• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI PERILAKU AGRESI VERBAL DI KALANGAN SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI PERILAKU AGRESI VERBAL DI KALANGAN SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI PERILAKU AGRESI VERBAL DI KALANGAN SISWA

THE ROLE OF THE GUIDANCE AND COUNSELING TEACHER IN OVERCOMING STUDENTS VERBAL AGGRESSIVE BEHAVIOR

Oleh:

La Eke1), Alber Tigor Arifyanto2)

1)2)Universitas Halu Oleo Email: laeke2134@gmail.com Kata Kunci:

Perilaku Agresi Verbal

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa SMP Negeri 1 Parigi. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni menggambarkan atau menjelaskan peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa SMP Negeri 1 Parigi. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang siswa, satu orang guru BK, kepala sekolah dan satu orang wali kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pedoman wawancara terstruktur. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis Miles dan Huberman yang terdiri dari beberapa tahap yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Hasil penelitian diperoleh peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa SMP Negeri 1 Parigi yaitu guru bimbingan dan konseling melakukan tindakan preventif, represif dan kuratif.

Keywords:

Verbal Aggression Behavior

ABSTRACT

This study aims to determine the role of guidance and counseling teachers in overcoming verbal aggression behavior among students of SMP Negeri 1 Parigi. This research approach is a qualitative research that describes or explains the role of guidance and counseling teachers in overcoming verbal aggression behavior among students of SMP Negeri 1 Parigi. The subjects in this study were two students, one BK teacher, the principal and one homeroom teacher. The data collection technique used was structured interview guidelines. The research data were analyzed using the Miles and Huberman analysis technique which consisted of several stages, namely data reduction, data display, and conclusion drawing/verification. The results of the study obtained that the role of guidance and counseling teachers in overcoming verbal aggression behavior among students of SMP Negeri 1 Parigi, namely guidance and counseling teachers took preventive, repressive and curative actions.

(2)

Pendahuluan

Siswa adalah seseorang yang mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan menengah, SMP maupun SMA sederajat ditinjau dari usia, siswa yang belajar di SMP atau SMA berada pada rentang usia remaja baik yang sedang dalam tahap perkembangan, di mana mereka senang dengan penjelajahan yaitu senang dengan mencari sesuatu yang baru sebagai bahan pertimbangan dalam mencari jati dirinya. Pada masa pencarian jati diri tidak jarang mereka menemukan permasalahan atau persoalan di mana permasalahan tersebut dapat mereka selesaikan sendiri yang membuat dirinya semakin banyak pengalaman hidup, namun kadang permasalahan itu juga tidak dapat mereka selesaikan sendiri yang membuat dirinya terbebani dan menghambat tugas-tugas perkembangan dirinya biasanya memengaruhi dalam hubungan sosialnya, mengingat manusia adalah mahluk individu dan juga mahluk sosial. Baharuddin (2009: 149) menyatakan bahwa pola emosi siswa juga pada dasarnya sama dengan pola emosi ketika masa kanak-kanak, jenis emosi yang secara normal dialami adalah cinta/

kasih sayang, gembira, marah, takut, cemas, cemburu dan sedih. Kondisi siswa ini menunjukkan bahwa mereka masih membutuhkan pengawasan dan bimbingan agar siswa dapat menyesuaikan tingkah laku dengan apa yang sedang terjadi padanya.

Siswa mengalami banyak pengaruh-pengaruh dari luar yang menyebabkan siswa terpengaruh oleh lingkungan, siswa yang tidak bisa menyesuaikan atau beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah-ubah, akan mengakibatkan perilaku yang maladaptif, seperti contohnya perilaku agresi verbal. Agresi verbal sebagai suatu bentuk perilaku atau aksi agresi yang diungkapkan melalui kata- kata untuk menyakiti orang lain, seperti celaan, makian, ejekan, fitnahan, dan ancaman. Perilaku agresi verbal dilakukan oleh berbagai usia baik itu anak-anak, siswa, remaja, maupun dewasa, bahkan lansia. Perilaku agresi verbal adalah suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek yang menjadi sasaran tersebut secara verbal atau melalui kata-kata dan langsung ataupun tidak langsung, seperti memaki, menolak berbicara, menyebar fitnah, tidak memberi dukungan (Buss dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2009). Kenyataan tersebut, maka perlu kiranya pada siswa atau individu harus diawasi dengan baik serta dibekali dengan pengetahuan nilai-nilai yang cukup. Hal ini dikarenakan perilaku agresi verbal yang muncul pada diri siswa tidak hanya dilakukan di lingkup keluarga saja, tetapi pada lingkup sekolah dan masyarakat.

