• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil perusahaan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Profil perusahaan

PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan pada tahun 1978 sebagai operator tunggal jalan tol dengan bidang usaha pengelolaan, pemeliharaan dan pengadaan jaringan jalan tol agar dapat berfungsi sebagai jalan bebas hambatan yang dapat memberikan manfaat lebih tinggi dibandingkan dengan jalan umum bukan tol. Sejak 12 November 2007 PT.

Jasa Marga (Persero) Tbk. telah menjadi perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah pemerintah melepas 30% sahamnya kepada masyarakat. Pada 9 Maret 1978 PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. membangun jalan tol pertama yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor yang kemudian diberi nama Jagorawi. Pada awal tahun 90-an pemerintah mulai mengundang investor swasta untuk bergabung dalam proyek Jalan Tol. Dengan adanya investor swasta tersebut tidak membuat PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. kalah dalam persaingan penyedia jalan tol. PT. Jasa Marga terus berkembang dan membangun jalan tol baru di wilayah Jabotabek, Bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya dan Medan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2004 tentang jalan, fungsi PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. telah berubah dari penyelenggara jalan tol yang berfungsi sebagai regulator menjadi investor jalan tol yang juga akan mendapat izin konsensi (hak pengusahaan) penyelenggaraan jalan tol dari pemerintah. Hingga saat ini PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. telah memiliki 9 (sembilan) cabang dan 2 (dua) anak perusahaan di bidang usaha jalan tol yang mengelola 13 (tiga belas) ruas jalan tol yang seluruhnya mencapai panjang 590 km dan menguasai 63% pangsa pasar jalan tol dari segi panjang jalan (km) di Indonesia.

(2)

2 Tabel 1. 1

Kantor Cabang PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.

No Kantor Cabang Jumlah Karyawan

1 Jagorawi 731

2 Cawang-Tomang-Cengkareng 843

3 Jakarta-Cikampek 808

4 Jakarta-Tangerang 526

5 Purbaleunyi 538

6 Palikanci 170

7 Semarang 216

8 Surabaya-Gempol 591

9 Belmera 238

Sumber: Annual Report PT. Jasa Marga (Persero) Tbk, 2015 1.1.2 Visi, Misi dan Logo Perusahaan

a. Visi

Visi Tahun 2017

Menjadi perusahaan pengembang dan operator jalan tol terkemuka di Indonesia.

Visi Tahun 2022

Menjadi salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia.

b. Misi

1. Mewujudkan percepatan pembangunan jalan tol.

2. Menyediakan jalan tol yang efisien dan andal.

3. Meningkatkan distribusi barang dan jasa.

(3)

3 Gambar 1. 1

Logo PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.

c. Logo Perusahaan

Sumber: http://www.jasamarga.com

Semenjak didirikan pada tahun 1978, PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.

telah melakukan perubahan terhadap logo perusahaan sebanyak tiga kali.

Gambar di atas merupakan logo terakhir yang digunakaan oleh PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. hingga saat ini. Pada logo tersebut terdapat konfigurasi jalan yang membentuk huruf “J” sebagai huruf pertama nama perusahaan yang merupakan cermin perjalanan historis PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. warna biru dan kuning yang terdapat pada logo tersebut menggambarkan harapan dan masa depan, semangat dan komitmen.

Logo PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. berbentuk bola berwarna biru yang menunjukkan bahwa PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. menuju perusahaan yang memiliki standar global.

(4)

4 Gambar 1. 2

Struktur Organisasi PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.

1.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Sumber: http://www.jasamarga.com 1.2 Latar Belakang Penelitian

Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia tengah berupaya meningkatkan pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi suatu negara, infrastruktur merupakan aspek yang sangat diperlukan karena dapat menjadi penghubung berbagai bidang. Keberadaan infrastruktur yang baik di suatu wilayah dapat menjadi daya dorong bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Infrastruktur memiliki peran yang sangat signifikan baik pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan masyarakat di suatu wilayah. Ketersediaan infrastruktur dapat meningkatkan akses terhadap sumber daya sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi yang pada akhirnya dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Oleh karena hal tersebut, pemerintah berupaya untuk

(5)

5

terus meningkatkan pembangunan infrastruktur yang baik dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu bentuk nyata dari pembangunan infrastruktur adalah adanya jalan bebas hambatan atau yang lebih dikenal dengan jalan tol.

