• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON KENAIKAN IURAN BPJS KESEHATAN MANDIRI DAN KEBERLANJUTAN KEPESERTAAN DI KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2020 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RESPON KENAIKAN IURAN BPJS KESEHATAN MANDIRI DAN KEBERLANJUTAN KEPESERTAAN DI KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2020 SKRIPSI"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

RIANA AYU CHUSNAH NIM. 161000116

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

RESPON KENAIKAN IURAN BPJS KESEHATAN MANDIRI DAN KEBERLANJUTAN KEPESERTAAN DI KECAMATAN

MEDAN MARELAN TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIANA AYU CHUSNAH NIM. 161000116

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)

i

(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 30 November 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Juanita, S.E., M.Kes.

Anggota : 1. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

2. Dr. Siti Khadijah Nasution, S.K.M., M.Kes.

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “Respon Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Mandiri dan Keberlanjutan Kepesertaan di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2020” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas penyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, 30 November 2020

Riana Ayu Chusnah

(6)

iv Abstrak

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan resmi menaikan besaran iuran untuk Peserta BPJS Kesehatan Mandiri Kelas Rawatan 1 dan 2. Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Kenaikan iuran ini ternyata menuai pro dan kontra. Beberapa orang peserta menyatakan kenaikan iuran terlalu tinggi serta tidak diimbangi dengan pelayanan kesehatan yang belum maksimal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana respons peserta BPJS Kesehatan Mandiri terkait kenaikan besaran iuran dan keberlanjutan kepesertaan di Kecamatan Medan Marelan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif.

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta BPJS Kesehatan Mandiri kelas rawat 1, 2 dan 3 di Kecamatan Medan Marelan yaitu sebanyak 24.835 orang. Sampel dalam penelitian ini dipilih secara Random Sampling menggunakan rumus dari Slovin dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menyatakan bahwa informan merespon negatif atau merasa keberatan dengan adanya kenaikan besaran iuran BPJS, jumlah anggota keluarga yang terdaftar menjadi peserta secara otomatis akan mempengaruhi jumlah pembayaran iuran setiap bulannya dan informan yang jarang memanfaatkan pelayanan BPJS Kesehatan merasa dirugikan dengan kenaikan besaran iuran. informan patuh dan membayar iuran sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh pihak BPJS karena mereka tidak ingin kehilangan hak kepesertaan mereka. Informan juga menyatakan tetap melanjutkan kepesertaan dengan membayar iuran walaupun merasa keberatan dengan adanya kenaikan iuran ini karena mereka membutuhkan layanan kesehatan. peserta mengharapkan agar pihak BPJS lebih meningkatkan lagi sistem pelayanan dan agar tidak adanya kenaikan iuran lagi di kemudian hari. Peserta juga mengharapkan agar tidak dipersulit dan diperlambat sewaktu pengurusan berkas.

Kata kunci : BPJS, iuran, keberlanjutan

(7)

v Abstract

The Health Social Security Administering Body officially increases the contribution amount for Participants BPJS Mandiri Health Care Class 1 and 2.

The policy is contained in Presidential Regulation (Perpres) Number 64 of 2020 concerning Second Amendment to the Presidential Decree Number 82 of 2018 concerning Health Insurance. This increase in fees turned out to have pros and cons. Several participants stated that the increase in contributions was too high or not balanced with health services which is still not optimal. The purpose of this study to find out how the BPJS Kesehatan Mandiri participants responded to the increase amount of fees and sustainability of membership in Medan Marelan District. This research uses quantitative research that is descriptive in nature. The population of this study are all the BPJS Kesehatan Mandiri participants in care class 1, 2 and 3 in the District Medan Marelan which is as many as 24,835 people. The sample in this study was selected using Random Sampling that uses the formula from Slovin with a sample size of 100 person. Data is then obtained by interview using a questionnaire. Research result stated that the informant responded negatively or objected to this increase in the amount of BPJS contributions, the number of family members who are registered as participants will automatically affect the amount of dues payment each month and the informant rarely use BPJS Kesehatan services to feel disadvantaged by the increase in size dues. informants obey and pay dues according to the time determined by the parties BPJS because they don't want to lose their membership rights. Informants too stated that they continued their participation by paying dues even though they felt objection to this increase in fees because they need health services. Participants hoped that the BPJS would further improve the service system and so that there are no further increases in contributions at a later date. Participants also expect that they dont complicate or slow down when processing files regarding health services.

Keywords: BPJS, dues, continuity

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respon Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Mandiri dan Keberlanjutan Kepesertaan di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2020” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program studi Strata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis juga tidak terlepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji I, yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Juanita, S.E., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Penguji skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan arahan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

(9)

vii

5. Dr. Siti Khadijah Nasution, S.K.M., M.Kes. sebagai Anggota Penguji II, atas bimbingan dan dukungan dan telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

6. Ernawati Nasution, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

7. Seluruh Dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral kepada penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

8. Kepala Camat dan pegawai Kecamatan Medan Marelan yang telah membantu dan memberikan arahan kepada penulis selama menjalani penelitian.

9. Teristimewa kedua orang tua yang penulis cintai (Suhardi dan Nanna Ria Lubis) serta seluruh keluarga yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat, perhatian, motivasi, dukungan secara moral dan materil serta doa yang tiada henti kepada penulis.

10. Terkhusus untuk Alifa Gusana teman suka dan duka yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, dukungan dan banyak bantuan serta doa kepada penulis.

11. Teruntuk Wulan Dari, Try Rejeki, Putri Sahara, Nurdiba Anum, Loryensi Panggabean, Tisya Angreini, Adelia Ambarita selaku sahabat-sahabat yang selalu memberikan bantuan, semangat dan motivasi kepada penulis.

(10)

viii

12. Teman-teman seperjuangan Kelas B FKM USU, teman-teman peminatan Administasi dan Kebijakan Kesehatan, serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca.

Medan, 30 November 2020

Riana Ayu Chusnah

(11)

ix Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 5

Tujuan umum 5

Tujuan khusus 5

Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 7

Respon 7

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 8

Kepesertaan BPJS kesehatan 9

Pentahapan kepesertaan BPJS kesehatan 11

Iuran BPJS kesehatan 11

Konsep Demand 12

Cakupan Semesta (Universal Health Coverage) 15

Landasan Teori 17

Kerangka Konsep 18

Metode Penelitian 19

Jenis Penelitian 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Populasi dan Sampel 19

Variabel dan Definisi Operasional 20

Metode Pengumpulan Data 21

Metode Pengukuran 21

Metode Analisis Data 24

(12)

x

Hasil Penelitian 25

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 25

Sejarah Kecamatan Medan Marelan 25

Letak geografis 25

Hasil Analisis Univariat 27

Karakteristik responden 28

Respon peserta BPJS 31

Kepatuhan peserta BPJS 35

Harapan peserta BPJS 33

Pembahasan 36

Karakteristik Peserta BPJS 36

Respons Informan terhadap Kenaikan Besaran Iuran 37

Kepatuhan dalam Pembayaran Iuran 40

Keberlanjutan Kepesertaan 42

Harapan Peserta kepada BPJS Kesehatan Mandiri 45

Keterbatasan Penelitian 46

Kesimpulan dan Saran 47

Kesimpulan 47

Saran 48

Daftar Pustaka 50

Lampiran 53

(13)

xi Daftar Tabel

No Judul Halaman

1

2

3

4

5 6

7

Luas Wilayah dan Persentase terhadap Luas Kecamatan Menurut Kelurahan Tahun 2018

Distribusi Responden Berdasarkan Keberlanjutan Peserta BPJS di Kecamatan Medan Marelan

