produksi langkah selanjutnya adalah penggunaan dua input. Misalnya input yang digunakan adalah tenaga kerja (L), modal (K). jadi, jumlah output ditentukan oleh jumlah tenaga kerja dan modal. Dalam hal ini dimisalkan bahwa input L dan K dapat berubah, sedangkan input yang lain tetap. Hubungan antara output dan input (L dan K) dapat ditunjukan melalui persamaan sebagai berikut:

Q= f(L,K).

(Bangun,2007)

Aspek perencanaan dalam bidang usaha APL,MPL

0 L1 L2 L3

MPL

APL

(28)

Hanya sedikit keraguan bahwa setiap orang telah memiliki bentuk perencanaan (seperti perencanaan tindakan untuk tindakan dimasa yang akan datang) dalam memanfaatkan lahan mereka, sebagian besar masyarakat biasanya tidak menyusun perencanaan diatas kertas secara terperinci dalam membuat anggaran biaya yang diperlukan. Maka ada beberapa hal yang dapat d ilakukan dalam menentukan aspek perencanaan dalam usaha.

1. Studi kelayakan

Bila mana dana investasi besar di perlukan maka studi kelayakan harus dilakukan untuk menyakinkan bahwa seluruh aspek yang berhubungan dengan seperti aspek teknis, aspek manajerial, aspek organisasi, aspek ekonomi dan aspek keuangan, perlu diperhatikan. Manfaat dari ini untuk memperoleh bukti sebagai fakta apakah penggunaan modal akan dapat digunakan secara efektif atau tidak. Kegunaan dari studi kelayakan dapat dicontohkan seperti, menyakinkan bahwa keadaan memungkinkan unuk proyek dilaksanakan secara teknis, dapat memberikan keuntungan dilihat secara keuangan dan ekonomi objektifitas tidak dapat dicapai dengan biaya yang lebih murah, dan apakah sasaran proyek telah sesuai dengan objektifitas ekonomi nasional.

2. Teknis penilaian

Teknis penilaian untuk sebuah usaha merupakan pertanyan yang mendasar guna mengetahui apakah proyek secara teknis dapat dilaksanakan atau tidak, atas pandangan apa proyek yang ditentukan sesuai dilihat dari segi agronomis dan ekonomisnya.

(29)

Manajemen dan administrasi mungkin merupakan aspek yang paling sulit dalam studi kelayakan usaha, tetapi sangat penting bagi keberadaan uasah. Kesulitan terletak kepada kemanpuan sumber daya manusianya. Maka untuk dapat mengembangkan usaha yang mandiri dan professional dibutuhkan orang – orang yang memiliki pemahaman yang kuat dibidang manajemen dan administrasi.

4. Biaya dan keuntungan

Aturan umum untuk mengidentifikasi biaya dan keuntungan dari suatu usaha adalah dengan menetapkan dampak apa yang akan menyetai atau tidak menyertai keadaan usaha. Secara umum perbedaannya adalah keuntungan tambahan dari proyek/usaha tersebut (Siagian, 2003).

2.3 Kerangka pemikiran

Lahan merupakan aset bagi petani untuk melangsungkan kehidupanya. Lahan sebagai salah satu faktor produksi adalah merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana hasil-hasil produksi keluar.

Kepemilikan lahan pada umumnya ada tiga jenis, lahan milik sendiri, lahan sewa dan lahan gadai. Lahan milik sendiri merupakan lahan yang di miliki seutuhnya oleh pemilik lahan, lahan sewa adalah lahan yang disewa dari pemilik lahan. Kemudian Lahan gadai adalah lahan garapan yang di dapat seorang petani dari pemilik lahan, dimana pemilik lahan membutuhkan dana sehingga pemilik lahan memberikan jaminan lahannya untuk digarap.

(30)

hasil (output) yang dihasilkan dari berbagai status kepemilikan lahan (milik sendiri, sewa, dan gadai) juga berbeda-beda. Hal ini lah yang memungkinkan menuntut para petani agar lebih memiliki pemahaman dalam proses pengelolaan usaha supaya dapat memberikan kontribusi yang lebih besar lagi dari hasil lahan yang di usahakan.

Secara sistematika kerangka pemikiran dapat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan Menyatakan Proses Lahan Milik Sendiri

(31)

2.4Hipotesis Penelitian

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode penentuan daerah penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive, berdasarkan pertimbangan bahwa, Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah penghasil padi sawah di Provinsi Sumatera Utara, dengan luas panen dan produksi yang tertinggi (Tabel 1).

Tabel 1. Luas panen, produksi, dan produktifitas padi sawah per kabupaten/kota di provinsi sumateta utara tahun 2010.

