• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGOLAHAN ABON AYAM BROILER DENGAN PENAMBAHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DI KELOMPOK WANITA TANI DESA BLEMBEM KECAMATAN JAMBON KABUPATEN PONOROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGOLAHAN ABON AYAM BROILER DENGAN PENAMBAHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DI KELOMPOK WANITA TANI DESA BLEMBEM KECAMATAN JAMBON KABUPATEN PONOROGO"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

PENGOLAHAN ABON AYAM BROILER DENGAN PENAMBAHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DI KELOMPOK WANITA TANI DESA BLEMBEM KECAMATAN

JAMBON KABUPATEN PONOROGO

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

MOH. TIYO ALFARUQI 04.03.18.209

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2022

(2)

PENGOLAHAN ABON AYAM BROILER DENGAN PENAMBAHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DI KELOMPOK WANITA TANI DESA BLEMBEM KECAMATAN

JAMBON KABUPATEN PONOROGO

Diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana terapan (S.Tr.Pt)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

MOH. TIYO ALFARUQI 04.03.18.209

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2022

(3)

(4)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya. Didalam naskah TA ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain sebagai tugas akhir atau untuk memperoleh gelar akademik disuatu perguruan tinggi. Dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apalagi ternyata didalam naskah TA ini dapat dibuktikan terdapat unsur- unsur PLAGIASI, saya bersedia TA ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S.Tr) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Malang...

Mahasiswa

Moh. Tiyo Alfaruqi 04.03.18.209

(5)

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

TUGAS AKHIR

PENGOLAHAN ABON AYAM BROILER DENGAN PENAMBAHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DI KELOMPOK WANITA TANI DESA BLEMBEM KECAMATAN JAMBON KABUPATEN PONOROGO

MOH. TIYO ALFARUQI 04.03.18.209

Malang, 25 Juli 2022

Pembimbing I, Pembimbing II,

Luki Amar H., S.Pt, M.Sc NIP. 19690223 199803 2 002

Dr. Setya Budhi U, S.Pt.M.Si NIP. 19690511 199602 1 001

Mengetahui, Direktur

Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Dr. Setya Budhi U, S.Pt.M.Si NIP. 19690511 199602 1 001

(6)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJIdfvv

TUGAS AKHIR

PENGOLAHAN ABON AYAM BROILER DENGAN PENAMBAHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DI KELOMPOK WANITA TANI DESA BLEMBEM KECAMATAN JAMBON KABUPATEN PONOROGO

MOH.TIYO ALFARUQI 04.03.18.209

Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 25 Juli 2022 Dinyatakan telah memenuhi syarat.

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Luki Amar H., S.Pt, M.Sc NIP. 19690223 199803 2 002

Dr. Setya Budhi U, S.Pt.M.Si NIP. 19690511 199602 1 001

Penguji III,

Nurlaili, S.Pt, M.Sc NIP. 19840314 201403 2 001

(7)

iii RINGKASAN

Moh. Tiyo Alfaruqi, Nirm 04.03.18.209, Pengolahan Abon Ayam Broiler Dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) Di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo, Komisi pembimbing: Luki Amar H., S.Pt, M.Sc dan Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt.M.Si.

Ayam broiler merupakan salah satu jenis ternak yang dikembangkan di kabupaten Ponorogo. Dari statistik provinsi menunjukkan bahwa populasi di Kabupaten Ponorogo sekitar 2 383 600 dari total keseluruhan populasi ayam brioler di Jawa timur (BPS, 2019). Salah satu kecamatan yang berkembang dalam produksi ayam broiler di Kabupaten Ponorogo yaitu Kecamatan Jambon.

Jamur tiram termasuk bahan pangan yang mudah rusak, seperti jenis sayuran lainnya. Beberapa hari setelah panen, mutu jamur tiram turun dengan cepat sampai tidak layak dikonsumsi. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan pengolahan lebih lanjut sehingga umur simpan jamur tiram dapat diperpanjang.

Salah satu caranya adalah dengan mengolah jamur tiram menjadi abon jamur tiram. Jamur tiram dijadikan sebagai tambahan dan ayam digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan abon ayam.

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu 1) Mengetahui Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo. 2) Mengetahui analisa usaha dari hasil kajian Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo. 3) Mengetahui rancangan penyuluhan dari hasil kajian Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo. 4) Mengetahui hasil uji coba rancangan tentang Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo.

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimental dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Penelitian ini akan mengamati hasil uji organoleptik (warna, rasa dan tekstur) dan analis ekonomi. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan uji anova dan DMRT. Rancangan penyuluhan disusun berdasarkan hasil dari identifikasi potensi wilayah, karakteristik sasaran serta hasil kajian teknis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Penambahan jamur tiram dalam pembuatan abon ayam broiler berpengaruh terhadap warna, rasa, dan tekstur.

Abon yang disukai panelis dengan penambahan 25% jamur tiram menghasilkan produk yang berwarna agak kecoklatan, rasa gurih dan tekstur agak kasar dan padat. Panelis lebih suka penambahan 25% jamur tiram dikarenakan dari segi rasanya masih terasa abon ayamnya sehingga terasa gurih dan enak. 2) Analisa ekonomi pembuatan abon ayam dengan penambahan jamur tiram putih didapatkan perlakuan yang layak untuk dijadikan usaha yakni abon pada perlakuan P1 dengan 75% daging ayam dengan penambahan 25% jamur tiram putih. Memiliki biaya produksi sebesar Rp. 65.174, harga jual sebesar Rp. 22.000 abon. Laba yang diperoleh sebesar Rp. 22.826, R/C sebesar 1,35 > 1, BEP harga sebesar Rp. 16.294 < harga jual dan BEP produksi 3 < jumlah produksi.

(8)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya Tugas Akhir dengan judul “Pengolahan Abon Ayam Broiler Dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) Di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo”dapat disusun dengan baik.

Tugas Akhir dapat terselesaikan berkat adanya kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu diucapkan terima kasih kepada :

1. Luki Amar H, S.Pt, M.Sc , selaku pembimbing I.

2. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M.Si , selaku pembimbing II.

3. Dr. Sad Likah, S.Pt, MP , selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan Hewan

4. Dr. Wahyu Windari, S.Pt, M.Sc selaku Ketua Jurusan Peternakan

5. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt., M.Si, selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

6. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini yang telah membantu terselesaikannya tugas akhir ini.

Menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan laporan tugas akhir ini.

