• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak semata-mata bersifat fisiologis, meliakan juga bersifat psikologis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak semata-mata bersifat fisiologis, meliakan juga bersifat psikologis"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kebutuhan Dasar Manusia

1. Teori Kebutuhan Dasar Manusia

Boere (2017) mengatakan bahwa salah satu aspek psikologi yang berperan penting dalam menggerakkan manusia adalah untuk berbuat sesuatu adalah motivasi. Konsep fundamental yang khas dari teori motivasi yaitu yang dikemukakan oleh Abraham Maslow bahwa manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhuan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis dan nuluriah.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak semata-mata bersifat fisiologis, meliakan juga bersifat psikologis. Pada dasarnya kebutuhan- kebutuhan tersebut merupakan kodrat manusia, hanya saja mereka itu lemah serta mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar, kebiasaan, atau tradisi yang keliru. Maslow (dalam Boere, 2017) mengatakan bahwa kebutuhan itu merupakan aspek intrinsik kodrat manusia yang tidak dimatikan oleh kebudayaan, hanya saja ditindas oleh kebudayaan. Lebih lanjut Maslow mengaatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan itu dapat dengan mudah diabaikan atau ditekan, tidak bersifat jahat melainkan netral atau justru baik.

(2)

Menurut Maslow (1993) suatu sifat dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Ketidak hadirannya menimbulkan sakit atau penyakit b. Kehadirannya mencegah timbulnya sakit atau penyakit c. Pemulihannya menyembuhkan sakit atau penyakit

d. Dalam situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks dan orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya

e. Kebutuhan itu tidak aktif, lemah dan secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.

Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa tindakan manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan-kebutuhan dasar, sehingga aspek psikologi tersebut berperan penting dalam menggerakkan manusia itu sendiri untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya.

2. Hirarki Kebutuhan

Maslow (dalam Healy, 2016) berpendapat bahwa motivasi manusia diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis, suatu kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya muncul. Kebutuhan ini bersifat instinktif yang mengaktifkan atau mengarahkan perilaku manusia.

Meskipun kebutuhan itu bersifat instinktif, namun perilaku yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut sifatnya dipelajari,

(3)

sehingga terjadi variasi perilaku dari setiap orang dalam cara memuaskannya. Kebutuhan itu memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :

a) Kebutuhan yang lebih rendah dalam hirarki merupakan kebutuhan yang kuat, potensial, dan prioritas. Sementara yang lebih tingi dalam hirarki merupakan kebutuhan yang paling lemah.

b) Kebutuhan yang lebih tinggi muncul terakhir dalam rentang kehidupan manusia. Kebutuhan fisologis (biologis) dan rasa aman muncul pada usia anak-anak, kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan muncul pada usia remaja, sementara kebutuhan aktualisasi diri muncul pada usia dewasa.

c) Kebutuhan yang lebih tinggi kurang diperlukan dalam rangka mempertahankan hidup, sehingga pemuasannya dapat diabaikan.

Kegagalan dalam pemuasannya tidak akan menimbulkan krisis, tidak seperti apabila gagal dalam memenuhi kebutuhan yang lebih rendah. Dengan alasan ini Maslow menyebutkan kebutuhan yang lebih rendah ini dengan kebutuhan deficit atau defisiensi.

Kegagalan dalam memuaskan kebutuhan ini akan mengakibatkan defisiensi (ketidaknyamanan) dalam diri individu.

d) Walaupun kebutuhan yang lebih tinggi itu kurang begitu perlu dalam rangka survival, namun kebutuhan tersebut memberikan kontribusi terhadap survival itu sendiri dan juga perkembangan.