Berbagai pergeseran paradigma pembelajaran maupun pendidikan secara lebih luas peranan guru bimbingan dan konseling makin penting. Hal tersebut sejalan dengan masalah yang peserta didik hadapi semakin kompleks sehingga semakin banyak peserta didik yang memerlukan pendampingan agar dapat membantu mengenai dirinya dan lingkungannya untuk menempatkan diri di tengah lingkungan yang dinamis.

Daryanto dan Farid (2015: 124) mengemukakan bahwa, guru bimbingan dan konseling memiliki tugas membantu peserta didik memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan mencapai tujuan penentuan diri mereka melalui pilihan yang telah diinformasikan dengan baik serta bermakna bagi kecerdasan, bakat, minat dan karakteristik kepribadiannya. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu tugas yang dilakukan oleh setiap tenaga pendidikan yang bertugas di sekolah tersebut. Bimbingan dan konseling memiliki peranan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, mengembangkan perilaku yang efektif, mengembangkan lingkungan. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Dengan diadakannya bimbingan dan konseling di sekolah, diharapkan perannya mampu mengatasi dan membantu berbagai masalah yang dialami siswa. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Slameto (1999: 2) bahwa bimbingan ialah proses memberikan bantuan kepada siswa agar ia sebagai pribadi memiliki pemahaman yang benar akan diri pribadinya dan akan dunia di sekitarnya. Guru bimbingan dan konseling dapat berupaya mengatasi masalah yang dialami oleh siswa, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang ada sehingga diharapkan masalah siswa dapat tertuntaskan dengan baik.

Berdasarkan hasil pra penelitian dengan melakukan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling diketahui bahwa terdapat masalah pada siswa-siswanya yaitu mereka sering menggunakan

(3)

kata-kata kasar seperti berteriak, melawan perintah, membantah perintah, memaki, dan memanggil temannya dengan sebutan yang tidak pantas yang disebut dengan perilaku agresi verbal.

Permasalahan yang terlihat di atas menunjukkan bahwa terdapat siswa yang melakukan perilaku agresi verbal di sekolah. Apabila keadaan demikian terus dibiarkan dan tidak segera diatasi oleh pihak sekolah maka bisa saja keadaan tersebut akan membudaya dan pada akhirnya akan merugikan siswa dan lingkup sosial masyarakat di sekitar siswa itu sendiri. Sehingga upaya mengurangi perilaku agresi verbal bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah dan pihak yang terlibat di dalamnya, namun juga harus menjadi tanggung jawab orangtua. Lingkungan sekolah memunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa siswa. Sekolah diharapkan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa yaitu melalui tindakan bimbingan konseling oleh guru BK. Melalui guru BK inilah diharapkan para siswa memiliki wadah untuk bertukar pikiran dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan perilaku agresi verbal. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa SMP Negeri 1 Parigi.

