• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pekerja Industri Minyak Kelapa di Desa Kedungkamal Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pekerja Industri Minyak Kelapa di Desa Kedungkamal Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo."

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : JAYA HARDIKA NIM. 11405244030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

ii

Industri Minyak Kelapa di Desa Kedungkamal Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, November 2015 Pembimbing,

(3)

iii

Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, November 2015 Yang Menyatakan,

Jaya Hardika

(4)

iv

Industri Minyak Kelapa di Desa Kedungkamal Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo” ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 16 April 2015.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Nurhadi, M.Si Ketua Penguji ... ... Sri Agustin, M.Si Sekretaris ... ... Sriadi Setyawati, M.Si Penguji Utama ... ... Nurul Khotimah, M.Si Penguji Pendamping ... ...

Yogyakarta, November 2015 Fakultas Ilmu Sosial

Dekan,

(5)

v

(Q.S. Al-fatihah: 1)

“Sebaik-baik manusia

adalah yang bermanfaat bagi orang lain”

(Hadist)

“Ilmu iku iso manfaat terserah awake dewe-dewe”

(K.H. Mufid Mas’ud)

“Jika masih ada jalanmu sendiri, jangan sekali-kali menggunakan jalan orang

lain”

(Sarjono)

”Gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan”

(6)

vi

Daryuni yang selalu melimpahkan kasih sayang, doa, dan cintanya dalam setiap

detik yang kulalui.

Ku persembahkan tulisan ini untuk guru-guru ku yang telah memberikan ilmu,

pengalaman, dan bimbingan. Akan slalu kuingat jasa-jasanya hingga akhir hayat.

Kubingkiskan tulisan ini untuk Kakakku Nely Wijayanti dan Adikku Annisa

Yulyana Jaya yang tercinta.

Buat Keluarga Besar ku yang selalu mendukung dan mendoakan.

Untuk Keluarga Besar Jurusan Pendidikan Geografi 2011 yang telah

memberikan pengalaman dan persahabatan yang luar biasa.

(7)

vii ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Kondisi sosial ekonomi pekerja industri minyak kelapa, 2. Kontribusi pendapatan pekerja industri minyak kelapa terhadap total pendapatan rumah tangga, 3. Tingkat kesejahteraan rumah tangga pekerja industri minyak kelapa, 4. Hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga pekerja industri minyak kelapa.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala rumah tangga pekerja industri minyak kelapa di Desa Kedungkamal berjumlah 40 orang. Jumlah sampel yang berada di bawah angka 100 menjadi pertimbangan untuk menjadikan penelitian ini sebagai penelitian populasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengolahan data meliputi editing, koding dan tabulasi. Teknik analisis data dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabel silang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. kondisi sosial ekonomi yaitu, a. kondisi sosial; 1) Jumlah tanggungan rumah tangga terbanyak 4 orang (42,5%), 2) Tingkat pendidikan responden terbanyak tamat SD (40%), 3) Makan bersama responden seminggu sekali (67,5%), 4) Interaksi responden dalam masyarakat tertinggi adalah sering (62,5%), b. Kondisi ekonomi; 1) Pendapatan responden dari industri minyak tertinggi adalah Rp. 1.000.001 – Rp. 1.200.000 (47,5%), 2) Pendapatan responden dari industri non minyak kelapa terbanyak adalah Rp. 667.001 – Rp. 934.000 (40%), 3) Pendapatan anggota rumah tangga lain responden terbanyak adalah Rp. 500.000 – Rp. 833.333 (20%), 4) Total pendapatan rumah tangga terbanyak 1.866.667 - Rp. 2.200.000 (42,5%), 5) Kepemilikan barang berharga berupa motor (97,5%), sepeda (97,5%), TV (100%), Lemari Es (10%), hp (100%), Kalung (7,5%), Cincin (2,5%), Sawah (35%), 2. Kontribusi pendapatan industri minyak kelapa terhadap total pendapatan rumah tangga pekerja industry minyak kelapa sebesar 57%, 3. Tingkat kesejahteraan responden sebagian besar adalah Keluarga Sejahtera I (62,5%), 4. Indikator kondisi sosial ekonomi yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan antara lain: jumlah tanggungan rumah tangga, pendapatan dari industri minyak kelapa, pendapatan dari non industri minyak kelapa, kepemilikan hewan ternak, dan kepemilikan sawah, sedangkan indikator yang tidak berhubungan adalah tingkat pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dalam masyarakat, pendapatan dari anggota rumah tangga yang lain, total pendapatan rumah tangga, kepemilikan kendaraan, kepemilikan alat elekronik, dan kepemilikan perhiasan.

(8)

viii

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan tulus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin.

3. Ibu Dr. Hastuti, M.Si selaku penasehat akademik yang telah memberikan masukan dan bimbingan selama masa studi.

4. Ibu Nurul Khotimah, M.Si selaku pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktunya membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian.

5. Ibu Sriadi Setyawati, M.Si, selaku narasumber atas segala arahan, kritik, saran dan masukan yang berarti hingga skripsi ini dapat di selesaikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya kepada penulis.

7. Bapak Agung Yulianto, S.E selaku admin jurusan pendidikan geografi yang telah banyak membantu penulis selama studi.

8. Kepala Bappeda Propinsi Jawa Tengah dan Kepala Bappeda Kabupaten Purworejo yang telah memberikan ijin penelitian dan seluruh perangkatnya yang telah membantu memberikan ijin dan data yang diperlukan.

(9)

ix dan semangatnya selama ini.

12.Keluarga besar Jurusan Pendidikan Geografi 2011 terima kasih atas segala semangat, canda tawa, dan kekompakannya.

13.Teman-teman KKN-PPL 357 UNY dan UMP atas pengalaman yang tak terlupakan.

14.Keluarga HMPG 2013, Keluarga BEM FIS 2014, Keluarga Mahameru, Keluarga Allpa, Keluarga Formispa dan Keluarga Besar Pondok Pesantren Sunan Pandanaran.

15.Teman-teman kontrakan Sokolimo, Sidik, Gembul, Ardan, Ardiyan, Fakih yang menjadikan hari-hari penuh warna dan canda tawa.

16.Sedulur yang terus men-support, khususnya Nanda, Arif, Dinta, Estu, Joko, Darmo, Nahida dan Cusnan yang kerap kali meluangkan waktunya untuk membantu.

17.Kawan-kawan alumni PPSPA, khususnya Idoh, Tuntun, Alex, Tina dan Sitrin yang menjadi pendorong serta penyemangat untuk terus berjuang.