(4)

Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan akan rasa aman

Kebutuhan akan cinta Kebutuhan Penghargaan

Aktualisasi Diri

Kepuasan yang diperoleh dari kebutuhan yang lebih tinggi itu dapat meningkatkan kesehatan, panjang usia, dan efisiensi biologis.

e) Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi amat bermanfaat, baik bagi fisik maupun psikis. Kondisi tersebut dapat melahirkan rasa senang, bahagia, dan perasaan bermakna.

f) Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi memerlukan situasi eksternal yang lebih baik (sosial, ekonomi, dan politik) daripada pemuasan kebutuhan yang lebih rendah.

g) Maslow (1993) mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan berikut ini berdasarkan prapotensi dari masing-masing : fisologis (physiological), keamanan (safety), cinta dan keberadaan (love and belongingness), penghargaan (esteem), dan aktualisasi diri (self- actualization). Hirarki kebutuhan digambarkan dalam bentuk piramida sebagai berikut :

Gambar 1. Hirarki kebutuhan Maslow

(5)

Adapun penjelasan dari hirarki Maslow diatas adalah sebagai berikut : a) Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan paling mendasar, paling kuat dan paling jelas dari setiap kebutuhan manusia adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yakni kebutuhan akan makan, minum, sandang, tempat tinggal, seks, tidur, dan oksigen. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan akan, pertama yang akan dilakukan adalah memburu makanan terlebih dahulu. kebutuhan lain akan ditekan dan akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan fisiologisnya. Bagi orang yang lapar berat dan membahayakan dirinya, motivasi utamanya adalah makan untuk menghilangkan rasa laparnya. Bahkan Maslow mengatakan: “ia bermimpi tentang makanan, emosinya tergerak dan tertuju pada makanan, pikirannya tertuju pada makanan, serta keinginannya juga tertuju pada makanan.”

b) Kebutuhan Akan Rasa Aman

Diatas kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan akan rasa aman. Setelah kebutuhan fisiologisnya terpenuhi, akan muncul pada diri seseorang kebutuhan akan rasa aman. Gobel (dalam Ali

& Asrori, 2018) dalam penelitiannya mendapati para psikolog dan para pendidik menemukan bahwa anak-anak membutuhkan dunia yang jelas dan dapat diramalkan. Seseorang akan menyukai

(6)

konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika kejelasnnya dapat diramalkan dan konsistensi tidak ditemukan dalam dunianya, anak-anak akan merasa cemas dan tidak aman.

Kebebasan yang ada batasnya lebih disukai daripada kebebasan yang tidka dibatasi atau serba dibiarkan. Menurut Maslow, kebebasan yang ada batasannya seseungguhnya sangat diperlukan bagi perkembagan anak ke arah penyesuaian diri yang lebih baik.

Seseorang yang senantiasa merasa dirinya tidak aman akan cenderung neurotik dan bertingkah laku seperti anak yang tidak aman. Orang semacam itu akan cenderung berbuat dan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam bahaya besar.

Seseorang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan yang berlebihan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha kerasa menghindari segala sesuatu yang dipandang asing bagi dirinya dan orang yang tidak diharapkan oleh dirinya. Orang sehat dan merasa aman juga memerlukan keteraturan dan stabilitas, tetapi tidak berlebihan sebagaimana orang yang neurotik atau merasa dirinya tidak aman.

c) Kebutuhan Akan Cinta dan Keberadaan

Setelah kebutuhan fisologis dan rasa aman terpenuhi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, cinta serta kasih sayang. Setiap manusia sesungguhnya merasakan kebutuhan yang mendalam akan cinta

(7)

dan kasih sayang dari orang lain dan kepada orang lain. Demikian pula, setiap orang sangat membutuhkan rasa memiliki dan dimiliki orang lain. Seseorang akan merasa sedih kalau dirinya merasa tidak memiliki dan tidak dimiliki orang lain atau kelompoknya, karena dirinya tidak akan diterima atau tidak mendapat tempat pada diri orang lain atau kelompoknya. Begitu juga sebaliknya, seseorang akan merasa sedih ketika dirinya merasa tidak disayangi oleh orang lain atau kelompoknya. Jadi kertika ketika seseorang sudah memenuhi kebutuhan fisiologis dan rasa aman namun tidak mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang maka orang tersebut akan merasakan ada sesuatu yang sangat mengganggu pikiran dan perasaannya.

