• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

METODE KAJIAN

Proses dan Metode Kajian

Tahap Proses Kajian. Kegiatan Kajian dilaksanakan melalui tiga tahap. Tahap pertama, Praktek Lapangan I dilaksanakan di Gampong Telaga Tujuh

pada tanggal 26 Desember 2006 sampai dengan 14 Januari 2007. Kegiatannya adalah pemetaan sosial. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang situasi kependudukan, sistem sosial, struktur komunitas, organisasi kelembagaan, sumber dan potensi lokal dan masalah-masalah sosial yang ada di Gampong Telaga Tujuh Kecamatan Langsa Timur, Pemerintah Kota Langsa.

Tahap kedua, Praktek Lapangan II dilaksanakan di Gampong Telaga Tujuh

pada tanggal 13 April sampai dengan 8 Mei 2007. Kegiatannya adalah mengenali dan mengevaluasi program-program atau kegiatan pengembangan masyarakat yang telah dilaksanakan di Gampong Telaga Tujuh tersebut.

Tahap ketiga, ialah pelaksanaan kajian perencanaan program

pengembangan masyarakat (Revitalisasi peran kelembagaan Panglima Laôt) di Gampong Telaga Tujuh hingga laporan penulisan kajian, yang dilaksanakan pada tanggal 03 September sampai dengan tanggal 23 September 2007.

Serangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan di Gampong Telaga Tujuh Kecamatan Langsa Timur Pemerintah Kota Langsa, dan semua tahap kegiatan merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dan saling melengkapi, artinya bahwa data yang diperoleh pada tahap pertama dan kedua dipadukan dengan data tahap kegiatan pengkajian yang selanjutnya digunakan untuk menulis laporan kajian ini. Secara rinci jadwal pelaksanaan kajian pengembangan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 1:

(2)

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat 2006 TAHUN 2007 2008 BULAN No JENIS KEGIATAN 12 1 4 7 8 9 10 11 12 1 2 3 1. Praktek Lapangan I 2. Praktek Lapangan II 3 Persiapan Kolokium 4. Penyusunan Provosal 5. Kajian Lapangan 6. Penyusunan KIA

7. Seminar dan Ujian

8. Penggandaan Laporan

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis Data. Data yang digunakan dalam kajian lapangan ini adalah berupa

data primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang diperoleh dari sumber data ‘responden atau informan’ diskusi kelompok dan juga dari hasil pengamatan langsung oleh pengkaji. Data sekunder ialah data yang diperoleh dari data statistik, literatur dan laporan-laporan dari instansi terkait serta data pendukung dari Gampong Telaga Tujuh, misalnya: data monografi Gampong, laporan Tahunan Gampong, data potensi Gampong, data dari buku administrasi para kepala dusun serta data dari dokumen lainnya yang dibutuhkan oleh pengkaji dalam kegiatan kajian.

Perolehan data yang berupa data primer dari responden adalah data dari para Nelayan, Panglima Laôt, Sekretaris Panglima Laôt, dan Pawang Laôt, terutama tentang peran masing-masing dalam kelembagaan Panglima Laôt. Perolehan data dari informan adalah data dari para tokoh formal dan informal yang dapat digunakan sebagai pendukung data dari responden. Tokoh formal antara lain adalah; Kepala Gampong, Kepala Dusun, Perangkat Gampong, dan juga dari Pejabat instansi terkait tingkat Pemerintah Kota dan Kecamatan. Tokoh informal yang dijadikan sumber data antara lain para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan warga masyarakat yang dianggap mampu memberikan data yang berkaitan dengan kajian.

