1
Kemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains Aspek Biologi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta Ditinjau Berdasarkan
Kefavoritan Sekolah
SKgIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persayaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Dionisia Dwi Prasetyawati
NIM 12304241030
JUgUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVEgSITAS NEGEgI YOGYAKAgTA
v
MOTTO
Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang (Amsal 23 : 18)
Keringat dan air mata adalah anak sungai yang akan terus mengangkut sampan impianku. Diatasnya akan ku
tumpangkan impian-impian manisku itu. (Firman nofeki)
Dream, Believe and Make it Happen
(Anonim)
Usaha, kerja keras, perjuangan, semangat, pantang menyerah,
serta doa yang akan menghantarkanmu menuju kesuksesan
vi
PEgSEMBAHAN
Puji Tuhan, suatu kebahagiaan akhirnya satu tahapan telah terlaksana. Kebahagiaan ini tak lupa berkat bantuan doa dan dukungan dari banyak pihak dan campur tangan dari Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih. Karya kecil ini kupersembahkan untuk :
Kedua orangtuaku Bapak Ignatius Mariyo dan Ibu Christina Maria Sumiyati yang selalu memberi dukungan, semangat, doa and everything Terimakasih atas semua yang telah Bapak Ibu berikan padaku.
Kakakku Marieta Anna Wulandari, Kakak Iparku Martinus Joko Sukamto dan tak lupa Keponakanku yang lucu dan pinter Dorothea Aurelya Githa Christabel terima kasih atas dukungan semangat dan doa yang tak henti dari kalian.
Kelas A Pendidikan Biologi 2012 yang mengajariku banyak hal, kebersamaan, canda dan tawa kalian akan selalu kuingat. Terimakasih kebersamaan selama 4 tahun ini, aku belajar banyak hal dari kalian. Tetap kompak ya gaes
Teman-teman Tim Hore and Best PartnerReno, Irsyad, Puput, Lia, Lita, Dika, Pipit, Ikhsan, Ucup, Suci, Kikik makasih kalian telah memberi warna tersendiri dalam hidupku.
vii
KKN 2013 Cengkehan (Eko, Miftah, Novia, Bilby, Intan, Ryan, Vikri, Lisin,Arba, Rimba, Khusnul) makasih support dan doanya. Makasih bullyannya
PPL SMA N 1 Piyungan 2015 terutama partner sesama pendidikan biologi nurul ayuningtyas terimakasih banyak doa dan dukungan semangatnya. IKMK 2012 terimkasih karena kalian mengajarkanku banyak hal. Makaish
doanya, ucapanya. Kita adalah keluarga gaes .
OMK Kleben (Mas Purnomo,Dhian,Tinus,Okta,Ria,Dina,Ardi,dkk) makasih semangat kalian, bully kalian, kebersamaan bersama kalian OMK Kleputerima kasih teman-teman semuanya anggota OMK Klepu
viii
KEMAMPUAN BEgPIKIg DIVEgGEN KETEgAMPILAN PgOSES SAINS ASPEK BIOLOGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAg DITINJAU
BEgDASAgKAN KEFAVOgITAN SEKOLAH Oleh :
Dionisia Dwi Prasaetyawati 12304241030
ABSTgAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains (KBDKPS) aspek biologi kelas V sekolah dasar di kota yogyakarta ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah dan kaitannya dengan profesi orang tua. Kemampuan berpikir divergen merupakan kemampuan untuk menghasilkan bermacam-macam alternatif jawaban dalam suatu permasalahan. Kemampuan berpikir divergen penting untuk di kembangkan dalam pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel penelitian sebanyak 441 siswa kelas V di kota Yogyakarta terdiri dari 12 sekolah yang ada di UPTD Jogja timur dan UPTD Jogja utara dengan menggunakan teknikpurposive sampling dalam mengambil sampel penelitian. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir divergen siswa kelas V sekolah dasar dengan variabel bebas kefavoritan sekolah dan sebagai variabel pengganggu adalah keterkaitan kemampuan berpikir divergen dengan profesi orang tua (guru/dosen atau selain keduanya).
Hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif menunjukkan skor rata-rata KBDKPS sebesar (15,29) dari total skor 40 yang tergolong kategori sedang. Rerata skor KBDKPS siswa di sekolah favorit (16,37) lebih tinggi daripada sekolah tidak favorit (14,38). Rerata skor KBDKPS kelompok siswa di sekolah favorit dengan profesi orang tua guru/dosen (18,32) lebih tinggi daripada siswa yang orang tuanya berprofesi sebagai bukan guru/dosen (15,91). Rerata skor KBDKPS kelompok siswa di sekolah tidak favorit dengan profesi orang tua bukan guru/dosen (15,36) lebih tinggi daripada siswa yang orang tuanya berprofesi sebagai guru/dosen (9,02) Secara keseluruhan rerata skor KBDKPS tertinggi diperoleh sekolah favorit dengan siswa yang orangtuanya berprofesi sebagai guru/dosen.
ix
KATA PENGANTAg
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan Tugas Akhir Skripsi (TAS) dengan judul yKemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains Aspek Biologi Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta Ditinjau dari Kefavoritan Sekolah” dapat terselesaikan. Tugas Akhir Skripsi merupakan karya tulis ilmiah mahasiswa yang mencerminkan kemampuan melakukan proses, sikap, dan pola berpikir ilmiah melalui kegiatan penelitian sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari.
Penyusunan skripsi bertujuan memantapkan wawasan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam melakukan kegiatan ilmiah. Melalui penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa berpikir divergen (menghasilkan banyak alternatif jawaban) mendukung pengembangan kreativitas dalam pemecahan masalah, dan keduanya sangat penting untuk dikembangkan terutama melalui proses pembelajaran mulai dari jenjang pendidikan dasar. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang mendukung, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA UNY yang telah memberikan ijin penelitian sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar. 2. Bapak Dr. Paidi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,
DosenPembimbing Akademik dan Pembimbing Utama yang telah memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, arahan selama penyusunan skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Bambang Subali, M.S. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bantuan, bimbingan, nasihat, arahan selama penyusunan skripsi.
x
5. Segenap mahasiswa seperjuangan kelas Pendidikan Biologi A 2012, yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Tim penelitian payung yang telah banyak bekerjasama dan memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas semangat, usaha, dan kerjasama dalam mendukung penyelesaian tugas dengan dilandasi rasa kekeluargaan.
Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis menjadi amal kebaikan dan mendapat balasan sebaik-baiknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalam karya ini masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk penyusunan karya tulis berikutnya yang lebih baik. Penulis memohon maaf atas kekurangan yang ada pada skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi pihak yang mempelajari serta memberikan kontribusi nyata bagi bidang pendidikan di Indonesia.
xi
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Batasan Masalah ... 12
D. Rumusan Masalah ... 13
E. Tujuan Penelitian ... 13
F. Manfaat Penelitian ... 14
G.Definisi Operasional ... 15
BAB II. KAJIAN TEORI A. Hakikat Ilmu Sains/IPA dan Biologi ... 17
B. Hakikat Pembelajaran Sains/IPA ... 19
C. Keterampilan Proses Sains ... 24
D. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik ... 27
E. Kemampuan Berpikir Divergen dan Kreativitas ... 32
1. Kemampuan Berpikir dan Kreativitas ... 32
2. Hubungan Kreativitas dan Kemampuan Berpikir Divergen ... 36
F. Kemampuan Berpikir Divergen dalam Keterampilan Proses Sains ... 37
G. Peran Sekolah dan Kefavoritan Sekolah ... 38
1. Peran Sekolah ... 38
2. Kefavoritan Sekolah ... 39
H. Peran dan Pekerjaan/Profesi Orang tua ... 42
1. Peran Orang tua ... 42
2. Pekerjaan/Profesi Orang tua ... 44
I. Penelitian yang Relevan ... 45
J. Kerangka Berpikir ... 47
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48
C. Populasi dan Sampel ... 48
xii
E. Instrumen ... 50
F. Teknik Pengumpulan Data ... 51
G. Teknik Analisis Data ... 52
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53
1. Pengelompokan Kafavoritan Sekolah Berdasarkan Hasil UN ... 53
2. Skor KBDKPS Aspek Biologi Siswa Kelas V SD di Kota Yogyakarta 54 3. Skor KBDKPS Siswa KelasVSD berdasarkan Kefavoritan Sekolah ... 56
4. Skor KBDKPS Siswa Kelas V SD berdasar Kefavoritan Sekolah dan Profesi Orang tua ... 57
5.Data Analisis Peran Orang Tua Membimbing Anaknya Belajar Di rumah ... 58
B. Pembahasan ... 58
1. Kemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains Aspek Biologi Siswa Kelas V SD di Kota Yogyakarta ... 59
2. Keterkaitan Kefavoritan Sekolah terhadap KBDKPS Aspek Biologi Siswa Kelas V ... 64
3. Keterkaitan Kefavoritan Sekolah terhadap KBDKPS Aspek Biologi Siswa Kelas VI berdasar Aspek Profesi Orang tua ... 67
BAB V. PENUTUP A. Simpulan ... 72
B. Keterbatasan Penelitian ... 73
C. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
xiii
DAFTAg TABEL
Tabel 1. Domain Pengembangan Potensi Manusia (Taksonomi Bloom Baru) .... 22
Tabel 2. Keterampilan Proses Sains ... 25
Tabel 3. Keterampilan Proses Sains Yang Harus Dikuasai Siswa ... 26
Tabel 4. Keterampilan Proses Jenjang Sekolah Dasar dan Indikatornya ... 27
Tabel 5. Tahapan Perkembangan Intelektual Peserta Didik Menurut Piaget... 29
Tabel 6. Perkembangan Sosial Manusia Menurut Erikson ... 31
Tabel 7. Daftar nama sekolah dasar yang menjadi sampel di Kota Yogyakarta ... 49
Tabel 8. Contoh item soal tes KBDKPS oleh Bambang Subali ... 51
Tabel 9. Analisis Pengkategorian Sekolah ... 53
Tabel 10. Hasil analisis KBDKPS Semua Sampel Sekolah ... 54
Tabel 11. Hasil analisis KBDKPS Berdasarkan Kategori Sekolah ... 56
Tabel 12. Hasil analisis keterkaitan KBDKPS Berdasarkan Kefavoritan Sekolah ditinjau Dari Profesi Orang Tua ... 57
xiv
DAFTAg LAMPIgAN
Lampiran 1. Aspek Dan Subaspek KPS ... 81
Lampiran 2. Kisi-Kisi Pengisian Data Identitas Diri Siswa ... 86
Lampiran 3. Kolom Pengisian Data Identitas Diri Siswa ... 87
Lampiran 4. Lampiran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA SD/MI ... 89
Lampiran 5. Lampiran Nilai Ujian Nasional SD di Kota Yogyakarta ... 95
Lampiran 6. Lampiran Data Hasil Penelitian ... 108
Lampiran 7. Lampiran Angket Penelitian Lanjutan ... 121
Lampiran 8. Surat Keterangan Pembimbing ... 122
1
BABBIB PENDAHULUANB
A. LatarBBelakangBB
Pendidikan adalah proses dimana masyarakat melalui lembaga-lembaga
pendidikan (sekolah, perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lain) dengan
sengaja mentransformasikan warisan budaya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi (Dwi,2007:53).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya (UU Nomor 20 Tahun 2003). Berdasarkan
definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses
dalam kehidupan manusia yang melalui lembaga pendidikan mewujudkan
pembelajaran untuk menambah pengetahuan serta bertujuan untuk
mengembangkan potensi anak.
Biologi menurut Champbell (2010:1) adalah salah satu cabang ilmu
sains yang mempelajari kehidupan. Menurut Bambang (2011:131) biologi
sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menyediakan
berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan keterampilan
proses sains yang berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup. Pemahaman
konsep sebagai wujud dari produk keilmuan biologi, dapat diawali dengan
adanya penyelidikan dengan cara khusus seperti yang dijelaskan Sudjoko
(2001:2) bahwa proses penemuan yang diawali dengan adanya gejala maupun
fakta-fakta yang kemudian mendapatkan konsep diperlukan suatu cara-cara
2
Pembelajaran menurut Nazarudin (2007:163) adalah suatu peristiwa
atau situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan
mempermudah proses belajar dengan harapan dapat membangun kreativitas.
Pembelajaran menurut BSNP (2006:30) merupakan usaha sengaja, terarah dan
bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman bermakna.
Singkatnya, pembelajaran adalah suatu proses belajar yang sudah direncanakan
dan mengharapkan peserta didik dapat mengembangkan potensi dan
kreativitasnya.
Pembelajaran biologi (sains/IPA) dapat dikatakan sebagai
pembelajaran yang sangat dekat dengan peserta didik karena berhubungan
langsung dengan kehidupan anak sehari-hari. Pengamatan terhadap
gejala/fenomena merupakan salah satu contoh persoalan sains. Pemberian
pengalaman belajar secara langsung diharapkan agar peserta didik dapat lebih
memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Pembelajaran menurut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 maupun kurikulum 2013
pada kedua kurikulum tersebut mengarahkan pembelajaran sains/IPA pada
pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan ini mengutamakan
proses ilmiah dalam pembelajaran.
Biologi di Sekolah Dasar tergabung dengan ilmu lain pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk kelas IV-VI dan tematik untuk
kelas I-III. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak secara terus
menerus hanya teori saja namun juga membentuk sikap dan perilaku ilmiah
3
yang dijelaskan oleh Carin and Sund (1989:4-5) bahwa hakikat sains meliputi
proses/metode ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah. Proses untuk
memperoleh pengetahuan diawali dengan adanya penemuan dan penyelidikan
yang biasa disebut dengan inkuiri, kemudian selanjutnya mengetahui dan
mempelajari gejala alam/fakta-fakta di alam sekitar. Tuntutan pembelajaran
IPA secara inkuiri ini sesuai dengan yang tercantum dalam Standar Isi pada
jenjang Sekolah Dasar(BNSP,2006:161) sebagai berikut
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah
Telah dipaparkan dengan jelas bahwa dalam pembelajaran IPA yang
sudah mulai dipelajari di tingkat SD/MI sebaikya dilaksanakan secara inkuiri.
Inkuiri merupakan proses yang ditempuh siswa (mencari/menyelidiki) untuk
menemukan dan memecahkan masalah yang diberikan guru agar peserta didik
terbiasa bersikap ilmiah sehingga pelajaran terasa lebih bermakna (Ika,
2014:5). Pembelajaran inkuiri melibatkan proses ilmiah serta menuntut guru
dan peserta didik dalam pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan
proses dan sikap ilmiah.