18.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah membalas segala kebaikan mereka dengan pahala. Amin.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Harapan dan doa penulis semoga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat dan mendapat ridho-Nya. Amin

Yogyakarta, November 2015 Penulis,

(10)

x

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Pembatasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori... 10

1. Kajian Geografi... 10

2. Kajian Geografi Industri... 12

3. Kajian Industri Minyak Kelapa... 14

4. Kajian Kondisi Sosial Ekonomi... 18

a. Kondisi Sosial Pekerja... 19

b. Kondisi Ekonomi Pekerja... 22

5. Kajian Kesejahteraan... 24

a. Keluarga Prasejahtera... 26

b. Keluarga Sejahtera I... 26

c. Keluarga Sejahtera... 26

B. Penelitian yang Relevan... 28

(11)

xi

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel... 34

D. Populasi dan Sampel Penelitian... 38

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 38

F. Teknik Pengolahan Data... 40

G. Teknik Analisis Data... 41

BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian... 43

1. Deskripsi Fisik... 43

2. Kondisi Demografis... 52

B. Pembahasan dan Analisis... 57

1. Karakteristik Responden... 57

2. Kondisi Sosial Responden... 59

3. Kondisi Ekonomi Responden... 62

4. Kontribusi Pendapatan Industri Minyak Kelapa... 69

5. Tingkat Kesejahteraan Responden... 70

6. Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi dengan Tingkat Kese- jahteraan... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 88

B. Saran... 91

(12)

xii

1. Luas Perkebunan Kelapa di Kabupaten Purworejo... 3

2. Penelitian yang Relevan... 28

3. Penggunaan Lahan di Desa Kedungkamal... 46

4. Klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson... 48

5. Data Curah Hujan Desa Kedungkamal Tahun 2005-2014... 49

6. Karakteristik curah hujan Desa Kedungkamal 2005-2014... 50

7. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Desa- Kedungkamal... 54

8. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Kedungkamal... 56

9. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Kedungkamal... 56

10.Karakteristik Umur Responden... 57

11.Status Perkawinan Responden... 58

12.Lama Kerja Responden... 59

13.Jumlah Tanggungan Rumah Tangga Responden... 60

14.Tingkat Pendidikan Responden... 60

15.Frekuensi Responden Makan Bersama Keluarga... 61

16.Keikutsertaan Responden dalam Kegiatan Sosial... 62

17.Pendapatan Responden dari Industri Minyak Kelapa... 63

18.Pendapatan Responden dari Non Industri Minyak Kelapa... 64

19.Pendapatan Anggota Rumah Tangga Lain Responden... 65

20.Total Pendapatan Rumah Tangga Responden... 66

21.Kepemilikan Barang Berharga Responden... 66

22.Kontribusi Pendapatan Industri Minyak Kelapa terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga Responden... 69

(13)

xiii

Kesejahteraan... 74

27.Hubungan Interaksi Responden dalam Masyarakat dengan Tingkat Kesejahteraan... 75

28.Hubungan Pendapatan dari Industri Minyak Kelapa dengan Tingkat Kesejahteraan... 77

29.Hubungan Pendapatan dari Non Industri Minyak Kelapa dengan Tingkat Kesejahteraan... 78

30.Hubungan Pendapatan Anggota Rumah Tangga Lain dengan Tingkat Kesejahteraan... 79

31.Hubungan Total Pendapatan Rumah Tangga dengan Tingkat Kesejahteraan... 80

32.Hubungan Kepemilikan Kendaraan dengan Tingkat Kesejahteraan... 82

33.Hubungan Kepemilikan Alat Elektronik dengan Tingkat Kesejahteraan... 83

34.Hubungan Kepemilikan Perhiasan dengan Tingkat Kesejahteraan... 84

35.Hubungan Kepemilikan Sapi dengan Tingkat Kesejahteraan... 85

36.Hubungan Kepemilikan Kambing dengan Tingkat Kesejahteraan... 85

37.Hubungan Kepemilikan Ayam dengan Tingkat Kesejahteraan... 86

(14)

xiv

1. Bagan Kerangka Berfikir... 32 2. Peta Administratif Desa Kedungkamal... 45 3. Batok Kelapa... 4. Pekerja Sedang Memeras Kelapa untuk Diambil Santannya Saat

(15)

xv 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

3. Pedoman Wawancara 4. Buku Koding

5. Data Koding

6. Data Pendapatan Responden

(16)

1

pertanian merupakan sumber utamanya, bahkan dalam salah satu lagunya band koesplus disebutkan tongkat kayu bisa jadi tanaman. Tuntutan globalisasi menyebabkan Indonesia tidak bisa hanya bergantung terhadap sektor pertanian, oleh karena itu dikembangkanlah sektor industri. UUD nomor 3 tahun 2014 tentang perindustrian menyebutkan bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan industri yang maju perlu untuk mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien, serta mendorong perkembangan industri ke seluruh wilayah Indonesia.

(17)

dalam mewujudkan cita-cita bangsa tersebut masyarakat harus berperan aktif dalam memberikan kritik serta saran kepada pemerintah.

Salah satu upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia adalah dengan memaksimalkan potensi yang ada di setiap wilayah. Potensi pada setiap daerah ini yang diharapkan mampu berkembang dengan pesat. Potensi fisik yang dimiliki setiap daerah berbeda-beda, antara lain potensi dalam bidang industri, pariwisata, sumberdaya alam, kebudayaan, keterampilan dan berbagai potensi yang lain.

(18)

mengalami penurunan dari tahun 2008 mampu mencapai 16,05% (bappeda.purworejo.go.id).

Potensi Kabupaten Purworejo yang terbesar yaitu industri pertanian, seperti kelapa dan padi. Struktur perekonomian daerah menunjukkan bahwa potensi daya dukung sektor pertanian mencapai 32,81% di tahun 2009. Potensi perkebunan kelapa di Kabupaten Purworejo dapat dilihat berdasarkan luas lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman kelapa seperti yang terlihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Luas Perkebunan Kelapa di Kabupaten Purworejo No. Nama Kecamatan Luas (ha) (%)

1. Bagelen 1.206,86 5,3

2. Banyu Urip 1.116,14 4,9

3. Bayan 1.250,24 5,5

4. Bener 740,69 3,2

5. Bruno 2.720,65 11,9

6. Butuh 1.125,32 4,9

7. Gebang 1.792,88 7,8

8. Grabag 3.354,83 14,6

9. Kali Gesing 472,88 2,1

10. Kemiri 1.198,80 5,2

11. Kutoarjo 784,48 3,4

12. Loano 920,50 4,0

13. Ngombol 1.688,59 7,4

14. Pituruh 2.573,29 11,2

15. Purwodadi 1.561,25 6,8

16. Purworejo 402,10 1,8

Jumlah 22.909,50 100,0

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Purworejo, Tahun 2014

(19)

Pemanfaatan kelapa sebagai bahan baku industri di Kabupaten Purworejo ada berbagai macam, antara lain digunakan sebagai minyak kelapa, kerajinan dari serabut dan tempurung kelapa, bioenergi dari arang tempurung kelapa, dan minyak Virgin Oil Coconut (VCO). Industri minyak kelapa merupakan yang terbesar diantara yang lain. Data BPS Kabupaten Purworejo Tahun 2014 menunjukkan bahwa Kabupaten Purworejo memiliki 26 industri minyak kelapa yang tersebar di beberapa kecamatan, 12 diantaranya berada di Kecamatan Grabag, tepatnya di Desa Kedungkamal. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa dari 12 industri yang ada, hanya 6 yang beroperasi sepanjang tahun, sedangkan 6 lainnya beroperasi ketika musim panen kelapa saja, karena pada musim panen harga kelapa murah dan mudah didapat. Fokus penelitian hanya pada industri yang beroperasi sepanjang tahun.

Desa Kedungkamal memiliki 3 dusun, 6 industri minyak kelapa yang ada dibagi rata di dusun 2 dan 3. Industri tersebut menyerap sebanyak 40 kepala rumah tangga pekerja, yang terdiri dari 21 kepala rumah tangga di dusun Kedungkamal Tengah dan 29 kepala rumah tangga di dusun Kedungkamal Kidul. Pekerjaan pada industri kelapa tersebut dibagi menjadi beberapa, yaitu sebagai pencungkil kelapa, pemarut,

pemeras, dan yang memasak.

(20)

sendiri oleh pengrajin minyak kelapa seperti pemeras kelapa, wadah untuk memasak, dan wadah penampung hasil perasan kelapa. Penggunaan teknologi yang masih sederhana tersebut berpengaruh terhadap efektivitas proses produksi minyak kelapa.