Kabupaten/ kota Luas panen(ha) Produksi (ton)

Produktivitas (kw/ha)

Nias 8.890 35.838 40,31

Mandailing Natal 36.186 175.794 48,58

Tapanuli Selatan 27.700 138.214 49,90 Tapanuli Tengah 27.428 122.403 44,63 Tapanuli Utara 23.820 110.045 46,20 Toba Samosir 22.107 105.348 47,65 Labuhan Batu 23.065 111.260 48,24

Asahan 16.431 79.390 48,32

Simalungun 78.995 416.247 52,69

Dairi 14.678 68.533 46,69

Karo 12.214 56.848 46,54

Deli Serdang 84.582 426.227 50,39

Langkat 67.155 328.424 48,91

Nias Selatan 16.292 65.056 39,93

Humbang Hasundutan 17.850 83.042 46,52 Pakpak Barat 2.438 11.229 46,06

Samosir 7.684 36.301 47,24

Serdang Bedagai 73.585 377.307 51.27 Batu Bara 34.224 166.397 48.62

Padang Lawas Utara 16.618 80.730 48,58

Padang Lawas 14.737 71.858 48,76 Labuhan Batu Selatan 1.798 8.630 48,00 Nias Utara 6.295 25.432 40,40 Labuhan Batu Utara 40.815 197.202 48,32 Nias Barat 2.910 11.793 40,53

Sibolga 0 0 0

Tanjung Balai 427 1.942 45,48 Pematang Siantar 3.786 18.705 49,41 Tebing Tinggi 1.136 5.474 48,19

Medan 4.032 19.517 48,12

Binjai 4.032 19.247 47,74

Padang Sidempuan 8.559 40.434 47,24 Gunung Sitoli 1.815 7.387 40,70

Jumlah 702.308 3.422.264 48,73

(33)

Alasan lainnya adalah produktivitas padi sawah di Kecamatan Pagar Merbau merupakan yang tertinggi di Kabupaten Deli Serdang (Tabel 2).

Table 2: Luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah per kecamatan di kabupaten deli serdang tahun 2010

Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kw/ha)

Sumber:Diolah dinas pertanian kabupaten deli serdang 2011

Tabel 3. Luas panen, poduksi, dan produktivitas padi sawah di kecamatan pagar merbau tahun 2009

No Desa/Kelurahan Luas Panen(ha) Produksi (kw) Produktivitas (kw/ha)

1 Bandar Dolok 300 19.500 65

(34)

3.2 Metode pengambilan sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan lahan dengan tanaman padi sawah di Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Untuk menganalisis model pengelolaan usaha padi sawah berdasarkan kepemilikan lahan dibutuhkan sampel petani padi sawah. Penetapan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Proportional Stratified Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak berstrata dari keseluruhan populasi yang ada dimana setiap strata diwakili oleh sampel yang jumlahnya ditetapkan secara proposional.

Strata dalam hal ini adalah luas lahan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel. Gay menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sampel. Penentuan petani sampel diambil dengan distribusi seperti pada table 4 berikut ini.

Tabel 4. Penentuan petani sampel berdasarkan kelas interval luas lahan No

Sumber: Diolah data sekunder badan pelaksana penyuluhan pertanian tahun 2011.

Ada pun penjelasan perolehan table diatas adalah sebagi berikut:

Untuk data diatas nilai masing-masing fraksi sampel diperoleh melalui rumus:

(35)

Dimana:

fi = Fraksi Sampel

Ni = Sub Populasi

N = Populasi

Fraksi sampel strata pemilik = 254/445 = 0,57 Fraksi sampel strata penyewa = 121/445 = 0,27 Fraksi sampel strata gadai = 80/445 = 0,17

Setelah diperoleh nilai fraksi sampel maka untuk menentukan besarnya sampel yang akan diambil untuk setiap strata adalah dengan mengalikan nilai dari masing-masing fraksi sampel dengan jumlah sampel yang akan diambil yaitu sebanyak 30 sampel.

Fraksi sampel strata pemilik = 0,57 x 30 = 17 Fraksi sampel strata penyewa = 0,27 x 30 = 8 Fraksi sampel strata gadai = 0,17 x 30 = 5

Metode pengumpulan data

(36)

• Data luas lahan padi sawah di Kabupaten Deli Serdang

• Data produksi padi sawah di Kabupaten Deli Serdang

• Data produktivitas padi sawah di Kabupaten Deli Serdang

• Data luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah per kecamatan di

Kabupaten Deli Serdang

• Data luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kecamatan

Pagar Merbau.

3.4 Metode analisis data

Data yang kumpulkan dengan menggunakan tabulasi, kemudian dibuat hipotesis, dilanjutkan dengan metode analisis yang sesuai dengan hipotesis tersebut.

Untuk tujuan pertama dan kedua, digunakan alat uji ANOVA.

H0 = = =

H1 = ≠ ≠

JK total

=

-

JK antar Kelompok =

+

+…….+

-

JK dalam Kelompok = JK total - JK antar Kelompok

dk antar kelompok = k-1

RJK antar kelompok = JK antar Kelompok / dk antar kelompok

(37)

RJK dalam kelompok = JK dalam Kelompok / dk antar kelompok

Fh = RJK antar kelompok / RJK dalam kelompok

Keterangan :

k = Banyaknya kelompok

n = Kelompok ke n

x = Populasi

dengan criteria

Jika F-hitung > dari F-tabel, H1 diterima, H0 ditolak (ada perbedaan)

Jika F-hitung ≤ F-tabel, H1 ditolak, H0 diterima (tidak ada perbedaan)

(Sastrosupadi, 2000)

Untuk tujuan ketiga digunakan metode analisis diskriftif, yaitu berdasarkan perkembangan luas lahan dan jumlah petani pada masing-masing status kepemilikan lahan yang ada didaerah penelitian.

Untuk tujuan keempat, digunakan metode analisis deskriptif kualitatif, berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC) pada masing-masing petani berdasarkan status kepemilikan lahan.