Pembelajaran IPA secara inkuiri menuntut peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan proses. Keterampilan proses ini memang harus
dikuasai terlebih dahulu oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan proses
4
adalah keterampilan untuk memecahkan suatu masalah/persoalan dan
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sains dengan menggunakan
proses/ metode ilmiah. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan
proses sains. Adanya tuntutan dari kurikulum untuk menerapkan keterampilan
proses sains pada pembelajaran di jenjang sekolah dasar teretera
dalamLampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk jenjang SD/MI/SDLB/Paket A yang berisi
agar siswa dapat menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial
di sekitar. Hal ini jelas menuntut siswa agar mampu menguasai keterampilan
proses sains.
Keterampilan proses sains menurut Bryce et. al. (1990:3) terdiri dari
keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan memroses (process skills),
serta keterampilan melakukan investigasi secara terintegrasi.Keterampilan
proses sains dasar mencakup keterampilan (a) mengamati, (b) mengumpulkan
data, (c) melakukan pengukuran, (d) mengikuti instruksi, dan (e)
mengimplementasikan prosedur. Keterampilan mengolah atau memproses
meliputi keterampilan: (a) menginferensi, dan (b) menyeleksi berbagai
cara/prosedur. Keterampilan melakukan investigasi yang terintegrasi terdiri
dari keterampilan: (a) merencanakan investigasi, (b) melaksanakan investigasi,
dan (c) melaporkan hasil investigasi. Tingkat pendidikan dasar di SD untuk
penguasaan proses sains difokuskan pada keterampilan proses sains dasar
(basic sciencec process skill) yang meliputi keterampilan mengamati
5
meramalkan (prediksi), menyimpulkan (inferensi), dan mengkomunikasikan
(komunikasi) (Patta, 2006:19)
Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar
digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai
peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan
langkah/metode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah. Sesuai dengan
penjelasan Carin and Sund (1989:4-5) bahwa hakikat sains berupa proses
ilmiah/metode ilmiah, produk ilmiah dan sikap ilmiah. Perolehan produk
ilmiah yang berupa gejala/fakta diiringi dengan pengembangan dan
pembentukan sikap ilmiah yang terdiri dari sikap jujur, obyektif serta sikap
lain yang dapat dikembangkan adalah sikap kreatif. Hal ini sesuai dengan yang
tertera dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan NasionalPasal 3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan uraian diatas jelas menegaskan bahwa dalam tujuan
pendidikan nasional salah satunya adalah bertujuan untuk mengembangkan
potensi peseta didik agar menjadi manusia yangkreatif. Sejalan dengan hal
tersebut sesuai yang tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yang mengatakan
6
pendidikan dasar dimaksudkan untuk menanamkan kebiasaan berpikir dan
menerapkan perilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Penjelasan
tersebut semakin jelas dan spesifik dijabarkan bahwa dalam pembelajaran
terutama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) jenjang Sekolah Dasar
bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah
kritis serta kreatif.
Kurikulum pada tingkat Sekolah Dasar (SD) menekankan penggunaan
keterampilan proses terutama dalampembelajaran sains/IPA. Hal ini
menjadikan siswa dan guru dalam melakukan proses pembelajaran
diharapkan untuk menerapkan keterampilan proses sains yang menjadi tuntutan
kompetensi keterampilan yang juga bertujuan untuk membiasakan peserta
didik untuk berpikir secara ilmiah. Kurikulum yang digunakan oleh sekolah
yang menjadi sampel penelitian ini menggunakan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP).
Karakteristik Peserta didik di tingkat Sekolah Dasar (SD) merupakan
masa kanak-kanak akhir, menurut Piaget (Rita,2008:106) anak yang tergolong
pada masa operasi konkret dapat berpikir logis terhadap objek yang konkret
dan berpikir induktif, yaitu dimulai dengan observasi seputar gejala atau hal
yang khusus dari suatu masyarakat, binatang, obyek, atau kejadian, kemudian
menarik kesimpulan. Perkembangan kemampuan berpikir anak ditahap
operasional konkret ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas memahami dan
7
Subyek pada penelitian ini adalah siswa ditingkat sekolah dasar kelas V
yang pada umumnya berusia antara 6-11 tahun. Usia tersebut tergolong dalam
tahap operasional konkret dimana anak sudah lebih mampu bepikir. Hal ini
merupakan kesempatan emas yang memungkinkan guru dalam pembelajaran di
kelas untuk dapat lebih mengembangkan kemampuan berpikir anak baik
berpikir konvergen maupun divergen. Keadaan di sekolah lebih banyak
mengembangkan kemampuan berpikir konvergen yakni kemampuan berpikir
yang menuntut siswa hanya fokus terhadap satu jawaban benar, di sekolah
contohnya seperti Ujian Akhir Sekolah sedangkan untuk perkembangan
berpikir divergen dirasa masih kurang dalam pelaksaaannya di sekolah.
Kemampuan berpikir divergen lebih menekankan siswa untuk dapat
mempunyai alternatif jawaban benar. Jika keduanya berkembang secara
bersamaan dan seimbang maka akan lebih baik lagi. Kemampuan berpikir
konvergen dan divergen sangat penting untuk dikembangkan di sekolah agar
dapat membentuk kreativitas anak. Salah satu dasar untuk memilih kelas V
sebagai subyek penelitian antara lain karena siswa kelas V dalam hal ini belum
disibukkan ataupun belum fokus oleh Ujian Nasional dan jika dibandingkan
dengan dengan kelas-kelas rendah lainnya dilihat dari segi kemampuan daya
tangkap dalam menyerap pertanyaan yang ada pada soal-soal kemampuan
berpikir divergen dalam hal ini cenderung lebih mampu, paham dan
berpengalaman serta pengetahuannya lebih banyak.
Proses pembelajaran disekolah memberikan kesempatan anak untuk
8
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP Nomor 19 Tahun 2005).
Kreativitas penting karena itu diperlukan untuk membentuk serta
mengembangkan potensi-potensi anak. Sementara itu, indikator dari
kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen (Utami,2012:9) . Awal untuk
terbentuknya kreativitas perlu adanya penguasaan terhadap kemampuan
berpikir divergen. Jika seseorang telah dapat menguasai kemampuan berpikir
divergen dengan baik maka dari berbagai alternatif jawaban benar tersebut,
seseorang akan lebih mudah menemukan gagasan baru yang beda dengan yang
lain, benar, orisinil dan unik.
Kaitan dengan proses pembelajaran di sekolah, melihat berdasarkan
fakta bahwa lebih dominan mengembangkan kemampuan berpikir konvergen,
maka pemerintah dalam Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan menjelaskan bahwa dari pembelajaran yang
menekankan jawaban tunggal menuju jawaban yang kebenarannya multi
dimensi.Berarti dalam pembelajaran guru sebaiknya mengarahkan siswa untuk
dapat berpikir lebih luas dengan mempunyai alternatif jawaban benar lebih dari
satu. Guru dapat melakukan pertanyaan yang bersifat terbuka agar dapat
menggiring anak untuk mengajukan banyak pendapat dan jawaban benar
sehingga mendorong anak untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir
divergen.
Kaitan dengan penelitian ini, selain dari segi proses pembelajaran
faktor lain yang diasumsikan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir
9
gender, IQ, motivasi belajar, jenjang kelas, bimbingan belajar, pekerjaan orang
tua, dan kefavoritan sekolah. Agar dapat mengetahui dan menyelidiki apakah
faktor-faktor tersebut berkaitan dan berhubungan ataupun mempengaruhi
terhadap kemampuan berpikir divergen peserta didik maka dilakukan suatu
penelitian payung oleh Bambang Subali dkk taun 2015. Anak payung
penelitian tersebut antara lain meneliti keterkaitan antara variabel IQ, motivasi
belajar, jenjang kelas, bimbingan belajar, dengan kemampuan berpikir
divergen. Penelitian ini fokus pada kefavoritan sekolah sebagai variabel bebas
dan profesi orang tua sebagai variabel penganggu.
