• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Konsep Panti Asuhan a. Karakteristik Panti Asuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Konsep Panti Asuhan a. Karakteristik Panti Asuhan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Panti Asuhan

a. Karakteristik Panti Asuhan

Setiap Negara menghendaki agar warga negaranya secara keseluruhan hidup sejahtera. Masalah pembinaan anak merupakan masalah penting dan memerlukan tanggung jawab dari berbagai pihak yaitu keluarga, kususnya orangtua dan para pembina atau pengasuh panti asuhan.

Sungguh sebuah ironi ketika dalam kenyataan di Sekitar kita masih terdapat diskriminasi pada komunitas anak yang kurang beruntung dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya dalam potret banyaknya anak yang hidup terlantar.Dalam beberapa keadaan tertentu ada sebahagian keluarga yang tak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam hal pemenuhan kebutuhan anak, yang kemudian menyebabkan keterlantaran pada anak.

Menurut (Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Bab 1 Pasal 1) defenisi anak terlantar adalah:

Anak yang karena sesuatu sebab orang tuanya tidak dapat menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.

Dari pernyataan di atas, dapat dijelaskan bahwa seorang anak dapat dikatakan terlantar apabila tidak terpenuhi kebutuhannya sehingga berdampak terhadap

8

(2)

perkembangannya.Hal tersebut menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan anak sangat penting karena menentukan persiapan anak menuju tahap perkembangan berikutnya. Jadi, apabila kebutuhan anak tersebut tidak terpenuhi maka dapat mengakibatkan anak menjadi terlantar.

Badan Koordinasi Panti Asuhan(BKPA, 1979:13) mengemukakan beberapa penyebab keterlantaran anak, antara lain:

1) Orangtua meninggal dan atau tidak ada sanak keluarga yang merawatnya sehingga anak menjadi yatim piatu.

2) Orangtua tidak mampu (sangat miskin) sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan minimal anak-anaknya.

3) Orangtua tidak dapat dan tidak sanggup melaksanakan fungsinya dengan baik atau dengan wajar dalam waktu relatif lama misalnya menderita penyakit kronis dan lain-lain.

Keterlantaran anak terjadi karena fungsi keluarga yang tidak dapat dijalankan secara baik tersebut kemudian diatasi, salah-satunya oleh panti asuhan.

Panti Asuhan seperti ditegaskan Depertemen Sosial RI (1986: 3) adalah:

Suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar serta melaksanakan pelayanan pengganti, atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa, sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa panti asuhan merupakan sebuah lembaga yang memiliki tanggung jawab sosial kepada anak-anak yang tidak lagi memiliki orangtua secara utuh dengan tujuan mendidik dan memelihara anak serta memenuhi kebutuhannya.

(3)

Sedangkan menurut Badan Pembinaan Koordinasi dan Pengawasan Kegiatan (BPKPK: PA, 1982:1) yang dimaksud Panti Asuhan adalah:

Suatu lembaga untuk mengasuh anak-anak, menjaga dan memberikan bimbingan dari pimpinan kepada anak dengan tujuan agar mereka dapat menjadi manusia dewasa yang cakap dan berguna serta bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat kelak di kemudian hari. Panti asuhan dapat pula dikatakan atau berfungsi sebagai pengganti keluarga dan pimpinan panti asuhan sebagai pengganti orang tua; sehubungan dengan orangtua anak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam mendidik dan mengasuh anaknya.

Berdasarkan uraian di atas terkandung unsur bahwa panti asuhan sebagai suatu lembaga yang didirikan atas dasar kesengajaan, formal dan terorganisasi.Panti asuhan selain sebagai unsur pengganti keluarga juga merupakan pelayanan kesejahteraan sosial yang bersifat sementara dan memungkinkan adanya pemenuhan kebutuhan anak yatim untuk terpenuhinya kebutuhan anak.

Sedangkan menurut Sandrianny (2002: 19) Panti Asuhan adalah:

Suatu lembaga untuk mengasuh anak, menjaga dan memberikan bimbingan dari pimpinan kepada anak dengan tujuan agar mereka menjadi manusia yang cakap dan berguna serta bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat dikemudian hari.