Peranan Guru Bimbingan Konseling

Tohirin (2015: 113) menjelaskan bahwa guru bimbingan dan konseling merupakan tenaga profesional yang mencurahkan penuh waktunya pada pelayanan bimbingan dan konseling (tidak mengajar materi pelajaran) atau disebut juga full time and counseling. Prayitno (Furqon, 2015: 22) mengemukakan bahwa pernanan guru bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu siswa agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Sehingga peranan guru bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk membimbing siswa untuk mencapai kemandirian dan juga melakukan konseling apabila siswa membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan masalahnya. selanjutnya Daryanto dan Farid (2015: 124), mengemukakan bahwa, guru bimbingan dan konseling memiliki tugas membantu peserta didik memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan mencapai tujuan penentuan diri mereka melalui pilihan yang telah diinformasikan dengan baik serta bermakna bagi kecerdasan, bakat, minat dan karakteristik kepribadiannya. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu tugas yang dilakukan oleh setiap tenaga pendidikan yang bertugas di sekolah tersebut.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat dimaknai bahwa Bimbingan dan konseling memiliki peranan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, mengembangkan perilaku yang efektif, mengembangkan lingkungan. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Dengan diadakannya bimbingan dan konseling di sekolah, diharapkan perannya mampu mengatasi dan membantu berbagai masalah yang dialami siswa.

Tugas Guru Bimbingan dan Konseling

Adapun tugas-tugas yang dimiliki oleh seorang guru bimbingan dan konseling atau konselor yang dikemukakan oleh Salahudin (Furqon, 2015: 604) antara lain:

1. Mengadakan penelitian ataupun observasi terhadap situasi atau keadaan sekolah, baik mengenai peralatan, tenaga, penyelenggara maupun aktivitas-aktivitas lainnya.

2. Kegiatan penyusunan program dalam bidang bimbingan pribadi, sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir, termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.

3. Kegiatan melaksanakan dalam pelayanan bimbingan belajar, bimbingan karir, serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebayak 18 jam.

4. Kegiatan evaluasi pelaksanaan layanan dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 6 jam.

5. Menyelenggarakan bimbingan terhadap siswa, baik yang bersifat preventif, perservatif, maupun yang bersifat korektif atau kuratif.

6. Sebagaimana guru mata pelajaran, guru pembimbing atau konselor yang membimbing 150 orang

(4)

Definisi Perilaku Agresi Verbal

Perilaku agresi merupakan perilaku fisik atau verbal yang dimaksudkan untuk menyebabkan kerusakan atau bertujuan menyakiti orang lain. Baron dalam Koeswara (1988: 5) menjelaskan bahwa agresi adalah perilaku yang ditunjukan dengan cara melukai dan mencelakakan orang lain. Senada dengan pendapat tersebut Breakwell (2002: 17) juga mendefinisikan perilaku agresi adalah berbagai bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang bertentangan dengan kemauan orang itu. Secara khusus agresi verbal merupakan komunikasi yang secara khusus bertujuan untuk melukai orang lain secara psikologis (Vissing & Straus dalam Hapsari: 2019).

sedangkan menurut Straus dan Sweet (Hapsari: 2019) menjelaskan bahwa agresi verbal adalah suatu perilaku komunikasi yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk menyakiti orang lain secara psikis.

Perilaku agresi verbal adalah suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek yang menjadi sasaran tersebut secara verbal atau melalui kata-kata langsung ataupun tidak langsung, seperti memaki, menolak berbicara, menyebar fitnah, tidak memberi dukungan (Buss dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2009). Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa agresi verbal adalah suatu perilaku yang dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti dan atau untuk merugikan orang lain secara psikis melalui kata-kata langsung ataupun tidak langusng, seperti memaki, menghina dan atau memfitnah.

Jenis-jenis Perilaku Agresi Verbal

Buss (Kurniawati dan Pratiwi, 2014: 508) mengemukakan bahwa agresi verbal terbagi atas beberapa jenis, yakni:

1. Agresi vebal aktif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain, seperti menghina, memaki, marah dan mengumpat.