Permasalahan ketenagakerjaan pada industri minyak kelapa di Desa Kedungkamal sama seperti industri-industri lain di Indonesia. Penawaran tenaga kerja yang tinggi namun tidak dibarengi dengan adanya kesempatan kerja, menyebabkan tingginya persaingan kerja yang berdampak pada pengupahan yang rendah, sebagai contoh upah pencukil kelapa hanya dihargai Rp. 50,- per kelapa. Permasalahan pengupahan dapat berdampak pada terjaminnya kesejahteraan pekerja industri apabila tidak diimbangi dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam produksi.

Industri minyak kelapa di Desa Kedungkamal apabila dilihat dari penyerapan tenaga kerjanya tergolong sebagai industri padat karya. Sifat industri padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja menyebabkan banyak rumah tangga yang menggantungkan hidup pada industri tersebut. Rumah tangga pekerja tentunya berharap industri minyak kelapa ini memiliki kontribusi yang besar terhadap total pendapatan rumah tangga.

(21)

tolok ukur untuk melihat kesejahteraan rumah tangga. Menurut Abdulsyani (1994) kondisi sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal dan jabatan dalam organisasi.

Permasalahan-permasalahan terkait industri minyak kelapa yang berhubungan dengan kesejahteraan rumah tangga pekerjanya menjadi hal yang melatar belakangi penulis untuk mengangkat permasalahan tersebut, sehingga muncul gagasan yang dituangkan dalam judul “TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEKERJA INDUSTRI MINYAK KELAPA DI DESA KEDUNGKAMAL KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Teknologi yang dimiliki industri minyak kelapa masih sangat sederhana.

2. Kondisi sosial ekonomi pekerja industri minyak kelapa relatif rendah.

3. Kontribusi pendapatan pekerja dari industri minyak kelapa terhadap total pendapatan rumah tangga masih rendah.

(22)

5. Belum diketahui hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga pekerja industri minyak kelapa di Desa Kedungkamal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti membatasi pada masalah:

1. Kondisi sosial ekonomi pekerja industri minyak kelapa relatif rendah.

2. Kontribusi pendapatan pekerja dari industri minyak kelapa terhadap total pendapatan rumah tangga masih rendah.

3. Tingkat kesejahteraan rumah tangga pekerja industri minyak kelapa masih kurang sejahtera.

4. Belum diketahui hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga pekerja industri minyak kelapa. D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang disajikan berdasarkan pembatasan masalah di atas adalah:

1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi pekerja industri minyak kelapa? 2. Berapa kontribusi pendapatan pekerja industri minyak kelapa

terhadap total pendapatan rumah tangga?

(23)

4. Bagaimana hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga pekerja industri minyak kelapa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui:

1. Kondisi sosial ekonomi pekerja industri minyak kelapa.

2. Kontribusi pendapatan pekerja industri minyak kelapa terhadap total pendapatan rumah tangga.

3. Tingkat kesejahteraan rumah tangga pekerja industri minyak kelapa.

4. Hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga pekerja industri minyak kelapa.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan, terutama dalam pengembangan ilmu Geografi Sosial, Geografi Ekonomi dan Geografi Industri.

b. Bahan informasi dan acuan bagi peneliti yang dalam penelitian sejenis di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis a) Bagi Pendidikan

(24)

XI Semester II Kompetensi Dasar 3.3 pada Sub Bab Antroposfer.

b) Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan mengenai perlunya perhatian terhadap industri kecil-menengah. c) Bagi Masyarakat

(25)

10 1. Kajian Geografi

Menurut Bintarto (1977: 7) Geografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut tentang kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan. Menurut Seminar Lokakarya (Semlok) Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer meliputi fenomena Atmosfer, Litosfer, Hidrosfer, Biosfer, dan Antroposfer dengan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah.

(26)

Geografi memiliki cara pandang sendiri dalam mengkaji fenomena. Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, (1991: 12) mengemukakan terdapat tiga pendekatan yang digunakan studi geografi yaitu pendekatan keruangan, pendekatan ekologi dan pendekatan kompleks wilayah. Penelitian mengenai “Tingkat

Kesejahteraan Pekerja Industri Minyak Kelapa di Desa Kedungkamal Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo” dapat menggunakan pendekatan aktivitas manusia. Pendekatan aktivitas manusia tersebut ditinjau dari interelasinya yaitu antara kondisi fisik dengan jenis matapencaharian penduduk.

Pengungkapan aktivitas penduduk ini ditinjau dari penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya dengan gejala dari penyebarannya, kita dapat membedakan jenis aktivitas tadi sehubungan dengan matapencaharian yang dilakukan penduduk (Nursid Sumaatmadja, 1981: 79).

Secara sederhana ruang lingkup geografi studi geografi meliputi:

a. Keanekaragaman sumber daya alam

b. Gejala-gejala alam, seperti: tanah, air, udara, matahari, tumbuh-tumbuhan, hewan yang semuanya berkaitan dengan kehidupan manusia.

(27)

Ruang lingkup penelitian ini mengenai kehidupan manusia dalam berbagai kegiatan terutama dalam kegiatan ekonomi dengan pendekatan keruangan. Pendekatan keruangan dalam penelitian ini menggunakan tema intrelasi keruangan, yaitu mencari hubungan antar satu fenomena dengan fenomena yang lain. Hubungan yang dicari yaitu dilihat dari kondisi sosial ekonomi yang dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan pekerja industri minyak kelapa di Desa Kedungkamal.

2. Kajian Geografi Industri

Berdasarkan definisi geografi yang menjelaskan tentang fenomena geosfer meliputi barisfer, lithosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Hal tersebutlah yang kemudian memunculkan pemikiran tentang aktivitas manusia di bidang jasa. Persebaran industri di Indonesia sebagian besar lokasi industri mempertimbangkan atau berorientasi bahan baku, bahan dasar, sarana angkutan baik pelabuhan (port) maupun jaringan jalan, dan orientasi pasar maupun ketersiapan tenaga kerja (Eva Banowati, 2012: 172).

(28)

Dengan demikian, industri adalah bagian dari proses produksi, yang bahan-bahannya diambil secara langsung (tidak digunakan langsung oleh manusia) maupun tidak langsung dan kemudian barang diolah hingga akhirnya menjadi barang yang bernilai bagi manusia (Eva Banowati, 2012: 173). Penelitian ini mengkaji pekerja industri minyak kelapa, sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung kondisi industri akan berdampak pada kondisi pekerjaanya.

Industri pengolahan dikelompokkan dalam 4 (empat) golongan berdasarkan banyaknya tenaga kerja sebagai berikut:

a) Industri besar adalah perusahaan yang mempunyai jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih.

b) Industri sedang adalah perusahaan yang mempunyai jumlah tenaga kerja 20-99 orang.

c) Industri kecil adalah perusahaan yang mempunyai jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

d) Industri rumah tangga adalah perusahaan yang mempunyai jumlah tenaga kerja 1-4 orang.

Sumber: BPS (Purworejo dalam Angka 2014), 2014: 332).

(29)

3. Kajian Industri Minyak Kelapa

Industri minyak kelapa di Desa Kedungkamal Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo merupakan industri yang berkaitan erat dengan penelitian ini. “Industri minyak kelapa yang sudah berjalan

sejak puluhan tahun ini merupakan industri yang menyokong

kehidupan ratusan warga Desa Kedungkamal” (Heru Sutiyono dalam Kedaulatan Rakyat Kamis 30 Mei 2013). Adapun kegiatan yang dilakukan di industri ini yaitu mulai dari pencungkilan kelapa untuk dipisahkan antara tempurung, daging dan air kelapanya, sampai dengan pemasaran produk.