Digantikannya fungsi keluarga oleh panti asuhan, apabila sudah tidak mempunyai keluarga lagi atau mempunyai orangtua (keluarga), akan tetapi tidak mampu berfungsi sebagai satuan keluarga yang wajar karena disebabkan oleh beberapa faktor antara lain gangguan mental atau gangguan fungsi sosial dalam keluarga tersebut, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa panti asuhan merupakan sarana pengganti keluarga yang memberikan pelayanan sosial yang

(4)

bersifat sementara yang memungkinkan pemenuhan kebutuhaan anak.

Peranan mengenai kebutuhan anak berdasarkan pada penjelasan Dinas Sosial (1995: 5), yaitu meliputi:

1) Mengenai pertumbuhan fisik

2) Memperolah kesempatan dalam usaha pengembangan mental dan pemikiran sehingga dalam demikian anak asuh dapat mencapai tingkat kedewasaan yang matang.

3) Melaksanakan peranan-peranan sosialnya sesuai dengan tuntutan lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai kebutuhan anak maka sudah selayaknya panti asuhan harus memberikan kesempatan kepada anak untuk mengalami pertumbuhan, mendapatkan kesempatan dalam mengembangkan mentalnya dan dapat melaksanakan peran sosialnya dengan baik dan benar.

Memahami pengertian tentang panti sosial di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa panti asuhan merupakan sebuah rumah yang terbentuk asrama, yang diDalamnya terdapat anak-anak yang sudah tidak memiliki orangtua atau anak yang masih memiliki orangtua tetapi tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam memberikan layanan secara wajar atau disebut anak yang terlantar, dengan demikian anak asuh yang tinggal di dalam panti asuhan anak dapat mengalami pertumbuhan fisik dan memperoleh pengembangan pikiran dan perkembangan kepribadiannya sehingga mencapai kecerdasan yang matang dan melaksanakan peranan-peranan sosialnya sesuai dengan tuntutan lingkungan tempat dia tinggal. Dimana panti asuhan akan memberikan layanan kepada anak-anak terlantar dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan anak-anak panti, terutama dari segi bidang pengembang moral

(5)

anak sebagai pribadi warga negara yang baik.

b. Tujuan Panti Asuhan

Tujuan panti asuhan pada dasarnya adalah bersifat sosial, dimana panti sosial asuhan anak tersebut lebih bertujuan menyejahterakan anak asuh.Berdasarkan penjelasan diatas mengenai tujuan panti asuhan dapat dikatakan bahwa sebagai lembaga yang menggantikan kewajiban orangtua bagi anak panti, maka panti asuhan bertujuan untuk membimbing dan melindungi, melakukan pembinaan dan pengembangan keterampilan anak-anak panti agar anak panti memiliki kepribadian yang baik.

Atas dasar dan tujuan panti asuhan, dapat dikatakan pula bahwa panti asuhan merupakan lembaga pelayanan sosial yang mempunyai tujuan yang luas diantaranya adalah tujuan sosialisasi, karena latar belakang anak asuh yang berbeda-beda, maka setelah mereka berada dalam lingkungan panti, komunikasi dan interaksinya harus dibina agar berjalan dengan baik. Sedangkan pengembangan bakat atau kemampuan yang dimiliki anak asuh dapat dilakukan melalui pendidikan, latihan keterampilan, dan pemberian tugas.

Panti asuhan merupakan suatu lembaga pelayanan yang bertanggung jawab memberikan pengasuhan dan pelayanan sebagai pengganti orangtua kepada anak, sebab pelayanan yang dilakukan di panti merupakan pelayanan sosial, fisik, mental dan spiritual.

Oleh sebab itu tujuan panti asuhan berdasarkan Dinas Sosial (2004:8) yaitu:

1) Terwujudnya hak atau kebutuhan anak yaitu kelangsungan hidup

(6)

tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi

2) Terwujudnya kualitas pelayanan atas dasar standar profesi.

a) Dikelola oleh tenaga pelaksana yang memenuhi standar profesi.

b) Terlaksananya manajemen khusus sebagai pendekatan pelayanan yang memungkinkan anak memperoleh pemenuhan kebutuhan yang berasal dari keanekaragaman sumber.

c) Meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari di lingkungan panti yang memungkinkan anak beriteraksi denagn masyarakat secara serasi dan harmonis.

d) Meningkatkan kepedulian masyarakat sebagai relawan sosial.

3) Terwujudnya jaringan kerja dan sistem informasi pelayanan kesejahteraan anak secara berkelanjutan baik horizontal maupun vertikal.

Berdasarkan penjelasan diatas maka tujuan panti asuhan adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup anak panti dengan pengelolaan yang memenuhi standar profesi, meningkatkan kualitas kehidupan anak-anak panti asuhan serta meningkatkan partisipasi masyarakat umum terhadap panti asuhan dengan menjadi relawan sosial serta terwujudnya jaringan kerja dan informasi pelayanan kesejahteraan anak.

Hal yang demikian juga diungkapkan oleh Abdullah (1956:13), bahwa:

Tidaklah cukup hanya memberikan anak makanan dan minuman dan diserahkan ke Sekolah saja.Tapi panti asuhan hendaknya memberikan suatu tempat dan lingkungan menuju kepada kesejahteraan anak-anak dalam arti kata yang luas, panti asuhan hendaknya merupakan suatu tempat dan lingkungan yang aman dan gembira yang memberikan ketentuan dimana tiap anak-anak mendapat tempat dan kesempatan untuk tumbuh dengan baik menjadi orang dewasa yang berguna bagi masyarakat.

c. Pelayanan Panti Asuhan

Sesuai dengan pengertiannya, panti asuhan memberikan pelayanan pemeliharaan baik secara fisik, mental maupun sosial.Namun secara lebih lanjut,

(7)

kondisi mental dan sosial anak asuh menjadi perhatian khusus. Dengan visinya yang ingin membentuk manusia secara utuh dengan cara memanusiakan manusia, panti asuhan mencoba untuk membentuk anak asuhnya dalam menghadapi stereotip masyarakat yang memandang bahwa anak panti asuhan memiliki kelas yang lebih rendah dan minder ini dicoba untuk diatasi panti asuhan ini melalui para pengasuh.

Peranan seorang pengasuh, mencerminkan tanggung jawab pengasuh untuk menghidupkan seluruh sumber daya yang ada di panti asuhan.Pada umumnya panti asuhan memberikan penanaman nilai-nilai kepercayaan diri agar bisa menerima kondisi dirinya dan mengatasi rasa minder dan rendah dirinya.

Jenis pelayanan Panti asuhan menurut Dinas Sosial (2004) mengandung sifat- sifat yang pelaksanaannya saling melengkapi dan saling menunjang seperti di bawah ini:

1) Preventif

Preventif dalam istilah bahasa Inggris berarti pencegahan atau mencegah.

Dalam referensi lain preventif adalah penyampaian suatu maksud untuk mencari jalan keluar atau bersifat mencegah supaya jangan terjadi. Pelayanan ini ditekankan untuk mencegah dan mengurangi masalah anak melalui berbagai upaya pencegahan.

2) Perlindungan

Pelayanan ini memandang bahwa setiap anak memiliki potensi, kemampuan dan kekuatan yang perlu dilindungi dan dikembangkan.Oleh sebab itu

(8)

keanekaragaman pelayanan hendaknya disediakan oleh PSAA (Panti Sosial Asuhan Anak) yang memungkinkan diberikan perlindungan yang memadai bagi setiap anak.

3) Kuratif

Kata kuratif sendiri memiliki arti dapat menolong menyembuhkan Kuratif merupakan pelayanan yang memandang, bahwa setiap anak memiliki masalah yang harus dipecahkan oleh PSAA (panti sosial asuhan anak) melalui pelayanan prima.Ketuntasan ini merupakan ciri dari kader pelayanan yang bersifat kuratif.

4) Rehabilitatif

Arti rehabilitatif atau dengan kata lain rehabilisasi yakni pemulihan Layanan ini memandang bahwa mengembalikan peranan anak pada situasi yang sehat adalah mutlak diperlukan dalam setiap pelayanan. Pelayanan rehabilitatif merupayakan pemulihan anak memperoleh hak sehingga yang bersangkutan mampu menampilkan kedudukan yang sama dalam lingkungan sosial secara wajar.

Berdasarkan sifat pelayanan sosial yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap pelayanan yang dilakukan dan diterapkan dalam pengasuhan anak-anak harus bersifat preventif, perlindungan, kuratif, serta rehabilitatif.Sehingga semua sifat-sifat tersebut harus diterapkan karena merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan agar anak di panti asuhan dapat berkembang dengan baik dan sesuai harapan.

2. Konsep Pembinaan

a. Karakteristik Program Pembinaan

(9)

Setiap manusia pasti mempunyai tujuan hidup tertentu dan mempunyai keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Ketika tujuan tersebut tidak tercapai, maka manusia akan mencoba menata ulang kehidupannya. Hal tersebut dikaitkan dengan masalah pembinaan.

Dalam pandangan Wiriaatmadja (1973:68), dikemukakan bahwa program diartikan sebagai “Suatu pernyataan yang dikeluarkan untuk menimbulkan pengertian dan perhatian mengenai suatu kegiatan”.

Jadi dalam suatu program itu tidak saja diuraikan tentang kegiatan apa, tetapi juga mengenai mengapa dilakukan kegiatan tersebut.

Sedangkan menurut Stoner (Ketaren, 1992:114)“program secara harfiah diartikan sebagai rencana aktifitas atau rencana kegiatan dalam suatu wadah tertentu”. Berdasarkan defenisi yang dikemukakan oleh Stoner tersebut maka program meliputi seperangkat kegiatan yang relatif luas dimana program ini memperlihatkan: (1) Langkah utama diperlukan untuk mencapai tujuan, (2) Unit atau anggota yang bertanggung jawab untuk setiap langkah, (3) Ukuran atau pengaturan dari setiap langkah.

Penyusunan program itu tidak semudah yang diperkirakan banyak orang, karena memerlukan banyak waktu, uang dan pemikiran. Tidak saja dari orang-orang yang membuatnya tetapi juga dari pihak-pihak yang akan terlibat dalam pelaksanaannya kelak dikemudian hari.

Menurut Mangunharjono (1986:37), pembinaan adalah “Menekankan pada pengembangan manusia dari segi praktis, yaitu pengembangan sikap, kemampuan

(10)

dan kecakapan”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam pembinaan, orang tidak sekedar dibantu untuk mempelajari ilmu murni, tetapi ilmu yang dipraktekkan, tidak dibantu untuk mendapatkan pengetahuan demi pengetahuan tetapi pengetahuan untuk dijalankan.Dalam pembinaan, orang terutama dilatih untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya agar dapat memanfaatkannya secara penuh dalam bidang hidup atau kerja mereka.Oleh karena itu unsur pokok dalam pembinaan adalah mendapatkan sikap dan kecakapan. Dengan demikian pembinaan merupakan proses belajar untuk melepaskan hal-hal yang dianggap sudah tidak berguna dan menggantinya dengan mempelajari pengetahuan dan praktek baru.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan berfungsi untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan, merubah dan mengembangkan sikap, memberikan latihan, mengembangkan kecakapan dan keterampilan.

Thoha (1993:7), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pembinaan adalah “Suatu tindakan, proses hasil atau pernyataan menjadi lebih baik”.Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari pengertian yang dikemukakan oleh Thoha, yakni pembinaan itu sendiri, bisa berupa tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan dan kedua pembinaan itu bisa menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu.