Malang, Juli 2022

Penulis

(9)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

RINGKASAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 4

1.4.1 Manfaat Bagi Petani ... 4

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi ... 4

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Tinjauan Pustaka ... 8

2.2.1 Daging Ayam Broiler ... 8

2.2.2 Jamur Tiram Putih ... 10

2.2.3 Pengolahan Abon ... 12

2.2.4 Uji Organoleptik ... 15

2.2.5 Analisa Usaha tani ... 16

2.2.6 Penyuluhan Pertanian ... 18

2.2.7 Tujuan Penyuluhan Pertanian ... 20

2.2.8 Sasaran Penyuluhan Pertanian ... 21

2.2.9 Materi Penyuluhan Pertanian ... 22

2.2.10 Media Penyuluhan Pertanian ... 23

2.2.11 Metode Penyuluhan Pertanian ... 25

2.2.12 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 27

2.2.13 Kognitif (Pengetahuan) ... 28

2.2.14 Afektif (Sikap) ... 30

2.2.15 Psikomotorik (Keterampilan) ... 31

2.3 Kerangka Pikir ... 33

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1 Lokasi dan Waktu ... 34

3.2 Metode Kajian ... 34

3.2.1 Rancangan Kajian ... 34

3.2.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 35

(10)

vi

3.2.3 Prosedur Pembuatan ... 35

3.2.4 Uji Organoleptik ... 36

3.2.5 Analisis Data ... 37

3.2.6 Analisis Ekonomi Pembuatan Abon Ayam Broiler ... 37

3.3 Metode Perancangan Penyuluhan ... 39

3.3.1 Penentuan Tujuan Penyuluhan ... 39

3.3.2 Penentuan Sasaran Penyuluhan ... 39

3.3.3 Penentuan Materi Penyuluhan ... 39

3.3.4 Penentuan Media Penyuluhan ... 40

3.3.5 Penentuan Metode Penyuluhan ... 40

3.3.6 Penentuan Evaluasi Penyuluhan ... 41

3.4 Metode Implementasi ... 42

3.4.1 Persiapan... 42

3.4.2 Pelaksanaan ... 42

3.4.3 Evaluasi ... 42

3.5 Definisi Operasional ... 43

IV. HASIL KAJIAN ... 44

4.1 Pengaruh Penambahan Jamur Tiram Terhadap Organoleptik Abon 44 4.1.1 Pengaruh Penambahan Jamur Tiram Putih Terhadap Warna Abon ... 45

4.1.2 Pengaruh Penambahan Jamur Tiram Putih Terhadap Rasa Abon ... 46

4.1.3 Pengaruh Penambahan Jamur Tiram Putih Terhadap Tekstur Abon ... 48

4.2 Hasil Analisis Ekonomi ... 49

4.3 Rekomendasi Materi Penyuluhan ... 51

V. PERANCANGAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN ... 52

5.1 Perancangan Penyuluhan ... 52

5.1.1 Penetapan Tujuan Penyuluhan ... 52

5.1.2 Penetapan Sasaran Penyuluhan ... 52

5.1.3 Penetapan Materi Penyuluhan ... 53

5.1.4 Penetapan Metode Penyuluhan ... 53

5.1.5 Penetapan Media Penyuluhan ... 54

5.1.6 Penetapan Evaluasi Penyuluhan ... 55

5.2 Implementasi/Uji Coba Rancangan Penyuluhan ... 60

VI. PEMBAHASAN ... 63

6.1 Hasil Evaluasi Penyuluhan... 63

6.1.1 Evaluasi aspek pengetahuan ... 63

6.1.2 Evaluasi aspek keterampilan ... 65

6.1.3 Evaluasi aspek sikap ... 66

6.2 Pembahasan Hasil Evaluasi Penyuluhan ... 68

VII. PENUTUP ... 71

7.1 Kesimpulan ... 71

7.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Komposisi Kimia Daging Ayam dalam 100 gram... 9

2.2 Syarat Mutu Abon SNI 01-3707-1995... 15

3.1 Desain kajian penelitian... 35

4.1 Hasil Analisis Uji Organoleptik... 43

4.2 Pengaruh Penambahan Jamur Tiram Putih Terhadap warna Abon... 44

4.3 Pengaruh Penambahan Jamur Tiram Putih Terhadap rasa Abon... 45

4.4 Pengaruh Penambahan Jamur Tiram Putih Terhadap tekstur Abon... 47

4.5 Rekapan Analisis Ekonomi Pembuatan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram Putih... 48

5.1 Karakteristik Sasaran Penyuluhan... 52

5.2 Kategori evaluasi aspek pengetahuan... 57

5.3 Kategori evaluasi aspek keterampilan... 58

5.4 Kategori evaluasi aspek sikap... 59

6.1 Hasil evaluasi awal aspek pengetahuan... 62

6.2 Hasil evaluasi akhir aspek pengetahuan... 63

6.3 Hasil evaluasi awal aspek keterampilan... 64

6.4 Hasil evaluasi akhir aspek keterampilan... 65

6.5 Hasil evaluasi awal aspek sikap... 66

6.6 Hasil evaluasi akhir aspek sikap... 67

6.7 Karakteristik responden berdasarkan umur... 69

6.8 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan.... 70

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Pembuatan Abon Ayam... 14

6.1 Garis kontinum evaluasi awal aspek pengetahuan... 62

6.2 Garis kontinum evaluasi akhir aspek pengetahuan... 63

6.3 Garis kontinum evaluasi awal aspek keterampilan... 64

6.4 Garis kontinum evaluasi akhir aspek keterampilan... 65

6.5 Garis kontinum evaluasi awal aspek sikap... 66

6.6 Garis kontinum evaluasi akhir aspek sikap... 67

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Uji Organoleptik

Lampiran 2. Hasil Uji Organoleptik Aspek Warna Lampiran 3. Hasil Uji Organoleptik Aspek Rasa Lampiran 4. Hasil Uji Organoleptik Aspek Tekstur Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas

Lampiran 6. Hasil Uji Anova Aspek Organoleptik Lampiran 7. Hasil Uji DMRT Aspek Organoleptik Lampiran 8. Hasil Deskriptif Uji Organoleptik

Lampiran 9. Analisis Ekonomi Pembuatan Abon Ayam Lampiran 10. Sinopsis

Lampiran 11. Pertimbangan pemilihan metode penyuluhan Lampiran 12. Matriks Analisa Penetapan Metode Penyuluhan Lampiran 13. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)

Lampiran 14. Matriks analisa penetapan media penyuluhan Lampiran 15. Kuesioner

Lampiran 16 Hasil Uji Validitas Kuesioner Lampiran 17. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 18. Rekapitulasi Evaluasi Awal Aspek Pengetahuan Lampiran 19. Rekapitulasi Evaluasi Akhir Aspek Pengetahuan Lampiran 20. Rekapitulasi Evaluasi Awal Aspek Keterampilan Lampiran 21. Rekapitulasi Evaluasi Akhir Aspek Keterampilan Lampiran 22. Rekapitulasi Evaluasi Awal Aspek Sikap

Lampiran 23. Rekapitulasi Evaluasi Awal Aspek Sikap Lampiran 24. Lembar Persiapan Menyuluh

Lampiran 25. Berita Acara Lampiran 26. Datar Hadir Lampiran 27. Berita Acara

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha budidaya ayam ras pedaging (broiler) merupakan usaha yang banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat yang ada di Indonesia. Berdasarkan data Statistik Peternakan Dan Kesehatan Hewan (2020) tercatat bahwa populasi ternak ayam ras pedaging di Indonesia tahun 2016-2020 mempunyai populasi tertinggi dari jenis ternak besar, ternak kecil, aneka ternak maupun ternak unggas lainnya.