(38)

Controlling) di buat skor dan predikat. Indikator pengelolaan dapat dilihat dari status kepemilikan lahan (Milik sendiri,sewa dan gadai). Pengukurannya dilakukan menyeluruh dengan butir-butir pertanyaan yang meliputi ketiga indikator tersebut. Kemungkinan hasil ananlisis adalah:

1. Pengelolaan per aspek menurut status kepemilikan lahan

a. Aspek pengelolaan (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) pada status lahan milik sendiri.

b. Aspek pengelolaan (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) pada status lahan sewa.

c. Aspek pengelolaan (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) pada status lahan gadai.

2. Pengelolaan (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) secara keseluruhan merupakan sekor dari semua aspek status kepemilikan lahan.

Setiap aspek pengelolaan akan diberi skor, misalakan Planning: 5 Butir, Organizing; 5 Butir, Actuating: 5 Butir, Controlling: 5 Butir. Maka skor maksimal untuk semua aspek berdasarkan status lahan adalah 20. Sebelum menentukan predikat terlebih dahulu mementukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan patokan penilaian selanjutnya. Seperti yang diketahui bahwa:

- Skor minimum yang mungkin diperoleh adalah 0 - Skor maksimum yang akan diperoleh adalah 20.

(39)

- Kategori sangat baik : skor 16 - 20 - Kategori baik : skor 11 - 15 - Kategori Cukup : skor 6 - 10 - Kategori kurang : skor 0 - 5

3.5 Defenisi batasan operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

1.5.1 Defenisi

1. Luas lahan adalah total luas lahan yang digunakan oleh petani untuk tempat bertanam padi sawah, di ukur dalam satuan hektar.

2. Faktor produksi (input) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi untuk menghasilkan output.

3. Biaya produksi adalah semua biaya yang digunakan selama proses produksi berlangsung.

4. Produktivitas padi sawah adalah luas penen padi sawah dibagi dengan produksi padai sawah, di ukur dalam satuan (kw/ha)

5. Lahan milik sendiri adalah lahan garapan yang dimiliki seutuhnya pemilik lahan.

(40)

7. Lahan gadai adalah lahan garapan yang di dapat seorang petani dari pemilik lahan, dimana pemilik lahan membutuhkan dana sehingga pemilik lahan memberi jaminan lahannya untuk digarap.

8. Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengkontrol, dan mengkoordinasikan usahataninya.

3.5.2 Batasan operasional.

1. Daerah penelitian adalah Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel penelitian adalah petani padi sawah Desa Sukamandi Hilir Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

(41)

BAB IV

DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Gambaran umum daerah penelitian.

4.1.1 Geografi dan topografi

Desa Sukamandi Hilir merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Pagar Merbau, persisnya berada di wilayah utara kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan:

a. Sebelah utara berbatasan dengan desa sidodadi ramunia kecamatan beringin b. Sebelah selatan berbatasan desa pagar jati kecamatan lubuk pakam dan jalan

negara

c. Sebelah timur berbatasan dengan sei ular yang merupakan batasan kabupaten deli serdang dengan kabupaten serdang bedagai

d. Sebelah barat berbatasan dengan desa sekip kecamatan lubuk pakam

Luas wilayah desa sukamandi hilir adalah 450 Ha dimana 40% dataran yang dijadikan daerah pemukiman/perumahan masyarakat desa sukamandi hilir 60% areal persawahan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Sementara iklim di desa sukamandi hilir sebagai mana desa-desa lain diwilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan hal ini sangat mempengaruhi langsung

(42)

4.1.2 Demografi

a. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kabupaten deli serdang tahun 2011.

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 1.585 50,49

2 Perempuan 1.554 49,51

Jumlah 3.139 100

Sumber : Data RPJM desa sukamandi hilir tahun 2011.

Dari tabel 5 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk Desa Sukamandi Hilir berjumlah 3.139 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.585 jiwa, perempuan sebanyak 1.554 jiwa dan terdiri dari 891 KK. Kemudian desa sukamandi hilir terdiri dari dari 4 dusun dengan rincian jumlah penduduk per dusun adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Distribusi jumlah penduduk per dusun desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kabupaten deli serdang tahun 2011

No Daerah Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Dusun I 846 26,95

2 Dusun II 868 27,65

3 Dusun III 579 18,44

4 Dusun IV 846 26,95

Jumlah 3.139 100

Sumber : Data RPJM desa sukamandi hilir tahun 2011.

(43)

b. Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.

Adapun keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kabupaten deli serdang tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Perentase (%)

1 Pra Sekolah 280 8,92

2 SD 1.051 33,48

3 SLTP 916 29,18

4 SLTA 865 27,55

5 Sarjana 25 0,79

6 Pasca Sarjana 2 0,06

Jumlah 3.139 100

Sumber : Data RPJM desa sukamandi hilir tahun 2011.

Dari tabel 7 tersebut dapat dijelaskan bahwa distribusi penduduk Desa Sukamandi Hilir Kabupaten Deli Serdang berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar hanya berpendidikan sekolah dasar dengan jumlah sebesar 1.051 jiwa atau sekitar 33,48 % dari jumlah total persentase penduduk Desa Sukamandi Hilir Kabupaten Deli Serdang.

c. Jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan

(44)

Tabel 8. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kabupaten deli serdang tahun 2011

No Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (jiwa)

1 Petani 1.378 43,89

2 Pedagang 296 9,42

3 PNS 11 0,35

4 Buruh/Karyawan 38 1,21

5 TNI/Polri 14 0,44

6 Perkebunan 28 0,89

7 Pensiunan 76 2,42

8 Lain-lain 1.298 41,35

Jumlah 3.139 100

Sumber : Data RPJM desa sukamandi hilir tahun 2011.

Dari tabel 8 tersebut dapat dijelaskan bahwa distribusi jumlah penduduk Desa Sukamandi Hilir Kabupaten Deli Serdang berdasarkan jenis pekerjaan sebagian besar adalah petani yaitu sebanyak 1.378 jiwa atau sekitar 43,89% dari jumlah total persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di desa sukamandi hilir kabupaten deli serdang. Sementara mata pencarian terkecil adalah pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 11 jiwa atau sekitar 0,35%

4.1.3 Sarana dan prasarana

(45)

Tabel 9. Sarana dan prasarana di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kabupaten deli serdang tahun 2011.

No Sarana/prasarana Jumlah/volume

1 Balai desa 1

9 Madrasah diniyah al-wasliyah 1

10 PAUD 1

11 Pemakaman 1

12 Sungai 1

13 Jalan tahan 14 Jalan aspal

Sumber : Data RPJM desa sukamandi hilir tahun 2011. 4.2 Karakteristik sampel

4.2.1 petani sampel

Petani sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penati yang mengusahakan tanaman padi sawah di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kabupaten deli serdang. Karakteristik sampel petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman bertani, dan jumlah tanggungan petani.

Umur

(46)

mengandalkan kondisi fisik petani tersebut. Keadaan umur petani rata-rata di daerah penelitian adalah 57 tahun

Tabel 10. Keadaan umur petani responden di desa suka mandi hilir

No Kelompok umur (Thn) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 20-45 11 36,67

2 46-55 4 13.33

3 ≥56 15 50

Total 30 100

Sumber: Analisis data primer lampiran 1

Dari tabel 10 diatas dapat dilihat jumlah petani sampel yang terbesar berada pada kelompok umur ≥56 dengan jumlah sebesar 15 orang atau sekitar 36,67%, artinya petani sampel pada daerah penelitian tidak berada pada usia produktif. Sedangkan jumlah petani sampel yang terkecil berada pada kelompok umur 46-55 dengan jumlah sebesar 4 orang atau sekitar 13,33%.

Pendidikan

Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam menadopsi teknologi baru yang dapat menunjang usahataninya. Pendidikan petani yang semakin tinggi membuat petani lebih mudah dalam mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan baru yang didapatnya yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas usahataninya. Adapun pendidikan petani sampel di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau bervariasai mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA.

Tabel 11. Keadaan tingkat pendidikan petani responden di desa suka mandi hilir No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 SD 13 43,33

2 SMP 10 33.33

3 SMA 7 23,33

Total 30 100

(47)

Dari tabel 11 diatas dapat dilihat jumlah petani sampel yang berpendidikan Sekolah Dasar berjumlah 13 orang atau sekitar 43,33%, petani sampel yang berpendidikan Sekolah Menengah Pertama berjumlah 10 orang atau sekitar 33,33%, sedangkan petani sampel yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas berjumlah 7 orang atau sekitar 23,33%. Artinya dalam hal ini tingkat pendidikan di daerah penelitian tergolong rendah. Hal ini dibuktikan banyaknya petani sampel hanya merasakan pendidikan Sekolah Dasar.

Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani merupakan salah satu factor yang mempengaruhi produksi suatu usahatani. Semakain tinggi tingkat pengalaman bertani maka semakin baik pulalah pengelolaan usahataninya. Jika merujuk pada lampiran 1 Rata-rata pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian sangatlah bervariasi jika ditinjau dari status kepemilikan lahan maka untuk status lahan milik sendiri rata-rata pengalaman bertani adalah 29,94 tahun, status lahan sewa rata-rata-rata-rata pengalaman bertani rata-rata 19 tahun, kemudian untuk status lahan lahan gadai rata-rata pengalaman bertani 13,6 tahun. Keadaan pengalaman beratani petani responden dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini.

Tabel 12. Pengalaman bertani petani responden di desa suka mandi hilir

No Pengalaman Beratani (thn) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 0-15 7 23,33

2 16-30 14 46,67

3 ≥31 9 30,00

Total 30 100

(48)

Dari tabel 12 diatas dapat dilihat jumlah petani sampel yang berpengalaman beratani terbesar berada pada kelompok 16-30 tahun dengan jumlah sebesar 14 orang atau sekitar 46,67%, dari jumlah keseluruhan petani responden yang berada di daerah penelitian, Sedangkan jumlah petani sampel yang berpengalaman terkecil berada pada kelompok 0-15 dengan jumlah sebesar 7 orang atau sekitar 23,33%.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Apa bila kita merujuk pada lampiran 1, rata-rata tanggung keluarga petani responden sekitar 2 orang dengan interval 0-6. Perbedaan jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi jumlah penggunaan curahan tenaga kerja dalam keluarga. Apabila petani memiliki tanggungan yang berada pada umur produktif dapat membantu dalam pengelolaan usahataninya. Akan tetapi semakin besar jumlah tanggungan terkadang semakin besar biaya pengeluaran yang ditanggung, apalagi jika tanggungan keluarga tidak pada usia yang produktif, dalam artian masih dibiayai oleh kepada keluarga.

