• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status jurnal berbahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Status jurnal berbahasa Indonesia"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Status jurnal berbahasa Indonesia

1  

Dasapta Erwin Irawan (Institut Teknologi Bandung) 2  

Mochammad Tanzil Multazam (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo) 3  

Juneman Abraham (Universitas Bina Nusantara) 4  

Indrya Mulyaningsih (Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati) 5  

6  

Abstrak

7  

[895145]

8  

Banyak pihak masih meragukan kualitas jurnal Indonesia. Salah satu ukuran kualitas 9  

jurnal adalah dengan terindeks di DOAJ. Kualitas jurnal bukan semata ditentukan oleh 10  

artikel yang dimuat, tetapi juga pengelolaannya. Oleh karena itu, penting kiranya 11  

mengetahui dan mendeskripsikan kualitas jurnal Indonesia, baik dari segi artikel maupun 12  

pengelolaan. Data diperoleh melalui pengamatan berupa jurnal open access (OA) 13  

berbahasa Indonesia yang dihimpun oleh DOAJ. Data diambil tanggal 11 Maret 2017 14  

dengan menggunakan filter, meliputi: 1) Search type: Journal, 2) Country of publisher:

15  

Indonesia, dan 3) Full text language: Indonesia. Berdasarkan data tersebut, Indonesia 16  

memiliki 500 jurnal yang terindeks DOAJ. Sebagian besar atau 420 diantaranya 17  

menggunakan bahasa Indonesia. Tiga bidang terbanyak yang dimuat, meliputi:

18  

pendidikan (education in general), agama Islam, dan bisnis atau perdagangan (business 19  

and commerce). Melihat fenomena ini, dapat dikatakan bahwa jurnal Indonesia adalah 20  

kekuatan baru dalam dunia saintifik dengan jumlah jurnal yang masif. Terindeks DOAJ 21  

adalah salah satu langkah awal, tapi kualitas harus tetap ditingkatkan secara kontinyu.

22  

Dominasi Bahasa Inggris sebagai lingua franca dalam ilmu pengetahuan jangan jadi 23  

kendala. Justru penggunaan bahasa Indonesia memudahkan penulis dalam 24  

mengekspresikan pemikiran secara lebih jelas dan rinci. Hal ini juga diharapkan dapat 25  

mengurangi jumlah publikasi dalam jurnal yang meragukan, hanya dengan alasan bahwa 26  

jurnal tersebut mampu menerbit makalah dalam waktu yang cepat. Pengelola jurnal juga 27  

tidak perlu risau dengan indeksasi SCOPUS. Namun demikian, Pemerintah hendaklah 28  

tetap harus memberi perhatian lebih pada pengelolaan jurnal di Indonesia dengan 29  

menerbitkan berbagai aturan yang lebih inklusif dan mengurangi peran indeks komersial.

30  

Abstract

31  

The quality of Indonesian journal are still questioned by many authors, including 32  

Indonesian authors. One of the quality mark for an open access journal is included in 33  

DOAJ indexing. However, the quality of a journal is based not only on the quality of the 34  

articles but also the management. Therefore it is very important to describe the quality of 35  

(2)

Indonesian journals, in terms of both aspects. This paper is considered as the first attempt 36  

to uncover the facts behind Indonesian journals. The data is gathered from DOAJ 37  

database using the following filters: 1) Search type: Journal, 2) Country of publisher:

38  

Indonesia, dan 3) Full text language: Indonesia. Based on the data, we manage to get 500 39  

Indonesia journals with 420 (84%) of them are in Indonesian language (data acquired in 40  

24-27 March 2017). The top 3 fields are education, Islam education, and business and 41  

commerce. Here we could see that Indonesia journal is a new massive new force in 42  

scientific publication. DOAJ indexing is just a start, but efforts to increase the quality of 43  

articles and governance are still way ahead. Sustainable quality improvement is the most 44  

important thing. The use of English as lingua franca in science should not be dealt as a 45  

burden. In fact writing in native language should help Indonesian scientist to express their 46  

ideas more clearly and precisely. But yet, journal managers should also not be 47  

intimidated with commercial indexing (eg: Scopus). With this dynamic scientific 48  

movement, commercial indexing will not be used as the main indicator for quality.

49  

Moreoever, Indonesian government should also the growth of Indonesian journals by 50  

releasing more inclusive regulations and reducing the role of commercial indexing.

51  

Kata Kunci: DOAJ, ilmiah, Indonesia, jurnal, publikasi 52  

Pendahuluan

53  

[236388]

54  

Tentang open access

55  

[612663]

56  

Banyak pihak yang hanya memberikan komentar mengenai buruknya pengelolaan jurnal 57  

di Indonesia. Banyaknya keluhan dan kritikan tersebut mungkin ada benarnya, tapi yang 58  

Anda tidak tahu adalah jurnal Indonesia bahkan yang berbahasa Indonesia telah dikelola 59  

dengan baik, sehingga terindeks oleh Directory of Open Access Journal (DOAJ). Jadi 60  

quote kami bahwa Indonesia adalah surganya jurnal OA tidaklah berlebihan, terutama 61  

bila dibandingkan dengan kondisi di negara lain.

62  

Makalah ini ditulis untuk mengungkap lebih banyak fakta tentang status jurnal berbahasa 63  

di Indonesia di DOAJ. Mengapa DOAJ? DOAJ digunakan karena lembaga ini bersifat 64  

independen dan not for profit, untuk menghindari bias. Hal ini penting menurut penulis 65  

agar para pemangku kepentingan mengerti kondisi jurnal di Indonesia dari sisi kuantitas 66  

untuk menentukan kebijakan yang diperlukan untuk pengembangannya. Data dapat 67  

diunduh di repositori Zenodo.

68  

Open access (OA) sendiri pada dasarnya adalah gerakan membangun kesadaran bagi para 69  

peneliti/penulis/akademia pada umumnya untuk melakukan pengarsipan secara mandiri 70  

(self archiving) serta membuka aksesnya seluas mungkin, serta mempublikasikan karya 71  

ilmiahnya pada jurnal OA, yakni jurnal yang membebankan biaya publikasi dari sumber- 72  

sumber lain selain biaya langganan (subscription) dari pembaca. Biaya publikasi dapat 73  

(3)

berasal dari penulis dengan membayar article processing cost (APC), donasi atau 74  

sponsorship dari lembaga (Tennant and Mounce 2015; Bailey Jr. 2008).

75  

Menyoroti fenomena Permenristekdikti No 20/2017 yang menghangat akhir-akhir ini 76  

dengan pro dan kontranya, sebenarnya tuntutan publikasi di negara berkembang telah 77  

terlihat, seperti tertulis dalam publikasi berikut ini. (Butler 2013) 78  

Pressure to publish is often intense in developing countries, and vanity presses could attract unscrupulous

79  

researchers keen to pad out their CVs. But respectable domestic publishers could have an important role by

80  

helping to address local science issues, such as those related to crops, diseases or environmental problems

81  

(Butler 2013).

82  

Menurut kami jumlah jurnal OA yang tinggi di Indonesia adalah salah satu cara untuk 83  

mencapai target yang diatur dalam Permenristek Dikti tersebut.

84  

Kondisi OA di berbagai negara

85  

[403232]

86  

Sebagai pendahuluan, berikut ini adalah grafik jumlah jurnal OA pada berbagai negara 87  

(top 50) yang ada dalam database DOAJ (Gambar 1). Indonesia berada pada urutan no 5 88  

dengan jumlah jurnal terbanyak yang diindeks oleh DOAJ, setelah Brazil, UK, AS, dan 89  

Mesir. Di bawah Indonesia adalah Spanyol, Polandia, Jerman, Rumania, Iran, Italia, dan 90  

India. Anda mungkin belum tahu tentang ini (Irawan 2017). Dalam perkembangannya 91  

jurnal OA menjadi pesaing jurnal non-OA. Dari sisi jumlahnya pun terus bertambah tiap 92  

tahun.

93  

Bila kita gunakan data Bank Dunia jumlah artikel total dari beberapa negara terlihat 94  

seperti pada gambar di bawah ini (Gambar 2). Terlihat bahwa Jepang memimpin, disusul 95  

oleh Brazil, Malaysia, Mesir, Indonesia, Sudan, dan Kamboja. Jepang mengalami 96  

lonjakan jumlah publikasi menjelang tahun 2000. Demikian pula Brazil.Di kawasan Asia 97  

Tenggara, Malaysia memimpin. Lonjakannya terjadi di pertengahan 2005-2010. Kondisi 98  

tersebut akan berhubungan dengan grafik persentase belanja riset dan pengembangan 99  

(R/D) di tiap negara tersebut (Gambar 3) dengan Jepang masih di urutan teratas. Yang 100  

menarik pada Gambar 4 dan Gambar 5.

101  

(4)

102  

Gambar 1 Jumlah jurnal OA dari top 50 negara [927545]

103  

(5)

104  

Gambar 2 Jumlah publikasi menurut Bank Dunia untuk beberapa negara terpilih (data 105  

diakses tanggal 26-27 Maret 2017) (Irawan 2017) [539311]

106  

(6)

107  

Gambar 3 Persentase dana riset dan pengembangan dari total Gross Domestic Product 108  

(GDP) menurut Bank Dunia untuk beberapa negara terpilih (data diakses tanggal 26-27 109  

Maret 2017) (Irawan 2017) [131845]

110   111  

(7)

112  

Gambar 4 Jumlah artikel vs persentase dana R&D dari total GDP menurut Bank Dunia 113  

untuk beberapa negara terpilih (data diakses tanggal 28 Maret 2017)) [602702]

114  

[602702] [602702]

115  

116  

Gambar 5 Jumlah artikel vs jumlah peneliti (per 1000 penduduk) menurut Bank Dunia 117  

untuk beberapa negara terpilih (data diakses tanggal 28 Maret 2017) [226510]

118  

119     120  

  121  

  122  

(8)

[341265]

123  

Metode

124  

[106508]

125  

Data yang digunakan adalah data jurnal open access (OA) yang dihimpun oleh DOAJ.

126  

Analisis dilakukan pada tanggal 11 Maret 2017 dengan menggunakan filter sebagai 127  

berikut:

128  

1. Search type: Journal 129  

2. Country of publisher: Indonesia 130  

3. Full text language: Indonesia 131  

Hasil pencarian kemudian ditabelkan berdasarkan:

132  

1. institusi penerbit, 133  

2. bidang ilmu, 134  

3. status article processing cost (APC), dan 135  

4. tahun diindeks oleh DOAJ.

136  

Selain itu data bank Dunia (World Bank) juga digunakan untuk memadukan indikator 137  

saintifik dengan indikator makro sebuah negara, salah satunya adalah persentase 138  

anggaran riset dan pengembangan (Research and Development/RnD) dibandingkan GDP 139  

total.

140  

141  

[316369]

142  

Hasil dan diskusi

143  

[744784]

144  

Jurnal berdasarkan institusi penerbit

145  

[866338]

146  

Kami hanya menampilkan 25 penerbit jurnal teratas yang ada di Indonesia. Walaupun 147  

kurang lebih 60% dari penerbit tersebut ada di P. Jawa, dipimpin oleh Universitas Negeri 148  

Semarang, tapi sudah mulai muncul penerbit dari Banda Aceh, Madura, Samarinda, dll.

149  

Iklim ini dinilai sangat baik. Aktifitas komunitas Relawan Jurnal Indonesia yang agresif 150  

(9)

untuk mensosialisasikan manajemen jurnal yang baik serta piranti lunak Open Journal 151  

System (OJS).

152  

153  

Gambar 6 Jurnal OA dari top 25 institusi [242718]

154  

Jurnal berdasarkan bidang ilmu

155  

[420704]

156  

Kami hanya menampilkan daftar 25 bidang ilmu teratas (Gambar [537944]). Bidang ilmu 157  

paling banyak adalah pendidikan secara umum (education in general), yang kedua adalah 158  

tentang Agama Islam, dan ketiga tentang bisnis dan perdagangan (business and 159  

commerce). Gap yang cukup besar terjadi untuk bidang bidang geografi dan ilmu 160  

lingkungan yang ada di urutan bawah. Bidang ilmu ini diduga mencakup juga ilmu 161  

geologi, kebumian, dan hidrogeologi, yang belum tertera secara eksplisit dalam 162  

klasifikasi jurnal di DOAJ. Dalam ini metadata DOAJ perlu diperbaiki.

163  

(10)

164  

Gambar 7 Jurnal OA berdasarkan bidang ilmu (top 25) [537944]

165  

Jurnal berdasarkan status Article Processing Cost

166  

[418714]

167  

Mayoritas jurnal tidak mengenakan APC (warna merah), walaupun berstatus jurnal Open 168  

Access (OA) (Gambar [936898]). Dari grafik di bawah ini dapat dilihat bahwa lebih 169  

banyak jurnal yang tidak mengenakan APC (75,5%). Sedangkan jurnal yang mengenakan 170  

APC pun, biaya maksimumnya Rp. 1.500.000,-. Hasil dari komunikasi personal via 171  

media sosial, terlihat ada trend peningkatan APC yang perlu survey lebih lanjut.

172  

(11)

173  

Gambar 8 Jurnal OA berdasarkan status APC [936898]

174  

Jurnal berdasarkan tahun masuk ke DOAJ

175  

[610195]

176  

DOAJ menampilkan data sejak tahun 2009. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 terlihat 177  

ada peningkatan jumlah jurnal yang diindeks oleh DOAJ. Peristiwa atau kebijakan yang 178  

melatar-belakanginya perlu dicari tahu secara rinci, sebagai modal dasar untuk lebih 179  

mengembangkan jurnal OA di Indonesia (Gambar [679890]).

180  

181  

Gambar 9 Jurnal OA berdasarkan waktu indeks [679890]

182  

(12)

Dampak jurnal OA

183  

[336390]

184  

Dengan maraknya jurnal OA di Indonesia, semestinya dampaknya sangat luas (2009).

185  

Dari Gambar [924850] di bawah ini dapat dilihat bahwa jurnal OA akan sangat 186  

memudahkan akses oleh masyarakat, pemerintah, dan industri, dibandingkan dengan 187  

jurnal non-OA. Akselerasi sains di kalangan akademia, komersialisasi di kalangan 188  

industri/praktisi, dan sosialisasi di kalangan masyarakat lebih mungkin terjadi bila tidak 189  

ada batas akses (paywall) yang mahal. Hal ini hanya akan terjadi bila akses kepada ilmu 190  

pengetahuan bersifat cuma-cuma (free), segera (immediate), dan bebas (unrestricted) 191  

(Gambar [640971]). Untuk urusan ini, Pemerintah Indonesia dapat bercermin kepada 192  

Pemerintah UK guna memaksimumkan dampak kebebasan akses terhadap hasil riset.

193  

Sebuah artikel yang berjudul “OA Impact Advantage” (Harnad 2005) yang kemudian 194  

dirujuk dalam artikel berjudul “Economic Implications of Alternative Scholarly 195  

Publishing Models Exploring the costs and benefits” (“Economic Implications of 196  

Alternative Scholarly Publishing Models: Exploring the Costs and Benefits” 2009) 197  

menyebutkan lima komponen yang mempengaruhi nilai sebuah produk OA, yakni 198  

(Gambar [764302]):

199  

early advantage: jurnal OA memiliki peluang dibaca lebih cepat dibanding jurnal 200  

non-OA.

201  

ArXiv advantage: menurut kami keuntungan ini berhubungan dengan 202  

pengunggahan jenis publikasi preprint yang diawali oleh komunitas ilmuwan fisika 203  

dan matematika. Publikasi jenis preprint ini diklaim memicu percepatan 204  

pengembangan dan penyerapan ilmu baru, karena bentuk makalah ini belum 205  

melalui suatu filter yang bernama peer-review.

206  

quality bias: ini juga berkaitan dengan produk makalah berjenis preprint. Karena ia 207  

belum melalui proses peer review, maka punya potensi masalah dalam hal kualitas.

208  

Tapi makin banyak penulis mengunggah naskah preprintnya, maka bias akan terus 209  

menurun.

210  

quality advantage: dengan OA, maka pembaca memiliki pilihan lebih luas. Mereka 211  

bisa menetapkan standar makalah berkualitasnya sendiri. Bila makalah hanya 212  

dikeluarkan oleh penerbit non-OA, maka kualitas akan hanya dikendalilan oleh 213  

penerbit.

214  

competitive advantage: peningkatan jumlah naskah OA, juga dianggap dapat 215  

meningkatkan nilai jual atau “competitiveness” individu dan atau institusinya, dan 216  

usage advantage: ini berkaitan dengan komponen early advantage. Makalah OA 217  

dapat digunakan oleh sebanyak mungkin orang, dan sesering mungkin tanpa 218  

batasan jumlah dan waktu.

219  

(13)

220  

Gambar 10 Kerangka pikir dampak jurnal non-OA dan OA (“Economic Implications of 221  

Alternative Scholarly Publishing Models: Exploring the Costs and Benefits” 2009) 222  

[924850]

223  

(14)

224  

Gambar 11 Dimensi dampak dan benefit dari sisi akses dan perizinan (“Economic 225  

Implications of Alternative Scholarly Publishing Models: Exploring the Costs and 226  

Benefits” 2009) [640971]

227  

(15)

228  

Gambar 12 Kerangka pikir dampak OA kepada ekonomi: contoh dari 229  

Inggris (“Economic Implications of Alternative Scholarly Publishing Models: Exploring 230  

the Costs and Benefits” 2009) [683463]

231  

(16)

232  

Gambar 13 Nilai positif OA (Harnad 2005) yang dirujuk dalam (“Economic Implications 233  

of Alternative Scholarly Publishing Models: Exploring the Costs and Benefits” 2009) 234  

[764302]

235  

Beberapa catatan dalam pengelolaan jurnal OA

236  

[336390]

237  

Menghindari mengejar indexing dari lembaga komersial

238  

sebagai tujuan utama

239  

[554871]

240  

Dari sisi pengelola jurnal. Saat ini banyak sekali indexing yang dapat dipilih, alih-alih 241  

hanya mengejar indexing arus utama, seperti Scopus ataupun Web of Science. Para 242  

(17)

pengelola jurnal kami tekankan agar tidak hanya mengejar salah satu atau keduanya saja.

243  

Berikut ini beberapa pertimbangan mengapa kami agak keras tentang hal ini:

244  

1. Meningkatkan biaya publikasi: Indexing oleh lembaga-lembaga komersial akan 245  

menambah komponen biaya yang tidak perlu dalam penerbitan makalah atau jurnal.

246  

Contoh: saat ini konferensi atau seminar yang terindeks Scopus meminta biaya 247  

konferensi (conference fee) rata-rata tidak kurang dari Rp. 3.000.000,-. Dengan 248  

biaya sebesar itu, maka berat bagi kaum mahasiswa (S1, S2, S3) sebagai komponen 249  

akademia yang paling membutuhkan dan juga menjadi penulis.

250  

2. Sering terjadi kesalahan dalam memasang portal paywall: Berkaitan dengan 251  

butir ke-1, pada beberapa kasus (dan ini sering terjadi), lembaga pengindeks tersebut 252  

memasang portal paywall (portal pembayaran) untuk makalah yang semestinya 253  

berstatus OA. Bila kita telah membayar biaya publikasi atau disebut juga article 254  

processing cost (APC), maka mestinya dokumen kita akan berstatus OA. Pembaca 255  

tidak akan ditarik biaya.

256  

3. Menambah waktu publikasi: Kalau anda mengejar indeks ini, maka makalah yang 257  

dipublikasikan harus dalam Bahasa Inggris. Tanpa adanya tim translator dan proof 258  

reader, kondisi ini akan menambah durasi proses makalah, yakni di tahap review 259  

dan penyuntingan. Maka makalah baru akan termuat resmi dalam laman indexing 260  

rata-rata enam sampai delapan bulan sejak pengiriman makalah ke jurnal atau 261  

panitia seminar (submission) atau bahkan sejak makalah dipresentasikan dalam 262  

seminar.

263  

4. Syarat yang diajukan adalah syarat umum: sebenarnya syarat yang diajukan oleh 264  

kedua lembaga pengindeks tersebut di atas akan sama dengan syarat yang diajukan 265  

oleh lembaga lainnya. Tidak ada syarat khusus yang diajukan. Dalam beberapa sisi, 266  

justru lembaga akreditasi jurnal di Indonesia memiliki syarat lebih banyak dan ketat.

267  

5. Kekhawatiran berlebihan bahwa makalah atau jurnal tidak akan muncul 268  

dalam mesin pencari (search engine): Kekhawatiran ini sudah tidak relevan, 269  

karena apapun yang sifatnya telah daring (online), maka dapat dicari oleh bot mesin 270  

pencari.

271  

Sampai saat ini, bahkan Google Scholar dan Microsoft Academic pun masih digunakan 272  

oleh Pemerintah Indonesia sebagai alat ukur kinerja riset. Bahkan pada akhir-akhir ini, 273  

kedua indeks terbuka tersebut telah diakui sebagai ciri jurnal bereputasi 274  

(Permenristekdikti No. 20/2017, lampiran, dan juknisnya). Anne-Wil Harzing, pembuat 275  

piranti lunak Publish or Perishyang menggunakan basis data Google Scholar, menyatakan 276  

bahwa Google Scholar menjadi alternatif (pesaing) serius bagi Web of Science (Harzing 277  

2017). Artikel tersebut meluruskan berbagai persepsi yang salah tentang Google Scholar.

278  

Lebih ekstrim lagi, ada pandangan yang menyatakan bahwa sains adalah miliki 279  

komunitas dan masyarakat jadi tidak sepantasnya diatur-atur oleh aturan eksklusif sebuah 280  

jurnal dengan alasan untuk menjaga kualitas (Bhattacharya 2017).

281  

Science should not, and need not, be shackled by journal publication. Three sensible reforms would ensure

282  

that researchers’ results could be communicated to more people more quickly, without any compromise on

283  

quality…(Bhattacharya 2017)

284  

(18)

Salah satu indexing yang sedang mengemuka adalah indexing oleh ScienceOpen (SO), 285  

sebuah perusahaan yang berbasis di Jerman. SO indexing mengutamakan untuk 286  

bekerjasama dengan penerbit jurnal OA. Mereka menggunakan Altmetric sebagai ukuran 287  

reputasi atau dampak dari suatu makalah. Selain itu, kami juga merekomendasikan 288  

indexing oleh Pubmed Central (PMC), sebuah indeks yang awalnya dibuat untuk bidang 289  

ilmu kedokteran dan kesehatan.

290  

Meningkatkan pembaca dari “English speaking countries”

291  

[162814]

292  

Salah satu yang menjadi isu besar di Indonesia sebagai non-English speaking 293  

country adalah penting atau tidaknya menulis dalam Bahasa Inggris. Kalau menulis 294  

dalam Bahasa Inggris masih sulit, dan akhirnya terjebak dalam “jurnal meragukan” agar 295  

cepat terbit, kenapa tidak menulis dalam Bahasa Indonesia. Dengan menggunakan 296  

Bahasa Ibu, maka riset dapat ditulis dengan sebaik-baiknya, dan dijelaskan dengan 297  

sejelas-jelasnya.

298  

Di samping itu, menulis dalam bahasa ibu dengan baik mengindikasikan (meskipun 299  

bukan satu-satunya) cinta tanah air, karena meningkatkan literasi masyarakat kita sendiri.

300  

Ada bagian dari masyarakat kita yang belum tentu ataupun belum berkepentingan 301  

memiliki daya akses (finansial, kepustakaan, maupun linguistik) terhadap jurnal-jurnal 302  

berbahasa asing. Di samping itu tidak dapat dipungkiri bahwa penciptaan pengetahuan 303  

banyak berlangsung dalam situasi tertentu. Realitas pengetahuan bersifat kontekstual 304  

(Abraham 2016)(Abraham 2016). Contoh sederhana: beras, pari, sego, intip, upo, dalam 305  

bahasa Jawa; semuanya disebut “rice” dalam bahasa Inggris (Dardjowidjojo 2007).

306  

Kekayaan objektif dan keindahan intersubjektif pengetahuan tidak selalu dapat ditangkap 307  

dan diungkap dengan bahasa Inggris.

308  

Lantas bagaimana dengan pembaca dari negara selain Indonesia? Untuk hal ini kami 309  

memang baru berhipotesis, karena belum pernah melakukan riset secara langsung.

310  

Menurut kami, para pembaca asing pastinya akan mencari sebanyak-banyaknya makalah 311  

yang relevan dengan subyek dan terutama dengan lokasi risetnya. Setidaknya kondisi 312  

tersebut mengarah ke arah bahwa bahasa bukan kendala utama saat peneliti asing mencari 313  

referensi yang terkait dengan risetnya (75% dari 142 responden dari Tweet Poll ini). Jadi 314  

bila mereka akan meneliti di suatu lokasi di Indonesia, mereka sadar bahwa besar 315  

kemungkinan harus mencari makalah dalam Bahasa Indonesia. Karena itu usulan kami 316  

untuk pengelola jurnal berbahasa Indonesia, wajibkan bagi para penulis yang makalahnya 317  

telah diterima untuk:

318  

1. membuat slide dalam Bahasa Inggris untuk menceritakan makalahnya secara 319  

singkat. Slide ini terutama berisi gambar-gambar dan tabel.

320  

2. memuat data mentah sebagai lampiran (supplementary electronic data) atau 321  

mendorong mereka untuk mengunggah data di repository terbuka seperti OSF, 322  

Figshare, atau Zenodo. Untuk bidang ilmu kebumian dapat memanfaatkan server 323  

repositori Pangaea.

324  

(19)

3. menggunakan judul dan abstrak yang memuat identitas lokasi, setidaknya nama 325  

kabupaten dan “Indonesia” (Irawan 2015).

326  

4. membuat abstrak dalam format video, dalam mana penulis menceritakan naskahnya 327  

dalam Bahasa Inggris (baca juga laman The Scientiest Videographer). Hal ini sangat 328  

sesuai dengan situasi Indonesia yang masih kental dengan budaya lisan (berbicara) 329  

dan merupakan pengguna Live Instagram Video dalam jumlah yang cukup besar.

330  

Artinya kalau minat membuat video-video media sosial ini tinggi, maka dapat 331  

dimanfaatkan untuk membuat abstrak dalam bentuk visual.

332  

Perkembangan baru saat ini adalah beberapa server preprint (mayoritas yang di-hosting 333  

oleh OSF) telah menerima makalah preprint dalam bahasa selain Bahasa Inggris. Ini 334  

merupakan kemajuan signifikan untuk melintasi batasan bahasa (language boundary) 335  

dalam dunia saintifik.

336  

Menghindari kriteria jurnal meragukan

337  

[410467]

338  

Dalam pengelolaannya, jurnal-jurnal OA ini walaupun belum dapat menyamai kinerja 339  

jurnal-jurnal berusia dewasa (baca: jurnal lama) di luar negeri tapi hal yang perlu dijaga 340  

adalah agar tidak menjadi jurnal yang meragukan (questionable journal). Mengingat 341  

sudah muncul persepsi di dunia internasional bahwa banyak jurnal meragukan diterbitkan 342  

di benua Asia (“Economic Implications of Alternative Scholarly Publishing Models:

343  

Exploring the Costs and Benefits” 2009). Tahapan evaluasi jurnal inilah yang perlu 344  

disosialisasikan secara masif, mengingat masih banyak penulis/peneliti yang tidak 345  

mengetahui cara membedakan jurnal yang bertatakelola baik dan jurnal yang hanya 346  

mementingkan pemasukan dana APC.

347  

Tahapan ini sangat penting juga untuk merespon niat baik pemerintah Indonesia dalam 348  

meningkatkan jumlah publikasi berlingkup internasional, dengan penerbitan 349  

Permenristekdikti No. 20/2017.

350  

(20)

351  

Gambar 14 Distribusi lokasi penerbit berdasarkan negara dan benua (Shen and Björk 352  

2015)(“Economic Implications of Alternative Scholarly Publishing Models: Exploring 353  

the Costs and Benefits” 2009) [738274]

354  

Dari sisi penulis, kita perlu mewaspadai perkembangan jurnal-jurnal meragukan ini, 355  

karena dari data menunjukkan penulis terbanyak berasal dari Asia pula. Kriteria untuk 356  

menyeleksi jurnal dapat dengan merujuk kepada Komunitas ThinkCheckSubmit, daftar 357  

indeks DOAJ, maupun Sherpa, atau delapan kriteria dari Jeffrey Beall (bila kriteria ini 358  

masih dapat dipakai). Dengan berbagai kriteria tersebut diharapkan pemilihan jurnal 359  

dapat lebih obyektif untuk menghindari jebakan jurnal yang meragukan.

360  

(21)

361  

Gambar 15 Distribusi penulis jurnal meragukan berdasarkan benua dan negara (Shen 362  

and Björk 2015) [949403]

363  

Penutup

364  

[336390]

365  

Bila melihat kondisi di atas, dapat dilihat bahwa jumlah jurnal OA di Indonesia sangat 366  

banyak, 420 buah dan akan lebih dari 500 bila memasukkan jurnal berbahasa Inggris.

367  

Bandingkan dengan negara lain seperti: Turki (162 jurnal), Polandia (114), Persia (85), 368  

Ukraina (70), Kroasia (47). Di sisi lain, tidak semua jurnal Indonesia tersebut 369  

mengenakan APC, sebagaimana lazimnya jurnal OA. Ini karena sebagian besar jurnal 370  

memang didanai oleh anggaran lembaga, bahkan kementerian. Ini hal yang unik dari sisi 371  

pendanaan. Model pengelolaannya pun unik, bila dibandingkan dengan jurnal di luar 372  

negeri, misal kebijakan untuk memberikan insentif bagi penulis dan peer-reviewer.

373  

Secara pribadi, dari sisi itu, penulis menilai model pengelolaannya lebih baik dari 374  

Elsevier dan penerbit besar lainnya. Dengan berbagai kelebihan itu, maka tidak 375  

berlebihan kalau kami menyebut Indonesia sebagai surganya jurnal OA. Semoga 376  

makalah ini bermanfaat untuk pengembangan pengelolaan jurnal serta pengembangan 377  

ilmu secara lebih luas. Pemerintah memgang peranan penting untuk mengembangkan 378  

dunia penerbitan saintifik Indonesia yang lebih berkualitas, dan inklusif untuk 379  

mengimbangi dominasi indikator-indikator indexing yang eksklusif.

380  

(22)

References

381  

Tennant, Jon, and Ross Mounce. 2015. “Open Research Glossary”, July.

382  

doi:10.6084/m9.figshare.1482094.v1.

383  

Bailey Jr., Charles W. 2008. “What Is Open Access?”. http://digital- 384  

scholarship.org/cwb/WhatIsOA.htm.

385  

Butler, Declan. 2013. “The Dark Side of Publishing”. Nature 495 (7442). Nature 386  

Publishing Group: 433. http://www.nature.com/news/investigating-journals-the-dark- 387  

side-of-publishing-1.12666.

388  

Irawan, Dasapta Erwin. 2017. “Mengorek Jumlah Makalah Berbahasa Indonesia Dalam 389  

Basis Data DOAJ Dan Bank Dunia – Dasaptaerwin”.

390  

https://derwinirawan.wordpress.com/2017/03/26/mengorek-jumlah-makalah-berbahasa- 391  

indonesia-dalam-basis-data-doaj-dan-bank-dunia/.

392  

“Economic Implications of Alternative Scholarly Publishing Models: Exploring the Costs 393  

and Benefits”. 2009. http://www.pcfly.info/pdf/alternative/4.pdf.

394  

Harnad, Stevan. 2005. “OA Impact Advantage = EA + (AA) + (QB) + QA + (CA) + UA 395  

- EPrints Soton”. https://eprints.soton.ac.uk/262085/.

396  

Harzing, Anne-Wil. 2017. “Impact of Social Sciences – Google Scholar Is a Serious 397  

Alternative to Web of Science”.

398  

http://blogs.lse.ac.uk/impactofsocialsciences/2017/03/16/google-scholar-is-a-serious- 399  

alternative-to-web-of- 400  

science/?utm_content=bufferc8e85&utm_medium=social&utm_source=twitter.com&utm 401  

_campaign=buffer.

402  

Bhattacharya, Ananyo. 2017. “Medical Research: The Shackles of Scientific Journals | 403  

The Economist”. http://www.economist.com/news/leaders/21719480-and-how-cast- 404  

them-shackles-scientific-journals.

405  

Abraham, Juneman. 2016. “Juneman Abraham » Tiga Rangsangan Riset Yang 406  

Berorientasikan ‘Customer’”. http://juneman.blog.binusian.org/2017/03/16/tiga- 407  

rangsangan-riset-yang-berorientasikan-customer/.

408  

Dardjowidjojo, Soenjono. 2007. Psikolinguistik: Memahami Asas Pemerolehan Bahasa 409  

Akademia. Akademia. https://books.google.co.id/books?id=mE- 410  

kj4TlJKMC&printsec=copyright&hl=id&source=gbs_pub_info_r.

411  

Irawan, Dasapta Erwin. 2015. “WTF: Bagaimana Indonesia ‘Ditemukan’? SEO for 412  

Academics – Dasaptaerwin”. https://goo.gl/B9Lldp.

413  

Shen, Cenyu, and Bo-Christer Björk. 2015. “‘Predatory’ Open Access: a Longitudinal 414  

Study of Article Volumes and Market Characteristics”. BMC Medicine 13 (1): 230.

415  

doi:10.1186/s12916-015-0469-2.

416  

Referensi

Dokumen terkait

Dengan in kami mengundang saudara untuk mengikuti Pembuktian Kualifikasi Pengadaan Jasa Konstruksi dengan Sistem Pemilihan Langsung untuk :. Pembangunan Jalan ruas jalan

Tabel L1.5 Data Hasil Analisa Sifat Pemanjangan Pada Saat Putus Bioplastik Pati Umbi Talas Dengan Kitosan dan Plasticizer Gliserol Terhadap Variasi Pemanasan Larutan

Salah satu cara untuk memperoleh persamaan keseimbangan sebuah elemen dan matriks kekakuan elemen adalah dengan menggunakan prinsip energi potensial minimum (the principle

Inti dari tahapan ini adalah mengatur view port dan persepektif untuk penampilan obyek ke dalam layar monitor, viewport adalah besarnya layer monitor (image) yang dipakai untuk

Dapat dilakukan penelitian yang lebih dalam pada sampel penelitian ini dengan menggunakan metode lain (seperti pengecatan khusus imunohistokimia). Dapat dilakukan

Instansi atau organisasi merupakan wadah interaksi berbagai komponen, diantaranya: sumber daya manusia, sumber daya finansial, sumber daya fisik dan juga sumber daya

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman guru mengenai penilaian autentik, faktor penyebab dari kesulitan yang dihadapi guru, solusi yang dilakukan

Perawat harus mampu memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, menyusun program Health