Angka populasi ternak ayam ras pedaging (broiler) tercatat tahun 2020 sebanyak 2.970.494 ekor, dengan angka populasi tertinggi dari populasi ternak lainnya (Statistika Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2020). Saat ini masyarakat Indonesia lebih banyak mengenal daging ayam broiler sebagai daging ayam potong yang biasa dikonsumsi karena kelebihan yang dimiliki seperti kandungan atau nilai gizi yang tinggi sehingga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh, mudah diperoleh, dagingnya yang lebih tebal, serta memiliki tekstur yang lebih lembut dibandingkan dengan daging ayam kampung dan mudah didapatkan di pasaran maupun supermarket dengan harga yang terjangkau (Kasih et al, 2012).

Ayam broiler merupakan salah satu jenis ternak yang dikembangkan di kabupaten Ponorogo. Dari statistik provinsi menunjukkan bahwa populasi di Kabupaten Ponorogo sekitar 2 383 600 dari total keseluruhan populasi ayam brioler di Jawa timur (BPS, 2019). Salah satu kecamatan yang berkembang dalam produksi ayam broiler di Kabupaten Ponorogo yaitu Kecamatan Jambon.

Daging ayam broiler selain harganya yang murah biasanya dijadikan alternatif sumber protein hewani, dikarenakan daging ini memiliki protein yang tinggi dibandingkan hewan ternak lain. Kandungan yang dimiliki ialah protein

(15)

18,2 g, kalsium 14,0 mg, kalori 30,2 g, besi 1,5 mg, vitamin A 810,1 SI dan lemak 25,0 g.

Ayam broiler memiliki karakteristik warna putih, tekstur daging lunak, empuk dan gurih, serta dapat dipadukan dengan pembumbuan atau makanan lain. Lemak daging banyak ditemukan dibawah kulit dan tidak tersebar di jaringan seperti hewan ternak lain. Bagian dada mengandung lemak yang lebih sedikit 1,3%, dibandingkan dengan lemak bagian paha, namun sebagian besar masyarakat Indonesia takut untuk mengkonsumsi daging ayam broiler.

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) saat ini cukup populer dan banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga penuh kandungan gizi, tinggi protein, dan rendah lemak. Jamur tiram putih mempunyai kemampuan meningkatkan metabolisme dan menurunkan kolesterol (Suwito, 2006).

Jamur tiram termasuk bahan pangan yang mudah rusak, seperti jenis sayuran lainnya. Beberapa hari setelah panen, mutu jamur tiram turun dengan cepat sampai tidak layak dikonsumsi. Perubahan mutu jamur tiram antara lain layu, warna menjadi coklat, lunak dan cita rasanya berubah. Di Indonesia pengawetan jamur secara komersial belum banyak dilakukan. Di pasar swalayan, jamur biasanya disimpan pada suhu dingin yaitu 15-20˚C. Pada suhu tersebut, jamur hanya dapat bertahan (masih layak dikonsumsi) selama 3-5 hari, meskipun telah dikemas dengan plastik polietilen (Koesnandar, 2005 dalam Hayyuningsih, 2009).

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan pengolahan lebih lanjut sehingga umur simpan jamur tiram dapat diperpanjang. Salah satu caranya adalah dengan mengolah jamur tiram menjadi abon jamur tiram. Abon merupakan salah satu produk olahan yang cukup dikenal dan umumnya abon diolah dari daging sapi (Leksono dan Syahrul, 2001). Menurut SNI 01-3707- 1995, abon adalah jenis makanan kering berbentuk khas, dibuat dari daging,

(16)

direbus, disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres. Prinsip pembuatan abon adalah perebusan daging, penyeratan, pencampuran bumbu, gula merah, garam dan penggorengan minyak sampai kering (Fachruddin, 2003).

Berdasarkan uraian diatas, pengolahan abon ayam dengan penambahan jamur tiram dijadikan alternatif penulis untuk menulis kajian tentang

“Pengolahan Abon Ayam Broiler dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo”

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo?

2. Bagaimana analisa usaha dari hasil kajian Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo?

3. Bagaimana rancangan penyuluhan dari hasil kajian Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo?

4. Bagaimana hasil uji coba rancangan penyuluhan tentang pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo?

(17)

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo

2. Mengetahui analisa usaha dari hasil kajian Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo.

3. Mengetahui rancangan penyuluhan dari hasil kajian Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo.

4. Mengetahui hasil uji coba rancangan tentang Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Petani

1. Menambah wawasan Petani terhadap pengolahan abon ayam dengan penambahan jamur tiram (Pleurotus ostreatus)

2. Membangun kesadaran petani terhadap biaya dan keefektifan pengolahan abon ayam dengan penambahan jamur tiram (Pleurotus ostreatus)

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi

1. Menciptakan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan dibidang pemberdayaan SDM Pertanian.

2. Meningkatkan peranan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang dalam

(18)

memajukan pertanian, khususnya dalam peningkatan kesejahteraan petani.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

1. Dapat mengetahui Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo

2. Dapat mengetahui analisa usaha dari hasil kajian Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo.

3. Dapat membuat rancangan penyuluhan dari hasil kajian Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo.

4. Mengetahui evektifitas penyuluhan dari hasil kajian Pengolahan Abon Ayam dengan Penambahan Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) di Kelompok Wanita Tani Desa Blembem Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo.

(19)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh sigit, dkk (2014) dengan judul Kualitas Organoleptik Abon Ayam yang diberi Perlakuan Subtitusi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas organoleptis abon ayam yang diberi perlakuan substitusi kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dalam jumlah yang berbeda. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah abon ayam yang diberi perlakuan substitusi kacang tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukkan bahaw penambahan kacang tanah berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap bau, warna dan rasa abon ayam. Perbedaan penelitian saya dengan penelitian ini adalah jenis subtitusi yang akan ditambahkan pada abon ayam.

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani, dkk (2017) dengan judul Karakteristik si Bona (Formulasi Abon Nabati) dari Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) dengan Varian Jenis Bahan Campuran. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kombinasi perlakuan persentase berat jamur tiram dan jenis bahan campuran yang paling tepat, sehingga dihasilkan formulas abon nabati yang berkualitas dan disukai konsumen. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap, dengan dua faktor perlakuan, yaitu persentase berat jamur tiram (90%, 80%, dan 70%) dan variasi jenis bahan campuran (koro pedang, keluwih, dan nangka muda). Perbedaan penelitian yang saya lakukan dengan penelitian ini adalah jenis abon yang digunakan, jenis bahan penambahan yang digunakan dan lokasi kajian.

(20)

7

Penelitian yang dilakukan oleh Nur’aini (2019) dengan judul Inovasi Pengolahan Abon Lokan (Pilsbryoconcha exilis) dengan Perlakuan Substitusi Tebu Telur (Saccarum edule). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh substitusi tebu telur dalam pengolahan abon lokan, terhadap sifat kimia dan organoleptik abon lokan, serta menentukan komposisi bahan baku yang tepat dalam pengolahan abon lokan substitusi tebu telur. Penelitian ini menggunakan faktor tunggal, dengan faktor perlakuan komposisi tebu telur : lokan ((0 : 400), (50 : 350), (100 : 300), (150 : 250), (200 : 200), dan (250 : 150)) gram. Analisis yang dilakukan meliputi analisis protein, analisis serat kasar, analisis usaha, dan uji sensoris untuk mengetahui tingkat penerimaan panelis terhadap abon lokan, menggunakan 20 orang panelis agak terlatih.

