• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS SURAT AL- ADIYAT DAN AL-INSYIRAH MELALUI MODEL CARD SORT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS SURAT AL- ADIYAT DAN AL-INSYIRAH MELALUI MODEL CARD SORT"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Islamiyah Purworejo Bonang Demak ) Tahun Pelajaran 2010/2011

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh : AGUS LATIF NIM : 073111540

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)

PENGESAHAN Nama : Agus Latif

NIM : 073111540

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Surat Al-‘Adiyat dan Al-Insyirah melalui Model Card Sort (Studi Tindakan pada Kelas IV MI Raudlatul Islamiyah Purworejo Bonang Demak) Tahun Pelajaran 2010/2011.

Telah dimunaqosahkan oleh dewan penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus pada tanggal 19 Juni 2011.

Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Strata 1 tahun akademik 2010/2011.

(3)
(4)

xi

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi dalam referensi yang penulis jadikan rujukan.

Semarang, Juni 2011 Deklarator,

Agus latif

(5)

xii

Demak ) Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang : Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2011.

Sebagai peneliti adalah Agus Latif dan sebagai kolaborator adalah Muhammad Yasin, S.Pd.I. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran selama ini yang dialami oleh siswa kelas IV MI Raudlatul Islamiyah Purworejo Bonang Demak dengan metode pembelajaran konvensional (ceramah) tidak membuahkan hasil yang optimal, sehingga banyak siswa nilai hasil belajarnya masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 60. Dan sebagai refleksi dari permasalahan tersebut, maka peneliti menerapkan metode pembelajaran baru yaitu pembelajaran kooperatif model Card Sort. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar motivasi belajar siswa dengan model card sort pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Raudlatul Islamiyah Purworejo Bonang Demak tahun pelajaran 2010/2011.

Hasil penelitian dari siklus I, II, dan III menunjukkan adannya peningkatan. Hasil belajar kognitif siswa pada pra siklus diperoleh nilai rata-rata 49,44 dengan siswa yang tuntas 14 dari 30 siswa. Kemudian pada siklus I meningkat sedikit yaitu nilai rata-rata siswa 76,4 dengan siswa yang tuntas 26 dari 30 siswa. Pada siklus II nilai rata-rata meningkat lagi menjadi 80,13 dengan siswa yang tuntas 27 dari 30 siswa. Dan pada siklus III nilai rata-rata meningkat lagi menjadi 82,46 dengan siswa yang tuntas 29 dari 30 siswa.

Hasil angket siswa yang telah dijawab dari 30 responden tentang motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, pada siklus I yaitu 79,7 % (tergolong kuat). Pada siklus II meningkat menjadi 80,2 % (tergolong sangat kuat). Dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 82,3 % (tergolong sangat kuat).

Hasil belajar afektif siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 53,70 (tergolong kurang) siswa yang tuntas 8 dari 30 siswa. Pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 68,89 (tergolong cukup) siswa yang tuntas 18 dari 30 siswa. Dan pada siklus III nilai rata-rata meningkat lagi menjadi 77,77 (tergolong baik) siswa tuntas semua.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa melalui model card sort dapat meningkatkan motivasi belajar siswa baik pada ranah kognitif maupun afektif. Pembelajaran melalui model card sort diharapkan dapat dikembangkan sebagai alternatif model pembelajaran pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits.

(6)

xiii

…

















Artinya: “ Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat“

(QS. Al Mujadalah: 11).1

1 Muhammad Shohib Thohir, dkk, Al-Qur’an Terjemah Perkata, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2007), hlm. 543.

(7)

xiv

1. Bapak dan ibuku tercinta, yaitu bapak Abdul Adhim dan ibu Muzajanah. 2. Isteriku tersayang yang bernama Nurul Khikmah.

3. Anakku tersayang yang bernama Ahmad Rafi Briliansyah. 4. Keluarga besar bapak Muhammad Ali.

5. Semua pihak yang terlibat dalam skripsi ini. 6. Pembaca yang budiman.

(8)

xv bermakna dalam menjalani hidup ini.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi semua umat, keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau, dan berharap semoga kita mendapat syafaat di hari akhir nanti.

Terimakasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga, terutama kepada:

1. Dr. Suja’i selaku dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah merestui pembahasan skripsi ini.

2. Ahmad Muthohar, M.Ag. selaku ketua program kualifikasi.

3. Drs. Karnadi Hasan, M.Pd. selaku pembimbing, atas saran, arahan, bimbingan dan keihlasan hati serta kebijaksanaannya meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Fatah Syukur, M.Ag. selaku dosen wali, terimakasih atas bimbingannya selama menjadi mahasiswa di Fakultas Tarbiyah.

5. Segenap bapak dan ibu dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang telah membekali berbagai pengetahuan dan pemahaman, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Mustain, S.Pd.I selaku kepala MI Raudlatul Islamiyah purworejo Bonang Demak, yang telah memberikan tempat untuk melakukan penelitian.

7. Isteri dan anakku tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual dengan ihlas dan penuh kasih sayang.

8. Teman-temanku semua mahasiswa kualifikasi yang telah andil memberikan nuansa baru dalam perkuliahan.

(9)

xvi oleh Allah SWT.

Pada akhir penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amiin.

Semarang, Juni 2011 Penulis,

Agus Latif NIM. 073111540

(10)

xvii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

DEKLARASI ... iv

ABSTRAK ... vi

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 4 C. Pembatasan Masalah ... 4 D. Rumusan Masalah ... 5 E. Tujuan Penelitian ... 5 F. Kajian Pustaka ... 5 G. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II :LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Landasan Teori ... 8 1. Motivasi ... 8 2. Belajar ... 12 3. Prinsip-prinsip Belajar ... 15 4. Teori-teori Belajar ... 17 5. Hasil Belajar ... 21 B. Pembelajaran Kooperatif ... 23

(11)

xviii

D. Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits... 26

1. Pengertian Al-Qur’an Hadits ... 26

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Al-Qur’an Hadits ... 26

E. Kerangka Berpikir ... 27

F. Hipotesis Tindakan... 27

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Setting dan Subyek Penelitian ... 28

B. Kolaborator ... 28

C. Metode Penelitian... 28

1. Pengertian PTK. ... 29

2. Tahap-tahap PTK. ... 31

3. Tujuan dan Manfaat PTK ... 31

4. Pelaksanaan PTK ... 32

D. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 33

1. Siklus I. ... 34

2. Siklus II. ... 36

3. Siklus III ... 36

E. Metode Pengumpulan Data ... 37

F. Teknis Analisis Data ... 39

G. Indikator Keberhasilan ... 39

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Siklus ... 40

B. Hasil Penelitian ... 40

1. Siklus I... 40

2. Siklus II. ... 43

3. Siklus III ... 46

(12)

xix

BAB V : KESIMPULAN, SARAN, PENUTUP

A. Kesimpulan ... 54 B. Saran ... 54 C. Penutup ... 55 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xx Tabel 4.2 ... 42 Tabel 4.3 ... 42 Tabel 4.4 ... 44 Tabel 4.5 ... 45 Tabel 4.6 ... 45 Tabel 4.7 ... 47 Tabel 4.8 ... 47 Tabel 4.9 ... 48

(14)

xxi Gambar 4.1 ... 49 Gambar 4.2 ... 51 Gambar 4.3 ... 51 Gambar 4.4 ... 52 Gambar 4.5 ... 53

(15)

xxii Lampiran 3 : Kisi-Kisi Tes Siklus I Lampiran 4 : Kisi-Kisi Tes Siklus II Lampiran 5 : Kisi-Kisi Tes Siklus III Lampiran 6 : Kisi-Kisi Angket

Lampiran 7 : Item Pernyataan Angket

Lampiran 8 : Intsrumen Penilaian Motivasi Siswa Lampiran 9 : RPP Siklus I

Lampiran 10 : RPP Siklus II Lampiran 11 : RPP Siklus III Lampiran 12 : Soal Siklus I

Lampiran 13 : Kunci Jawaban dan Skor Soal Siklus I Lampiran 14 : Soal Siklus II

Lampiran 15 : Kunci Jawaban dan Skor Soal Siklus II Lampiran 16 : Soal Siklus III

Lampiran 17 : Kunci Jawaban dan Skor Soal Siklus III

Lampiran 18 : Rekapitulasi Jawaban Angket Responden Siklus I Lampiran 19 : Rekapitulasi Jawaban Angket Responden Siklus II Lampiran 20 : Rekapitulasi Jawaban Angket Responden Siklus III Lampiran 21 : Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I Lampiran 22 : Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus II Lampiran 23 : Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus III Lampiran 24 : Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I Lampiran 25 : Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II Lampiran 26 : Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus III Lampiran 27 : Foto-foto Pembelajaran

Lampiran 28 : Piagam KKN

(16)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, social, sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang akan sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap, dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan transisi yang masih mencari identitas diri.1

Al-Syaibaniy, seperti dikutip oleh Samsul Nizar mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.2 “ Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal “.3

Selama ini, metodologi pembelajaran yang diterapkan masih menggunakan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah dan menghafal. Cara-cara seperti itu diakui atau tidak membuat siswa tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar agama.4

1 Abdul Hamid dan Kadir Djaelani (eds.), Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Depag RI, (Jakarta : Direktorat Jenderal Perkembangan Agama Islam, 2003), hlm. 10.

2 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 31. 3 Ibid., hlm. 32.

4 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : RaSAIL, 2009), hlm. 3-4.

(17)

digunakan guru, maka dengan sendirinya siswa akan memberikan umpan balik (feed back) psikologis yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Inilah yang oleh Kurt Singer seperti dikutip oleh Ismail SM disebut sebagai bentuk pedagogi hitam. Indikasinya adalah timbul rasa tidak simpati siswa terhadap guru agama, tidak tertarik dengan materi-materi agama, dan lama kelamaan timbul sikap acuh tak acuh terhadap agamanya sendiri. Kalau kondisinya sudah seperti itu, sangat sulit mengharapkan siswa sadar dan mau mengamalkan ajaran-ajaran agama.5 Dari situlah maka penulis berupaya merefleksi terhadap metode yang lama diganti dengan metode yang baru, yaitu metode pembelajaran kooperatif jenis Card Sort.

Karp dan Yoels (2002) seperti dikutip oleh Isjoni menyatakan bahwa strategi yang paling sering dilakukan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan diskusi kelas. Namun dalam kenyataannya, strategi ini tidak efektif karena meskipun guru sudah mendorong siswa untuk aktif dalam berdiskusi, kebanyakan siswa hanya diam menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh beberapa siswa saja.6

Salah satu metode pembelajaran yang berkembang saat ini adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini menggunakan kelompok – kelompok kecil sehingga siswa – siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi dalam belajar. 7

Koes (2003) seperti dikutip oleh Isjoni menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan kearah pencapaian hasil yang diinginkan. Dalam pembelajaran

5 Ibid.

6 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 19 – 20. 7

(18)

diantaranya adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang sengaja diajarkan. Keempat elemen tersebut tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran kooperatif karena sangat mempengaruhi kesuksesan dari pembelajaran kooperatif sendiri.8 “Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu : 1) Penjelasan materi; 2) Belajar dalam kelompok; 3) Penilaian; dan 4) Pengakuan tim”.9

Pembelajaran sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari landasan dan mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pembelajaran merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat. Landasan tersebut adalah Al-qur‟an surat Al-„Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :

َقَلَخ ْيِذَلّا َكِّبَر ِنْساِب ْأَزْقِا

(

)

ٍقَلَع ْنِه َناَسْنِاْلّا َقَلَخ

(

)

ُمَزْكَلاْا َكُبَرَو ْأزْقِا

(

)

ِنَلَقلّاِب َنَلَع ْيذَلّا

(

)

ْنَلْعَي ْنَلّ اَه َناَسْنِلاْا َنَلَع

(

)

”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling sempurna (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”10

Tanggung jawab guru yang terpenting ialah merencanakan dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Guru harus membimbing murid agar mereka memperoleh keterampilan-keterampilan, pemahaman,

8 Ibid.

9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 248.

10 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Perkata, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2007), hlm. 597.

(19)

perkembangan sikap yang serasi.11

Lima ayat tersebut di atas merupakan ayat pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW yang diantaranya berbicara tentang perintah kepada semua manusia untuk selalu menelaah, membaca, belajar, dan observasi ilmiah tentang penciptaan manusia sendiri. Ayat tersebut mengandung perintah membaca, yaitu membaca teks secara verbal dan non verbal. Juga perintah untuk menulis dengan perantaraan qalam (pena). Ini jelas menunjukkan perintah untuk mengadakan pembelajaran.12

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah dalam pembelajaran Al-Qur‟an Hadits di MI Raudlatul Islamiyah Purworejo Bonang Demak adalah:

a. Guru belum menerapkan metode pembelajaran yang aktif dan inovatif. b. Metode yang kurang tepat, menjadikan pembelajaran Al-Qur‟an Hadits

menjadi membosankan.

c. Siswa kurang terampil dan aktif dalam proses pembelajaran.

d. Hasil belajar siswa masih rendah atau dibawah KKM yang ditetapkan. C. Pembatasan Masalah

Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur‟an Hadits di MI Raudlatul Islamiyah Purworejo Bonang Demak memerlukan model pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini adalah pada peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits dengan materi pokok surat Al-„Adiyat dan surat Al-Insyirah melalui model Card Sort pada kelas IV.

11 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 127. 12

(20)

Dari uraian di atas, maka dapat ditemukan rumusan masalahnya adalah : Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa kelas IV MI Raudlatu Islamiyah Purworejo Bonang Demak melalui model Card Sort ?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitiannya adalah :

1. Ingin mengetahui seberapa besar motivasi belajar siswa dengan metode Card Sort.

2. Ingin mengetahui seberapa tinggi hasil penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari melalui model Card Sort ini.

F. Kajian Pustaka

Dari uraian tersebut di atas, maka penulis berusaha merefleksi bagaimana caranya agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk itu penulis mencoba mengganti metode yang lama dengan metode pembelajaran yang baru yakni model Card Sort. Alasan penulis memilih model ini karena dianggap relevan dengan pokok bahasan maupun kondisi siswanya serta sudah ada yang membuktikan bahwa model Card Sort ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Peneliti yang sudah ada diantaranya:

Pertama, penelitian dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Sangidin (073111435) dengan judul ”Efektifitas Metode Card Sort dalam Mengupayakan Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Al-Qur‟an Pada Mata Pelajaran Al-Qur‟an Hadits Kelas V di MI Ma‟arif 11 Pucung Kidul Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap”. Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa kegiatan pembelajaran dengan metode Card Sort dapat memunculkan keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Alqur‟an hadits di MI Ma‟arif 11 Pucung Kidul Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. Sebelum diupayakan model Card Sort, KKM hanya 37,5 %. Setelah adanya Card Sort

(21)

meningkat lagi menjadi 93,75 %.13

Kedua, penelitian dalam bentuk skripsi yang ditulis oleh Ngesti Sulistianingsih (073111456) dengan judul ”Penerapan Strategi Card Sort dalam Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Bagi Siswa Kelas V di MI Ma‟arif Wanurejo Borobudur”. Dalam penelitian ini ditemukan hasil yaitu:

a. Metode ini membantu mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. b. Setelah menggunakan strategi Card Sort ini hasil belajar siswa meningkat

pada siklus I adalah 46 % dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 98 %.14

Penulis mencoba untuk mengembangkan model Card Sort yang sudah ada, mudah-mudahan dapat memberi kontribusi bagi siswa, guru, sekolah maupun orang tua siswa khususnya pada kelas IV MI Raudlatul Islamiyah Purworejo Bonang Demak.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah :

1. Bagi Siswa

a. Kompetensi siswa dibidang AlQur‟an Hadits, khususnya pada materi pokok surat Al-‟Adiyat dan Al-Insyiraah dapat dicapai.

b. Menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajarnya menjadi lebih baik.

c. Membiasakan siswa aktif dalam proses pembelajaran. 2. Bagi Guru

a. Adanya inovasi model pembelajaran Al-Qur‟an Hadits yang menitikberatkan pada penerapan model Card Sort.

13 Sangidin (073111435), Efektifitas Metode Card Sort Dalam Mengupayakan Peningkatan

Kemampuan Baca Tulis Al-qur’an Pada Mata Pelajaran Al-qur’an Hadits Kelas V MI Ma’arif 11 Pucung Kidul Kroya Cilacap, (Semarang: Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009).

14 Ngesti Sulistianingsih (073111456), Penerapan Strategi Card Sort Dalam Upaya

Peningkatan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Bagi Siswa Kelas V Di MI Ma’arif Wanurejo Borobudur, (Skripsi: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009).

(22)

c. Memotivasi guru-guru yang lain di MI Raudlatul Islamiyah Purworejo Bonang Demak untuk menerapkan model-model pembelajaran yang baru guna meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Bagi Sekolah

a. Diperoleh panduan inovatif model pembelajaran Card Sort yang diharapkan dapat dipakai untuk kelas yang lain.

b. Dapat memberikan sumbangsih dalam perbaikan pembelajaran pada masa yang akan datang.

c. Melalui peningkatan kualitas pembelajaran diharapkan MI Raudlatul Islamiyah Purworejo Bonang Demak dapat berkembang lebih baik.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori 1. Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku teertentu.1

“Menurut Mc. Donald seperti dikutip oleh Oemar Hamalik : motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.”2

Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan dua macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri invidu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Sedangkan motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terhadap minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya. Motif intrinsik lebih kuat dari pada motif ekstrinsik. Oleh karena itu, pendidikan harus berusaha menimbulkan motif yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam

1 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan pengukurannya, (Jakarta: Bumi aksara, 2009), hlm.3

2

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 158

(24)

bentuk tujuan intruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.3

Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain:

a. Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya.

b. Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya.

c. Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun akademis.

d. Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya. e. Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sikap pengabdian kepada

profesinya sebagai pendidik.4

Motivasi intrinsik berisi: (1) penyusaian tugas dengan minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3) umpan balik atas respons siswa, (4) kesempatan peserta didik yang aktif, (5) kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya, dan (6) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. 5

Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi, ialah: (1) Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang akan membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan lain pada seseorang; (2) kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk dapat dipercaya, dapat

3 Hamzah B. Uno, op.cit., hlm. 4. 4 Ibid.

5

(25)

dilihat keguanaannya dalam memperkirakan dan menjelaskan tingkah laku lainnya.6

Motivasi memiliki fungsi diantaranya adalah sebagai berikut: a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi

maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.7

Motivasi sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecerdasan, dan umpan balik/penguatan. Misalnya, seseorang harus cukup dimotivasi untuk memerhatikan diri ketika pembelajaran berlangsung; kecemasan bisa menurunkan motivasi kita untuk belajar. Menerima sebuah imbalan atau umpan balik untuk satu aksi biasanya meningkatkan kemungkinan bahwa aksi tersebut akan diulang lagi. Weiner (1990) seperti dikutip oleh Mark K. Smith, “menunjukkan bahwa teori-teori perilaku cenderung terfokus pada motivasi ekstrinsik (yaitu, imbalan) ketika teori-teori kognitif mengahadapi motivasi intrisik (yaitu tujuan-tujuan).”8

Dalam kebanyakan bentuk teori perilaku, motivasi merupakan sebuah fungsi kendalu utama seperti lapar, seks, tidur, atau rasa nyaman. Menurut teori reduksi kendali-nya Hull seperti dikutip oleh Mark K. Smith, pembelajaran mengurangi kendali dan karenanya motivasi menjadi esensial bagi pembelajaran. “Tingkat pembelajaran yang tercapai bisa dimanipulasi oleh kekuatan kendali dan motivasi yang mendasarinya.”9

Ada bermacam-maam teori motivasi, salah satu teori yang terkenal kegunaannya memenangkan motivasi siswa adalah yang dikembangkan

6

Oemar hamalik, loc. Cit., 7 Ibid, hlm 161

8 Mark K. Smith, Teori Pembelajaran dan Pengajaran, Penerjemah Abdul Qodir Shaleh, (Yogyakarta: Mirza Media Pustaka, 2009), hlm. 19.

9 Ibid.

(26)

oleh Maslow (1943, 1970). Maslow percaya bahwa tingkah laku manuasia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan Fisiologis b. Kebutuhan rasa aman c. Kebutuhan rasa cinta d. Kebutuhan penghargaan e. Kebutuhan aktualisasi diri

f. Kebutuhan mengetahui dan mengerti

g. Kebutuhan estetik (kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan).10

Banyak teori motivasi yang didasarkan dari asas kebutuhan (need). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat memenuhinya. Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti (1) keinginan yang hendak dipenuhinya; (2) tingkah laku; (3) tujuan; (4) umpan balik.

Proses interaksi ini disebut sebagai produk motivasi dasar (basic motivations process), dapat digambarkan dengan model proses seperti berikut:

10 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 171-172.

Need desires,

or expectation Behavior

Feedback Goals

(27)

Dari definisi diatas, dapat diketahui bahwa motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.11

Perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar. Motivasi yang terbentuk dari luar bersifat pada perkembangan kebutuhan psikis atau rohaniah. 12

2. Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu prosses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.13

Beberapa pengertian belajar yang lain dapat kita lihat sebagai berikut:

1). Belajar adalah perubahan dalam keperibadian yang manifestasikan sebagai pola-pola respons yang baruberbentuk keterampilan, pengetahuan dan kecakapan.

2). Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru.

11 Hamzah B. Uno, op. cit., hlm. 5-6.

12 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 5, hlm. 152.

13

(28)

3). Belajar adalah proses munculnya atau berubahnya suatu perilaku karena adanya respons terhadap suatu situasi.

4). Belajar adalah perubahan perilaku yang relative menetap sebagai hasil dari pengarahan.14

Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar seperti dikutip oleh Agus Suprijono sebagai berikut:

1). Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

2). Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. 3). Cronbanch

Learning is shown by change in behavior as result of experience (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman) 4). Harold Spears

Learning is to observe, toread, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu).15

Sedangkan menurut Clifford T. Morgan mengemukakan belajar dengan “Learning is any relatively permanent change in behavior which occurs as a result of experience or practice”. (Belajar adalah setiap perubahan relatif tetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari pengalaman dan latihan).16

14

Pupuh fathurrahman, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia), cet. 1, hlm. 61. 15 Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet. 2, hlm. 2

16 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: MC. Grow-Hill, 1971), hlm. 63.

(29)

Menurut Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid mendefinisikan belajar sebagai berikut:

Sesungguhnya belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) si pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru.

Diantara ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar sebagai berikut:

1). Perubahan terjadi ssecara sadar. Melaksanakan bahwa seseorang yang belajar akan menyadari adanya perubahan yang ada dalam dirinya.

2). Perubahan yang bersifat kontinyu dan fungsional. Maksudnya bahwa perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis.

3). Perubahan yang bersifat aktif dan positif. Perubahan bersifat positif maksudnya bahwa perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan bersifat aktif maksudnya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. 4). Perubahan bukan bersifat sementara. Maksudnya perubahan yang

terjadi harus bersifat menetap dan permanen.

5). Perubahan bertujuan atau terarah. Maksudnya perubahan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang ditetapkan.

6). Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Maksudnya bahwa perubahan itu akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh baik dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.18

Abin syamsuddin Makmum seperti dikutip oleh Pupuh Fathurrahman, menyebutkan bahwa perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk sebagai berikut:

1). Infomasi Verbal, yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.

2). Kecakapan intelektual, yaitu keterampilan invidu dalam melakukakan interkasi dengan likungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya penggunaan simbol matematika.

17 Shaleh Abdul Aziz, At-Tarbiyah Wa Thurrught tadris, Juz I, (Mesir: Darul Ma‟arif), hlm. 169.

18

(30)

3). Strategi Kognitif, yaitu kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dengan kata lain, yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berpikir untuk memperoleh aktivitas yang efektif.

4). Sikap, yaitu pembelajaran berupa kecakapan individu untuk memilih jenis tindakan yang akan dilakukan

5). Kecakapam Motorik, yaitu hasil belajar berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.19

b. Prinsip-Prinsip Belajar

William Burton seperti dikutip oleh Oemar Hamalik, menyimpulkan tentang prinsip-prinsip belajar antara lain sebagai berikut:

1). Proses belajar ialah pengalaman, bernuat, mereaksi, dan melampaui (under going).

2). Proses melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.

3). Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.

4). Pengalaman belajar belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinyu.

5). Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.

6). Proses belajar dan hasul usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid. 7). Proses belajar berlangsung secara efektif apabila

pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil.

8). Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.

9). Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur..

10). Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah.

11). Proses belajar berlangsung secara efektif dibawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.

12). Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.20

Dalam buku yang lain disebutkan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah:

1). Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.

19 Pupuh Fathurrahman, op.cit., hlm. 65-66. 20

(31)

a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan bimbingan untuk mencapai tujuan intruksional.

b) Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional.

c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya berekplorasi dan belajar dengan efektif.

d) Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya. 2). Sesuai hakikat belajar

a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery.

c) Belajar adalah proses kontinguinitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.21

3). Sesuai materi/bahan ajar yang harus dipelajari

a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya. 4). Syarat keberhasilan belajar

a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa belajar dengan tenang.

b) Repetisi, dalam proses belajar mengajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian / keterampilan / sikap itu mendalam pada siswa.22

c. Jenis-Jenis Belajar

Muhammad athiyah Al-Abrosyi seperti dikutip oleh Mustaqim, membagi jenis-jenis belajar menjadi tiga kelompok, yaitu:

1). Durusul Ma‟lumat (belajar pengetahuan) 2). Durusul Maharot (belajar keterampilan)

3). Durusul Tarqiyatidz dzangi wal wujdan (belajar perasaan dan hati)

21 Slameto, op.cit., hlm. 27-28. 22

(32)

Sedangkan menurut Dr. Muhammad Al-Hadi Afify seperti oleh Mustaqim, belajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

1). Al-„Aqliyah (Akal) 2). Al-Khuluqiyyah (Akhlak) 3). Al-Jismaniyyah (Fisik) 4). Al-Ijtima‟iyyah (Sosial)23

Dalam buku yang lain disebutkan bahwa jenis-jenis belajar adalah sebagai berikut:

1). Belajar bagian (part learning). Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri.

2). Belajar dengan wawasan (learning by insight).

3). Belajar diskriminatif (discriminatif learniang). Diskriminatif ini diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi atau stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

4). Belajar Global / keseluruhan (global whole learning).

5). Belajar incidental (incidental learning). Maksudnya belajar bila tidak ada intruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak.

6). Belajar instrumental (instrumental learning). Maksudnya belajar dalam rangka membentuk tingkah laku.

7). Belajar intensional (intentional learning). Yaitu belajar dalam menentukan arah / tujuan.

8). Belajat Laten (latent learniang). Maksudnya, bahwa perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera. 9). Belajar Mental (mental learning)

10). Belajar Produktif (productive learning)

11). Belajar Verbal (verbal learning). Maksudnya, belajar mengenai materi melalui latihan dan ingatan.24

d. Teori-Teori Belajar 1). Teori Perilaku

Teori Perilaku berakar pada pemikiran behaviorisme. Dalam perspektif behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas (respons). Pembelajaran merupakan proses pelaziman

23 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, ( Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo, 2009), hlm. 40-41.

24

(33)

(pembiasaan). Hasil pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan.

Teori perilaku sering disebut stimulus-respons (S-R) psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan olen ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan erat antara reaksi-rekasi behaviorial dengan stimulinya.

Perilaku dalam pandangan behaviorisme dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui proses mental. Menurut behaviorisme, perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat secara langsung.25

Tokoh-tokoh teori perilaku/behaviorisme seperti dikutip oleh Mustaqim antara lain: Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, Skinner, dan Bandura.

Ciri-ciri aliran Behaviorisme ini antara alin: a) Mementingkan pengaruh lingkungan.

b) Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan. c) Mementingkan reaksi/psikomotor.

d) Mementingkan sebab-sebab masa lampau. e) Mementingkan pembentukan kebiasaan.

f) Mengutamakan terjadinya mekanisme terjadinya hasil belajar. g) Mengutamakan trial and error.26

2). Teori Mental State

Teori ini berpangkal pada psikologi asosiasi yang dikembangkan oleh J. Herbart yang pada prinsipnya, jiwa manusia terdiri dari kesan-kesan/tanggapan-tanggapan yang masuk melalui penginderaan. Kesan-kesan itu berasosiasi satu sama lain dan membentuk mental atau kesadaraan manuasia. Tambah kuat asosiasi itu, makin lama kesan-kesan itu tinggal jiwa kita.

25 Agus Suprijono, op.cit., hlm. 17 26

(34)

kesan itu akan mudah diungkapkan kembali (reproduksi) apabila kesan-kesan itu tertanam dengan kuat dalam ruang kesadaran. Dan sebaliknya apabila kesan-kesan itu lemah maka akan lebih mudah lupa. Jadi, yang penting menurut teori ini adalah bahan-bahan atau materi yang disampaikan kepada seseorang.27

3). Teori Gestalt

Dalam teori belajar ini yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh respons yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus diperingati, tetapi mengerti atau memperoleh insight (wawasan).28

4). Teori Kognitif

Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behaviorial meskipun hal-hal yang bersifat behavorial lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku individu bukan semata-mata respons terhadap yang ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur otaknya. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perseptual. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.29

Paul Suparmo seperti dikutip oleh Agus Suprijono, menggambarkan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget sebagai berikut:

27 Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 37. 28 Slameto, op.cit., hlm. 9.

29

(35)

TAHAP UMUR CIRI POKOK PERKEMBANGAN

Sensorimotor 0 – 2 tahun Berdasarkan tindakan langkah demi langkah

Praoperasi 2 – 7 tahun Penggunaan symbol/bahasa/tanda konsep intiutif

Operasi

Konret 8 – 11 tahun Pakai aturan jelas/logis Operasi

Formal

11 tahun ke atas

Hipotesis, abstrak, deduktif dan induktif

Logis dan probabilitas Tabel 2.1 Tabel Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif yang digambarkan piaget merupakan proses adaptasi intelektual.30

Ada tiga tahapan dalam teori Brunner tentang perkembangan intelektual adalah:

a. Enactive, dimana seseorang belajar tentang dunia melaui aksi-aksi terhadap objek.

b. Iconic, dimana pembelajaran terjadi melalui pengunaan model-model dan gambar-gambar.

c. Symbolic, yang menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah-istilah yang abstrak.31

5). Teori Kontruktivisme

Gagasan kontruktivisme mengnai mengenai pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan kontruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan

struktur yang perlu untuk pengetahuan.

30 Ibid, hlm. 23. 31

(36)

c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku dalam berhadapan denga pengalaman-pengalaman sesorang.

Pengetahuan adalah factum (apa yang dibuat), et verum (apa yang diketahui), convertuntur (adalah satu terhadap lainnya). Pengetahuan itu dikonstruksikan (dibangun), bukan dipersepsi secara langsung oleh indera. Semua pengetahuan, tidak peduli bagaimana pengatahuan itu didefinisikan, terbentuk didalam otak manusia, dan subyek yang berpikir tidak memiliki alternatif mengontruksikan apa yang diketahuinya berdasarkan pengalamannya sendiri. Semua pikiran orang didasarkan pada pengalamannya sendiri, sehingga bersifat subjektif.32

Sedangkan teori belajar menurut B.F. Skinner (1904) seperti dikutip oleh Arno F. Wittig: behavior can be manipulated

by managing reinforcement conditions. (perilaku dapat

dimanipulasi dengan mengatur kondisi-kondisi penguatan).33 e. Hasil Belajar

Dalam kitab Ta‟lim Muta‟alim bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada enam, yaitu:

Ingatlah sesungguhnya engkau tidak akan memperoleh ilmu kecuali memenuhi syarat enam perkara yang akan aku terangkan secara singkat, yaitu cerdas, semangat, sabar, mempunyai bekal, petunjuk guru, dan waktu yang panjang.

32 Agus Suprijono, op.cit., hlm. 29-30.

33 Arno F. Wttig, Psychology of Learning, (USA: McGraw-Hill, Inc., 1981), hlm. 18. 34 Syekh Ibrahim, Syekh Zarnuji, Syarah Ta’lim Muta’lim, (Surabaya: Darul Kitab Al Islami), hlm. 15.

(37)

Menurut Gagne seperti dikutip oleh Agus Suprijono, bahwa hasil belajar dapat berupa:

1). Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengatahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2). Keterampilan intelektual yaitu kemampuan memperoleh mempresentasikan konsep dan lambang.

3). Strategi Kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya.

4). Keterampilan Motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5). Sikap yaitu kemampuan menerima taua menolak obyek berdasarkan tobyek tersebut.

Sedangkan menurut Bloom seperti dikutip oleh Anas Sudijono, hasil belajar mencakup tiga kemampuan yaitu: (1) Ranah proses berpikir (cognitive domain), (2) Ranah nilai atau sikap (affective domain), dan (3) Ranah keterampilan (psychomotor domain).35

Kemampuan Kognitif yaitu kemampuan yang berorientasi pada berpikir intelektual dari yang paling sederhana sampai yang kompleks. Kognitif ini meliputi: konwlegde (menyebut ulang atau menghafal), comprehension (menjelaskan dengan bahasa sendiri), analysis (menguraikan), syntesis (merangkum sesuatu yang terpisah-pisah menjadi satu), evaluation (merangkum atau menguraikan fenomena berdasar perspektif atau kepentingan).36

Menurut Spencer Lyle M. , the cogintive competencies function as an intellectual version of initiatif : the indivuduals working to come to an understanding of situation, task problem, opportunity, or body of

35 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 49.

36 Bermawi Munthe, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), hlm. 36.

(38)

knowledge.37(Fungsi kompetensi kognitif sebagai sebuah versi intelektual dari inisiatif; pekerjaan perorangan untuk mengerti tentang sebuah situasi, permasalahan, kesempatan, atau kerangka pengetahuan).

Kemampuan afektif yaitu kemampuan yang berorientasi pada perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap. Sedangkan kemampuan psikomotorik yaitu keterampilan motorik fisik, yaitu kemampuan yang berhubungan dengan anggota badan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot yang didukung oleh perasaan dan mental.38

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.39

Pembelajaran Kooperatif membuka peluang bagi upaya mencapai tujuan meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. Menurut Stahl (2000) seperti dikutip oleh Isjoni, “The cooperative behavior and attitudes that contributed to the success and or failure of these groups”. Dalam kelompok ini mereka bekerja tidak hanya sebagai kumpulan individual tetapi merupakan suatu tim kerja yang tangguh. Seorang anggota kelompok bergantung kepada anggota kelompok lainnya. Seorang yang memiliki keunggulan tertentu akan membagi keunggulannya dengan lainnya.40

37 Spencer, Lyle M., Competence at Work, (Canada: John Wiley & Sons, 1993), hlm. 67. 38 Bermawi Munthe, op.cit., hlm. 37.

39 Agus Suprijono, op.cit., hlm. 54-55. 40

(39)

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif, karena mereka menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif.

Bennet (1995) seperti dikutip oleh Isjoni, menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:

a. Positive Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari oleh adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.

b. Interaction Face to Face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.

c. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok.

d. Membutuhkan keluwesan.

e. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).41

C. Model Card Sort

1. Pengertian Model Pembelajaran

“Model adalah sebuah gambaran mental yang membantu kita memahami sesesuatu yang tidak bisa kita lihat atau alami secara langsung”.42

Mills berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model

41 Ibid, hlm 59-60. 42

(40)

merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.

Model Pembelajaran adalah pola yang digunakan pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arends seperti dikutip oleh Agus Suprijono, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.43

2. Penerapan Card Sort

Card Sort (menyortir kartu) langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok sesuai Kompetensi Dasar (KD) / Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran (jumlah kartu sama dengan jumlah murid, kartu terdiri dari kartu induk dan kartu rincian)

b. Seluruh kartu diacak/dikocok agar campur.

c. Membagikan kartu kepad murid, masing-masing mendapat satu kartu. d. Memerintahkan setiap murid bergerak mencari kartu induknya dengan

mencocokkan kepada teman sekelasnya.

e. Setelah kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu, memerintahkan masing-masing membentuk kelompok dan menempelkan hasilnya dipapan tulis secara urut.

f. Melakukan koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan hasilnya.

g. Menyuruh salah satu penganggung jawab kelompok untuk menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian meminta komentar dari kelompok lainnya.

43

(41)

h. Memberikan apresiasi setiap hasil kerja murid.

i. Melakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut.44 D. Mata Pelajaran Al-Qur’an hadits

1. Pengertian Al-Qur‟an dan Hadits

“Al-Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia.45 Sedangkan hadits menurut Jumhurul Muhadditsin ialah:

اَهَوْحَن ْوَا اًرْيِرْقَت ْوَا ًلاْعِف ْوَا ًلاْوَق َمَلَسَو ِهْيَلَع ُللها َىّلَص ِيِّبَنّلِل َفْيِضُ أ اَم

.

Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan yang sebagainya.46

2. Tujuan dan Ruang LingkupAl-Qur‟an Hadits

Tujuan mata pelajaran Al-Qur‟an di Madrasa Ibtidaiyah adalah sebagai berikut:

a. Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca al-Qur‟an dan hadits.

b. Memberikan pengertian, pemahaman, pengahayatan isi kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadits melalui keteladanan dan pembiasaan. c. Membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan berpedoman

pada isi kandungan ayat al-Qur‟an dan hadits. 47

Sedangkan menurut ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur‟an dan Hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan dasar membeca dan menulis al-Qur‟an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

44 Ismail SM., StrategiPembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL, 2008), hlm. 88-89.

45 Ahmad Syadali, Ahmad Rof‟i, Ulumul qur’an I, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 11.

46 Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits, (Bandung: Al-Ma‟arif. 1991), cet. 6, hlm. 6

47Permenag RI Nomor 2, Tentang Standar KompetensiKelulusan dan Standar isi PAI dan

(42)

b. Hafalan surat-surat pendek dalam al-Qur‟an dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. c. Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan

menganai hadits yang berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, taqwa, menyayangi anak yatim, shalat berjama‟ah, cirri-ciri orang munafiq, dan amal sholeh. 48

E. Kerangka Berpikir

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut diatas, bahwa semangat belajar siswa khususnya pada kelas IV MI Raudlatul Islamiyah Purworejo Bonang Demak kurang termotivasi. Dengan demikian, melalui pembelajaran kooperatif jenis Card Sort diharapkan siswa/peserta didik akan lebih termotivasi belajarnya dan juga komunikasi antar peserta didik yang diperoleh dari kerja kelompok dapat terjalin dengan baik.

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.49

Berdasarkan kerngka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan kelas dari penelitian adalah siswa kelas IV MI Raudlatul Islamiyah Purworejo Bonang Demak dapat meningkatkan motivasi belajar khususnya pada mata pelajaran Qur‟an Hadits dengan materi pokok surat „adiyat dan Al-Insyiraah.

48Ibid, hlm. 23

49 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. 8, hlm. 64.

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada saat semester pertama yaitu bulan juli sampai Agustus tahun pelajaran 2010/2011 di MI Raudlatul Islamiyah Purworejo Bonang Demak. Adapun subyek penelitian ini adalah kelas IV dengan jumlah siswa 30 yang terdiri dari 13 siswa putra dan 17 siswa putri. B. Kolaborator

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, kolaborasi atau kerjasama antara guru dan peneliti menjadi hal yang penting terutama dalam pemahaman, kesepakatan, tentang permasalahan dan pengambilan keputusan yang melahirkan kesamaan tindakan. Kegiatan kolaborasi dilakukan agar dapat meringankan dan membantu peneliti untuk mencari jalan keluar permasalahan yang ada di kelas.

Dalam hal ini yang bertindak sebagai kolaborator adalah teman guru sendiri yaitu Muhammad Yasin, S.Pd.I, karena beliau sudah berpengalaman diharapkan dapat memberikan masukan-masukan demi tercapainya perbaikan pembelajaran selama penelitian dilaksanakan.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas atau PTK. Adapun penjelasan mengenai PTK sebagai berikut: 1. Pengertian PTK

Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Penelitian tindakan kelas dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung didalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.

a. Penelitian – menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam

(44)

meningkatkanmutu suatu hal yan menrik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan – menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

c. Kelas – dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang dari guru yang sama pula.1

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu: (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.2

Munculnya istilah penelitian tindakan kelas (PTK) sebenarnya diawali dari istilah “action research” atau penelitian tindakan.Secara umum, action research digunakan untuk menemukan pemecahan permasalahan yang dihadapi seseorang dalam tugas sehari-hari dimanapun tempatnya, baik di kantor, di rumah sakit, di kelas, maupun di tempat-tempat tugas lain. Dengan demikian, para peneliti “action research” tidak berasumsi bahwa hasil penelitiannya akan menghasilkan teori yang dapat digunakan secara umum atau general. Hasil “action research” hanya terbatas pada kepentingan penelitiannya sendiri, yaitu agar dapat melaksanakan tugas ditempat kerja sehari-hari dengan lebih baik.3

Ada beberapa rumusan definisi PTK menurut para ahli seperti dikutip oleh Masnur Muslich, antara lain:

a. Hopkins (1993): PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektik, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman erhadap kondisi dalam Praktik Pembelajaran.

b. Kemmis dan Mc. Taggart (1988): PTK adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilakukan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri. c. Rochman Natawijaya(1977): PTK adalah pengkajian terhadap

permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang

1 Suhasimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. 5 hlm. 2-3.

2 Ibid.

(45)

ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.

d. Suganto (1977): PTK adalah suatu bentuuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional.4

Penelitian tindakan kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi social amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbut, dan sebagainya.5 “ Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”.6

Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme seorang guru.

a. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Para guru menjadi reflektifdan kritis terhadap apa yang ia dan muridnya lakukan.

b. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi professional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti dibidangnya. c. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu

memperbaiki proses pembelajran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah actual dan factual yang berkembang di kelasnya.

d. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran. e. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut

untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya. Dalam setiap kegiatan, guru diharapkan dapat mencermati

4 Ibid, hlm. 8-9.

5 Zainal aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama widya, 2008), cet. 4, hlm. 13. 6

IGAK Wardhani dkk, Penelitian Tidakan Kelas, (Jakarta: Universitas terbuka, 2007), cet. 20, hlm. 1.4.

(46)

kekurangan dan mencari berbagai upaya sebagai pemecahan. Guru diharapkan dapat menjiwai dan selalu “ber PTK”.7

2. Tahap-Tahap PTK

Secara garis besar terdapat empat tahapan PTK yang lazim dilalui, yaitu:

a. Menyusun rancangan tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.

b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu di ingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha memsksi spsi yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

c. Pengamatan (Observasing)

Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan pengamatan terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan reflaksi ini sangat tepat dilakuakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.8

3. Tujuan dan Manfaat PTK

PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam

7

Zainal Aqib, op.cit., hlm. 13-14.

(47)

konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Mengingat tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajran di kelas secara berkesinambungan.

Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian tindakan kelas, terkait dengan komponen pembelajaran, antara lain:

a. Inovasi pembelajaran.

b. Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan tingkat kelas. c. Peningkatan profesionalisme guru.9

d. Akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya.

e. Akan terjadi perbaikan dan peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.

f. Akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajran di kelas.

g. Akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu ajar, dan sumber belajar lainnya.

h. Akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

i. Akan terjadi perbaikan dan pengembangan pribadi siswa di sekolah.10 4. Rencana dan Pelaksanaan Tindakan

Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) harus melalui siklus. Siklus minimal dua kali tiap siklus ada empat tahap kegiatan, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi. Dan deskripsi alur siklus seperti pada gambar 3.1 berikut ini.

9 Zainal Aqib, op.cit., hlm. 18. 10 Masnur Muslich, op.cit., hlm. 11.

Gambar

Gambar 2.1 Gambar Proses Motivasi Dasar
Tabel 3.1 Tabel Angket
Tabel 4.1 Tabel angket siklus I  Nomor item  pernyataan  Skor  1  2  3  4  1.  -  -  8  22  2
Table 4.3 Tabel afektif siswa siklus I
+5

Referensi

Dokumen terkait

Metode: Dibuat desain sistem untuk mengobjektifikasi dan menguantifikasi pemeriksaan fisik, yang terdiri dari empat komponen: pemindaian tubuh pasien secara 3

Rast kod kojeg se individualna stopa fekunditeta (radanja) ne mijenja s veliˇcinom po- pulacije, a populacija raste to brˇze ˇsto je stopa ve´ca (ve´ci se broj jedinki

:19) anak usia dini atau anak prasekolah yaitu mereka yang berusia antara.. 3-6 tahun.mereka biasanya mengikuti mengikuti program

Ukuran perusahaan digunakan dalam penelitian ini dikarenakan pada perusahaan manufaktur dibutuhkan human capital dan physical capital yang cukup tinggi, apakah semakin

Resistor merupakan suatu benda yang dibuat sebagai penghambat atau penahan arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian listrik, dengan tujuan untuk mengatur arus

Brotherly love and motherly love actually closely related because incorporates the sense care to another person although brotherly love is care to fellow man and motherly love is

Syariah IAIN Ponorogo. H 0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara gaya hidup atau promosi penjualan terhadap pembelian impulsif hijab online shop