Keterkaitan antara kemampuan berpikir divergen dengan kefavoritan
sekolah perlu diselidiki karena tingkat kefavoritan sekolah salah satu
indikatornya berkaitan dengan prestasi siswa di sekolah tersebut. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Ratna (2005:2) bahwa indikator kefavoritan sekolah
dari masyarakat antara lain (1) minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh
masyarakat (2) prestasi yang didapatkan sekolah banyak (3) memiliki sarana
prasarana yang memadai (4) lulusan baik dan nilai lulusan tinggi (5)
banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit.
Kefavoritan sekolah dalam hal ini mengacu pada sekolah unggul dan sekolah
efektif. Menurut Aischa (2010: 97) lulusan sekolah unggulan lebih baik dari
sekolah non unggulan. Berdasarkan pernyataan tersebut asumsi awal dari
penelitian ini adalah kefavoritan sekolah berpengaruh terhadap kemampuan
10
Hasil penelitian Carolina (2015:160) menunjukkan jika kefavoritan
sekolah berkaitan dengan mutu sekolah maka . Kategori kefavoritan sekolah
tidak lepas kaitannya dengan peran dan pandangan masyarakat ataupun orang
tua terhadap sekolah tersebut. Adanya anggapan tingkat kefavoritan sekolah
mempengaruhi pertimbangan orang tua dalam memilih sekolah. Selain itu,
peran dan tugas orang tua dalam mendidik anaknya sangat penting, baik dari
segi motivasi belajar yang berkaitan langsung dengan membimbing anaknya
maupun dari segi pembiayaan sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan orang
tua. Hasil penelitian Azwar (2014:58) menunjukkan bahwa anak dengan orang
tua berprofesi non guru lebih tinggi kepeduliannya terhadap pendidikan anak
dibandingkan anak yang orang tuanya berprofesi sebagai guru.
Pemilihan Kota Yogyakarta sebagai sampel penelitian antara lain
karena Kota Yogyakarta merupakan kota pelajar yang terdiri dari banyak
sekolah yang memiliki banyak prestasi, diantaranya seperti yang dikemukanan
Dinas Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013 dan 2014
bahwa rata-rata UAS di sekolah dasar di kota Yogyakarta menempati peringkat
pertama kemudian disusul Kebupaten Sleman dan Kulonprogo. Hal ini yang
menjadi menarik untuk diteliti apakah prestasi siswa di Kota Yogyakarta tinggi
dan kaitannya dengan kemampuan berpikir divergen siswa.
Sejauh ini belum ada informasi mengenai penelitian kemampuan
berpikir divergen siswa sekolah dasar di Kota Yogyakarta kaitannya dengan
tingkat kefavoritan sekolah, oleh karena itu penelitian tentang kemampuan
11
berdasarkan kefavoritan sekolah perlu dilakukan serta kaitannya dengan
pekerjaan orang tua .
B. IdentifikasiBMasalahBB
Meninjau dari latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa
masalah yang dapat diidentifikasikan antara lain adalah:
1. Kefavoritan sekolah berkaitan dengan kualitas sekolah yang dapat
dilihat berdasarkan prestasi yang sudah dicapai oleh siswa.. Biasanya
erat dikaitkan dengan prestasi akademik yang menyangkut nilai yang
diperoleh ataupun dicapai oleh siswa. Ujian Nasional (UN)
merupakan slah satu kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang
dicapai peserta didik. Nilai UN penting karena merupakan penentu
lulusan peserta didik dari suatu tingkat pendidikan. Hal ini sekolah
berperan dalam pembelajaran terutama dalam mengembangkan
berpikir divergen. Apakah kefavoritan sekolah yang dilihat dari
prestasi berdasarkan nilai Ujian Nasional (UN) mempengaruhi
kemampuan berpikir divergen siswa?
2. Kefavoritan sekolah berkaitan dengan pandangan masyarakat.
Kualitas sekolah dapat dilihat berdasarkan segi fasilitas dan sarana
prasarana yang diberikan sekolah untuk menunjang proses
pembelajaran. Proses pembelajaran yang optimal dengan didukung
fasilitas dan sarana prasarana yang mumpuni akan mendukung
perkembangan kemampuan berpikir divergen siswa. Adakah
12
kefavoritan sekolah yang dilihat berdasarkan fasilitas dan sarana
prasarana yang ada di sekolah?
3. Kefavoritan sekolah kaitannya dengan motivasi belajar merupakan
hal dan tugas penting orang tua dalam mendidik dan membimbing
anaknya belajar di rumah. Kepedulian terhadap pendidikan anak dan
motivasi belajar dapat meningkatkan prestasi belajar anak sehingga
pengetahuan dan kemampuan berpikirpun bertambah. Apakah
kemampuan berpikir divergen berkaitan dengan motivasi belajar dari
orang tua?
4. Kefavoritan sekolah kaitannya dengan pekerjaan orang tua. Pekerjaan
orang tua dapat berkaitan dengan biaya, latar belakang pendidikan,
peran orang tua dalam membimbing anaknya belajar di rumah, lama
membimbing dan penguasaan materi. Dalam hal ini peran orang tua
sangatlah penting. Adakah perbedaan kemampuan berpikir divergen
siswa ditinjau dari pekerjaan orang tua?
C. BatasanBMasalahB
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, pada penelitian ini akan
berfokus pada kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains
aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di Kota Yogyakarta ditinjau
berdasarkan kefavoritan sekolah. Aspek pekerjaan orang tua sebagai
variabel pengganggu yang dianalisisketerakitannya dan beberapa variabel
lain yang kemungkinan terkait dalam penelitian ini tidak di kontrol secara
13
D. RumusanBMasalahB
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah
dipaparkan, masalah utama yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kemampuan berpikir divergen keterampilan
proses sains aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di Kota
Yogyakarta?
2. Apakah kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains
aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di kota Yogyakarta
berkaitan dengan tingkat kefavoritan sekolah?
3. Apakah kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains
aspek biologi siswa kelas V sekolah dasar di kota Yogyakarta
ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah berkaitan dengan profesi
orang tua?
E. TujuanBPenelitianB
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui
1. Kemampuan berpikir divergen keterampilan proses sains aspek
Biologi siswa sekolah dasar kelas V di kota Yogyakarta
2. Keterkaitan antara kemampuan berpikir divergenketerampilan
proses sains aspek biologi anak sekolah dasar kelas V di Kota
Yogyakarta ditinjau berdasarkan kefavoritan sekolah
3. Keterkaitan antara kefavoritan sekolah terhadap kemampuan
14
kelas V SD di Kota Yogyakarta ditinjau berdasarkan profesi orang
tua.
F. ManfaatBPenelitianBB
1.Bagi Departemen Pendidikan Nasional (Depiknas)
a. Sebagai informasi dan pengetahuan serta gambaran keadaan
empiris kemampuan berpikir divergen keterampilan proses
sains dalam mata pelajaran IPA SD khusunya di Kota
Yogyakarta
b. Dapat menjadi pertimbangan dalam menyusun kebijakan
terkait pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan
berpikir divergen siswa sekolah dasar khususnya mata
pelajaran IPA/Sains di Kota Yogyakarta.