2. Agresi verbal positif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung seperti menolak bicara atau bungkam.

3. Agresi verbal aktif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menyebar fitnah dan mengadu domba.

4. Agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberi dukungan dan tidak menggunakan hak suara.

Selanjutnya, Baron (Shaikh, dkk. 2014: 2) menyatakan jenis agresif verbal terdiri dari empat, yakni:

1. Verbal-active-direct yaitu menghina atau merendahkan orang lain.

2. Verbal-active-indirect yaitu menyebarkan rumor berbahaya atau gosip tentang orang lain.

3. Verbal-pasif-direct yaitu menolak untuk berbicara dengan orang lain, untuk menjawab pertanyaannya.

4. Verbal-pasif-indirect yaitu gagal memebuat komentar verbal secara spesifik bila diperlukan.

Metode Penilitian

Penelitian telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Parigi yang beralamat di Kecamatan Parigi, Kabupaten Muna. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Agustus 2018. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menggambarkan dan menjelaskan tentang peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa melalui program bimbingan dan konseling dengan menggunakan layanan informasi. Menurut Moleong (2007: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti seperti perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan.

(5)

Informan dalam penelitian ini adalah 1 orang kepala sekolah, 1 orang guru BK, 1 orang wali kelas, dan 2 orang siswa yang berperilaku agresi verbal. Variabel penelitian ini adalah peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa. Peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa adalah aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Parigi dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik dalam upaya mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan memperoleh data adalah sebagai berikut:

1. Wawancara, yaitu suatu teknik yang dilakukan dua cara yaitu: wawancara primer dan wawancara sekunder. Wawancara primer adalah wawancara yang diperoleh berupa informasi melalui wawancara langsung kepada informan, sedangkan wawancara sekunder adalah wawancara yang diperoleh dari informan berupa informasi dan wawancara tentang pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Dalam pengumpulan data, untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab secara langsung kepada informan, Dalam penelitian ini metode wawancara digunakan untuk menggali informasi terkait upaya guru BK dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa SMP Negeri 1 Parigi. Adapun instrumen pengumpulan datanya berupa pedoman wawancara yang terstruktur.

2. Studi dokumen yaitu dengan melihat sejumlah dokumen yang ada pada guru BK dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa SMP Negeri 1 Parigi. Dokumen tersebut berupa program BK dan catatan-catatan tentang mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa SMP Negeri 1 Parigi.

Dalam penelitian ini data dianalisis menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014: 246) yang terdiri dari beberapa tahap yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Tujuan penelitian dapat digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam mereduksi data sehingga data-data yang tidak sesuai dengan tujuan dapat direduksi. Dalam reduksi data merangkum pokok-pokok data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa di SMP Negeri 1 Parigi.

2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui penyajian data, data terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan sehingga dapat semakin mudah dipahami. Penyajian data ditampilkan dengan sekelompok informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan yang mengarah pada tercapainya sebuah tujuan penelitian.

3. Conclusion Drawing/ Verification (Penarikan Kesimpulan)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan baru di mana dapat memberikan deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif hipotesis atau teori. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini diarahkan untuk menjawab seluruh permasalahan penelitian dan memberikan gambaran tentang peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa di SMP Negeri 1 Parigi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengelolaan data yang diperoleh dari informan, yaitu kepala sekolah, wali kelas serta siswa bahwa guru bimbingan dan konseling sebagai pembimbing yang membantu siswa dalam mengatasi masalah khususnya perilaku agresi verbal siswa dengan melakukan tindakan pencegahan dengan memberikan informasi, pemberian hukuman dengan memberikan skors dengan jangka waktu

(6)

individual. Berikut ini akan diuraikan hasil penelitian tentang peranan guru BK dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa SMP Negeri 1 Parigi:

1. Menyampaikan informasi

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Parigi, maka diperoleh informasi yang relevan mengenai peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresi verbal di kalangan siswa SMP Negeri 1 Parigi dengan cara pencegahan dilakukan untuk menimalisir kemungkinan terjadinya hal yang tidak diinginkan.

Pemberian informasi yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 1 Parigi dalam membantu mengatasi siswa yang berperilaku agresi verbal yaitu sebagai komunikator dan informan kepada siswa, dengan bertujuan memberikan layanan informasi mengenai larangan dan bahaya yang ditimbulkan dari perilaku agresi verbal terhadap siswa SMP Negeri 1 Parigi. Guru bimbingan dan konseling memberikan informasi kepada siswa-siswa dengan menyesuaikan jam/

kesempatan yang ada, seperti pemberian informasi yang dilakukan pada saat apel pagi mengenai bahaya dan dampak perilaku agresi verbal pada siswa.