(3)

Penetapan sumber data ‘informan’ didasari atas pertimbangan penguasaannya terhadap materi kajian, ialah:

1. Kegiatan peran Panglima Laôt dalam pengembangan. 2. Kegiatan kemitraan oleh pemilik modal dengan Nelayan.

3. Program dan kebijakan yang berkaitan dengan masyarakat pesisir.

Pengumpulan Data. Untuk mendukung prosedur analisis data, dalam

pengumpulan data pengkaji menggunakan metode triangulasi. Metode triangulasi adalah tehnik pengumpulan data dengan memadukan berbagai tehnik-tehnik metode pengumpulan data. Dimana dalam penelitian ini digunakan kegiatan diskusi kelompok, observasi dan wawancara. Untuk memperoleh data, baik berupa data primer maupun data sekunder, dilakukan dengan menggunakan tehnik:

1. Wawancara

Teknik wawancara adalah suatu cara perolehan data yang berkaitan dengan permasalahan kajian melalui kegiatan tatap muka yang dilakukan oleh pengkaji dengan tineliti (responden dan informan). Pertanyaan yang diajukan tidak harus terstruktur tetapi terpusat pada topik kajian. Wawancara disini bersifat mendalam adalah suatu proses temu muka berulang antara peneliti dan subyek tineliti, melalui cara ini pengkaji hendak memahami pandangan subyek tineliti tentang hidupnya, pengalamannya, permasalahan yang dihadapi dalam usahanya, harapan-harapan serta situasi dan kondisi sosial yang ada dilingkungannya.

Sasaran wawancara dalam kajian adalah 15 orang responden nelayan,

Panglima Laôt (ketua), Sekretaris Panglima Laôt, dan Pawang jhareng4 satu

orang, Pawang Kawe5 satu orang dan Pawang Pukat6 satu orang.

Sedangkan untuk informan yang diwawancara adalah pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Langsa, pegawai Syahbandar Kuala Langsa, Kepala Gampong Telaga Tujuh, dan Tokoh masyarakat.

2. Observasi Langsung (direct observation)

Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan juga secara pengamatan langsung. Pengumpulan data direct observation (pengamatan langsung) tidak

4

Pawang jhareng artinya orang yang ahli penangkapan ikan menggunakan alat tangkap jaring.

5

Pawang Kawe artinya orang yang ahli penangkapan ikan menggunakan alat tangkap pancing.

6

(4)

menggunakan instrumen apapun kecuali alat komonikasi/dokumentasi. Teknis ini dilakukan khusus, jika ada indikasi data yang sulit terungkap atau kurang memuaskan dari hasil wawancara mendalam. Moleong (1977) mengemukakan alasannya bahwa tampaknya pengalaman langsung bersama objek penelitian atau pandangan mata merupakan alat yang ampuh untuk mengetes/menguji suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh melalui intrumen lain kurang meyakinkan, bisa saja peneliti menanyakannya kepada subjek, tetapi kebanyakan informasi justru kurang terfokus dan kurang akurat, maka untuk meyakinkan tentang keabsahan data tersebut, jalan yang lebih efektif dapat ditempuh dengan cara mengamati sendiri berarti melihat langsung peristiwanya.

Pengamatan langsung dilakukan oleh peneliti dalam menyingkap pola tabiat tingkah laku dan kelakuan sehari-hari masyarakat nelayan, pengurus kelembagaan Panglima Laôt, dan memonitoring keberadaan pemanfaatan dan kerusakan sumberdaya alam.

3. Observasi Peran Serta

Pengamatan berperan serta (penulis dengan masyarakat nelayan pesisir) dilakukan guna mengungkapkan secara pandangan mata terhadap peran kelembagaan Panglima Laôt dan terhadap kegiatan yang telah dan sedang dikerjakan di gampong tersebut. Pengamatan peran serta dalam penyelesai kasus perselisihan penangkapan ikan di laut antara nelayan, laporan nelayan tetang aktifitas kegiatan dilaut, kegiatan jual beli hasil tangkapan nelayan tradisional oleh sekretaris Panglima Laôt, dan kegiatan usaha pengolahan ikan (UPI) oleh nelayan di Gampong Telaga Tujuh. Namun diamati juga terhadap kegiatan lain yang berkaitan dengan peran kelembagaan Panglima

Laôt.