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Penduduk di Kecamatan Medan Marelan

Tabulasi Silang Status Kepesertaan BPJS dengan Respon Peserta BPJS

Distribusi Kategori Respon Peserta BPJS

Distribusi Responden Berdasarkan Respon Peserta BPJS di Kecamatan Medan Marelan

Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Peserta BPJS di Kecamatan Medan Marelan

26

27

30

31 32

34

35

(14)

xii Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 2 3 4

Konsep keinginan, permintaan dan kebutuhan Kerangka konsep

Peta Kecamatan Medan Marelan Kelurahan Labuhan Deli

14 18

26 27

(15)

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 2 3 4 5 6 7 8

Permohonan menjadi Informan Kuesioner Penelitian

Output SPSS

Surat Permohonan Izin Penelitian Surat Rekomendasi Penelitian Surat Izin Penelitian

Surat Selesai Penelitian Dokumentasi

53 54 56

59 60 61 62

63

(16)

xiv Daftar Istilah

Askes Asuransi

BP Bukan Pekerja

BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Jamsostek Jaminan Sosial Tenaga Kerja

JKN Jaminan Kesehatan Nasioanl

KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia

PBI Penerima Bantuan Iuran

PBPU Pekerja Bukan Penerima Upah

PPU Pekerja Penerima Upah

SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional

TASPEN Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri

UUD Undang Undang Dasar

UHC Universal Health Coverage WHO World Health Organization

(17)

xv Riwayat Hidup

Penulis bernama Riana Ayu Chusnah berumur 22 tahun, dilahirkan di Belawan pada tanggal 24 Juli 1998. Penulis beragama Islam, anak satu-satunya dari pasangan Suhardi dan Nannaria Lubis.

Pendidikan formal dimulai di sekolah dasar di SD Wahidin Sudiro Husodo Tahun 2004-2010, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 20 Medan Tahun 2010-2013, sekolah menengah atas di SMA Negeri 16 Medan Tahun 2013-2016, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, 30 November 2020

Riana Ayu Chusnah

(18)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. Sistem ini pada dasarnya yaitu merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.

Mewujudkan sistem jaminan sosial nasional, Pemerintah perlu membentuk lembaga yang berbentuk badan hukum publik untuk menyelenggarakan program jaminan sosial, maka dari itu Pemerintah lewat Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Dalam undang-undang tersebut dijelaskan ada dua jenis BPJS yang dibentuk, yaitu BPJS Kesehatan yang memberikan jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan yang memberikan jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan hari tua, dan jaminan kematian (DJSN, 2019).

BPJS Kesehatan memulai operasinya pada tanggal 1 Januari 2014. Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

(19)

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Peserta BPJS Kesehatan ada dua kelompok yaitu PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan dan Bukan PBI jaminan kesehatan. Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta, pemberi kerja dan/ atau pemerintah utuk program jaminan kesehatan (BPJS, 2017).

Berdasarkan data BPJS Kesehatan Indonesia pada tahun 2018 jumlah cakupan JKN sebanyak 207.834.315 (78,6% ) jiwa yang telah memiliki jaminan kesehatan. Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebanyak 122.497.314 (58,94%), Pekerja Penerima Upah (PPU) sebanyak 49.536.332 (23,84 %), Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) sebanyak 30.659.096 (14,75%), dan Bukan Pekerja (BP) sebanyak 5.144.573 (2,47%). Hal ini menunjukkan bahwa kepesertaan JKN belum sesuai dengan target UHC (BPJS, 2018).

Berdasarkan data BPJS Kesehatan Sumatera Utara pada tahun 2018 jumlah cakupan JKN jauh dari target UHC yaitu hanya sebanyak 10.023.504 (67,94%) jiwa yang telah memiliki jaminan kesehatan. PBI sebanyak 5.618.418 (56,05%), PPU sebanyak 2.144.076 (21,40%), PBPU sebanyak 1.964.019 (19,59%), dan BP sebanyak 296.411 (2,96%) (BPJS, 2018).

Berdasarkan data BPJS Kesehatan Kota Medan pada tahun 2018 jumlah cakupan JKN sudah hampir mencapai target UHC yaitu sebanyak 2.401.211 (87,51% ) jiwa yang telah memiliki jaminan kesehatan. PBI sebanyak 833.217 (34,70), PPU sebanyak 849.512 (35,38%), PBPU sebanyak 591.207 (24,62%), dan BP sebanyak 127.275 (5,30%) (BPJS, 2018).

(20)

3

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menaikkan iuran bagi peserta mandiri. Kenaikan iuran bahkan mencapai 100%. Besarnya iuran ditentukan oleh kelas pelayanan yang diambil, umumnya kelas 1 paling besar di ikuti oleh kelas 2 dan kelas 3. Kelas 1: naik dari Rp80.000 menjadi Rp160.000 per jiwa; kelas 2: naik dari Rp51.000 menjadi Rp110.000 per jiwa; Kelas 3: naik dari Rp25.500 menjadi Rp42.000 per jiwa.

Kenaikan iuran ini merupakan kebijakan yang seharusnya terjadi, istilah kenaikan itu tidak pas karena saat ini mereka mengupayakan iuran dengan nominal yang memang seharusnya, sebelumnya iuran ini adalah iuran diskon.

BPJS Kesehatan bersama pemerintah juga telah melakukan riset terhadap kenaikan iuran, apakah terjangkau oleh masyarakat kategori peserta mandiri.

Besaran yang akhirnya ditetapkan masih dalam taraf terjangkau, perhitungannya kelas 3 yang akan menjadi Rp 42.000, dihitung per hari yang harus dibayarkan tidak lebih dari Rp 2.000. Kelas 1 pun tidak lebih dari Rp 5.000 per hari. Melihat tarif yang masih terjangkau tersebut diminta agar masyarakat mulai peduli dengan pemeliharaan kesehatan diri yang saat ini disediakan pemerintah lewat BPJS Kesehatan (Fachmi, 2020).

Iuran bulanan BPJS harus dibayarkan paling tidak sampai dengan tanggal 10 setiap bulannya, jika terlambat saja selama 1 bulan maka kartu BPJS anda akan dinonaktifkan dan peserta akan terkena tunggakan. Segmen peserta yang paling banyak menunggak iuran kepesertaan adalah Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU). Sejak 2016 sampai dengan 2018, besar tunggakan PBPU/peserta mandiri ini mencapai sekitar Rp15 triliun. tingkat keaktifan PBPU/peserta mandiri

(21)

hanya 53,7 persen. Claim ratio PBPU/peserta mandiri pada 2018 mencapai 313%.

Total klaim PBPU/peserta mandiri mencapai Rp27,9 triliun sementara total iuran yang dikumpulkan hanya Rp8,9 triliun. Segmen tersebut juga cenderung memiliki tingkat kepatuhan yang rendah. Ada dua alasan kenapa tingkat kepatuhan segmen peserta ini rendah. Pertama adalah karena memang ada yang tidak mampu membayar dan kedua, willingness atau keinginan untuk membayar rendah.

Banyak PBPU/peserta mandiri yang hanya mendaftar pada saat sakit dan memerlukan layanan kesehatan yang berbiaya mahal, namun setelah sembuh berhenti membayar iuran.