Tahap awal pada produksi minyak kelapa yaitu mendapatkan bahan baku yaitu kelapa. Syarat kelapa yang dijadikan untuk bahan baku minyak kelapa yaitu kelapanya sudah berumur tua. Mendapatkan kelapa di Kabupaten Purworejo cukup mudah, karena purworejo merupakan salah satu daerah penghasil kelapa terbesar di Jawa Tengah. Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat berbuah sepanjang tahun, tidak ada musim-musiman, akan tetapi produktivitasnya yang berfluktusi, kadang banyak kadang sedikit.

(30)

tempat tujuan untuk mencari bahan baku antara lain cilacap, kebumen, lampung, jawa barat.

Sekali produksi minyak kelapa bahan baku yang dibutuhkan berkisar antara 1.800 – 3.000 biji kelapa. Banyaknya bahan baku yang diperlukan bergantung kapada mesin giling yang dimiliki oleh pengrajin. Pengrajin minyak kelapa yang ada di Desa Kedungkamal rata-rata hanya memiliki satu mesin giling, hanya ada dua pengrajin yang memiliki mesin giling dua buah. Semakin banyak mesin gilingnya maka dalam sekali produksi memerlukan bahan baku yang lebih banyak.

Pekerja industri minyak kelapa yang menjadi responden dalam penelitian ini memegang peran yang terpenting. Industri yang masih sangat sederhana ini sangat bergantung kepada tenaga manusia, karena alat-alat produksinya yang masih terbatas. Semakin banyak bahan baku yang digunakan berarti semakin banyak pula tenaga manusia yang dibutuhkan.

(31)

Kedungkamal, akan tetapi tidak dijadikan sebagai responden karena bukan sebagai Kepala Keluarga.

Pekerja industri minyak kelapa dibagi menjadi beberapa bidang. Pencukil adalah pekerja yang tugasnya memisahkan daging kelapa dari tempurungnya. Penggiling merupakan pekerja yang bertugas memarut daging kelapa yang sudah dicungkil menjadi halus. Pekerja lain ada yang bertugas untuk memeras daging kelapa hasil gilingan menjadi santan. Terakhir adalah pekerja yang bertugas untuk memasak santan hasil perasan daging kelapa hingga minyak dan ampas (blondo) terpisah.

Bahan baku berupa kelapa yang sudah tersedia awalnya

dicungkil untuk memisahkan antara daging kelapa dengan tempurung

(batok) kelapanya. Pencungkilan biasanya dilakukan mulai pukul tujuh pagi sampai selesai. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mencungkil tergantung oleh beberapa faktor.

(32)

adalah pihak Perhutani, sedangkan jika hanya untuk dijadikan arang maka para pekerja yang mencungkil bisa asal-asalan dalam mencungkilnya (gambar 3). Faktor yang ketiga berada ditangan para pekerja, karena pekerja disana merupakan pekerja lepas sehingga para pekerjanya bebas untuk masuk kerja atau tidak.

Kelapa yang sudah dicungkil kemudian digiling (diparut) sampai menjadi halus dengan menggunakan mesin penggiling (gambar 9). Pekerja yang bertugas untuk menggiling biasanya hanya butuh satu atau dua pekerja saja. Penggilingan adalah satu-satunya proses produksi yang menggunakan mesin. Setelah daging kelapa digiling, selanjutnya diberi air lalu diperas untuk diambil santannya.

Proses pemerasan dilakukan dalam suatu wadah yang terbuat dari anyaman bambu yang besar, kemudian pekerja yang bertugas untuk memeras masuk bersama hasil parutan kelapa kedalam wadah tersebut (gambar 4). Parutan kelapa diperas hingga menghasilkan santan. Proses pemerasan tersebut dilakukan terus menerus hingga parutan kelapa sudah tidak bisa menghasilkan santan lagi. Santan hasil perasan dialirkan kedalam wadah permanen yang sudah tersedia (gambar 5 dan 6). Sisa parutan kelapa yang sudah diperas biasanya digunakan sebagai pakan ternak.

(33)

tersebut dibuat sendiri oleh pengrajin, bahannya dari drum bekas yang dipotong tengahnya dan dibagi menjadi dua. Api dihasilkan dari kayu bakar, apinya harus cukup besar dan stabil.

Santan yang sedang dimasak harus terus diaduk-aduk hingga keluar minyaknya. Minyak dan endapan ampas (blondo) kemudian akan terpisah dengan sendiri. Minyak yang sudah terpidah diambil dengan menggunakan gayung lalu dituangkan kedalam jerigen-jerigen yang tersedia dengan menggunakan bantuan corong (gambar 8). Ampas yang tersisa selanjutnya diperas lagi dengan menggunakan karung goni untuk mendapatkan minyak yang masih tersisa. Ampas yang tersisa biasanya dijual kepasar dengan harga yang cukup mahal. Ampas atau orang jawa biasa menyebutnya dengan blondo tersebut biasa dikonsumsi oleh masyarakat disana (gambar 10).

Minyak kelapa yang sudah dikemas kedalam derigen-derigen biasa dipasarkan langsung ke pabrik-pabrik minyak. Daerah yang menjadi tujuan pemasaran yaitu semarang dan Jawa Barat. Para pengrajin melihat pabrik mana yang memiliki harga beli tertinggi, maka disanalah mereka menjual minyak mereka. Penjualan biasa dilakukan satu bulan dua sampai tiga kali, bergantung pada banyak sedikitnya produktivitasnya.

4. Kajian Kondisi Sosial Ekonomi

(34)

kebutuhan hidupnya. Kondisi sosial ekonomi penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan sosial ekonomi rumah tangga pekerja industri minyak kelapa di Desa Kedungkamal.

a. Kondisi Sosial Pekerja

Istilah sosial berarti sesuatu yang menunjukkan pada objeknya yaitu masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007: 13). Proses-proses sosial menunjukkan segi dinamis suatu masyarakat yang disebabkan oleh hubungan yang dibuat anggota masyarakat, baik hubungan secara perorangan maupun kelompok. Menurut Soerjono soekanto (2007: 55), proses sosial merupakan cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan tersebut. Proses ini merupakan pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan dalam masyarakat. Kondisi sosial dikaji melalui tiga variable yaitu jumlah tanggungan rumah tangga, tingkat pendidikan dan interaksi social.

1) Jumlah Tanggungan Rumah Tangga

(35)

maka akan berat tanggungan yang dibebankan pada keluarga yang bekerja (Daldjoeni, 1992: 45). Jumlah tanggungan rumah tangga akan mempengaruhi kondisi ekonomi rumah tangga karena jumlah tanggungan keluarga merupakan beban ekonomi dimana sebagian besar pendapatannya harus dialokasikan bagi keluarga yang ditanggung.

2) Tingkat Pendidikan

Menurut Undang-Undang Dasar RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 2), menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(36)

seperti yang tercantum dalam UUD RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan sekolah yang telah diikuti responden yang terdiri dari tamat SD, tamat SMP dan tamat SMA.

Menurut Pudjiwati Sajogyo (1984: 164), tingkat pendidikan dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu:

a) Tingkat pendidikan kurang, jika penduduk yang telah tamat SD keatas berjumlah kurang dari 30 %.

b) Tingkat pendidikan sedang, jika penduduk yang telah tamat SD keatas berjumlah 30 – 60 %.

c) Tingkat pendidikan tinggi, jika penduduk yang tamat SD keatas berjumlah 60 %.

3) Interaksi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto (2007: 55) bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena aktivitas sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, maupun antara individu dengan kelompok.

(37)

individu, individu dengan kelompok dan antar kelompok. Pentingnya interaksi sosial dapat digolongkan dalam empat hal yaitu: dapat mempengaruhi perubahan, cita, kerjasama dan membentuk pola-pola sosial bagi anggotanya. Interaksi sosial tidak akan terjadi jika hanya dengan kontak tanpa diikuti dengan komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita telah banyak melakukan kontak dengan orang lain tanpa diikuti dengan komunikasi (Damsar, 2009: 3).

Interaksi sosial dalam penelitian ini yaitu Interaksi responden didalam keluarga dan interaksi responden didalam masyarakat. Interaksi dalam keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini frekuensi bertemu dan berkumpul dengan anggota keluarga. Interaksi dalam masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keaktifan dan keikutsertaan dalam kegiatan dan organisasi masyarakat.

b. Kondisi Ekonomi

(38)

1) Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh anggota masyarakat pada jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan (Soediyono, 1992: 99). Menurut Soediyono (1992:21-22) dalam menghitung besarnya pendapatan ada tiga cara pendekatan penghitungan, yaitu:

a) Pendekatan hasil produksi, yaitu menghitung besarnya pendapatan dengan mengumpulkan data yang menghasilkan barang dan jasa.

b) Pendekatan pendapatan, yaitu cara menghitung pendapatan dengan cara mengumpulkan data tentang pendapatan yang diperoleh dari suatu rumah tangga.

c) Pendekatan pengeluaran, yaitu menghitung besarnya pendapatan dengan menjumlahkan pengeluaran yang dilakukan sektor-sektor ekonomi.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu pendekatan pendapatan. Pendapatan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga, yaitu:

(39)

kelapa selama satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.

b) Pendapatan dari non industri minyak kelapa yaitu jumlah uang yang diterima rumah tangga dari kegiatan non industri minyak kelapa selama satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.

c) Pendapatan anggota rumah tangga yaitu pendapatan setiap anggota rumah tangga pekerja industri minyak kelapa. d) Total pendapatan rumah tangga yaitu jumlah uang yang

diterima rumah tangga baik dari kegiatan industri, non industri minyak kelapa dan dari anggota rumah tangga yang lain selama satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.

2) Kepemilikan barang berharga

Kepemilikan barang berharga dapat diartikan kepemilikan beberapa barang yang memiliki nilai jual kembali dan dianggap berharga bagi pekerja. Kepemilikan barang berharga meliputi alat transportasi, alat komunikasi, alat elektronik, dan pemenuhan kebutuhan lainnya (Damsar, 2009: 46).

5. Kesejahteraan

(40)

yaitu keluarga dan individu anggota keluarga disetiap wilayah. Pendataan Keluarga mencakup empat aspek, yaitu sebagai berikut:

a. Aspek Demografi

b. Aspek Keluarga Berencana

c. Aspek Tahapan Keluarga Sejahtera d. Aspek Individu Anggota Keluarga

Kesejahteraan berasal dari kata ”sejahtera”. Sejahtera ini

mengandung pengertian dari bahasa sansekerta ”Catera” yang berarti

payung. Kesejahteraan yang terkandung dalam arti ”catera” (payung)

adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tenteram, baik lahir maupun batin. Kesejahteraan sosial merupakan suatu kondisi dimana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara baik (Adi Fahrudin, 2012: 8-9). Kesejahteraan pekerja industri minyak kelapa menjadi salah satu variabel dalam penelitian ini.

(41)

dengan mengisi jawaban “ya”, “tidak” atau “N/A” pada setiap indikator dengan cara berurutan. Pembagian sebagai berikut:

a. Keluarga Prasejahtera

Keluarga Prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator tahapan keluarga sejahtera 1. b. Keluarga Sejahtera 1

Keluarga Sejahtera 1 adalah keluarga yang dapat memenuhi indikator-indikator sebagai berikut:

1) Keluarga membeli satu stel pakaian baru untuk seluruh anggota keluarga minimal setahun sekali.

2) Seluruh anggota keluarga minimal makan dua kali sehari. 3) Seluruh keluarga apabila sakit berobat ke fasilitas kesehatan. 4) Seluruh anggota keluarga berumur 7-15 tahun masih sekolah. 5) Seluruh anggota keluarga tinggal di rumah dengan atap lantai

dan dinding dalam keadaan layak.

Keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator-indikator diatas dan belum dapat memenuhi salah satu indikator Keluarga Sejahtera tergolong kedalam Keluarga Sejahtera 1.

c. Keluarga Sejahtera

(42)

6) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/bersekolah dan bepergian.

7) Seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/telur minimal seminggu sekali.

8) Keluarga tinggal di rumah dengan luas tanah ≥ 8 m2 untuk setiap anggota keluarga.

(43)
[image:43.595.148.519.141.752.2]

B. Penelitian Relevan

Tabel 2. Penelitian yang Relevan

a. Peneliti Ragil Utami (Skripsi/UNY/2014)

Judul Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Tenaga Kerja Perempuan Plasma Industri Bulu Mata Palsu di Desa Tegalpingen Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

Tujuan 1. Kontribusi pendapatan kaum perempuan yang menjadi tumpuan utama rumah tangga tenaga kerja plasma industri bulu mata palsu.

2. Tingkat kesejahteraan rumah tangga tenaga kerja perempuan plasma industri bulu mata palsu yang belum sesuai harapan.

3. Hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga tenaga kerja perempuan plasma industri bulu mata palsu yang masih rendah.

Metode Deskriptif – Kuantitatif

Hasil 1. Kontribusi pendapatan dari hasil pembuatan bulu mata palsu terhadap total pendapatan rumah tangga rata-rata sebesar 33,09%.

2. Tingkat kesejahteraan Rumah Tangga (RT) meliputi: RT Prasejahtera 52,29%, RT Sejahtera Tahap I 21,57%, RT Sejahtera Tahap II 11,11%, RT Sejahtera III 15,03%.

3. Hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga tenaga kerja perempuan plasma industri bulu mata palsu di Desa Tegalpingen secara rinci yaitu: a. Tingkat pendidikan dengan tingkat kesejahteraan cenderung memiliki hubungan baik dan searah, b. Kondisi kesehatan mata tenaga kerja dengan tingkat kesejahteraan cenderung memiliki hubungan baik dan searah, c. Jumlah tanggungan rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan cenderung memiliki hubungan yang tidak jelas atau netral, d. Jumlah pendapatan dari hasil pembuatan bulu mata palsu dengan tingkat kesejahteraan cenderung memiliki hubungan baik dan searah, e. Total pendapatan rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan cenderung memiliki hubungan baik dan searah.

Persamaan/ Perbedaan

Persamaan

 Pendekatan yang digunakan sama yaitu pendekatan keruangan

 Metode penelitian yang digunakan sama Perbedaan

 Lokasi dan waktu penelitian berbeda  Teknik analisis berbeda

(44)

b. Peneliti Baizil Syahyudi (Skripsi/UNY/2015)

Judul Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Desa Sering Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau

Tujuan 1. Faktor fisik dan non fisik yang berpengaruh terhadap jumlah pendapatan.

2. Kondisi sosial ekonomi rumah tangga nelayan. 3. Kontribusi pendapatan nelayan terhadap

pendapatan rumah tangga.

4. Tingkat kemiskinan pada rumah tangga nelayan. Metode Deskriptif-Kuantitatif

Hasil 1. Faktor fisik yang mempengaruhi aktivitas nelayan apabila kondisi gelombang besar, angin kencang dan musim ikan penceklik maka nelayan tidak akan menangkap ikan di sungai.

2. Faktor non fisik diantaranya yaitu teknologi yang digunakan nelayan dalam menangkap ikan masih sederhana, modal yang digunakan sebagian besar berasal dari modal sendiri.

3. a. Kondisi sosial Desa Sering kebanyakan hanya mengenyam pendidikan formal sampa tngkat Sekolah Dasar (SD) dengan persentase 44%. b. Para nelayan Desa Sering kebanyakan memiliki pekerjaan sampingan, yaitu seperti petani, pedagang dan buruh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

c. Hubungan kemasyarakatan para nelayan berlangsung baik, para nelayan juga mendapat hak yang sama dengan penduduk lainnya.

4. Kondisi ekonomi nelayan Desa Sering masih tergolong rendah hal ini dapat dilihat dari pendapatan nelayan, total pendapatan rumah tangga nelayan terendah sebesar Rp. 450.000,- dan yang tertinggi Rp. 1.350.000,-, sebanyak 67% rumah tangga nelayan mempunyai pendapatan kategori sangat rendah antara Rp. 450.000,- - Rp. 750.000,-

5. Tingkat kemiskinan berdasarkan klasifikasi Sajogyo, sebanyak 61% termasuk dalam kriteria miskin sekali.

Persamaan/ Perbedaan

Persamaan

 Mengkaji kondisi sosial ekonomi Perbedaan.

 Tidak mengkaji tingkat kesejahteraan.

(45)

c. Peneliti Nahida Rifa’atus Sa’adah (Skripsi/UNY/2015) Judul Kesejahteraan Rumah Tangga Wanita Pekerja

Industri Jamu Desa Bangsa Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas

Tujuan 1. Besar sumbangan pendapatan industri jamu terhadap total pendapatan rumah tangga wanita pekerja industri jamu.

2. Kegiatan sosial ekonomi wanita pekerja industri jamu.

3. Pengalokasian curahan waktu kerja wanita pekerja industri jamu dalam kegiatan sosial ekonomi baik domestik maupun publik.

4. Tingkat kesejahteraan rumah tangga wanita pekerja industri jamu PT. Lestari Jaya.

Metode Deskriptif – Kuantitatif

Hasil 1. Besar sumbangan pendapatan wanita pekerja industri jamu terhadap total pendapatan rumah tangga adalah 33,87% dengan rata-rata pendapatan Rp. 688.750,-.

2. Wanita pekerja industri jamu melakukan kegiatan ekonomi lebih dominan dibandingkan dengan kegiatan sosial.

3. Curahan waktu kerja wanita pekerja industri jamu lebih banyak dialoksikan untuk kegiatan ekonomi dibandingkan kegiatan sosial.

4. Tingkat kesejahteraan rumah tangga wanita pekerja industri yaitu 68% berada pada tingkat kesejahteraan rumah tangga tahap III dan 32% berada pada tingkat kesejahteraan rumah tangga tahap III Plus.

Persamaan/ Perbedaan

Persamaan

 Pendekatan yang digunakan sama yaitu pendekatan keruangan

 Metode penelitian yang digunakan sama Perbedaan

 Lokasi dan waktu penelitian berbeda  Teknik analisi berbeda

(46)

C. KERANGKA BERFIKIR

Desa Kedungkamal yang terletak di Kecamatan Grabag merupakan tempat berdirinya industri minyak kelapa. Pekerja yang ada di industri minyak kelapa tersebut rata-rata berasal dari desa setempat. Proses produksi minyak kelapa di Desa Kedungkamal masih menggunakan alat-alat yang sederhana. Akibatnya, hasil produksinya kurang. Kendala bahan baku juga mempengaruhi proses produksi minyak kelapa.

Industri minyak kelapa di Desa Kedungkamal merupakan sumber pendapatan utama bagi para pekerjanya. Pekerja yang menggantungkan hidup pada industri tersebut akan mendapatkan dampak terhadap fluktuasi produksi dan pasar minyak kelapa. Hal tersebut dikarenakan pekerja merupakan buruh lepas yang tidak terikat kontrak oleh industri. Kondisi itupun mempengaruhi perekonomian rumah tangga pekerja yang selanjutnya berhubungan dengan kesejahteraan rumah tangganya. Kesejahteraan rumah tangga pekerja juga dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat desa yang bekerja pada industri minyak kelapa.

(47)
[image:47.595.73.560.100.682.2]

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Industri Minyak Kelapa

Aktivitas Produksi Minyak Kelapa

Tenaga Kerja Industri Minyak Kelapa

Kondisi Ekonomi Rumah Tangga:

1. Pendapatan dari industri minyak kelapa 2. Pendapatan dari non industri minyak kelapa 3. Pendapatan anggota rumah tangga yang

lain

4. Total pendapatan rumah tangga 5. Kepemilikan Barang Berharga

Kondisi Sosial Pekerja: 1. Jumlah Tanggungan Rumah

Tangga

2. Tingkat Pendidikan 3. Interaksi dalam Keluarga 4. Interaksi dalam Masyarakat

Indikator Tahapan Keluarga Sejahtera yang Mengacu

pada BKKBN Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga:

Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pekerja 1. Keluarga Prasejahtera, 2. Keluarga sejahtera 1, 3. Keluarga Sejahtera Hubungan Sosial

Ekonomi dengan Tingkat Kesejahteraan

Desa Kedungkamal

(48)

33

Desain penelitian adalah penjelasan mengenai berbagai komponen yang digunakan peneliti serta kegaiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian (Nanang Martono, 2010: 117). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis (Moh. Pabundu Tika, 2005: 4). Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berbentuk angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Suharsimi Arikunto, 2006: 12). Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah dengan menggunakan angka-angka disertai analisis dalam penyajiannya. Penelitian deskriptif kuantitatif ini untuk menggambarkan kondisi sosial ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga pekerja industri minyak kelapa di Desa Kedungkamal.

(49)

diperhatikan adalah pertama, penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan digunakan untuk pelbagai kegunaan yang dirancangkan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi atau tempat penelitian ini dilaksanakan di Desa Kedungkamal, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015.

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:38). Defenisi operasional adalah suatu defenisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur suatu konstrak atau variabel tersebut (Moh. Nazir, 2013:110).

1. Kondisi sosial ekonomi pekerja industri minyak kelapa a. Kondisi sosial pekerja industri minyak kelapa

1) Jumlah Tanggungan Rumah Tangga

(50)

2) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden dilihat berdasarkan tingkatan sekolah yang telah ditempuh (tamat).

3) Interaksi Sosial

Interaksi sosial dibagi menjadi dua, yaitu interaksi didalam keluarga dan interaksi didalam masyarakat. Interaksi dalam keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini frekuensi bertemu dan berkumpul dengan anggota keluarga. Interaksi dalam masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keaktifan dan keikutsertaan dalam kegiatan dan organisasi masyarakat.

b. Kondisi ekonomi pekerja industri minyak kelapa 1) Pendapatan

a) Pendapatan dari industri minyak kelapa yaitu jumlah uang yang diterima rumah tangga dari kegiatan industri minyak kelapa selama satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.

b) Pendapatan dari non industri minyak kelapa yaitu jumlah uang yang diterima rumah tangga dari kegiatan non industri minyak kelapa selama satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.

(51)

d) Total pendapatan rumah tangga yaitu jumlah uang yang diterima rumah tangga baik dari kegiatan industri, non industri minyak kelapa dan dari anggota rumah tangga yang lain selama satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.

2) Kepemilikan barang berharga

Kepemilikan barang berharga yaitu responden memiliki atau tidak barang-barang berharga seperti kndaraan, alat elektronik, perhiasan, binatang ternak dan lahan.