Maslow (1993) menambahkan bahwa anak-anak membutuhkan cinta agar mereka dapat tumbuh dengan baik secara psikologis dan upaya mereka untuk mendapatkan kebutuhan ini biasanya dilakukan secara jujur dan langsung. Seorang remaja juga membutuhkan cinta, tetapi usaha mereka untuk mendapatkannya kadangkala disembunyikan dengan baik. Remaja ini juga seringkali melakukan tingkah laku yang mengalahkan diri sendiri, seperti pura-pura tidak ramah pada orang lain atau bersikap sinis, dingin dan kasar dalam hubungan interpersonal. Mereka mungkin menunjukkan bahwa mereka tampak mandiri dan bebas, tetapi pada kenyataannya mereka memilki kebutuhan yang kuat untuk

(8)

diterima dan dicintai oleh orang lain. Remaja lain yang kebutuhan akan cintanya tidak terlalu terpenuhi mengadopsi usaha-usaha yang lebih kentara untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi mereka menghancurkan keberhasilan mereka sendiri karena mereka berusaha terlalu keras untuk mendapatkan cinta. Permohonan mereka yang tiada henti untuk mendapatkan penerimaan dan kasih sayang membuat orang lain curiga, tidak bersahabat dan sulit didekati (Wibhowo & Stefani, 2013).

d) Kebutuhan Akan Penghargaan

Setelah seseorang memuhi kebutuhan akan rasa cinta dan keberadaan, mereka akan bebas mengejar kebutuhan akan penghargaan, yang mencakup penghormatan diri, keprcayaan diri, kemampuan dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi.

Maslow (dalam Feist & Feist, 2014) mengidentifikasi dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan, reputasi dan harga diri.

Reputasi merupakan persepsi akan gengsi, pegakuan atau ketenaran yang dimiliki seseorang. Dilihat dari sudut pandang orang lain. Sementara harga diri adalah perasaan pribadi seseorang bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan percaya diri. Harga diri didasari oleh lebih dari sekedar reputasi maupun gengsi. Harga diri menggambarkan sebuah keinginan untuk memperoleh sebuah kekuatan, pencapaian, atau keberhasilan, kecukupan, pengusasaan dan kemampuan, kepercayaan diri dihadapan dunia, serta

(9)

kemandirian dan kebebasan. Dengan kata lain, harga diri didasari oleh kemampuan nyata dan bukan hanya didasari oleh opini dari orang lain. Setelah orang membuhi kebutuhan mereka akan penghargaan, mereka siap untuk mengejar aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan tertinggi yang diungkapkan oleh Maslow.

e) Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri

Maslow (dalam Milyavskaya & Koestner, 2011) menegaskan bahwa setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuan yang dimilikinya. Kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan dan menggunakan kemampuannya secara penuh oleh maslow disebut “aktualisasi diri”. kebutuhan aktualisasi diri merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam teorinya tentang motivasi. Selanjutnya melukiskan kebutuhan sebagai hasrat makin menjadi diri sendiri dengan sepenuh kemampuan yang dimiliki sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Dikatakan juga bahwa kebutuhan aktualisasi diri biasanya muncul sesudah kebutuhan akan penghargaan dan kasih sayang terpenuhi secara memadai. Dalam hirarki kebutuhan Maslow, kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi atau puncak kebutuhan manusia.

Berdasarkan penjabaran hirarki Maslow diatas, diketahui bahwa kebutuhan dasar manusia memiliki tingkatan. Dimana tingkatan yang paling mendasar ada kebutuhan fisiologis yang

(10)

harus terpenuhi terlebih dahulu, yang kemudian dilanjutkan dengan kebutuhan yang lebih tinggi, begitu seterusnya hingga mencapai aktualisasi diri (Maslow, 1993).

3. Peran Penting Pemenuhan Kebutuhan

Maslow (1993) mengatakan bahwa berdasarkan penjabaran hirarki kebutuhan telah beberapa kali ditinjukkan bahwa biasanya kebutuhan yang ada sebelumnya telah terpenuhi. Artinya ialah bahwa, misal seseorang yang pada dasarnya telah puas tidak memiliki kebutuhan lagi akan harga diri, cinta, keselamatan dan sebagainya. Ia bisa disebut mempunyai kebutuhan itu hanya dalam arti orang kenyang yang masih lapar, atau botol penuh yang kosong.

Pemenuhan kebutuhan pribadi, Psikologis-sosiologis sama pentingnya dengan pemenuhan kebutuhan biologis. Statemen itu dapat diterima, jika diakui asumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan fisik dan psikis yang tidak dapat dipisah-pisahkan, walaupun dapat dibedakan (Milyavskaya & Koestner, 2011).

Pemenuhan kebutuhan biologis yaitu : kebutuhan makan, minum, bernafas dan sebagaianya penting sebab jika tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan kematian, pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosiologis memang tidak menyebabkan kematian. Meski demikian, tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis-sosiologis tersebut dapat berpotensi menyebabkan hilangnya keinginan untuk hidup,

(11)

karena merasakan kehampaan dan tidak berartinya dalam kehidupan (Wibhowo & Stefani, 2013).

Apabila kebutuhan-kebutuhan psikologis dan sosiologis dapat dipenuhi secara memadai, maka akan mendatangkan keseimbangan dan kebutuhan integrasi pribadi, individu yang bersangkutan dapat merasa gembira, harmonis dan menjadi orang yang produktif.

Sebaliknya, jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada kepuasan dalam hidup seseorang, dia dapat frustasi serta terhalang dan terlambatnya pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap lingkungan masyarakat dan dirinya, sehingga menjadi orang yang merasa tidak berarti dalam hidup (Milyavskaya & Koestner, 2011).

Pertimbangan-pertimbangan seperti inilah yang melahirkan dalil bahwa seseorang yang dirintangi dalam memenuhi kebutuhan pokok manapun digambarakan seperti orang yang sakit jiwa atau paling tidak kurang manusiawi. Hal ini wajar jika disamakan dengan penjelasan Maslow bahwa orang sakit adalah orang yang kurang vitamin maupun mineral (Maslow, 1993).

4. Proses Pemenuhan Kebutuhan

Kebutuhan Psikologis menurut Murray (dalam Alwisol, 2007) merupakan suatu susunan di otak yang mengorganisir persepsi, berpikir, dan berbuat untuk mengubah keadaan yang tidak memuaskan bagi individu. Kebutuhan akan senantiasa mendorong individu untuk mereduksi tegangan akibat rangsangan dari luar.

(12)

Rotter (dalam Feist & Feist, 2014) mendefinisikan kebutuhan sebagai perilaku atau seperangkat perilaku yang dilihat orang dapat menggerakkan mereka ke arah suatu tujuan. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut tentu saja menimbulkan tindakan (act) atau reaksi (react), kemudian tindakan atau rekasi tersebut akan menjelma menjadi perbuatan atau tingkah laku sesaat.

Gambar 2. Proses Pemenuhan Kebutuhan (diadopsi dari teori motivasi kebutuhan Maslow)

Pada gambar diatas, Maslow (1993) menekankan bahwa individu merupakan satu kesatuan utuh yang terpadu serta terorganisasi dan bukan hanya sebagian darinya saja. Oleh karena itu, dalam teori ini tidak ada sesuatu yang dapat dikatakan sebagai kebutuhan mulut, perut atau kelamin, yang ada hanyalah kebutuhan individu. Dengan demikian, pada dasarnya manusia tergerak karena ada suatu kebutuhan maupun tujuan yang hendak dicapai melalui beberapa proses yang dikenal dengan motivasi (Healy, 2016). Individu yang kebutuhannya tidak terpenuhi akan mengalami ketegangan, yang kemudian mendorong individu tersebut memunculkan perilaku baru yang dapat membuat kebutuhan tersebut terpenuhi sehingga ketegangan dapat diturunkan.