4. Focus Group Discussion (FGD)

Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan oleh pengkaji dalam rangka untuk mendapatkan gambaran data yang lebih akurat dan untuk menyusun rencana program kegiatan yang tepat guna mengatasi masalah yang ada berdasarkan data yang telah didapatkan sebelumnya. Menurut Sumardjo dan Saharudin (2006), Focus Group Discussion (FGD) merupakan suatu forum yang dibentuk untuk saling membagi informasi dan pengalaman

(5)

di antara para peserta diskusi dalam satu kelompok untuk membahas satu masalah khusus yang telah terdefinisikan sebelumnya.

Dalam FGD peneliti berperan ganda yaitu sebagai fasilisator diskusi dan pengamat jalannya diskusi dalam menyusun program aksi yang di inginkan oleh masyarakat gampong Telaga Tujuh. Di ikut sertakan dalam Focus Group

Discussion (FGD) yaitu; Nelayan, Panglima Laôt, Sekretaris Panglima Laôt, Pawang Laôt,Tokoh Masyarakat, dan Dinas Kelautan dam Perikanan. 5. Participatory Rural Appraisal (PRA) yaitu pengkajian peran Panglima Laôt

dalam pengembangan masyarakat nelayan di Gampong Telaga Tujuh. Dalam hal ini pengkaji menggunakan metode dimaksud adalah suatu kegiatan bersama-sama antara masyarakat dan peneliti dalam pemetaan suatu wilayah untuk mengindentifikasi masalah, potensi, dan kebutuhan masyarakat dalam upaya pengembangan masyarakat gampong Telaga Tujuh, sehingga bisa membuat perencanaan program dengan baik. Data skunder yang dibutuhkan yaitu peta gampong, data potensi gampong, dokumen, dan lain- lainnya yang dibutuhkan untuk analisis peneliti.

6. Studi Dokumentasi

Kegiatan pengumpulan data dari teknik studi dokumentasi yaitu; data pendukung yang ada di kantor Gampong Telaga Tujuh, dokumen/laporan Tahunan Gampong, dokumen/laporan Panglima Laôt, kepala dusun, laporan dan data yang bersumber dari instansi terkait baik yang ada di tingkat Pemerintah Kota maupun Kecamatan.

Pengolahan dan Analisis Data. Berbagai data yang telah terkumpul,

dikerjakan, diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa dalam rangka untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam kajian lapangan. Teknik pengolahan data tersebut adalah dengan menggunakan tabulasi data, sedangkan teknik menganalisisnya adalah dengan menggunakan analisis data kualitatif.

Menurut Miles dan Huberman (1992) dalam Sitorus dan Agusta (2005), analisa data kualitatif meliputi:

1. Reduksi data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transpormasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

(6)

2. Penyajian data, adalah sekumpulan data informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Kesimpulan, adalah proses menemukan makna data yang bertujuan untuk

memahami tafsiran dalam konteknya dengan masalah secara keseluruhan. Secara rinci tentang tujuan kajian, data yang diperlukan dan cara pengumpulan data kajian lapangan di Gampong Telaga Tujuh dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2, Kelengkapan Metode

No Tujuan Kajian Aspek Parameter

Sumber Data Instrumen 1 2 3 4 5 6 1. Mengkaji peran kelembagaan Panglima Laôt dengan melakukan pemetaan sosial di Gampong Telaga Tujuh dan menelaah tatanan kelembagaan yang berlaku sehubungan dengan peran Panglima Laôt. A. Pemetaan Sosial: 1. Letak geografis Gampong Telaga Tujuh. 2. Mata pencaharian penduduk Gampong Telaga Tujuh. 3. Kehidupan rumah tangga nelayan. 4. Struktur komunitas nelayan. B. Peran Panglima Laôt : 1. Peran memelihara dan mengawasi hukum adat dan istiadat. 2. Peran mengkoordinir penangkapan ikan di laut. 3. Peran menyelesaikan perselisihan antara sesama anggota nelayan atau kelompok. ] 4. Peran penyelenggarakan upacara adat laôt.

Luas wilayah dan batasan wilayah. Jenis mata pencaharian. Kegiatan yang dijalankan oleh nelayan. Proses intraksi dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan nelayan. Interaksi Panglima Laôt dengan nelayan [[[ Pola hubungan Panglima Laôt dengan pemerintah. Interaksi Panglima Laôt dengan nelayan Interaksi Panglima Laôt dengan Panglima Laôt, tokoh masyarakat, nelayan, Pawang Laôt, Pemerintah. Dokumen peran Panglima Laôt /adat Laôt dan Pemerintah 1. Wawanca-ra, obser-vasi dan studi dokumen-tasi. 2. Laporan PL I dan catatan harian.

(7)

5. Peran menjaga pohon-pohon ditepi pantai, dan sebagainya jangan ditebang. 6. Peran sebagai penghubung antara nelayan dengan pemerintah dan Pawang Laôt dengan Pawang Laôt lainnya. masyarakat pesisir, termasuk dengan tokoh masyarakat yang ada didalamnya. Interaksi Palingma Laôt dengan masyarakat pesisir dan Pemerintah. Kerjasama yang sinergi antara Panglima Laôt, Pemerintah, kelembagaan lokal. 2. 3. Mengevaluasi program-program pengembangan masyarakat yang berhubungan dengan pengembangan peran kelembagaan Panglima Laôt Menyusun program pengembangan peran Panglima Laôt di kalangan masyarakat nelayan 1. Program penanggulangan kemiskinan untuk nelayan di pesisir oleh Dinas terkait dalam pengadaan kapal penangkapan ikan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Panglima Laôt tidak dilibatkan dalam indentivikasi kebutuhan) 2. Program BRR NAD-Nias dalam usaha pengolahan ikan (UPI) hanya 2 kelompok sedangkan yang membutuhkan 10 kelompok.

Panglima Laôt tidak

dilibatkan dalam indentivikasi kebutuhan. 1. Pemelihara dan Pengawas ketentuan-ketentuan hukum adat dan istiadat. 2. Mengkoordinir setiap usaha penangkapan ikan di laut. Bentuk bantuan. Ketepatan sasaran. Kebutuhan nelayan. Keterlibatan Panglima Laôt dalam program. Bentuk bantuan. Ketepatan sasaran. Kebutuhan nelayan. Keterlibatan Panglima Laôt dalam program. Interaksi Panglima Laôt dengan nelayan Pola hubungan Panglima Laôt dengan Pemerintah Keuchik, tokoh masyarakat, Nelayan, Panglima Laôt, Pemerintah, kelompok penerima bantuan Pemerintah, Juragan (Ureung poe hareukat), Pedagang Perantara (Toke Bangku). Panglima Laôt 1. Wawanca-ra, observasi dan studi dokumen-tasi. 2.Laporan PL II. FGD

(8)

3. Menyelesaikan perselisihan /sengketaan yang terjadi di antara sesama anggota nelayan atau kelompoknya. 4. Memutuskan dan menyelenggarakan upacara adat laôt.

5. Menjaga/menga-wasi agar pohon-pohon di tepi pantai jangan ditebang. 6. Merupakan badan penghubung antara nelayan dengan Pemerintah dan Pawang Laôt dengan Pawang Laôt lainnya . Interaksi Panglima Laôt dengan nelayan Interaksi Panglima Laôt dengan masyarakat pesisir, termasuk dengan tokoh masyarakat yang ada didalamnya. Interaksi Panglima Laôt dengan masyarakat pesisir dan Pemerintah. Kerjasama yang sinergi antara Panglima Laôt, Pemerintah, kelembagaan lokal.