2. Kontribusi pendapatan pekerja industri minyak kelapa

Kontribusi pendapatan industri minyak kelapa terhadap total pendapatan rumah tangga yaitu besarnya pengaruh pendapatan industri terhadap pendapatan total rumah tangga dalam persen. Kontribusi pendapatan pekerja industri minyak kelapa terhadap total pendapatan rumah tangga pekerja dapat diketahui dengan perhitungan rata-rata pendapatan pekerja dibagi dengan rata-rata total pendapatan rumah tangga pekerja dikalikan 100%, lebih jelasnya sebagai berikut:

3. Tingkat kesejahteraan rumah tangga

a. Keluarga Prasejahtera

(52)

b. Keluarga Sejahtera 1

Keluarga Sejahtera 1 adalah keluarga yang dapat memenuhi indikator-indikator sebagai berikut:

1) Keluarga membeli satu stel pakaian baru untuk seluruh anggota keluarga minimal setahun sekali.

2) Seluruh anggota keluarga minimal makan dua kali sehari. 3) Seluruh keluarga apabila sakit berobat ke fasilitas kesehatan. 4) Seluruh anggota keluarga berumur 7-15 tahun masih sekolah. 5) Seluruh anggota keluarga tinggal di rumah dengan atap lantai

dan dinding dalam keadaan layak.

Keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator-indikator diatas dan belum dapat memenuhi salah satu indikator Keluarga Sejahtera tergolong kedalam Keluarga Sejahtera 1.

c. Keluarga Sejahtera

Keluarga Sejahtera adalah kelurga yang sudah dapat memenuhi indikator tahapan keluarga sejahtera 1 (indikator a s/d d) dan indikator berikut:

6) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/bersekolah dan bepergian.

7) Seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/telur minimal seminggu sekali.

(53)

9) Seluruh anggota keluarga yang berumur 16-18 tahun masih sekolah.

D. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 80). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua kepala rumah tangga pekerja industri minyak kelapa di Desa Kedungkamal yang berjumlah 40 orang. Jumlah sampel yang berada dibawah angka 100 menjadi pertimbangan untuk menjadikan penelitian ini sebagai penelitian populasi. Suharsimi Arikunto (2006: 112) apabila subjek penelitian memiliki jumlah kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi.

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena metode ini merupakan strategi atau cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitiannya (Eko Putro Widiyoko, 2013: 33).

1. Observasi

(54)

diamati atau dicatat secara benar dan lengkap. Metode ini digunakan untuk meneliti dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang pemasalahan yang diteliti (Eko Putro Widiyoko, 2013: 46). Observasi dilakukan ditempat penelitian dengan mengamati fenomena atau kejadian yang ada di lapangan yaitu waktu produksi minyak kelapa, pembagian-pembagian kerja dan kondisi fisik wilayah.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara (interviewer) dengan responden atau orang yang diintervieuw (interviewer) dengan tujuan untuk memperoleh memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang langsung dari sembernya tentang berbagai gejala sosial, baik yang terpendam

(latent) maupun tampak. Wawacara merupakan alat yang sangat baik

untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi, serta proyeksi seseorang terhadap masa depannya (Eko Putro Widiyoko, 2013: 40).

(55)

wawancara berupa pertanyaan yang berkaitan dengan data yang ingin diperoleh.

3. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menganalisis isi dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam arti sempit dokumen berarti barang-barang atau benda-benda tertulis, sedangkan dalam arti yang lebih luas, dokumen bukan hanya berwujud tulisan saja, tetapi juga berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol lainnya (Eko Putro Widiyoko, 2013: 50).

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dan informasi terkait dengan hal yang akan diteliti. Informasi yang diperoleh dengan metode ini antara lain, data jumlah industri minyak kelapa di Kabupaten Purworejo, monografi desa Kedungkamal dan peta dari BAPPEDA. Instrumen dalam teknik ini adalah buku dan alat tulis.

F. Metode Pengolahan Data

(56)

1. Editing

Editing atau pemeriksaan adalah pengecekan atau penelitian

kembali data yang telah dikumpulkan untuk mengetahui dan menilai kesesuain dan relevansi data yang dikumpulkan untuk bisa diproses lebih lanjut. Hal yang perlu diperhatikan dalam editing ini adalah kelengkapan pengisian kuesioner, keterbacaan tulisan, kesesuaian jawaban, dan relevansi jawaban.

2. Coding

Coding atau pemberian kode adalah pengklasifikasian jawaban

yang diberikan responden sesuai dengan macamnya. Dalam tahap koding biasanya dilakukan pemberian skor dan simbol pada jawaban responden agar nantinya bisa lebih mempermudah dalam pengolahan data.

3. Tabulasi

Tabulasi merupakan langkah lanjut setelah pemeriksaan dan pemberian kode. Dalam tahap ini, data disusun dalam bentuk tabel agar lebih mempermudah dalam menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

G. Teknik Analisis Data

(57)

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011: 244). Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (2006: 263) analisis data adalah proses untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan data-data yang yang sudah disajikan dalam bentuk tabel. Analisis kuantitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyajian data dalam bentuk angka, angka-angka tersebut dimasukkan kedalam tabel silang dan tabel frekuensi.

(58)

43 1. Kondisi Fisik

a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian

Desa Kedungkamal merupakan salah satu dari 32 desa dalam wilayah Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo. Desa Kedungkamal terletak di sebelah barat daya ibukota Kabupaten Purworejo dan berjarak kurang lebih 18 kilometer. Aksesibilitas daerah ini cukup mudah dicapai walaupun kondisi jalannya sedikit rusak, akan tetapi sarana prasarananya mendukung. Daerah ini merupakan satu-satunya sentra industri minyak kelapayang ada di Kabupaten Purworejo.

Letak astronomis Desa Kedungkamal yaitu pada 070 46’ 31” LS – 07047’ 35,5” LS dan 109054’ 51” BT – 109055’ 19,5” BT. Luas wilayah Desa Kedungkamal adalah 115,35 hektar. Batas-batas administrasi Desa Kedungkamal yaitu sebagai berikut:

a. Sebelah Utara; Desa Jono dan Desa Pogung Jurutengah Kecamatan Bayan

b. Sebelah Timur; Desa Secang Kecamatan Ngombol c. Sebelah Selatan; Desa Tunggulrejo Kecamatan Grabag d. Sebelah Barat; Desa Sangubanyu Kecamatan Grabag

(59)
(60)
[image:60.595.117.512.115.681.2]
(61)

b. Topografi

Desa Kedungkamal merupakan daerah dengan permukaan datar yang memiliki rata-rata ketinggian tempat yaitu kurang lebih 6 meter diatas pemukaan air laut. Kemiringan lahan daerah ini berkisar antara 0-2 %, yang artinya daerah ini relatif datar. Topografi Desa Kedungkamal yaitu merupakan dataran rendah dengan tingkat kesuburan tanah tinggi sehingga cocok untuk lahan pertanian.

c. Penggunaan Lahan

[image:61.595.172.511.445.604.2]

Desa Kedungkamal memiliki luas wilayah 115,350 ha, dengan pemanfaatan lahan yang beragam. Berikut disajikan Tabel yang menunjukkan penggunaan lahan di Desa Kedungkamal pada Tahun 2014:

Tabel 3. Penggunaan Lahan Desa Kedungkamal

No. Penggunaan Lahan Luas (ha) Presentase (%)

1. Permukiman 68,271 59,19

2. Persawahan 40,103 34,77

3. Perkebunan 0,840 0,73

4. Kuburan 0,504 0,43

5. Pekarangan 5,002 4,33

6. Taman 0,015 0,01

7. Perkantoran 0,215 0,19

8. Prasarana Umum Lainnya 0,400 0,35

Jumlah 115,350 100,00

Sumber: Daftar Isian Potensi Desa Kedungkamal Tahun 2014

(62)

umum wilayah Desa Kedungkamal merupakan desa yang areanya tidak terlalu luas. Mayoritas lahannya digunakan untuk permukiman penduduk, sedangkan untuk pertaniannya berada pada posisi dua. d. Iklim

Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap (Ance Gunarsih K., 2006: 1). Terdapat beberapa unsur yang dapat digunakan untuk menentukan kondisi iklim suatu daerah seperti suhu/temperatur, curah hujan, kelembaban, dan sebagainya, dalam penelitian ini yang akan diperhatikan adalah curah hujan dan temperatur.