Hasil survei pendahuluan kepada peserta BPJS Kesehatan Mandiri pada November 2019 di Kecamatan Medan Marelan sehubungan dengan kenaikan iuran BPJS tersebut ternyata menuai pro dan kontra. Beberapa orang peserta menyatakan saat ini biaya BPJS masih mahal serta tidak diimbangi dengan pelayanan kesehatan yang belum maksimal, apalagi bagi peserta yang memiliki tanggungan keluarganya lebih dari dua. Pendapat dari salah seorang peserta BPJS Kesehatan kelas 2 mengatakan jika situasinya seperti ini masyarakat akan meninggalkan BPJS dan beralih ke pengobatan tradisional. Pendapat salah seorang peserta BPJS Kesehatan kelas 1 menerima kebijakan tersebut dan menyerahkan segala kebijakan kepada pemerintah. Berbeda dengan peserta yang lainnya, salah seorang seorang peserta BPJS Kelas 3 mengaku tidak sanggup dengan kenaikan iuran ini dan tidak akan membayar iuran bulanan selanjutnya.

Berdasarkan uraian di atas, adanya kenaikan besaran iuran akan sangat berdampak dengan kepatuhan pembayaran iuran dan keberlanjutan kepesertaan.

(22)

5

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana respon peserta BPJS Kesehatan mandiri terhadap kenaikan besaran iuran dan keberlanjutan kepesertaan di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2019.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana respon peserta BPJS kesehatan mandiri terkait kenaikan besaran iuran dan keberlanjutan kepesertaan di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2020.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengetahui respon peserta BPJS Kesehatan mandiri terkait kenaikan besaran iuran dan keberlanjutan kepesertaan di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2019.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui karakteristik (jenis pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, status kepesertaan, dan riwayat penyakit) akan peserta BPJS Kesehatan mandiri di Kecamatan Medan Marelan.

2. Untuk mengetahui respon peserta BPJS Kesehatan mandiri terkait kenaikan besaran iuran di Kecamatan Medan Marelan.

3. Untuk mengetahui kepatuhan peserta BPJS Kesehatan mandiri di Kecamatan Medan Marelan dalam pembayaran iuran tepat waktu.

4. Untuk mengetahui keberlanjutan kepesertaan BPJS Kesehatan mandiri di Kecamatan Medan Marelan terkait besaran iuran BPJS Kesehatan.

5. Untuk mengetahui harapan peserta BPJS Kesehatan mandiri di Kecamatan

(23)

Medan Marelan terkait besaran iuran BPJS Kesehatan.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pembuat kebijakan khususnya pihak BPJS Kesehatan.

2. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

3. Sebagai referensi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang administrasi dan kebijakan kesehatan.

(24)

7

Tinjauan Pustaka

Respons

Respons adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respons umumnya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Respons adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respons dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang.

sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) respons merupakan tanggapan reaksi jawaban (Chalsum & Novita, 2006).

Respons pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesedihan seseorang untuk bertingkah laku ia menghadapi rangsangan tertentu. Berbicara mengenai respons atau tidak respons, tidak terlepas dari pembahasan sikap. Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respons mereka terhadap kondisi tersebut. Respons merupakan sejumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, pra pemahaman yang mendetail, ide- ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui:

a. Penolakan atau pengaruh.

b. Penilaian terhadap sesuatu.

c. Suka dan tidak suka.

d. Kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek.

(25)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menyatakan bahwa BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan. Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, pasal 5 ayat 1 dan pasal 52 mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan transformasi kelembagaan PT. Askes (Persero), PT. Jamsostek (Persero), PT.

TASPEN (Persero), dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban. Ketentuan undang-undang ini membentuk 2 BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Sementara itu, BPJS Kesehatan menyelenggarakan jaminan kesehatan. Dengan terbentuknya kedua BPJS tersebut jangkauan kepesertaan program jaminan sosial akan di perluas secara bertahap.

Prinsip pelaksanaan BPJS Kesehatan dilakukan sesuai dengan UU SJSN Pasal 19 ayat 1 Jaminan Kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Prinsip asuransi sosial meliputi :

a. Kegotongroyongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan yang muda, dan yang berisiko tinggi dan rendah;

b. Kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif;

c. Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan;

(26)

9

d. Bersifat nirlaba.

Prinsip ekuitas yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medisnya yang tidak terikat dengan besaran iuran yang telah dibayarkan.

Kepesertaan BPJS kesehatan. Menurut Perpres RI No. 12 Tahun 2013, peserta BPJS kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi:

1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI): fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI / Mandiri), terdiri dari :

Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, adalah : a. Pegawai Negeri Sipil;

b. Anggota TNI;

c. Anggota Polri;

d. Pejabat Negara;

e. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;

f. Pegawai Swasta; dan

g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a s/d f yang menerima Upah.

Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya :

a. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri; dan

(27)

b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah.

Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

Bukan Pekerja dan anggota keluarganya : a. Investor;

b. Pemberi kerja;

c. Penerima Pensiun, terdiri dari :

1. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

2. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

3. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;

4. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

5. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak pensiun;

6. Penerima pensiun lain; dan

7. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang mendapat hak pensiun.

8. Veteran

9. Perintis Kemerdekaan;

10. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan;

11. Bukan Pekerja yang tidak termasuk poin 1 sampai dengan 5 yang mampu membayar iuran.

(28)

11

Pentahapan kepesertaan BPJS kesehatan. Adapun pentahapan kepesertaan BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama mulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit meliputi : a. PBI Jaminan Kesehatan

b. Anggota TNI/ Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya.

c. Anggota Polri/ Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Polri dan anggota keluarganya.

d. Peserta Perusahaan asuransi kesehatan Perusahaan Persero Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) dan anggota keluarganya.

e. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Perusahaan Persero (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan anggota keluarganya.

2. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019. Selama kurun waktu 2014 -2019 dilakukan pengalihan dan integrasi kepesertaan Jamkesda dan Asuransi lain, Perluasan peserta pada perusahaan perusahaan secara bertahap, kajian berbagai regulasi, iuran dan manfaat,serta perluasan kepesertaan sampai seluruh penduduk pada 2019 (Kemenkes, 2013).

Iuran BPJS kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, yang dimaksud iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta, pemberi kerja dan atau pemerintah untuk program jaminan kesehatan.

(29)

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan menetapkan Iuran BPJS Kesehatan untuk peserta mandiri pada saat mulai beroperasinya BPJS Kesehatan 1 Januari 2014 adalah Rp25.500 per bulan untuk peserta kelas rawatan 3, Rp 42.500 per bulan untuk peserta kelas rawatan 2 dan Rp59.500 per bulan untuk peserta dengan kelas rawatan 1.

Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan menetapkan besaran iuran untuk peserta kelas rawatan 3 Rp30.000;

kelas rawatan 2 Rp51.000; dan kelas rawatan 1 Rp80.000; yang akan diberlakukan per tanggal 1 April 2016. Tetapi kemudian sebelum diberlakukannya Perpres tersebut Pemerintah kembali mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan Pasal 16 F yang menetapkan perubahan besaran iuran untuk peserta mandiri BPJS Kesehatan yaitu peserta dengan kelas rawatan 1 menjadi Rp80.000; kelas rawatan 2 Rp51.000; dan kelas rawatan 3 Rp25.500.

Konsep Demand

Grossman (1972) dalam Trisnantoro (2009) sebuah research sangat berpengaruh pada khasanah ekonomi kesehatan yaitu dengan memakai teori modal manusia (human capital) untuk melihat demand terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan. Pada teori berikut ditunjukkan ketika seseorang berinvestasi melalui pendidikan, platihan, dan kesehatan guna untuk bekerja dan menghasilkan

(30)

13

uang. Grossman juga menguraikan demand pada kesehatan mempunyai beberapa hal yang membedakannya untuk pendekatan tradisional demand pada bidang lainnya, yaitu:

1. Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan, bukan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk menghasilkan kesehatan.

2. Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif. Masyarakat menghasilkannya, menggunakan waktu untuk usaha-usaha peningkatan kesehatan, di samping menggunakan pelayanan kesehatan.

3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak terdepresiasi dengan segera.

4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi. Demand terhadap kesehatan dapat dilakukan melalui pengertian tentang keinginan (wants), permintaan (demand), dan kebutuhan (needs).

Pengertian ini dibutuhkan mengingat demand dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu hal yang agak berbeda dibandingkan dengan demand untuk komoditi atau pelayanan lain.

(31)

Keinginan (wants)

Permintaan (demands)

Kebutuhan (needs)

Gambar 1. Konsep keinginan (wants), permintaan (demands) dan kebutuhan (needs)

Berdasarkan model Grossman (1972) tersebut, kemauan individu untuk bekerja dan memperoleh penghasilan memerlukan modal, yaitu kesehatan.

maksud sosialnya ialah keinginan diri seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup. Keinginan ini diperoleh dari penilaian terhadap diri sendiri untuk status kesehatanya. Keinginan individu menjadi lebih sehat di tunjukkan dalam prilaku mencari pertolongan kenapa tenaga medis. Keadaan kesehatan yang bila dinyatakan oleh tenaga kedokteran diharuskan mendapat penanganan medis dikatakan dengan keinginan agar menjadi sehat. Melalui konteks keinginan tersebut individu mampu mengukur dirinya sendiri. Umumnya fungsi permintaan merupakan persamaan dimana memperlihatkan korelasi antara jumlah permintaan suatu barang dengan seluruh faktor yang mempengaruhinya. Keinginan seseorang untuk menjadi tetap sehat dalam hidup. Keinginan tersebut didasarkan terhadap

kemauan individu menjadi sehat dalam hidupnya. kemauan disini di dasari pada pengukuran diri sendiri pada

status kesehatan

kemauan untuk lebih sehat itu dapat ditunjukkan dalam perilaku mencari bantuan tenaga kesehatan/dokter

Situasi kesehatan dimana oleh tenaga medis tersebut diharuskan memperoleh

tindakan medis

(32)

15

penilaian dirinya sendiri dengan status kesehatannya.

Cakupan Semesta (Universal Health Coverage)

Universal coverage menurut Mundiharno (2012) bisa juga dilihat sebagai cakupan menyeluruh. Kata universal coverage tersebut didapat dari World Health Organisation (WHO), lebih tepatnya ialah universal health coverage. Istilah ini merupakan kelanjutan dari jargon sebelumnya yaitu health for all.

Mundiharno (2012) mengatakan pada perpektif jaminan kesehatan, istilah universal coverage mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama ialah mencakup kepesertaan. Melalui dimensi cakupan ini universal coverage diartikan sebagai kepesertaan yang menyeluruh, yang artinya ialah seluruh penduduk termasuk kedalam anggota jaminan kesehatan. Dengan harapan agar nantinya anggota jaminan kesehatan memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan, namun tidak seluruh orang yang menjadi anggota jaminan kesehatan dapat mengakses pelayanan kesehatan tersebut dengan mudah. Ketika tinggal di daerah dengan fasilitas kesehatan yang tidak memadai, maka sama saja mereka akan kesulitan dalam medapatkan pelayanan kesehatan.

Dimensi kedua untuk universal health coverage merupakan sumber yang merata bagi seluruh penduduk dalam memperoleh pelayanan kesehatan. menurut arinya hal ini memiliki implikasi diperlukannya ketersediaan alat, sarana serta prasarana serta pekerja kesehatan yang cukup supaya penduduk yang menjadi peserta jaminan kesehatan benar-benar dapat memperoleh pelayanan kesehatan.

Dalam pencapaian universal coverage, WHO merancang tiga dimensi.

Ketiga dimensi universal coverage menurut WHO meliputi (1) jumlah persentase

(33)

para penduduk yang diterima; (2) seberapa detail pula pelayanan yang diakui, serta (3) jumlah dana langsung yang masih didibebani sendiri oleh para penduduk.

Dimensi pertama ialah jumlah anggota yang di tampung. Dimensi kedua ialah layanan kesehatan yang diberikan, contohnya pelayanan seperti apa yang diberikan rumah sakit dan termasuk juga pelayanan rawat jalan. Dimensi ketiga merupakan besarnya biaya kesehatan. Semakin besar biaya yang tersedia, semakin besar pula penduduk yang dapat terlayani, semakin komprehensif paket pelayanannya serta semakin kecil pula proporsi biaya yang harus ditanggung oleh para penduduk. Alokasi atau pengumpulan dana yang terbatas juga berpengaruh terhadap kompehensif tidaknya pelayanan yang dijamin serta proporsii biaya pengobatan/perawatan yang dijamin (Mundiharno, 2012).

Indonesia berupaya untuk mencapai universal coverage dalam tiga dimensi tersebut secara bertahap. Prioritas pertama dalam mencapai universal coverage ini adalah dengan perluasan penduduk yang dijamin, agar supaya semua penduduk terjamin sehingga jika ada penduduk yang sakit maka ia tidak menjadi miskin karena beban biaya berobat yang terlalu tinggi. Langkah selanjutnyanya adalah dengan memperluas pelayanan kesehatan yang dijamin agar setiap orang dapat memenuhii kebutuhan medis (yang berarti semakin komprehensif paket manfaat yang diterimanya). Yang terakhir adalah peningkatan biaya medis yang dijamin sehingga proporsi biaya langsung yang ditanggung oleh penduduk semakin kecil. Sesuai dengan pengalaman dari penyediaan jaminan kesehatan untuk pegawai negeri dan dengan pengalaman dari masa lalu, Indonesia mengkehendaki jaminan kesehatan untuk semua penduduk (dimensi I), menjamiin

(34)

17

semua penyakit (dimensi II) dan proporsi biaya yang menjadi tanggungan para penduduk (peserta) menjadi sekecil mungkin. Cepat lambatnya pencapaian universal coverage melalui asuransi kesehatan sosial (social health insurance) dipengaruhii oleh bebrapa faktor. Carrin dan James sebagaimana dikutip oleh Mundiharno (2012) menyebut bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya suatu negara dalam mencapai universal coverage ini.

Pertama yaitu, tingkat pendapatan penduduk semakin tinggi tingkat pendapatan penduduknya maka semakin besar pula kemampuan penduduk dan juga atasan dalam membayar iuran. Kedua yaitu, struktur ekonomi negara.

Terutama yang berkaitan dengan besarnya proporsi sektor irformal dan sektor formal. Ketiga yaitu, distribusi penduduk negara. Distribusi penduduk yang tersebar luas di berbagai wilayah dapat menyebabkan biaya administrasi penyelenggaran yang lebih tinggi dibandingkan kalau penduduknya terpusat pada suatu daerah-daerah tertentu. Keempat ialah, kemampuan sebuah negara dalam pengelolaan asuransi kesehatan sosial. Penyelenggaraan jaminan kesehatan membutuhkan sumberdaya terampil yang memadai. Beberapa faktor diatas dapat diperhatikan kembali oleh pemerintah dalam membuat panduan serta aturan (stewardship) untuk mencapai universal health coverage melalui asuransi kesehatan sosial.

