• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Psikologi Tentang Hubungan Antara Perilaku Altruisme dan Pengetahuan Tentang Donor Darah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendekatan Psikologi Tentang Hubungan Antara Perilaku Altruisme dan Pengetahuan Tentang Donor Darah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Amanah Kesehatan | E –ISSN : 2685- 4023 Volume 2 No 2 ( 2020)| ojs.stikesamanahpadang.ac.id

56

Pendekatan Psikologi Tentang Hubungan Antara Perilaku Altruisme dan Pengetahuan Tentang Donor Darah

Shinta1, Fitriana Yulianti2, Rina Widiastuti3,Widia Rahmatullah4, Hendra Rohman5

1235Poltekkes Bhakti Setya Indonesia Yogyakarta

Email : shintabundacinta@gmail.com, rina.diasti@gmail.com, rahmatullahwidia@gmail.com, hendrarohman@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK

Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial. Penyelenggaraan donor darah dan pengolahan darah dilakukan oleh unit donor darah yang diselenggarakan oleh organisasi sosial. PMI terus mengkampanyekan donor darah sebagai bagian dari gaya hidup (lifestyle). Setiap tahunnya, PMI menargetkan hingga 4,5 juta kantong darah sesuai dengan kebutuhan nasional, sesuai WHO yaitu 2% dari jumlah penduduk untuk setiap harinya.Kegiatan donor darah merupakan salah satu tindakan menolong orang lain yang dalam perspektif psikologi disebut sebagai perilaku altruisme. Salah satu faktor yang mempengaruhi suatu perilaku adalah pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara empiris hubungan antara pengetahuan tentang donor darah dengan perilaku altruisme pada warga Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul. Metodologi deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel purposive sampling. Sampel yaitu 116 warga Dusun Gatak 1, Nestirejo, Tajungsari. Alat ukur kuesioner pengetahuan tentang donor darah. Hasil analisis data menggunakan teknik korelasi Pearson menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,230 dengan nilai p = 0,013 (p < 0,05). Terdapat hubungan positif antara pengetahuan tentang donor darah dengan perilaku altruisme pada warga Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari.

Semakin baik pengetahuan yang dimiliki, maka semakin tinggi tingkat perilaku altruisme pada warga. Melalui pendekatan psikologi, upaya peningkatan promosi donor darah dan peningkatan minat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan donor darah diperlukan sehingga kebutuhan darah khususnya di Kabupaten Gunungkidul terpenuhi.

Kata kunci : altruisme,donor darah, psikologi

ABSTRACT

Blood service is a health service effort that uses human blood as a basic ingredient for humanitarian purposes and not for commercial purposes. Blood donation and blood processing are carried out by the blood donor unit organized by social organizations. PMI continues to campaign for blood donation as part of its lifestyle. Every year, PMI targets up to 4.5 million bags of blood according to national needs, according to WHO, which is 2% of the population for each day. Blood donation activity is an act of helping others which from a psychological perspective is called altruistic behavior. One of the factors that influence a behavior is knowledge. This study aims to examine empirically the relationship between knowledge of blood donors and altruistic behavior among residents of Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul. Quantitative descriptive methodology. The sampling technique was purposive sampling. Sample was 116 residents of Gatak 1 Hamlet, Nestirejo, Tajungsari. Blood donation questionnaire measuring tool. Results of data analysis using Pearson's correlation technique showed a correlation coefficient (r) of 0.230 with a value of p = 0.013 (p <0.05). There was a positive relationship between knowledge about blood donation and altruistic behavior among residents of Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari. The better the knowledge they have, the higher the level of altruistic behavior among residents. Through a psychological approach, efforts to increase blood donation promotion and increase interest in actively participating in blood donation activities are needed so that blood needs, especially in Gunungkidul Regency.

Keywords: altruism, blood donation, psychology

(2)
(3)

Jurnal Amanah Kesehatan | E –ISSN : 2685- 4023 Volume 2 No 2 ( 2020)| ojs.stikesamanahpadang.ac.id

56 PENDAHULUAN

Altruisme merupakan perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan kepentingan diri sendiri.

Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Lingkungan terdekat adalah yang paling berpengaruh besar dalam menentukan tingkat altruisme seseorang. Lingkungan terdekat yang dimaksud adalah keluarga, sekolah, teman-teman dan lingkungan masyarakat tempat seseorang tersebut tinggal. Nilai- nilai yang tertanam dalam hal ini meliputi nilai kejujuran, kasih sayang, tolong menolong, kesetiakawanan dan keramahan (Baron & Byrne, 2015). Sikap altruisme bukan untuk mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih pada ikut merasakan yang dirasakan orang lain serta membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi orang lain dengan tujuan kebaikan (Myers, 2012). Namun seiring perkembangan zaman, di era globalisasi ini nilai-nilai kepedulian sosial terus mengalami degradasi.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menolong orang lain, salah satunya adalah dengan mendonorkan darah.

Pendonor darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan sebagai stok darah untuk kemudian digunakan untuk transfusi darah. Donor darah merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan keselamatan, kesehatan, dan nyawa baik bagi pendonor sendiri maupun resipien.Kegiatan donor darah merupakan salah satu tindakan menolong orang lain yang dalam perspektif psikologi disebut sebagai perilaku altruisme. Salah satu faktor yang mempengaruhi suatu perilaku adalah pengetahuan (Myers, 2012).

Gambaran pengetahuan, sikap dan motivasi mengenai donor darah kota Pontianak tahun 2013 memaparkan hasil bahwa responden memiliki pengetahuan baik (65,71 %), sikap baik (84,28%) dan motivasi baik (5,71%) (Sinde, Fitriangga dan Hadi, 2014). 61% dari total

respondenmemiliki pengetahuan yang baik tentang donor darah (Salaudeen dan Odeh, 2011).

Kesadaran untuk berdonor darah di kalangan masyarakat Kabupaten Gunungkidul masih sangat rendah, dari 2% jumlah penduduk di Kabupaten Gunungkidul tahun 2019 yaitu 14.847 sedangkan data pedonor tahun 2019 hanya 5899. Pendapatan stok darah di PMI Kabupaten Gunungkidul masih bergantung pada kegiatan donor darah dari luar gedung atau mobile unit. Selain itu stigma masyarakat tentang donor darah juga berkontribusi terhadap rendahnya jumlah pendonor darah. Beberapa stigma tentang donor darah yang beredar dimasyarakat diantaranya karena takut sakit, takut darahnya habis, takut tertular penyakit melalui donor darah, takut jarum, menstigmatisasi bahwa dirinya tidak sehat, merasa sudah cukup hanya sekali mendonorkan darahnya.

Pengetahuan tentang donor darah, syarat dan prosedur, manfaat donor darah akan sangat perlu diinformasikan kepada masyarakat. Salah satu cara adalah dengan melaksanakan secara gencar dan rutin mensosialisasikan hal tersebut.

Pengetahuan yang memadahi yang dimiliki masyarakat mengenai donor darah tentu akan sangat berpengaruh pada jumlah pendonor darah sukarela di Kabupaten Gunungkidul. PMI

Kabupaten Gunungkidul telah melakukan sosialisasi tentang donor darah diantaranya dengan membuat poster, sosialisasi melalui radio, media sosial seperti facebook, whatsapp, instagram serta melakukan roadshow sosialisasi ke 18 kecamatan yang ada di Gunungkidul serta sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Selain itu UDD PMI Kabupaten Gunungkidul juga membuat forum donor darah sukarela yang diketuai oleh pendonor darah yang sudah pernah mendapatkan piagam satya lencana dari Presiden karena telah mendonorkan darah sebanyak 100 kali.

(4)

57 Upaya yang dilakukan oleh UDD

PMI Kabupaten Gunungkidul belum menunjukkan hasil yang optimal dalam memenuhi kebutuhan darah di Kabupaten Gunungkidul. Stok darah di UDD PMI Kabupaten Gunungkidul tidak seimbang dengan jumlah permintaan dari 8 rumah sakit yang ada di Kabupaten Gunungkidul.