2.Bagi guru (IPA/Sains maupun Tematik)
a.Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan
agar dapat memotivasi guru untuk mengembangkan
pembelajaran dengan mengutamakan proses sains melalui
berbegai persoalan IPA/Sains.
b.Memberikan informasi serta pertimbangan terhadap
pembelajaran sains/IPA pada siswa sekolah dasar yang
hendaknya mengembangkan pola berpikir divergen
dengan banyak memberikan pertanyaan terbuka dan
menekankan sains sebagai proses dilandasi sikap ilmiah
15
a.Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kependidikan.
b.Mengetahui gambaran tingkat berpikir
divergenketerampilan proses sains aspek biologi siswa
sekolah dasar kelas v di kota Yogyakarta.
G. DefinisiBOperasionalB
1. KemampuanBBerpikirBDivergenB
Pola berpikir divergen adalah suatu penguasaan pola berpikir yang
menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban/gagasan dalam
memecahkan suatu masalah/persoalan (Utami,1985:51)
2. KeterampilanBProsesBSainsB
Keterampilan proses sains aspek biologi dalam mata pelajaran IPA
SD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejumlah langkah ilmiah
terstruktur terkait dengan permasalahan ilmiah. Digolongkan menjadi
keterampilan dasar (basic skill) dan keterampilan mengolah/memroses
(proses skills). Keterampilan dasar (basic skills) yang meliputi: (a)
keterampilan melakukan pengamatan, (b) keterampilan merekam
sata/informasi, (c) keterampilan mengikuti instruksi, (d) keterampilan
mengklasifikasi, (e) keterampilan melakukan pengukuran, (f) keterampilan
melakukan manipulasi gerakan, dan (g) keterampilan
mengimplementasikan prosedur/teknik/penggunaan peralatan dan
keterampilan mengolah/memproses (prosess skills) yang meliputi : (a)
keterampilan menginferensi, (b) keterampilan membuat prediksi, dan (c)
16
proses sains yang dimaksud berupa ide/gagasan dan pemikiran kognitif
yang mendasari kerja ilmiah siswa.
3. KefavoritanBSekolahB
Menurut Ratna (2005:2) indikator kefavoritan sekolah dari
masyarakat antara lain (1) minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh
masyarakat (2) prestasi yang didapatkan sekolah banyak (3) memiliki
sarana prasarana yang memadai (4) lulusan baik dan nilai lulusan tinggi
(5) banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi
favorit.
Penelitian ini meneliti hubungan keterkaitan antara Kemampuan
Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains dengan kefavoritan sekolah
yang dilihat dari nilai Ujian Nasional lulusan sekolah tersebut.
4. ProfesiBOrangBTuaB
Profesi orang tua dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yakni
orang tua yang berprofesi sebagai guru/dosen dan yang berprofesi selain
guru/dosen. Perihal ini akan dilihat keterkaitan antara KBDKPS dengan
profesi orang tua. Variabel ini sebagai variabel penganggu yang dikaji
1
BABBIIB KAJIANBPUSTAKAB
A.HakikatBSains/IPABdanBBiologiB
Hakikat ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di
bidang (pengetahuan) itu. Secara jelas dipaparkan bahwa Ilmu mempunyai
metode untuk menerangkat suatu pengetahuan.
Sains biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang berasal
dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan
alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Sains secara harafiah
dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau mempelajari
oeristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. (Patta, 2006:9)
Menurut Fisher (Moh.Amin, 1978:4) IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang
berdasarkan observasi.
Hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan
sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk,
dan sebagai prosedur (Trianto, 2010:137).
Sejalan dengan hal tersebut, Carin & Sund (1989:4-5) menjelaskan
bahwa sains adalah cara untuk mengenal alam secara ilmiah melalui observasi
dan eksperimen. Unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses
sains/metode ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses sains/metode
2
masalah. Misalnya membuat hipotesis, merancang dan melaksanakan
percobaan, mengumpulkan dan menyusun data, mengukur dan sebagainya.
Produk Ilmiah, meliputi fakta, prinsip, hukum, teori dan sebagainya. Sikap
Ilmiah, meliputi kepercayaan, nilai-nilai, gagasan obyektif, jujur. Serta sikap
ilmiah lain dalam membuat suatu keputusan setelah memperoleh data.
Komponen sikap juga mencakup nilai dan moral meliputi : rasa ingin tahu yang
tinggi, kreatif, rendah hati, berpandangan terbuka.
Hakikat sains/IPA secara singkat dapat diartikan bahwa IPA terdiri dari
beberapa komponen diantaranya merupakan produk ilmiah, proses ilmiah dan
sikap ilmiah. IPA adalah ilmu yang mempelajari segala macam tentang alam
yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah dengan menerapkan
sikap ilmiah sehingga memperoleh produk hasil yang dapat berupa fakta, teori
maupun konsep. Jadi, dengan demikian adanya metode ilmiah inilah yang
merupakan cara untuk memecahkan permasalahan sains dengan rangkaian
suatu tahapan.
Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari
makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat
organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan fakta-fakta
maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi Sudjoko
(2001:2). Proses penemuan yang diawali dengan adanya gejala maupun
fakta-fakta yang kemudian mendapatkan konsep diperlukan suatu cara-cara khusus
3
B.HakikatBPembelajaranSains/IlmuBPengetahuanBAlamBdanBBiologiB
Pembelajaran adalah suatu proses yang di dalamnya terdapat kegiatan
interaksi antara guru dan siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman,
201:461).Menurut BSNP (2006:30) Pembelajaran merupakan usaha sengaja,
terarah dan bertujuan agar orang lain dpat memperoleh pengalaman bermakna.
Secara singkat pembelajaran dapat diartikan sebagai interaksi antara peserta
didik dengan pendidik yang terjadi di suatu lingkungan belajar. Adanya
interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik ini yang nantinya
diharapkan agar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta
didik, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menerangkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Sesuai dengan pernyataan tersebut, diharapkan bahwa pendidikan di Indonesia
ini dapat mewujudkan suasana belajar yang baik agar dapat mengembangkan
potensi dan keterampilan yang ada didalam diri peserta didik.
Biologi menurut Champbell (2010:1) merupakan salah satu cabang
ilmu sains yang mempelajari kehidupan. Biologi merupakan cabang dari Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang memang sudah dipelajari mulai dari tingkat
Sekolah Dasar (SD) . Biologi di Sekolah Dasar tergabung dengan ilmu lain
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk kelas IV-VI dan
4
Pembelajaran biologi (sains/IPA) dapat dikatakan sebagai
pembelajaran yang sangat dekat dengan peserta didik karena berhubungan
langsung dengan kehidupan anak sehari-hari. Pengamatan terhadap
gejala/fenomena merupakan salah satu contoh persoalan sains. Pemberian
pengalaman belajar secara langsung diharapkan agar peserta didik dapat lebih
memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Pembelajaran menurut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 maupun kurikulum 2013
pada kedua kurikulum tersebut mengarahkan pembelajaran sains/IPA pada
pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan ini mengutamakan proses ilmiah dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran IPA adalah proses untuk memperoleh
pengetahuan diawali dengan adanya penemuan dan penyelidikan yang biasa
disebut dengan inkuiri, kemudian selanjutnya mengetahui dan mempelajari
gejala alam/fakta-fakta di alam sekitar. Hal ini seperti yang tertera pada pada
BSNP (2006:161) :
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah
Sudah sangat jelas dipaparkan bahwa dalam pembelajaran IPA yang
sudah mulai dipelajari di tingkat SD/MI sebaikya dilaksanakan secara
inkuiri ilmiah atau dikatakan sebagai penyelidikan ilmiah. Menurut Nyoman
5
kebenaran/ usaha penyelidikan. Dengan demikian guru dituntut untuk
melaksanakan pembelajaran IPA secara inkuiri sesuai dengan hakikat
IPA/Sains sebagai proses yakni mengarahkan siswa untuk melakukan
penemuan baik melalui fakta atau gejala melalui proses ilmiah.
