Jurnal Sains dan Aplikasi eISSN 2656 – 8446
84
Faktor Determinan Inisiasi Menyusui Dini pada Ibu Postpartum Sectio Caesarea di Banda Aceh
Cut Mutia*, Hajjul Kamil, Suryane Sulistiana Susanti
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Bangsa Darussalam
*E-mail Corresponding author: [email protected]
ABSTRAK
Sectio caesarea menimbulkan masalah bagi ibu dan bayi yang dilahirkan. Ibu dan bayi kurang terjadi kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan ibu kemungkinan tidak dapat menyusui bayinya segera atau satu jam pertama setelah melahirkan. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada ibu postpartum dengan sectio caesarea. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain retrospective study. Populasi penelitian seluruh ibu postpartum dengan sectio caesarea di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banda Aceh yang berjumlah 312 orang, sampel penelitian menggunakan teknik Total sampling. Pengumpulan data dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kota Banda Aceh menggunakan angket, analisis data menggunakan statistik deskriptif dan inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada ibu postpartum dengan sectio caesarea adalah komplikasi ibu. (p-value 0.0001) Semakin kurang komplikasi pada ibu, maka semakin baik (OR 40.780 ) pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada ibu postpartum dengan sectio caesarea. Berdasarkan hasil penelitian kepada ibu postpartum dengan sectio caesarea untuk tetap melanjutkan pemberian ASI secara eksklusif dan peran tenaga kesehatan dalam menurunkan komplikasi serta ibu postpartum dengan sectio caesarea melaksanakan perawatan yang baik sesuai asuhan keperawatan pada ibu postpartum.
Kata Kunci: Inisiasi Menyusui Dini, Postpartum, Sectio Caesarea
PENDAHULUAN
Sectio caesarea adalah intervensi bedah utama yang diperkenalkan pada akhir abad kesembilan belas untuk menyelamatkan nyawa wanita dan bayi mereka dari komplikasi kehamilan dan persalinan yang mengancam jiwa (Begum et al., 2017).
Angka sectio caesarea berbasis populasi dianggap sebagai indikator proses untuk memantau kemajuan kesehatan ibu di dunia. World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan bahwa angka sectio caesarea berdasarkan populasi harus berada antara 10% sampai 15%. Namun angka sectio caesarea terus meningkat di seluruh dunia selama beberapa dekade terakhir di atas tingkat yang tidak dapat dianggap perlu secara medis. Sectio caesarea dikaitkan dengan resiko jangka pendek dan jangka panjang yang dapat berhubungan dengan kesehatan ibu, bayi dan kehamilan berikutnya (Betrán et al., 2016).
85 Tindakan sectio caesarea di Indonesia juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data diketahui prevalensi sectio caesarea di Indonesia adalah 6,8%
dan 4,2% yang memiliki indikasi medis untuk sectio caesarea. Selanjutnya juga diketahui total perkiraan biaya yang dihabiskan untuk sectio caesarea di Indonesia adalah 19.532.824 US Dollar per tahun (Gibbons et al., 2018). Indikasi sectio caesarea di Indonesia adalah perdarahan, preeklamsia, rahim sobek, jalan lahir tertutup dan ketuban pecah dini. Namun saat ini tren sectio caesarea tidak lagi merujuk kepada indikasi medis. Beberapa alasan di luar indikasi medis dari tindakan sectio caesarea di Indonesia adalah karena takut nyeri, alasan estetika, keinginan melahirkan pada tanggal tertentu dan hubungan gaya hidup (Suryati, 2012).
Data sectio caesarea di Provinsi Aceh dan Kota Banda Aceh secara umum tidak ditemukan. Akan tetapi data sectio caesarea yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh sebagai rumah sakit rujukan terbesar di Provinsi Aceh mengalami peningkatan dari 30% pada tahun 2013 menjadi 54% pada tahun 2017. Sedangkan berdasarkan data di Puskesmas Lampulo dan Kuta Alam Kuta Alam Banda Aceh, pada tahun 2018 dilaporkan ada 312 ibu yang menjalani sectio caesarea saat melahirkan. Tren sectio caesarea di Provinsi Aceh semakin meningkat.
Umumnya tren para ibu muda di Provinsi Aceh saat ini tidak lagi mau direpotkan dengan rasa sakit saat proses bersalin, sehingga meminta jalan pintas melahirkan melalui sectio caesarea. Disamping itu kesabaran penolong persalinan yang semakin menurun, sehingga tidak mau menunggu proses persalinan alami yang membutuhkan waktu sampai 24 jam, juga menjadi faktor meningkatnya jumlah sectio caesarea di Provinsi Aceh (Andalas, 2016).
Dampak langsung sectio caesarea terhadap IMD adalah yang pertama hubungan beberapa obat dan teknik anestesi yang digunakan dapat menyebabkan kurangnya kesadaran ibu, sehingga tidak dapat melakukan IMD segera setelah bayi dilahirkan.