Berdasarkan Laporan bulan Oktober 2019, darah yang terkumpul hanya 461 kantong dengan permintaan dari rumah sakit sebanyak 567 kantong. Kegiatan donor darah yang dilaksanakan di wilayah Gunungkidul masih dilakukan pada momen tertentu saja seperti HUT sekolah dan hari penting lainnya. Alasan yang mengakibatkan seseorang tidak mendonorkan darah adalah masalah teknik dan medis. Masalah medis tersebut diantaranya takut jarum, takut sakit, takut lemas, takut darahnya berkurang.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara empiris hubungan antara perilaku altruisme dengan pengetahuan tentang donor darah pada warga Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Variabel bebas adalah pengetahuan tentang donor darah, dan variabel terikat adalah perilaku altruisme.Populasi adalah warga masyarakat di Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari, yang berumur antara 17-60 tahun, yang sudah ataupun yang belum pernah mendonorkan darah yaitu 116 orang. Teknik pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling. Kriteria sampel adalah warga masyarakat di dusun Gatak 1, Ngestiharjo, Tanjungsari yang sudah ataupun belum pernah mendonorkan darah, berada pada rentang usia 17-60 tahun, dan menyatakan bersedia menjadi responden.

Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk mengukur pengetahuan responden tentang donor darah dan skala psikologi untuk mengukur perilaku altruisme.Skala perilaku altruisme

disusun berdasarkan lima karakteristik (Baron & Byrne, 2015), yaitu empati, mempercayai bahwa dunia adalah tempat yang adil, tanggungjawab sosial, locus of control internal, dan egoisme rendah.

Keseluruhan butir altruisme terdiri dari 40 butir dengan lima respon jawaban, yaitu sangat tidak setuju (1) hingga setuju (5).

Alat ukur tersebut akan menunjukkan semakin tinggi skor skala maka semakin tinggi perilaku altruisme dan semakin rendah skor skala maka semakin rendah perilaku altruisme.

Kuesioner pengetahuan tentang donor darah menggunakan pertanyaan dengan pilihan ganda. Kuesioner ini terdiri dari 45 pertanyaan. Kuesioner disusun berdasarkan dimensi pengetahuan (pengetahuan tentang dasar, pengetahuan tentang cara melakukan hal-hal dasar, dan pengetahuan tentang hal yang umum dan abstraksi).Skor yang akan diberikan adalah 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Semakin tinggi skor yang diperoleh artinya semakin tinggi pula pengetahuannya dan semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula pengetahuannya.

Analisis data dilakukan menggunakan SPSS versi 21.0 for windows. Uji asumsi dilakukan meliputi uji normalitas dan uji linieritas.Pengujian normalitas menggunakan teknik statistik dari program SPSS versi 21.0 for windows.

Uji linieritas pada SPSS dengan taraf signifikan 0,05. Setelah uji asumsi normalitas dan linieritas terpenuhi, maka selanjutnya akan dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis. Analisis dilakukan menggunakan program SPSS versi 21.0 for windows.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk melihat deskripsi data hipotetik dan empiris dari variabel perilaku altruisme. Skor minimal (Xmin) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai terendah dari pembobotan

(5)

Jurnal Amanah Kesehatan | E –ISSN : 2685- 4023 Volume 2 No 2 ( 2020)| ojs.stikesamanahpadang.ac.id

58 pilihanjawaban. Skor maksimal (Xmaks)

adalah hasil perkalian jumlahbutir skala dengan nilai tertinggi dari pembobotan pilihan jawaban. Mean (μ) dengan rumus μ=(skor maks + skor min) / 2. Standart deviasi (σ) adalah σ = (skor maksimak)/6.

Tabel 1. Deskripsi data penelitian variabel perilaku altruisme

Variabel Data hipotetik Xmaks Xmin Mean SD Perilaku

Altruisme

200 40 120 26

Variabel Data empirik

Xmaks Xmin Mean SD

Perilaku Altruisme

195 106 158,66 17,08

Kemampuan partisipan merespon skala perilaku altruisme secara empirik, yaitu nilai yang diperoleh dari data sesungguhnya, lebih baik dibandingkan secara hipotetik, yaitu nilai mean dan SD yang diperoleh. Hal ini ditunjukkan dari mean hipotetik dan empirik. Kemudian, berdasarkan standar deviasi (SD) pada skala perilaku altruisme, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan partisipan tidak begitu beragam secara empirik dibandingkan secara hipotetik.

Pengkategorisasian skor perilaku altruisme dilakukan dengan tujuan mengelompokkan skor kedalam kategori.

Hal ini bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum (Azwar, 2011).

Pembagian kategori sampel yang digunakan oleh peneliti adalah dengan metode kategorisasi berdasar model distribusi normal, dikarenakan skor subjek dalam populasi penelitian ini terdistribusi normal (Azwar, 2011). Kategori untuk skala perilaku altruisme yang digunakan adalah kategorisasi jenjang (ordinal) dengan membagi kontinum menjadi tiga jenjang, yaitu jenjang tinggi, sedang, dan rendah.

