• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DITINJAU BERDASARKAN KEFAVORITAN SEKOLAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN KETERAMPILAN PROSES SAINS ASPEK BIOLOGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DITINJAU BERDASARKAN KEFAVORITAN SEKOLAH."

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains Aspek Biologi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta Ditinjau Berdasarkan

Kefavoritan Sekolah

SKgIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persayaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dionisia Dwi Prasetyawati

NIM 12304241030

JUgUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVEgSITAS NEGEgI YOGYAKAgTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang (Amsal 23 : 18)

Keringat dan air mata adalah anak sungai yang akan terus mengangkut sampan impianku. Diatasnya akan ku

tumpangkan impian-impian manisku itu. (Firman nofeki)

Dream, Believe and Make it Happen

(Anonim)

Usaha, kerja keras, perjuangan, semangat, pantang menyerah,

serta doa yang akan menghantarkanmu menuju kesuksesan

(6)

vi

PEgSEMBAHAN

Puji Tuhan, suatu kebahagiaan akhirnya satu tahapan telah terlaksana. Kebahagiaan ini tak lupa berkat bantuan doa dan dukungan dari banyak pihak dan campur tangan dari Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih. Karya kecil ini kupersembahkan untuk :

 Kedua orangtuaku Bapak Ignatius Mariyo dan Ibu Christina Maria Sumiyati yang selalu memberi dukungan, semangat, doa and everything Terimakasih atas semua yang telah Bapak Ibu berikan padaku.

 Kakakku Marieta Anna Wulandari, Kakak Iparku Martinus Joko Sukamto dan tak lupa Keponakanku yang lucu dan pinter Dorothea Aurelya Githa Christabel terima kasih atas dukungan semangat dan doa yang tak henti dari kalian.

 Kelas A Pendidikan Biologi 2012 yang mengajariku banyak hal, kebersamaan, canda dan tawa kalian akan selalu kuingat. Terimakasih kebersamaan selama 4 tahun ini, aku belajar banyak hal dari kalian. Tetap kompak ya gaes 

 Teman-teman Tim Hore and Best PartnerReno, Irsyad, Puput, Lia, Lita, Dika, Pipit, Ikhsan, Ucup, Suci, Kikik makasih kalian telah memberi warna tersendiri dalam hidupku.

(7)

vii

 KKN 2013 Cengkehan (Eko, Miftah, Novia, Bilby, Intan, Ryan, Vikri, Lisin,Arba, Rimba, Khusnul) makasih support dan doanya. Makasih bullyannya 

 PPL SMA N 1 Piyungan 2015 terutama partner sesama pendidikan biologi nurul ayuningtyas terimakasih banyak doa dan dukungan semangatnya.  IKMK 2012 terimkasih karena kalian mengajarkanku banyak hal. Makaish

doanya, ucapanya. Kita adalah keluarga gaes .

OMK Kleben (Mas Purnomo,Dhian,Tinus,Okta,Ria,Dina,Ardi,dkk) makasih semangat kalian, bully kalian, kebersamaan bersama kalian   OMK Kleputerima kasih teman-teman semuanya anggota OMK Klepu

(8)

viii

KEMAMPUAN BEgPIKIg DIVEgGEN KETEgAMPILAN PgOSES SAINS ASPEK BIOLOGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAg DITINJAU

BEgDASAgKAN KEFAVOgITAN SEKOLAH Oleh :

Dionisia Dwi Prasaetyawati 12304241030

ABSTgAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains (KBDKPS) aspek biologi kelas V sekolah dasar di kota yogyakarta ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah dan kaitannya dengan profesi orang tua. Kemampuan berpikir divergen merupakan kemampuan untuk menghasilkan bermacam-macam alternatif jawaban dalam suatu permasalahan. Kemampuan berpikir divergen penting untuk di kembangkan dalam pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel penelitian sebanyak 441 siswa kelas V di kota Yogyakarta terdiri dari 12 sekolah yang ada di UPTD Jogja timur dan UPTD Jogja utara dengan menggunakan teknikpurposive sampling dalam mengambil sampel penelitian. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir divergen siswa kelas V sekolah dasar dengan variabel bebas kefavoritan sekolah dan sebagai variabel pengganggu adalah keterkaitan kemampuan berpikir divergen dengan profesi orang tua (guru/dosen atau selain keduanya).

Hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif menunjukkan skor rata-rata KBDKPS sebesar (15,29) dari total skor 40 yang tergolong kategori sedang. Rerata skor KBDKPS siswa di sekolah favorit (16,37) lebih tinggi daripada sekolah tidak favorit (14,38). Rerata skor KBDKPS kelompok siswa di sekolah favorit dengan profesi orang tua guru/dosen (18,32) lebih tinggi daripada siswa yang orang tuanya berprofesi sebagai bukan guru/dosen (15,91). Rerata skor KBDKPS kelompok siswa di sekolah tidak favorit dengan profesi orang tua bukan guru/dosen (15,36) lebih tinggi daripada siswa yang orang tuanya berprofesi sebagai guru/dosen (9,02) Secara keseluruhan rerata skor KBDKPS tertinggi diperoleh sekolah favorit dengan siswa yang orangtuanya berprofesi sebagai guru/dosen.

(9)

ix

KATA PENGANTAg

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan Tugas Akhir Skripsi (TAS) dengan judul yKemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains Aspek Biologi Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta Ditinjau dari Kefavoritan Sekolah” dapat terselesaikan. Tugas Akhir Skripsi merupakan karya tulis ilmiah mahasiswa yang mencerminkan kemampuan melakukan proses, sikap, dan pola berpikir ilmiah melalui kegiatan penelitian sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari.

Penyusunan skripsi bertujuan memantapkan wawasan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam melakukan kegiatan ilmiah. Melalui penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa berpikir divergen (menghasilkan banyak alternatif jawaban) mendukung pengembangan kreativitas dalam pemecahan masalah, dan keduanya sangat penting untuk dikembangkan terutama melalui proses pembelajaran mulai dari jenjang pendidikan dasar. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang mendukung, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA UNY yang telah memberikan ijin penelitian sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar. 2. Bapak Dr. Paidi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,

DosenPembimbing Akademik dan Pembimbing Utama yang telah memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, arahan selama penyusunan skripsi.

3. Bapak Prof. Dr. Bambang Subali, M.S. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, arahan selama penyusunan skripsi.

(10)

x

5. Segenap mahasiswa seperjuangan kelas Pendidikan Biologi A 2012, yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Tim penelitian payung yang telah banyak bekerjasama dan memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas semangat, usaha, dan kerjasama dalam mendukung penyelesaian tugas dengan dilandasi rasa kekeluargaan.

Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis menjadi amal kebaikan dan mendapat balasan sebaik-baiknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalam karya ini masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk penyusunan karya tulis berikutnya yang lebih baik. Penulis memohon maaf atas kekurangan yang ada pada skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi pihak yang mempelajari serta memberikan kontribusi nyata bagi bidang pendidikan di Indonesia.