(13)

B. Gangguan Kepribadian Histrionik (Histrionic Personality Disorder) 1. Pengertian Gangguan Kepribadian

Millon (2004) menyatakan bahwa gangguan kepribadian adalah suatu pola yang menetap serta berasal dari pengalaman dalam diri dan juga perilaku individu yang relatif menyimpang dari norma yang diharapkan oleh budaya di mana individu tersebut berada dan sekurang-kurangnya ada dua aspek yang dinampakkan dari aspek- aspek berikut :

a. Kriteria A, mengenai kognisi, afeksi, fungsi interpersonal dan kontrol impuls.

b. Kriteria B, meliputi pola yang menetap relatif bersifat kaku dan meluas ke dalam berbagai situasi personal maupun sosial.

c. Kriteria C, pola menetap tersebut mengarahkan pada munculnya tekanan yang bermakna ataupun kemunduran didalam aspek sosial, okupasional maupun fungsi penting kehidupan lainnya.

d. Kriteria D, pola menetap tersebut relatif bersifat stabil serta berjangka panjang dan asal mulanya dapat ditelusuri mulai dari masa fase remaja awal atau dewasa awal.

e. Kriteria E, pola menetap tersebut akan lebih baik tidak dianggap sebagai konsekuensi dari gangguan mental lainnya.

f. Kriteria F, pola menetap tersebut bukan disebabkan karena suatu dampak atau efek dari fisiologis langsung dari suatu zat atau kondisi medis secara umum.

(14)

Selanjutnya Durand dan Barlow (2007) menjelaskan tentang gangguan kepribadian sebagai suatu pola yang permanen dalam mempersepsi, berhubungan dan memikirkan tentang lingkungan serta diri sendiri, yang akan diperlihatkan pada berbagai macam konteks sosial dan pribadi yang bersifat non fleksibel dan maladaptif serta menyebabkan distress subjektif yang signifikan. Dalam DSM-V diklasifiikasikan 10 macam gangguan kepribadian yang dibagi menjadi tiga kluster, yang mana salah satu ke tiga kluster tersebut yaitu klaster B (dramatik, emosional atu eratik) kelompok ini meliputi: gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionik dan narsistik. Individu dengan gangguan ini menamapakkan perilaku yang dramatis atau berlebih-lebihan, cenderung emosional dan terlihat aneh (seringnya tidak menentu).

Selain itu, Widuri (2005) mengatakan bahwa seorang individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya menunjukkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang relatif lama (biasanya sejak masa anak-anak). Pola tersebut biasanya muncul pada setiap situasi serta mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari (misalnya, dalam relasi sosial dan pekerjaan).

Pada individu, ciri kepribadian yang maladaptif tersebut tampak begitu melekat pada dirinya. Pada biasanya mereka dengan kepribadian tersebut cenderung menolak untuk mendapatkan

(15)

pertolonga dari terapis dan menolak bahkan menyangkal jika dirinya memiliki suatu masalah. Apabila dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan kecemasan, depresi serta obsesif-kompilsif, seseorang dengan gangguan kepribadian lebih tidak menyadari masalah mereka. Mereka tidak merasa cemas tentang perilakunya yang maladaptif (ego-sintonik) sehingga mereka pun tidak memiliki motivasi untuk mencari pertolongan dan akan sulit untuk mendapatkan kesembuhan (Widuri, 2005).

2. Gangguan Kepribadian Histrionik (Histrionic Personality Disoder) Histrionic Personality Disoder (HPD) merupakan salah satu gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku sombong, egosentris, emosi tidak stabil, menarik perhatian dengan afek yang labil, mudah tersinggung namun dangkal. perilaku yang dramatis dalam menarik perhatian dapat membuat ia berdusta sehingga mendorong ia untuk menceritakan sesuatu secara meluas dan terperinci tanpa dasar fakta (Rochmat, 2014).