Metode Penyusunan Program

Sebagai upaya Pengembangan Masyarakat nelayan di Gampong Telaga Tujuh, pengkaji menggunakan metode Participatory Rural Apparisal (PRA) untuk penyusunan program kegiatan. Metode ini dipakai oleh pengkaji guna menganalisis masalah, potensi, kebutuhan, situasi dan kondisi sosial yang ada di masyarakat Gampong Telaga Tujuh yang dominan penduduknya bermata pencaharian Nelayan. Data yang diperoleh, dianalisis bersama partisipan dan secara bersama-sama pula mencari pemecahan masalah yang dihadapi oleh Masyarakat nelayan. Disini pengkaji bertindak sebagai fasilitator program, sehingga peran dan tanggung jawabnya seperti mengumpulkan data, memfasilitasi diskusi kelompok maupun kegiatan lain dalam rangka bersama-sama menyusun program yang tepat. Dengan demikian dalam kegiatan diskusi kelompok tersebut, pengkaji bukan sebagai orang penggagas program.

(9)

Serangkaian kegiatan yang dapat dilakukan oleh pengkaji berkaitan dengan fungsinya sebagai fasilitator adalah:

1. Melakukan identifikasi data tentang masalah komunitas, potensi dan sumber-sumber lokal dan kebutuhan masyarakat melalui teknik observasi, wawancara, diskusi kelompok dan studi dokumentasi untuk dijadikan materi dalam diskusi kelompok ataupun FGD.

2. Memfasilitasi terlaksananya diskusi kelompok dan diskusi terfokus (FGD) untuk bersama-sama para tokoh masyarakat baik formal maupun informal, stakeholders yang terkait, kelembagaan Panglima Laôt dan juga masyarakat nelayan; untuk menyusun rencana program yang sesuai dengan permasalahan dan potensi yang ada, sehingga program adalah benar-benar murni kesepakatan dan hasil dari masyarakat bawah.

3. Bersama-sama masyarakat secara luas, melakukan evaluasi rencana

program yang telah disusun, guna diketahui secara bersama-sama kemungkinan adanya hambatan maupun dukungan terhadap program yang telah disepakati bersama.

Untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, pengkaji memandang perlu melakukan penggalian aspirasi dari berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) yang ada, dan itu dimungkinkan menjadi faktor keberhasilan program melalui analisis keterkaitan stakeholders dengan rencana program kegiatan. Hal lain yang perlu dilakukan pengkaji adalah pemahaman didalam mengidentifikasi permasalahan dan prioritas program melalui teknik pohon masalah. Dengan demikian diharapkan program yang tersusun untuk masyarakat nelayan adalah sesuai dengan kepentingan lokal khususnya masyarakat nelayan.

Gambar

Tabel 1.  Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat  2006 TAHUN 2007  2008  BULAN     No JENIS KEGIATAN  12 1 4 7 8 9 10  11 12  1  2 3  1

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, efek signifikan natrium diklofenak terhadap licking time terjadi pada fase kedua (fase inflamasi), meskipun berdasarkan hasil penelitian yang

Toksin yang bertanggung jawab atas komplikasi utama dari miokarditis dan neuritis dan juga dapat menyebabkan rendahnya jumlah trombosit (trombositopenia) dan protein dalam

Untuk genset G3508, aturlah 2301A LSSC untuk bisa bekerja secara isochronous dengan memutar potensio Droop, Load Gain, dan menutup terminal Open For Droop pada frekwensi kerja

Apabila konsumsi telur tersebut dibandingkan dengan standar nasional konsumsi telur adalah 3,5 kg/kapita/tahun maka masih akan ada peluang pasar pengembangan usaha peternakan ayam

diperoleh data digital diskrit untuk setiap pencuplikan. Model pengujian menggunakan sumber data uji primer secara offline yang berisi bermacam-macam karakter kelainan jantung

 Melalui WAG siswa ditugaskan berdiskusi, pada kegiatan ini, siswa dapat berdiskusi dengan orang tua atau kakak untuk menguji informasi yang mereka dapatkan

Dari uraian diatas maka yang menjadi permasalahan adalah tentang bagaimana Bagaimana pengaturan hukum mengenai tindak pidana narkotika menurut undang-undang nomor

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur nilai densitas yang tercatat pada image plate untuk tiap tingkatan step dengan menggunakan variasi arus tabung (6,3mAs, 8 mAs,