Pembangunan jalan tol memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dalam hal mobilitas. Hal tersebut dikarenakan jalan tol dapat memberikan kontribusi dalam kelancaran lalu lintas terutama dapat mengurai dan mengurangi kepadatan yang sering terjadi di jalan raya. Kepadatan jalan raya merupakan fenomena yang sering terjadi terutama di kota besar sebagai akibat dari pertumbuhan jumlah kendaraan terutama kendaraan roda empat yang tidak diimbangi dengan jumlah jalan yang ada.

PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. merupakan BUMN yang diberikan wewenang untuk mengoperasikan, mengelola dan merawat jalan tol oleh pemerintah. Sebagai satu-satunya BUMN yang beroperasi di bidang pengelolaan jalan tol, PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. harus mampu melayani masyarakat pemakai jalan tol dengan baik. Pelayanan yang baik sangat didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, karena sumber daya manusia merupakan ujung tombak bagi suatu perusahaan terutama perusahaan yang bekerja di bidang pelayanan masyarakat. Salah satu sumber daya manusia yang dimaksud adalah petugas tol kolektor.

Petugas tol kolektor adalah pihak atau orang yang berhadapan langsung dengan pemakai jalan tol pada saat terjadi transaksi di gerbang tol. Petugas tol kolektor bekerja dengan sistem shift. Sistem sift yang diberlakukan untuk petugas tol kolektor terdiri dari 3 (tiga) sistem dalam sehari yaitu shift pagi yang dimuali pukul 06.00, shift siang yang dimulai pukul 14.00 dan shift malam yang dimulai pukul 22.00 dengan waktu 8 (delapan) jam untuk masing-masing sift. Seorang petugas tol kolektor harus mampu menyelesaikan transaksi dengan pemakai jalan tol sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. yang disebut dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Terdapat 3 (tiga) sistem pintu atau gardu tol yang dioperasikan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Tiga sistem gardu tol tersebut adalah :

1. Sistem Intran : yaitu pemakai jalan hanya mengambil tiket saja.

2. Sistem Terbuka : yaitu pemakai jalan langsung hanya membayar di

(6)

6

gerbang tol masuk.

3. Sistem Tertutup : yaitu pemakai jalan membayar di gerbang tol exit.

Tabel 1.2

Pertumbuhan Volume Lalu-Lintas Transaksi Harian PT. Jasa Marga Cabang Surabaya-Gempol

Bulan 2014 2015 Pertumbuhan

(%)

Januari 734.385 840.118 14,4

Februari 659.299 771.004 16,9

Maret 747.741 851.153 13,8

April 721.024 835.604 15,9

Mei 764.120 880.878 15,2

Juni 773.476 757.277 -2,09

Juli 702.329 762.489 8,6

Agustus 766.477 803.911 4,8

September 745.706 778.396 4,4

Oktober 694.971 812.269 16,8

November 751.369 882.926 17,5

Desember 774.383 893.585 15,3

Rata-rata 736.273 822.468 11,8 Sumber: PT. Jasa Marga Cabang Surabaya-Gempol, 2016

Berdasarkan data pada tabel 1.2 dapat diketahui jumlah volume lalu-lintas transaksi kendaraan harian PT. Jasa Marga Cabang Surabaya-Gempol sebanyak 736.273 kendaraan pada tahun 2014 dan sebanyak 8222.468 kendaraan pada tahun 2015. Transaksi kendaraan harian PT. Jasa Marga Cabang Surabaya- Gempol mengalami peningkatan sebesar 11,8% selama tahun 2014 hingga tahun 2015

(7)

7 Tabel 1. 3

Data Transaksi Kendaran PT. Jasa Marga Cabang Surabaya-Gempol

Bulan Realisasi Tahun 2015

Persentase Penyelesaiaan

(RTI) % (RTT) % (RTE) %

Januari 840.118 93,2 90 75

Februari 771.004 94,3 92,3 82,3

Maret 851.153 94,5 91,2 81

April 835.604 90 87 88

Mei 880.878 92,4 88,6 83,2

Juni 757.277 92,6 91,3 90

Juli 762.489 91 92,6 90,8

Agustus 803.911 90,2 90,8 75

September 778.396 95,6 89 77,3

Oktober 812.269 87,5 94,3 85,6

November 882.926 90,6 91 83

Desember 893.585 88,2 80 87,6

Sumber: PT. Jasa Marga Cabang Surabaya-Gempol, 2016 Keterangan :

a. RTI (Rata-rata Transaksi Intran) : Persentase penyelesaian transaksi gardu intran sesuai dengan SPM.