(11)

xi

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 14

G.Definisi Operasional ... 15

BAB II. KAJIAN TEORI A. Hakikat Ilmu Sains/IPA dan Biologi ... 17

B. Hakikat Pembelajaran Sains/IPA ... 19

C. Keterampilan Proses Sains ... 24

D. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik ... 27

E. Kemampuan Berpikir Divergen dan Kreativitas ... 32

1. Kemampuan Berpikir dan Kreativitas ... 32

2. Hubungan Kreativitas dan Kemampuan Berpikir Divergen ... 36

F. Kemampuan Berpikir Divergen dalam Keterampilan Proses Sains ... 37

G. Peran Sekolah dan Kefavoritan Sekolah ... 38

1. Peran Sekolah ... 38

2. Kefavoritan Sekolah ... 39

H. Peran dan Pekerjaan/Profesi Orang tua ... 42

1. Peran Orang tua ... 42

2. Pekerjaan/Profesi Orang tua ... 44

I. Penelitian yang Relevan ... 45

J. Kerangka Berpikir ... 47

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48

C. Populasi dan Sampel ... 48

(12)

xii

E. Instrumen ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ... 51

G. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Pengelompokan Kafavoritan Sekolah Berdasarkan Hasil UN ... 53

2. Skor KBDKPS Aspek Biologi Siswa Kelas V SD di Kota Yogyakarta 54 3. Skor KBDKPS Siswa KelasVSD berdasarkan Kefavoritan Sekolah ... 56

4. Skor KBDKPS Siswa Kelas V SD berdasar Kefavoritan Sekolah dan Profesi Orang tua ... 57

5.Data Analisis Peran Orang Tua Membimbing Anaknya Belajar Di rumah ... 58

B. Pembahasan ... 58

1. Kemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains Aspek Biologi Siswa Kelas V SD di Kota Yogyakarta ... 59

2. Keterkaitan Kefavoritan Sekolah terhadap KBDKPS Aspek Biologi Siswa Kelas V ... 64

3. Keterkaitan Kefavoritan Sekolah terhadap KBDKPS Aspek Biologi Siswa Kelas VI berdasar Aspek Profesi Orang tua ... 67

BAB V. PENUTUP A. Simpulan ... 72

B. Keterbatasan Penelitian ... 73

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(13)

xiii

DAFTAg TABEL

Tabel 1. Domain Pengembangan Potensi Manusia (Taksonomi Bloom Baru) .... 22

Tabel 2. Keterampilan Proses Sains ... 25

Tabel 3. Keterampilan Proses Sains Yang Harus Dikuasai Siswa ... 26

Tabel 4. Keterampilan Proses Jenjang Sekolah Dasar dan Indikatornya ... 27

Tabel 5. Tahapan Perkembangan Intelektual Peserta Didik Menurut Piaget... 29

Tabel 6. Perkembangan Sosial Manusia Menurut Erikson ... 31

Tabel 7. Daftar nama sekolah dasar yang menjadi sampel di Kota Yogyakarta ... 49

Tabel 8. Contoh item soal tes KBDKPS oleh Bambang Subali ... 51

Tabel 9. Analisis Pengkategorian Sekolah ... 53

Tabel 10. Hasil analisis KBDKPS Semua Sampel Sekolah ... 54

Tabel 11. Hasil analisis KBDKPS Berdasarkan Kategori Sekolah ... 56

Tabel 12. Hasil analisis keterkaitan KBDKPS Berdasarkan Kefavoritan Sekolah ditinjau Dari Profesi Orang Tua ... 57

(14)

xiv

DAFTAg LAMPIgAN

Lampiran 1. Aspek Dan Subaspek KPS ... 81

Lampiran 2. Kisi-Kisi Pengisian Data Identitas Diri Siswa ... 86

Lampiran 3. Kolom Pengisian Data Identitas Diri Siswa ... 87

Lampiran 4. Lampiran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA SD/MI ... 89

Lampiran 5. Lampiran Nilai Ujian Nasional SD di Kota Yogyakarta ... 95

Lampiran 6. Lampiran Data Hasil Penelitian ... 108

Lampiran 7. Lampiran Angket Penelitian Lanjutan ... 121

Lampiran 8. Surat Keterangan Pembimbing ... 122

(15)
(16)

1

BABBIB PENDAHULUANB

A. LatarBBelakangBB

Pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui lembaga-lembaga

pendidikan (sekolah, perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lain) dengan

sengaja mentransformasikan warisan budaya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan

keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi (Dwi,2007:53).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya (UU Nomor 20 Tahun 2003). Berdasarkan

definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses

dalam kehidupan manusia yang melalui lembaga pendidikan mewujudkan

pembelajaran untuk menambah pengetahuan serta bertujuan untuk

mengembangkan potensi anak.

Biologi menurut Champbell (2010:1) adalah salah satu cabang ilmu

sains yang mempelajari kehidupan. Menurut Bambang (2011:131) biologi

sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menyediakan

berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan keterampilan

proses sains yang berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup. Pemahaman

konsep sebagai wujud dari produk keilmuan biologi, dapat diawali dengan

adanya penyelidikan dengan cara khusus seperti yang dijelaskan Sudjoko

(2001:2) bahwa proses penemuan yang diawali dengan adanya gejala maupun

fakta-fakta yang kemudian mendapatkan konsep diperlukan suatu cara-cara

(17)

2

Pembelajaran menurut Nazarudin (2007:163) adalah suatu peristiwa

atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan

mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun kreativitas.

Pembelajaran menurut BSNP (2006:30) merupakan usaha sengaja, terarah dan

bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman bermakna.

Singkatnya, pembelajaran adalah suatu proses belajar yang sudah direncanakan

dan mengharapkan peserta didik dapat mengembangkan potensi dan

kreativitasnya.

Pembelajaran biologi (sains/IPA) dapat dikatakan sebagai

pembelajaran yang sangat dekat dengan peserta didik karena berhubungan

langsung dengan kehidupan anak sehari-hari. Pengamatan terhadap

gejala/fenomena merupakan salah satu contoh persoalan sains. Pemberian

pengalaman belajar secara langsung diharapkan agar peserta didik dapat lebih

memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Pembelajaran menurut

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 maupun kurikulum 2013

pada kedua kurikulum tersebut mengarahkan pembelajaran sains/IPA pada

pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan ini mengutamakan

proses ilmiah dalam pembelajaran.

Biologi di Sekolah Dasar tergabung dengan ilmu lain pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk kelas IV-VI dan tematik untuk

kelas I-III. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak secara terus

menerus hanya teori saja namun juga membentuk sikap dan perilaku ilmiah

(18)

3

yang dijelaskan oleh Carin and Sund (1989:4-5) bahwa hakikat sains meliputi

proses/metode ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah. Proses untuk

memperoleh pengetahuan diawali dengan adanya penemuan dan penyelidikan

yang biasa disebut dengan inkuiri, kemudian selanjutnya mengetahui dan

mempelajari gejala alam/fakta-fakta di alam sekitar. Tuntutan pembelajaran

IPA secara inkuiri ini sesuai dengan yang tercantum dalam Standar Isi pada

jenjang Sekolah Dasar(BNSP,2006:161) sebagai berikut

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah

Telah dipaparkan dengan jelas bahwa dalam pembelajaran IPA yang

sudah mulai dipelajari di tingkat SD/MI sebaikya dilaksanakan secara inkuiri.

Inkuiri merupakan proses yang ditempuh siswa (mencari/menyelidiki) untuk

menemukan dan memecahkan masalah yang diberikan guru agar peserta didik

terbiasa bersikap ilmiah sehingga pelajaran terasa lebih bermakna (Ika,

2014:5). Pembelajaran inkuiri melibatkan proses ilmiah serta menuntut guru

dan peserta didik dalam pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan

proses dan sikap ilmiah.

Pembelajaran IPA secara inkuiri menuntut peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan proses. Keterampilan proses ini memang harus

dikuasai terlebih dahulu oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan proses

(19)

4

adalah keterampilan untuk memecahkan suatu masalah/persoalan dan

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sains dengan menggunakan

proses/ metode ilmiah. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan

proses sains. Adanya tuntutan dari kurikulum untuk menerapkan keterampilan

proses sains pada pembelajaran di jenjang sekolah dasar teretera

dalamLampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan untuk jenjang SD/MI/SDLB/Paket A yang berisi

agar siswa dapat menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial

di sekitar. Hal ini jelas menuntut siswa agar mampu menguasai keterampilan

proses sains.