Pembelajaran di kelas menuntut guru untuk mengembangkan
potensi-potensi peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
dibahas sebelumnya. Pembelajaran agar dapat mengembangkan seluruh
potensi-potensi ataupun kemampuan dari peserta didik serta untuk
memudahkan pengkajian pembahasan dan penilaian biasanyadiadakan
pemilahan dengan menggunakan asepek-aspek tertentu. Aspek-aspek
tersebut dibagi kedalam beberapa bagian seperti yang dijelaskan oleh
Dettmer (2006:71-73) dalam taksonomi bloom yang membedakan
kemampuan manusia kedalam 4 domain yakni : (a) kognitif, (b) afektif, (c)
sensorimotor, dan (d) sosial. Ranah kognitif berisi aspek intelektual, seperti
pengetahuan, dan keterampilan berpikir, ranah afektif mencakup perilaku
terkait dengan emosi, misalnya perasaan, minat,, motivasi dan sikap
sedangkan ranah psikomotorik berisi perilaku yang menekankan funsi
manipulatif dan keterampilan motorik/ kemampuan fisik. Berikut penjelasan
6
Tabel 1. Domain-Domain yang dikembangkan dalam Pembelajaran Domain
tersebut ke dalam jenjang-jenjang menjadi 3 berdasarkan karakteristik
yaitu (a) basic learning yang mencakup nomor 1-2, (b) applied learning
yang mencakup nomer 3-5 dan (c) ideational learning mencakup nomor
7
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui interaksi
serta berbagai pengalaman dalam belajar. Sesuai dengan yang tertera pada
Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa
“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif seta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
Pembelajaran juga berguna untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif pada peserta didik. Hal ini seperti yang tercantum dalam
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006.
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahas Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Seperti yang telah dipaparkan diatasseturut dengan hal itu, menurut
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 memaparkan bahwa
“Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri”.
Semakin jelas dan spesifik dijabarkan bahwa dalam pembelajaran
8
Dasar bertujuan untuk mengembangkan kebiasaan berpikir dan
berperilaku ilmiah kritis serta kreatif.
C.KeterampilanBProsesBSainsB
Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar
digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai
peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan
langkah/metode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah.
Keterampilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kecakapan dalam menyelesaikan tugas. Conny Semiawan (1992:15)
menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan
mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang
dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga
para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dengan demikian, jika
dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran maka diharapkan siswa dapat
menemukan fakta dan mengembangkan konsep dari sebuah peristiwa
maupun permasalahan.
Menurut Towle (1989:18-22) keterampilan ilmiah meliputi
keterampilan (a) melakukan pengamatan dan mengumpulkan data,(b)
melakukan pengukuran, (c) mengorganisasi data (bentuk grafik, tabel,
diagram, peta, dsb.), (d) mengklasifikasi, (e) merumuskan hipotesis, (f)
memprediksi berbagai hal yang relevan dalam menguji hipotesis, (g)
merancang dan melakukan percobaan untuk menguji hipotesis, (h)
9
atau hasil percobaan sebelumnya, (j) menafsirkan, dan (k)
mengomunikasikan/melaporkan.
Menurut Rezba et.al (2007:5) keterampilan proses sains adalah
sejumlah langkah ilmiah yang tergolong sebagai keterampilan dasar (basic
skill) dan keterampilan mengolah/memroses (process skills). Keterampilan
dasar (basic skills).
Tabel 2. Keterampilan Proses Sains Menurut Rezba (Sumber : Rezba, 2007:5)
Bryce et. al. (1990: 2-3) mengelompokkan keterampilan proses sains menjadi keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains lanjut.
Keterampilan proses sains dasar dapat dipecah menjadi keterampilan dasar
(basic skill) dan keterampilan mengolah/memproses (process skill). Keterampilan proses sains lanjut berupa keterampilan melakukan investigasi
(investigation skill) secara terintegrasi.Keterampilan proses sains dasar mencakup keterampilan (a) mengamati, (b) mengumpulkan data, (c)
melakukan pengukuran, (d) mengikuti instruksi, dan (e)mengimplementasikan
prosedur. Keterampilan mengolah atau memproses meliputi keterampilan: (a)
10
melakukan investigasi yang terintegrasi terdiri dari keterampilan: (a)
merencanakan investigasi, (b) melaksanakan investigasi, dan (c) melaporkan
hasil investigasi.
Pada tingkat pendidikan dasar di SD untuk penguasaan proses sains
difokuskan pada keterampilan proses sains dasar (basic sciencec process skill)
yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), menggolongkan
(klasifikasi), menghitung (kuantifikasi), meramalkan (prediksi), menyimpulkan
(inferensi), dan mengkomunikasikan (komunikasi) (Patta, 2006:19)
Tabel 3. Keterampilan Proses Sains Yang Harus Dikuasai Siswa
Keterampilan Proses Kelas
Observasi 1 2 3 4 5 6 7
Sumber : Elementary Science Curiculum Guide, Vancouver, BC 1989 (Patta,2006:49)
Berdasarkan tabel keterampilan proses sains diatas, subyek dari
penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar maka dari itu peserta didik
sebaiknya dalam keterampilan proses sains harus menguasai
ketrampilan-keterampilan yang telah disebutkan diatas. Subyek penelitian ini dipilih
siswa sekolah dasar kelas V karena dianggap sudah lebih memiliki bekal
11
kelas di bawahnya dan juga sedang tidak terbebani untuk memikirkan Ujian
Nasional sebagai syarat untuk kelulusan.
Sehubungan dengan penguasaan keterampilan proses sains pada,
berikut terdapat beberapa indikator keterampilan proses pada tingkat
sekolah dasar.
Tabel 4. Keterampilan Proses Jenjang Sekolah Dasar dan Indikatornya
Keterampilan Proses Indikator
Observasi (mengamati) Menggunakan alat indera sebanyak mungkin mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai Klasifikasi
(menggolongkan) Mencari perbedaan, mengontraskan, mencari kesamaan, membandingkan, mencari dasar penggolongan Aplikasi konsep
(menerapkan konsep) Menghitung, menjelaskan peristiwa, menerapkan konsep yang dipelajari pada situasi baru Prediksi (meramalkan) Menggunakan pola, menghubungkan pola yang ada, dan
memperkirakan peristiwa yang akan terjadi Interpretasi
(menafsirkan) Mencatat hasil pengamatan, menhubungkan hasil pengamatan, dan kesimpulan Menggunakan alat Berlatih menggunakan alat/bahan, menjelaskan
mengapa dan bagaimana alat digunakan Eksperimen
(merencanakan dan melakukan percobaan)
Menentukan alat dan bahan yang digunakan, menentukan variable, menentukan apa yang diamati, diukur, menentukan langkah kegiatan, menentukan bagaimana data diolah dan disimpulkan
Mengkomunikasikan Membaca grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, mendiskusikan hasil percobaan, dan menyampaikan laporan secara sisrematis.
Mengajukan pertanyaan Bertanya, meminta penjelasan, bertanya tentang latar belakang hipotesis.
Sumber : Modifikasi dari Hadiat (Patta,2006:63)
D.KarakterisitikBPerkembanganBPesertaBDidikBB
Perkembangan merupakan suatu proses perubahan dalam diri
individu atau organisme, baik perubahan fisik (jasmaniah), maupun psikis
(rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung
secara sistematis dan berkesinambungan (Syamsu, 2012:1-2) Pada intinya
12
manusia. Proses perkembangandimulaisejak dari dalam kandungan hingga
dewasa. Banyak terjadi perubahan dalam hidup manusia, diantaranya adalah
perkembangan fisik, perkembangan intelektual yang termasuk kognitif dan
bahasa serta emosi dan sosial.
Menurut teori perkembangan intelektual, Piaget (Dwi, 2007:111)
mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam
mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir formal. Menurut teori ini,
perkembangan intelektual peserta didik melalui tahap-tahap, setiap tahap
perkembangan dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam
mengkonstruksikan ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor
peserta didik berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988).
Perkembangan intelektual peserta didik berkembang bertahap seturut
dengan bertambahnya usia dan juga bertambahnya pengalaman, pendidikan
serta pengetahuan dari peserta didik. Setiap perkembangan intelektual
anak-anak dan remaja memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan
masing-masing tahap perkembangannya. Menurut Jean Piaget
(Dwi,2007:111) perkembangan intelektual peserta didik berlangsung dalam
empat tahap, yaitu : (a) tahap sensori motor, (b) tahap pra-operasional, (c)
tahap operasional konkrit, dan (d) tahap operasional formal. Hal ini dapat
13
Tabel 5. Tahapan Perkembangan Intelektual Peserta Didik Menurut Piaget
Umur
(Tahun) Perkembangan Fase Perubahan Perilaku 0,0 – 2,0 Tahap Sensori
Motor Kemampuan berpikir peserta didik baru melalui gerakan atau perbuatan. Perkembangan panca indera sangat berpengaruh dalam diri mereka. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/ memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesar adalah ‘menangis’. Memberi pengetahuan pada mereka pada usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak.
2,0 – 7,0 Tahap
Pra-operasional Kemampuan skema kognitif masih terbatas. Suka meniru perilaku orang lain. Terutama meniru perilaku orang tua dan guru yang pernah ia lihat ketika orang itu merespon terhadap perilaku orang, keadaanm dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat pendek secara efektif.
7,0 – 11,0 Tahap Operasional Kongkrit
Peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi. Sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. 11,0 – 14,0 Tahap
Operasional Formal
Telah memiliki kemampuan mengkoordinasi dua ragam kemampuan kognitif, secara serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas merumuskan hipotesis peserta didik mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan. Sedang dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, peserta didik akan mempu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti agama, matematika, dan lainnya.
14
Sesuai dengan subyek penelitian ini yakni siswa kelas V SD yang
rata-rata berusia 11 tahun yang berarti dalam tahapan perkembangan
intelektual tergolong dalam tahapan operasional konkret yang dalam
perkembangan intelektualnya menurut piaget sudah dapat memahami materi
dan sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan
peristiwa-peristiwa yang konkret. Sejalan dengan itu, menurut Piaget (Rita, 2008:105)
masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir
(usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak
merupakan konsep samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret.
Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalahyang
bersifat konkret dan mampu berpikir logis meski masih terbatas pada situasi
sekarang.
Masa kanak-kanak akhir menurut Piaget (Rita, 2008 :106) anak yang
tergolong pada masa Operasi Konkret dimana anak berpikir logis terhadap
objek yang konkret dan berpikir induktif, yaitu dimulai dengan observasi
seputar gejala atau hal yang khusus dari suatu masyarakat, binatang, obyek,
atau kejadian, kemudian menarik kesimpulan.
Perkembangan kemampuan berpikir anak ditahap operasional
konkret ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti
mengingat, memahami dan memecahkan masalah. Pengalaman hidupnya
memberikan andil dalam mempertajam konsep. Anak sudah lebih mampu
15
tidak lagi egosentrisme, dan lebih logis.(Rita, 2008 : 105:106) (Buku
Perkembangan Peserta Didik)
Selain perkembangan intelektual, manusia juga mengalami
perkembangan sosial dalam hidupnya. Perkembangan sosial menurut
Erickson (Dwi,2007:113) antara lain sebagai berikut
Tabel 6. Perkembangan Sosial Manusia Menurut Erikson Umur
(Tahun) Perkembangan Fase Perubahan Perilaku
0,0 – 1,0 Trust vs
Mistrust Tahap pertama adalah tahap perkembangan rasa percaya diri kepada orang lain. Fokus terletak pada panca indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan
2,0 – 3,0 Autotomy vs
Shame Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa ‘nakal’nya. Namun kenakalannya tidak dapat dicegah begitu saja, karena tahap ini anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mental. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting disekitarnya, misalnya orang-orang tua dan guru. 4,0 – 5,0 Inisiative vs
Guilt Mereka banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Mereka juga mengalami perkembangan inisiatif/ ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. Perkembangan lain yang harus tercipta adalah identitas diri terutama yang berhubungan dengan jenis kelamin. Anak belajar menjadi laki-laki atau perempuan bukan hanya dari alat kelaminnya tetapi juga perlakuan orang disekelilingnya kepada mereka. Fase ini menjadi penting karena umumnya anak mulai merasakan secara psikologis pengaruh dari jenis kelaminnya. Anak laki-laki cenderung menjadi lebih sayang pada ibu, anak perempuan lebih sayan pada ayah.
6,0 –
11,0 Industry Inferiority vs Mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian. 12,0 –
18/20 Ego – identity vs Role on fusion
Tahap ini manusia ingin mencari identitas dirina. Anak yang sudah beranjak menjadi remaja mulai ingin tampil memegang peran-peran sosial di masyarakat. Namun masih belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dalam peran yang berbeda. 18/19 –
30 Intimacy Isolation vs Memasuki tahap ini, manusia sudah mulai siap menjalin hubungan yang intim dengan orang lain, membangun bahtera rumah tangga bersama calon pilihannya
31 - 60 Generativity
vs Stagnation Tahap ini ditandau dengan munculnya kepedulian yang tulus terhadap sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah memasuki usia dewasa.
60 ke
16
Usia anak-anak Sekolah Dasar berkisar antara 6-11 tahun
perkembangan sosialnya menurut erikson mereka sudah bisa mengerjakan
tugas-tugas sekolah dan bersemangat serta termotivasi untuk belajarnamun
masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut
perhatian. Sebagai pendidik hendaknya dalam fase ini harus dapat
membimbing dan mengajarkan dengan telaten anak sebaik mungkin.
Subyek penelitian ini dipilih siswa sekolah dasar kelas V karena
dianggap sudah lebih memiliki bekal pengetahuan tentang Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dibandingkan dengan kelas di bawahnya dan juga
sedang tidak terbebani untuk memikirkan Ujian Nasional untuk kelulusan.