Adapun peran Guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Parigi dalam mengatasi perilaku agresi verbal dalam memberikan informasi, yaitu sebagai informan yaitu bertugas untuk memasyarakatkan layanan bimbingan konseling sesuai dengan kebutuhan siswa yang berada di sekolah dengan tujuan agar seluruh personel sekolah dan siswa dapat mengetahui program- program yang akan dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling, dengan memberikan informasi- informasi tentang dampak dari perilaku agresi verbal. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 1 Parigi diperoleh hasil bahwa guru bimbingan dan konseling berperan sebagai informan. Berdasarkan beberapa uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru BK berperan dalam menyampaikan informasi kepada siswa SMP Negeri 1 Parigi yag melakulan tindakan agresi verbal.

2. Memberikan skors dengan jangka waktu tertentu

Skorsing atau hukuman adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan. Pemberian skorsing yang dilakukan guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 1 Parigi diberikan karena terdapat siswa yang melanggar peraturan atau tata tertib sekolah atau menampilkan tingkah laku yang tidak diharapkan yaitu perilaku agresi verbal di lingkungan sekolah. Pemberian hukuman diberikan dengan bertujuan menimbulkan efek jerah bagi siswa yang sering berperilaku agresi verbal maupun secara fisik untuk tidak mengurangi hal yang sama berupa memediasi siswa yang berperilaku agresi verbal dengan siswa yang menjadi korban dari perilaku agresi verbal tersebut agar tidak mengulanginya lagi. Selanjutnya siswa yang melakukan perilaku agresi verbal apabila masih mengulangi maka berdasarkan peraturan tata tertib, siswa yang bersangkutan akan diberikan skorsing dengan jangka waktu yang ditentukan. Pemberian hukuman yang dilakukan guru bimbingan dan konseling SMP Negeri 1 Parigi dalam membantu mengatasi siswa yang berperilaku agresi verbal yaitu menulis surat pernyataan dan memberikan skorsing terhadap siswa yang berperilaku agresi verbal.

Cara lain yang digunakan oleh guru BK dalam memberikan hukuman bagi siswa yang berperilaku agresi verbal guna menimbulkan efek jerah bagi mereka adalah memberikan skorsing dalam waktu yang telah disepakati. Selain itu untuk untuk masalah yang fatal yakni seperti pemukulan, guru BK akan melakukan pemanggilan orangtua dan memberikan skorsing dalam waktu yang telah disepakati, akan tetapi untuk kasus perilaku agresi yang ringan atau baru pertama kali melakukan perilaku agresi maka hanya dipanggil ke ruangan BK untuk diberih arahan dan nasehat serta diminta untuk menulis surat pernyataan. Berdasarkan uaraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru BK berperan dalam mengatasi perilaku agresi verbal dengan cara memberikan surat pernyataan bermaterai dan skorsing bagi siswa yang berperilaku agresi verbal.

3. Memberikan layanan konseling individual

Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (klien)

(7)

yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien (Prayitno dan Amti: 1994). Proses pemberian layanan konseling individual ini dilakukan guru bimbingan dan konseling berupa pemahaman tentang perilaku agresi verbal dan nasehat berupa dampak dari perilaku agresi verbal tersebut.

Nasehat adalah sebuah kata yang mengungkapkan suatu bentuk keinginan kebaikan kepada orang yang memberikan nasehat atau jika dalam konteks konseling yaitu suatu arahan yang diberikan guru bimbingan dan konseling melalui tutur kata atau ucapan yang jujur, halus, baik dan penuh motivasi kepada seseorang yang sedang dibimbingnya. Salah satu bentuk konseling individual yang diberikan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Parigi dalam membantu mengatasi perilaku agresi verbal siswa adalah melalui pemberian nasehat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 1 Parigi diperoleh data bahwa guru bimbingan dan konseling berperan aktif dalam memberikan nasehat kepada siswa yang berperilaku agresi verbal di lingkungan sekolah.

Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan subjek penelitian diperoleh data bahwa guru bimbingan dan konseling berperan dalam mengatasi perilaku agresi verbal siswa SMP Negeri 1 Parigi. Perilaku agresi verbal memang merupakan faktor yang memunyai arti negatif bagi seorang siswa. Apalah gunanya jika anak didik pergi ke sekolah tanpa adanya tujuan dan hanya berbuat keributan dan masalah bagi siswa lain untuk bermain-main saja bukanlah untuk tujuan yang tepat. Kurangnya kontrol orangtua dan guru mampu menahan kekuatan siswa untuk terus melakukan perilaku agresi verbal.

Banyak tindakan yang harus dilakukan sekolah untuk mengatasi perilaku agresi verbal verbal siswa tergantung dari usaha yang dilakukan sekolah terutama bagi seorang guru bimbingan dan konseling yang memiliki peranan penting dalam berbagai permasalahan yang dilakukan siswa karena guru bimbingan dan konseling memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyelesaikan dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialami siswa SMP Negeri 1 Parigi seperti memberikan informasi, hukuman dan penyembuhan merupakan semua bagian dari tindakan yang dilakukan guru bimbingan dan konseling.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan subjek penelitian diperoleh informasi bahwa guru bimbingan dan konseling berperan dalam mengatasi perilaku agresi verbal pada SMP Negeri 1 Parigi dalam pencegahan adalah berperan sebagai komunikator yaitu memberikan informasi kepada siswa yang dilakukan saat apel pagi dan di ruangan kelas apabila terdapat jam pelajaran yang kosong (guru mata pelajaran berhalangan hadir) dan sebagai informan yaitu dengan cara memberikan layanan informasi. Pencegahan yang dilakukan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi siswa yang berperilaku agresi verbal sangat membantu siswa dalam meningkatkan sikap dan pengembangan diri siswa baik dari lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini yang diungkapkan oleh Sukardi dan Kusnawati (2008:8) bahwa fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang mencegah atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian dalam proses perkembangannya.

Hal serupa dipaparkan Suherman (Salahudin, 2010:127) bahwa fungsi pencegahan yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupa untuk mencegah supaya tidak dialami konseli. Melalui fungsi ini, guru bimbingan dan konseling memberikan bimbingan kepada konseling tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau tindakan yang membahayakan dirinya. Pemberian informasi yang dilakukan guru bimbingan dan konseling yaitu siswa diberikan mengenai bahaya atau dampak perilaku agresi verbal.

Pemberian informasi di SMP Negeri 1 Parigi yang dilakukan bertujuan agar:

1. Siswa yang memperoleh informasi, memahami dan menguasai informasi yang diberikan sehingga siswa dapat mencegah timbulnya masalah, untung mengembangkan dan memelihara potensi yang ada dan untuk memungkinkan siswa yang bersangkutan membuka diri dan mengaktualisasikan

(8)

2. Siswa memperoleh informasi dalam menghadapi masalah dapat berfikir lebih rasional tentang keputusan apa yang diambil.

3. Siswa yang memperolah informasi dapat membuka dan mengaktualisasikan diri dan hak-haknya dengan baik.

Prayitno (2004:3) menyatakan bahwa pemberian informasi dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Peranan bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresi verbal siswa di SMP Negeri 1 Parigi melalui pemberian informasi. Informan yaitu orang yang memberikan informasi kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukardi & Sumiati (1990: 3110) yang menyatakan bahwa salah satu peran guru bimbingan dan konseling di sekolah sebagai informan yaitu untuk menolong individu melalui pemberian informasi yang diberikan.