Perbedaan penelitian yang saya lakukan dengan penelitian ini adalah jenis abon yang digunakan, lokasi dan jenis subtansi yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi tebu telur pada pembuatan abon lokan berpengaruh terhadap kandungan protein, serat kasar dan tingkat kesukukaan panelis pada parameter warna, rasa dan tekstur abon lokan.

Penelitian yang dilakukan Novianti, dkk (2020) dengan judul Analisis Pendapatan Usaha Abon Ayam pada UD. Industri Sri Rejeki Kota Palu.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari keuntungan dengan penerapan prinsip- prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Penelitian ini dilaksanakan pada Industri yang memproduksi abon ayam yaitu Industri Sri Rejeki yang terletak di Jalan Kartini Kota Palu. Penentuan lokasi penelitan dilakukan secara sengaja (Purposive), dengan pertimbangan bahwa Industri tersebut merupakan Industri yangmemproduksi abon ayam dengan jumlah 960 kg/tahun sehingga memungkinkan penulis untuk melaksanakan penelitian tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan Pendapatan atau keuntungan sangat tergantung pada jumlah penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam proses

(21)

produksi. Pendapatan yang diterima oleh Industri UD. Perbedaan penelitian saya dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian dan kajian yang dilakukan.

Penelitian yang dilakukan Edahwati, dkk (2021) dengan judul Analisis Nilai Tambah Pengolahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) menjadi Abon.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperpanjang masa simpan jamur tiram.

Kegiatan ini meliputi, a) penyuluhan tentang substansi kegiatan, diikuti dengan demonstrasi untuk mengkonstruksikan atau merealisasikan metode tersebut; b) pelatihan mengoperasikan sistem atau peralatan; c) pembentukan kelompok wirausaha baru; d) penawaran jasa layanan kepada masyarakat oleh perguruan tinggi. Berdasarkan hasil analisis keuntungan usaha, dapat disimpulkan bahwa usaha pembuatan abon jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) sangat menguntungkan. Adapun nilai R/C ratio yang dapatkan sebesar 2,13. Hal ini dapat dikatakan apabila dalam proses pembuatan abon jamur ti- ram membutuhkan biaya / total pengeluarannya sebesar 1 satuan, maka akan memperoleh penda- patan senilai 2,13 satuan atau keuntungan usaha sebesar 1,13 satuan. Perbedaan penelitian yang saya lakukan dengan penelitian ini adalah penambahan bahan pada abon dan lokasi kajian.

2.2 Tinjauan Pustaka 2.2.1 Daging Ayam Broiler

Daging ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup digemari masyarakat indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari produksi dan konsumsi daging masyarakat. Data Badan Pusat Statistik (2012) menunjukkan bahwa konsumsi daging ayam ras pedaging masyarakat Indonesia cenderung terus meningkat sebesar 2,27% per tahun. Rerata konsumsi daging ayam nasional sebesar 3,75 kg/kapita/tahun. Angka kebutuhan nasional daging ayam ras pedaging mencapai 3,3 kg/kapita/tahun. Total permintaan terhadap daging unggas adalah 4,6 kg per tahun. Kebutuhan protein hewani yang berasal dari daging ayam

(22)

ras pedaging adalah sebesar 71,7%. Produk utama yang berupa daging merupakan produk yang digemari oleh masyarakat sehingga permintaan kebutuhan daging ayam semakin meningkat dari tahun ke tahun. Keberadaan peternakan ayam pedaging dapat menjadi solusi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan masyarakat, dengan masa pertumbuhan yang relatif lebih cepat dan memiliki masa panen yang singkat.

Rahayu (2008) mengemukakan daging sebagai salah satu bahan makanan yang hampir sempurna, karena mengandung gizi yang lengkap, yaitu protein, energi, air, mineral dan vitamin. Disamping itu daging memiliki rasa dan aroma yang enak sehingga disukai oleh hampir semua orang. Ternak unggas domestikasi (ayam, itik, puyuh, merpati, kalkun, dan burung unta) merupakan komoditas yang secara komersial memberikan manfaat bagi manusia berupa daging dan telur.

Produk tersebut merupakan sumber protein hewani yang sangat mendukung sekali untuk perkembangan sumber daya manusia Indonesia sejak bayi hingga orang tua yang merupakan produk yang aman, sehat, utuh, halal, mudah didapat, relatif murah harganya, dan mudah mengolahnya.

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Daging Ayam dalam 100 gram

No Komponen Jumlah

1 Kalori (g) 30,20

2 Protein (g) 18,20

3 Lemak (g) 25,00

4 Karbohidrat (g) 0,000

5 Kalsium (mg) 14,00

6 Fosfor (mg) 17,00

7 Besi (mg) 1,50

8 Vitamin A (SI) 810,10

9 Vitamin B1 (mg) 0,08

10 Vitamin C (mg) 0,00

11 Air (g) 55,90

12 Bdd (%) 58,00

(Sumber : Agustin, R. 2018)

Seperti yang dijelaskan pada Tabel 1 Daging memiliki kandungan gizi yang tinggi, lengkap, dan seimbang. Namun, kandungan gizi yang tinggi pada

(23)

daging merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba, sehingga daging merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak atau perishable.

Kerusakan pada daging dapat disebabkan karena adanya benturan fisik, perubahan kimia, dan aktivitas mikroba (Soeparno, 2005).

2.2.2 Jamur Tiram Putih

Jamur tiram merupakan jamur pangan yang berasal dari kelompok Basidiomicytes, disebut jamur tiram karena tudungnya berbentuk lingkaran seperti cangkang tiram. Warna tudung beragam mulai dari putih, putih kekuningan, kuning, abu-abu, abu kecoklatan, bahkan ada yang berwarna merah dan biru. Permukaan tudungnya sedikit licin namun tidak lengket, berdiameter antara 3 sampai 15 cm. Sebagian jamur ini memiliki tangkai yang bercabang, tubuh atau batangnya berwarna putih, pendek dan menyamping (Meinanda, 2013).

Tubuh buah memiliki batang yang berada di pinggir (bahasa latin

“pleurotus”) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau King oyster mushroom (Maulana, 2011).

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu lapuk dan memiliki tubuh buah yang tumbuh menyerupai kulit kerang (tiram) (Djarijah, 2001). Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu bahan makanan non kolesterol yang bergizi tinggi dan saat ini banyak diminati oleh masyarakat dari berbagai kelas (Triono, 2013). Kandungan gizi pada 100 gram berat kering jamur tiram putih terdiri dari karbohidrat 57,6-81,8 gram, protein 7,8-17,72 gram, lemak 1-2,3 gram, serat kasar 5,6-8,7 gram, Ca 21 mg, Fe 32 mg, thiamin 0,21 mg, riboflavin 7,09 gram, dan jumlah energi sebesar 328-367 kal (Widyastuti, dan Istini, 2004).

(24)

Struktur dan fungsi tubuh jamur tiram yaitu ada yang memiliki sekat atau septa di dalam hifa. Pada setiap septa tersebut terdapat lubang-lubang halus yang memungkinkan berlangsungnya aliran sitoplasma beserta materi lainnya dari satu sel ke sel berikutnya. Setiap bagian hifa yang bersekat merupakan satu sel utuh yang di dalamnya terdapat satu atau beberapa inti. Pada umumnya hifa jamur tidak bersekat. Di dalam hifa tersebut terdapat banyak inti (multinukleus) yang menyebar dalam sitoplasmanya. Bentuk hifa demikian disebut senositik.