Beberapa obat yang digunakan saat pembiusan juga dapat menekan perilaku mengisap bayi, dengan cara menurunkan oksitosin. Dampak yang kedua adalah rute pemberian obat anti nyeri pada ibu, baik secara oral atau intravena dapat dengan sangat cepat memasuki aliran darah bayi melalui perfusi plasenta, dalam hitungan detik hingga beberapa menit dan menyebabkan berkurangnya kemampuan menghisap bayi setelah lahir (Kuguoglu, Yildiz, Tanir, & Demirbag, 2012).
Dampak langsung sectio caesarea lainnya terhadap IMD adalah jika terjadi komplikasi baik pada ibu maupun bayi, maka ibu dan bayi tidak dapat dilakukan kontak kulit ke kulit segera setalah lahir dan akan rawat secara terpisah. Kontak kulit ibu dan bayi sangat penting untuk memulai IMD. Kontak kulit ibu dan bayi yang diletakkan di atas dada ibu sangat penting agar bayi dapat mencium bau payudara ibu sehingga bayi berusaha mencapainya untuk mendapatkan ASI (Guala et al., 2017).
Berdasarkan data-data dan fenomena yang telah diuraikan, maka penting untuk diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea di Wilayah Kerja Puskesmas Lampulo dan Kuta Alam Kuta Alam Kota Banda Aceh.
86
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sampel seluruh ibu postpartum dengan sectio caesarea, dipilih menggunakan teknik total sampling dengan jumlah 312 orang. Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan kuesioner Edinburgh Postpartum Depression Scale (EPDS) dan beberapa kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Kemudian, dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Persetujuan etis diperoleh dari Komite Etika Keperawatan Fakultas Keperawatan, Syiah Kuala Univesitas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden.
Analisis karakteristik responden (Tabel 1) menunjukkan bahwa sebanyak 267 ibu (85,6%) berumur antara 20 – 35 tahun, 188 ibu (60,3%) dengan tingkat pendidikan menengah, 157 ibu (50,3%) berstatus bekerja, 245 ibu (78,5%) memiliki 2 orang anak, 258 ibu (82,7%) telah menjalani perawatan masa kehamilan > 1 kali, 260 ibu (83,3%) multigravida, 257 ibu (82,3%) multipara, 299 ibu (95,8%) tidak pernah mengalami abortus, 264 ibu (84,6%) menjalani sectio caesarea sebanyak 1 kali, 286 ibu (91,7%) menjalani sectio caesarea atas indikasi medis dan 177 ibu (56,7%) telah melakukan IMD 1 kali.
Tabel. 1. Karakteristik Responden
No Karakteristik Frekwensi Persentase
Umur
1 20 – 35 Tahun 267 85.6
2 36 – 45 Tahun 45 14.4
Pendidikan
1 Tinggi 98 31.4
2 Menengah 188 60.3
3 Dasar 26 8.3
Status Pekerjaan
1 Bekerja 157 50.3
2 Tidak Bekerja 155 49.7
Jumlah Anak
1 2 Anak 245 78.5
2 > 2 Anak 67 21.5
Perawatan Kehamilan
1 > 1 kali 258 82.7
2 1 kali 42 13.5
3 Tidak Pernah 12 3.8
Status Paritas 1 Gravida
a. Primigravida 52 16.7
b. Multigravida 260 83.3
2 Partus
a. Primipara 52 16.7
b. Multipara 257 82.3
87
No Karakteristik Frekwensi Persentase
c. Grande Multipara 3 1.0
3 Abortus
a. Tidak ada 299 95.8
b. Ada 13 4.2
Sectio caesarea Ke
1 1 kali 264 84.6
2 > 1 kali 48 15.4
Alasan Sectio caesarea
1 Indikasi Medis 286 91.7
2 Permintaan Sendiri 26 8.3
Faktor Yang Berhubungan dengan IMD
Tabel.2 dapat disimpulkan dari 231 ibu postpartum sectio caesarea dengan status kesehatan yang baik, 126 orang (54,5%) melakukan IMD. Namun dari 81 orang ibu postpartum sectio caesarea dengan status kesehatan yang kurang, 74 orang (91,4%) juga melakukan IMD. Hasil uji Chi-Square Test menunjukkan p-value = 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang berarti ada hubungan antara faktor status kesehatan dengan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banda Aceh.
Tabel 2: Hubungan Faktor Yang Berhubungan dengan IMD
Faktor-Faktor
IMD Total p-value
Baik Kurang
f % f % f %
Status Kesehatan Ibu 0,0001
1. Baik 126 54,5 105 45,5 231 100
2. Kurang 74 91,4 7 8,6 81 100
Depresi Ibu Postspartum 0,052
1. Ya 21 84,0 4 16,0 25 100
2. Tidak 179 62,4 108 37,6 287 100
Komplikasi 0,0001
1. Ada 96 88,9 12 11,1 108 100
2. Tidak 104 51,0 100 49,0 204 100
Status Kesehatan Bayi 0,0001
1. Baik 138 57,5 102 42,5 240 100
2. Kurang 62 86,1 10 13,9 72 100
Peran Tenaga Kesehatan 0,0001
1. Baik 69 42,1 95 57,9 164 100
2. Kurang 131 88,5 17 11,5 148 100
88
Faktor-faktor yang Mempengaruhi IMD pada Ibu Postpartum Sectio Caesarea.