Keterampilan proses sains menurut Bryce et. al. (1990:3) terdiri dari

keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan memroses (process skills),

serta keterampilan melakukan investigasi secara terintegrasi.Keterampilan

proses sains dasar mencakup keterampilan (a) mengamati, (b) mengumpulkan

data, (c) melakukan pengukuran, (d) mengikuti instruksi, dan (e)

mengimplementasikan prosedur. Keterampilan mengolah atau memproses

meliputi keterampilan: (a) menginferensi, dan (b) menyeleksi berbagai

cara/prosedur. Keterampilan melakukan investigasi yang terintegrasi terdiri

dari keterampilan: (a) merencanakan investigasi, (b) melaksanakan investigasi,

dan (c) melaporkan hasil investigasi. Tingkat pendidikan dasar di SD untuk

penguasaan proses sains difokuskan pada keterampilan proses sains dasar

(basic sciencec process skill) yang meliputi keterampilan mengamati

(20)

5

meramalkan (prediksi), menyimpulkan (inferensi), dan mengkomunikasikan

(komunikasi) (Patta, 2006:19)

Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar

digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai

peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan

langkah/metode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah. Sesuai dengan

penjelasan Carin and Sund (1989:4-5) bahwa hakikat sains berupa proses

ilmiah/metode ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah. Perolehan produk

ilmiah yang berupa gejala/fakta diiringi dengan pengembangan dan

pembentukan sikap ilmiah yang terdiri dari sikap jujur, obyektif serta sikap

lain yang dapat dikembangkan adalah sikap kreatif. Hal ini sesuai dengan yang

tertera dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan NasionalPasal 3

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan uraian diatas jelas menegaskan bahwa dalam tujuan

pendidikan nasional salah satunya adalah bertujuan untuk mengembangkan

potensi peseta didik agar menjadi manusia yangkreatif. Sejalan dengan hal

tersebut sesuai yang tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang mengatakan

(21)

6

pendidikan dasar dimaksudkan untuk menanamkan kebiasaan berpikir dan

menerapkan perilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Penjelasan

tersebut semakin jelas dan spesifik dijabarkan bahwa dalam pembelajaran

terutama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) jenjang Sekolah Dasar

bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah

kritis serta kreatif.

Kurikulum pada tingkat Sekolah Dasar (SD) menekankan penggunaan

keterampilan proses terutama dalampembelajaran sains/IPA. Hal ini

menjadikan siswa dan guru dalam melakukan proses pembelajaran

diharapkan untuk menerapkan keterampilan proses sains yang menjadi tuntutan

kompetensi keterampilan yang juga bertujuan untuk membiasakan peserta

didik untuk berpikir secara ilmiah. Kurikulum yang digunakan oleh sekolah

yang menjadi sampel penelitian ini menggunakan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP).

Karakteristik Peserta didik di tingkat Sekolah Dasar (SD) merupakan

masa kanak-kanak akhir, menurut Piaget (Rita,2008:106) anak yang tergolong

pada masa operasi konkret dapat berpikir logis terhadap objek yang konkret

dan berpikir induktif, yaitu dimulai dengan observasi seputar gejala atau hal

yang khusus dari suatu masyarakat, binatang, obyek, atau kejadian, kemudian

menarik kesimpulan. Perkembangan kemampuan berpikir anak ditahap

operasional konkret ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas memahami dan

(22)

7

Subyek pada penelitian ini adalah siswa ditingkat sekolah dasar kelas V

yang pada umumnya berusia antara 6-11 tahun. Usia tersebut tergolong dalam

tahap operasional konkret dimana anak sudah lebih mampu bepikir. Hal ini

merupakan kesempatan emas yang memungkinkan guru dalam pembelajaran di

kelas untuk dapat lebih mengembangkan kemampuan berpikir anak baik

berpikir konvergen maupun divergen. Keadaan di sekolah lebih banyak

mengembangkan kemampuan berpikir konvergen yakni kemampuan berpikir

yang menuntut siswa hanya fokus terhadap satu jawaban benar, di sekolah

contohnya seperti Ujian Akhir Sekolah sedangkan untuk perkembangan

berpikir divergen dirasa masih kurang dalam pelaksaaannya di sekolah.

Kemampuan berpikir divergen lebih menekankan siswa untuk dapat

mempunyai alternatif jawaban benar. Jika keduanya berkembang secara

bersamaan dan seimbang maka akan lebih baik lagi. Kemampuan berpikir

konvergen dan divergen sangat penting untuk dikembangkan di sekolah agar

dapat membentuk kreativitas anak. Salah satu dasar untuk memilih kelas V

sebagai subyek penelitian antara lain karena siswa kelas V dalam hal ini belum

disibukkan ataupun belum fokus oleh Ujian Nasional dan jika dibandingkan

dengan dengan kelas-kelas rendah lainnya dilihat dari segi kemampuan daya

tangkap dalam menyerap pertanyaan yang ada pada soal-soal kemampuan

berpikir divergen dalam hal ini cenderung lebih mampu, paham dan

berpengalaman serta pengetahuannya lebih banyak.

Proses pembelajaran disekolah memberikan kesempatan anak untuk

(23)

8

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP Nomor 19 Tahun 2005).

Kreativitas penting karena itu diperlukan untuk membentuk serta

mengembangkan potensi-potensi anak. Sementara itu, indikator dari

kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen (Utami,2012:9) . Awal untuk

terbentuknya kreativitas perlu adanya penguasaan terhadap kemampuan

berpikir divergen. Jika seseorang telah dapat menguasai kemampuan berpikir

divergen dengan baik maka dari berbagai alternatif jawaban benar tersebut,

seseorang akan lebih mudah menemukan gagasan baru yang beda dengan yang

lain, benar, orisinil dan unik.

Kaitan dengan proses pembelajaran di sekolah, melihat berdasarkan

fakta bahwa lebih dominan mengembangkan kemampuan berpikir konvergen,

maka pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 tentang

Standar Kompetensi Lulusan menjelaskan bahwa dari pembelajaran yang

menekankan jawaban tunggal menuju jawaban yang kebenarannya multi

dimensi.Berarti dalam pembelajaran guru sebaiknya mengarahkan siswa untuk

dapat berpikir lebih luas dengan mempunyai alternatif jawaban benar lebih dari

satu. Guru dapat melakukan pertanyaan yang bersifat terbuka agar dapat

menggiring anak untuk mengajukan banyak pendapat dan jawaban benar

sehingga mendorong anak untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir

divergen.

Kaitan dengan penelitian ini, selain dari segi proses pembelajaran

faktor lain yang diasumsikan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir

(24)

9

gender, IQ, motivasi belajar, jenjang kelas, bimbingan belajar, pekerjaan orang

tua, dan kefavoritan sekolah. Agar dapat mengetahui dan menyelidiki apakah

faktor-faktor tersebut berkaitan dan berhubungan ataupun mempengaruhi

terhadap kemampuan berpikir divergen peserta didik maka dilakukan suatu

penelitian payung oleh Bambang Subali dkk taun 2015. Anak payung

penelitian tersebut antara lain meneliti keterkaitan antara variabel IQ, motivasi

belajar, jenjang kelas, bimbingan belajar, dengan kemampuan berpikir

divergen. Penelitian ini fokus pada kefavoritan sekolah sebagai variabel bebas

dan profesi orang tua sebagai variabel penganggu.

Keterkaitan antara kemampuan berpikir divergen dengan kefavoritan

sekolah perlu diselidiki karena tingkat kefavoritan sekolah salah satu

indikatornya berkaitan dengan prestasi siswa di sekolah tersebut. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Ratna (2005:2) bahwa indikator kefavoritan sekolah

dari masyarakat antara lain (1) minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh

masyarakat (2) prestasi yang didapatkan sekolah banyak (3) memiliki sarana

prasarana yang memadai (4) lulusan baik dan nilai lulusan tinggi (5)

banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit.