Hifa jamur bercabang-cabang dan berjalinan memebentuk miselium. Sebagian miselium ada yang berfungsi untuk menyerap makanan (miselium vegetatif) yang memiliki struktur hifa disebut houstorium yang menembus sel inangnya. Dan bagian miselium juga ada yang berdiferensiasi membentuk alat reproduksi.

Reproduksi jamur yaitu secara seksual (generatif) yang manghasilkan spora.

Sedangkan secara aseksual (vegetatif) melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium yaitu mengakibatkan terjadinya singami atau persatuan sel dari dua individu (Nadyah, 2011).

Budidaya jamur tiram putih sama seperti berbagai macam jamur yang dapat dikonsumsi, yaitu memerlukan lignin sebagai sumber nutrisinya yang dikonsumsi dengan mengubah makromolekul menjadi molekul gula yang lebih sederhana dengan bantuan enzim ligninase yang dihasilkannya. Selain itu lignin tidak hanya terdapat komponen pokok limbah kayu, seperti serbuk kayu gergaji, tetapi tapi juga terdapat pada hampir semua limbah pertanian yang juga mengandung hemiselulosa, selulosa, makro elemen penting, protein, dan vitamin (Sutarman, 2012).

Jamur tiram selain mengandung protein yang tinggi juga mengandung asam amino yang lengkap, termasuk semua asam amino essential serta mengandung garam mineral dari unsur Ca, P, Fe, Na dan K, sehingga jamur dapat dikatakan sebagai sumber protein nabati yang tidak mengandung

(25)

kolesterol yang dapat mencegah tekanan darah tinggi dan jantung. Pati yang terkandung sedikit sehingga cocok bagi orang yang menderita penyakit diabetes dan orang yang melakukan diet, sedang asam sulfat yang terkandung juga dapat sebagai obat penyakit anemia (kekurangan darah). Pernah dibuktikan oleh peneliti dari Jepang bahwa, jamur tiram putih dapat sebagai obat anti tumor (Muller, 2005).

Menurut Tjitrosoepomo (2014), taksonomi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dapat diketahui sebagai berikut:

Super Kingdom : Eukaryota Regnum : Myceteae (fungi) Divisio : Amastigomycota Classis : Basidiomycetes Ordo : Agaricales Familia : Agaricaeae Genus : Pleurotus

Species : Pleurotus ostreatus 2.2.3 Pengolahan Abon

Salah satu produk olahan daging yang cukup dikenal di masyarakat adalah abon daging ayam yang diolah dengan rempah-rempah untuk meningkatkan aroma, citarasa, antimikroba, dan antioksidan (Rahayu, 2000).

Abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas, dibuat dari daging yang direbus, disayat- sayat, dibumbui, digoreng dan dipres (SNI, 1995).

Kemudian menurut Fachruddin (1997:9), “Abon merupakan jenis lauk pauk kering berbentuk khas dengan bahan baku berupa daging atau ikan”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa abon merupakan salah satu produk pengawetan pangan dengan teknik pengeringan yang berbahan dasar daging dengan penambahan bumbu-bumbu dan memiliki ciri khas

(26)

berwarna coklat, bertekstur kering dan berserabut halus.

Abon yang lebih dikenal dalam kehidupan bermasyarakat adalah abon daging sapi, dengan harga yang relatif lebih mahal. Sehingga dalam penelitian ini, dilakukan pengolahan abon menggunakan daging ayam dengan kandungan protein yang tinggi, harga yang relatif lebih murah dan teksturnya yang berserat sehingga baik digunakan sebagai bahan baku abon. Menurut Sutrisno dan Adi (2012) Abon ayam merupakan produk olahan daging ayam yang mempunyai tingkat keawetan relatif lama, sehingga abon ayam dapat dikembangkan dan disebarkan secara lebih luas. Abon ayam adalah suatu produk olahan yang mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi antara 60-80%.

Berbagai kalangan konsumen menyukai jenis produk ini. Abon ayam mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi di pasaran dan dapat diproduksi dalam suatu industri skala kecil, menengah, dan besar. Teknologi pengolahan abon ayam pada prinsipnya dapat dilakukan siapa saja, asalkan menguasai teknologinya.

Abon dapat digunakan sebagai sumber protein dan energi, dimana kandungan proteinnya mencapai 20% serta kandungan lemak dan karbohidratnya mencapai 30%. Abon mempunyai kadar air yang kurang dari 10%, hal ini menyebabkan abon dapat digolongkan dalam kelompok makanan yang berkadar air rendah (Haryanto, 1991). Menurut Sudarisman dan Evina (1996) masa simpan abon dapat berlangsung selama 2-3 bulan, bahkan ada yang mencapai enam bulan. Hal ini bervariasi tergantung pada adanya bahan pengawet dan kandungan gizi abon. Adapun skema pembuatan abon nampak seperti di bawah ini (Fachruddin, 1997) :

(27)

Gambar 2.1 Skema Pembuatan Abon Ayam.

Bahan pembuatan abon terdiri atas bahan baku dan bahan tambahan.

Bahan baku merupakan bahan pokok untuk abon. Bahan tambahan atau bahan penolong berfungsi menambah cita rasa produk, mengawetkan, dan memperbaiki penampakan produk (Fachruddin, 1997). Bahan baku pembuatan abon pada penelitian ini adalah ayam broiler, dengan daging segar berwarna merah segar (tidak pucat), aromanya khas (tidak berbau busuk), dan apabila ditekan terasa kenyal (tidak lunak). Pembuatan abon bahan baku daging ayam ini dikombinasikan dengan bahan tambahan berupa bahan nabati yakni buah pepaya muda. Penggunaan bahan baku tambahan pepaya memberikan kualitas yang baru terhadap abon ayam broiler yang dibuat.

Standar mutu abon sebagai salah satu produk industri pangan, dapat ditentukan menggunakan standar mutu abon yang dipakai oleh produk indonesia yaitu sesuai SNI. Abon memiliki standar mutu menjamin kualitas bagi konsumen, yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini.

(28)

Tabel 2.2 Syarat Mutu Abon SNI 01-3707-1995

No Kriteria uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan

a. Bentuk - Normal

b. Bau - Normal

c. Rasa - Normal

d. Warna - Normal

2 Air % b/b Maks. 7

3 Abu % b/b Maks. 7

4 Abu tidak larut dalam asam % b/b Maks. 0,1

5 Lemak % b/b Maks. 30

6 Protein % b/b Min. 15

7 Serat kasar % b/b Maks. 1,0

8 Gula jumlah sebagai sakarosa % b/b Maks. 30

9 Pengawet - Sesuai SNI 01—222-95

10 Cemara logam

a. Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0

b. Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 20

c. Seng (Zn) mg/kg Maks. 4,0

d. Timah (Sn) mg/kg Maks. 0,05

e. Raksa (Hg) mg/kg Maks. 10

11 Cemaran arsen (As) mg/kg

12 Cemaran mikroba :

a. Angka lempeng total koloni/gr Maks. 5 x 104

b. MPN coliform koloni/gr Maks. 10

c. Salmonella koloni/gr Negatip

d. Staphylococcus koloni/gr 0

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1995).

