• Tidak ada hasil yang ditemukan

pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 yang dikutip oleh Suparno (2009) sebagai berikut:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 yang dikutip oleh Suparno (2009) sebagai berikut:"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari gejala-gejala yang terjadi di alam semesta. Sehingga dengan mempelajari Fisika berarti juga mempelajari hakikat alam semesta. Selain itu, dengan mengetahui hakikat, termasuk karakteristik alam semesta, dapat ditemukan berbagai cara dan alat yang dapat mempermudah usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Oleh karena itu, Fisika perlu dipelajari dan dipahami oleh manusia yang menggantungkan hidupnya pada alam. Hal ini dikarenakan Fisika dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai fenomena-fenomena yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari dan memahami Fisika, manusia akan lebih maju dan mampu mengatasi segala permasalahan yang ada di sekitarnya, sehingga Fisika perlu dipelajari sebagai bekal untuk mengembangkan teknologi masa depan dan pembangunan bangsa.

Menyadari peranan Fisika yang cukup besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka Fisika perlu dipelajari sejak dini. Di Indonesia Fisika mulai disampaikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) materi Fisika disampaikan melalui pelajaran IPA. Pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), Fisika menjadi pelajaran yang diajarkan secara tersendiri, dikarenakan siswa SMA dianggap cukup mampu dalam memahami dan mempelajari pelajaran Fisika lebih lengkap dan komplek.

Pentingnya pelajaran Fisika diajarkan di SMA/MA sebagai mata pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 yang dikutip oleh Suparno (2009) sebagai berikut:

1) Fisika mampu menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna

dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari; 2) memberikan bekal pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan yang diperlukan di perguruan tinggi dan pengembangan ilmu serta teknologi; 3) pelajaran Fisika perlu dilaksanakan secara inkuiri ilmiah agar

(2)

commit to user

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah dalam hidup.

Dalam pelaksanaannya, proses pembelajaran tidak luput dari permasalahan-permasalahan yang ditemui ketika melaksanakan proses tersebut. Permasalahan-permasalah tersebut ditemui khususnya ketika siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Salah satu mata pelajaran di sekolah yang sering dianggap sulit oleh siswa adalah mata pelajaran Fisika (Samudra, Suastra, dan Suma, 2014). Pada kenyataannya banyak siswa SMA mengeluhkan kesulitan dalam mempelajari dan mengerjakan soal-soal Fisika. Kesulitan dalam belajar materi Fisika mayoritas disebabkan anggapan negatif siswa terhadap pelajaran Fisika. Hal ini sesuai dengan temuan Suparno bahwa beberapa siswa SMA tidak menyukai Fisika dikarenakan anggapan negatif terhadap Fisika. Fisika dianggap menakutkan, sulit dipelajari, banyak hitungan dan rumus (2009).

Penyebab kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Fisika antara lain adanya perbedaan dalam penyajian pembelajaran Fisika dalam waktu yang sama seperti yang diungkapkan Ornek (2008: 30), “Students find physics difficult they have to contend with different representations such as experiments, formulas and

calculations, graphs, and conceptual explanations at the same time”.

Siswa menemukan kesulitan pada pelajaran Fisika karena siswa harus menafsirkan penyajian Fisika yang berbeda seperti praktikum, rumus, perhitungan, grafik dan konsep materi yang disajikan bersamaan pada satu waktu. Oleh karena itu, dibutuhkan kecerdasan berpikir yang relatif tinggi dalam mempelajarinya. Pendapat senada diungkapkan oleh Mundilarto dalam Rusilowati bahwa Fisika menuntut intelektualitas yang tinggi, memerlukan ketrampilan berpikir yang baik disamping kemampuan berhitung, memanipulasi dan observasi dan merespon masalah secara kritis (2006). Hal tersebut menyebabkan banyak siswa melakukan kesalahan dalam pengerjaan soal-soal Fisika.

Hasil wawancara dengan siswa di SMA N 2 Kebumen, beberapa siswa mengungkapkan menyukai pelajaran Fisika saat aktivitas pembelajaran Fisika berupa eksperimen di laboratorium, tetapi tidak menyukai saat harus menyelesaikan laporan dan mengerjakan soal-soal Fisika yang banyak

(3)

commit to user

menggunakan rumus dan hitungan. Siswa juga menyatakan menyukai atau tidak menyukai pelajaran Fisika tergantung dengan gurunya.

Banyak faktor yang mungkin menyebabkan kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam atau luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa dapat berupa motivasi, minat, dan bakat siswa. Faktor dari luar diri siswa dapat berupa kondisi lingkungan, keluarga, guru, teman, dan bahan belajar.