Pembinaan pada dasarnya merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah dan teratur secara bertanggung jawab

(11)

dalam rangka menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk mencapai tujuan

Sementara Suparlan (1983:95) memberikan pengertian pembinaan sebagai

“Segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan penyusunan pelaporan, koordinasi pelaksanaan dan pengawasan sesuatu pekerjaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dan hasil yang semaksimal mungkin”.

Selanjutnya, program pembinaan menurut Mangunharjono (1986:16) adalah

“Prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan urutan kegiatan pembinaan yang akan dilaksanakan”. Suatu pembinaan yang tidak mempunyai sasaran yang jelas dapat mengandung bahaya yang besar karena kegiatan itu tidak akan memiliki arah dan tujuan. Bila sasaran tidak dirumuskan maka sulit untuk dinilai berhasil atau tidaknya program tersebut.Untuk itu sasaran perlu dirumuskan dengan jelas dan tegas dan sasaran harus ada hubungannya dengan minat dan kebutuhan yang dibina.

b. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Pembinaan

Proses yang terjadi dalam pembinaan berupa penyerapan unsur-unsur baru yang diperoleh melalui penambahan pengetahuan, keterampilan dan menerapkannya dalam melaksanakan suatu kegiatan. Pembinaan yang dilaksanakan ditujukan pada peningkatan kualitas sesorang dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Suparlan (1983) Tujuan pembinaan pada dasarnya untuk menghasilkan masyarakat yang kreatif dalam arti bertambah dalam hal pengetahuan, keterampilan,

(12)

sikap dan motivasinya mengaplikasikannya kedalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

Kesimpulannya, tujuan pembinaan adalah untuk menciptakan pribadi atau kelompok maupun masyarakat yang terampil dan bersikap mental positif. Hal tersebut memungkinkan terlaksananya rencana kegiatan yang telah diprogramkan, sehingga terwujud masyarakat yang aktif dan dinamis.

Adapun fungsi pembinaan seperti yang dikemukakan oleh Mangunharjono (1986:14) yaitu:

1) Penyampaian informasi dan pengetahuan 2) Perubahan dan pengembangan sikap

3) Latihan dan pengembangan sikap

Bagi yang mengikuti proses pembinaan, diharapkan mampu memperoleh manfaat dari program pembinaan yang diadakan seperti yang diungkapkan oleh Mangunharjono (1986:14) sebagai berikut:

1) Melihat diri dan melaksanakan hidup dan kerjanya

2) Menganalisa situasi hidup dan kerjanya dari segala aspek segi positif dan segi negatifnya.

3) Mengemukakan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya.

4) Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah dan diperbaiki.

5) Merencanakan sasaran program hidup dan kerjanya.

c. Jenis-Jenis Pembinaan

Jenis-jenis pembinaan menurut Mangunharjono (1986) adalah sebagai berikut:

(13)

1) Pembinaan Orientasi

Pembinaan orientasi (orientation training program) merupakan pembinaan yang diadakan untuk sekelompok orang yang baru masuk dalam suatu bidang kehidupan dan kerja, bagi orang yang sama sekali belum berpengalaman dalam bidangnya, bagi orang yang sudah berpengalaman pembinaan orientasi membantunya untuk mengetahui perkembangan dalam bidangnya.

2) Pembinaan kecakapan

Pembinaan kecakapan (skill training) merupakan pembinaan yang diadakan untuk membantu para peserta guna mengembangkan kecakapan yang sudah dimiliki atau mendapatkan kecakapan baru yang diperlukan untuk pelaksanaan tugasnya.

3) Pembinaan pengembangan kepribadian

Pembinaan pengembangan kepribadian (personality development training) juga disebut pembinaan pengembangan sikap.Tekanan pembinaan ini ada pada pengembangan kepribadian dan sikap.Pembinaan ini berguna untuk membantu para peserta, agar mengenal dan mengembangkan diri menurut gambaran atau cita-cita hidup yang sehat dan benar.

4) Pembinaan kerja

Pembinaan kerja, diadakan oleh suatu lembaga usaha bagi para anggota stafnya.Maka pada dasarnya pembinaan diadakan bagi mereka yang sudah bekerja dalam bidang tertentu.