2.2.4 Uji Organoleptik

Uji organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian sensorik merupakan suatu cara penelitian dengan memanfaatkan panca indera manusia untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan, minuman ataupun obat. Pengujian organoleptik berperan penting dalam pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikehendaki atau tidak dalam produk atau bahan- bahan formulasi, mengidentifikasi area untuk pengembangan, mengevaluasi produk pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan memberikan data yang diperlukan untuk promosi produk

(29)

(Nasiru, 2011).

Penilaian organoleptik terdiri dari enam tahapan yaitu menerima produk, mengenali produk, mengadakan klarifikasi sifat-sifat produk, mengingat kembali produk yang telah diamati, dan menguraikan kembali sifat inderawi produk.

Dalam uji organoleptik harus dilakukan dengan cermat karena memiliki kelebihan dan kelemahan. Uji organoleptik memiliki relevansi yang tinggi dengan mutu produk karena berhubungan langsung dengan selera konsumen.

Selain itu, metode ini cukup mudah dan cepat untuk dilakukan, hasil pengukuran dan pengamatan cepat diperoleh. Kelemahan dan keterbatasan uji organoleptik diakibatkan beberapa sifat inderawi tidak dapat dideskripsikan, manusia yang dijadikan panelis terkadang dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mental sehingga panelis menjadi jenuh dan kepekaan menurun, serta dapat terjadi salah komunikasi antara manajer dan panelis (Meilgaard, 2000).

2.2.5 Analisa Usaha tani

Usaha tani merupakan ilmu yang mempelajari mulai dari pengorganisasian sumber daya yang ada secara efektif dan efisien sehingga mampu memperoleh keuntungan tinggi (Soekartawi, 2002). Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tetap konstan pada berbagai tingkat pengeluaran yang dihasilkan dan tidak mempengaruhi fluktuasi produksi.

Biaya variabel adalah biaya yang memiliki ketergantungan terhadap besar kecilnya produksi. Biaya yang dapat berubah dengan pengaruh produksi yang diperoleh. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang petani dalam mengusahakan, menentukan dan mengkoordinasikan faktor produksi secara produktif, efektif dan efisien dapat berupa lahan atau alam sebagai modal dalam berproduktif sehingga dapat menghasilkan pendapatan secara maksimal (Suratiyah, 2015).

(30)

Dalam pendapatan usahatani terdiri dari dua unsur yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah total produk dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran adalah biaya yang digunakan atau dikeluarkan sebagai nilai penggunaan selama sarana produksi berlangsung.

Produksi sendiri sangat erat kaitannya dengan penerimaan dan biaya produksi.

Penerimaan tersebut diterima oleh petani dan dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang digunakan selama proses produksi (Suratiyah, 2015).

Menurut Soekartawi (2002) biaya usahatani adalah seluruh total biaya yang digunakan saat proses produksi dilaksanakan. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya relatif tetap dan biaya ini terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh dalam jumlah sedikit atau banyak.

Biaya tetap tidak memiliki pengaruh terhadap besar kecilnya suatu produksi yang diperoleh.

b. Biaya Tidak Tetap

Biaya tidak tetap adalah biaya yang mempunyai pengaruh terhadap hasil produksi, semakin besar volume kegiatan maka semakin tinggi jumlah total biaya tidak tetap dan sebaliknya.

Dalam Pasaribu (2012: 59), bahwa Return-Cost Ratio (R/C ratio), digunakan dalam penghitungan usaha dalam jangka pendek yang tidak memerlukan penggandaan discount factors (df). Maka R/C ratio dihitung dengan menggunakan rumus:

𝐑/𝐂 𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐= 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 (𝐑𝐩) 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐏𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 (𝐑𝐩)

(31)

Kriteria penilaian nilai R/C ratio adalah sebagai berikut:

- Jika nilai R/C ratio dari usaha agroindustri > 1, maka usaha menguntungkan - Jika nilai R/C ratio dari usaha agroindustri = 1, maka usaha berada pada titik impas (Break Event Point)

- Jika nilai R/C ratio dari usaha agroindustri < 1, maka usaha tidak menguntungkan atau merugi

Untuk analisis kelayakan finansial digunakan B/C ratio, B/C ratio dapat diartikan sebagai manfaat bersih yang menguntungkan bisnis/usaha yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis/usaha tersebut. Hasil analisis data ini akan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dideskripsikan. B/C ratio dapat dianalisis dengan menggunakan rumus:

𝐁/𝐂 𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐= 𝐊𝐞𝐮𝐧𝐭𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 (𝐑𝐩) 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐏𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 (𝐑𝐩) Berikut kriteria penilaian B/C ratio:

- Jika nilai B/C ratio > 0, maka usaha layak untuk dikembangkan - Jika nilai B/C ratio = 0, maka usaha masih layak untuk dikembangkan

- Jika nilai B/C ratio < 0, maka usaha tidak layak untuk dikembangkan 2.2.6 Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku uama dan pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (UU Nomor 16 Tahun 2006: 3).

Penyuluhan adalah proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses

(32)

belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan partisipatip yang semakin sejahtera berkelanjutan (Mardikanto, 2009: 22-23).

Menurut Mardikanto (2009), penyuluhan pertanian memiliki berbagai pengertian yakni :

a. Penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi

Merupakan penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi mengenai pertanian yang dihasilkan dari proses pembelajaran kedalam praktek atau kegiatan praktis. Sebagai agen penyebaran, seorang penyuluh perlu melakukan penelitian atau menggali informasi baru yang bermanfaat atau dibutuhkan oleh petani. Dalam hubungan ini, kegiatan penyuluhan harus mengoptimalkan pemanfatan segala sumberdaya yang dimiliki.

b. Penyuluhan sebagai proses penerangan penjelasan

Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja terbatas pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan mengenai segala informasi yang diberikan kepada kelompok sasaran agar benar-benar memahami.

Sehingga menciptakan komunikasi timbal balik antara pemberi penyuluhan dengan sasaran penyuluhan.

c. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku

Penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan yang merupakan perwujudan dari, pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang atau pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(33)

d. Penyuluhan sebagai proses belajar

Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya, perubahan perilaku yang erjadi dilakukan oleh sasaran tersebut melalui proses belajar. Dalam kaitan ini, keberhasilan penyuluhan tidak diukur dari seberapa banyak ajaran yang disampaikan, tetapi seberapa jauh terjadi proses belajar bersama yang dialogis, yang mampu menumbuhkan kesadaran (sikap), pengetahuan dan keterampilan kearah kegiaan yang menyejahterakan.

e. Penyuluhan sebagai proses perubahan sosial

Yang dimaksud dengan perubahan sosial di sini adalah, tidak saja perubahan (perilaku) yang berlangsung pada diri seseorang, tetapi juga perubahan- perubahan hubungan antar individu dalam masyarakat, termasuk struktur, nilai- nilai, dan pranata sosialnya.

2.2.7 Tujuan Penyuluhan Pertanian

Menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tujuan penyuluhan pertanian adalah memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan. Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi. Mengembangkan sumberdaya manusia, yang maju dan sejatera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan.