Kefavoritan sekolah dalam hal ini mengacu pada sekolah unggul dan sekolah

efektif. Menurut Aischa (2010: 97) lulusan sekolah unggulan lebih baik dari

sekolah non unggulan. Berdasarkan pernyataan tersebut asumsi awal dari

penelitian ini adalah kefavoritan sekolah berpengaruh terhadap kemampuan

(25)

10

Hasil penelitian Carolina (2015:160) menunjukkan jika kefavoritan

sekolah berkaitan dengan mutu sekolah maka . Kategori kefavoritan sekolah

tidak lepas kaitannya dengan peran dan pandangan masyarakat ataupun orang

tua terhadap sekolah tersebut. Adanya anggapan tingkat kefavoritan sekolah

mempengaruhi pertimbangan orang tua dalam memilih sekolah. Selain itu,

peran dan tugas orang tua dalam mendidik anaknya sangat penting, baik dari

segi motivasi belajar yang berkaitan langsung dengan membimbing anaknya

maupun dari segi pembiayaan sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan orang

tua. Hasil penelitian Azwar (2014:58) menunjukkan bahwa anak dengan orang

tua berprofesi non guru lebih tinggi kepeduliannya terhadap pendidikan anak

dibandingkan anak yang orang tuanya berprofesi sebagai guru.

Pemilihan Kota Yogyakarta sebagai sampel penelitian antara lain

karena Kota Yogyakarta merupakan kota pelajar yang terdiri dari banyak

sekolah yang memiliki banyak prestasi, diantaranya seperti yang dikemukanan

Dinas Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013 dan 2014

bahwa rata-rata UAS di sekolah dasar di kota Yogyakarta menempati peringkat

pertama kemudian disusul Kebupaten Sleman dan Kulonprogo. Hal ini yang

menjadi menarik untuk diteliti apakah prestasi siswa di Kota Yogyakarta tinggi

dan kaitannya dengan kemampuan berpikir divergen siswa.

Sejauh ini belum ada informasi mengenai penelitian kemampuan

berpikir divergen siswa sekolah dasar di Kota Yogyakarta kaitannya dengan

tingkat kefavoritan sekolah, oleh karena itu penelitian tentang kemampuan

(26)

11

berdasarkan kefavoritan sekolah perlu dilakukan serta kaitannya dengan

pekerjaan orang tua .

B. IdentifikasiBMasalahBB

Meninjau dari latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa

masalah yang dapat diidentifikasikan antara lain adalah:

1. Kefavoritan sekolah berkaitan dengan kualitas sekolah yang dapat

dilihat berdasarkan prestasi yang sudah dicapai oleh siswa.. Biasanya

erat dikaitkan dengan prestasi akademik yang menyangkut nilai yang

diperoleh ataupun dicapai oleh siswa. Ujian Nasional (UN)

merupakan slah satu kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang

dicapai peserta didik. Nilai UN penting karena merupakan penentu

lulusan peserta didik dari suatu tingkat pendidikan. Hal ini sekolah

berperan dalam pembelajaran terutama dalam mengembangkan

berpikir divergen. Apakah kefavoritan sekolah yang dilihat dari

prestasi berdasarkan nilai Ujian Nasional (UN) mempengaruhi

kemampuan berpikir divergen siswa?

2. Kefavoritan sekolah berkaitan dengan pandangan masyarakat.

Kualitas sekolah dapat dilihat berdasarkan segi fasilitas dan sarana

prasarana yang diberikan sekolah untuk menunjang proses

pembelajaran. Proses pembelajaran yang optimal dengan didukung

fasilitas dan sarana prasarana yang mumpuni akan mendukung

perkembangan kemampuan berpikir divergen siswa. Adakah

(27)

12

kefavoritan sekolah yang dilihat berdasarkan fasilitas dan sarana

prasarana yang ada di sekolah?

3. Kefavoritan sekolah kaitannya dengan motivasi belajar merupakan

hal dan tugas penting orang tua dalam mendidik dan membimbing

anaknya belajar di rumah. Kepedulian terhadap pendidikan anak dan

motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi belajar anak sehingga

pengetahuan dan kemampuan berpikirpun bertambah. Apakah

kemampuan berpikir divergen berkaitan dengan motivasi belajar dari

orang tua?

4. Kefavoritan sekolah kaitannya dengan pekerjaan orang tua. Pekerjaan

orang tua dapat berkaitan dengan biaya, latar belakang pendidikan,

peran orang tua dalam membimbing anaknya belajar di rumah, lama

membimbing dan penguasaan materi. Dalam hal ini peran orang tua

sangatlah penting. Adakah perbedaan kemampuan berpikir divergen

siswa ditinjau dari pekerjaan orang tua?

C. BatasanBMasalahB

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, pada penelitian ini akan

berfokus pada kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains

aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di Kota Yogyakarta ditinjau

berdasarkan kefavoritan sekolah. Aspek pekerjaan orang tua sebagai

variabel pengganggu yang dianalisisketerakitannya dan beberapa variabel

lain yang kemungkinan terkait dalam penelitian ini tidak di kontrol secara

(28)

13

D. RumusanBMasalahB

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah

dipaparkan, masalah utama yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kemampuan berpikir divergen keterampilan

proses sains aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di Kota

Yogyakarta?

2. Apakah kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains

aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di kota Yogyakarta

berkaitan dengan tingkat kefavoritan sekolah?

3. Apakah kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains

aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di kota Yogyakarta

ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah berkaitan dengan profesi

orang tua?

E. TujuanBPenelitianB

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui

1. Kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek

Biologi siswa sekolah dasar kelas V di kota Yogyakarta

2. Keterkaitan antara kemampuan berpikir divergenketerampilan

proses sains aspek biologi anak sekolah dasar kelas V di Kota

Yogyakarta ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah

3. Keterkaitan antara kefavoritan sekolah terhadap kemampuan

(29)

14

kelas V SD di Kota Yogyakarta ditinjau berdasarkan profesi orang

tua.

F. ManfaatBPenelitianBB

1.Bagi Departemen Pendidikan Nasional (Depiknas)

a. Sebagai informasi dan pengetahuan serta gambaran keadaan

empiris kemampuan berpikir divergen keterampilan proses

sains dalam mata pelajaran IPA SD khusunya di Kota

Yogyakarta

b. Dapat menjadi pertimbangan dalam menyusun kebijakan

terkait pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan

berpikir divergen siswa sekolah dasar khususnya mata

pelajaran IPA/Sains di Kota Yogyakarta.

2.Bagi guru (IPA/Sains maupun Tematik)

a.Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan

agar dapat memotivasi guru untuk mengembangkan

pembelajaran dengan mengutamakan proses sains melalui

berbegai persoalan IPA/Sains.

b.Memberikan informasi serta pertimbangan terhadap

pembelajaran sains/IPA pada siswa sekolah dasar yang

hendaknya mengembangkan pola berpikir divergen

dengan banyak memberikan pertanyaan terbuka dan

menekankan sains sebagai proses dilandasi sikap ilmiah

(30)

15

a.Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kependidikan.

b.Mengetahui gambaran tingkat berpikir

divergenketerampilan proses sains aspek biologi siswa

sekolah dasar kelas v di kota Yogyakarta.