Hasil kategorisasi skala perilaku altruisme adalah kategori rendah bila X <

94, kategori sedang bila 94 ≤ X < 146, dan kategori tinggi bila 146 X.

Normakategorisasi diagnosis berdasarkan skor dan skor sampel pada variabel perilaku altruisme yaitu:

Tabel 2. Kategorisasi perilaku altruisme pada warga Dusun Gatak 1, Ngestirejo,

Tanjungsari Rumus

norma kategori

Kategor i

Jumlah (%)

X < 94 Rendah - - 94 ≤ X <

146

Sedang 22 19

X ≥ 146 Tinggi 94 81

Total 116 100

Warga Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari memiliki perilaku altruisme yang tinggi sebanyak 94 orang (81 %), sedangkan warga yang memiliki perilaku sedang adalah 22 orang (19%).

Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk melihat deskripsi datahipotetik dan empiris dari variabel pengetahuan tentang donor darah.

Tabel 3. Deskripsi data penelitian variabel pengetahuan

tentang donor darah Variabel Data Hipotetik

Xmaks Xmin Mean SD Pengetahuan 45 0 22,5 7,5

Kemampuan partisipan merespon kuesioner pengetahuan tentang donor darah secara empirik lebih baik dibandingkan secara hipotetik. Hal ini ditunjukkan dari mean hipotetik dan empirik.Berdasarkan standar deviasi (SD) dari kuesioner pengetahuan tentang donor darah, dapat dikatakan bahwa kemampuan

Variabel Data Empirik

Xmaks Xmin Mean SD Pengetahuan 39 18 30,85 4,097

(6)

59 partisipan lebih beragam secara hipotetik

dibandingkan secara empirik.

Kategorisasi variabel pengetahuan tentang donor darah mengacu pada pembagian kategori pengetahuan menurut Arikunto (2006) yang terdiri dari baik, cukup, dan kurang.

Tabel 4. Kategorisasi pengetahuan tentang donor darah pada warga Dusun

Gatak 1 Norma

kategori

Kategori Jumlah (%) 76% ≤ X

≤ 100%

Baik 23 20

56% ≤ X

≤ 75%

Cukup 84 72

40% ≤ X

≤ 55%

Kurang 9 8

Total 116 100

Warga Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari memiliki pengetahuan tentang donor darah yang cukup sebanyak 84 orang (72%), memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 23 orang (20%), dan memiliki kemampuan yang kurang sebanyak 9 orang (8%).

Uji normalitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui data empirik berdistribusi normal atau tidak, yang merupakan syarat mutlak untuk pemilihan analisa selanjutnya, yaitu analisis data statistik parametrik atau non-parametrik.

Uji normalitas yang digunakan adalah teknik Kolmogorov Smirnov. Kaidah untuk mengetahui normal atau tidaknya adalah apabila skor variabel (p) lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) (Priyatno, 2011).Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan pada 116 sampel menunjukkan pada variabel pengetahuan tentang donor darah diperoleh hasil K-S Z = 1,061, p = 0,210 artinya variabel tersebut berdistribusi normal dengan (p > 0,05).

Selanjutnya, hasil uji normalitas variabel perilaku altruisme adalah K – S – Z = 0,737, p = 0,650 > 0,05 yang berarti variabel tersebut juga berdistribusi normal.

Uji linieritas untuk melihat sebuah garis lurus dapat ditarik dari data variabel tergantung dan data variabel bebas penelitian. Garis lurus tersebut menunjukkan adanya hubungan linear antar kedua variabel penelitian. Hubungan antara kedua variabel penelitian dikatakan linear jika p < 0,05 (Priyatno, 2011).Hasil uji linearitas yang dilakukan pada 116 sampel menunjukkan nilai signifikan pada linieritas sebesar 0,013. Nilai signifikan yang kurang dari 0,05 memperlihatkan hubungan yang linear antara variabel pengetahuan tentang donor darah dengan perilaku altruisme.

Setelah dilakukan uji asumsi, peneliti melakukan uji hipotesis menggunakan analisis product moment correlation pearson untuk membuktikan hubungan antara pengetahuan tentang donor darah dengan perilaku altruisme.

Analisis digunakan karena kedua data variabel penelitian berdistribusi normal (Priyatno, 2011).

Analisis product moment correlation pearsonmenunjukkan adanya korelasi antara pengetahuan tentang donor darah dengan perilaku altruisme, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi hitung lebih besar atau sama dengan nilai koefisien tabel (r ≥ r tabel).

Koefisien korelasi hitung (r hitung) sebesar 0,230 dengan r tabel senilai 0,176 (r hitung > r tabel). Selain itu nilai signifikasi juga menunjukkan ada korelasi antara kedua variabel yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,13<0,05. Hasilnya bahwa ada hubungan positif antara pengetahuan tentang donor darah dengan perilaku altruisme pada warga Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari.

Hubungan tersebut mengartikan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang donor darah maka akan semakin tinggi perilaku altruisme pada warga Dusun Gatak 1, Ngestirejo,Tanjungsari.

Selain melakukan uji asumsi dan uji hipotesis, peneliti juga melakukan analisis sumbangan efektif dari kedua variabel menggunakan measures of association

(7)

Jurnal Amanah Kesehatan | E –ISSN : 2685- 4023 Volume 2 No 2 ( 2020)| ojs.stikesamanahpadang.ac.id

60 dari program SPSS 20.0 for windows.

Hasil analisis tersebut menggunakan R Square (R²) sebesar 0,053, artinya terdapat 5,3% sumbangan efektif pengetahuan tentang donor darah terhadap perilaku altruisme, sementara 94,7% dipengaruhi oleh faktor lain.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara pengetahuan tentang donor darah dengan perilaku altruisme pada warga Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang donor darah dengan perilaku altruisme. Hal tersebut dibuktikan dari analisis korelasi statistik dengan nilai signifikasi sebesar 0,13 (p < 0,05) dan korelasi r hitung = 0,230 lebih besar dari r tabel = 0,176 (r hitung > r tabel), sehingga hipotesis penelitian diterima, yaitu semakin baik tingkat pengetahuan seseorang mengenai donor darah, maka semakin tinggi perilaku altruisme pada warga Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Razak (2018), yang menemukan bahwa faktor pengetahuan mempengaruhi partisipasi donor darah mahasiswa yang pernah melakukan donor darah sebanyak 68,4%. Salah satu pendekatan untuk memprediksi perilaku adalah pengetahuan, dan cara seseorang berperilaku adalah hasil dari apa yang mereka ketahui tentang suatu tindakan (Monicca, 2018).

Hipotesis penelitian ini diterima, akan tetapi nilai sumbangan efektif pengetahuan tentang donor darah terhadap perilaku altruisme pada warga Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari memiliki skor R² sebesar 0,053, artinya pengetahuan tentang donor darah mempengaruhi perilaku altruisme sebesar 5,3%. Dengan kata lain, terdapat 94,7% faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku altruisme tersebut. Faktor yang menentukan perilaku selain faktor pengetahuan adalah lingkungan dan perilaku aktual responden yaitu niat responden untuk melakukan

perilaku atau memutuskan perilaku. Pada faktor lingkungan, aspek fisik kehidupan responden memiliki sedikit kontrol namun terkadang menghambat kemampuan mereka untuk bertindak atau merespon dengan cara tertentu, terlepas dari sikap mereka. Aspek-aspek tersebut meliputi usia, jenis kelamin, status kesehatan, lokasi, tingkat mobilitas dan tingkat pendidikan. Sebagai contoh, diketahui bahwa orang-orang muda lebih mungkin untuk mendonorkan darah untuk pertama kalinya, dan usia merupakan prediktor untuk perilaku donor darah. Perilaku aktual responden mengacu pada apa yang mereka lakukan, yang telah dilakukan, serta apa yang mungkin mereka lakukan.

Perilaku masa depan responden lebih akurat ditentukan oleh perilaku mereka saat ini atau masa lalu, daripada sikap mereka terhadap perilaku tersebut.