Landasan Teori

Berdasarkan teori Lawrence Green (Nursalam, 2014), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku

(35)

(behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior causes). Sementara faktor perilaku (behavior causes) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: faktor predisposisi (Predisposing Factors) yang meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan sikap, faktor pemungkin (Enabling Factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik dan jarak ke fasilitas kesehatan, dan faktor penguat (Reinforcing Factors) yang terwujud dalam dukungan yang diberikan oleh keluarga maupun tokoh masyarakat (Notoatmodjo, 2014).

Dalam penelitian ini, yang menjadi faktor predisposisi adalah jenis pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, status kepesertaan, dan riwayat penyakit. Faktor pemungkinnya yaitu harapan peserta BPJS dan keberlanjutan peserta BPJS. Faktor penguatnya yaitu respon peserta BPJS dan kepatuhan peserta BPJS.

Kerangka Konsep

Berdasarkan dari tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan tanggapan pasien BPJS mandiri terhadap kenaikan jumlah biaya serta lanjut atau tidaknya mereka terkait itu di Kecamatan Medan Marelan. Oleh karena itu kerangka konsep penelitian dapat ditampilkan sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka konsep Karakteristik Peserta BPJS:

- Jenis pekerjaan - Pendapatan keluarga - Jumlah tanggungan - Status kepesertaan - Riwayat penyakit

Respon Peserta BPJS Kepatuhan Peserta BPJS Harapan Peserta BPJS

Keberlanjutan Kepesertaan : - Lanjut

- Tidak lanjut

(36)

19

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk melihat gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fenomena yang diselidiki.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Oktober sampai bulan November 2020.

Populasi dan Sampel

Populasi. populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang menjadi peserta JKN Kesehatan Mandiri kelas rawat 1, 2 dan 3 di Kecamatan Medan Marelan yaitu sebanyak 24.835 orang.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Syofian 2013) yaitu :

( )

Keterangan : n = Besar sampel.

N = populasi (jumlah peserta PBPU di Kecamatan Medan Marelan).

e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir (tolerance degree of error sampling) yaitu 10%.

(37)

Dengan menggunakan Rumus Slovin tersebut maka : ( )

( )

n= 99,5 ≈ 100 orang

Peneliti mengambil sampel menggunakan Teknik Simple Random Sampling dengan mengundi anggota populasi (lottery technique). Kriteria sampel adalah peserta mandiri BPJS Kesehatan kelas rawatan 1, 2 dan 3 yang sudah pernah memanfaatkan pelayanan BPJS Kesehatan dalam waktu 1 tahun terakhir.

Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Keberlanjutan kepesertaan yaitu status kepesertaan apakah peserta tetap lanjut sebagai peserta BPJS kesehatan atau tidak lanjut.

2. Karakteristik responden adalah identitas yang melekat pada peserta BPJS seperti jenis pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan, status kepesertaan, dan riwayat penyakit.

3. Jenis pekerjaan adalah jenis kegiatan rutin yang dilakukan responden untuk memperoleh penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhan sehari - hari.

4. Pendapatan adalah upah yang diperoleh sebagai kompensasi dari upayanya bekerja.

(38)

21

5. Jumlah tanggungan adalah banyaknya orang yang hidup di dalam satu keluarga yang menjadi tanggungan dalam rumah tangga tersebut.

6. Status kepesertaan adalah identitas seseorang (per kepala keluarga) di BPJS Mandiri.

7. Riwayat penyakit adalah adanya penyakit yang diderita oleh seseorang.

8. Respon peserta BPJS mandiri adalah jawaban atau tanggapan peserta BPJS mandiri tentang kenaikan besaran iuran BPJS kesehatan mandiri.

9. Kepatuhan adalah taatnya atau ikuti aturan atau tidaknya peserta BPJS dalam membayar iuran setiap bulannya.

10. Harapan adalah pesan atau masukan dari peserta BPJS mandiri terkait kenaikan harga BPJS.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada peserta BPJS kesehatan mandiri di Kecamatan Medan Marelan menggunakan kuesioner terstuktur yang telah disediakan dan pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian yang untuk memperoleh informasi sehubungan dengan tujuan penelitian.

Metode Pengukuran

Metode pegukuran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keberlanjutan peserta BPJS. Untuk mengetahui keberlanjutan peserta BPJS dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel keberlanjutan peserta BPJS didasarkan pada skala nominal dengan kategori sebagai berikut:

(39)

1. Tidak lanjut 2. Lanjut

Karakteristik peserta BPJS. Variabel yang dilakukan dalam pengukuran karakteritik peserta BPJS yaitu:

a. Jenis Pekerjaan

Untuk mengetahui jenis pekerjaan responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel jenis pekerjaan didasarkan pada skala ordinal dengan kategori sebagai berikut:

1. Pedagang 2. Petani 3. Nelayan 4. Wirausaha 5. Lainnya

b. Pendapatan Keluarga

Untuk mengetahui pendapatan keluarga responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Variabel pendapatan keluarga didasarkan pada skala ordinal dengan kategori sebagai berikut:

1. Rp 2.500.000- Rp 3.000.000 2. Rp 3.100.000- Rp 5.000.000 3. Rp 5.100.000- Rp 10.000.000 4. > Rp 10.000.000

c. Jumlah tanggungan

(40)

23

Untuk mengetahui jumlah tanggungan responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Variabel jumlah tanggungan didasarkan pada skala ordinal.

d. Riwayat Penyakit

Untuk mengetahui riwayat penyakit responden dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Variabel riwayat penyakit responden didasarkan pada skala ordinal dengan kategori sebagai berikut:

1. Kanker 2. TBC 3. Stroke 4. Jantung 5. Diabetes 6. Lainnya

Respon peserta BPJS. Pengukuran variabel respon peserta BPJS didasarkan pada skala ukur ordinal. Respon peserta terdiri dari 8 pertanyaan dengan pilihan jawaban setuju ( bobot nilai 2 ) dan tidak setuju ( bobot nilai 1 ), jumlah skor tertinggi 16 dan terendah 8, kemudian dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :

a. Tidak setuju apabila responden memperoleh <50% dari skor maksimal b. Setuju apabila responden memperoleh ≥50% dari skor maksimal

Kepatuhan peserta BPJS. Untuk mengetahui kepatuhan peserta BPJS dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel

(41)

kepatuhan peserta BPJS didasarkan pada skala nominal dengan kategori sebagai berikut:

1. Tidak setuju 2. Setuju

Harapan peserta BPJS. Untuk mengetahui harapan peserta BPJS dapat dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel harapan peserta BPJS didasarkan pada harapan yang paling dominan yang dijadikan kesimpulannya.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan komputer.

Analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran respon, dengan karakteristik meliputi jenis pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga dan riwayat penyakit serta keberlanjutan kepesertaan.

(42)

25

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sejarah Kecamatan Medan Marelan. Kecamatan Medan Marelan dahulunya adalah daerah perkebunan tembakau yang pada mulanya berpenduduk asli melayu, kemudian setelah dibukanya Perkebunan Tembakau Deli, sampai dengan sekarang penduduk Kecamatan Medan Marelan mayoritasnya adalah suku Jawa.

Kecamatan Medan Marelan terletak di bagian utara Kota Medan dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan dan Barat. Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor : 138/402/K/SK/1991 tanggal 21 Maret 1991, Kecamatan Medan Marelan dijadikan salah satu Kecamatan Perwakilan di Kota Medan yaitu Pemekaran dari Kecamatan Medan Labuhan, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 35 tahun 1992 tanggal 02 September 1992 didefenitifkan menjadi Kecamatan Medan Marelan.