Klasifikasi jumlah tanggungan keluarga pada usaha padi sawah di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Jumlah tanggungan keluarga petani responden di desa suka mandi hilir No Jumlah tanggungan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 0-2 17 56,67

2 3-5 10 33,33

3 >5 3 10,00

Total 30 100

Sumber: Analisis data primer lampiran 1

(49)
(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Perbedaan Biaya Produksi Usaha Padi Sawah Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

5.1.1 Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani selama proses produksi berlangsung, Baik biaya tetap (penyusutan alat dan PBB) maupun biaya variabel seperti biaya pembelian sarana produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan) dan tenaga kerja. Berikut ini akan diperlihatkan rata-rata biaya produksi usaha padi sawah berdasarkan status kepemilikan lahan di desa Sukamandi Hilir kecamatan Pagar Merbau kabupaten Deli Serdang.

5.1.1.1Biaya produksi lahan milik sendiri

Lahan milik sendiri adalah lahan garapan yang dimiliki seutuhnya oleh pemilik lahan. Untuk mengetahui biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani lahan milik sendiri selama proses produksi berlangsung terdapat pada tebel 14 berikut ini.

Tabel 14. Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah per petani lahan milik sendiri di desa Sukamandi Hilir kec. Pagar Merbau kab. Deli Serdang.

No Komponen Biaya Produksi Rata-rata biaya produksi (Rp)

1 Biaya Pupuk 1.265.529

2 Biaya Pestisida 432.941

3 Biaya tenaga kerja 2.162.647

4 Pajak Lahan 11.000

5 Biaya Sewa Lahan 0

6 Biaya Penyusutan 214.420

(51)

Dari hasil analisis diperoleh bahwa biaya pupuk per petani sebesar Rp 1.265.529 atau sekitar 30,97% dari total jumlah rata-rata biaya produksi lahan milik sendiri. dengan rincian biaya pupuk urea sebesar Rp 208.941, pupuk ZA sebesar Rp 139.294, pupuk TSP sebesar Rp 217.647, dan biaya pupuk ponska sebesar Rp 699.647. Kemudian untuk biaya pestisida, Petani lahan milik sendiri mengeluarkan biaya sebesar Rp 432.941 atau sekitar 10,59% dengan rincian biaya pestisida, duppon sebesar Rp 87.058, dan racun keong sebesar Rp 345.882.

Sementara untuk biaya tenaga kerja pada lahan milik sendiri, sebesar Rp 2.162.647 atau sekitar 52,92%. Pada saat persemaian rata-rata sebanyak 2 orang tenaga kerja, dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp 55.882. Untuk pengelolaan lahan, rata-rata tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2 orang dengaan biaya

tenaga kerja yang sebesar Rp 609.411. Sementara pada saat proses penanaman rata-rata tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2 orang dengan biaya tenaga kerja

sebesar Rp 435.294. Untuk pengairan rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak 1 orang dengan biaya sebesar Rp 25.000. Kemudian rata-rata 2 orang tenaga kerja digunakaan pada saat proses penyiangan dengan biaya

sebesar Rp 50.000. Pemupukan juga menggunakan 1 orang tenaga kerja dengan biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan sebesar Rp 348.235. Untuk

pengendalian hama dan penyakit tenaga kerja yang digunakan rata-rata sebanyak 1 orang dengan upah tenaga kerja sebesar Rp 29.411. Proses pemanenan juga menggunakan rata-rata tenaga kerja sebanyak 3 orang dengan upah rata-rata yang

(52)

Pajak lahan, petani lahan milik sendiri hanya membayar sebesar 11.000 atau

sekitar 0,27%, dikarenakan lahan yang dimiliki petani adalah lahan milik sendiri, maka biaya sewa lahan di daerah penelitian tidak ada. Komponen biaya produksi

juga tidak terlepas dari biaya penyusutan. Adapun biaya penyusutan yang dikeluarkan sebesar Rp 214.420 atau sekitar 5,25%, dengan rincian biaya penyusutan cangkul sebesar Rp 66.176, biaya penyusutan garu sebesar Rp 25.945,

biaya penyusutan babat sebesar Rp 67.642, dan biaya penyusutan parang sebesar Rp 54.655.

Dari semua komponen biaya produksi yang ada, tenaga kerja lah yang banyak mengeluarkan biaya, hal ini dikarenakan proses pengelolaan lahan yang begitu banyak membuat keterlibatan dan kebutuhan tenaga kerja banyak pula. Dan

umumnya para petani lahan milik sendiri masih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Ini yang memicu banyaknya, biaya yang dikeluarkan untuk

tenaga kerja pada status lahan milik sendiri. untuk dapat menekan penggunaan biaya produksi diharapkan petani lahan milik sendiri tidak terlalu banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan lebih memaksimalkan tenaga kerja

dalam keluarga.

5.1.1.2 Biaya produksi lahan sewa

Lahan sewa adalah lahan garapan yang di dapat seorang petani penyewa dari pemilik lahan dengan ketentuan membayar sewa lahan yang di garap. Tabel 15 berikut ini akan menguraikan rata-rata biaya produksi lahan sewa.

(53)

Tabel 15. Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah per petani lahan sewa di desa Sukamandi Hilir kec. Pagar Merbau kab. Deli Serdang.