(34)

Menurut Mardikanto (2009) tujuan penyuluhan pertanian diarahkan pada proses pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas individu dengan terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), perbaikan usaha tani (better business), dan perbaikan kehidupan petani dan masyarakatnya (better living).

2.2.8 Sasaran Penyuluhan Pertanian

Sasaran penyuluhan pertanian (UU Nomor 16 Tahun 2006: 8) sebagai berikut : 1. Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi

sasaran utama dan sasaran antara.

2. Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha.

3. Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.

Dalam penyuluhan pertanian, juga harus memperhatikan karakteristik sasaran, yakni (Mardikanto, 2009:50) :

1. Karakterisik pribadi yang mencakup jenis kelamin, umur, suku, agama 2. Status sosial ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, dan keterlibatannya dalam kelompok

3. Perilaku keinovatifan yang terdiri dari perintis, pelopor, penganut dini, penganut lambat dan kelompok yang tidak bersedia berubah

4. Moral ekonomi yang dibedakan dalam moral subsistensi dan moral rasionalitas. Petani subsistensi pada dasarnya hanya mengutamakan selamat dan tidak mau melakukan perubahan-perubahan. Sedangkan petani rasionalitas memiliki keinginan untuk selalu memperbaiki dengan mencari peluang-peluang yang ada.

(35)

2.2.9 Materi Penyuluhan Pertanian

Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumberdaya pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berisi unsur pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan modal sosial serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, ekonomi, manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan (UU Nomor 16 Tahun 2006).

Materi penyuluhan pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat penerima manfaatnya. Dengan kata lain, materi penyuluhan adalah pesan yang ingin disampaikan dalam proses komunikasi pembangunan (Mardikanto, 2009: 275).

Materi yang disampaikan dalam setiap dalam proses penyuluhan harus bersifat inovatif yang mampu mengubah atau mendorong terjadi perubahan-perubahan.

Berbagai ragam sumber materi penyuluhan, dapat dikelompokkan menjadi:

1. Sumber resmi dari instansi pemerintah, baik yang berasal dari : a. Departemen atau dinas-dinas terkait

b. Lembaga penelitian dan pengembangan c. Pusat-pusat pengkajian

d. Pusat-pusat informasi

e. Pengujian lokal yang dilaksanakan oleh penyuluh

2. Sumber resmi dari lembaga-lembaga swasta atau lembaga swadaya masyarakat, yang khusus bergerak di bidang penelitian, pengkajian dan penyebaran informasi

3. Pengalaman petani, baik dari pengalaman usahataninya sendiri atau hasil dari

“petak pengalaman” yang dilakukan secara khusus dengan atau tanpa bimbingan penyuluhnya

(36)

4. Sumber lain dapat dipercaya, misalnya: informasi pasar dari para pedagang, perguruan tinggi

5. Publikasi (buku teks, jurnal), media masa (majalah, surat kabar, tabloid) intenet.

Ada bebrapa bagian-bagian dalam materi penyuluhan yakni :

1. Materi pokok, materi yang benar-benar dibutuhkan dan harus diketahui oleh penerima manfaat utamanya. Sedikitnya mencakup 50% dari seluruh materi yang ingin disampaikan

2. Materi penting, yaitu materi yang berisi dasar pemahaman tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh penerima manfaatnya. Materi ini diberikan sekiar 30% dari seluruh materi yang ingin disampaikan

3. Materi penunjang, yaitu materi yang masih berkaitan dengan kebutuhan yang ingin dirasakannya itu. Materi ini maksimal sebanyak 20% dari seluruh materi yang diberikan

4. Materi mubazir, yaitu materi yang sebenarnya tidak perlu dan tidak ada gayutannya dengan kebutuhan petani atau sasaran. Karena itu, dalam setiap kegiatan penyuluhan, sebaiknya justru dihindari penyampaian materi-materi seperti ini.

2.2.10 Media Penyuluhan Pertanian

Media penyuluhan berperan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam mencapai tujuan penyuluhan. Di dalam penyuluhan dikenal beragam alat peraga atau media penyuluhan, yakni :

1. Benda

Benda yang dapat digunakan sebagai alat peraga ini, ada beberapa macam, yaitu :

(37)

a. Sampel atau contoh, yaitu benda atau barang asli yang dapat dibawa penyuluh untuk dijelaskan kepada penerima manfaat penyuluhannya (misal:

contoh benih, contoh pupuk)

b. Model atau tiruan, ini biasa digunakan sebagai alat peraga, jika benda asli sulit didapat (misal: contoh traktor)

c. Specimen atau benda asli yang telah diawetkan, karena benda asli sulit didapat

2. Barang Cetakan

Berbagai macam barang cetakan media penyuluhan yaitu :

a. Leaflet dan folder merupakan selembar kertas yang dilipat menjadi dua (4 halaman), sedang folder dilipat menjadi tiga (6 halaman). Disamping itu, leaflet dan folder lebih banyak berisikan tulisan dari pada gambarnya.

b. Brosur atau booklet merupakan barang cetakan yang berisikan gambar dan tulisan yang berbentuk buku kecil setebal 10-25 halaman, dan paling banyak 50 halaman.

c. Flipchart atau peta singkap adalah sekumpulan poster selebar kertas koran, yang digabungkan menjadi satu. Masing-masing berisi pesan terpisah, yang jika digabungkan akan menjadi satu kesatuan yang terpisahkan yang ingin disampaikan secara utuh.

3. Gambar yang diproyeksikan

Penggunaan media ini, kecuali movie yang dapat digunakan dalam pendekatan massal, selebihnya hanya efektif digunakan dengan pendekatan kelompok. Berikut termasuk gambar yang diproyeksikan :

a. Slide film adalah suatu hasil karya photografi yang berupa film dengan menggunakan slide projektor.

b. Transparancy sheet adalah lembaran mika (plastik) bergambar atau bertulisan yang diproyeksikan ke layar dengan menggunakan overhead projector.

(38)

c. Movie film, disajikan berupa gambar bergerak yang telah diisi dengan suara.

4. Lambang Grafika

Untuk mempermudah pemahaman penerima manfaatnya, di dalam kegiatan penyuluhan dapat digunakan berbagai “lambang grafika” (yang berupa gambar dengan keterangan tertulis seperlunya) untuk alat peraganya. Berikut yang merupakan lambing grafika adalah :

a. Grafik yaitu hubungan antar dua perubah yang digambarkan dalam bentuk titik, garis, atau gambar-gambar tertentu yang mudah dipahami oleh penerima manfaatnya.

b. Bagan merupakan gambar dari hubungan antar bagian atau sub sistem dari suatu sistem tertentu yang ingin dijelaskan.

c. Diagram merupakan lambing grafika yang berupa gambar penampang dari suatu benda atau alat tertenu yang ingin dijelaskan, baik dalam benuk penampang melintang maupun penampang membujurnya.

