• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ALOKASI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS ALOKASI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS ALOKASI TENAGA KERJA

SEKTOR PERTANIAN

DI KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI

Oleh :

SUJATMOKO

H 1307513

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS ALOKASI TENAGA KERJA

SEKTOR PERTANIAN

DI KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Progam Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh

SUJATMOKO

H 1307513

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ANALISIS ALOKASI TENAGA KERJA

SEKTOR PERTANIAN

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh SUJATMOKO

H 1307513

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal :

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Dr. Ir. Sri Marwanti, MS NIP. 19590709 198303 2 001

Anggota I

Umi Barokah, SP. MP NIP. 19730129 2000604 2 001

Anggota II

Nuning Setyowati, SP. M.Sc NIP. 19820325 200501 2 001

Surakarta, April 2011 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

(4)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur Penulis panjatkan kepada

Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Analisis Alokasi Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Sukoharjo, sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Srihandayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis Fakulatas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Dr. Ir. Muh. Harisudin, M.Si. selaku pembimbing akademik yang

telah meberikan ilmu, nasehat serta bimbinganya dan memberikan motivasi

tersendiri bagi penulis.

5. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbimbingan, arahan dan perhatian yangsangat membantu

kelancaran dalam penulisan skripsi ini dan selama perkuliahan.

6. Ibu Umi Barokah, SP. MP. Selaku pembimbing pendamping I yang telah

membantu, memberikan arahan serta bimbingan dan perhatian selama

penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Nuning Setyowati, SP. M.Sc. selaku Dosen Penguji Tamu yang telah

(5)

commit to user

v

8. Bapak dan Ibu Dosen serta staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta terutama Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

/Agrobisnis atas ilmu,nasehat dan bantuanya selama masa perkuliahan

penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebalas Maret Surakarta.

9. Kepala dan staff BPS Propinsi Jawa Tengah yang telah membantu

sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini.

10. Kepala dan staff BPS Sukoharjo, Disnaker, Dinas Pertanian Kabupaten

Sukoharjo yang telah memberikan bantuanya.

11. Ayah dan Ibunda tercinta, terimakasih atas doa, nasehat, motivasi dan

pengorbanan yang tak terhingga yang di berikan demi keberhasilan dan

kesuksesan penulis.

12. Keluarga Besar Paidi Padmo Rujito atas segala kasih sayang, doa, nasehat

dan motivasinya.

13. Keluarga Siswo Sugiarto, terimakasih atas semua nasehat,motivasinya.

14. Mbak Heny dan Mas Didi terimakasih sepenuhnya atas semua

nasehat,arahan, motivasi bagi penulis.

15. Esti Havita terimakasih sepenuhnya atas nasehat, motivasinya dalam

penulisan skripsi ini.

16. Teman teman Sosial Ekonomi Pertanian. Agrobisnis Ek.2005,2006 dan

2007 terimakasih atas semuanya.

17. Serta semua pihak yang telah membantu penulisan ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Hati Yang Tulus Dan Jiwa Yang Merdeka, Hanya Itu Yang Aku Punya, Semoga Kau Terima Apa Adanya. Penulis menyadari bahwa dalam Penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya, Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, April 2011

(6)

commit to user

v

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

RINGKASAN... xiii

SUMMARY... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUN PUSTAKA ... 10

A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Landasan Teori ... 12

1. Pembangunan Pertanian ... 12

2. Peran Sektor Pertanian dalam Pembangunan ... 13

3. Tenaga Kerja……… ... 16

4. Analisis Shift-Share ... 18

5. Efek Alokasi... ... 21

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 22

D. Asumsi-Asumsi ... 26

E. Pembatasan Masalah ... 26

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 26

III. METODE PENELITIAN ... 29

A. Metode Dasar Penelitian ... 29

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian... 29

C. Jenis dan Sumber Data... 30

D. Metode Analisis Data... 30

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SUKOHARJO……… 35

A. Keadaan Alam ... 35

1. Keadaan Geografis ... 35

2. Iklim dan Curah Hujan ... 36

3. Penggunaan Lahan... 36

B. Keadaan Penduduk ... 37

(7)

commit to user

v

2. Komposisi Penduduk menurut pendidikan ... 39

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian…………... 40

4. Komposisi Penduduk Menurut Kepadatan Penduduk………….. 41

C. Keadaan Perekonomian ... 41

1. Produk Domestik Regional Bruto ……… 41

2. Laju Pertumbuhan Ekonomi………. 42

3. Laju Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian………... 43

4. Pendapatan Perkapita……… 44

D. Keadaan Sektor Pertanian ... 45

1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan ... 45

2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan ... 47

3. Subsektor Peternakan……….. 48

4. Subsektor Perikanan……… 49

5. Subsektor Kehutanan……….. 50

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Jumlah Tanaga Kerja Sektor Perekonomian Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008 ... 51

B. Laju Pertumbuhan Tenaga Kerja Kabupaten Sukoharjo ... 52

C. Keunggulan Kompetitif……… 66

D. Efek Alokasi.. ... 68

E. Pembahasan……….. 70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 79

(8)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Tenaga Kerja Tiap Sektor di Kabupaten Sukoharjo 2004-2008 (Jiwa)... ... 4

2. Data Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke non Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 (Ha)... ... 12

3. Luas Penggunaan Lahan Sawah dan Kering di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 (Ha) ... 31

4. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008... 32

5. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi di Kabupaten Sukoharjo ... 34

6. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 (Jiwa) ... 35

7. Produk Domestik Regionsl Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008 (Jutaan Rupiah)... 36

8. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007-2008 (%) ... 37

9. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 (%) ... 38

10. Pendapatan Perkapita Kabupaten Sukoharjo Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2007 ... 38

11. Produksi Subsektor Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 40

12. Jenis-jenis Komoditi Perkebunan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 (Ton) ... 41

13. Banyaknya Populasi Ternak di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 (Ekor) ... 42

14. Produksi Perikanan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 43

15. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2008 (Jiwa). ... 46

16. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008 (Jiwa) ... 46

(9)

commit to user

v

18. Hasil Analisis Shift-Share Kabupaten Sukoharjoa Tahun 2007-2008.. 48

19. Keunggulan Kompetitif kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008 ... 60

20. Efek Alokasi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2006 ... 62

(10)

commit to user

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Penduduk usia 10 Tahun Keatas yang Bekerja di Provinsi

Jateng Tahun 2004-2006... ... 70

2. Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun Keatas yang Bekerja di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2006... ... 70

3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja di Kabupaten Sukoharjo 2007-2008 ... 70

4. Jumlah Penduduk Usia 15 tahun Keatas Yang Bekerja di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2008 ... 70

5. Alokasi Tenaga Kerja Tiap Sektor Kabupaten dan Propinsi rij, rin, serta rn Tahun 2004-2005 ... 71

6. Alokasi Tenaga Kerja Tiap Sektor Kabupaten dan Propinsi rij, rin serta rn Tahun 2005-2006 ... 71

7. Komponen Perubahan Alokasi Tenaga Kerja Tahun 2004-2005... 71

8. Komponen Perubahan Alokasi Tenaga Kerja Tahun 2005-2006... 71

9. Komponen Perubahan Alokasi Tenaga Kerja Tahun 2004-2006... 71

10. Efek Alokasi Tahun 2004-2005 ... 72

11. Efek Alokasi Tahun 2005-2006 ... 72

12. Efek Alokasi Tahun 2004-2006 ... 72

13. Jumlah Tenaga Kerja Tiap Sektor Kabupaten dan Propinsi rij, rin serta rn Tahun 2007-2008 ... 73

14. Komponen Perubahan Alokasi Tenaga Kerja Tahun 2007-2008... 73

(11)

commit to user

v

ANALISIS ALOKASI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

Sujatmoko H 1307513

Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan alokasi tenaga kerja sektor pertanian, mengetahui apa sektor pertanian mempunyai keunggulan kompetitif dalam menyerap tenaga kerja dan efek alokasi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo.

Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo. Pengambilan daerah penelitian dilakukan dengan cara purposive (sengaja). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Analisis yang digunakan adalah Shift-share.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan alokasi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional (Nij) tahun 2004-2006 mempunyai pengaruh positif sebesar 1.209 jiwa. Sedangkan komponen proposional (Mij) mempunyai pengaruh negatif sebesar 5.976 jiwa dan komponen keunggulan kompetitif mempunyai pengaruh negatif sebesar 5.709 jiwa. Dan perubahan alokasi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo tahun 2004-2006 mempunyai pengaruh negatif sebesar 10.477 jiwa. Komponen pertumbuhan nasional (Nij) sektor pertanian Kabupaten Sukoharjo tahun 2007-2008 mempunyai pengaruh negatif sebesar 4.890 jiwa, komponen proporsional mempunyai pengaruh negatif sebesar 2.067 jiwa, komponen keunggulan kompetitif mempunyai pengaruh negatif sebesar 2.330 jiwa dan komponen perubahan alokasi tenaga kerja mempunyai pengaruh negatif sebesar 9.286 jiwa.

(12)

commit to user

v

ANALISIS IS AGRICULTURAL SECTOR LABOUR ALLOCATION AT SUKOHARJO REGENCY

Sujatmoko H1307513

Summary

This research intent to know labouring allocation change agricultural sector, know what agricultural sector has competitive top in absorb labour and labouring allocation effect agricultural sector at Regency Sukoharjo.

Observational basic method is analytical descriptive method. This research is executed at Sukoharjos Regency. Observational region take did by purposive (deliberate). Data type that is utilized in this research is secondary data. Analisis who is utilized is share's shift .

Result observationaling to point out that labouring allocation change agricultural sector at Regency Sukoharjo regarded by national growth component (Nij) year 2004 2006 have positive influence as big as 1.209 souls. Meanwhile proposional's component (Mij) having negative influence as big as 5.976 soul and competitive top components have negative influence as big as 5.709 souls. And labouring allocation change agricultural sector at Regency Sukoharjo year 2004 2006 have negative influence as big as 10.477 souls. National growth component (Nij) Sukoharjo's Regency agricultural sector year 2007 2008 have negative influence as big as 4.890 souls, component proportional have negative influence as big as 2.067 souls, competitive top component have negative influence as big as 2.330 soul and labouring allocation change components have negative influence as big as 9.286 souls.

Agricultural sector at Regency Sukoharjo up to year 2004 2008 not has top, in mean is not competence or have no good competitiveness to labouring allocation. Labouring allocation effect Sukoharjo Regency agricultural sector year 2004 2006 and years 2007 2008 have negative points.

(13)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional di Indonesia tidak terlepas dari pembangunan

masing-masing daerah di Indonesia karena pembangunan daerah merupakan

bagian integral dalam upaya mencapai sasaran nasional di daerah sesuai

dengan potensi, aspirasi dan prioritas masyarakat daerah. Terlebih dengan

diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi

Daerah yang memberikan wewenang yang lebih luas bagi tiap daerah untuk

mengatur rumah tangganya sendiri yang nantinya akan mendorong daerah

tersebut dalam menyiapkan diri untuk lebih mandiri. Sasaran pembangunan

akan terwujud apabila pemerintah daerah mengetahui potensi daerah dan

merumuskan strategi kebijakan pengembangan sektor perekonomian.

Pembangunan yang dilaksanakan di daerah meliputi berbagai bidang,

salah satunya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah

suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber

daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah

daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan

merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

Pembangunan ekonomi yang akan dilaksanakan oleh daerah harus

didasarkan pada kegiatan yang berguna untuk menciptakan lapangan kerja

dan menyerap tenaga kerja, sehingga masyarakat merasa diikutsertakan

dalam perkembangan daerahnya. Karena tujuan pembangunan ekonomi

daerah adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk

masyarakat daerah, yang nantinya tenaga kerja dapat terserap di setiap sektor

ekonomi. (Fachrurrazy, 2009).

Pembangunan Nasional maupun pembagunan daerah berdampak pada

peningkatan sektor-sektor perekonomian, hal ini tidak lepas dari sumber

daya manusia dan penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja

merupakan masalah penting dalam pembangunan Nasional maupun daerah.

(14)

commit to user

Saran yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional ialah suatu

pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan

kerja. Hal ini berarti bahwa pembangunan ekonomi diarahkan diarahkan pada

pendayagunaan sumber daya alam dan tenaga kerja kerja sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyrakat. (Priadi,2005).

Sejalan dengan pembanguan ekonomi di daerah, salah satu daerah

yang sedang melaksanakan pembangunan ekonomi adalah kabupaten

Sukoharjo. Pembangunan ekonomi di Kabupaten Sukoharjo mencakup 9

sektor, yaitu sektor pertanian,sektor pertambangan dan galian, sektor industri,

sektor listrik,gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor

komunikasi, sektor keuangan dan sektor jasa. Dari kesembilan sektor tersebut

terdapat perbedaan jumlah tenaga yang terserap di setiap sektornya.

Berhubungan dengan alokasi tenaga kerja pada tiap sektor

perekonomian di Kabupaten Sukoharjo dapat dipengaruhi oleh beberapa

komponen antara lain komponen pertumbuhan nasional (Nij), komponen

pertumbuhan proporsional (Mij), komponen keunggulan kompetitif (Cij).

dari ketiga komponen yang menjadi dasar untuk mengetahui alokasi tenaga

kerja.

Komponen pertumbuhan nasional (Nij) merupakan perubahan

kesempatan kerja yang disebabkan oleh perubahan kesempatan kerja secara

umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal

yang mempengaruhi perekonomian semua sektor di suatu wilayah misalnya

devaluasi, inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan. Bila diasumsikan

bahwa tidak terdapat perbedaan karakteristik ekonomi antar sektor dan antar

wilayah, maka akibat dari perubahan ini pada berbagai sektor dan wilayah

kurang lebih sama dan setiap sektor dan wilayah akan berubah dan

bertumbuh dengan laju yang hampir sama dengan laju pertumbuhan nasional.

Dengan demikian pertumbuhan wilayah diperlakukan sama dengan

pertumbuhan nasional.

Komponen pertumbuhan proprosional (Mij) menjelaskan

(15)

commit to user

pertekonomian nasional. Pergeseran proposional mengukur perubahan relatif,

pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan

perekonomian yang lebih besar dijadikan acuan. Nilai komponen

pertumbuhan proporsional menunjukkan pertumbuhan suatu sektor termasuk

cepat atau lambat. Nilai positif menunjukkan sektor perekonomian daerah

berkembang lebih cepat dibandingkan dengan nasional. Jika bernilai negatif

berarti sektor perekonomian daerah tersebut berjalan lebih lambat

dibandingkn dengan nasional. Tapi jika bernilai sama dengan nol berarti

pertumbuhan antara sektor daerah dan nasional tidak berbeda.

Komponen pertumbuhan keunggulan kompetitif (Cij) timbul karena

peningkatan kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan wilayah

lainnya. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah mengidentifikasi

sektor-sektor yang berpotensi untuk dikembangkan dimasa yang akan datang

(Budiharsono, 2001)

Pembangunan di setiap daerah memerlukan tenaga kerja sebagai salah

satu modal utamanya. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka

jumlah angkatan kerjapun juga semakin meningkat. Namun permasalahan

yang terjadi di Indonesia adalah kurang tersedianya lapangan pekerjaan.

Permintaan lapangan kerja yang tidak terpenuhi ini menandakan bahwa

pembangunan ekonomi di daerah tersebut tidak berjalan secara efektif. Hal

ini sesuai dengan pendapat Simanjuntak (1985), bahwa jumlah penduduk dan

angkatan kerja yang besar serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi

sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bila daya dukung ekonomi yang

efektif di daerah itu cukup kuat memenuhi berbagai macam kebutuhan

masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja. Pendapat tersebut

diperkuat oleh Arsyad (1992) yang menyatakan bahwa pembangunan

ekonomi adalah satu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya

mengelola sumber-sumber daya yang ada, dan membentuk pola kemitraan

antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu

lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam

(16)

commit to user

Adanya jumlah penduduk dan angkatan kerja yang cukup besar di satu

pihak menggambarkan potensi yang dikerahkan untuk usaha produktif yaitu

yang dapat menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Disisi lain, hal tersebut memberikan gambaran betapa besarnya

tantangan yang dihadapi terutama dalam hal penyediaan bahan makanan,

papan, sandang fasilitas pendidikan, kesehatan dan penyediaan kesempatan

kerja bagi masyarakat tersebut. Keadaan ini menunjukan adanya

permasalahan dalam ketanaga kerjaan dan masalah ini tidak berdiri sendiri

akan tetapi akan mempunyai kaitan yang lebih komplek karena terkait pada

sektor yang lain.

Kelangkaan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo

dapat disebabkan oleh adanya daya serap yang rendah atau kurang minatnya

angkatan kerja bekerja di sektor pertanian. Keadaan ini akan berdampak pada

kontribusi sektor pertanian dalam mengalokasikan tenaga kerja. Akibat

selanjutnya adalah akan terjadi ketimpangan pendapatan masyarakat yang

berada di berbagai sektor perekonomian.

Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat besar dalam

pembangunan Indonesia. Usaha dalam bidang pertanian akan terus berjalan

selama manusia masih memerlukan makanan untuk mempertahankan hidup

dan masih memerlukan hasil pertanian sebagai bahan baku dalam

industrinya. Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan untuk

meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor dan pendapatan petani,

memperluas kesempatan kerja, serta mendorong pemerataan pembangunan.

Potensi tiap sector perekonomian yang ada di Kabupaten Sukoharjo

adalah penunjang dalam peningkatan pembangunan. Salah satu indikator

keberhasilan dalam pembangunan daerah adalah terjadinya peningkatan nilai

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan nilai PDRB dapat

diketahui bahwa terjadi peningkatan maupun penurunan kondisi

(17)

commit to user

PDRB Kabupaten Sukoharjo tahun 2004-2008 menurut lapangan usaha atas

dasar harga konstan 2000 Th.2004-2008. Dapat dilihat pada tabel 1. berikut:

Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Sukoharjo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2008 (Juataan Rupiah)

Lapangan usaha Tahun

2004 2005 2006 2007 2008*

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Galian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik Gas dan air Bersih

5. Bangunan

6. Perdagangan Hotel dan Restoran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan sewa dan Jasa

9. Jasa-jasa

Sumber : PDRB Kabupaten Sukoharjo 2008 Ket : * Angka Sementara

: (Jutaan Rupiah) (Persen)

Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa kontribusi PDRB terbesar

yaitu sektor industri pengolahan kemudian sektor perdagangan, hotel dan

restoran menempati urutan kedua. Kontribusi PDRB sektor pertanian

menempati urutan ketiga. Kontribusi PDRB sektor pertanian pada tahun

2004-2008 mengalami fluktuatif. Tahun 2008 kontribusi PDRB sektor

pertanian mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar

20,26%. Kontribusi sektor pertanian berturut-turut tahun 2004-2008 terhadap

PDRB Kabupaten Sukoharjo relatif besar, yaitu 968.626.61 (20,02%),

1.082.508.15 (20.37%), 1.236.238,65 (20.20%), 1.419.978,16 (20.24%), dan

1.571.001,22 (20.26%), sektor pertanian menempati urutan ketiga setelah

(18)

commit to user

Kontribusi sektor pertanian cenderung mengalami fluktuasi dari tahun

2004 hingga 2008, akan tetapi sektor ini tetap menjadi salah satu sektor

yang mempunyai peranan penting bagi Kabupaten Sukoharjo. Adapun

besarnya kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo didukung

dengan luas lahan pertanian yang relatif luas yaitu 21.02 Ha dari luas

penggunaan lahan di Kabupaten Sukoharjo

(BPS Kabupaten Sukoharjo, 2008).

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan dapat dilihat dari laju

pertumbuhannya. Laju pertumbuhan sektor pertanian sebesar 4,98%. Laju

pertumbuhan yang paling besar peningkatanya dialami oleh sektor keuangan,

sewa bangunan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 7,35% menyusul kemudian

sektor jasa-jasa sebesar 5,81% dan sektor bangunan sebesar 5,25 %.

Sedangkan laju pertumbuhan yang paling kecil dialami oleh sektor

pertambangan dan galian yang tumbuh sebesar 1,09%. Pertumbuhan yang

signifikan di sektor keuangan, sewa bagunan dan jasa perusahaan, hal ini di

akibatkan adanya pembangunan perumahan di beberapa lokasi perumahan

beberapa tahun terakhir guna memenuhi banyaknya permintaan konsumen

akan kebutuhan perumahan sehingga sewa bangunan mengalami peningkatan

yang signifikan (BPS. Kabupaten Sukoharjo 2008)

Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat dari

banyaknya tenaga kerja yang terserap di wilayah tersebut. Besarnya

penyerapan tenaga kerja dapat meningkatkan pendapatan perkapita

penduduk, yang akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Adapun Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut

lapangan usaha di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2008 adalah 411.496

orang, di mana sebanyak 85.560 orang terserap di sektor pertanian.

(Jawa Tengah dalam angaka, 2008).

Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian menunjukkan bahwa

sektor tersebut mampu menyumbang peningkatan alokasi tenaga kerja.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diteliti tentang peranan dan

(19)

commit to user

Kabupaten Sukoharjo dibandingkan sektor yang sama di Propinsi Jawa

Tengah. Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka penulis

mengambil judul “ANALISIS ALOKASI TENAGA KERJA SEKTOR

PERTANIAN DI KABUPATEN SUKOHARJO”

B. Perumusan Masalah

Pembangunan daerah sangat dipengaruhi oleh banyaknya tenaga kerja

yang terserap pada sektor-sektor perekonomian, jumlah tenaga kerja yang

mengisi sektor-sektor perekonomian tersebut mengindikasikan potensi

masing-masing sektor perekonomian. Semakin banyak jumlah tenaga kerja

yang terserap maka bisa dikatakan bahwa sektor tersebut mempunyai

kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional maupun daerah

(Priadi, 2005). Tabel 1.1 memberi gambaran tentang alokasi tenaga kerja di

setiap sektor di Kabupaten Sukoharjo tahun 2004-2008.

Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Tiap Sektor di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2004-2008 (Jiwa)

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sumber : Jawa Tengah dalam Angka Tahun 2009

Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja

sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004-2006 mengalami

penurunan, sedangkan pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan dan antara

tahun 2007-2008 penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten

Sukoharjo kembali mengalami penurunan. Perubahan penyerapan tenaga

(20)

commit to user

pertumbuhan tenaga kerja sektor pertanian. hal ini dapat dilihat dari jumlah

tenaga kerja yang terserap di setiap tahun mengalami perubahan. Naik

turunya penyerapan tenaga kerja ini disebabkan karena keadaan alam yang

tidak mendukung, adanya teknologi inovasi yang lebih efisien atau

beralihnya tenaga kerja sektor pertanian ke sektor lain yang dirasa lebih

menjanjikan.

Oleh karena itu dalam perencanaan kesempatan kerja di sektor

pertanian perlu diketahui besarnya alokasi tenaga kerja sektor pertanian

selama ini di Kabupaten Sukoharjo. Sehingga diperlukan perencanaan yang

tepat dengan kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan

uraian diatas, maka dapat diketahui permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana perubahan alokasi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten

Sukoharjo tahun 2004-2008 berdasarkan analisis shift-share?

2. Apakah sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo mempunyai keunggulan

kompetitif dalam meningkatkan alokasi tenaga kerja?

3. Bagaimana efek alokasi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten

Sukoharjo?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui besarnya perubahan alokasi tenaga kerja sektor pertanian di

Kabupaten Sukoharjo tahun 2004-2008 berdasarkan analisis shift-share. 2. Mengetahui apakah sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo mempunyai

keunggulan kompetitif dalam meningkatkan alokasi tenaga kerja.

3. Mengetahui efek alokasi tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten

(21)

commit to user

D.Kegunaan Penelitian

Kegunaan penulisan penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, guna menambah wawasan berkaitan dengan topik penelitian

serta merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo, sebagai sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam

perencanaan tenaga kerja, khususnya di sektor pertanian.

3. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian

(22)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Eva Helmi (2004) yang

berjudul” Analisis Alokasi Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Karanganyar”. Mengunakan analisis Shift Share (SSA) untuk mengetahuai penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar, diperoleh

nilai dominan 14,41 %. Hal ini dibuktikan dengan nilai pertumbuhan

proporsional sektor pertanian yang positif yang berarti sektor pertanian

memiliki pertumbuhan yang cepat dalam menyerap tenaga kerja namun sektor

pertanian di kabupaten Karanganyar tidak terspesialisasi dan tidak memiliki

keunggulan yang kompetitif yang baik di bandingkan dengan daerah lain

Penelitian yang dilakukan Epiphania (2010) yang berjudul ” Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Karanganyar”. Besarnya peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja dihitung dengan angka pengganda tenaga kerja. Untuk progresifitas

pertumbuhan kesempatan kerja selama tahun 2003-2007 diamati dengan

analisis Shift Share melalui komponen Pertumbuhan Nasional, Pertumbuhan Proporsional, dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah. Sedangkan proyeksi

kesempatan kerja sektor pertanian dilakukan dengan analisis pure forecast dengan asumsi elastisitas kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Karanganyar tetap.

Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten

Karanganyar selama tahun 2003-2007 yang diamati dengan menggunakan

angka pengganda tenaga kerja menunjukkan kecenderungan yang semakin

menurun. Hasil perhitungan angka pengganda rata-rata adalah 1,58 yang

artinya bahwa selama tahun 2003-2007 setiap peningkatan kesempatan kerja di

sektor pertanian sebesar 1 orang dapat meningkatkan kesempatan kerja

keseluruhan sebanyak 1 sampai 2 orang di wilayah Kabupaten Karanganyar.

(23)

commit to user

Progresifitas pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian Kabupaten

Karanganyar pada tahun 2003-2007 termasuk kelompok lamban dengan nilai

pergeseran bersih -67.593,16. Proyeksi kesempatan kerja sektor pertanian

Kabupaten Karanganyar pada tahun 2017 diperkirakan sebesar 3.784 orang

atau selama tahun 2008 sampai tahun 2017 terjadi penurunan kesempatan kerja

di sektor pertanian sejumlah 124.650 orang dengan rata-rata penurunan

kesempatan kerja yang terjadi adalah 12.465 orang tiap tahunnya.

Berdasarkan penelitian Amin (2006) yang berjudul ”Peranan Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang” dengan menggunakan angka pengganda tenaga kerja diketahui nilai angka pengganda

tenaga kerja sektor pertanian pada tahun 2000 sebesar 1,70 dan pada tahun

2001 dan 2002 mengalami kenaikan menjadi 1,81 dan 1,85. Kemudian turun

pada tahun 2003 sampai 2005 menjadi 1,62 pada tahun akhir analisis. Dari nilai

rata-rata diperoleh nilai 1,76 yang artinya bahwa selama tahun 2001-2005

setiap peningkatan kesempatan kerja di sektor pertanian sebesar 1 orang dapat

meningkatkan kesempatan kerja keseluruhan sebanyak 1 sampai 2 orang di

wilayah Kabupaten Semarang.

Pada tahun 2002 peranan sektor pertanian adalah yang terbesar dalam

menyerap tenaga kerja. Kenaikan kesempatan kerja sektor pertanian di

Kabupaten Semarang ini mengakibatkan meningkatnya penyerapan tenaga

kerja secara keseluruhan sebesar 11.459 orang. Peningkatan penyerapan tenaga

kerja sektor pertanian pada tahun 2002 dikarenakan ada beberapa subsektor

pertanian yang mengalami peningkatan produksi seperti subsektor tanaman

bahan makanan, peternakan dan kehutanan. Peningkatan yang paling tinggi

terjadi pada subsektor tanaman bahan makanan. Hal ini karena lahan di

Kabupaten Semarang sangat sesuai untuk kegiatan pertanian tamanan pangan

karena ketersediaan air yang cukup dan topografinya yang memiliki banyak

pegunungan. Pada tahun 2002 subsektor peternakan dan kehutanan juga

mengalami peningkatan produksi. Ketersediaan rumput yang cukup sebagai

pakan pokok ternak menyebabkan usaha dari subsektor peternakan

(24)

commit to user

Ketiga hasil penelitian tersebut dijadikan referensi dalam penelitian ini

dengan alasan adanya kesamaan letak geografis, yaitu sama-sama berada di

wilayah Jawa Tengah, dengan obyek yang diteliti adalah sektor pertanian.

Selain itu adanya kesamaan metode, yaitu menggunakan Analisis Shift Share dalam menganalisis peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja

dan laju pertumbuhan pertanian. Berpijak dari ketiga hasil penelitian tersebut

peneliti mencoba untuk menerapkan pada penelitian alokasi tenaga kerja sektor

pertanian di Kabupaten Sukoharjo.

B.Landasan Teori

1. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian di Indonesia telah menunjukan kontribusi

yang nyata, bahwa peningkatan produktivitas tanaman pangan melalui

varietas unggul, peningkatan produksi peternakan dan perikanan telah

terbukti mampu mengatasi persoalan kelaparan dalam empat dasawarsa

terakhir. Pembangunan perkebunan dan agroindustri juga telah mampu

mengantarkan pada kemajuan ekonomi bangsa, perbaikan kinerja ekspor

dan penyerapan tenaga kerja selama empat dasa warsa terakhir. Adapaun

strategi pembangunan pertanian mengikuti tiga prinsip penting yaitu :

1. Broad-besed dan terintregrasi dengan ekonomi makro. 2. Pemerataan dan pemberantasan kemiskinan.

3. Pelestarian linkungan hidup.

Dua prinsip utama telah menunjukan kinerja yang baik, seperti yangh telah

diuraikan diatas karena dukungan jaringan irigasi, jalan dan

jembatan,perubahan teknologi, kebijakan ekonomi makro dan sebagainya.

(Arifin,2008).

Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai proses yang

ditujukan untuk selalu menambah produk pertanian untuk tiap konsumen

sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha petani dengan

jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar campur tangan

(25)

commit to user

produksi, pendapatan maupun produktivitas ini berlangsung terus, sebab

apabila tidak, berarti pembangunan terhenti (Surahman dan Sutrisno, 1997).

2. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan

Kamaluddin (1998) menyatakan bahwa peranan utama sektor

pertanian dalam pembangunan sehubungan dengan

pertimbangan-pertimbangan berikut:

a. Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang

menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

b. Sektor pertanian di negara berkembang merupakan sumber utama

pemenuhan kebutuhan pokok tanaman pangan.

c. Sektor pertanian merupakan penyedia input tenaga kerja yang sangat

besar untuk menunjang pembangunan sektor lain terutama industri.

d. Sektor pertanian dapat berperan sebagai sumber dana dan daya utama

dalam menggerakkan dan memacu pertumbuhan ekonomi.

e. Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi hasil output

sektor modern di perkotaan yang ditumbuhkembangkanya.

Pertanian dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap

pembangunan ekonomi negara sedang berkembang dengan alasan : (1)

pertanian pada umumnya merupakan sektor dominan di negara sedang

berkembang bila ditinjau menurut proporsi GDP yang dihasilkan dalam

sektor ini atau menurut sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja total,

(2) pertumbuhan sektor non pertanian di negara sedang berkembang sangat

tergantung pada peningkatan penyediaan pangan yang mantap karena hal

tersebut menyebabkan inflasi dan biaya upah tetap rendah. Selain itu

banyak industri manufaktur tergantung pasokan bahan mentah dari sektor

pertanian, (3) pertanian menyediakan tenaga kerja bagi pertumbuhan sektor

perekonomian non pertanian, (4) laju pemupukan modal di negara sedang

berkembang dapat meningkat dengan adanya kemajuan pertanian karena

proses pemupukan modal ditentukan elastisitas pasokan pangan, (5)

pertanian memberi sumbangan pada neraca pembayaran dengan

(26)

commit to user

menghasilkan hasil-hasil pertanian pengganti impor, (6) pertumbuhan dan

pemekaran pertanian sangat erat berhubungan dengan pertumbuhan pasar

dalam negeri. Perekonomian agraris yang terus tumbuh dibarengi dengan

distribusi pendapatan di sektor pertanian yang adil akan memperbesar

permintaan total, mendorong permintaan akan produk-produk industri

sehingga membantu proses industrialisasi. (Norman, 1994).

Kedudukan sektor pertanian dalam tatanan perekonomian nasional,

kembali memegang peranan cukup penting pada saat sektor perekonomian

lainnya mengalami penurunan akibat krisis ekonomi dan moneter yang

terjadi selama beberapa tahun terakhir ini. Kondisi seperti ini memberikan

kenyataan bahwa sektor pertanian masih merupakan bagian dari

sumberdaya pembangunan yang potensial untuk dijadikan sebagai sektor

strategis perencanaan pembangunan nasional maupun perencanaan

pembangunan di tingkat regional atau daerah saat ini dan ke depan, melalui

program pembangunan jangka pendek, menengah maupun dalam program

pembangunan jangka panjang. (Anugrah dan Ma’mun, 2003).

Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari

keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini

menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya

meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan

yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia:

1. Potensi sumberdayanya yang besar dan beragam,

2. Pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar,

3. Besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor

pertanian

4. Sektor pertanian menjadi basis pertumbuhan ekonomi di pedesaan.

(Muawin, 2010)

3. Sektor Pertanian di Kabupaten Sukoharjo

Menurut Lukito (2010) salah satu permasalahan dalam pembangunan

pertanian di Kabupaten Sukoharjo seperti yang tertuang dalam Rencana

(27)

commit to user

berkurangnya lahan pertanian ke non pertanian rata-rata setiap tahun

selama empat (4) tahun terakhir 57 Ha (0,21%). Data mengenai perubahan

penggunaan lahan pertanian ke non pertanian adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Data Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian Ke Non Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 (Ha)

Kecamatan 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010

Lokasi industri tekstil yang ada di Kabupaten Sukoharjo merupakan

peralihan dari lahan sawah beririgasi teknis yang subur menjadi lahan

industri. Lokasi industri ini masih menjadi satu dengan lahan pertanian di

sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan adanya gejala urban sprawl (gejala

perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar). Gejala urban sprawl yang terjadi di wilayah ini mempunyai tipe leap frog development. Tipe leap frog development merupakan tipe gejala urban yang paling merugikan lingkungan.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukan bahwa selain industri

tekstil, banyak pendirian jenis industri lain di Kabupaten Sukoharjo yang

juga merupakan peralihan dari lahan sawah beririgasi teknis yang subur

menjadi lahan industri. Perubahan lahan sawah berigasi teknis yang subur

menjadi lahan industri ini tidak disertai pembuatan sawah baru sebagai

penggantinya, sehingga akan mengurangi luasan lahan sawah beririgasi

(28)

commit to user

pembangunan bidang pertanian, yang merupakan salah satu bidang prioritas

pembangunan di Kabupaten Sukoharjo. Berkurangnya luasan lahan sawah

beririgasi teknis yang subur, dapat berpengaruh pada penurunan produksi

beras yang merupakan kebutuhan pokok banyak orang. Sehingga

dikhawatirkan akan mengancam program ketahanan pangan. Selain itu,

berkurangnya luasan lahan sawah beririgasi teknis yang subur juga dapat

berdampak pada masalah lapangan kerja, mengingat bidang pertanian masih

merupakan mata pencaharian sebagian besar penduduk di Kabupaten

Sukoharjo (Sutanta, 2010)

4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yamg berumur di dalam batas usia

kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan yang lain.

Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 15 tahun

sampai dengan 64 tahun. Tenaga kerja (manpower) dipilah pula ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (laborforce) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia

yang bekerja, atau yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara

sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang

termasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam

usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak

mencari pekerjaan (Priadi,2003).

Menurut Silalahi (2009) Tenaga Kerja adalah setiap orang laki-laki

atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di

dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Dalam sensus penduduk, orang

dinyatakan bekerja bila selama satu minggu sebelum pencacahan

melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan paling sedikit selama

satu jam. Sedangkan penganggur adalah orang yang tidak bekerja sama

sekali selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh

(29)

commit to user

Terkait dengan tenaga kerja, perencanaan tenaga kerja pertama-tama

harus diidentifikasi masalah sosial ekonomis yang ingin diatasi dan tujuan

pembangunan yang ingin dicapai, serta potensi yang ada. Sesudah itu

diidentifikasi masalah ketenagakerjaan yang berpengaruh pada masalah

pembangunan dan yang menghambat pencapaian tujuan pembangunan.

Kemudian baru ditetapkan tujuan, sasaran dan program ketenagakerjaan

serta kebijaksanaan yang perlu dilaksanakan (Suroto, 1992).

Sektor pertanian di tingkat pedesaan saat ini mulai ditinggalkan,

terutama oleh anak-anak muda. Kebanyakan mereka memilih bekerja di

jasa kemasyarakatan yang berada di daerah perkotaan. Kurangnya peminat

di sektor pertanian karena pertanian hasilnya kurang menggembirakan jika

bandingkan dengan sektor lain. Disamping itu, pengerjaannya kebanyakan

masih tradisional sehingga dinilai sudah ketinggalan.

Sektor lapangan pekerjaan yang ada selain sektor pertanian, antara

lain sektor pertambangan dan pengolahan, sektor air, listrik dan gas, sektor

industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran. Selain itu, sektor transportasi dan komunikasi, serta sektor jasa

keuangan dan persewaan. Pekerjaan yang tidak masuk di sektor tersebut,

masuk kategori sektor jasa kemasyarakatan.

Sejak tahun 2006-208, sektor jasa kemasyarakatan seperti menjadi

juru parkir, jualan bakso, lesehan terus meningkat. Hal itu dikarenakan

lapangan pekerjaan non formal meningkat dan pekerjaan formal

kesempatannya sangat minim. Sehingga apapun pekerjaannya dilakukan.

Rata-rata jasa kemasyarakatan banyak lulusan SMU (Ichwan, 2010).

Upah nominal harian buruh tani Nasional pada Februari 2010 naik

sebesar 0,56 persen dibanding upah Januari 2010, yaitu dari Rp37.426

menjadi Rp37.637 per hari. Secara riil mengalami penurunan sebesar 0,33

persen. Sedangkan upah nominal bulanan buruh industri pada triwulan III

2009 naik sebesar 3,33 persen dibanding upah triwulan II 2009 yaitu dari

Rp1.119.196 menjadi Rp1.156.492, secara riil naik 1,41 persen. Dibanding

(30)

commit to user

selain petani dan buruh industri, nominal harian buruh bangunan (tukang

bukan mandor) pada Februari 2010 naik 0,52 persen dibanding upah

Januari 2010 yaitu dari Rp56.570 menjadi Rp 56.864 (Santoso, 2010).

5. Analisis Shift Share

Analisis Shift-Share adalah suatu alat analisa yang dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana pergeseran struktur suatu sektor

perekonomian pada suatu daerah dalam hubungannya dengan sistem

perekonomian yang lebih tinggi. Metode itu dipakai untuk mengamati

struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan

pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama

pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Dengan menggunakan

analisis ini akan dapat terlihat bagaimana peran dan prospek suatu sektor di

daerah tertentu. Analisis shift-share memisahkan (mendekomposisi)

pertumbuhan suatu daerah ke dalam tiga komponen:

1. Peran pertumbuhan nasional secara keseluruhan terhadap daerah

(Regional Share)

2. Peran pertumbuhan sektoral nasional terhadap daerah

(Proportional Shift)

3. Peran pertumbuhan sektoral daerah terhadap pertumbuhan daerah

(Differential Shift) (Masri, 2010)

Analisis Shift Share adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relative

terhadap struktur ekonomi wilayah administrative yang lebih besar sebagai

membanding atau refrensi.

Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam

tiga bidang yang berhubungan satu sama lain yaitu membagi pertumbuhan

sebagai perubahan (D) suatu variabel daerah, pendapatan atau output

selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh : pertumbuhan nasional (N),

(31)

commit to user

pengaruh bauran industri (industy mix) disebut proporsional shift dan pengaruh keunggulan kompetitif disebut regional share atau differential shift. Bentuk umum persamaan dari komponen-komponen Shift Share Analysis adalah sebagai berikut :

D ij = N ij + M ij + C ij

Dij = E ij . r n + E ij (r in - r n) + E ij (r ij – r in)

Keterangan :

D = Perubahan

N = Pertumbuhan Nasional

M = Pergeseran Proporsional

C = Keunggulan Kompetitif

E ij = Tenaga Kerja di Sektor i di Wilayah j (Daerah)

E in = Tenaga Kerja di Sektor i di Wilayah n (Nasional)

r ij = Laju Pertumbuhan Sektor i di Wilayah j (Daerah)

r in = Laju Pertumbuhan Sektor i di Wilayah n (Nasional)

r n = Laju Pertumbuhan Tenaga Kerja di Wilayah n (Nasioanal)

(Tri Widodo, 2006)

Keunggulan analisis Shift Share antara lain:

1. Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang

terjadi, walau analisis Shift Share tergolong sederhana.

2. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian

dengan cepat.

3. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur

dengan cukup akurat.

Kelemahan analisis shift-share, yaitu 1. Hanya dapat digunakan sebagai contoh.

2. Ada data periode waktu tertentu di tengah tahun pengamatan yang tidak

terungkap.

3. Analisis ini sangat berbahaya sebagai alat peramalan, mengingat bahwa

(32)

commit to user

5. Tidak ada keterkaitan antar daerah.

(Masri, 2010).

Analisis Shift Share Dynamic atau Esteban-Marquillas Shift Share Analysis. Analisis ini berbeda dengan analisis Shift Share klasik dimana dalam analisis klasik diasumsikan ada tiga komponen yaitu komponen

pertumbuhan nasional, komponen pertumbuhan proporsional dan

komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Bentuk umum persamaan dari

komponen-komponen Shift Share Analysis adalah sebagai berikut :

D ij = N ij + M ij + C ij

Dij = E ij . r n + E ij (r in - r n) + E ij (r ij – r in)

(Tri Widodo, 2006)

Modifikasi Estaban Marquiles (E-M) dengan tujuan untuk menutup kekurangan dari analisis Shift Share klasik. Modifikasi ini meliputi pendefinisian kembali keunggulan kompetitif sebagai komponen ketiga dan

teknik Shift Share klasik dan menciptakan komponen Shift Share yang ke empat yakni pengaruh alokasi. Persamaan Shift Share yang direvisi itu mengandung suatu unsur baru, yakni Homotethic Employment di sektor i di wilayah j diberi notasi E´ ijdan dirumuskan sebagai berikut:

E´ ij = E ij (E in / E n)

Homotethic Employment (E´ ij) didefinisikan sebagai perubahan dalam tenaga kerja suatu daerah yang diharapkan dalam suatu industri jika

struktur tenaga kerja di suatu region adalah sama dengan struktur tenaga

kerja di tingkat nasional.

Komponen ketiga dari variabel wilayah adalah keunggulan

kompetitif. Keunggulan kompetitif didefinisikan adalah kemampuan suatu

daerah untuk mengelola sumber daya yang dimilki dan tersepesialisasi

sehingga mampu bersaing dengan sektor yang lain yang terdapat pada

daerah tersebut.Cij dirumuskan sebagai berikut :

(33)

commit to user

Keterangan :

Cij : Keunggulan kompetitif

Eij : Tenaga kerja sektor i diwilayah j (Daerah)

rij : Laju pertumbuhan sektor i diwilayah j (Daerah)

rin : laju pertumbuhan sektor I diwilayah j (Propinsi)

Bagian yang belum dijelaskan dari perubahan suatu variabel

wilayah (employment) atau D-M-N-C disebut Allocation Effect. Untuk sektor i di wilayah j, pengaruh alokasi, Aijdirumuskan sebagai berikut:

Aij = ( Eij - E´ij ) ( rij – rin )

Aij adalah bagian dari pengaruh (keunggulan) kompetitif tradisional

(klasik) yang menunjukkan adanya tingkat spesialisasi di sektor i di

wilayah j. Dengan perkataan lain Aij adalah perbedaan antara kesempatan

kerja nyata sektor i di wilayah j dan kesempatan kerja di sektor wilayah itu

bila struktur kesempatan kerja wilayah sama dengan struktur kesempatan

kerja nasional. Nilai perbedaan dikalikan dengan perbedaan antara laju

npertumbuhan sektor diwilayah tersebut (rij) dan laju pertumbuhan sektor

nasional(rin).

(Prasetyo Soepomo, 1993 dalam Choliq Sabama, 2007).

6. Efek Alokasi

Efek alokasi adalah komponen dalam Shift Share yang menunjukkan apakah suatu daerah terspesialisasi dengan sektor perekonomian yang ada

dimana akan diperoleh keunggulan kompetitif. Semakin besar nilai efek

alokasi semakin baik pendapatan atau kesempatan kerja didistribusikan

diantara sektor perekonomian dengan keunggulan masing-masing

(Ropingi, 2004)

Aij = (Eij – E’ij) (rij – rin)

Aij adalah bagian dari pengaruh (keunggulan) kompetitif tradisional

(klasik) yang menunjukkan adanya tingkat spesialisasi di sektor i di

kabupaten - kota j. Dengan perkataan lain, Aij adalah perbedaan antara nilai

output nyata di sektor I di kabupaten - kota j dan nilai output di sektor

(34)

commit to user

dengan struktur nilai output Jawa Tengah dan nilai perbedaan itu dikalikan

dengan perbedaan antara laju pertumbuhan sektor di kabupaten - kota itu

(rij) dan laju pertumbuhan sektor Jawa Tengah (rin).

(Eij–E’ij) menunjukkan adanya spesialisasi di sektor tersebut didapat

dari variabel nyata dengan variabel diharapkan, jika :

- Eij – E’ij < 0 maka sektor tersebut bukan spesialisasi (Not Specialize ) - Eij – E’ij > 0 maka sektor tersebut spesialisasi (Specialized).

(rij – rin) menunjukkan adanya keunggulan kompetitif di sektor tersebut

yang didapat dari laju pertumbuhan sektor kabupaten - kota dengan laju

pertumbuhan sektor Jawa Tengah, jika :

- rij – rin < 0 maka sektor tersebut tidak mempunyai keunggulan

kompetitif (Competitive Disadvantage).

- rij – rin > 0 maka sektor tersebut mempunyai keunggulan kompetitif

(Competitive Advantage).

Jika suatu kabupaten – kota mempunyai spesialisasi di sektor – sektor

tertentu, maka sektor – sektor itu juga menikmati keunggulan kompetitif

yang lebih baik. Maksudnya efek alokasi (Aij) itu dapat positif atau negatif.

Efek alokasi yang positif mempunyai 2 kemungkinan :

1. Eij – E’ij < 0 dan rij – rin < 0

2. Eij – E’ij > 0 dan rij – rin > 0

Dengan sendirinya, efek alokasi yang negatif mempunyai dua kemungkinan

yang berkebalikan dengan efek alokasi yang positif tersebut di atas.

Modifikasi Esteban - Marquillas terhadap analisis Shift Share adalah : Dij = Eij (rn) + Eij (rij- rin) + E’ij (rij- rin) + (Eij – E’ij ) (rij- rin)

(Prasetyo Supono dalam Mulyanto Sudarmono, 2006)

C.Kerangka Teori Pendekatan Masalah

(35)

commit to user

komponen pertumbuhan proporsional dan komponen pertumbuhan pangsa

wilayah. Bentuk umum persamaan dari komponen-komponen Shift Share Analysis adalah sebagai berikut :

D ij = N ij + M ij + C ij

Dij = E ij . r n + E ij (r in - r n) + E ij (r ij – r in)

(Tri Widodo, 2006)

Dalam penelitian ini analisis Shift Share yang digunakan adalah analisis Shift Share dengan modifikasi Estaban Marquiles (E-M) dengan tujuan untuk menutup kekurangan dari analisis Shift Share klasik. Modifikasi ini meliputi pendefinisian kembali keunggulan kompetitif

sebagai komponen ketiga dan teknik Shift Share klasik dan menciptakan komponen Shift Share yang ke empat yakni pengaruh alokasi. Persamaan Shift Share yang direvisi itu mengandung suatu unsur baru, yakni Homotethic Employment di sektor i di wilayah j diberi notasi E´ ij dan dirumuskan sebagai berikut:

E´ ij = E ij (E in / E n)

Homotethic Employment (E´ ij) didefinisikan sebagai perubahan dalam tenaga kerja suatu daerah yang diharapkan dalam suatu industri jika

struktur tenaga kerja di suatu region adalah sama dengan struktur tenaga

kerja di tingkat nasional.

Komponen ketiga dari variabel wilayah adalah keunggulan

kompetitif. Keunggulan kompetitif didefinisikan adalah kemampuan suatu

daerah untuk mengelola sumber daya yang dimilki dan tersepesialisasi

sehingga mampu bersaing dengan sektor yang lain yang terdapat pada

daerah tersebut.Cij dirumuskan sebagai berikut :

Cij : Eij ( rij – rin ) Keterangan :

Cij : Keunggulan kompetitif

Eij : Tenaga kerja sektor i diwilayah j (Daerah)

Rij : Laju pertumbuhan sektor i diwilayah j (Daerah)

(36)

commit to user

Bagian yang belum dijelaskan dari perubahan suatu variabel

wilayah (employment) atau D-M-N-C disebut Allocation Effect. Untuk sektor i di wilayah j, pengaruh alokasi, Aijdirumuskan sebagai berikut:

Aij = ( Eij - E´ij ) ( rij – rin )

Aij adalah bagian dari pengaruh (keunggulan) kompetitif tradisional

(klasik) yang menunjukkan adanya tingkat spesialisasi di sektor i di

wilayah j. Dengan perkataan lain Aij adalah perbedaan antara kesempatan

kerja nyata sektor i di wilayah j dan kesempatan kerja di sektor wilayah itu

bila struktur kesempatan kerja wilayah sama dengan struktur kesempatan

kerja nasional. Nilai perbedaan dikalikan dengan perbedaan antara laju

npertumbuhan sektor diwilayah tersebut (rij) dan laju pertumbuhan sektor

nasional(rin).

(Prasetyo Soepomo, 1993 dalam Choliq Sabama, 2007). Kerangka

(37)

commit to user

Gambar 1. K

Gambar 1.1 Kerangka Alur Pemikiran Alokasi Tenaga Kerja Sektor

Pertanian di Kabupaten Sukoharjo TENAGA KERJA KABUPATEN

SUKOHARJO

Sektor Pertanian

Tahun 2004-2008

Sektor non pertanian

Analisis Shift – Share Estaben Marquiles

Perubahan Alokasi Tenaga Kerja(Dij)

Efek Alokasi tenaga Kerja sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo Keunggulan Kompetitif Sektor

Pertanian di Kabupaten Sukoharjo

Perubahan alokasi tenaga kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Sukoharjo tahun 2004-2008

Pertumbuhan Propinsi (Nij)

Homotic Employment

Efek alokasi (Aij) Keunggulan Kompetitif (Cij)

Spesialisasi Keunggulan

Kompetitif(C‘ij) Pertumbuhan

Proporsional (Mij)

(38)

commit to user

D. Asumsi – Asumsi

1. Kebijakan pemerintah mengenai migrasi dianggap tidak berpengaruh

dalam jumlah angkatan kerja yang tersedia.

2. Jumlah tenaga kerja masing-masing sektor di Kabupaten atau Daerah

Tingkat II merupakan penjabaran akumulasi jumlah tenaga kerja

Kabupaten atau Daerah Tingkat II.

3. Tenaga kerja adalah seluruh penduduk dalam usia kerja yang potensial

dalam memproduksi barang dan jasa.

4. Variabel pengangguran, pendapatan RT dan jenis kelamin yang tidak

diamati dalam penelitian ini dianggap tidak berpengaruh.

E. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini menggunakan data jumlah tenaga kerja di Kabupaten

Sukoharjo dengan kurun waktu tahun 2004-2008. Data 2004 sampai

dengan 2006 dianalisis terpisah dengan data 2007 sampai dengan 2008

dengan pertimbangan adanya perbedaan sumber data yang di teliti atau di

analisis.

2. Alokasi tenaga kerja menganalisis besarnya jumlah tenaga kerja yang

terserap pada Sembilan sektor perekonomian di Kabupaten Sukoharjo

selama kurun waktu 2004-2008.

3. Tenaga kerja sektor non pertanian dianalisis sebagai bahan perbandingan

penunjang pembahasan dalam penelitian ini.

4. Tenaga kerja sektor pertanian dianalisis sebagai kajian utama

F. Konsep dan Definisi Operasional

1. Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Dalam penelitian ini data

tenaga kerja untuk tahun 2003 hingga tahun 2006, sesuai data SUSENAS

(39)

commit to user

sebagai usia kerja. Namun pada tahun 2007 patokan umur usia kerja dalam

data SUSENAS menjadi lima belas tahun keatas tanpa batasan umur. Hal

ini untuk menyesuaikan dengan patokan umur International Labor Organisation (ILO). Kemudian untuk jumlah tenaga kerja, didekati dengan jumlah orang yang bekerja di Kabupaten Sukoharjo. Dinyatakan

dalam satuan jiwa.

2. Sektor pertanian adalah sektor ekonomi yang dalam proses produksinya

berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan

hewan. Meliputi sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor

perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor

perikanan.(Jawa Tengah Dalam Angka, 2009)

3. Tenaga kerja di sektor pertanian adalah setiap orang laki-laki atau wanita

yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan jasa yang secara nyata memberikan kontribusi

pada sektor pertanian. Satuan yang digunakan jiwa.

4. Alokasi tenaga kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap

pada setiap sektor perekonomian di suatu wilayah. Satuan yang digunakan

jiwa. (Hendayana dan Togotorop, 2006)

5. Alokasi tenaga kerja sektor pertanian adalah jumlah tenaga kerja yang

terserap di sektor pertanian. Berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

kelangsungan sektor pertanian. Satuan yang digunakan jiwa.

6. Analisis Shift-Share adalah suatu alat analisa yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya alokasi tenaga kerja pada suatu daerah

(Kota/Kabupaten) dalam hubungannya dengan alokasi tenaga kerja pada

wilayah yang lebih tinggi (Propinsi). Dengan menggunakan analisis ini

akan dapat terlihat bagaimana peran dan prospek suatu sektor di daerah

tertentu dalam menciptakan alokasi tenaga kerja.

7. Analisis Shift-Share Estaben Marquiles adalah pendefinisian kembali tentang keunggulan kompetitif sebagai komponen ketiga dari Shift – Share Klasik dan menciptakan kembali komponen shift share yang ke empat

(40)

commit to user

8. Laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor pertanian menurut Analisis

Shift Share klasik adalah hasil penjumlahan persentase perubahan alokasi tenaga kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan nasional,

komponen pertumbuhan proporsional dan komponen keunggulan

kompetitif. Satuan yang digunakan jiwa dan persen. (Soepono. 1993).

9. Tahun dasar analisis adalah tahun awal yang digunakan dalam analisis

penelitian.

10. Tahun akhir analisis adalah tahun akhir yang digunakan dalam analisis

penelitian.

11. Spesialisasi sektor perekonomian adalah sektor yang unggul di suatu

wilayah.

12. Keunggulan kompetitif adalah kemampuan suatu daerah untuk mengelola

sumber daya yang dimiliki dan tersepesialisasi sehingga mampu bersaing.

Sehingga berpengaruh terhadap sektor ekonomi yang akan di kembangkan

pada daerah tertentu (Ropingi, 2004).

13. Efek alokasi adalah komponen yang menunjukan tenaga kerja pada sektor

ekonomi di suatu daerah dapat dispesialisasikan dan mempunyai

(41)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1994) metode deskriptif yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang tidak

hanya mengumpulkan dan menyusun data namun meliputi analisis dan

interprestasi tentang arti data tersebut.

B. Metode Pemilihan Daerah Penelitian

Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Sukoharjo

dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Alokasi tenaga kerja sektor pertanian pada periode tahun 2004-2008

cenderung mengalami fluktuasi. (Tabel 1.1)

b. Potensi wilayah Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai luas lahan

pertanian yang relatif luas yaitu 69,96% dari 77.378,64 Ha luas wilayah

Kabupaten Sukoharjo (BPS Kabupaten Sukoharjo, 2008).

c. Penyerapan Tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo

menempati urutan terbesar ke tiga pada tahun 2008, setelah sektor

perdagangan dan sektor industri dari sembilan sektor yang ada. (Tabel 5.2)

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dipilihlah Kabupaten

Sukoharjo sebagai daerah penelitian

(42)

commit to user

C. Jenis dan sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang merupakan angka yang telah di olah, disusun dan dicatat secara

sistematis, dengan rentang waktu lima tahun, yaitu tahun 2004 sampai tahun

2008 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, Badan Pusat

Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan data yang diperlukan antara lain data

tentang jumlah tenaga kerja yang teralokasi disetiap sektor perekonomian

disuatu daerah dan propinsi dalam kurun waktu lima tahuan (2004-2008),

luas wilayah secara total, jumlah penduduk, dan data yang masih ada

relevansinya dengan tujuan penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

1. Perubahan Alokasi Tenaga Kerja

Analisis yang digunakan untuk mengetahui alokasi tenaga kerja

sektor pertanian di Kabupaten Sukoharjo adalah analisis shift share dengan rumus sebagai berikut :

D ij = N ij + M ij + C ij

Dij = E ij . r n + E ij (r in - r n) + E ij (r ij – r in)

Dimana rij, rin, dan rn masing-masing didefinisikan sebagai berikut:

rij = (E* ij – E ij) / Eij

rin = (E* in – E in) / Ein

rn = (E* n – E n) / En

Dimana :

D = Perubahan sektor i di wilayah j

N = Pertumbuhan Propinsi sektor i di wilayah j

M = pertumbuhan proporsional sektor i di wilayah j

C = Keunggulan Kompetitif sektor i di wilayah j

E ij = Tenaga Kerja di Sektor i di Wilayah j (Daerah)

E in = Tenaga Kerja di Sektor i di Wilayah n (Propinsi)

Gambar

Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Sukoharjo Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2008 (Juataan Rupiah)
Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Tiap Sektor di Kabupaten Sukoharjo Tahun
Tabel 2.1 Data Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian Ke Non Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 (Ha)
Gambar 1.1 Kerangka Alur Pemikiran Alokasi Tenaga Kerja Sektor commit to user
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi mereka yang telah mendapat izin penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam hutan dimaksud

Pada dasarnya, proses motivasi dapat digambarkan jika seseorang tidak puas akan mengakibatkan ketegangan, yang pada akhirnya akan mencari jalan atau tindakan untuk memenuhi dan

Pada tegangan nilai Vi bernilai 5 volt sesuai keluaran arduino yang digunakan, nilai R1 adalah 10 K sesuai dengan resistor pembagi tegangan yang digunakan dan

Disini penulis mencoba membuat alat pengukur tinggi dan berat badan menggunakan sensor ultrasonik HCSR-04 dan Sensor load cell yang hasil pengukurannya tidak

Metode yang akan dilakukan adalah menggunakan pendekatan TAM (Technology Acceptance Model) , terdiri dari beberapa komponen yang dapat menjelaskan perilaku pengguna

Hasil akhir penelitian ini telah membuktikan bahwa pemberian kinesiotape selama tiga hari tidak berbeda dengan perekat plasebo dalam mengurangi resiko cedera berulang

Jam Mata kuliah Dosen Prodi/Sem Mhs Ruang Pengawas Ujian Pengawas Cadangan. I Matematika Dasar Nila

success.” Pemberdayaan adalah suatu konsep psikologis dengannya karyawan memiliki pengalaman yang lebih dalam hal (1) self-determination – karyawan memiliki (a)