Pada awalnya Kecamatan Medan Marelan terdiri dari 4 (empat) kelurahan, selanjutnya berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor: 146.1/1101/K/1994 tanggal 13 Juni 1994 tentang pembentukan 7 (tujuh) Kelurahan Persiapan di Kota Medan, salah satunya adalah Kelurahan Paya Pasir yang merupakan pemekaran dari Kelurahan Rengas Pulau.

Letak geografis. Kecamatan Medan Marelan adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia dengan luas wilayah 44,47 km². Batas-batas wilayah Kecamatan Medan Marelan sebagai berikut:

(43)

1. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

2. Sebelah Timur : berbatasan dengan Medan Labuhan.

3. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

4. Sebelah Utara : berbatasan dengan Medan Belawan.

Tabel 1

Luas Wilayah dan Persentase terhadap Luas Kecamatan menurut Kelurahan Tahun 2018

Kelurahan Luas (km ²) Persentase terhadap Luas Kecamatan (%)

Tanah Enam Ratus 3,42 7,69

Rengas Pulau 10,50 23,61

Terjun 16,05 36,09

Paya Pasir 10,00 22,49

Labuhan Deli 4,50 10,12

Jumlah 44,47 100,00

Sumber : Kantor Camat Medan Marelan

Gambar 3. Peta Kecamatan Medan Marelan Dengan lima kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Tanah Enam Ratus 2. Kelurahan Rengas Pulau 3. Kelurahan Terjun

4. Kelurahan Paya Pasir

(44)

27

Gambar 4. Kelurahan Labuhan Deli Hasil Analisis Univariat

Keberlanjutan peserta BPJS. Berdasarkan tabel diketahui dari 100 orang responden, ada sebanyak 8 responden (8,0%) memilih tidak lanjut akan kepesertaan BPJS dikarenakan iuran BPJS yang naik dan ada sebanyak 92 responden (92,0%) memilih lanjut akan kepesertaan BPJS meskipun iuran BPJS naik. Keberlanjutan peserta BPJS dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Keberlanjutan Peserta BPJS di Kecamatan Medan Marelan

Keberlanjutan peserta BPJS n %

Tidak lanjut 8 8,0

Lanjut 92 92,0

Total 100 100,0

(45)

Karakteristik peserta BPJS. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai jenis pekerjaan, diketahui bahwa dari 100 orang responden, responden lebih banyak memiliki pekerjaan lainnya (seperti tenaga pengajar ada sebanyak 8 orang, freelance ada sebanyak 6 orang, dan penjaga pertokoan ada sebanyak 36 orang) yaitu sebanyak 50 orang (50,0%), memiliki pekerjaan sebagai wirausaha yaitu sebanyak 34 orang (34,0%), memiliki pekerjaan sebagai pedagang yaitu sebanyak 14 orang (14,0%), dan memiliki pekerjaan sebagai petani yaitu sebanyak 2 orang (2,0%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai jumlah pendapatan, diketahui bahwa dari 100 orang responden, responden lebih banyak memiliki pendapatan Rp 5.100.000 – Rp 10.000.000 sebanyak 50 orang (50,0%), memiliki pendapatan Rp 2.500.000-Rp 3.000.000 sebanyak 9 orang (9,0%), memiliki pendapatan Rp 3.100.000-Rp 5.000.000 sebanyak 35 orang (35,0%), dan memiliki pendapatan > Rp 10.000.000 sebanyak 6 orang (6,0%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai jumlah tanggungan keluarga, diketahui bahwa dari 100 orang responden, responden lebih banyak memiliki jumlah tanggungan keluarga 4 yaitu sebanyak 30 orang (30,0%), memiliki jumlah tanggungan keluarga 1 sebanyak 20 orang (20,0%), memiliki jumlah tanggungan keluarga 8 sebanyak 20 orang (20,0%), memiliki jumlah tanggungan keluarga 3 sebanyak 16 orang (16,0%), memiliki jumlah tanggungan keluarga 5 sebanyak 14 orang (14,0%), memiliki tanggungan anggota keluarga 2 sebanyak 12 orang (12,0%), memiliki tanggungan anggota keluarga 6 sebanyak 6 orang (6,0%), dan memiliki jumlah tanggungan keluarga 7 sebanyak 2 orang

(46)

29

(2,0%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai status kepesertaan BPJS mandiri, diketahui bahwa dari 100 orang responden, responden lebih banyak yang Status kepesertaan BPJS kelas 2 yaitu sebanyak 43 orang (43,0%), dengan Status kepesertaan BPJS kelas 3 yaitu sebanyak 34 orang (34,0%), dan yang paling sedikit Status kepesertaan BPJS kelas 1 yaitu sebanyak 23 orang (23,0%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai riwayat penyakit, diketahui bahwa dari 100 orang responden, responden terbanyak memiliki riwayat penyakit lainnya (seperti asam lambung sebanyak 19 orang, asam urat sebanyak 9 orang, katarak sebanyak 1 orang, nyeri sendi sebanyak 3 orang, demam sebanyak 7 orang, tifus sebanyak 4 orang, dan alergi sebanyak 2 orang) yaitu sebanyak 45 orang (45,0%), yang memiliki riwayat penyakit diabetes sebanyak 18 orang (18,0%), memiliki riwayat penyakit jantung sebanyak 12 orang (12,0%), memiliki riwayat penyakit TBC sebanyak 10 orang (10,0%), dengan riwayat penyakit kanker sebanyak 9 orang (9,0%), dan memiliki riwayat penyakit stroke sebanyak 6 orang (6,0%). Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, status kepesertaan BPJS mandiri, dan riwayat penyakit, diperoleh hasil pada tabel berikut:

(47)

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Penduduk di Kecamatan Medan Marelan

Krakteristik Penduduk n %

Jenis pekerjaan a. Pedagang b. Petani c. Wirausaha d. Lainnya, yaitu:

- tenaga pengajar - Freelance

- penjaga pertokoan

14 2 34 50 8 6 36

14,0 2,0 24,0 50,0 8,0 6,0 36,0 Pendapatan

a. Rp 2.500.000-Rp3.000.000 b. Rp 3.100.000-Rp 5.000.000 c.. Rp 5.100.000-Rp 10.000.000 d. > Rp 10.000.000

9 35 50 6

9,0 35,0 50,0 6,0 Jumlah tanggungan

1 2 3 4 5 6 7 8

20 12 16 30 14 6 2 20

20,0 12,0 16,0 30,0 14,0 6,0 2,0 20,0 Status kepesertaan BPJS

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

Riwayat Penyakit Kanker

TBC Stroke Jantung Diabetes Lainnya, yaitu:

- Asam lambung - Asam urat - Katarak - Nyeri sendi - Demam - Tifus - Alergi

23 43 34 9 10 6 12 18 45 19 9 1 3 7 4 2

23,0 43,0 34,0 9,0 10,0 6,0 12,0 18,0 45,0 15,0 12,0 2,0 3,0 7,0 4,0 2,0

(48)

31

Status kepesertaan BPS terhadap respon peserta BPJS. Berdasarkan hasil penelitian mengenai status kepesertaan BPJS dengan respon peserta BPJS, didapatkan bahwa dari 23 responden di kelas I, ada sebanyak 13 orang (56,5%) responnya tidak setuju dan ada sebanyak 10 orang (43,5%) responnya setuju akan kenaikan iuran BPJS. Dari 43 responden di kelas II, ada sebanyak 13 orang (30,2%) responnya tidak setuju dan ada sebanyak 30 orang (69,8%) responnya setuju akan kenaikan iuran BPJS. Dari 34 responden di kelas III, ada sebanyak 18 orang (52,9%) responnya tidak setuju dan ada sebanyak 16 orang (47,1%) responnya setuju akan kenaikan iuran BPJS.