Dalam pembelajaran Fisika kelas X SMA, materi Gerak Lurus adalah materi dasar yang diajarkan di semester ganjil. Konsep-konsep pada materi Gerak Lurus akan dijumpai kembali pada saat siswa siswa mempelajari materi selanjutnya yaitu dinamika gerak dan beberapa materi lainnya yang berkaitan dengan konsep gerak. Akan tetapi, pada proses pembelajaran materi gerak lurus ini, banyak siswa yang mengeluh mengalami kesulitan. Hal ini sesuai dengan temuan Widiyanti bahwa beberapa siswa kelas X SMA di Yogyakarta menemui kesulitan dalam menggunakan definisi/konsep dan persamaan (rumus) meliputi kesulitan dalam memahami konsep, menerapkan konsep untuk menyelesaikan masalah merumuskan persamaan, serta salah dalam menggunakan rumus. Kesulitan dalam melakukan perhitungan, mengidentifikasi besaran dan satuan, serta kesulitan memaknai soal, meliputi kesulitan dalam menggambar sketsa permasalahan, menggambar grafik dan membaca grafik. Kesulitan pada materi Gerak Lurus ini menyebabkan siswa sering melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal sehingga mengakibatkan hasil belajar tidak maksimal (2009).

Hal serupa juga disampaikan guru Fisika SMA N 2 Kebumen, berdasarkan wawancara dengan guru Fisika SMA N 2 Kebumen, masih banyak dijumpai kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal Fisika materi Gerak Lurus. Beberapa kesalahan yang sering dilakukan anatara lain dalam melakukan perhitungan, menentukan langkah penyelesaian, memahami konsep, mengidentifikasi besaran dan satuan, kesalahan memaknai soal, menggambar grafik dan membaca grafik.

Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya suatu penelitian yang akan mengkaji jenis-jenis kesalahan dan penyebab kesalahan yang dilakukan oleh

(4)

commit to user

siswa kelas X dalam menyelesaikan soal Fisika materi Gerak Lurus, sehingga diharapkan dari suatu proses analisis mendalam terhadap kesalahan siswa ini didapatkan informasi yang diinginkan. Dengan informasi tersebut, diharapkan kesalahan-kesalahan yang serupa dapat dihilangkan dengan memberikan perlakuan atau tindakan untuk mengantisipasi munculnya penyebab kesalahan terjadi kembali. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Fisika siswa kelas X terutama pada materi Gerak Lurus.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang muncul, yaitu:

1. Masih terdapat kendala dalam pembelajaran Fisika diantaranya anggapan siswa bahwa Fisika itu pelajaran yang sulit dan siswa tidak menyukai saat mengerjakan soal-soal Fisika yang menggunakan banyak rumus dan hitungan.

2. Siswa SMA masih mengeluhkan kesulitan dalam belajar Fisika yang

menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam pengerjaan soal Fisika. 3. Masih banyak dijumpai beberapa kesalahan yang dilakukan siswa dalam

menyelesaikan soal Fisika materi Gerak Lurus.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dikaji lebih terarah, maka penulis membatasi masalah tersebut sebagai berikut:

1. Masalah yang diteliti adalah kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal Fisika materi Gerak Lurus.

2. Penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal Fisika materi Gerak Lurus.

3. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas X SMA N 2 Kebumen pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015.

(5)

commit to user

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Jenis kesalahan apakah yang dilakukan oleh siswa kelas X SMA N 2 Kebumen dalam menyelesaikan soal-soal Fisika materi Gerak Lurus?

2. Apa yang menyebabkan siswa kelas X SMA N 2 Kebumen melakukan

kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal Fisika materi Gerak Lurus?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pertanyaan perumusan masalah yang telah diuraikan tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis jenis kesalahan yang dilakukan siswa kelas X SMA N 2

Kebumen dalam menyelesaikan soal-soal materi Gerak Lurus.

2. Untuk mengetahui penyebab kesalahan siswa kelas X SMA N 2 Kebumen dalam menyelesaikan soal-soal Fisika materi Gerak Lurus.

F. Manfaat Penelitian

Informasi tentang kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal Fisika, diharapkan dapat:

1. Memberikan informasi kepada siswa, calon guru dan guru mengenai jenis dan

penyebab kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal Fisika materi Gerak Lurus untuk kelas X SMA N 2 Kebumen.

2. Digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran sehingga diharapkan semua siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan kesalahan yang sejenis dapat dihilangkan.

3. Memberikan umpan balik dan sebagai evaluasi bagi guru sehingga kesalahan

yang sejenis tidak terulang lagi.

4. Digunakan sebagai referensi bagi penelitian sejenis dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

KASUS POSISI (Tambahkan Kertas Bila Perlu) (Diisi kronologis singkat pengajuan

Peserta lelang sudah melakukan registrasi dan telah terdaftar pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Muara Enim di situs internet

Berdasarkan tabel 7 dan penjelasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa targetperilaku yang paling sering untuk muncul selama proses intervensi adalah perilaku

Suatu tindakan hanya dapat disebut tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain, dan berorientasi pada

[r]

Pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi (87,14 cm) dihasilkan pada aksesi batang hijau 2 (BH2), bobot kering daun yang terberat (26,25 gram) pada aksesi batang hijau 4 (BH4) namun

Ada beberapa permasalahan dalam penelitian yaitu: Bagaimana ketentuan hukum pengangkatan anak menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan