• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksploitasi Tubuh Perempuan pada Sales Promotion Girl: Studi Kasus Komunikasi Non Verbal Sales Promotion Girl Produk Rokok T1 362009067 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksploitasi Tubuh Perempuan pada Sales Promotion Girl: Studi Kasus Komunikasi Non Verbal Sales Promotion Girl Produk Rokok T1 362009067 BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication

berasal dari bahasa latin atau communication dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu

makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka

komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna

mengenai apa yang di komunikasikan, yakni baik si penerima maupun

si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2002: 9)

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar

komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang

dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi

teori dan Praktek , ilmu komunikasi adalah Upaya yang sistematis

untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta

pembentukan pendapat dan sikap (Effendy, 2001: 10)

Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi

ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi melainkan juga

pembentukan pendapat umum (Public Opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.

Dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland yang dikutip dari

Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan

Praktek mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah

perilaku orang lain (communication is the procces to modify the behaviour of other individuals). (Effendy, 2001:10)

Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga

(2)

melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator,

akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau

perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang

disampaikan bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam

menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan

dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang

komunikatif.

Menurut Willbur Schramn, seorang ahli ilmu komunikasi

kenamaan dalam karyanya Communication Research In The United States sebagaimana dikutip oleh Onong Uchjana Effendy menyatakan

bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh

komunikator cocok dengan kerangka acuan (Frame of Reference) yakni panduan pengalaaman dan pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. (Effendy, 2003:13)

Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian

pesan yang dilakukan oleh seseorang komunikator kepada komunikan.

Pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Dalam

prosesnya Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima) komponen

yang melandasi komunikasi yang dikutip dari buku (Susanto, 2003)

yang berjudul Komunikasi Dalam Praktek dan Teori , yaitu sebagai

berikut:

- Sumber (source) - Komunikator (encoder) - Pertanyaan/pesan (messege)

- Komunikan (decoder)

- Tujuan (destination)

Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas merupakan faktor

penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut oleh para

ahli ilmu komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara

khusus. menurut (Mulyana, 2000: 237). Proses komunikasi dapat

(3)

1. Komunikasi verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang

menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan

wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan

verbal disengaja yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar

untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa

dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal.

2. Komunikasi non verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat

yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard

E Porter dalam (Mulyana, 2000: 237) komunikasi non verbal

mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal)

dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu

dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai

nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat

dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali

mengutip paradigma yang ditemukan oleh Harold Lasswell

dalam karyanya, the sructure and function of communication in Society yang dikutip dalam (Effendy, 1993:253) Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan

komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut Who Say What In Which Channel To whoam With What Effect?

Klasifikasi pesan non verbal meliputi (Mulyana, 2000:351):

1. Bahasa Tubuh

Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah

kinesika (kinesics), istilah yang diciptakan oleh seorang perintis studi bahasa non verbal, Ray L. Biedwhistell.

Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman

(4)

tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat

simbolik.

a. Isyarat Tangan

Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang di sebut emblem, yang dipelajari,

yang punya makna dalam suatu budaya atau subkultur.

Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas

berlainan dari budaya ke budaya. Untuk menunjuk diri sendiri ”saya” ,seperti juga orang Kenya dan orang Korea Selatan, orang Indonesia menunjuk dadanya

dengan telapak tangannya atau telunjuknya, sedangkan

orang Jepang menunjuk hidungnya dengan telunjuk.

Meskipun di beberapa negara, telunjuk digunakan

untuk menunjukkan sesuatu, hal itu tidak sopan di

Indonesia, seperti juga di banyak negeri Timur Tengah

dan Timur Jauh.

b. Gerakan Kepala

Di beberapa negara, anggukan kepala malah berarti “Tidak”, seperti di Bulgaria, sementara isyarat untuk “Ya” di negara itu adalah menggelengkan kepala. Orang Inggris, seperti orang Indonesia, menganggukkan

kepala untuk menyatakan bahwa mereka mendengar,

dan tidak berarti menyetujui.

c. Postur Tubuh dan Posisi Kaki

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Beberapa

postur tubuh tertentu diasosiasikan dengan status sosial

dan agama tertentu.penghargaan terhadap tubuh yang dianggap “Baik” itu terutama lebih menonjol dikalangan wanita. Banyak wanita melakukan apapun

untuk memiliki tubuh yang ramping. Mereka makan

(5)

Nervosa). Cara lainnya adalah dengan sengaja

memuntahkan kembali makanan yang mereka telan

setelah makan kenyang (Bulinia Nervosa). Kedua

obsesi itu kini menjadi semacam penyakit yang juga

berdimensi psikologis.

Cara berdiri atau duduk juga sering dimaknai secara

berbeda di tiap negara. Dalam banyak budaya, orang

yang berdiri di pandang berwibawa daripada orang

yang duduk, sebagai mana orang yang tinggi di persepsi

lebih dominan daripada orang yang pendek. Cara orang

berjalanpun dapat memberi pesan pada orang lain

apakah orang itu merasa lelah,sehat,bahagia,riang,sedih,

atau angkuh. Orang yang berjalan lamban memberi

kesan loyo dan lemah. Pria yang berjalan tegap dan

tenang ketika memasuki ruangan untuk diwawancarai

memberi kesan percaya diri.

Kaum wanita lebih terbatas lagi dalam mengubah

postur tubuh mereka. Umumnya wanita lebih cenderung

menjaga lengannya lebih dekat dengan tubuh mereka,

kurang cenderung mencondongkan tubuh mereka

kedepan atau bersandar ke belakang. Wanita lebih

sering menyibakkan rambut dan merapikan pakaian

mereka dan lebih sering merapatkan kedua telapak

tangan (seperti yang dilakukan para pembawa acara

infotainment di televisi swasta kita). d. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

Perilaku non verbal yang paling banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata,

meskipun mulut tidak berkata-kata. Okulesika

(6)

berkomunikasi. Menurut Albert Mehrabian, andil wajah

bagi pengaruh pesan adalah 55%, sementara vocal 30%

dan verbal hanya 7%.

Kontak mata punya dua fungsi dalam komunikasi

antar pribadi. Pertama, fungsi pengatur, untuk memberi

tahu orang lain apakah anda akan melakukan hubungan

dengan orang itu atau menghindarinya. Kedua, fungsi

ekspresif, memberi tahu orang lain bagaimana

perasaaan anda terhadapnya. Pria lebih banyak

menggunakan kontak mata dengan orang yang mereka

sukai, meskipun menurut penelitian, perilaku ini kurang

ajek di kalangan wanita.

Dalam keadaan normal, kita menatap orang lain

sekilas, hanya satu-dua detik. Bila pandangan lebih

lama, reaksi orang yang kita pandang cenderung

emosional. Boleh jadi pandangan tersebut akan

mengubah kesan kita mengenai status hubungan kita,

misalnya dati hubungan biasa (antarteman) menjadi

lebih khusus. Tampaknya orang-orang yang punya

hubungan dekat, seperti suami-istri atau orangtua-anak,

atau dua sahabat dekat, saling menatap sedikit lebih

lama daripada orang-orang yang tidak saling mengenal.

Semakin dekat hubungan antara dua orang, semakin

lamalah mereka berpandangan, meskipun ada batas

maksimalnya. Tidaklah mengherankan seseorang yang

dianggap intim mampu menyampaikan banyak makna

lewat pandangan matanya, meskipun berbicara sedikit.

Ekspresi wajah merupakan perilaku non verbal

utama yang mengekspresikan keadaan emosional

seseorang. Sebagian pakar mengakui,terdapat beberapa

(7)

wajah yang tampaknya dipahami secarauniversal:

kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keterkejutan,

kemarahan, kejijikan, dan minat. Ekspresi-ekspresi wajah tersebut dianggap “murni,” sedangkan keadaan emosional lainnya (misalnya malu, rasa berdosa, bingung, puas) dianggap “campuran”, yang umumnya lebih bergantung pada interpretasi.

2. Sentuhan

Study tentang sentuh-menyentuh disebut heptika

(haptics). Sentuhan, seperti foto, adalah perilaku nonverbal yang multi makna, dapat menggantikan seribu kata.

Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan,

pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan,

pegangan (jabat tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut

sekilas. Sentuhan kategori terakhirlah yang sering

diasosiasikan dengan sentuhan. Banyak riset menunjukkan

bahwa orang berstatus lebih tinggi lebih sering menyentuh

orang berstatus lebih rendah daripada sebaliknya. Jadi sentuhan juga berarti “kekuasaan”.

Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan,

yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal

hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut

adalah sebagai berikut.

1) Fungsional-profesional. Di sini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi-bisnis, misalnya pelayan took membantu pelanggan memilih pakaian.

2) Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun

dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktik

sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan.

(8)

hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang

saling merangkul setelah mereka lama berpisah.

4) Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan ketertarikan emosional

atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orangtua

dengan lembut; orang yang sepenuhnya memeluk

orang lain; dua orang yang “bermain kaki” di bawah

meja; orang Eskimo yang saling menggosokkan

hidung.

5) Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat

dengan kategori sebelumnya, hanya saja motifnya

bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis

bermaksa cinta atau keintiman.

3. Parabahasa

Parabahasa, atau vokalika (vocalic), merujuk pada aspek-aspek suara selain selain ucapan yang dapat

dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau

rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas vocal

(kejelasan), warna suara, dialek, suara serak, suara sengau,

suara terputus-putus,suara yang gemetar, suitan, siulan,

tawa erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan,dan

sebagainya. Setiap karakteristik suara ini

mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita. Wanita dengan

suara basah (misalnya sebagai penyiar radio) dipersepsi

lebih feminimdan lebih cantik daripada wanita tanpa suara

basah. Sedangkan pria dengan nada suara tinggi atau

melengking dianggap kewanita-wanitaan.

Merhabian dan Ferris menyebutkan bahwa

parabahasa adalah terpenting kedua setelah ekspresi wajah

dalam menyampaikan perasaan atau emosi. Menurut

(9)

keseluruhan impak pesan. Oleh karena ekspresi wajah

punya andil 55% dari keseluruhan impak pesan, lebih dari

90% isi emosionalnya ditentukan secara nonverbal.

4. Penampilan Fisik

Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan

fisik seseorang, baik itu busananya (model, kualitas bahan,

warna), dan juga ornamen lain yang dipakainya, seperti

kaca mata, sepatu, tas jam tangan, kalung, gelang, cincin,

anting-anting, dan sebagainya. Seringkali orang member

makna tertentu pada karakteristik fisik orang yang

bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, medel

rambut dan sebagainya.

a. Busana

Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan

(tertulis atau tidak), nilai kenyamanan, dan tujuan

pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita

berdandan. Biasanya ketika seseorang memilih

memutuskan untuk memakai pakaian tertentu maka dia

secara sadar telah menggunakan tanda non verbal untuk

mengekspresikan makna melalui kesan tertentu dalam

penampilannya. Seperti dikemukakan oleh Ronald. B.

Adler dan George Rodman dalam bukunya

Understanding Human Communication, bahwa salah satu kategori komunikasi non verbal yang penting

adalah clothing atau cara berpakaian. Pakaian yang

kenakan merupakan suatu alat komunikasi.

Orang-orang dengan sengaja mengirimkan pesan tentang diri

mereka melalui apa yang mereka kenakan dan kita

berusaha menginterpretasikannya berdasarkan pada

(10)

b. Karakteristik Fisik

Penampilan fisik acapkali mengekspresikan

penandaan non verbal tertentu. Hal ini dapat kita

rasakan ketika memberikan stereotik tertentu yang

berkaitan dengan keadaan fisik seseorang. Misalnya

orang yang gemuk dianggap sebagai periang dan orang

yang kurus sebagai seseorang yang serius. Demikian

pula dengan panjang atau potongan rambut tertentu.

Beberapa karakter fisik lainnya dianggap berperan dan

penandaan non verbal mencakup berat badan, tinggi

badan, warna kulit, kontur wajah, dan berbagai jenis

bekas luka atau cacat fisik.

5. Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi

Kategori selanjutnya dari komunikasi non verbal

adalah proxemics, yaitu suatu cara bagaimana orang-ornag

yang terlibat dalam suatu tindakan komunikasi berusaha

untuk menggunakan ruang (space). Antropolog Edward. T.

Hall mendevinisikan empat jarak yang kita gunakan

sehari-hari.

1) Akrab ( intimate distance )

Percakapan dan jarak yang akrab ini berkisar

antara 0-6 inci (fasedekat) dan 6-18 inci (fase jauh)

berlangsung dengan bisikan atau suara yang sangat

pelan. Dalam jarak ini, orang-orang berkomunikasi

secara emosional sangat dekat dan dalam situasi

yang sangat pribadi. Orang-orang yang terlibat

dalam interaksi dengan jarak yang sangat akrab ini

merupakan suatu tanda bahwa diantara mereka

(11)

2) Personal (personal distance)

Dalam jarak social ini berkisar antara 18-30

inci (fase dekat) dan 30 inci-4 feet (fase

jauh),kontak komunikasi yang berlangsung tertutup,

namun percakapannya tidak lagi bersifat pribadi

disbanding dengan interaksi dalam jarak akrab.

3) Social (social distance)

Interaksi yang berlangsung dalam jarak

social ini berkisar antara 4-7 feet (fase dekat) dan

7-12 feet (fase jauh) biasanya terjadi dalam situasi

bisnis misalnya interaksi antara sales dengan para

calon pembeli. Dalam kontak komunikasi ini, suara

yang lebih keras sangat dibutuhkan.

4) Publik (public distance)

Jarak publik berkisar antara 12-25 feet (fase

dekat) dan 25 feet keatas (fase jauh) ini adalah

perkuliahan dalam kelas atau pidato yang

disampaikan pada suatu ruang tertentu.

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari

komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada

unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy

dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi bahwa dari

berbagai pengertian komunikasi yang telah ada tampak adanya

sejumlah komponen atau unsur yang di cakup, yang merupakan

persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur

tersebut menurut Onong Uchjana Effendy adalah sebagai berikut:

- Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan.

- Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang.

(12)

- Media :Sarana atau saluran yang mendukung pesan

bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya

- Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy: 2002, 6)

2.1.3 Sifat Komunikasi

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek menjelaskan bahwa komunikasi memiliki sifat-sifat.

(Effendy, 2002: 7) Adapun beberaapa sifat komunikasi tersebut yakni:

1. Tatap muka (face-to-face)

2. Bermedia (mediated)

3. Verbal (verbal)

- Lisan

- Tulisan

4. Non verbal (non-verbal)

- Gerakan/isyarat badaniah (gestural)

- Bergambar (picturial)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada

komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan

pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari si komunikan itu

sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator bisa secara langsung

atau face-to-face tanpa menggunakan media apapun. Komunikator

juga bisa menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol

komunikasi bermedia kepada komunikan fungsi media tersebut

sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan

non-verbal. Verbal dibagi menjadi dua macam yaitu lisan (oral) dan

tulisan (written/printed) Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau istarat badaniah (gesturial) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata, dan sebagainya ataupun menggunakan gambar

(13)

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan

dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah

mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan bicara kita

serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan

bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi

tersebut. Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu:

(Effendy. 1993: 18)

a. Supaya gagasan kita bisa diterima oleh orang lain dengan

pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan

harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang

diingikannya, jangan mereka inginkan arah kebarat kita berikan

arah ketimur.

c. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu,

menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin

berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang

banyak mendorong, namun yang penting harus di ingat adalah

bagaimana cara yang terbaik melakukannya.

d. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti, sebagai

pejabat atau komunikator kita harus menjelaskan kepada

komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya

dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita

maksudkan.

Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalah

mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Tujuan

yang samanya adalah agar semua pesan yang kita sampaikan dapat

(14)

2.2 Eksploitasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) eksploitasi adalah

pengusahaan, pendayagunaan, atau pemanfaatan untuk keuntungan sendiri.

Dengan kata lain pemerasan (tenaga orang) atas diri orang lain merupakan

tindakan yg tidak terpuji. Pengertian eksploitasi menurut pemanfaatan untuk

keuntungan sendiri, pengisapan, pemerasan tenaga orang lain, (Idris,

1988:30), Sedangkan menurut makna eksploitasi menurut terminologi adalah

kecenderungan yang ada pada seseorang untuk menggunakan pribadi lain

demi pemuasan kebutuhan orang pertama tanpa memperhatikan kebutuhan

pribadi kedua, (Kartono, 2001:180)

Zoer’aini Djamal Irwan dalam bukunya Besarnya Eksploitasi Perempuan dan Lingkungan di Indonesia, dari berbagai hasil penelitian tentang

perempuan Indonesia, banyak di jumpai masalah. Padahal peranan perempuan

sama pentingnya bagi laki-laki. Dikalangan ekonomi miskin, tugas dan

kewajiban perempuan lebih berat khususnya di daerah pedesaan, perempuan

desa memegang beban terberat dalam menanggung beban rumah tangga.

Hambatan yang dijumpai adalah banyak perempuan yang berpendidikan

rendah, kurang ketrampilan untuk masalah-maslah tertentu, terutama dalam

hal teknologi. Rendahnya kualitas hidup perempuan disebabkan oleh masih

terbatasnya partisipasi, kesempatan, peluang, dan akses serta kontrol bagi

perempuan untuk berperan serta dalam berbagai bidang pembangunan baik

sebagai agen perubahan maupun sebagai pemanfaat pembangunan. Faktor lain

yang menyebabkan rendahnya kualitas perempuan antara lain iklim atau

lingkungan sosial budaya yang belum kondusif terhadap kemajuan

perempuan.

Menurut Syamsudin, wanita memang diciptakan indah, cantik dan

mempesona. Kesempatan ini tidak dilepaskan oleh kaum kapitalis bagi

pengembangan usaha mereka. Wanita dan dunia usaha atau bisnis adalah dua

hal yang sulit dipisahkan. Hampir bisa dipastikan di setiap bidang bisnis:

(15)

didalamnya. Selain itu, kaum kapitalis sebenarnya memegang posisi kunci

dalam setiap bisnis yang banyak melibatkan kaum wanita tersebut (2006: 2).1

Lebih lanjut seperti yang di paparkan oleh Ketua Divisi Pemulihan

Komnas Perempuan, Sri Nurherawati kepada merdeka.com, strategi dagang

yang diterapkan para pengusaha dengan mempertontonkan lekuk tubuh

perempuan adalah salah satu bentuk eksploitasi.2

Banyak masalah yang sedang dihadapi oleh manusia di Indonesia baik

laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi lebih banyak masalah yang dihadapi

oleh kaum perempuan itu sendiri. Permasalahan yang di hadapi oleh kaum

perempuan antara lain :

1. Tindak kekerasan : dirumah tangga (KDRT), di kantor, bahkan di

tempat umum.

2. Pemerkosaan dan pelecehan seksual.

3. Perdagangan perempuan : menjadi pembantu rumah tangga,

penganten pesanan, pelacur (PSK)

2.2.1 Komodifikasi Tubuh Perempuan Sebagai Ekslpoitasi

Karl Marx menjelaskan bahwa kapitalisme mengganggap semua

barang adalah komoditi, artinya barang bernilai hanya sejauh ia

mempunyai nilai tukar dan dapat ditukarkan dalam tindakan tukar

menukar. Menurut Marx tidak hanya barang, tenaga kerja manusia pun

dipandang sebagai barang dagangan. (Sindhunata, 1983:47)

Melihat pemikiran Marx, dapat disimpulkan bahwa sistem kapitalis

telah membuat tubuh perempuan menjadi komoditi, karena memiliki

nilai tukar yang tinggi. Piliang (2010:269) bahwa semakin seksi, semakin terkenal, semakin top, atau semakin “berani” seorang cover girl yang ditampilkan dalam cover majah misalnya, maka ia akan

1

Syamsudin. 2006. Eksploitasi Wanita dalam Perspektif Kapitalis. E-jurnal Egalita. 1 (2): 20-40. Di unduh pada tanggal 28 April 2015 Pukul 11.39

2

(16)

mempunyai nilai tukar (currency) yang tinggi pula di dalam pasar

libido, yang kemudian akan menentukan harga libidonya secara ekonomis.

Tubuh khususnya perempuan di dalam wacana kapitalisme tidak

saja di eksplorasi nilai gunanya (use-value)- pekerja, prostitusi, pelayan; akan tetapi juga nilai tukarnya (exchange-value)- gadis model, gadis peraga, hostess; dan kini juga nilai tandanya (sign-value)-

erotic magazine, erotic video, erotic photography, erotic film, erotic vcd. (Piliang, 2010:264)3

Melihat beberapa contoh pekerja Sales Promotion Girl terlihat eksploitasi tubuh perempuan telah menyentuh batas-batas seksual dan batas-batas “berani” dalam masyarakat. Daerah-daerah tabu perempuan telah hilang dan digantikan oleh daerah-daerah yang

bernilai ekonomis tinggi. Mengutip ungkapan Yasraf Amir Piliang,

bahwa sekarang perempuan berani “bupati” (membuka paha tinggi), dan memperlihatkan “sekwilda” (sekitar wilayah dada) untuk dihargai tinggi.4

Sistem ekonomi kapitalis telah membentuk sebuah tuntutan semu

perempuan dengan menampilkan sosok ideal. Sebuah tuntutan semu

untuk dihargai dan bernilai tinggi. Seorsng perempuan haruslah “berani” menunjukkan batas-batasnya sehingga terjadilan eksploitasi tubuh perempuan.

2.2.2 Kekerasan Simbolik Perempuan sebagai Eksploitasi

Eksploitasi lainnya ada ketika perempuan “dianiaya” dalam sebuah kekerasan yang tidak terasa. Kekerasan yang tanpa disadari menjadi

sebuah stereotipe negatif dalam masyarakat. Kekerasan ini bukan

kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan terhadap perempuan

karena kriminalitas. Tetapi lebih kepada kekerasan dalam permainan

tanda dan simbol atau kekerasan simbolik.

3

Piliang, Yasraf Amir.2010.Post Realitas.Yogyakarta.Jalasutra.

4

(17)

Ibrahim (2011:36) menjelaskan, kini kita bisa menemukan corak

kekerasan simbolik yang muncul dalam bentuk bahasa dan foto atau

gambar yang mucul di media (baik cetak atau elektronik) yang

memposisikan perempuan dalam stereotipe body and beauty, not brain. Eksploitasi dalam kekerasan simbolik menjadi penganiayaan terhadap perempuan, saat tubuh perempuan dijadikan sebagai alat

kapitalis untuk memenuhi kepentingan elit-elit bisnis media.5

Bentuk praktik-praktik eksploitasi yang terjadi kepada perempuan

dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Komodifikasi tubuh perempuan dalam media sebagai barang

dagangan yang dinilai tinggi saat semakin menunjukan unsur

seksualitas dan erotiseme.

2. Kekerasan simbolik yang menjurus pada dijadikannya tubuh

perempuan sebagai sensual pleasure laki-laki.

3. Obesesi-obsesi tubuh langsing dan ramping yang dimanfaatkan

oleh bisnis.

(E Banin Diar Sukmono, 2012)

Mengutip skripsi dari Dion Pratama yang berjudul Eksploitasi

Tubuh Perempuan dalam Film “Air Terjun Pengantin” Karya Rizal

Mantovani (Analisis Semiotika Roland Barthes) terdapat dua jenis

eksploitasi : 6

A. Eksploitasi perempuan secara fisik

1. Tubuh perempuan hanya sebagai fragmen (tidak utuh),

dengan:

a. Menonjolkan bibir

b. Menonjolkan lengan dan pundak

c. Menonjolkan dada

5

Ibrahim, idi Subandy. 2011.Budaya Populer Sebagai Komunikasi. Yogyakarta. Jalasutra.

6

[image:17.595.97.517.114.671.2]
(18)

d. Menonjolkan pinggul

2. Penunjukan hasrat perempuan terhadap laki-laki, melalui:

a. Ekspresi wajah

b. Gesture (Bahasa tubuh)

B. Eksploitasi perempuan secara non fisik, melalui pembentukan

karakteristik perempuan:

1. Mudah tergoda laki-laki

2. Seksi

3. Agresif

2.3 SPG (Sales Promotion Girl)

Sales Promotin Girl atau di singkat dengan SPG adalah suatu profesi yang bergerak dalam bidang pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini

biasanya menggunakan jasa seorang wanita yang mempunyai karakter fisik

menarik sebagai suatu usaha untuk menarik perhatian konsumen.

Menurut Carter (1999:37), kebutuhan perusahaan terhadap tenaga

sales promotion girl disesuaikan dengan karakteristik suatu produk yang akan dipasarkan. Promosi produk untuk kebutuhan sehari-hari biasanya

menggunakan tenaga sales promotion girl dengan kriteria yang dimungkinkan lebih rendah dibandingkan dengan sales promotion girl untuk produk semisal produk lux seperti halnya otomotif. Dengan demikian,

pemilihan penggunaan tenaga sales promotion girl dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan produk yang akan dipromosikan. Kesesuaian

antara produk yang dipromosikan dengan kualifikasi sales promotion girl

memungkinkan akan meningkatkan daya tarik konsumen pada produk yang

dipromosikan. Keberadaan karakter fisik seorang sales promotion girl

tersebut, secara fungsional dapat mengangkat citra produk, terutama produk

konsumsi langsung.

Darmono (1998:35) SPG dituntut untuk mempunyai tingkat kecerdasan

yang tinggi, terutama terhadap pengetahuan produk yang dipromosikan

(19)

mendukung terhadap karakter sebuah produk. Pengertian Sales Promotion Girl

menurut Nitisemito (2001:53) berpendapat bahwa sebagai salah satu

pendukung pemasaran suatu produk maka diperlukan tenaga promosi suatu

produk sehingga mampu menarik minat konsumen. Selanjutnya, dengan

kemampuan berpromosi yang dimiliki oleh seorang SPG akan mampu

memberikan berbagai informasi yang berkaitan dengan produk.

Menurut Retnasih (2001:23) SPG adalah seorang perempuan yang direkrut

oleh perusahaan untuk mempromosikan produk. Dengan melihat keberadaan

SPG dari fungsinya yaitu sebagai pihak presenter dari suatu produk. Lebih

lanjut pendapat ini mengilistrasikan bahwa tugas utama dari seorang SPG

adalah promosi produk, yang dikontrak dalam kurun waktu tertentu.

Selanjutnya Raharti (2001:223) menyatakan bahwa untuk menjalankan

tugas utamanya SPG dituntut untuk memiliki :

a. Performance

Performance ini merupkan penampilan fisik yang dapat diindera dengan penglihatan. Dalam hal ini perspektif juga menggambarkan

tentang pembawaan seseorang, pembawaan ini diukur dari penampilan

outlook (penampilan fisik), desain dress code (desain pakaian) b. Communicating style

Komunikasi mutlak harus dipenuhi oleh seorang sales promotion girl

karena melalui komunikasi ini, akan mampu tercipta interaksi antara

konsumen dan sales promotion girl. Komunikasi ini diukur dari gaya bicara dan cara berkomunikasi.

c. Body language

Body language ini lebih kepada gerakan fisik ( Lemah lembut, lemah gemulai, dan lainnya ). Gerakan tubuh dalam menawarkan produk dan

sentuhan fisik (body touch) adalah deskripsi dari body language ini. Apabila memenuhi kriteria tersebut maka sangat dimungkinkan sales promotion girl yang direkrut oleh perusahaan akan mampu menciptakaan persepsi yang baik tentang produk yang dipromosikan dan akan di ikuti oleh

(20)

2.4 Kajian Teori

Sebagai pijakan untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teori

komunikasi nonverbal yakni teori seksualitas Michel Foucault, dan teori

eksploitasi Karl Marx (Marxisme).