Misalnya, donor reguler untuk amal mungkin lebih cenderung mendonorkan darahnya daripada seseorang yang bukan pendonor (Monicca, 2018). Lingkungan mempengaruhi perilaku seseorang adalah tindakan donor darah dipengaruhi oleh latar belakang sosiodemografis seseorang (Janice, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan hampir sebagian dari jumlah responden merupakan pendonor untuk pertama kalinya, yaitu sebanyak 55 orang dari 116 responden, sedangkan 61 orang lainnya sudah mendonorkan darah untuk kedua kalinya atau lebih. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa proses sebelum seseorang melakukan sebuah perilaku. Proses yang dilalui seseorang sebelum mengadopsi perilaku baru adalahawarness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari, dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu(Notoatmodjo, 2012). Pada tahap ini, warga mencari informasi mengenai donor darah, seperti pengertian, manfaat, syarat mendonorkan darah, serta pengetahuan lainnya mengenai donor darah. Interest, yakni seseorang tertarik kepada stimulus. Pada tahap ini, warga

(8)

61 melihat adanya kegiatan donor darah yang

dilaksanakan disekitar lingkungan sehingga menimbulkan ketertarikan warga untuk mengunjungi lokasi donor darah.

Evaluation (menimbang nimbang, baik dan tindakannya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Pada tahap ini, warga mempertimbangkan apa yang akan diperoleh apabila mendonorkan darahnya.Trial,seseorang telah mulai mencoba perilaku baru. Pada tahap ini, warga memutuskan untuk mendonorkan darahnya dikarenakan terdapat banyak manfaat yang akan diperoleh setelah mendonorkan darah.Adoption, seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan. Kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pada tahap ini, ketika seseorang sudah merasakan manfaat mendonorkan darah, maka perilaku tersebut akan dilakukan kembali dimasa yang akan datang sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang dimiliki.

Pengetahuan, sikap, dan perilaku di China bahwa altruisme merupakan salah satu alasan penduduk yang mendonorkan darah (Zaller, et al., 2005).Perilaku mendonorkan darah berkaitan dengan tipe kepribadian seseorang. Mendonorkandarah merupakan salah satu tindakan menolong orang lain yang dalam perspektif psikologi, digolongkan sebagai perilaku altruisme (Taylor, 2009).

Terdapat tujuh perkembangan kognitif pada konteks sosial di berbagai tahapan usia. Dua diantaranya yaitu tahap pencarian (proses menguasai informasi untuk diri sendiri atau sebagai persiapan berpartisipasi dalam masyarakat) dan pencapaian (pengetahuan digunakan untuk mendapatkan kompetensi dan independensi, yaitu kemampuan untuk menolong dan bertanggung jawab sosial terhadap kepentingan orang lain) (Papalia, 2007).

Faktor yang menentukan perilaku selain faktor pengetahuan adalah lingkungan dan perilaku aktual responden

(Holdershaw, et al., 2003).Tanggung jawab sosial merupakanbentuk altruisme dalam konteks donor darah. Terdapat tujuh motif perilaku altruistik, yaitu: altruisme murni, yang menggambarkan keinginan utama individu untuk membantu orang lain tanpa imbalan, kepuasan yang timbul dikarenakan peningkatan emosional yang positif dari tindakan donor darah, altruisme yang terjadi karena keraguan apakah orang lain akan mendonorkan darah atau tidak, adanya tanggung jawab sosial untuk ikut meningkatkan kebutuhan darah yang tidak tercukupi, hedonisme, yaitu meningkatkan keuntungan pribadi tanpa memperhatikan kesejahteraan penerima, membangun reputasi timbal balik dengan orang-orang yang mungkin akan membantu mereka, dan perilaku altruisme yang dilakukan karena hubungan keluarga (Evans dan Ferguson, 2014).

Ada hubungan positif yang kuat antara pengetahuan dan kemauan untuk mendonorkan darah, terlepas dari tahu atau tidaknya seseorang akan kurangnya jumlah pendonor (Adam dan Soutar, 1999).

KESIMPULAN

Ada hubungan positif antara perilaku altruisme dengan pengetahuan tentang donor darah, yaitu semakin tinggi perilaku altruisme, maka semakin tinggi pengetahuan tentang donor darah warga masyarakat Dusun Gatak 1, Ngestirejo, Tanjungsari. Melalui pendekatan psikologi, upaya peningkatan promosi donor darah dan peningkatan minat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan donor darah diperlukan sehingga kebutuhan darah khususnya di Kabupaten Gunungkidul terpenuhi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih penulis ucapkan kepada PMI Gunungkidul dan Kepala Dusun Gatak Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul yang sudah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian ini. Selanjutnya

(9)

Jurnal Amanah Kesehatan | E –ISSN : 2685- 4023 Volume 2 No 2 ( 2020)| ojs.stikesamanahpadang.ac.id

62 uacapan terimakasih dan ucapan yang

setinggi-tingginya penulis sampaikan secara khusus kepada responden yang telah bersedia menjadi sampel dan menyediakan waktu selama penelitian ini berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Suhardjono.,& Supadi.