Tabel 4

Tabulasi Silang Status Kepesertaan BPJS dengan Respon Peserta BPJS

Status Kepesertaan BPJS

Respon Peserta BPJS

Total Tidak setuju Setuju

n % n % n %

Kelas I 13 56,5 10 43,5 23 100,0

Kelas II 13 30,2 30 69,8 43 100,0

Kelas III 18 52,9 16 47,1 34 100,0

Total 44 44,0 56 56,0 100 100,0

Respon peserta BPJS. Berdasarkan pengkategorian respon peserta BPJS, diketahui bahwa dari 100 responden terdapat 44 responden (44,0%) memilih tidak setuju untuk respon terhadap kenaikan iuran BPJS dan 56 responden (56,0%) memilih tidak setuju untuk respon terhadap kenaikan iuran BPJS di Kecamatan Medan Marelan. Distribusi kategori respon peserta BPJS akan kenaikan iuran BPJS dapat dilihat pada tabel berikut:

(49)

Tabel 5

Distribusi Kategori Respon Peserta BPJS

Respon Peserta BPJS n %

Tidak setuju 44 44,0

Setuju 56 56,0

Total 100 100,0

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai respon peserta BPJS, diketahui bahwa dari 100 orang responden, ada sebanyak 40 orang (40,0%) memilih tidak setuju akan pernyataan BPJS Kesehatan rutin melakukan sosialisasi pentingnya memiliki jaminan kesehatan nasional kepada masyarakat di Kecamatan Medan Marelan dan ada sebanyak 60 orang (60%) memilih setuju akan pernyataan BPJS Kesehatan rutin melakukan sosialisasi pentingnya memiliki jaminan kesehatan nasional kepada masyarakat di Kecamatan Medan Marelan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai respon peserta BPJS, diketahui bahwa dari 100 orang responden, ada sebanyak 5 orang (5,0%) memilih tidak setuju akan pernyataan Iuran BPJS Kesehatan naik terlalu tinggi dan sebanyak 95 orang (95,0%) memilih setuju akan pernyataan Iuran BPJS Kesehatan naik terlalu tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai respon peserta BPJS, diketahui bahwa dari 100 orang responden, ada sebanyak 6 orang (6,0%) memilih tidak setuju akan pernyataan Keberatan dengan adanya kenaikan iuran BPJS Kesehatan dan sebanyak 94 orang (94,0%) memilih setuju akan pernyataan Keberatan dengan adanya kenaikan iuran BPJS Kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai respon peserta BPJS, diketahui bahwa dari 100 orang responden, ada sebanyak 4 orang (4,0%)

(50)

33

memilih tidak setuju akan pernyataan Rutin membayar iuran karena sesuai dengan manfaat yang diterima dan sebanyak 96 orang (96,0%) memilih setuju akan pernyataan Rutin membayar iuran karena sesuai dengan manfaat yang diterima.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai respon peserta BPJS, diketahui bahwa dari 100 orang responden, ada sebanyak 4 orang (4,0%) memilih tidak setuju akan pernyataan mengetahui sanksi yang dikenakan apabila terlambat dalam membayar iuran BPJS Kesehatan dan sebanyak 96 orang (96,0%) memilih setuju akan pernyataan mengetahui sanksi yang dikenakan apabila terlambat dalam membayar iuran BPJS Kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai respon peserta BPJS, diketahui bahwa dari 100 orang responden, ada sebanyak 86 orang (86,0%) memilih tidak setuju akan pernyataan Tidak mau membayar iuran karena sudah tidak sakit lagi dan ada sebanyak 14 orang (14,0%) memilih setuju akan pernyataan Tidak mau membayar iuran karena sudah tidak sakit lagi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai respon peserta BPJS, diketahui bahwa dari 100 orang responden, ada sebanyak 86 orang (86,0%) memilih tidak setuju akan pernyataan tidak rutin membayar iuran karena tidak mampu membayar setiap bulannya dan ada sebanyak 14 orang (14,0%) memilih setuju akan pernyataan tidak rutin membayar iuran karena tidak mampu membayar setiap bulannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai respon peserta BPJS, diketahui bahwa dari 100 orang responden, ada sebanyak 34 orang (34,0%) memilih tidak setuju akan pernyataan Merasa harga iuran yang dibayarkan oleh

(51)

peserta BPJS mandiri sesuai dengan fasilitas yang akan di dapatkan peserta dan ada sebanyak 66 orang (66,0%) memilih setuju akan pernyataan merasa harga iuran yang dibayarkan oleh peserta BPJS mandiri sesuai dengan fasilitas yang akan di dapatkan peserta. Secara rinci dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Respon Peserta BPJS di Kecamatan Medan Marelan

Pertanyaan dari respon peserta BPJS n %

BPJS Kesehatan rutin melakukan sosialisasi pentingnya memiliki jaminan kesehatan nasional kepada masyarakat di kecamatan medan marelan

- Tidak setuju - Setuju

40 60

40,0 60,0 Iuran BPJS Kesehatan naik terlalu tinggi

- Tidak setuju - Setuju

5 95

5,0 95,0 Keberatan dengan adanya kenaikan iuran BPJS Kesehatan

- Tidak setuju - Setuju

6 94

6,0 94,0 Rutin membayar iuran karena sesuai dengan manfaat yang

diterima - Tidak setuju - Setuju

4 96

4,0 96,0 Mengetahui sanksi yang dikenakan apabila terlambat dalam

membayar iuran BPJS Kesehatan - Tidak setuju

- Setuju

4 96

4,0 96,0 Tidak mau membayar iuran karena sudah tidak sakit lagi

- Tidak setuju - Setuju

86 14

86,0 14,0 Tidak rutin membayar iuran karena tidak mampu membayar

setap bulannya - Tidak setuju - Setuju

86 14

86,0 14,0 Merasa harga iuran yang dibayarkan oleh peserta BPJS

mandiri sesuai dengan fasilitas yang akan di dapatkan peserta

- Tidak setuju - Setuju

34 66

34,0 66,0

(52)

35

Kepatuhan peserta BPJS. Berdasarkan tabel diketahui dari 100 orang responden, ada sebanyak 47 orang (47,0%) memilih tidak setuju akan patuh dan ada sebanyak 53 orang (53,0%) memilih setuju akan patuh. Kepatuhan peserta BPJS dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7

Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Peserta BPJS di Kecamatan Medan Marelan

Kepatuhan peserta BPJS n %

Tidak setuju 47 47,0

Setuju 53 53,0

Total 100 100,0

Harapan peserta BPJS. Berdasarkan hasil dari penelitian didapat informasi mengenai harapan para peserta kepada pihak BPJS Kesehatan Mandiri yakni peserta mengharapkan agar pihak BPJS lebih meningkatkan lagi sistem pelayanan karena banyak peserta yang tidak merasakan kepuasan pada pemberian layanan di fasilitas kesehatan mereka dan terkadang pelayanan yang diterima tidak sesuai dengan jenis kelas rawat yang mereka ambil terlebih saat ini iuran yang dibayarkan semakin tinggi dan juga para peserta mengharapkan agar bedanya layanan tak terdapat pada peserta pengguna BPJS dibandingkan umum karna peserta merasa beberapa rumah sakit lebih mengutamakan pasien non BPJS.