Halgin, et. al, (2011) menyatakan bahwa makna histrionik berasal dari bahasa latin yang memiliki arti “aktor”. Individu dengan gangguan tersebut akan memperlihatkan kepura-puraannya dalam perilaku sehari-hari. lain dari individu yang menunjukkan perasaannya diwaktu yang tepat, individu dengan gangguan tersebut mereka memiliki keadaan emosional yang sepintas lalu dan maksud mereka menunjukkan emosi yang berlebih adalah semata untuk memanipulasi

(16)

orang lain daripada menunjukkan apa yang sebenarnya mereka rasakan.

Penyebab munculnya histrionic personality disorder belum diketahui penyebab pastinya, namun Freud (dalam Semiun, 2006) menyebutkan bahwa salah satu pencetus munculnya HPD yaitu akibat trauma masa lalu ditinggal orang yang dia cintai seperti kehilangan anggota keluarganya yang disebabkan entah itu bercerai maupun meninggal, bisa juga karena kehilangan sahabat atau orang terdekatnya selama ini, karena ia akan berfikir tidak akan ada lagi yang menyayangi dan mencintainya seperti dulu sehingga merasa cemas dan tertekan. Selanjutnya Freud menambahkan bahwa mekanisme pertahanan diri yang maladaptif seperti menggunakan represi, penyangkalan atau disasosiasi juga dapat menjadi penyebab munculnya HPD tersebut. Mekanisme pertahanan diri adalah suatu metode yang terbentuk dalam diri individu secara sistematis dan cenderung terbentuk sevara tidak sadar sebagai upaya yang dilakukan sebagai cara mengatasi konflik atau mengurangi kecemasan (Rochmat, 2014)

3. Kriteria Gangguan Kepribadian Histrionik (Histrionic Personality Disoder)

Dalam DSM-V dituliskan bahwa kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik adalah sebagai berikut : pola pervasif emosionalitas yang berlebih, mulai pada masa dewasa awal dan

(17)

tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima atau lebih ciri-ciri sebagai berikut :

a) Tidak merasa nyaman dalam situasi dimana ia tidak menjadi pusat perhatian.

b) Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan seksual yang tidak pada tempatnya atau perilaku provokatif.

c) Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang dangkal.

d) Terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada dirinya.

e) Memiliki gaya bicara yang impresionistik dan tidak memilki perincian.

f) Menunjukkan dramatisasi diri, terirtrikal dan ekspresi emosi yang berlebihan.

g) Mudah disugesti, yakni mudah dipengaruhi oleh oranglain atau situasi.

h) Mengangap hubungan nenjadi lebih intim ketimbang keadaan sebenarnya

Berdasarkan penjelasan dari beberapa tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa gangguan kepribadian merupakan suatu pola yang menetap dalam mempersepsi, hubungan dan memikirkan tentang lingkungan serta diri sendiri yang diporeh dari pengalaman individu, berdamapak pada perilaku yang maladaptif atau menyimpang serta

(18)

menyebabkan distres subjektif. Sedangkan gangguan kepribadian histrionok merupakan gangguan yang ditandai oleh emosi yang berlebih, cenderung dramatis dalam rangka menarik perhatian orang lain, serta mudah tersinggung dan dipengaruhi karena keadaanya.

C. Remaja Dengan Kecenderungan Histrionic Personality Disorder

Santrock (2007) mengatakan bahwa remaja merupakan individu yang berusia 12-23 tahun yang mana sudah mengalami masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, usia 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan dan usia 18-23 tahun adalah masa remaja akhir. Kemudia Sarwono (2011) menyatakan bahwa remaja merupakan satu masa dimana individu mengalami berbagai perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari masa anak-anak menjadi dewasa.

Hurlock (2000) mendefinisikan remaja sebagai masa peralihan dan masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Perkembangan yang jelas pada masa remaja ini adalah perkembangan seksualitas dan emosionalitas.