(2006). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, S. (2011). Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Baron, R. A., & Byrne, D. (2015) Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh.

Diterjemahkan oleh Djuwita, R., Parman, M. M., Yasmina, D., Lunanta, L. P. Jakarta: Erlangga.

Evans, R., & Ferguson, E. (2014).

Defining and measuring blood donor altruism: a theoretical approach from biology, economics and psychology. International Society of Blood Transfusion 106,

118–126. DOI:

10.1111/vox.12080.

Holdershaw, J., Gendall, P. & Wright, M.

(2003). Predicting willingness to donate blood. Australasian Marketing Journal 11 (1), 87-96.

Janice. (2009). Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Donor Darah dengan Tindakan Berdonor Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Monicca Dila. (2018). Hubungan antara Dukungan Teman Sebaya dengan Perilaku Sehat Pada Mahasiswa Universitas Islam Indonesia.

Skripsi. UII. Yogyakarta.

Myers, D. G. (2012).Social Psychology, 9th edition. Diterjemahkan oleh:

Tusyani. A., Sembiring. L.

S.,McGraw Hill.

Notoatmodjo.(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R.

D. (2007). Human development, tenth edition. New York: McGraw- Hill Companies.

Priyatno, D. (2011). Buku Saku SPSS Analis Statistika Data Lebih Cepat, Lebih Efisien dan Akurat.

Yogyakarta: MediaKom.

Razak (2018). Pengaruh Tingkat Pengetahuan Tentang Donor darah Terhadap Minat Donor Darah Mahasiswa Stikes Guna Bangsa Yogyakarta. Skripsi.

Yogyakarta

Salaudeen A. G., & Odeh, E. (2011).

Knowledge and Behavior Towards Voluntary Blood Donation Among Students of a Tertiary Institution in Nigeria. Nigerian Journalof Clinical Practice, 14(3), 303-307.

Sinde, M. S., Fitriangga. A.,& Hadi. D. P.

(2014). Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Mengenai Donor Darah pada Donor Darah Sukarela di Unit Donor Darah kota Pontianak tahun 2013.

(Skripsi). Pontianak: Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura.

(10)

63 Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D.

O. (2009). Psikologi sosial : edisi kedua belas. Diterjemahkan oleh : Tri Wibowo, B.S. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Zaller, N., Nelson, K. E., Ness, P., Wen, G., Bai, X., & Shan, H. (2005).

Knowledge, attitude and practice survey regarding blood donation in a Northwestern Chinese city.

Transfusion Medicine, 15 (4) : 277– 286. DOI: 10.1111/j.0958- 7578.2005.00589.x

Gambar

Tabel 1. Deskripsi data penelitian  variabel perilaku altruisme

Referensi

Dokumen terkait

Solusi yang baik adalah membudidaya tanaman sayuran dan TOGA menggunakan media organik bebas pestisida dalam polybag dan disusun secara vertikultur dengan harapan

“Kegiatan promosi yang dilakukan yaitu memberikan pengenalan bagi mahasiswa baru pada saat Orientasi Perguruan Tinggi (OPT) seperti pengenalan layanan yang

Sehingga untuk mengisi seluruh sumuran (3 plate) diambil 500 μ l dari flask sel Raji (dalam larutan medium RPMI) menggunakan mikropipet... Lower Bound Upper Bound 95%

Description : This course will give fundamental concepts about mechanical vibrations and waves, coupled oscillators, and electro-magnetic radiation.. Vibration

uc'rttt tmf boiur*rl auuFrrl t idak... $ftrl Rstf,trt Bfn

Dari hasil pengujian di dapatkan bahwa beton mengalami kerusakan terlebih dahulu, hal ini terjadi karena beban maksimum yang terjadi pada penelitian ini lebih kecil dari beban

Hasilpenelitian menggunakan metode Performance Prism didapatkan nilai indeks total sebesar 8,269 yang masuk dalam katagori hijau, sehingga dapat dinyatakan

Secara umum, tujuan dari perancangan Hotel Resort Sire Medana Lombok Utara ini adalah untuk menciptakan suatu fasilitas menginap yang dapat memenuhi kebutuhan