Peranan guru bimbingan dan konseling dalam pemberian hukuman yaitu pemberian perlakuan karena seseorang melanggar atau melakukan tindakan yang tidak sesuai aturan yang berlaku dan aturan yang telah disepakati. Hukuman dibuat dengan tujuan untuk memberikan efek jera bagi pelanggaran aturan sehingga tidak melakukan hal yang sama. Di SMP Negeri 1 Parigi, dalam membantu mengatasi siswa yang melakukan perilaku agresi verbal siswa, guru bimbingan dan konseling memberikan hukuman yang sesuai berdasarkan peraturan tata tertib dengan tujuan akan terjadi perubahan pada tingkah laku siswa sehingga mampu hidup mandiri. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Baron (2015: 164-166) yang menyatakan bahwa pemberian hukuman bagi siswa yang melakukan perilaku agresi verbal untuk mengatasi perilaku tertentu sebagai suatu teknik untuk mengatasi perilaku agresi verbal.

Guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Parigi berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa guru bimbingan dan konseling melakukan pemberian hukuman untuk menindaklanjuti siswa yang ketahuan melekukan perilaku agresi verbal tersebut berupa surat pernyataan dan skorsing.

Selain itu, dilakukan pemanggilan orangtua siswa yang melakukan perilaku agresi verbal di sekolah dan apabila masih ketahuan melakukan perilaku agresi verbal siswa yang bersangkutan akan diberikan skorsing dalam jangka waktu yang sudah disepakati. Guru bimbingan dan konseling melakukan hukuman bagi siswa yang berperilaku agresi verbal dengan tujuan:

1. Bisa menggugah berfungsinya hati nurani siswa sendiri untuk hidup susila dan mandiri.

2. Menimbulkan efek jera bagi siswa sehingga tidak mengulangi hal serupa yaitu melakukan perilaku agresi verbal.

3. Menjadikan siswa menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas segala tindakan yang sudah mereka lakukan.

Peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi siswa yang berperilaku agresi verbal di SMP Negeri 1 Parigi melalui pemberian hukuman yaitu berperan sebagai pendidik. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sukardi & Kusnawati (2008:29) yang menyatakan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling di sekolah selain membimbing, guru bimbingan dan konseling juga berperan sebagai pendidik dalam mengajarkan siswa tentang bagaimana bertingkah laku.

Peranan guru bimbingan dan konseling dalam tindakan penyembuhan yaitu melakukan perilaku agresi verbal dengan tujuan agar terlepas atau terhindar dari hal yang tidak diharapkan namun sudah terjadi secara berulang dengan tujuan bisa dan mampu terlepas dari hal yang diharapkan tersebut. Hal tersebut dengan sesuai apa yang dipaparkan oleh Daryanto & Farid (2015: 37) bahwa fungsi penyembuhan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini mengalami masalah baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir.

Guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Parigi melakukan penyembuhan kepada siswa yang melakukan perilaku agresi verbal dengan memberikan nasehat terus-menerus, memberikan konseling kepada siswa secara teratur selain itu bekerja sama dengan orangtua siswa dalam mengawasi siswa apabila berada di luar sekolah. Pemberian tindakan penyembuhan berupa nasehat bagi siswa yang melakukan perilaku agresi verbal di SMP Negeri 1 Parigi bertujuan yaitu:

1. Menghilangkan kebiasaan buruk yang dilakukan oleh siswa dengan cara tepat dan sehat.

2. Membantu siswa mencapai kehidupan yang sehat secara baik dan teratur.

(9)

Guru bimbingan dan konseling bekerja sama dengan orangtua siswa dalam melakukan penyembuhan diri dari perilaku agresi verbal siswa. Guru bimbingan dan konseling membantu siswa agar dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak. Peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresi verbal siswa di SMP Negeri 1 Parigi melalui pemberian tindakan kuratif yaitu berperan sebagai motivator, fasilitator dan konselor. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukardi & Suniati (1990: 311), yang menyatakan bahwa guru bimbingan dan konseling di sekolah salah satunya berperan sebagai konselor untuk menolong individu yang memerlukan pertolongan dalam pengambilan keputusan.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, peneliti menarik kesimpulan yaitu guru bimbingan dan konseling berperan sebagai informan, pendidik dan sebagai konselor sekolah dalam mengatasi perilaku agresi verbal siswa SMP Negerri 1 Parigi yang dapat dilihat melalui: 1) pemberian informasi mengenai bahaya dan dampak yang ditimbulkan atau akibat dari perilaku agresi verbal, 2) memberikan skorsing dengan jangka waktu tertentu, 3) memberikan layanan konseling individual dan nasehat serta memanggil orangtua ke sekolah untuk siswa yang berperilaku agresi yang berat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk siswa, hendaknya berhenti dan mengurangi perilaku agresi verbal karena dampak dan akibat yang ditimbulkan bagi diri maupun orang lain sangat berbahaya dan merugikan, seperti dijauhi teman-teman, dan tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan teman-temannya, dengan ini menciptkan lingkaran permusuhan.

2. Bagi guru BK, hendaknya lebih meningkatkan lagi tekniknya dalam memberikan konseling bagi siswa yang mengalami masalah agar siswa yang diberikan konseling dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik

3. Bagi sekolah, karena terbukti guru bimbingan dan konseling memiliki peran dalam mengatasi siswa yang berperilaku agresi verbal agar memberikan dukungan dan lebih bekerja sama lagi dengan guru bimbingan dan konseling dalam membantu siswa mengatasi masalahnya.

Daftar Pustaka

Baharuddin. (2009). Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: ArRuzz Media

Daryanto dan Farid. (2015). Bimbingan Konseling Panduan Guru BK dan Guru Umum. Malang:

Gava Media.

Dayakisni, T dan Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Hapsari, Yohana Desi Dwina. (2019). Hubungan Antara Tekanan Teman Sebaya dengan Agrsi Verbal Remaja Putra di Sekolah Berasrama. Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Kurniawati dan Prattiwi. (2014). Implementation on Group Counseling Cognitive Behavior to Reduce Agresive Verbal Behavior of Students in Class VII-SMPN I Ngunut Tulungagung. Tesis.

Universitas Negeri Surabaya.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penilaian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Prayitno dan Erman Amti. (1994). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno. (2004). Layanan Infomasi (L2). Padang: Universitas Negeri Padang.

(10)

Shaikh, Dkk. (2014). Physical and Verbal Aggressive Behaviour Pattern Among School Children in Urban Area of North Kartanaka: A Cross Sectional Study. Jurnal JKIMSU, Vol. 3, No. 2, Hal.

1-8.

Slameto. (1999). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Tindakan Komprehensif: untuk Perbaikan Kinerja dan Pengembangan Ilmu Tindakan. Jakarta: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut & Suniati, D M. (1990). Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan di Sekolah.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi, DK & Kusmawati, N. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjadi efektif dan efisien suatu perpustakaan PT memer- lukan proses dalam pengembangan strategi peningkatan mutu pelayanannya, yang mencakup antara lain: (1) misi yang jelas

Jumlah penduduk suatu daerah merupakan potensi, apabila dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan barang dan jasa, sebaliknya jumlah penduduk yang belum atau

Pengaruh harga dan kualitas produk secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengaruh dari salah satu variabel. Maka kedua

Banyaknya ruang publik alternatif di kota Bandung serta semangat komunitas anak muda yang mempeloporinya, membuat penulis tertarik untuk mengekspos dan

Dari bagan di atas dapat kita ketahui bahwa pemikiran fiqh sosial merupakan dialektika antara realitas masyarakat yang dihadapi oleh Kyai Sahal yang

juga dapat terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil, ibu hamil dengan pendidikan rendah, dimana secara teoritis, ibu hamil yang berpendidikan lebih

Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan mempunyai peran penting pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan tugas dan fungsi dari organisasi SKPD Dinkes

Affandi Hassan sendiri yang berpendapat bahawa penolakan poligami oleh masyarakat Melayu pada dasarnya disebabkan oleh kejahilan, sebagaimana yang dijelaskannya oleh beliau,