Menurut Havighurst (dalam Rahma, 2011), masa remaja adalah masa pencarian jati diri yang penuh dengan dinamika dan tantangan. Beberapa tugas perkembangan pada masa remaja yang harus dipenuhi oleh remaja adalah mencari hubungan sosial yang lebih matang, dapat menjalankan peran sosial yang lebih matang, dapat menjalankan sesuai dengan jenis kelaminnya, memeperhatikan perilaku yang secara sosial dapat

(19)

dipertanggungjawabkan dan memperoleh, mengembangkan serta menginteralisasikan norma menjadi pedoman hidupnya.

Masa remaja ditandai dengan timbulnya berbagai macam kebutuhan dalam diri mereka. Menurut Murray (dalam Wibhowo & Stefani, 2013) setiap kebutuhan secara khas dibarengi oleh perasaan atau emosi tertentu.

Kebutuhan akan senantiasa mendorong individu untuk mereduksi tegangan akibat rangsangan dari luar. Bila kebutuhan tersebut terpenuhi dan tegangan mereda, maka individu akan merasa bahagia. Sebaliknya bila tidak terpenuhi, maka individu akan merasa kecewa, dan nantinya akan dapat menimbulkan tekanan.

Wibhowo & Stefani (2013) mengatakan bahwa salah satu konsekuensi dari tidak terpenuhinya kebutuhan remaja tersebut ialah timbul kesulitan yang menyebabkan timbulnya rasa kecewa, frustasi, marah, menyerang orang lain, perilaku menyimpang, narkotika dan tingkah laku negatif lainnya yang tanpa disadari akan merugikan dirinya dan orang lain.

Tingkah laku negatif remaja diantaranya yaitu menjadi lebih agresif, berlebihan, menonjolkan tingkah lakunya dan cenderung menampikan kepura-puraan. Dari beberapa tingkah laku remaja tersebut, menurut DSM-V menunjukkan ciri-ciri kecenderungan pada gangguan kepribadian histrionik atau histrionic personality disorder. Gangguan kepribadian histrionik ini seringkali ditandai dengan perilaku bermacam-macam, dramatik, ekstrovert pada orang yang meluap-luap dan emosional yang tidak stabil. Individu dengan gangguan kepribadian histrionik

(20)

menunjukkan perilaku mencari perhatian yang tinggi. Mereka cenderung memperbesar pikiran dan perasaan mereka, membuat segalanya terdengar seakan lebih penting dibandingkan dengan yang sebenarnya (Rochmat, 2014).

D. Kerangka Berfikir

Masa remaja merupakan masa penuh dengan gejolak dan merupakan periode peralihan status dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam masa peralihan ini, status remaja merupakan status yang tidak jelas sehingga terdapat keragu-raguan akan peran dan tanggungjawab yang diemban oleh remaja tersebut. Santrock (2007) menyebutkan juga bahwa masa remaja merupakan masa “strom and stress” dimana remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya yang disebabkan adanya perubahan-perubahan fisik dan psikis.

Masa remaja ditandai dengan timbulnya berbagai macam kebutuhan dalam diri mereka. Menurut Murray (dalam Alwisol, 2007), setiap kebutuhan secara khas dibarengi oleh perasaan atau emosi tertentu.

Kebutuhan akan senantiasa mendorong individu untuk mereduksi tegangan akibat rangsangan dari luar. Bila kebutuhan tersebut terpenuhi dan tegangan mereda, maka individu akan merasa bahagia. Sebaliknya bila tidak terpenuhi, maka individu akan merasa kecewa, dan nantinya akan dapat menimbulkan tekanan (Wibhowo & Stefani, 2013).

Pada dasarnya setiap remaja menghendaki semua kebutuhannya dapat terpenuhi secara wajar. Terpenuhinya kebutuhan-kebututuhan tersebut

(21)

secara memadai akan menimbulkan keseimbangan dan keutuhan pribadi.