E.KemampuanBBerpikirBDivergenBdanBKreativitasBB 1.BKemampuanBBerpikirBDivergenBdanBKreativitasBB
a. Kemampuan Berpikir Divergen
Proses Pembelajaran di sekolah menuntut peserta didik untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikir divergen, hal ini seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 bahwa
pembelajaran yang menekankan jawaban tungal menuju pembelajaran
dengan jawaban kebenarannya multi dimensi. Kutipan pada
Undang-Undang tersebut jelas dipaparkan bahwa pembelajaran di sekolah
hendaknya lebih menuntut dan mengembangkan peserta didik untuk
berpikir divergen dengan mempunyai alternatif jawaban benar lebih dari
satu jawaban. Guru dituntut untuk menuntun siswa mengamati
17
menggunakan metode ilmiah. Guru juga dituntut untuk lebih banyak
melakukan pertanyaan terbuka agar banyak alternatif jawaban benar
(berpikir divergen) dari peserta didik. Guru mendorong agar peserta didik
banyak bertanya dan mengemukakan pendapat.
Berpikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan
sesuatu. Menurut Santrock (2014:9-11) berpikir adalah sebagai suatu
aktivitas memanipulasi dan mengubah informasi dalam memori seperti
membentuk konsep, alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir
kreatif dan memecahkan masalah. Intinya berpikir merupakan proses
menemukan dan memecahkan masalah serta memutuskan suatu
permasalahan dengan menggunakan akal budi yang sejatinya merupakan
salah satu ciri unik yang diciptakan oleh Tuhan yang hanya dimiliki oleh
manusia.
Pemikiran divergen menurut Santrock (2004:11) adalah pemikiran
yang menghasilkan beberapa alternatif jawaban untuk satu pertanyaan dan
mencirikan kreativitas.
Utami (1985:51) mengatakan bahwa berpikir divergen adalah suatu
penguasaan pola berpikir yang menghasilkan bermacam-macam
kemungkinan jawaban/gagasan dalam memecahkan suatu
18
Menurut Guilford (Suharnan,2005:25). Berpikir divergen adalah
proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atas alternatif
yang banyak.
Menurut Suharnan (2005:26) berpikir divergen merupakan jenis
kemampuan berpikir yang berpotensi untuk digunakan ketika seseorang
melakukan aktivitas atau memecahakan masalah yang kreatif. Suharnan
juga menjelaskan bahwa berpikir divergen sebagai operasi mental yang
menurut penggunaan kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran,
kelenturan, orisionalitas, elaborasi dan kolaborasi, artinya seseorang
dikatakan berpikir divergen dalam memecahkan masalah jika memenuhi
empat kriteria sebagai berikut : kelancaran berpikir, keluwesan, originalitas
dan elaborasi. Keempat keriteria tersebut diuraikan sebagai berikut : (a)
kelacaran seseorang menghasilkan gagasan yang banyak, (b) keluwesan
berpikir adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan yang terdiri
dari ketegori-kategori yang berbeda-beda atau kemampuan memandan suatu
objek, situasi atau masalah dai berbagai sudut pandang, (c) originalitas atau
sering disebut berpikir tidak lazim adalah bentuk keaslian berpikir mengenai
suatu yang belum dipikirkan orang lain atau tidak sama dengan pemikiran
orang pada umumnya, (d) elaborasi adalah kemampuan memerinci suatu
gagasan pokok ke dalam gagasan-gagasan yang lebih kecil.
Menurut Tadkiroatun (2003:23) kegiatan berpikir divergen
19
Setelah melihat berbagai definisi tersebut, pada intinya berpikir
divergen adalah suatu pemikiran yang menghasilkan bermacam-macam
gagasan (alternatif jawaban) untuk memecahkan suatu masalah/persoalan.
Penelitian ini, kemampuan berpikir divergen yang dilihat yakni berdasarkan
gagasan yang tidak dapat dipisahkan dari kreativitas dan dinilai dari aspek
kognitif anak.
Menurut Utami (1985:52) Kreativitas adalah kemampuan umum
untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam
pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
Kreativitas menurut Santrock (2014:20) mendefinisikan kreativitas
sebagai kemampuan untuk berpikir tentang cara baru, tidak biasa dan
datang dengan solusi yang unik. Sementara menurut Tatang (2009:2)
adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan hal-hal baru yang
efektif dan etis. Menilik dari definisi tersebut, pada intinya kreativitas
adalah suatu kemampuan seseorang untuk dapat membuat atau
menghasilkan gagasan, hal maupun suatu penemuan yang baru dan unik.
Sebelum dikatakan kreatif, manusia harus menguasai kemampuan
berpikir terlebih dahulu, hal ini seperti yang dikatakan oleh Santrock
(2014:9-11) bahwa dalam berpikir terdapat 3 aspek penting yang ada
didalamnya yaitu mampu berpikir secara kritis, kreatif dan ilmiah.
20
ilmiah merupakan hal penting agar dapat berpikir. Jadi keduanya memang
berhubungan dan berkaitan satu sama lainnya.
2.BHubunganBKreativitasBdanBKemampuanBBerpikirBDivergenBB
Kreativitas erat kaitannya dengan berpikir divergen. Menurut
Utami (1985:21) mengatakan bahwa pengembangan kreativitas selalu
menuntut peserta didik untuk memikirkan bermacam-macam kemungkinan
jawaban (tidak hanya satu) untuk memecahkan masalah. Sejalan dengan itu
Santrock (2014:20) mengatakan bahwa berpikir divergen adalah
karakteristik dari kreativitas. Jadi, dengan kata lain kreativitas selalu
menuntut akan adanya pemikiran/berpikir divergen (ada alternatif jawaban)
lebih dari satu jawaban.
Utami (2012:9) mengatakan bahwa kemampuan berpikir divergen
merupakan indikator kreativitas. Penguasaan kemampuan berpikir divergen
dengan menghasilkan lebih dari satu alternatif jawaban peserta didik dari
berbagai alternatif jawaban tersebut nantinya akan ada gagasan baru yang
dianggap unik, orisinil, benar dan berbeda dari orang lain yang disebut
sebagai kreatif. Penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa untuk
mengembangkan kreativitas terlebih dahulu ada pemikiran divergen
(berbagai alternatif jawaban) lalu muncullah gagasan benar, baru, unik yang
21
F.KemampuanBBerpikirBDivergenBdalamBKeterampilanBProsesBSainsBB
Proses pembelajaran sains/IPA sesuai dengan hakikat IPA yang
mengutamakan dan bertumpu pada proses ilmiah. Proses ilmiah tersebut
melibatkan keterampilan proses sains (Bambang, 2013:8).
Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar
digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai
peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan
langkah/metode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah.
Keterampilan proses sains pada tingkat sekolah dasar difokuskan
pada keterampilan proses sains dasar (basic sciencec process skill) yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), menggolongkan (klasifikasi),
menghitung (kuantifikasi), meramalkan (prediksi), menyimpulkan
(inferensi), dan mengkomunikasikan (komunikasi) (Patta, 2006:19).
Pembelajaran IPA dengan menggunakan dan menerapkan metode
ilmiah serta menggunakan keterampilan proses sains dengan hal tersebut
dapat membiasakan anak berpikir kreatif, kritis, dan ilmiah.Peran guru
dalam pembelajaran dengan banyak memberikan pertanyaan terbuka
(alternatif jawaban lebih dari satu) dapat lebih mengoptimalkan kemampuan
berpikir divergen anak. Dengan begitu siswa akan dapat memunculkan
banyak jawaban benar dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Siswa
yang mampu menguasai kemampuan berpikir divergen akan mampu
mengambil keputusan sebagai bentuk berpikir konvergen (Bambang,