G. DefinisiBOperasionalB

1. KemampuanBBerpikirBDivergenB

Pola berpikir divergen adalah suatu penguasaan pola berpikir yang

menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban/gagasan dalam

memecahkan suatu masalah/persoalan (Utami,1985:51)

2. KeterampilanBProsesBSainsB

Keterampilan proses sains aspek biologi dalam mata pelajaran IPA

SD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejumlah langkah ilmiah

terstruktur terkait dengan permasalahan ilmiah. Digolongkan menjadi

keterampilan dasar (basic skill) dan keterampilan mengolah/memroses

(proses skills). Keterampilan dasar (basic skills) yang meliputi: (a)

keterampilan melakukan pengamatan, (b) keterampilan merekam

sata/informasi, (c) keterampilan mengikuti instruksi, (d) keterampilan

mengklasifikasi, (e) keterampilan melakukan pengukuran, (f) keterampilan

melakukan manipulasi gerakan, dan (g) keterampilan

mengimplementasikan prosedur/teknik/penggunaan peralatan dan

keterampilan mengolah/memproses (prosess skills) yang meliputi : (a)

keterampilan menginferensi, (b) keterampilan membuat prediksi, dan (c)

(31)

16

proses sains yang dimaksud berupa ide/gagasan dan pemikiran kognitif

yang mendasari kerja ilmiah siswa.

3. KefavoritanBSekolahB

Menurut Ratna (2005:2) indikator kefavoritan sekolah dari

masyarakat antara lain (1) minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh

masyarakat (2) prestasi yang didapatkan sekolah banyak (3) memiliki

sarana prasarana yang memadai (4) lulusan baik dan nilai lulusan tinggi

(5) banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi

favorit.

Penelitian ini meneliti hubungan keterkaitan antara Kemampuan

Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains dengan kefavoritan sekolah

yang dilihat dari nilai Ujian Nasional lulusan sekolah tersebut.

4. ProfesiBOrangBTuaB

Profesi orang tua dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yakni

orang tua yang berprofesi sebagai guru/dosen dan yang berprofesi selain

guru/dosen. Perihal ini akan dilihat keterkaitan antara KBDKPS dengan

profesi orang tua. Variabel ini sebagai variabel penganggu yang dikaji

(32)

1

BABBIIB KAJIANBPUSTAKAB

A.HakikatBSains/IPABdanBBiologiB

Hakikat ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut

metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di

bidang (pengetahuan) itu. Secara jelas dipaparkan bahwa Ilmu mempunyai

metode untuk menerangkat suatu pengetahuan.

Sains biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang berasal

dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan

alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Sains secara harafiah

dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau mempelajari

oeristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. (Patta, 2006:9)

Menurut Fisher (Moh.Amin, 1978:4) IPA adalah suatu kumpulan

pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang

berdasarkan observasi.

Hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan

sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk,

dan sebagai prosedur (Trianto, 2010:137).

Sejalan dengan hal tersebut, Carin & Sund (1989:4-5) menjelaskan

bahwa sains adalah cara untuk mengenal alam secara ilmiah melalui observasi

dan eksperimen. Unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses

sains/metode ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses sains/metode

(33)

2

masalah. Misalnya membuat hipotesis, merancang dan melaksanakan

percobaan, mengumpulkan dan menyusun data, mengukur dan sebagainya.

Produk Ilmiah, meliputi fakta, prinsip, hukum, teori dan sebagainya. Sikap

Ilmiah, meliputi kepercayaan, nilai-nilai, gagasan obyektif, jujur. Serta sikap

ilmiah lain dalam membuat suatu keputusan setelah memperoleh data.

Komponen sikap juga mencakup nilai dan moral meliputi : rasa ingin tahu yang

tinggi, kreatif, rendah hati, berpandangan terbuka.

Hakikat sains/IPA secara singkat dapat diartikan bahwa IPA terdiri dari

beberapa komponen diantaranya merupakan produk ilmiah, proses ilmiah dan

sikap ilmiah. IPA adalah ilmu yang mempelajari segala macam tentang alam

yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah dengan menerapkan

sikap ilmiah sehingga memperoleh produk hasil yang dapat berupa fakta, teori

maupun konsep. Jadi, dengan demikian adanya metode ilmiah inilah yang

merupakan cara untuk memecahkan permasalahan sains dengan rangkaian

suatu tahapan.

Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari

makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat

organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan fakta-fakta

maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi Sudjoko

(2001:2). Proses penemuan yang diawali dengan adanya gejala maupun

fakta-fakta yang kemudian mendapatkan konsep diperlukan suatu cara-cara khusus

(34)

3

B.HakikatBPembelajaranSains/IlmuBPengetahuanBAlamBdanBBiologiB

Pembelajaran adalah suatu proses yang di dalamnya terdapat kegiatan

interaksi antara guru dan siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman,

201:461).Menurut BSNP (2006:30) Pembelajaran merupakan usaha sengaja,

terarah dan bertujuan agar orang lain dpat memperoleh pengalaman bermakna.

Secara singkat pembelajaran dapat diartikan sebagai interaksi antara peserta

didik dengan pendidik yang terjadi di suatu lingkungan belajar. Adanya

interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik ini yang nantinya

diharapkan agar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta

didik, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menerangkan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Sesuai dengan pernyataan tersebut, diharapkan bahwa pendidikan di Indonesia

ini dapat mewujudkan suasana belajar yang baik agar dapat mengembangkan

potensi dan keterampilan yang ada didalam diri peserta didik.

Biologi menurut Champbell (2010:1) merupakan salah satu cabang

ilmu sains yang mempelajari kehidupan. Biologi merupakan cabang dari Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) yang memang sudah dipelajari mulai dari tingkat

Sekolah Dasar (SD) . Biologi di Sekolah Dasar tergabung dengan ilmu lain

pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk kelas IV-VI dan

(35)

4

Pembelajaran biologi (sains/IPA) dapat dikatakan sebagai

pembelajaran yang sangat dekat dengan peserta didik karena berhubungan

langsung dengan kehidupan anak sehari-hari. Pengamatan terhadap

gejala/fenomena merupakan salah satu contoh persoalan sains. Pemberian

pengalaman belajar secara langsung diharapkan agar peserta didik dapat lebih

memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Pembelajaran menurut

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 maupun kurikulum 2013

pada kedua kurikulum tersebut mengarahkan pembelajaran sains/IPA pada

pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan ini mengutamakan proses ilmiah dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran IPA adalah proses untuk memperoleh

pengetahuan diawali dengan adanya penemuan dan penyelidikan yang biasa

disebut dengan inkuiri, kemudian selanjutnya mengetahui dan mempelajari

gejala alam/fakta-fakta di alam sekitar. Hal ini seperti yang tertera pada pada

BSNP (2006:161) :

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah

Sudah sangat jelas dipaparkan bahwa dalam pembelajaran IPA yang

sudah mulai dipelajari di tingkat SD/MI sebaikya dilaksanakan secara

inkuiri ilmiah atau dikatakan sebagai penyelidikan ilmiah. Menurut Nyoman

(36)

5

kebenaran/ usaha penyelidikan. Dengan demikian guru dituntut untuk

melaksanakan pembelajaran IPA secara inkuiri sesuai dengan hakikat

IPA/Sains sebagai proses yakni mengarahkan siswa untuk melakukan

penemuan baik melalui fakta atau gejala melalui proses ilmiah.

Pembelajaran di kelas menuntut guru untuk mengembangkan

potensi-potensi peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah

dibahas sebelumnya. Pembelajaran agar dapat mengembangkan seluruh

potensi-potensi ataupun kemampuan dari peserta didik serta untuk

memudahkan pengkajian pembahasan dan penilaian biasanyadiadakan

pemilahan dengan menggunakan asepek-aspek tertentu. Aspek-aspek

tersebut dibagi kedalam beberapa bagian seperti yang dijelaskan oleh

Dettmer (2006:71-73) dalam taksonomi bloom yang membedakan

kemampuan manusia kedalam 4 domain yakni : (a) kognitif, (b) afektif, (c)

sensorimotor, dan (d) sosial. Ranah kognitif berisi aspek intelektual, seperti

pengetahuan, dan keterampilan berpikir, ranah afektif mencakup perilaku

terkait dengan emosi, misalnya perasaan, minat,, motivasi dan sikap

sedangkan ranah psikomotorik berisi perilaku yang menekankan funsi

manipulatif dan keterampilan motorik/ kemampuan fisik. Berikut penjelasan

(37)

6

Tabel 1. Domain-Domain yang dikembangkan dalam Pembelajaran Domain

tersebut ke dalam jenjang-jenjang menjadi 3 berdasarkan karakteristik

yaitu (a) basic learning yang mencakup nomor 1-2, (b) applied learning

yang mencakup nomer 3-5 dan (c) ideational learning mencakup nomor

(38)

7

Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah untuk

mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui interaksi

serta berbagai pengalaman dalam belajar. Sesuai dengan yang tertera pada

Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif seta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.

Pembelajaran juga berguna untuk mengembangkan kemampuan

berpikir kreatif pada peserta didik. Hal ini seperti yang tercantum dalam

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006.

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahas Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Seperti yang telah dipaparkan diatasseturut dengan hal itu, menurut

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 memaparkan bahwa

“Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri”.

Semakin jelas dan spesifik dijabarkan bahwa dalam pembelajaran

(39)

8

Dasar bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan berpikir dan

berperilaku ilmiah kritis serta kreatif.

C.KeterampilanBProsesBSainsB

Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar

digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai

peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan

langkah/metode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah.

Keterampilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

kecakapan dalam menyelesaikan tugas. Conny Semiawan (1992:15)

menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan

mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang

dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga

para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dengan demikian, jika

dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran maka diharapkan siswa dapat

menemukan fakta dan mengembangkan konsep dari sebuah peristiwa

maupun permasalahan.

Menurut Towle (1989:18-22) keterampilan ilmiah meliputi

keterampilan (a) melakukan pengamatan dan mengumpulkan data,(b)

melakukan pengukuran, (c) mengorganisasi data (bentuk grafik, tabel,

diagram, peta, dsb.), (d) mengklasifikasi, (e) merumuskan hipotesis, (f)

memprediksi berbagai hal yang relevan dalam menguji hipotesis, (g)

merancang dan melakukan percobaan untuk menguji hipotesis, (h)

(40)

9

atau hasil percobaan sebelumnya, (j) menafsirkan, dan (k)

mengomunikasikan/melaporkan.

Menurut Rezba et.al (2007:5) keterampilan proses sains adalah

sejumlah langkah ilmiah yang tergolong sebagai keterampilan dasar (basic

skill) dan keterampilan mengolah/memroses (process skills). Keterampilan

dasar (basic skills).

Tabel 2. Keterampilan Proses Sains Menurut Rezba (Sumber : Rezba, 2007:5)

Bryce et. al. (1990: 2-3) mengelompokkan keterampilan proses sains menjadi keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains lanjut.

Keterampilan proses sains dasar dapat dipecah menjadi keterampilan dasar

(basic skill) dan keterampilan mengolah/memproses (process skill). Keterampilan proses sains lanjut berupa keterampilan melakukan investigasi

(investigation skill) secara terintegrasi.Keterampilan proses sains dasar mencakup keterampilan (a) mengamati, (b) mengumpulkan data, (c)

melakukan pengukuran, (d) mengikuti instruksi, dan (e)mengimplementasikan

prosedur. Keterampilan mengolah atau memproses meliputi keterampilan: (a)

(41)

10

melakukan investigasi yang terintegrasi terdiri dari keterampilan: (a)

merencanakan investigasi, (b) melaksanakan investigasi, dan (c) melaporkan

hasil investigasi.

Pada tingkat pendidikan dasar di SD untuk penguasaan proses sains

difokuskan pada keterampilan proses sains dasar (basic sciencec process skill)

yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), menggolongkan

(klasifikasi), menghitung (kuantifikasi), meramalkan (prediksi), menyimpulkan

(inferensi), dan mengkomunikasikan (komunikasi) (Patta, 2006:19)

Tabel 3. Keterampilan Proses Sains Yang Harus Dikuasai Siswa

Keterampilan Proses Kelas

Observasi 1 2 3 4 5 6 7

Sumber : Elementary Science Curiculum Guide, Vancouver, BC 1989 (Patta,2006:49)

Berdasarkan tabel keterampilan proses sains diatas, subyek dari

penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar maka dari itu peserta didik

sebaiknya dalam keterampilan proses sains harus menguasai

ketrampilan-keterampilan yang telah disebutkan diatas. Subyek penelitian ini dipilih

siswa sekolah dasar kelas V karena dianggap sudah lebih memiliki bekal

(42)

11

kelas di bawahnya dan juga sedang tidak terbebani untuk memikirkan Ujian

Nasional sebagai syarat untuk kelulusan.

Sehubungan dengan penguasaan keterampilan proses sains pada,

berikut terdapat beberapa indikator keterampilan proses pada tingkat

sekolah dasar.

Tabel 4. Keterampilan Proses Jenjang Sekolah Dasar dan Indikatornya

Keterampilan Proses Indikator

Observasi (mengamati) Menggunakan alat indera sebanyak mungkin mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai Klasifikasi

(menggolongkan) Mencari perbedaan, mengontraskan, mencari kesamaan, membandingkan, mencari dasar penggolongan Aplikasi konsep

(menerapkan konsep) Menghitung, menjelaskan peristiwa, menerapkan konsep yang dipelajari pada situasi baru Prediksi (meramalkan) Menggunakan pola, menghubungkan pola yang ada, dan

memperkirakan peristiwa yang akan terjadi Interpretasi

(menafsirkan) Mencatat hasil pengamatan, menhubungkan hasil pengamatan, dan kesimpulan Menggunakan alat Berlatih menggunakan alat/bahan, menjelaskan

mengapa dan bagaimana alat digunakan Eksperimen

(merencanakan dan melakukan percobaan)

Menentukan alat dan bahan yang digunakan, menentukan variable, menentukan apa yang diamati, diukur, menentukan langkah kegiatan, menentukan bagaimana data diolah dan disimpulkan

Mengkomunikasikan Membaca grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, mendiskusikan hasil percobaan, dan menyampaikan laporan secara sisrematis.

Mengajukan pertanyaan Bertanya, meminta penjelasan, bertanya tentang latar belakang hipotesis.

Sumber : Modifikasi dari Hadiat (Patta,2006:63)

D.KarakterisitikBPerkembanganBPesertaBDidikBB

Perkembangan merupakan suatu proses perubahan dalam diri

individu atau organisme, baik perubahan fisik (jasmaniah), maupun psikis

(rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung

secara sistematis dan berkesinambungan (Syamsu, 2012:1-2) Pada intinya

(43)

12

manusia. Proses perkembangandimulaisejak dari dalam kandungan hingga

dewasa. Banyak terjadi perubahan dalam hidup manusia, diantaranya adalah

perkembangan fisik, perkembangan intelektual yang termasuk kognitif dan

bahasa serta emosi dan sosial.

Menurut teori perkembangan intelektual, Piaget (Dwi, 2007:111)

mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam

mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir formal. Menurut teori ini,

perkembangan intelektual peserta didik melalui tahap-tahap, setiap tahap

perkembangan dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam

mengkonstruksikan ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor

peserta didik berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988).