(14)

5) Pembinaan penyegaran

Pembinaan penyegaran hampir sama dengan pembinaan kerja. Hanya bedanya, dalam pembinaan penyegaran biasaanya tidak ada penyajian hal yang sama sekali baru, tetapi sekedar menambah cakrawala pada pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada.

6) Pembinaan lapangan

Pembinaan lapangan bertujuan untuk mendapatkan para peserta dalam situasi nyata, agar mendapatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman langsung dalam yang diperoleh dalam pembinaan.Pembinaan ini membantu para peserta untuk membandingkan situasi hidup dan kerja.Maka tekanan pembinaan lapangan adalah mendapatkan pengalaman praktis dan masukan, khusus yang berhubungan dengan masalah-masalah yang ditemukan di lapangan.

3. Program-Program Pembinaan Anak Yatim

Pelaksanaan program pembinaan anak yatim yang dilakukan dalam panti asuhan, dimaksudkan untuk menggantikan fungsi keluarga bagi anak-anak panti tersebut.

Menurut Melangi, D (2008: 10) bahwa program pembinaan anak yaitu:

a. Pembinaan fisik

b. Pembinaan mental psikologis c. Pembinaan mental religius d. Pembinaan sosial masyarakat e. Pembinaan keterampilan

(15)

Untuk lebih jelasnya, program-program tersebut diuraikan secara ringkas berikut ini:

a. Pembinaan fisik

Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah kesehatan anak dengan memberi mereka kegiatan olahraga sebagai bentuk pengisian waktu luang secara sehat.Kesehatan bagi anak sangat menentukan kebutuhan untuk melakukankegiatan sehari-hari.Kondisi yang prima pada anak menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan normal dan baik.

b. Pembinaan mental psikologis

Pada tahap pembinaan ini anak yatim diberikan perawatan kejiwaan.Dalam artian bahwa pembinaan ini lebih mengarah kepada keadaan rohani (jiwa) anak.Mental psikologis dapat diartikan sebagai hal yang menyangkut masalah batin dan watak, atau keadaan jiwa seseorang yang bukan bersifat badan atau tenaga.

c. Pembinaan mental religius

Pembinaan ini merupakan pembinaan yang bersifat agama (keagamaan) yang diberikan kepada anak panti.Pembinaan ini digunakan untuk memperkuat jiwa religus anak yatim sehingga merasa mampu untuk menjalani hidup berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.Maka sangat penting adanya pembinaan agama terhadap anak.Agama dapat menjadi pengendali pribadi seseorang apabila mampu dimengerti, dirasakan, dibiasaakan dan diamalkan.Ajaran agama yang baik tidak hanya untuk sekedar diketahui dan dimengerti. Agama akan berpengaruh dan ikut menentukan

(16)

pribadi dan prilaku anak, apabila ajaran itu dilaksanakan dalam kehidupan sehari- hari.

d. Pembinaan sosial masyarakat

Anak perlu dibina untuk memanfaatkan lingkungan sosialnya ke arah yang positif.Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memulihkan harga diri, kepercayaan diri, kesadaran diri dan tanggung jawab sosial serta kemauan dan kemampuan dalam melaksanakan fungsi sosialnya.Hal ini merupakan upaya dalam rangka mengembalikan kemampuan psikis dan sosial untuk dapat bertahan hidup serta berbaur dalam masyarakat.

e. Pembinaan keterampilan

Pembinaan ini dimaksudkan untuk memberikan anak bekal hidup berupa keterampilan kerja, sehingga dapat memanfaatkan waktu luangnya dengan baik.Pembinaan keterampilan sering disama artikan dengan kecekatan yaitu kepandaian melakukan sesuatu dengan tepat dan benar.Dengan demikian seseorang yang melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah, tidak dapat dikatakan terampilan.Demikian juga jika seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat juga tidak dapat dikatakan terampil.

4. Standar Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

(17)

Terkait dengan fokus penelitian, maka standar-standar yang diuraikan berikut ini adalah yang memiliki hubungan dengan topik penelitian. Standar ini menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 30/HUK/2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.

a. Relasi anak

Kaitannya dengan standar pengasuhan, Panti Asuhan dalam keseharian anak harus mendukung relasi hubungan yang dijalin oleh anak selama mereka berada di Panti. Baik itu kedekatan antara anak dengan keluarga/kerabat/masyarakat/pengasuh maupun persaudaraan diantara anak-anak itu sendiri, dengan memperlakukan setiap anak secara adil dalam setiap pemenuhan hak dan tanggung jawab, membiasakan untuk saling berbagi dan menghargai, serta saling berdiskusi satu sama lainnya.

b. Partisipasi anak

Panti asuhan dalam hal ini harus memberikan kesempatan bagi anak dalam menyampaikan pendapatnya sendiri dan ikut serta dalam membahas berbagai hal penting yang terkait dengan kehidupan sehari-hari mereka di Dalam Panti asuhan.

Selain itu, Panti asuhan juga harus memberikan hak dan wewenang kepada setiap anak dalam menentukan pilihan untuk berbagai keputusan dalam hidup mereka.

(18)

c. Makanan dan pakaian

Panti asuhan harus memberikan anak makanan yang terjaga kualitas gizi dan nutrisinya sesuai kebutuhan usia dan tumbuh kembang mereka sebanyak tiga kali dalam sehari selama mereka tinggal di Panti asuhan. Selain itu, makanan yang diberikan juga harus memperhatikan selera anak dan dilakukan secara teratur dengan waktu yang fleksibel sesuai situasi anak. Sedangkan menyangkut hal pakaian, Panti asuhan harus memenuhi kebutuhan akan pakaian untuk masing-masing anak secara memadai, dari segi jumlah, fungsi, ukuran dan tampilan yang sesuai dengan keinginan anak itu sendiri.

d. Akses terhadap pendidikan dan kesehatan

Akses terhadap pendidikan, baik itu pendidikan formal, non formal/vokasional maupun informal berhak diterima oleh anak selama mereka tingggal di Panti asuhan. Karena merupakan bagian dari rencana pengasuhan anak, sehingga harus disesuaikan dengan jenis pengasuhan dan jangka waktu anak tinggal di panti. Tentang akses terhadap kesehatan, kondisi kesehatan atau kecacatan anak tidak boleh dijadikan bahan pertimbangan bagi Panti asuhan untuk menolak memberikan pelayanan terhadap anak.

e. Pengaturan waktu

(19)

Setiap anak yang tinggal di Panti asuhan, dengan didukung oleh pengasuh mereka akan menyusun jadwal harian yang bersifat fleksibel, dan akan membantu mereka melaksanakan kegiatan sehari-hari yang memerlukan bertanggung jawab seperti sekolah, belajar, beribadah dan piket, namun tidak membatasi anak untuk tetap beristirahat dan bermain.

f. Kegiatan/pekerjaan anak

Setiap anak dilarang dipekerjakan dalam pekerjaan yang berbahaya, atau pekerjaan yang termasuk bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak, termasuk praktek sejenis perbudakan, eksploitasi dan yang membahayakan kesehatan, atau moral anak anak. Anak juga tidak boleh dilibatkan dalam pekerjaan di Dalam Panti yang dapat menghambat pemenuhan kebutuhan dan hak-hak anak.

g. Aturan, disiplin, dan sanksi

panti asuhan harus melarang segala bentuk perilaku atau hukuman yang memalukan atau perilaku apapun yang dapat merendahkan anak, dan memberikan sanksi yang tegas kepada pengurus, staf, atau pengasuh yang terbukti melakukan perilaku atau hukuman semacam itu.

B. Kerangka Pikir

(20)

Sejak lahir anak diperkenalkan dengan aturan, norma dan nilai-nilai budaya yang berlaku melalui pembinaan yang diberikan oleh setiap orangtua dalam masing- masing keluarga. Proses sosoalisasi seorang manusia pertama kali terjadi dalam lingkungan keluarga melalui pembinaan anak yang diberikan oleh orang tuanya yakni melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Di sini pembinaan anak sebagai bagian dari proses sosialisasi yang paling penting dan mendasar karena fungsi utama pembinaan anak adalah mempersiapkan anak menjadi warga masyarakat. Karena tuntutan itulah, maka anak perlu mendapatkan perhatian secara khusus dengan pembinaan sikap dan perilaku sosial anak.