Remaja akan merasa gembira, harmonis, dan produktif manakala kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi secara memadai. Sebaliknya, remaja akan mengalami kekecewaan, ketidakpuasan, atau bahkan frustasi dan pada akhirnya akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya jika kebutuhannya tidak terpenuhi (Sarwono, 2012). Tingkah laku negatif remaja diantaranya yaitu menjadi lebih agresif, berlebihan, menonjolkan tingkah lakunya dan cenderung menampikan kepura-puraan. Dari beberapa tingkah laku remaja tersebut, menurut DSM-V menunjukkan ciri-ciri kecenderungan pada gangguan kepribadian histrionik atau histrionic personality disorder.

Gangguan kepribadian histrionik ini seringkali ditandai dengan perilaku bermacam-macam, dramatik, ekstrovert pada orang yang meluap- luap dan emosional yang tidak stabil. Individu dengan gangguan kepribadian histrionik menunjukkan perilaku mencari perhatian yang tinggi. Mereka cenderung memperbesar pikiran dan perasaan mereka, membuat segalanya terdengar seakan lebih penting dibandingkan dengan yang sebenarnya (Rochmat, 2014).

Dalam penelitainnya, Rochmat (2014) juga mengatakan bahwa salah satu penyebab munculnya perilaku histrionic personality disorder yaitu karena adanya pertahanan diri yang maladaptif yaitu mekanisme pertahanan diri yang terbentuk secara sistematis dan cenderung terbentuk secara tidak sadar sebagai upaya yang dilakukan sebagai cara mengatasi

(22)

konflik serta pengaruh dari pola interaksi keluarga yang kurang memberikan perhatian, karena bagaimanapun keluarga merupakan lembaga utama sebagai peletak dasar kepribadian anak dan kualitas interaksi antar anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap perilaku anak (Nayana, 2013). Oleh karenanya, remaja berusaha memenuhi kebutuhannya dengan perikau-perilaku yang berlebihan untuk menarik perhatian. Hal tersebut selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Maslow (1993) bahwa ketika individu merasa kebutuahannya tidak terpenuhi, maka ia akan mengalami ketegangan yang mendorong individu tersebut untuk mecari perilaku baru hingga kebutuhan tersebut terpenuhi, sehingga ketegangan dapat menurun. Dengan demikian, penulis mengajukan kerangka berfikir sebagai berikut :

Kebutuhan Dasar Manusia a) Kebutan Fisiologis

b) kebutuhan Akan Rasa Aman

c) kebutuhan Akan Cinta dan Kasih Sayang d) kebutuhan Akan Penghargaan

e) Aktualisasi Diri

Remaja Dengan Kecenderungan HPD

Kebutuhan tidak terpenuhi

Ketegangan Dorongan Pencarian Perilaku

Kebutuhan Terpuaskan Proses Pemenuhan Kebutuhan

Referensi

Dokumen terkait

Vuosina 1981-85 Maatalouden tutkimuskeskuksessa tehdyissä tut- kimuksissa pyrittiin selvittämään subjektiivisen sadonarviointi- menetelmän luotettavuutta nykyisissä oloissa

Menurut [7,8] dalam prakteknya metode absorpsi dengan menggunakan larutan kimia sering digunakan dengan alasan sangat efektif dan lebih efisisen karena terjadi

Pembangunan Kebun Raya Daerah di Sulawesi adalah upaya yang efektif dan nyata untuk konservasi ex-situ tanaman endemik yang terancam punah. Diperlukan

Sikap religius yang dianut masyarakat Kudus mengajarkan agar manusia hidup “pasrah” dan “ rela” menerima apa pun pemberian Tuhan, namun bukan tindakan fatalis

)ada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal, jantung dan otak. )ada mata berupa perdarahan retina, gangguan  pengelihatan sampai dengan

Tenaga yang digunakan untuk memutar generator berasal dari energi panas hasil pembakaran bahan bakar dengan udara pada ruang bakar (combustor).. Energi panas dari pembakaran

Prav tako lahko potrdimo drugo trditev, da bodo anketirani zaposleni svoje strinjanje s trditvijo glede spodbude pri svojem delu ocenili z več kot 3, saj so jo v povprečju ocenili

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a berupa pungutan pengusahaan