1. Teori Marxisme (Eksploitasi)

Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini

terdapat dalam buku Manifesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan

Friederich Engel. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap

paham kapitalisme. Marx menganggap bahwa kaum kapital

mengumpulkan uang dengn mengorbankan kaum proletar. Kondisi

kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam

dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya

dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup

di daerah pinggiran kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini

timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan

yang didominasi orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum

proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan

paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx,

kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan.Inilah dasar

dari marxisme.

2. Teori seksualitas Michel Foucault

Foucault banyak menulis buku sejarah, psikologi, sosiologi,

gender, sastra, bahkan kedokteran. Namun satu hal yang menarik

perhatian Foucault adalah tentang kekuasaan dan pengetahuan dan

bagaimana keduanya bekerja sama. Foucault tertarik pada pengetahuan

akan manusia dan kekuasaan yang berpengaruh atas manusia.7

7

(21)

Dominasi kekuasaan salah satunya dapat dilihat dalam analisis atas

tema seksualitas. Foucault melihat seksualitas sebagai pengalihan

pemahaman tentang kekuasaan. Bagaimana seksualitas diwacanakan

adalah ungkapan dari kekuasaan. Pembicaraan yang terbuka tentang

seks menurut Foucault, adalah demi mengatur dan mencatat jumlah

kelahiran. Masalah penduduk adalah masalah social, dan masalah ini

berhubungan dengan seksualitas. Karena itu, kekuasaan berusaha

mempelajari dan mengintervensi pembicaraan tentang seks demi

pengaturan pertumbuhan penduduk. Seksualitas menjadi masalah

publik.

Dalam menunjukkan hubungan antara seksualitas dan kekuasaan,

Foucault menggaris bawahi tesis dasarnya bahwa kekuasaan ada di

mana-mana. Intervensi kekuasaan ke dalam seksualitas terjadi melalui

disiplin tubuh dan ilmu tubuh, dan melalui politik populasi yang

meregulasi kelahiran. Kekuasaan mulai mengadministrasi tubuh dan

mengatur kehidupan privat orang. Sejalan dengan itu, resistensi

(22)

2.5 Kerangka Penelitian

[image:22.595.100.504.190.628.2]

Berdasarkan paparan diatas, maka kerangka penelitian digambarkan pada

gambar 2.1 dibawah ini :

Bagan 2. 1 Kerangka Pikir

Bentuk eksploitasi tubuh perempuan oleh

perusahaan. Perempuan

Sales promotion girl produk rokok

Komunikasi

Gambar

gambar yang mucul di media (baik cetak atau elektronik) yang
gambar 2.1 dibawah ini :

Referensi

Dokumen terkait

Penyimpangan alur tersebut berjumlah 32 alur, yang meliputi: (1) kewaspadaan Kretajaya terhadap Arya Pulung; (2) dendam Arya Pulung terhadap Kretajaya; (3) keadaan Tumapel

Objektif Pertama : Untuk mengenalpasti sejauh manakah tahap-tahap kepentingan bahasa pertama dalam kalangan pelajar-pelajar di Institusi Pengajian Tinggi Awam IPTA khususnya

Selama menyusun skripsi ini maupun dalam mengikuti kegiatan akademik dan non akademik di lingkungan Universitas Katolik Widya Mandala, banyak sekali pihak-pihak

1) Memantau dan memahami setiap perkembangan peraturan OJK dan peraturan perundang-undangan lain yang relevan dengan usaha Bank. 2) Melaksanakan sosialisasi dan pelatihan

Jabatan RA sebagai Komandan Peleton 2 dianggapnya sebagai beban yang dapat dikatakan berat maupun ringan karena RA dituntut agar segera menyesuaikan diri di Batalyon

Apakah terdapat perbedaan pengaruh prudence dan tax avoidance sebelum dan setelah penerapan IFRS terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur kelompok

Faktor-faktor yang mempengaruhi penataan permukiman nelayan Gudang Lelang berdasarkan hasil analisis faktor adalah (1) faktor prasarana jalan, sarana ruang terbuka,

Sehingga dapat dijelaskan bahwa apabila seseorang individu pembelajar (peserta didik) tersebut mampu mengkonsep dirinya atas permasalahan atau persoalan yang