Perkembangan intelektual peserta didik berkembang bertahap seturut

dengan bertambahnya usia dan juga bertambahnya pengalaman, pendidikan

serta pengetahuan dari peserta didik. Setiap perkembangan intelektual

anak-anak dan remaja memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan

masing-masing tahap perkembangannya. Menurut Jean Piaget

(Dwi,2007:111) perkembangan intelektual peserta didik berlangsung dalam

empat tahap, yaitu : (a) tahap sensori motor, (b) tahap pra-operasional, (c)

tahap operasional konkrit, dan (d) tahap operasional formal. Hal ini dapat

(44)

13

Tabel 5. Tahapan Perkembangan Intelektual Peserta Didik Menurut Piaget

Umur

(Tahun) Perkembangan Fase Perubahan Perilaku 0,0 – 2,0 Tahap Sensori

Motor Kemampuan berpikir peserta didik baru melalui gerakan atau perbuatan. Perkembangan panca indera sangat berpengaruh dalam diri mereka. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/ memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesar adalah ‘menangis’. Memberi pengetahuan pada mereka pada usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak.

2,0 – 7,0 Tahap

Pra-operasional Kemampuan skema kognitif masih terbatas. Suka meniru perilaku orang lain. Terutama meniru perilaku orang tua dan guru yang pernah ia lihat ketika orang itu merespon terhadap perilaku orang, keadaanm dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat pendek secara efektif.

7,0 – 11,0 Tahap Operasional Kongkrit

Peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi. Sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. 11,0 – 14,0 Tahap

Operasional Formal

Telah memiliki kemampuan mengkoordinasi dua ragam kemampuan kognitif, secara serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas merumuskan hipotesis peserta didik mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan. Sedang dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, peserta didik akan mempu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti agama, matematika, dan lainnya.

(45)

14

Sesuai dengan subyek penelitian ini yakni siswa kelas V SD yang

rata-rata berusia 11 tahun yang berarti dalam tahapan perkembangan

intelektual tergolong dalam tahapan operasional konkret yang dalam

perkembangan intelektualnya menurut piaget sudah dapat memahami materi

dan sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan

peristiwa-peristiwa yang konkret. Sejalan dengan itu, menurut Piaget (Rita, 2008:105)

masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir

(usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak

merupakan konsep samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret.

Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalahyang

bersifat konkret dan mampu berpikir logis meski masih terbatas pada situasi

sekarang.

Masa kanak-kanak akhir menurut Piaget (Rita, 2008 :106) anak yang

tergolong pada masa Operasi Konkret dimana anak berpikir logis terhadap

objek yang konkret dan berpikir induktif, yaitu dimulai dengan observasi

seputar gejala atau hal yang khusus dari suatu masyarakat, binatang, obyek,

atau kejadian, kemudian menarik kesimpulan.

Perkembangan kemampuan berpikir anak ditahap operasional

konkret ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti

mengingat, memahami dan memecahkan masalah. Pengalaman hidupnya

memberikan andil dalam mempertajam konsep. Anak sudah lebih mampu

(46)

15

tidak lagi egosentrisme, dan lebih logis.(Rita, 2008 : 105:106) (Buku

Perkembangan Peserta Didik)

Selain perkembangan intelektual, manusia juga mengalami

perkembangan sosial dalam hidupnya. Perkembangan sosial menurut

Erickson (Dwi,2007:113) antara lain sebagai berikut

Tabel 6. Perkembangan Sosial Manusia Menurut Erikson Umur

(Tahun) Perkembangan Fase Perubahan Perilaku

0,0 – 1,0 Trust vs

Mistrust Tahap pertama adalah tahap perkembangan rasa percaya diri kepada orang lain. Fokus terletak pada panca indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan

2,0 – 3,0 Autotomy vs

Shame Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa ‘nakal’nya. Namun kenakalannya tidak dapat dicegah begitu saja, karena tahap ini anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mental. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting disekitarnya, misalnya orang-orang tua dan guru. 4,0 – 5,0 Inisiative vs

Guilt Mereka banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Mereka juga mengalami perkembangan inisiatif/ ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. Perkembangan lain yang harus tercipta adalah identitas diri terutama yang berhubungan dengan jenis kelamin. Anak belajar menjadi laki-laki atau perempuan bukan hanya dari alat kelaminnya tetapi juga perlakuan orang disekelilingnya kepada mereka. Fase ini menjadi penting karena umumnya anak mulai merasakan secara psikologis pengaruh dari jenis kelaminnya. Anak laki-laki cenderung menjadi lebih sayang pada ibu, anak perempuan lebih sayan pada ayah.

6,0 –

11,0 Industry Inferiority vs Mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian. 12,0 –

18/20 Ego – identity vs Role on fusion

Tahap ini manusia ingin mencari identitas dirina. Anak yang sudah beranjak menjadi remaja mulai ingin tampil memegang peran-peran sosial di masyarakat. Namun masih belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dalam peran yang berbeda. 18/19 –

30 Intimacy Isolation vs Memasuki tahap ini, manusia sudah mulai siap menjalin hubungan yang intim dengan orang lain, membangun bahtera rumah tangga bersama calon pilihannya

31 - 60 Generativity

vs Stagnation Tahap ini ditandau dengan munculnya kepedulian yang tulus terhadap sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah memasuki usia dewasa.

60 ke

(47)

16

Usia anak-anak Sekolah Dasar berkisar antara 6-11 tahun

perkembangan sosialnya menurut erikson mereka sudah bisa mengerjakan

tugas-tugas sekolah dan bersemangat serta termotivasi untuk belajarnamun

masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut

perhatian. Sebagai pendidik hendaknya dalam fase ini harus dapat

membimbing dan mengajarkan dengan telaten anak sebaik mungkin.

Subyek penelitian ini dipilih siswa sekolah dasar kelas V karena

dianggap sudah lebih memiliki bekal pengetahuan tentang Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) dibandingkan dengan kelas di bawahnya dan juga

sedang tidak terbebani untuk memikirkan Ujian Nasional untuk kelulusan.

E.KemampuanBBerpikirBDivergenBdanBKreativitasBB 1.BKemampuanBBerpikirBDivergenBdanBKreativitasBB

a. Kemampuan Berpikir Divergen

Proses Pembelajaran di sekolah menuntut peserta didik untuk dapat

mengembangkan kemampuan berpikir divergen, hal ini seperti yang

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 bahwa

pembelajaran yang menekankan jawaban tungal menuju pembelajaran

dengan jawaban kebenarannya multi dimensi. Kutipan pada

Undang-Undang tersebut jelas dipaparkan bahwa pembelajaran di sekolah

hendaknya lebih menuntut dan mengembangkan peserta didik untuk

berpikir divergen dengan mempunyai alternatif jawaban benar lebih dari

satu jawaban. Guru dituntut untuk menuntun siswa mengamati

(48)

17

menggunakan metode ilmiah. Guru juga dituntut untuk lebih banyak

melakukan pertanyaan terbuka agar banyak alternatif jawaban benar

(berpikir divergen) dari peserta didik. Guru mendorong agar peserta didik

banyak bertanya dan mengemukakan pendapat.

Berpikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan

sesuatu. Menurut Santrock (2014:9-11) berpikir adalah sebagai suatu

aktivitas memanipulasi dan mengubah informasi dalam memori seperti

membentuk konsep, alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir

kreatif dan memecahkan masalah. Intinya berpikir merupakan proses

menemukan dan memecahkan masalah serta memutuskan suatu

permasalahan dengan menggunakan akal budi yang sejatinya merupakan

salah satu ciri unik yang diciptakan oleh Tuhan yang hanya dimiliki oleh

manusia.

Pemikiran divergen menurut Santrock (2004:11) adalah pemikiran

yang menghasilkan beberapa alternatif jawaban untuk satu pertanyaan dan

mencirikan kreativitas.