2.2.11 Metode Penyuluhan Pertanian

Ada beberapa pengelompokkan jenis metode penyuluhan, yakni (Mardikanto,2009) :

1. Metode penyuluhan menurut media yang digunakan

Berdasarkan media yang digunakan, metoda penyuluhan dapat dibedakan menjadi tiga, yakni :

a. Media lisan, baik yang disampaikan secara langsung (melalui percakapan tatap muka atau lewat telepon), maupun secara tak langsung (lewat radio, televise, kaset, CD)

b. Media cetak, baik berupa gambar (foto, poster) dan atau tulisan (majalah, selebaran, baner) yang dibagi-bagikan, disebarkan, atau dipasang di tempat- tempat startegis yang mudah dijumpai oleh penerima manfaat (dijalan, pasar)

(39)

c. Media terproyeksi, berupa gambar dan atau tulisan (slide, VCD/DVD, flim strip)

2. Metode penyuluhan menurut hubungan penyuluh dan penerima manfaatnya Berdasarkan hubungan penyuluh kepenerima manfaat, metoda penyuluhan dibedakan atas dua macam, yaitu :

a. Komunikasi langsung, baik melalui percakapan tatap muka atau lewat media tertentu yang memungkinkan penyuluh dapat berkomunikasi secara langsung dari penerima manfaat dalam waktu yang relatif singkat

b. Komunikasi tak langsung, baik lewat perantara orang lain, atau media yang lain yang tidak memungkinkan penyuluh dapat menerima respon dari penerima manfaatnya dalam waktu yang relatif singkat

3. Metode penyuluhan menurut keadaan psikososial penerima manfaatnya Metoda penyuluhan menurut keadaan psikososial sasarandibedakan menjadi tiga hal, yakni :

a. Pendekatan perorangan, artinya penyuluh berkomunikasi secara pribadi orang seorang dengan setiap penerima manfaatnya, missal kunjungan ke rumah, kunjungan di tempat kegiatan penerima manfaat

b. Pendekatan kelompok, manakala penyuluh berkomunikasi dengan sekelompok penerima manfaat pada waktu yang sama, seperti pada pertemuan di lapangan, penyelenggaraan latihan

c. Pendekatan massal, jika penyuluh berkomunikasi secara tak langsung atau langsung dengan sejumlah penerima manfaat yang sangat banyak bahkan mungkin tersebar tempat tinggalnya, misalnya penyuluhan lewat TV, penyebaran selebaran.

(40)

2.2.12 Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Evaluasi merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai sesuatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati dengan pedoman-pedoman yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.

Mardikanto (2009: 384-391) menyebutkan bahwasannya ragam evaluasi seebagai berikut :

1. Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif

Evaluasi formatif merupakan suatu evaluasi yang dilaksanakan terhadap program atau kegiatan yang telah dirumuskan, sebelum program atau kegiatan itu sendiri dilaksanakan. Sedangkan evaluasi sumatif merupakan suatu kegiatan evaluasi yang dilakukan setelah program selesai dilaksanakan.

2. On-going Evaluation dan Ex-post Evaluation

On-going evaluation merupakan suatu evaluasi yang dilaksanakan pada saat program atau kegiatan itu masih atau sedang dilaksanakan. Sedangkan ex-post evaluation yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada saat program atau kegiatan yang direncanakan telah selesai dikerjakan.

3. Evaluasi Intern dan Evaluasi Ekstern

Evaluasi intern adalah evaluasi yang dilakukan dengan orang-orang yang terlibat langsung dengan program yang bersangkutan. Sedangkan evaluasi ekstern adalah evaluasi yang dilaksankan oleh pihak luar.

4. Evaluasi Teknis dan Evaluasi Ekonomi

Evaluasi teknis (fisik) adalah kegiatan evaluasi yang sasaran dan ukurannya menggunakan ukuran teknis. Sedangkan evaluasi ekonomi atau keuangan, sasarannya adalah pengelola keuangan dan menggunakan ukuran-ukuran ekonomi.

5. Evaluasi Program, Pemantauan dan Evaluasi Dampak Program

(41)

Evaluasi program merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft atau usulan program yang sudah dirumuskan, sebelum program itu dilaksanakan. Pemantauan program diartikan sebagai proses pengumpulan keputusan-keputusan yang terjadi selama proses pelaksanaan program.

Sedangkan evaluasi dampak program umumnya diarahkan untuk mengevaluasi tujuan program atau dampak kegiatan yang telah dihasilkan oleh pelaksanaan program yang telah direncanakan.

6. Evaluasi Proses dan Evaluasi Hasil

Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilaksanakan itu sesuai dengan proses kegiatan yang seharusnya dilaksanakan sebagaimana telah dirumuskan di dalam programnya. Evaluasi hasil yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif.

2.2.13 Kognitif (Pengetahuan)

Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Berikut ini adalah penjelasan dan pilihan kata kerja kunci dari ranah kognitif yang telah direvisi.

(42)

REVISI RANAH KOGNITIF - PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)

No.

1.

Kategori Penjelasan Kata kerja kunci

Mengingat Kemampuan menyebutkan kembali informasi / pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan. Contoh:

menyebutkan arti taksonomi.

Mendefinisikan, menyusun daftar, menjelaskan, mengingat, mengenali, menemukan kembali, menyatakan, mengulang, mengurutkan, menamai,

menempatkan, menyebutkan.

2.

3.

4.

5.

6.

Memahami

Menerapkan

Menganalis

Mengevaluasi

Mencipta

Kemampuan memahami instruksi dan menegaskan pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan,

tertulis, maupun

grafik/diagram

Contoh : Merangkum materi yang telah diajarkan dengan kata-kata sendiri

Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tetentu.

Contoh: Melakukan proses pembayaran gaji sesuai dengan sistem berlaku.

Kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa

komponen dan

mnghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. Contoh:

Menganalisis penyebab meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan

keuangan dengan

memisahkan komponen- komponennya.

Kemampuan menetapkan menilai derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban.

Kemampuan memadukan unsur- unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil. Contoh: Membuat

kurikulum dengan

mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber

Menerangkan, menjelaskan, menterjemahkan, menguraikan, mengartikan, menyatakan kembali, menafsirkan, menginterpretasikan, mendiskusikan, menyeleksi, mendeteksi, melaporkan, menduga, mengelompokkan, memberi contoh, merangkum menganalogikan, mengubah, memperkirakan.

Memilih, menerapkan, melaksanakan, mengubah, menggunakan, mendemonstrasikan, memodifikasi, menginterpretasikan, menunjukkan, membuktikan, menggambarkan, mengoperasikan, menjalankan memprogramkan, mempraktekkan, memulai.

Mengkaji ulang, membedakan, membandingkan, mengkontraskan, memisahkan, menghubungkan, menunjukan hubungan antara variabel, memecah menjadi beberapa bagian, menyisihkan, menduga, mempertimbangkan mempertentangkan, menata ulang, mencirikan, mengubah struktur, melakukan pengetesan, mengintegrasikan, mengorganisir, mengkerangkakan.

Mengkaji ulang, mempertahankan, menyeleksi, mempertahankan, mengevaluasi, mendukung, menilai, menjustifikasi, mengecek, mengkritik, memprediksi, membenarkan, menyalahkan

Merakit, merancang, menemukan, menciptakan, memperoleh, mengembangkan, memformulasikan, membangun, membentuk, melengkapi, membuat, menyempurnakan, melakukan inovasi, mendisain, menghasilkan karya.

(Sumber : Taksonomi Bloom)

Referensi

Dokumen terkait