b. RTT (Rata-rata Transaksi Terbuka) : Persentase penyelesaian transaksi gardu terbuka sesuasi dengan SPM.

c. RTE (Rata-rata Transaksi Exit) : Persentase penyelesaian transaksi pada gardu exit sesuai dengan SPM.

Berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan oleh Badan Pengaturan Jalan Tol (BPJT) Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 16/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol, transaksi pada gardu tol memiliki standar sebagai berikut :

1. Gardu intran : ≤ 4 detik 2. Gardu terbuka : ≤ 7 detik 3. Gardu exit (tertutup) : ≤ 9 detik.

Dari tabel 1.3 dapat diketahui jumlah transaksi terbanyak pada bulan Desember sebanyak 893.585 kendaraan, bulan November sebanyak 882.926 kendaraan dan bulan Mei sebanyak 880.878 kendaraan dengan 3 (tiga) jenis transaksi yaitu transaksi gardu intran, transaksi gardu terbuka dan transaksi gardu

(8)

8

SMA 49%

Diploma 35%

S1 16%

Gambar 1. 3

Latar Belakang Pendidikan Petugas Tol Kolektor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol 2016

exit. Pada tabel 1.3 dapat dilihat persentase penyelesaian transaksi sesuai dengan SPM tidak seratus persen dapat trepenuhi.

Tidak dapat tercapainya penyelesaian transaksi yang sesuai dengan SPM diperkirakan karena tingginya standar yang ditetapkan oleh Badan Pengaturan Jalan Tol (BPJT) Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, karena standar tersebut berlaku untuk semua tol, baik di kota besar maupun kecil dan tidak memperhatikan rata-rata volume kendaraan yang melewati tol tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala petugas tol kolektor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol, ketidakmampuan petugas tol kolektor memenuhi SPM tersebut disebabkan standar yang ditetapkan dirasa terlalu tinggi. Karena bila ditinjau dari kondisi petugas tol kolektor sebenarnya telah memenuhi kualifikasi. Kualifikasi yang ditetapkan oleh PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. bagi petugas tol kolektor adalah memiliki latar belakang pendidikan minimal SMA atau sederajat. Berikut adalah latar belakang pendidikan petugas tol kolektor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.

Cabang Surabaya-Gempol :

Sumber: PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol

(9)

9

Berdasarkan gambar 1.3 dapat diketahui petugas tol kolektor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol telah sesuai dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. Dari 250 orang petugas tol kolektor, sebanyak 49%

memiliki latar belakang pendidikan SMA atau sederajat, sebanyak 35% memiliki latar belakang pendidikan Diploma dan sisanya 16% memiliki latar belakang pendidikan S1. Dari gambar tersebut dapat dilihat jumlah petugas tol kolektor yang memiliki latar belakang pendidikan S1 hanya 16% atau sebanyak 40 orang.

Hal tersebut terjadi karena kualifikasi petugas tol kolektor adalah memiliki latar belakang pendidikan minimal SMA atau sederajat. Petugas tol kolektor dengan latar belakang pendidikan S1 dirasa overqualified, dimana kualifikasi yang dimiliki melebihi standar yang ditetapkan. Ketidaksesuaian kualifikasi dengan bidang pekerjaan dapat menimbulkan stres bagi petugas tol kolektor. Dari gambar tersebut juga dapat diperkirakan bahwa penyelesaian transaksi sesuai dengan SPM tidak seratus persen dapat terpenuhi disebabkan standar SPM yang diberikan terlalu tinggi. Tuntutan yang terlalu tinggi tersebut juga dapat menyebabkan timbulnya stres kerja bagi petugas tol kolektor.

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan oleh perusahaan agar sumber daya manusia memiliki kinerja yang baik adalah stres kerja pada karyawan. Menurut Robbins dan Judge (2011: 643-645) terdapat tiga sumber stres yang dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Faktor stres lingkungan luar, yaitu adanya ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur organisasi, ketidakpastian itu akan berakibat kepada tingkat stres yang dialami oleh karyawan pada perusahaan tersebut.

2. Faktor stres organisasi, yaitu tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, pemimpin yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan, dan

3. Faktor stres individu, yaitu faktor-faktor yang mencakup kehidupan pribadi karyawan. Terutama faktor-faktor isu keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian.

(10)

10

Berdasarkan data dari tabel 1.3, dapat dilihat tuntutan dalam pekerjaan yang meliputi banyaknya jumlah transaksi kendaraan setiap harinya, penyelesaian transaksi kendaraan yang harus sesuai dengan SPM, dan berbagai faktor lainnya dapat memicu stres kerja petugas tol kolektor. Hal tersebut dapat dibuktikan dari data transaksi yang menghasilkan penghitungan persentase penyelesaian transaksi kendaraan yang sesuai dengan SPM yaitu (RTI), (RTT) dan (RTE) dari bulan Januari hingga Desember 2015 yang tidak sepenuhnya tercapai 100%. Tinggi rendahnya stres kerja akan membawa pengaruh terhadap kinerja dari karyawan itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Higgins yang menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung antara stress kerja dengan kinerja karyawan (Robbins dan Judge, 2011:647).

Dengan diketahuinya penyebab stress kerja, maka akan memberikan pengaruh secara langsung terhadap kinerja petugas tol kolektor. Kinerja dari petugas tol kolektor yang baik akan berdampak pada citra perusahaan karena petugas tol kolektor bertindak sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan pemakai jalan tol.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai faktor-faktor pemicu stress kerja karyawan petugas tol kolektor di PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol dengan judul penelitian :

“Analisis Faktor Pemicu Stres Kerja Petugas Tol Kolektor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol”.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka dapat diuraikan rumusah permasalahan sebagai berikut :

1. Seberapa tinggi faktor-faktor pemicu stres kerja petugas tol kolektor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol?

2. Seberapa tinggi tingkat stres petugas tol kolektor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol ditinjau dari karakteristik biografinya?

(11)

11

3. Bagaimana komparasi tingkat stres petugas tol kolektor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol berdasarkan karakteristik biografinya?

4. Faktor apa yang dominan memicu stres kerja petugas tol kolektor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa tinggi faktor-faktor pemicu stres kerja petugas tol kolektor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol.

2. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat stres petugas tol kolektor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol ditinjau dari karakteristik biografinya.

3. Untuk mengetahui komparasi tingkat stres petugas tol kolektor PT.

Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol berdasarkan karakteristik biografinya.

4. Untuk mengetahui faktor dominan pemicu stres kerja petugas tol kolektor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Cabang Surabaya-Gempol.

1.5 Kegunaan Penelitian 1. Bagi Perusahaan

a. Sebagai gambaran tentang tingkat stres yang terjadi pada karyawan baik stres dari dalam organisasi maupun stres yang berasal dari luar organisasi.

b. Sebagai masukan atau pertimbangan untuk menyusun kebijakan- kebijakan yang berhubungan dengan stres kerja karyawan.

2. Bagi Peneliti

Sebagai sarana pembelajaran dalam membuat suatu penelitian dan menganalisa fenomena yang ada khususnya yang berhungan dengan stres kerja.

(12)

12 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian

Agar penulisan dalam penelitian ini dapat terarah dan sistematis, maka akan dibagi kedalam 5 bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, kegunaan dan sistematika penelitian.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan tinjauan pustaka yang terkait dengan permasalahan yang ingin diteliti secara lebih lanjut yaitu meliputi stres kerja dan perilaku stres kerja berdasarkan karakteristik karyawan.

BAB III. METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang akan digunakan yang meliputi jenis penelitian yang akan dilakukan, variable operasional, populasi dan sampel, pengumpulan data, pengujian validitas, pengujian reliabilitas, dan teknik analisis data.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini hasil penelitian akan diuraikan secara kronologis dan sistematis sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan juga saran bagi perusahaan maupun saran bagi penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Pelayanan publik adalah urusan baru pada Pemerintah Kota Ambon yang dibentuk berdasarkan Perda Kota Ambon No.10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar