Oleh :
Nurika Mariana Tanjung NIM 4101331003
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
RIWAYAT HIDUP
Nurika Mariana Tanjung dilahirkan di Berangir Kecamatan NA IX-X Kabupaten Labuhanbatu Utara pada tanggal 28 Nopember 1992. Ibu bernama
Nurlela Ritonga dan Ayah bernama Ahmad Fuadi Tanjung. Nurika Mariana
Tanjung merupakan anak pertama (sulung) dari 4 bersaudara. Pada tahun 1998,
penulis masuk SD Negeri 118184 NA IX-X Aek Kota Batu dan lulus pada tahun
2004 kemudian penulis melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 1 NA IX-X Aek
Kota Batu dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan
sekolah di SMA Negeri 1 NA IX-X dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010,
penulis diterima di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Kimia, Fakultas
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SMA NEGERI 1 AEK NATAS
Nurika Mariana Tanjung (4101331003) Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran creative problem solving (CPS) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok sistem koloid kelas XI SMA Negeri 1 Aek Natas. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Aek Natas yang terdiri dari 4 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling dengan mengambil 2 kelas yaitu kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol dimana masing-masing kelas berjumlah 30 orang siswa. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan model CPS dan kelas kontrol diberikan perlakuan model konvensional. Hasil pengolahan data menunjukkan siswa kelas eksperimen memperoleh nilai rata pretest sebesar 30,67 ± 6,39 dan nilai rata-rata postest adalah 82,17 ± 6,25 sedangkan nilai pretest untuk kelas kontrol adalah 26,17 ± 7,03 dan nilai rata-rata postest adalah 73,67 ± 7,76. Nilai rata-rata gain kelas eksperimen diperoleh 0,746 dan kelas kontrol 0,646. Uji normalitas pretest kelas eksperimen diperoleh χ2hitung = 5,35 dan postest diperoleh χ2 = 2,00 dimana
χ2
DAFTAR ISI
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Ruang Lingkup Masalah 3
2.1.1. Hakikat Pembelajaran Kimia 6
2.1.2. Hasil Belajar Kimia 7
2.1.3. Model Pembelajaran 8
2.1.4. Model Pembelajaran Problem Solving 8
2.1.5. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) 8
2.1.6. Kelebihan dan Kelemahan Model Creative Problem Solving 12
2.1.7. Materi Sistem Koloid 13
2.1.7.1. Sistem dispersi 13
2.1.7.2. Pengelompokan Sistem Koloid 15
2.1.7.4. Peranan Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari 24
2.1.7.5. Pembuatan Koloid 25
2.2. Kerangka Konseptual 27
2.3. Hipotesis Penelitian 28
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 29
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian 29
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 29
3.2.1. Populasi Penelitian 29
3.2.2. Sampel Penelitian 29
3.3. Variabel dan Instrumen Penelitian 29
3.3.1.Variabel Penelitian 29
3.3.2. Instrumen Penelitian 30
3.4. Desain Penelitian / Rancangan Penelitian 32
3.5. Teknik Pengumpulan Data 33
3.6. Tekhnik Analisis Data 36
3.6.1. Uji Normalitas Data 36
3.6.2. Uji Homogenitas Data 38
3.6.3. Uji Hipotesis Data 38
3.6.4. Persen (%) Peningkatan Hasil Belajar 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40
4.1 Hasil Penelitian 40
4.1.1. Analisis Data Instrumen Penelitian 40
4.1.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian 41
4.2. Analisis Data Hasil Penelitian 42
4.2.1. Uji Normalitas 42
4.2.2. Uji Homogenitas 43
4.2.3. Uji Hipotesis 43
4.2.4. Persen Peningkatan Hasil Belajar 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 48
5.1. Kesimpulan 48
5.2. Saran 48
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Agar-agar merupakan sol pada-cair 15
Gambar 2.2. Kapsul terbuat dari bahan gelatin 15
Gambar 2.3. Penyelidikan efek Tyndall di dalam koloid 19
Gambar 2.4. Gerak Brown (gerak zig-zag) 20
Gambar 2.5. Dialisis 23
Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian 35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6. Instrumen Tes yang Valid 82
Lampiran 7. Kunci Jawaban Instrumen Tes yang Valid 86
Lampiran 8. Penilaian Kreatifitas Siswa 87
Lampiran 9. Lembar Kerja Diskusi 88
Lampiran 10. Kunci Jawaban Lembar Kerja Diskusi 92
Lampiran 11. Perhitungan Validitas 98
Lampiran 12. Perhitungan Reliabilitas 100
Lampiran 13. Perhitungan Tingkat Kesukaran 101
Lampiran 14. Perhitungan Daya Beda 103
Lampiran 15. Tabel Instrumen Penelitian 105
Lampiran 16. Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol 109
Lampiran 17. Uji Normalitas Data 111
Lampiran 18. Perhitungan Standar Deviasi Hasil Belajar 115
Lampiran 19. Uji Homogenitas Data 117
Lampiran 20. Uji Hipotesis Data 120
Lampiran 21. Perhitungan Peningkatan Hasil Belajar (Gain) 123
Lampiran 22. Perhitungan Standar Deviasi Gain Hasil Belajar Siswa 126
Lampiran 23. Uji Normalitas Data Gain Siswa 127
Lampiran 24. Tabel Nilai-nilai Distribusi F 129
Lampiran 25. Tabel Nilai-nilai r-product moment 130
Lampiran 26. Tabel Nilai-nilai Distribusi t 131
Lampiran 27. Tabel Chi Kuadrat 132
Lampiran 28. Lembar Observasi Kreativitas Siswa 133
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di era globalisasi
yang begitu pesat seperti saat ini memberikan tuntutan yang begitu besar di dalam
dunia pendidikan untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. SDM yang berkualitas dapat dicapai dengan memperbaiki kualitas
pendidikan di Indonesia. Perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia dapat
dilakukan dengan cara mengubah sistem pembelajaran yang selama ini
dilaksanakan dari sistem pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered) menuju pembelajaran yang lebih bermakna yaitu pembelajaran yang
berpusat pada siswa (students centered) (Budiana, 2012).
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah
karena lemahnya peran guru dalam menggali potensi anak. Di samping itu, model
pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar terutama mata
pelajaran kimia tergolong monoton, yakni selalu menggunakan metode ceramah.
Menurut Nurhadi (dalam Supardi, 2010), kimia merupakan salah satu mata
pelajaran yang erat kaitannya dengan lingkungan. Pembelajaran kimia yang saat
ini dilaksanakan di SMA lebih didominasi oleh guru sehingga siswa cenderung
hanya pasif mendengarkan dan menerima pemahaman yang hanya bersifat
verbalistik yang akibatnya siswa sulit memahami dan mengaplikasikan konsep
serta teori yang diberikan guru dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Djamarah
(2002), kesulitan siswa dalam mempelajari kimia juga disebabkan oleh
karakteristik ilmu kimia yang berbeda dengan konsep ilmu lainnya. Ilmu kimia
berisi hitungan, fakta yang harus diingat, kosakata khusus, dan hukum-hukum
yang mengaitkan satu ide dengan ide lain yang harus dimengerti dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Totiana (2012), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar, salah satunya penggunaan model pembelajaran. Variasi
tersebut yaitu model pembelajaran pemecahan masalah secara kreatif (Creative
Problem Solving Models) yang merupakan variasi dari pembelajaran Problem
Solving dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematis dalam
mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan masalah.
Creative Problem Solving (CPS) merupakan suatu model pembelajaran
pemecahan masalah dengan cara yang imaginatif dan menekankan pada
keterampilan dan kreativitas untuk menyelesaikan satu permasalahan.
Langkah-langkah pembelajaran CPS adalah sebagai berikut: (1) Klarifikasi Masalah;
meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar
siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.(2)
Brainstorming/ Pengungkapan Pendapat; siswa dibebaskan untuk mengungkapkan
pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah. (3) Evaluasi dan
Pemilihan; setiap kelompok mendiskusikan pendapat atau strategi yang cocok
untuk menyelesaikan masalah. (4) Implementasi; siswa menentukaan strategi yang
tepat untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya dalam penyelesian
masalah tersebut (Pepkin dalam Muslich M, 2007).
Materi Koloid merupakan salah satu materi yang penting karena pokok
bahasan tersebut sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, bersifat informatif,
memerlukan pemahaman dan hafalan yang cukup dari siswa. Dengan model CPS
siswa dapat membangun konsep sendiri melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh guru, misalnya pada langkah pengungkapan pendapat dalam model
CPS memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk berdiskusi saling bertukar
pikiran dalam menguasai konsep materi koloid dengan cara menyelesaikan suatu
masalah, membuat siswa aktif dalam pembelajaran, mengembangkan kemampuan
berpikir siswa dan membuat siswa dapat menerapkan pengetahuan yang sudah
dimilikinya.