Utami (1985:51) mengatakan bahwa berpikir divergen adalah suatu

penguasaan pola berpikir yang menghasilkan bermacam-macam

kemungkinan jawaban/gagasan dalam memecahkan suatu

(49)

18

Menurut Guilford (Suharnan,2005:25). Berpikir divergen adalah

proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atas alternatif

yang banyak.

Menurut Suharnan (2005:26) berpikir divergen merupakan jenis

kemampuan berpikir yang berpotensi untuk digunakan ketika seseorang

melakukan aktivitas atau memecahakan masalah yang kreatif. Suharnan

juga menjelaskan bahwa berpikir divergen sebagai operasi mental yang

menurut penggunaan kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran,

kelenturan, orisionalitas, elaborasi dan kolaborasi, artinya seseorang

dikatakan berpikir divergen dalam memecahkan masalah jika memenuhi

empat kriteria sebagai berikut : kelancaran berpikir, keluwesan, originalitas

dan elaborasi. Keempat keriteria tersebut diuraikan sebagai berikut : (a)

kelacaran seseorang menghasilkan gagasan yang banyak, (b) keluwesan

berpikir adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan yang terdiri

dari ketegori-kategori yang berbeda-beda atau kemampuan memandan suatu

objek, situasi atau masalah dai berbagai sudut pandang, (c) originalitas atau

sering disebut berpikir tidak lazim adalah bentuk keaslian berpikir mengenai

suatu yang belum dipikirkan orang lain atau tidak sama dengan pemikiran

orang pada umumnya, (d) elaborasi adalah kemampuan memerinci suatu

gagasan pokok ke dalam gagasan-gagasan yang lebih kecil.

Menurut Tadkiroatun (2003:23) kegiatan berpikir divergen

(50)

19

Setelah melihat berbagai definisi tersebut, pada intinya berpikir

divergen adalah suatu pemikiran yang menghasilkan bermacam-macam

gagasan (alternatif jawaban) untuk memecahkan suatu masalah/persoalan.

Penelitian ini, kemampuan berpikir divergen yang dilihat yakni berdasarkan

gagasan yang tidak dapat dipisahkan dari kreativitas dan dinilai dari aspek

kognitif anak.

Menurut Utami (1985:52) Kreativitas adalah kemampuan umum

untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk

memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam

pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat

hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

Kreativitas menurut Santrock (2014:20) mendefinisikan kreativitas

sebagai kemampuan untuk berpikir tentang cara baru, tidak biasa dan

datang dengan solusi yang unik. Sementara menurut Tatang (2009:2)

adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan hal-hal baru yang

efektif dan etis. Menilik dari definisi tersebut, pada intinya kreativitas

adalah suatu kemampuan seseorang untuk dapat membuat atau

menghasilkan gagasan, hal maupun suatu penemuan yang baru dan unik.

Sebelum dikatakan kreatif, manusia harus menguasai kemampuan

berpikir terlebih dahulu, hal ini seperti yang dikatakan oleh Santrock

(2014:9-11) bahwa dalam berpikir terdapat 3 aspek penting yang ada

didalamnya yaitu mampu berpikir secara kritis, kreatif dan ilmiah.

(51)

20

ilmiah merupakan hal penting agar dapat berpikir. Jadi keduanya memang

berhubungan dan berkaitan satu sama lainnya.

2.BHubunganBKreativitasBdanBKemampuanBBerpikirBDivergenBB

Kreativitas erat kaitannya dengan berpikir divergen. Menurut

Utami (1985:21) mengatakan bahwa pengembangan kreativitas selalu

menuntut peserta didik untuk memikirkan bermacam-macam kemungkinan

jawaban (tidak hanya satu) untuk memecahkan masalah. Sejalan dengan itu

Santrock (2014:20) mengatakan bahwa berpikir divergen adalah

karakteristik dari kreativitas. Jadi, dengan kata lain kreativitas selalu

menuntut akan adanya pemikiran/berpikir divergen (ada alternatif jawaban)

lebih dari satu jawaban.

Utami (2012:9) mengatakan bahwa kemampuan berpikir divergen

merupakan indikator kreativitas. Penguasaan kemampuan berpikir divergen

dengan menghasilkan lebih dari satu alternatif jawaban peserta didik dari

berbagai alternatif jawaban tersebut nantinya akan ada gagasan baru yang

dianggap unik, orisinil, benar dan berbeda dari orang lain yang disebut

sebagai kreatif. Penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa untuk

mengembangkan kreativitas terlebih dahulu ada pemikiran divergen

(berbagai alternatif jawaban) lalu muncullah gagasan benar, baru, unik yang

(52)

21

F.KemampuanBBerpikirBDivergenBdalamBKeterampilanBProsesBSainsBB

Proses pembelajaran sains/IPA sesuai dengan hakikat IPA yang

mengutamakan dan bertumpu pada proses ilmiah. Proses ilmiah tersebut

melibatkan keterampilan proses sains (Bambang, 2013:8).

Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar

digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai

peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan

langkah/metode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah.

Keterampilan proses sains pada tingkat sekolah dasar difokuskan

pada keterampilan proses sains dasar (basic sciencec process skill) yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), menggolongkan (klasifikasi),

menghitung (kuantifikasi), meramalkan (prediksi), menyimpulkan

(inferensi), dan mengkomunikasikan (komunikasi) (Patta, 2006:19).

Pembelajaran IPA dengan menggunakan dan menerapkan metode

ilmiah serta menggunakan keterampilan proses sains dengan hal tersebut

dapat membiasakan anak berpikir kreatif, kritis, dan ilmiah.Peran guru

dalam pembelajaran dengan banyak memberikan pertanyaan terbuka

(alternatif jawaban lebih dari satu) dapat lebih mengoptimalkan kemampuan

berpikir divergen anak. Dengan begitu siswa akan dapat memunculkan

banyak jawaban benar dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Siswa

yang mampu menguasai kemampuan berpikir divergen akan mampu

mengambil keputusan sebagai bentuk berpikir konvergen (Bambang,

Gambar

Tabel 1. Domain-Domain yang dikembangkan dalam Pembelajaran
Tabel 2. Keterampilan Proses Sains Menurut Rezba (Sumber :
Tabel 3. Keterampilan Proses Sains Yang Harus Dikuasai Siswa
Tabel 4. Keterampilan Proses Jenjang Sekolah Dasar dan Indikatornya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sangat diperlukan, sebab pada praktiknya pola misi dan diakonia yang selama ini dilakukan oleh GKJ dilakukan dengan pendekatan pada konteks budaya rural

Jenis perekat UF dan isosianat menunjukan sifat sifat fisik yang lebih baik dibandingkan dengan PF, karena proses pematangan perekat ini berada pada rentang suhu

Pengujian impak berlangsung lebih cepat karena benda uji tidak perlu dijepit, sehingga metode Charpy pada satu material umumnya dilakukan pada berbagai

Kekenyalan juga menyatakan seberapa banyak perubahan bentuk elastis yang dapat terjadi sebelum perubahan bentuk yang permanen mulai terjadi, atau dapat dikatakan dengan

Serta pada penelitian Hakim (2013)(2 menyatakan bahwa belanja modal mempun- yai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kecuali pada variabel belanja modal gedung dan

Named Entity Recognition (NER) dikenal sebagai identifikasi entitas, chunking entity , dan ekstraksi entitas) merupakan sub-tugas ekstraksi informasi yang berupaya

Bayu Widagdo sebelum menjabat sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Harian Jogja, beliau adalah seorang Redaktur pada Bisnis Indonesia yang kemudian diberi amanah oleh

Lebih parah lagi, pada saat menjawab persoalan Human Trafficking pejabat dari Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan menjawab dalam bahasa inggris yang terbata-bata,