Tabel 3. hasil uji Binary Logistic Regression dengan metode Stepwise menunjukkan hasil bahwa komplikasi ibu merupakan prediktor yang paling dominan berhubungan dengan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea (OR: 40.780) setelah dikontrol oleh status kesehatan ibu (OR: 0,188) dan peran tenaga kesehatan (OR:
0,036). Komplikasi ibu berhubungan dengan pelaksanaan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea sebanyak 40,780 kali atau 41 kali.
Tabel 3. Ringkasan Hasil Analisis Logistic Regression Dengan Metode Stepwise Untuk Yang Mempengaruhi IMD Pada Ibu Postpartum Sectio Caesarea.
Prediktor OR p-value 95% CI
Lower Upper
Status kesehatan ibu 0.188 0.002 0.066 0.002
Komplikasi ibu 40.780 0.000 16.794 99.026
Peran Tenaga Kesehatan 0.036 0.000 0.016 0.080
Constant 0.210 0.000
PEMBAHASAN
1. Hubungan Status Kesehatan Ibu dengan IMD
Hasil penelitian padat tabel.2 diketahui bahwa 74,0% ibu postpartum sectio caesarea memiliki status kesehatan yang baik untuk melakukan IMD. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor status kesehatan dengan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea di Wilayah Kerja Puskesmas Lampulo dan Kuta Alam Kota Banda Aceh (P value = 0,000).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu postpartum yang memiliki status kesehatan pasca sectio caesarea lebih memungkinkan untuk melakukan IMD. Kesimpulan ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hobbs et al. (2016), yaitu sectio caesarea berhubungan dengan inisiasi dan durasi menyusui karena melahirkan melalui sectio caesarea menimbulkan masalah dengan laktasi, positioning dan rasa sakit bila dibandingkan dengan wanita-wanita dengan kelahiran vagina. Kondisi ini akan berhubungan dengan kesehatan ibu pasca melahirkan melalui sectio caesarea.
Zubaran dan Foresti (2013) dalam penelitiannnya menemukan bahwa keberhasilan menyusui dini secara signifikan terkait dengan status kesehatan dan kesejahteraan ibu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian status kesehatan ibu bermanfaat untuk mengukur keberhasilan menyusui dini. Selain itu juga dapat mengetahui kesehatan ibu yang diprediksi memiliki pengalaman menyusui yang sulit.
Hasil ini mendukung bukti sebelumnya yang ditunjukkan oleh kelompok penelitian yang sama bahwa status kesehatan merupakan elemen penting yang harus diperhitungkan dalam diagnosis depresi pascanatal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan IMD, maka dibutuhkan kondisi kesehatan yang baik pada ibu post partum sectio caesarea. Dalam penelitian ini, status kesehatan ibu yang baik juga didukung oleh faktor umur dan status paritas ibu, yaitu pada ibu post partum sectio caesarea di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banda Aceh, 85,6% berumur antara 20–35 tahun yang
89 merupakan usia produktif dan sehat bagi seorang ibu untuk melahirkan dan menyusui.
Selanjutnya juga diketahui 83,3% merupakan ibu multigravida, 82,3% ibu multipara dan 95,8% ibu tidak pernah mengalami abortus.
Kesimpulan ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Kitano et al. (2016) dalam penelitiannya, yaitu faktor seperti sosial ekonomi dan status pekerjaan, karakteristik ibu dan anak, niat ibu/ keluarga dan manajemen perawatan kesehatan berkontribusi terhadap inisiasi menyusui dini. Di antara faktor-faktor tersebut, hubungan usia ibu dan paritas pada praktik menyusui dini merupakan salah satu target penelitian yang paling menarik. Tingkat keberhasilan IMD ditemukan 69,4% pada ibu primipara usia
≥ 35 tahun (kelompok A: n = 284), 73,5% pada ibu multipara usia ≥ 35 tahun (kelompok B: n = 268), 74,3% pada ibu primipara usia <35 (kelompok C: n = 432) dan 82,3% pada ibu multipara usia <35 (kelompok D: n = 209). Usia ibu yang lebih tua dan status primipara menjadi terkait secara independen dengan IMD. Kesimpulan pada penelitian ini adalah ibu primipara yang melahirkan anak usia 35 tahun atau lebih tua lebih beresiko untuk tidak melakukan IMD.
2. Hubungan Depresi Ibu dengan IMD
Hasil penelitian pada Tabel.2 diketahui bahwa ibu postpartum sectio caesarea yang tidak mengalami depresi postpartum, 62,4% melakukan IMD. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor depresi ibu dengan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banda Aceh (P value = 0,052). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa depresi pada ibu postpartum sectio caesarea bukan merupakan faktor yang menghambat IMD.
Pernyataan ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Smith (2010), yaitu depresi dapat sangat mempengaruhi ibu yang menjalani sectio caesarea. Khususnya sectio caesarea yang tidak terjadwal (karena ibu atau bayi) seringkali merupakan akibat dari depresi janin atau komplikasi ibu yang serius. Depresi ibu dan bayi selama persalinan dapat memengaruhi jumlah produksi ASI (laktogenesis).
Depresi postpartum erat kaitannya dengan sosiodemografi ibu seperti tingkat pendidikan ibu postpartum. Karakteristik ibu postpartum sectio caesarea dari aspek pendidikan pada penelitian ini yang digambarkan pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa 60,3% ibu dengan tingkat pendidikan menengah. Clout dan Brown (2015) mengatakan banyak faktor resiko untuk depresi postpartum, termasuk sosiodemografi (mialnya pendidikan). Persalinan melalui sectio caesarea merupakan prediktor depresi yang utama.
Mazaheri et al. (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada korelasi langsung antara tingkat pendidikan ibu dan depresi postpartum. Pendidikan ibu sebagai komponen yang efektif dalam kejadian depresi pasca persalinan merupakan nilai tersendiri dan program promosi kesehatan ibu dapat dianggap istimewa.
Pendidikan yang rendah dikaitkan dengan depresi pascapersalinan. Oleh karena itu, tingkat pendidikan sebagai komponen pengendalian dan pengelolaan masalah yang efektif dapat dianggap sebagai indikator bagi penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan ibu dalam perencanaan mereka.
Dalam hal ini, orang dengan pendidikan kurang yang siap menghadapi konsekuensi dari persalinan harus difokuskan untuk penyediaan perawatan kritis dan diberikan lebih banyak perhatian.
90
3. Hubungan Komplikasi Ibu dengan IMD
Hasil penelitian pada Tabel.2 diketahui bahwa ibu postpartum sectio caesarea yang tidak mengalami komplikasi, 51,0% melakukan IMD. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor komplikasi ibu dengan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea di Wilayah Kerja Puskesmas Lampulo dan Kuta Alam Kota Banda Aceh (P value = 0,000).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu postpartum yang tidak memiliki komplikasi pasca sectio caesarea lebih memungkinkan untuk melakukan IMD. Pernyataan ini seperti yang dikemukakan oleh Dewey et al. (2012), yaitu ibu yang menjalani sectio caesarea memiliki kehilangan darah yang berlebihan sekitar dua kali lipat dari ibu yang melahirkan secara normal. Jika seorang ibu mengalami kehilangan darah yang berlebihan selama operasi, dia mungkin mengalami anemia dan akan mengalami kelemahan dan kelelahan. Sebuah laporan penelitian yang dilakukan oleh Chessman et al. (2018) menunjukkan bahwa perdarahan postpartum ibu mungkin menjadi faktor resiko produksi susu yang tidak mencukupi.
Dalam penelitian ini, untuk semua ibu dianjurkan sesegera mungkin menyusui dini setelah lahir.
Komplikasi ibu pasca melahirkan secara sectio caesarea dihubungkan juga oleh faktor umur ibu, yaitu pada penelitian ini ibu post partum sectio caesarea di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banda Aceh, 85,6% berumur antara 20–35 tahun yang merupakan usia yang sehat bagi ibu untuk hamil dan melahirkan. Cavazos-Rehg et al.
(2015) dalam penelitiannya mengatakan komplikasi persalinan dapat terjadi pada wanita usia 11-18 tahun dibandingkan dengan wanita berusia 25-29 tahun, termasuk persalinan prematur, korioamnionitis, endometritis, dan preeklamsia ringan.
Komplikasi ibu postpartum juga erat kaitannya dengan status paritas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 83,3% merupakan ibu multigravida, 82,3% ibu multipara dan 95,8% ibu tidak pernah mengalami abortus. Al-Shaikh, Ibrahim, Fayed, dan Al-Mandeel (2017)dalam penelitiannya mengemukakan bahwa riwayat keguguran (abortus) meningkat secara signifikan lebih tinggi pada ibu grande multipara(58,3%, p
<0,01). Sectio caesarea juga meningkat secara signifikan pada ibu grande multipara (p <0,01). Peningkatan resiko komplikasi maternal atau neonatal pasca persalinan lebih tinggi terjadi pada ibu grande multipara.
Selanjutnya juga IMD erat kaitannya dengan komplikasi ibu dan perawatan selama masa kehamilan. Dalam penelitian ini diketahui bahwa 82,7% ibu telah menjalani perawatan masa kehamilan > 1 kali. Biks, Tariku, dan Tessema (2015) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa perawatan antenatal berhubungan secara positif dengan IMD dan resiko komplikasi postpartum. WHO merekomendasikan setidaknya empat kunjungan antenatal berbasis tujuan dengan kunjungan pertama pada trimester pertama (idealnya sebelum 12 minggu tetapi tidak lebih dari 16 minggu), pada 24-28 minggu, 32 minggu, dan 36 minggu. Setiap kunjungan harus mencakup perawatan yang sesuai dengan keseluruhan kondisi dan tahap kehamilan wanita tersebut dan membantunya mempersiapkan kelahiran dan perawatan untuk bayi yang baru lahir.
Sebagai bagian dari kegiatan promosi kesehatan, IMD adalah salah satu bidang utama untuk konseling wanita hamil.
91 4. Hubungan Status Kesehatan Bayi dengan IMD
Hasil penelitian pada Tabel.2 juga diketahui bahwa ibu postpartum sectio caesarea dengan status kesehatan bayi yang baik, 57,5% melakukan IMD. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor status kesehatan bayi dengan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Aceh (P value = 0,000).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu postpartum yang melahirkan bayi yang sehat pasca sectio caesarea lebih memungkinkan untuk melakukan IMD. Pernyataan ini seperti yang dikemukakan oleh Smith (2010), yaitu IMD pasca sectio caesarea juga berhubungan dengan kondisi bayi yang dilahirkan.
Beberapa komplikasi setelah sectio caesarea dapat mengganggu pasokan ASI secara signifikan pada periode postpartum.
Hobbs et al. (2016) mengatakan menyusui dini sering dapat membantu mengurangi atau mengobati kecenderungan bayi terhadap hipoglikemia, penurunan berat badan bayi dan penyakit kuning, yang merupakan masalah umum pada bayi setelah kelahiran sectio caesarea. Penelitian Caglar et al. (2016) menemukan bahwa penurunan berat badan dan hipernatremia pada bayi diketahui terkait dengan keterlambatan saat inisiasi menyusui pertama dan sectio caesarea. Penelitian ini melaporkan bahwa para ibu seharusnya dibantu dan didukung untuk menyusui bayi mereka sesegera mungkin setelah melahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan sectio caesarea dan dipisahkan dari ibu mereka juga sering diberi susu formula sebagai makanan pertama. Terkadang pemberian makanan tambahan diperlukan untuk mencegah hipoglikemia, atau ketika bayi kehilangan banyak berat setelah lahir dan tidak mendapatkan kembali dengan cepat, atau untuk tes kemampuan bayi untuk menyusu. Kondisi ini merupakan faktor-faktor yang menunda menyusui setelah sectio caesarea dan dapat berhubungan dengan kepercayaan diri dan keinginan ibu untuk menyusui (Kuguoglu et al., 2012).
Penelitian Dewey et al. (2012) menemukan bahwa onset tertunda laktasi dan keberhasilan laktasi awal diketahui terkait dengan primiparitas, sectio caesarea, pengobatan persalinan, penggunaan non ASI (cairan dan/ atau dot). Karena itu, pemberian makanan tambahan harus dihindari. Tenaga kesehatan dapat mempertahankan dan melindungi pemberian ASI dengan menghindari pemberian makanan non ASI kepada bayi, yang dapat menghambat pemberian ASI berikutnya (Lauwers & Swisher, 2015).
5. Hubungan Peran Tenaga Kesehatan dengan IMD
Hasil penelitian pada Tabel.2 diketahui bahwa ibu postpartum sectio caesarea yang menyatakan tenaga kesehatan melakukan peran yang kurang, 86,1% melakukan IMD. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor peran tenaga kesehatan dengan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banda Aceh (P value = 0,000).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu postpartum yang menyatakan peran tenaga kesehatan baik lebih memungkinkan untuk melakukan IMD. Rumah sakit dan klinik bersalin memiliki peran penting dalam menyukseskan inisiasi menyusui dini pada ibu melahirkan, khususnya ibu dengan sectio caesarea.
Peran tenaga kesehatan sangat penting dalam membantu ibu untuk memberikan IMD.
92
Bayi yang baru lahir hanya memiliki tiga kebutuhan, yaitu kehangatan di lengan ibu, makanan dari payudaranya dan keamanan. Menyusui dapat memuaskan ketiganya. Tenaga kesehatan berperan dalam memenuhi tiga kebutuhan tersebut melalui rawat gabung (Rooming-in). Rawat gabung direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF (2017) sebagai bagian dari program Baby Friendly Hospital Initiative(BFHI) untuk mempromosikan IMD. Selain manfaatnya dalam IMD, perawatan rooming-in meningkatkan kelekatan ibu dan bayi. Ibu yang tinggal di kamar bisa lebih sering melihat, terhubung dan berbicara dengan bayi mereka. Mendorong kontak bayi ibu sejak lahir dapat meningkatkan IMD secara signifikan dan mengurangi insiden kegagalan untuk perkembangan bayi. Sistem rooming-in mendukung lebih banyak kontak tubuh ibu dan bayi sehingga ada hubungan positif antara perawatan rooming- in dan stabilitas emosional bayi (Kamble & Bhalerao).
Radzyminski dan Callister (2015) mengatakan tenaga kesehatan memiliki hubungan signifikan terhadap tingkat inisiasi dan durasi menyusui. Para ibu berharap tenaga kesehatan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membantu mereka dengan masalah menyusui yang umum. Perawat sangat berhubungan mengenai tingkat keberhasilan menyusui baik dalam inisiasi menyusui dan durasi. Pengetahuan perawat tentang menyusui dan sikap mereka tentang menyusui adalah prediksi perilaku suportif yang sebenarnya. Namun, pengetahuan perawat sangat kekurangan khususnya di bidang-bidang seperti fisiologi laktasi dan pemberian makan glukosa (London et al., 2014). Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Sharma dan Byrne (2016), banyak perawat memiliki pengetahuan yang tidak memadai dan sikap negatif tentang menyusui. Meskipun 83% perawat merasa promosi menyusui adalah penggunaan waktu yang baik dan tindak lanjut dengan ibu menyusui baru berada dalam deskripsi peran mereka, hanya 46% yang merasa percaya diri mengatasi masalah menyusui.
6. Faktor yang Berhubungan dengan IMD
Hasil uji regresi logistik pada Tabel.3 diketahui bahwa status kesehatan ibu (P value = 0,002), komplikasi ibu (P value = 0,000) dan peran tenaga kesehatan (p-value
= 0,000) merupakan prediktor yang signifikan berhubungan dengan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea. Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa semakin baik status kesehatan ibu, semakin kurang komplikasi ibu dan semakin baik peran tenaga kesehatan, maka semakin baik pula pelaksanaan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea. Hasil penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa komplikasi ibu merupakan prediktor yang paling dominan berhubungan dengan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea (OR: 16,794) setelah dikontrol oleh status kesehatan ibu (OR: 0,066) dan peran tenaga kesehatan (OR: 0,016). Komplikasi ibu berhubungan denganpelaksanaan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea sebanyak 16,794 kali atau 17 kali.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai pelaksanaan IMD pada ibu postpartum sectio caesarea, maka perlu ditingkatkan status kesehatan ibu, mengurangi komplikasi dan meningkatkan peran tenaga kesehatan untuk mempromosikan IMD. Kesimpulan ini sejalan dengan yang ditemukan oleh Albokhary dan James (2014) dalam penelitiannya, yaitu alasan penundaan dalam memulai menyusui dini. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu postpartum menunda atau tidak segera menyusui bayinya pada jam pertama kelahiran
93 karena bayi dipisahkan dari ibu dan ibu lelah atau memiliki masalah kesehatan, yang ditemukan karena anestesi dan rasa sakit akibat operasi.
Lebih lanjut penelitian tersebut juga menemukan bahwa ibu yang tidak menyusui pada jam pertama karena masalah kesehatan (sebagian besar karena anestesi) secara signifikan terjadi pada ibu yang melahirkan melalui sectio caesarea. Hasil analisis menunjukkan bahwa seorang ibu yang mulai menyusui dalam 24 jam pertama berhubugan secara signifikan dengan metode melahirkan. Probabilitas keterlambatan inisiasi menyusui (> 24 jam) ditemukan 12 kali lebih mungkin terjadi pad ibu yang melahirkan dengan sectio caesarea dibandingkan dengan kelahiran melalui vagina (Albokhary & James, 2014).
Dewi (2016) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa dukungan dari tenaga kesehatan dan perawatan rooming-in berhubungan dengan IMD. Kondisi kesehatan ibu pasca sectio caesare memerlukan dukungan dari tenaga kesehatan untuk mendekatkan bayi kepada ibu untuk dimulainya IMD. Tindakan ini membuat ibu merasa sangat nyaman. Tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan mendekatkan bayi kepada ibu merupakan tindakan early skin toskin setelah sectio caesarea untuk meningkatkan praktik menyusui dini.
Peran perawat adalah kunci keberhasilan program IMD. Lebih lanjut El Rheem Emam dan Ali (2017) mengatakan bahwa masalah menyusui yang paling sering dilaporkan adalah pembengkakan payudara (8,9%), kekhawatiran tentang ASI yang tidak cukup (18,7%), dan terkait dengan bayi baru lahir sering menyusu (29,3%).
Kurang dari setengah ibu yang memiliki pengetahuan menyusui yang memuaskan (48,2%) dan 41,5% ibu mengalami depresi pasca persalinan. Analisis multivariat mengidentifikasi status bayi baru lahir yang baik dan memiliki perawatan antenatal sebagai prediktor positif, sedangkan prediktor negatif adalah tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi, angka kelahiran lebih tinggi, dan pemberian glukosa pada bayi baru lahir.
Andayani et al. (2017) mengatakan bahwa faktor-faktor yang secara langsung berhubungan dengan IMD adalah bayi, tenaga kesehatan, kebutuhan perawatan kesehatan dan kenyamanan. Sementara, faktor yang tidak langsung terhubungan adalah intervensi ibu, suami, dan intervensi keperawatan. Temuan baru adalah peningkatan penerapan inisiasi menyusui dini pada ibu postpartun sectio caesarea setelah kenyamanan perawatan menyusui dilakukan. Kondisi kesehatan ibu, dukungan dari pasangannya, refleks bayi dan peran tenaga kesehatanmemiliki dampak yang signifikan terhadap keberhasilan inisiasi menyusui dini pada ibu postpartun sectio caesarea. Kondisi ibu setelah operasi adalah ibu merasa sangat tidak nyaman, sehingga dia membutuhkan dukungan dari tenaga kesehatan untuk menciptakan rasa nyaman.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwauntuk melaksanakan IMD pada ibu postpartun sectio caesarea, maka diperlukan kondisi kesehatan ibu yang baik pasca persalinan, meminimalkan komplikasi postpartum dan meningkatkan peran tenaga kesehatan untuk membantu ibu melaksanakan IMD segera diawal kelahiran.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk melaksanakan IMD pada ibu postpartun sectio caesarea, maka diperlukan kondisi kesehatan ibu yang baik pasca persalinan,
94
meminimalkan komplikasi postpartum dan meningkatkan peran tenaga kesehatan untuk membantu ibu melaksanakan IMD segera diawal kelahiran.
SARAN
Kepada tenaga kesehatan di Puskesmas agar dapat meningkatkan lagi kegiatan promosi kesehatan khususnya tentang IMD, perawatan antenatal dan pencegahan komplikasi postpartum.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Shaikh, G. K., Ibrahim, G. H., Fayed, A. A., & Al-Mandeel, H. (2017). Grand multiparity and the possible risk of adverse maternal and neonatal outcomes: a dilemma to be deciphered. BMC pregnancy and childbirth, 17(1), 310.
Albokhary, A. A., & James, J. P. (2014). Does cesarean section have an impact on the successful initiation of breastfeeding in Saudi Arabia? Saudi medical journal, 35(11), 1400.
Alkema, L., Chou, D., Hogan, D., Zhang, S., Moller, A.-B., Gemmill, A., . . . Mathers, C. (2016). Global, regional, and national levels and trends in maternal mortality between 1990 and 2015, with scenario-based projections to 2030: a systematic analysis by the UN Maternal Mortality Estimation Inter-Agency Group. The Lancet, 387(10017), 462-474.
Andalas, M. (2016, August 30, 2016). Operasi Sesar Meningkat Style atau Kebutuhan?, Harian Rakyat Aceh.
Andayani, S. R. D., Nursalam, N., & Santoso, B. B. (2017). Role Provider In Increasing Of Early Initiation Of Breastfeeding Covered To Mother Of Sectio Caesarea In Hospital. Paper presented at the 8th International Nursing Conference on Education, Practice and Research Development in Nursing (INC 2017).
Begum, T., Rahman, A., Nababan, H., Hoque, D. M. E., Khan, A. F., Ali, T., & Anwar, I. (2017). Indications and determinants of caesarean section delivery: Evidence from a population-based study in Matlab, Bangladesh. PloS one, 12(11), e0188074.
Betrán, A. P., Torloni, M. R., Zhang, J.-J., Gülmezoglu, A., Section, W. W. G. o. C., Aleem, H., . . . Carroli, G. (2016). WHO statement on caesarean section rates.
BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology, 123(5), 667- 670.
Biks, G. A., Tariku, A., & Tessema, G. A. (2015). Effects of antenatal care and institutional delivery on exclusive breastfeeding practice in northwest Ethiopia:
a nested case–control study. International breastfeeding journal, 10(1), 30.
Brown, A., & Jordan, S. (2013). Impact of birth complications on breastfeeding duration: an internet survey. Journal of advanced nursing, 69(4), 828-839.
Caglar, M., Özer, I., & Altugan, F. (2016). Risk factors for excess weight loss and hypernatremia in exclusively breast-fed infants. Brazilian journal of medical and biological research, 39(4), 539-544.
Carlander, A.-K. K., Edman, G., Christensson, K., Andolf, E., & Wiklund, I. (2010).
Contact between mother, child and partner and attitudes towards breastfeeding in relation to mode of delivery. Sexual & Reproductive Healthcare, 1(1), 27-34.
95 Cavazos-Rehg, P. A., Krauss, M. J., Spitznagel, E. L., Bommarito, K., Madden, T., Olsen, M. A., . . . Bierut, L. J. (2015). Maternal age and risk of labor and delivery complications. Maternal and child health journal, 19(6), 1202-1211.
Chalmers, B., Kaczorowski, J., Darling, E., Heaman, M., Fell, D. B., O’Brien, B., . . . System, M. E. S. G. o. t. C. P. S. (2010). Cesarean and vaginal birth in Canadian women: a comparison of experiences. Birth, 37(1), 44-49.
Chessman, J., Patterson, J., Nippita, T., Drayton, B., & Ford, J. (2018). Haemoglobin concentration following postpartum haemorrhage and the association between blood transfusion and breastfeeding: a retrospective cohort study. BMC research notes, 11(1), 686.
Chien, L. Y., & Tai, C. J. (2017). Effect of delivery method and timing of breastfeeding initiation on breastfeeding outcomes in Taiwan. Birth, 34(2), 123-130.
Clout, D., & Brown, R. (2015). Sociodemographic, pregnancy, obstetric, and postnatal predictors of postpartum stress, anxiety and depression in new mothers. Journal of Affective Disorders, 188, 60-67.
Dewey, K. G., Nommsen-Rivers, L. A., Heinig, M. J., & Cohen, R. J. (2012).
Lactogenesis and infant weight change in the first weeks of life Integrating population outcomes, biological mechanisms and research methods in the study of human milk and lactation (pp. 159-166): Springer.
Dewi, U. M. (2016). Faktor yang mempengaruhi praktik menyusui pada ibu post sectio caesarea di RSI A. Yani Surabaya. Journal of Health Sciences, 9(1).
El Rheem Emam, E. A., & Ali, A. S. (2017). Factors influencing breastfeeding practice after cesarean section delivery. Journal of Nursing and Health Science, 6(5), 63-70.
Fauziyah, N. A., & Helda, H. (2018). The Effects Of Section Caesarea To Early Breastfeeding Initiation: A Systematic Review. Paper presented at the Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health.
Gibbons, L., Belizán, J. M., Lauer, J. A., Betrán, A. P., Merialdi, M., & Althabe, F.
(2018). The global numbers and costs of additionally needed and unnecessary caesarean sections performed per year: overuse as a barrier to universal coverage. World health report, 30, 1-31.
Gregson, S., Meadows, J., Teakle, P., & Blacker, J. (2016). Skin-to-skin contact after elective caesarean section: Investigating the effect on breastfeeding rates.
British Journal of Midwifery, 24(1), 18-25.
Guala, A., Boscardini, L., Visentin, R., Angellotti, P., Grugni, L., Barbaglia, M., . . . Finale, E. (2017). Skin-to-skin contact in cesarean birth and duration of breastfeeding: A cohort study. The Scientific World Journal, 2017.
Hobbs, A. J., Mannion, C. A., McDonald, S. W., Brockway, M., & Tough, S. C.
(2016). The impact of caesarean section on breastfeeding initiation, duration and difficulties in the first four months postpartum. BMC pregnancy and childbirth, 16(1), 90.
Kamble, K., & Bhalerao, K. Effect of Rooming-in on Breastfeeding among Newborns Delivered by Normal versus Cesarean Delivery.
Karim, F., Billah, S. M., Chowdhury, M. A. K., Zaka, N., Manu, A., El Arifeen, S., &
Khan, A. N. S. (2018). Initiation of breastfeeding within one hour of birth and its determinants among normal vaginal deliveries at primary and secondary
96
health facilities in Bangladesh: A case-observation study. PloS one, 13(8), e0202508.
Karlström, A., Engström‐Olofsson, R., Norbergh, K. G., Sjöling, M., & Hildingsson, I.
(2017). Postoperative pain after cesarean birth affects breastfeeding and infant care. Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, 36(5), 430-440.
Kitano, N., Nomura, K., Kido, M., Murakami, K., Ohkubo, T., Ueno, M., & Sugimoto, M. (2016). Combined effects of maternal age and parity on successful initiation of exclusive breastfeeding. Preventive medicine reports, 3, 121-126.
Kuguoglu, S., Yildiz, H., Tanir, M. K., & Demirbag, B. C. (2012). Breastfeeding after a cesarean delivery Cesarean Delivery: IntechOpen.
Lauwers, J., & Swisher, A. (2015). Counseling the nursing mother: Jones & Bartlett Publishers.
Leung, G. M., Lam, T.-H., & Ho, L.-M. (2012). Breast-feeding and its relation to smoking and mode of delivery. Obstetrics & Gynecology, 99(5), 785-794.
London, M. L., Ladewig, P. W., Ball, J. W., Bindler, R. M., & Cowen, K. J. (2014).
Maternal & child nursing care: Pearson.
Mazaheri, M. A., Rabiei, L., Masoudi, R., Hamidizadeh, S., Nooshabadi, M. R. R., &
Najimi, A. (2014). Understanding the factors affecting the postpartum depression in the mothers of Isfahan city. Journal of education and health promotion, 3.
Miyake, Y., Tanaka, K., Sasaki, S., & Hirota, Y. (2011). Employment, income, and education and risk of postpartum depression: the Osaka Maternal and Child Health Study. Journal of Affective Disorders, 130(1-2), 133-137.
O'Shea, T. M., Klebanoff, M. A., & Signore, C. (2010). Delivery after previous cesarean: long-term outcomes in the child. Paper presented at the Seminars in perinatology.
Pérez-Escamilla, R., Maulén-Radovan, I., & Dewey, K. G. (2016). The association between cesarean delivery and breast-feeding outcomes among Mexican women. American journal of public health, 86(6), 832-836.
Radzyminski, S., & Callister, L. C. (2015). Health professionals’ attitudes and beliefs about breastfeeding. The Journal of perinatal education, 24(2), 102-109.
Rowe‐Murray, H. J., & Fisher, J. R. (2012). Baby friendly hospital practices: cesarean section is a persistent barrier to early initiation of breastfeeding. Birth, 29(2), 124-131.
Sharma, I. K., & Byrne, A. (2016). Early initiation of breastfeeding: a systematic literature review of factors and barriers in South Asia. International breastfeeding journal, 11(1), 17.
Smith, L. (2010). Impact of Birth Practices on Breastfeeding, Jones and Barlett Publishers. Sudbury, USA.
Suryati, T. (2012). Percentage of Sectio Caesaria in Indonesia is Passad the Maximum Standard, is it in accordance to Medical Indication. Buletin penelitian sistem kesehatan, 15(4), 331-338.
Thompson, J. F., Heal, L. J., Roberts, C. L., & Ellwood, D. A. (2010). Women's breastfeeding experiences following a significant primary postpartum haemorrhage: a multicentre cohort study. International breastfeeding journal, 5(1), 5.
97 Vieira, T. O., Vieira, G. O., Giugliani, E. R. J., Mendes, C. M., Martins, C. C., & Silva, L. R. (2010). Determinants of breastfeeding initiation within the first hour of life in a Brazilian population: cross-sectional study. BMC Public Health, 10(1), 760.
WHO, & UNICEF. (2017). Global strategy for women's, children's and adolescents' health (2016-2030). Organization, 2016(9).
Zubaran, C., & Foresti, K. (2013). Correlation between breastfeeding and maternal health status. Einstein (São Paulo), 11(2), 180-185.