Penelitian model CPS ini telah dilakukan sebelumnya oleh Restika
Maulidina Hartantia, dkk (2013) dengan judul Penerapan Model Creative
Problem Solving (CPS) untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Kimia Pada
Materi Pokok Termokimia Siswa Kelas XI.IA2 SMA Negeri Colomadu Tahun
menjadi 85,71 dan hasil belajar afektif meningkat dari 66,38 menjadi 71,67.
Supardi dan Putri (2010) dengan judul Pengaruh Penggunaan Artikel Kimia dari
Internet pada Model Pembelajaran Creative Problem Solving terhadap Hasil
Belajar Kimia Siswa SMA, hasil belajar yang diperoleh meningkat dari 65,5
menjadi 82,3. Totiana, dkk (2012) dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) yang dilengkapi Media Pembelajaran
Laboratorium Virtual terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Koloid
Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran
2011/2012, hasil belajar kognitif yang di peroleh meningkat dari 64,25 menjadi
82,35 dan hasil belajar afektif yang diperoleh meningkat dari 82,89 menjadi
94,38. Sriwati, dkk (2013) dengan judul Komparasi Keefektifan Individual dan
Group (Creative Problem Solving) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Amlapura, hasil belajar yang diperoleh meningkat dari 66,5
menjadi 83,18. Lahiyah (2012) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran
Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa
Menyelesaikan Masalah Kimia, hasil belajar yang diperoleh meningkat dari 65,19
menjadi 81,58. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model
Creative Problem Solving (CPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS)
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Koloid Kelas XI SMA Negeri 1
Aek Natas.
1.2. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ruang lingkup dalam penelitian
ini adalah penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) pada
materi pokok koloid dan pengaruhnya terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup masalah di atas, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah ada pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving
(CPS) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok koloid kelas XI
SMA Negeri 1 Aek Natas?
1.4. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi hanya
pada pelaksanaan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) pada
materi pokok sistem koloid dan pengaruhnya terhadap hasil belajar kimia siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Aek Natas.
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok
koloid kelas XI SMA Negeri 1 Aek Natas.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi guru
Sebagai bahan masukkan sekaligus informasi mengenai model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam pengajaran kimia
dan menjadikannya sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi Siswa
Meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep kimia, terutama pada
3. Bagi sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran yang
tepat untuk diterapkan guru pada mata pelajaran kimia maupun pada mata
pelajaran yang lain.
1.7. Devenisi Operasional
Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan untuk
menghindari kesalahpahaman, maka perlu diberikan definisi operasional yaitu:
1. Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) merupakan variasi
dari pembelajaran Problem Solving dengan pemecahan masalah melalui
teknik sistematis dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk
menyelesaikan masalah mulai dari klarifikasi masalah, pengungkapan
gagasan, evaluasi, seleksi hingga implementasi (Totiana, 2012).
2. Hasil belajar kimia adalah tingkat kemampuan dan penguasaan siswa
terhadap mata pelajaran siswa. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar
kimia apabila siswa tersebut menerapkan hasil belajarnya yang ditandai
dengan adanya perubahan tingkah laku dan dapat diamati melalui
kemampuan siswa dalam menerapkan hasil belajar kimia baik dari
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik (Hamalik dalam Anonim,
2012).
3. Sistem koloid adalah salah satu materi kimia untuk kelas XI yang
mempelajari campuran heterogen yang terdiri atas dua fase, yaitu fase
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan uji statistik pada bab IV, maka
ditetapkan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok koloid, dimana sebelum pembelajaran
dimulai rata-rata nilai siswa 30,67 dan setelah diterapkan model
pembelajaran creative problem solving rata-rata nilai siswa yang diperoleh
80,167.
2. Peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran creative problem solving (CPS) adalah sebesar 74,625%
sedangkan peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional sebesar 64,605%.
5.2 SARAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas
maka penulis menyarankan hal-hal berikut:
1. Bagi guru dan calon guru, model pembelajaran creative problem solving
(CPS) dapat diterapkan untuk mempermudah pencapaian tujuan
instruktusional sehingga diperoleh hasil belajar siswa yang lebih baik,
khususnya mata pelajaran kimia.
2. Bagi guru dan calon guru yang ingin menerapkan model pembelajaran
creative problem solving (CPS) hendaknya mampu menguasai kelas dan
mengatur waktu dengan baik, agar sintaks dari model creative problem