Harapan peserta terkait kenaikan iuran, agar tidak adanya kenaikan iuran lagi di kemudian hari dan diharapkan pengembalian besaran iuran seperti semula dan juga agar tidak ada biaya tambahan lain yang ditanggung saat menggunakan pelayanan selain biaya iuran mereka.

(53)

36 Pembahasan

Karakteristik Peserta BPJS

Adapun beberapa variabel karakteristik peserta BPJS dalam penelitian ini yang berkaitan dengan kenaikan iuran BPJS seperti jenis pekerjaan, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, status kepesertaan BPJS, dan riwayat penyakit.

dan status kepesertaan BPJS sangat berkaitan satu sama lain. Apabila jenis pekerjaannya memadai/mendukung, maka jumlah pendapatannya pun juga demikian serta juga jumlah tanggungannya dari satu keluarga yang bekerja akan memutuskan pada status kepesertaan BPJS juga. Karena apabila seseorang tidak ada sakit di dalam bulan itu, dia akan tetap membayar iuran dalam bulan itu juga.

Hal demikian perlu dilakukannya penyesuaian akan satu sama lain. Berdasarkan hasil penelitian, dari 100 responden, paling banyak status kepesertaan BPJS berada di kelas II yaitu sebanyak 43 orang (43,0%), jenis pekerjaan paling banyak yaitu sebagai penjaga pertokoan ada sebanyak 36 orang (36%), jumlah pendapatan paling banyak yaitu Rp 5.100.000-Rp10.000.000 ada sebanyak 50 orang, jumlah tanggungan paling banyak yaitu 4 orang ada sebanyak 30 orang, dan riwayat penyakit paling banyak penyakit lainnya yaitu asam lambung ada sebanyak 19 orang. Status kepesertaan BPJS terhadap respon kenaikan iuran BPJS, di kelas I paling banyak memilih tidak setuju sebanyak 13 orang (56,5%), di kelas II paling banyak memilih setuju sebanyak 30 orang (69,8%), dan di kelas III paling banyak memilih tidak setuju sebanyak 18 orang (52,9%).

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Wardana (2017) di Puskesmas Rowosari bahwa karakteristik peserta BPJS ada kaitannya terhadap

(54)

37

keputusan keberlanjutan kepesertaan bpjs mandiri meskipum sedang mengalami kenaikan iuran dikarenakan apabila karakteristik pesertanya baik maka ia akan tetap bertahan menggunakan BPJS mandiri.

Respons Informan terhadap Kenaikan Besaran Iuran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, diperoleh informasi mengenai bagaimana respons peserta BPJS Kesehatan Mandiri terhadap kenaikan jumlah iuran yaitu masyarakat di Kecamatan Medan Marelan paling banyak merespon setuju atau tidak merasa keberatan dengan adanya kenaikan besaran iuran BPJS saat ini sebanyak 56 orang (56,0%). Tetapi banyaknya yang merespon tidak setuju akan kenaikan besaran iuran BPJS juga cukup besar yaitu sebanyak 44 orang (44,0%). Berdasarkan wawancara kepada peserta BPJS kesehatan mandiri yang merespon tidak setuju disimpulkan bahwa dengan banyaknya jumlah tanggungan keluarga yang terdaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan Mandiri maka akan menambah biaya untuk membayaran iuran mereka, sedangkan pendapatan mereka terbilang tidak tinggi atau terbatas. Informan merasa pendapatan yang mereka dapatkan setiap bulan sering kurang atau tidak cukup untuk memenuhi biaya kebutuhan keluarganya ditambah lagi dengan adanya kenaikan besaran iuran BPJS, dan penghasilan pun tidak ada peningkatan. Tetapi Inilah hal yang mendasar bagi informan merasa keberatan dengan kenaikan besaran iuran BPJS Kesehatan Mandiri.

Jumlah tanggungan keluarga informan yang terdaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan Mandiri secara otomatis akan mempengaruhi jumlah pembayaran iuran mereka setiap bulannya. Seperti informan dengan jumlah keluarga lebih dari

(55)

4 orang dengan tanggungan anak yang masih menempuh pendidikan formal mereka mengeluhkan kenaikan iuran BPJS Kesehatan Mandiri saat ini. Informan mengatakan mereka mengambil jenis kelas rawat 1 dan kelas rawat 2 karena mereka ingin mendapatkan pelayanan rawat inap yang paling nyaman sewaktu mereka menggunakan pelayanan kesehatan dan akan memperoleh ruangan dengan kapasitas yang lebih sedikit yakni 2 sampai 4 pasien dan pelayanan yang dinilai memuaskan, karena di kelas rawat 3 mereka mengatakan kurang merasa nyaman.

Saat menggunakan pelayanan di fasilitas kesehatan khususnya fasilitas kesehatan sekunder. Mereka merasa kurang nyaman berada di ruang inap dengan kapasitas yang terbilang ramai yakni 4 sampai 6 orang dan kurang mendapatkan perhatian dari petugas kesehatan, oleh karena itu mereka memutuskan untuk pindah kelas rawatan ke kelas yang lebih tinggi dengan maksud agar mereka memperoleh pelayanan yang lebih baik

Beberapa informan merasa rugi dengan membayaran iuran BPJS karena mereka tidak dapat mengklaim kembali iuran yang telah mereka bayarkan tersebut, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih belum paham dengan prinsip kegotongroyongan yang dianut oleh BPJS Kesehatan yaitu kegotongroyongan antara yang mapan membantu yang kekurangan, yang sehat membantu yang sakit, yang muda membantu yang tua , dan yang beresiko rendah membantu yang beresiko tinggi sama seperti dengan amanat UU No 40 Tahun 2004 Tentang SJSN. Informan juga menyatakan masyarakat keberatan dengan kenaikan iuran BPJS karena merasa rugi dengan besaran iuran yang mereka bayar tetapi mereka sendiri pun jarang sakit atau jarang memanfaatkannya.

Gambar

Gambar 1. Konsep keinginan (wants), permintaan (demands) dan kebutuhan  (needs)
Gambar 3. Peta Kecamatan Medan Marelan  Dengan lima kelurahan yaitu :
Gambar 4. Kelurahan Labuhan Deli  Hasil Analisis Univariat

Referensi

Dokumen terkait

Secara khusus, kunjungan kerja Komisi VI DPR RI ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan permasalahan yang dihadapi oleh Kementerian Koperasi dan UKM,

Berikut adalah analisis data yang mendeskripsikan tentang pelnggaran prinsip kerja sama, implikatur percakapan, dan tema yang digunakan dalam wacana humor politik

Dalam penelitian ini, permasalahan yang dibahas adalah tentang bagaimana perlindungan hukum bagi nasabah debitur dalam perjanjian kredit dan apabila terjadi kredit

Dengan temperatur air keluar yang didapat dari hasil penelitian dibandingkan dengan hasil temperatur air keluar menggunakan kolektor tanpa penambahan fin dapat

Persamaan 6.3 menunjukkan bahwa jika perairan menjadi dangkal psnjsng gelombang menjadi kurang penting dan kedalaman air menjadi penting, dalam penentuan kecepatan

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi lingkungan auditor internal khususnya BUMN yang berpusat di Kota Bandung untuk meningkatkan pengetahuan mengenai peranan

Berkenaan dengan epistemologi tasawuf, paling tidak ada tiga dimensi, yaitu,dimensi esoterik, adalah dimensi batin manusia yang berada di hati