No Komponen Biaya Produksi Rata-rata biaya produksi (Rp)

1 Biaya Pupuk 740.750

2 Biaya Pestisida 327.500

3 Biaya tenaga kerja 1.551.875

4 Pajak Lahan 1.875

5 Biaya Sewa Lahan 2.531.250

6 Biaya Penyusutan 194.859

Jumlah rata-rata biaya produksi 5.348.109

Sumber: Lampiran 11

Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa biaya pupuk per petani sebesar Rp 740.750 atau sekitar 13,85% dari total jumlah rata-rata biaya produksi lahan sewa. Adapun kebutuhan dan biaya pupuk yang digunakan untuk lahan sewa adalah sebagai berikut, pupuk urea rata-rata petani lahan sewa membutuhkan sebanyak 50 kg dengan rata-rata biaya pupuk per petani sebesar Rp 121.500, pupuk ZA sebanyak 50 kg dengan biaya sebesar Rp 82.187. Pupuk TSP sebanyak 50 kg dengan biaya sebesar 127.687. Pupuk ponska sebanyak 101 kg dengan biaya sebesar Rp 409.375. Untuk biaya pestisida, Petani lahan sewa mengkeluarkan biaya sebesar Rp 327.500 atau sekitar 6,12%. Duppon sebesar Rp 87.058 , dan racun keong sebesar Rp 34.5882.

Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp 1.551.875 atau sekitar 29,01%. Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada lahan sewa sebanyak 13 orang, mulai

dari persemaian sampai dengan pemanenen. Persemaian rata-rata menggunakan 2 orang tenaga kerja, dengan biaya sebesar Rp 50.000. Pengelolaan lahan rata-rata tenaga kerja yang digunakan sebanyak 1 orang dan biaya tenaga kerja untuk

pengelolaan lahan sebesar Rp 354.375. Sementara pada saat proses penanaman rata-rata tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2 orang dengan biaya tenaga kerja

(54)

rata-rata 1 orang dengan biaya sebesar Rp 25.000. Kemudian rata-rata-rata-rata 2 orang tenaga

kerja digunakaan pada saat proses penyiangan dengan biaya sebesar Rp 34.375. Pemupukan petani lahan sewa menggunakan 1 orang tenaga kerja dengan biaya

yang dikeluarkan untuk pemupukan sebesar Rp 354.375. Pengendalian hama dan penyakit tenaga kerja yang digunakan rata-rata sebanyak 1 orang dengan upah tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp 25.000. Proses pemanenan juga

menggunakan rata-rata tenaga kerja sebanyak 3 orang dengan upah rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 354.375.

Untuk pajak lahan, petani lahan sewa hanya membayar sebesar Rp 11.000 atau sekitar 0,003%, berbeda dengan lahan milik sendiri lahan sewa mengeluarkan biaya penyewaan untuk lahan yang ia pakai yakni sebesar Rp 2.531.250 atau

sekitar 47,33%. Biaya penyusutan yang dikeluarkan sebesar Rp 194.859 atau sekitar 3,64%, dengan rincian biaya penyusutan cangkul sebesar Rp 47.395, biaya

penyusutan garu sebesar Rp 28.609, biaya penyusutan babat sebesar Rp 38.645, dan biaya penyusutan parang sebesar Rp 80.208.

Komponen biaya sewa lahan merupakan biaya produksi yang tertinggi pada status

sewa lahan. Hal ini dikarenakan ketiadaan lahan membuat petani penyewa berani menyewa lahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya, berbagai persayaratan yang

terkadang memberatkan petani penyewa berani ia lakukan. Kemudian ketiadaan peraturan yang jelas dari harga sewa lahan, membuat petani pemilik lahan sesuka hatinya menetapkan sewa lahan. Sementara di daerah penelitian sewa lahan

bervariasi, tetapi kebanyakan petani pemilik lahan menyewakan lahannya dengan biaya Rp 250.000 per rantai. Diharapkan pemerintah lebih memperhatikan lagi

(55)

diolah oleh petani yang tidak memiliki lahan. Serta adanya peraturan baku terkait

sandar harga penyewaan lahan.

5.1.1.3 Biaya produksi lahan gadai

Lahan gadai adalah lahan garapan yang di dapat seorang petani dari pemilik lahan, dimana pemilik lahan membutuhkan dana sehingga pemilik lahan memberi jaminan lahannya untuk digarap. Biaya produksi lahan gadai akan diuraikan pada tabel 16 berikut ini.

Tabel 16. Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah per petani lahan gadai di desa Sukamandi Hilir kec. Pagar Merbau kab. Deli Serdang.

No Komponen Biaya Produksi Rata-rata biaya produksi (Rp)

1 Biaya Pupuk 484.800

2 Biaya Pestisida 151.000

3 Biaya tenaga kerja 1.049.000

4 Pajak Lahan 1000

5 Biaya Sewa Lahan 0

6 Biaya Penyusutan 159.127

Jumlah rata-rata biaya produksi 3.338.185

Sumber: Lampiran 11

(56)

Sementara biaya tenaga kerja yang dikeluarkan lahan gadai sebesar Rp 1.049.000 atau sekitar 31,42%. Tenaga kerja yang digunakan saat persemaian rata-rata sebanyak 2 orang tenaga kerja, dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp 50.000.

Pengeolahan lahan rata-rata tenaga kerja yang digunakan sebanyak 1 orang dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk pengolahan lahan sebesar Rp 231.000. Saat proses penanaman rata-rata tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2 orang

dengan biaya tenaga kerja yang sebesar Rp 231.000. Pengairan rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak 1 orang dengan biaya sebesar Rp 25.000.

Kemudian rata-rata 1 orang tenaga kerja digunakaan pada saat proses penyiangan dengan biaya sebesar Rp 25.000. Sementara rata-rata tenaga kerja yang digunakan untuk pemupukan adalah 1 orang dengan biaya yang dikeluarkan untuk

pemupukan sebesar Rp 231.000. Pengendalian hama dan penyakit tenaga kerja yang digunakan rata-rata sebanyak 1 orang dengan upah tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar Rp 25.000. Proses pemanenan juga menggunakan rata-rata

tenaga kerja sebanyak 2 orang dengan upah rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 231.000.

Sementara pajak lahan, petani lahan gadai hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.000 dan tidak mengeluarkan biaya sewa lahan. Adapun biaya penyusutan yang

dikeluarkan sebesar Rp 159.127 atau sekitar 4,76%, dengan rincian biaya penyusutan cangkul sebesar Rp 34.166, biaya penyusutan garu sebesar Rp 29.960, biaya penyusutan babat sebesar Rp 53.333, dan biaya penyusutan parang sebesar

Rp 41.666.

Tenaga kerja merupakan komponen biaya produksi yang paling besar. Hal ini

(57)

penelitian kita juga menjumpai ada beberapa petani lahan gadai yang memiliki

aktivitas selain bertani, seperti buruh tani dan buruh bangunan. Ini terkadang membuat petani lahan gadai menunjuk orang lain untuk mengelola lahan nya,

tetapi tidak lah sepenuhnya petani lahan gadai melepas lahan nya untuk dikelola, petani lahan gadai juga ikut terlibat dalam usaha taninya. Hanya waktu-waktu

tertentu yang melibatkan tenaga kerja luar keluarga.

Untuk dapat mengetahui keseluruhan rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan per petani di desa Sukamandi Hilir kecamatan Pagar Merbau kabupaten Deli Serdang, dari berbagai status kepemilikan lahan (milik sendiri, sewa dan gadai) terdapat pada tabel 17 berikut ini.

Tabel 17. Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah per petani berdasarkan kepemilikan lahan di desa Sukamandi Hilir kab. Deli Serdang.

No Status lahan Komponen Biaya produksi Rata-rata biaya Produksi(Rp)

1 Milik Sendiri

Jumlah biaya produksi 4.086.537

2 Sewa

Jumlah biaya produksi 5.348.109

3 Gadai

Jumlah biaya produksi 3.338.185

Total jumlah biaya produksi 7.627.007

(58)

Kemudian rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani berbagai status kepemilikan lahan (milik sendiri, sewa dan sakap) selama proses produksi berlangsung per ha nya di desa sukamandi hilir kecamatan pagar merbau kabupaten Deli Serdang terdapat pada tabel 18 berikut ini.

Tabel 18. Rata-rata biaya produksi usaha padi sawah berdasarkan status kepemilikan lahan per Ha di desa sukamandi hilir kec. pagar merbau

kab. Deli Serdang.

No Status Lahan Komponen Biaya Produksi (Ha)

Rata-rata biaya produksi (Rp/Ha)

1 Milik sendiri

Biaya Pupuk 1.818.382

Biaya Pestisida 625.000

Biaya tenaga kerja 54.066.176

Pajak Lahan 16.160

Biaya Sewa Lahan 0

Biaya Penyusutan 311.411

Jumlah rata-rata biaya produksi 56.837.130

2

Sewa

Biaya Pupuk 1.831.250

Biaya Pestisida 625.000

Biaya tenaga kerja 38.796.875

Pajak Lahan 4.327

Biaya Sewa Lahan 6.250.000

Biaya Penyusutan 496.097

Jumlah rata-rata biaya produksi 48.003.549

3 Gadai

Biaya Pupuk 1.837.500

Biaya Pestisida 625.000

Biaya tenaga kerja 26.225.000

Pajak Lahan 3.125

Biaya Sewa Lahan 0

Biaya Penyusutan 621.352

Jumlah rata-rata biaya produksi 29.311.977

Total jumlah rata-rata biaya produksi 42.838.502 Sumber: Lampiran 12.

(59)

rata-rata biaya produksi per ha. Lahan sewa sebesar Rp 48.003.549 atau sekitar

112,05%, sedangkan jumlah rata-rata biaya produksi lahan gadai sebesar Rp 29.311.977 atau sekitar 68,42%.

Kita ketahui bahwa besarnya biaya produksi dari berbagai status kepemilikan lahan sebagian besar disebabkan oleh biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja yang ada di daerah penelitian umumnya di hitung dari jenis pekerjaan yang ia lakukan

dan upah setiap pekerjaan yang dilakukan juga berbeda. Di daerah penelitian upah tenaga kerja ada yang di hitung per hari kerja dan ada pula yang dihitung per

rantai (luas lahan). Jika upah tenaga kerja dihitung per rantai maka alokasi pendanaan untuk tenaga kerja sangat besar apabila lahan yang dimiliki petani itu

luas.

Biaya produksi yang ada selalu tertutupi dari hasil yang didapatkan petani. Misalkan jika per ha nya alokasi biaya produksi sebesar Rp 29.311.977.