Namun, keadaan tersebut di atas akan berbeda jauh pada mereka (anak) yang tidak mempunyai keluarga secara utuh. Baik itu anak yang telah kehilangan salah- satu atau kedua orang tuanya. Maka pada sebagian besar masyarakat justru memilih salah satu cara yang dapat dilakukan oleh anak-anak yang telah kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya tersebut yakni dimasukkan ke dalam suatu lembaga sosial yaitu Panti Asuhan.

Sungguh sebuah ironi ketika dalam kenyataan di sekitar kita masih terdapat diskriminasi pada komunitas anak yang kurang beruntung dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya dalam potret banyaknya anak yang hidup terlantar.Dalam beberapa keadaan tertentu ada sebahagian keluarga yang tak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam hal pemenuhan kebutuhan anak, yang kemudian menyebabkan keterlantaran pada anak.

(21)

Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang bersifat sosial.Di dalam Panti sosial anak dibina dan dikembangkan dengan mengikuti tingkat perkembangan anak.

Panti asuhan sebagai lembaga kesejahteraan sosial, bahwa panti sosial tidak hanya bertujuan memberikan pelayanan, pemenuhan kebutuhan fisik semata namun juga berfungsi sebagai tempat kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak-anak terlantar yang diharapkan nantinya mereka dapat hidup secara mandiri dan mampu bersaing dengan anak-anak lain yang masih mempunyai orangtua serta berkecukupan.

Setiap manusia pasti mempunyai tujuan hidup tertentu dan mempunyai keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Ketika tujuan tersebut tidak tercapai, maka manusia akan mencoba menata ulang kehidupannya. Hal tersebut dikaitkan dengan masalah pembinaan.

Pembinaan terkait dengan pengembangan manusia sebagai bagian dari pendidikan, baik ditinjau dari segi teoritis maupun segi praktis.Dari segi teoritis yaitu, pengembangan pengetahuan dan keterampilan.Sedangkan pada segi praktisnya lebih ditekankan pada pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan.

Kaitannya dengan keberadaan Panti Asuhan sebagai tempat kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak, dilaksanakan berbagai program pembinaan berupa Pembinaan fisik, Pembinaan mental psikologis, Pembinaan mental religius, Pembinaan sosial masyarakat, dan Pembinaan keterampilan.

(22)

Program Pembinaan

Optimalisasi Program Pembinaan

Pembinaan fisik

Pembinaan mental psikologis

Pembinaan mental religius

Hubungannya dengan uraian di atas, kerangka pikir penelitian ini divisualisasikan seperti gambar berikut:

Gambar 2.1 Skema kerangka pikir

Referensi

Dokumen terkait

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia,komputer,teknologi informasi dan prosedur kerja), ada

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara faktor pupuk NPK DGW Compaction dengan faktor POC Ratu Biogen berpengaruh nyata sampai berbeda sangat nyata

Untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar, dan waktu tempuh, maka Kapal Crew boat “Orela” ini akan dipasang foil belakang yang berguna untuk meningkatkan gaya angkat pada kapal

Hal serupa juga disampaikan guru Fisika SMA N 2 Kebumen, berdasarkan wawancara dengan guru Fisika SMA N 2 Kebumen, masih banyak dijumpai kesalahan yang

Islam, memberikan materi pada kegiatan ekstrakurikuler.. Layanan Khusus yang Menunjang Manajemen Peserta Didik. Layanana khusus yang menunjang manajemen

Penelitian tentang Persepsi Mahasiswa FISIP UNDIP Terhadap Kebijakan.. Rcmunerasi ini terwujud berawal dari keprihatinan penulis akan situasi dan kondisi