Sementara rata-rata hasil produksi dari usaha padi sawah per rantainya sekitar 250 kg. Jika petani memiliki lahan satu ha maka produksi yang dihasilkan sekitar 6.250 kg dengan harga per kg nya Rp. 3.000 maka petani akan memiliki

pendapatan sekitar Rp. 187.500.000. ini lah yang menjadi dasar pemikiran para petani untuk tetap mempertahankan usaha tani nya dan juga menggunakan tenaga

kerja luar keluarga untuk mengelola usaha taninya, akan tetapi jika petani dapat menggunakan tenaga kerja dalam keluarga maka pendapatan nya akan semakin besar. Diharapkan kedepannya petani lebih sering menggunakan tenaga kerja

(60)

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan biaya produksi untuk masing-masing

status kepemilikan lahan di analisis dengan menggunakan metode ANOVA hasil analisis metode ANOVA untuk biaya produksi dapat dilihat pada tabel 19 berikut

ini.

Tabel 19. Analisis ANOVA biaya produksi usaha padi sawah per petani berdasarkan status kepemilikan lahan di desa Sukamandi Hilir kab. Deli Serdang.

ANOVA

Biaya_Produksi

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 3.782E13 2 1.891E13 36.186 .000

Within Groups 1.411E13 27 5.225E11

Total 5.192E13 29

Sumber: Lampiran 15

Dari uji anova atau F test, di dapat Fhitung adalah 36,186 dengan tingkat

signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05 dan Ftabel

sebesar 3,354130829. Maka sesuai dengan kaidah jika Fhitung > dari Ftabel Maka H1

di terima yang menyatakan adanya pengaruh dan H0 yang menyatakan tidak ada

pengaruh ditolak. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata total biaya produksi untuk masing-masing jenis status kepemilikan lahan. Jadi

dapat disimpulkan bahwa status kepemilikan lahan berpengaruh nyata terhadap peningkatan total biaya produksi untuk usaha padi sawah di daerah penelitian.

Menurut Kay (dalam Suyanto, 2006) tenaga kerja adalah elemen proses ekonomi yang mempunyai peranan dalam proses produksi, tenaga kerja terdiri dari dua unsur yaitu jumlah dan kualitas. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk

(61)

kerja luar keluarga. Sedangkan kualitas tenaga kerja tergantung dari keterampilan,

kondisi fisik, pengalaman, dan latihan.

Komponen biaya produksi pada masing-masing status lahan, rata-rata menunjukan

biaya tenaga kerja yang paling besar. Akan tetapi ada beberapa faktor yang mengindikasikan perbedaan biaya produksi pada status lahan, terkait dengan biaya tenaga kerja yaitu etnik atau suku, tingkat pendidikan, pengalaman, agama dan

pandangan hidup petani itu sendiri.

Menurut slamet (dalam wisadirana, 2005), pendidikan rendah yang dimiliki oleh

masyarakat di pedesaan, akan sulit bagi masyarakat desa untuk di ajak maju. Karakteristik petani (Lampiran 1), menjelaskan bahwa rata-rata pendidikan masyarakat di daerah penelitian hanya sampai sekolah menengah pertama,

pendidikan yang rendah mimiliki sikap kurang dapat menerima perubahan, sangat lambat dalam bersikap atau menerima. Lunadi (dalam wisadirana, 2005)

mengatakan sikap diri seseorang mempengaruhi prilaku orang tersebut. Perbedaan biaya produksi dari berbagai status lahan di desa Sukamandi Hilir kecamatan Pagar merbau kabupaten Deli Serdang tidak terlepas dari prilaku dan lemahnya

pemahaman masyarakat terkait pengaturan keuangan. Maka mereka dengan gampangnya mengeluarkan uang untuk keperluan usaha taninya tanpa terlebih

dahulu menghitung dan memperhatikan kebutuhan utama usaha tani tersebut.

Lampiran 1 menjelaskan bahwa rata-rata pengalaman bertani petani lahan milik sendiri sekitar 30 tahun, petani sewa sekitar 19 dan petani gadai sekitar 9 tahun.

Gambar

Gambar Kurva Produksi Total
Gambar 2.1 Kurva Produksi Total
Gambar 2.2 Kurva Produk Rata-rata (AP) dan Produk Marjinal (MP)
Tabel 1. Luas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan aturan dalam pelelangan umum dengan pascakualifikasi, maka panitia pengadaan diharuskan melakukan pembuktian kualifikasi terhadap data-data

[r]

Disertasi Peranan Teh Kompos Terhadap Pertumbuhan .... Nora

Hal ini berarti bahwa: (1) upaya untuk memperoleh kualitas bahan pangan yang baik harus dimulai dari sejak pra-panen sampai pascapanen, dan (2) negara-negara berkembang didiskreditkan

Pada uji hipotesis II, ternyata ada pengaruh positif yang signifikan antara sikap pada jabatan terhadap kepemimpinan visioner ketua program studi, memberikan

Proyek Gedung Pagelaran Konser Musik di Surabaya ini dibuat dengan konsep bangunan yang baru, yang diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Surabaya

Hujan stratiform (perintang hujan besar dengan intensitas yang relatif sama) dan dinamis (hujan konvektif yang alaminya deras dengan perubahan intensitas besar dalam jarak

Penulisan dan penelitian yang bertema tentang kondisi Kota Mojokerto pada masa pemerintahan Walikota Samioedin mengacu pada pembangunan bidang sosial, ekonomi, dan