1) Curah Hujan

Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Satuan curah hujan diukur dalam mm/inci.curah hujan 1 mm artinya air hujan yang jatuh setelah 1 mm tidak mengalir, tidak meresap dan tidak menguap (Ance Gunarsih, 2006: 14). Curah hujan maksimal bulanan dapat diketahui dari data curah hujan bulanan, juga dapat untuk mengetahui bulan-bulan kering suatu daerah, yang erat kaitannya dengan periode fase pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan.

(63)

rata-ratanya. Jumlah curah hujan yang jatuh di suatu daerah dapat dijadikan dasar penentuan tipe curah hujan pada daerah tersebut dengan memperhatikan jumlah rata-rata bulan basah dan bulan kering selama 10 periode.

Tipe curah hujan tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Setelah nilai Q (Quotient) diketahui kemudian dicocokkan ke dalam kelas kriteria tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson. Tabel 4 berikut ini merupakan kriteria menurut Schmidt Ferguson:

Tabel 4. Klasifikasi Iklim menurut Schmidt dan Ferguson Tipe Curah Hujan Nilai Q (%) Keterangan

A 0 < Q < 14,3 Sangat Basah B 14,3 ≤ Q < 33,3 Basah

C 33,3 ≤ Q < 60 Agak Basah D 60 ≤ Q < 100 Sedang E 100 ≤ Q < 167 Agak Kering F 167 ≤ Q < 300 Kering

G 300 ≤ Q < 700 Sangat Kering

H Q ≥ 700 Luar Biasa Kering

Sumber : Ance Gunarsih, 2006 : 21-22

(64)
[image:64.595.188.514.288.598.2]

hujan dari tahun 2005 hingga tahun 2014. Jumlah curah hujan bulanan yang digunakan berasal dari Stasiun Kedungkamal karena Stasiun Kedungkamal adalah stasiun yang berada di Desa Kedungkamal yang merupakan wilayah penelitian. Data curah hujan yang ada di Stasiun Kedungkamal dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Data Curah Hujan Desa KedungkamalTahun 2005-2014

No Bulan Tahun Jumlah Rata-rata

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 (mm)

1 Jan 385 582 63 540 453 390 365 215 596 540 4129 412,9 2 Feb 229 420 347 215 0 195 461 247 164 215 2493 249,3 3 Mar 124 346 362 187 97 303 516 363 230 187 2715 271,5 4 Apr 192 236 232 199 176 227 342 32 211 199 2046 204,6 5 Mei 0 158 101 46 116 187 194 156 319 46 1323 132,3 6 Jun 0 13 60 0 0 111 0 6 369 137 696 69,6 7 Jul 100 5 5 0 65 155 0 0 110 264 704 70,4 8 Ags 10 0 0 0 0 51 0 0 0 0 61 6,1 9 Sep 35 0 0 0 0 164 0 0 5 0 204 20,4 10 Okt 159 0 28 0 60 400 0 101 109 36 893 89,3 11 Nop 227 13 432 0 221 281 358 358 483 362 2730 273 12 Des 850 134 426 0 116 341 287 579 853 501 4087 408,7

Jumlah 2311 1907 2056 1187 1304 2805 2523 2057 3449 2487 22081 2208,1

BK 4 6 4 8 4 1 5 5 2 4 43 4,3

BL 1 0 2 0 3 0 0 0 0 0 6 6,0

BB 7 6 6 4 5 11 7 7 10 8 71 7,1

Sumber : Data Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo

Keterangan:

BK: Bulan Kering, yaitu bulan dengan curah hujan < 60 mm BL: Bulan Lembab, yaitu bulan dengan curah hujan 60 – 100 mm BB: Bulan Basah, yaitu bulan dengan curah hujan > 100 mm

(65)
[image:65.595.184.515.118.256.2]

Tabel 6. Karakteristik curah hujan Desa Kedungkamal 2005-2014

No. Rerata Jumlah

1. Rerata curah hujan tahunan (mm) 2208,1 2. Rerata curah hujan maksimal bulanan (mm) 412,9 3. Rerata curah hujan minimal bulanan (mm) 6,1

4. Rerata bulan basah (bulan) 7.1

5. Rerata bulan lembab (bulan) 6,0

6. Rerata bulan kering (bulan) 4,3

Sumber : Data Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo

Berdasarkan perhitungan data curah hujan pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa rata bulan kering adalah 4,3 dan rata-rata bulan basah adalah 7,1. Berdasarkan rumus, dapat diketahui nilai Q untuk curah hujan di Desa Kedungkamal adalah:

x 100% 60,56 %

Hasil dari perhitungan nilai Q yang didapatkan yaitu sebesar 60,56 %, maka daerah tersebut termasuk tipe curah hujan D (tipe curah hujan sedang).

(66)

ketika musim penghujan, sehingga untuk mendapatkan bahan baku harus mencari ketempat lain.

2) Temperatur

Ketinggian suatu tempat akan berpengaruh pada keadaan suhu di tempat tersebut. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka suhunya akan semakin rendah. Temperatur suatu tempat dapat dihitung dengan menggunakan rumus Braak (Ance Gunarsih K., 2006: 10), yaitu:

t0 = (26,3 – 0,61 h) 0C Keterangan:

t0 : temperatur rata-rata harian (0C)

26,30C : rata-rata temperatur diatas permukaan air laut 0,61 : angka gradien temperatur tiap naik 100 m dpal h : ketinggian rata-rata dalam meter dpal

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Purworejo, diketahui bahwa ketinggian Desa Kedungkamal yaitu kurang lebih 6 meter diatas permukaan air laut (dpal). Berdasarkan rumus Braak tersebut, maka temperatur rata-rata hariannya adalah:

t0 = (26,3 – 0,61 h) 0C

(67)

Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui bahwa temperatur rata-rata harian Desa Kedungkamal yaitu kurang lebih 26,260C

2. Kondisi Demografis

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Menurut data Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Desa Kedungkamal pada tahun 2014 berjumlah 1.629 jiwa dengan luas wilayah sebesar 1,15 km2. Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara banyaknya jumlah penduduk di suatu wilayah dengan luas wilayah tersebut. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui kepadatan penduduk di Desa Kedungkamal. Besarnya kepadatan penduduk Desa Kedungkamal dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Kepadatan Penduduk = 1.416,52 = 1.417 jiwa/km2

(68)

b. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk merupakan gambaran susunan penduduk di suatu daerah yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik yang sama. Komposisi penduduk Desa Kedungkamal yang diuraikan dalam penelitian ini yaitu komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin serta komposisi penduduk menurut mata pencaharian dan komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan.

1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk yang produktif dan yang tidak produktif dalam suatu daerah. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dari satu masa ke masa lain. Badan Pusat Statistik (BPS) mengklasifikasikan penduduk produktif yaitu penduduk dengan rentang umur 15-64 tahun, sedangkan penduduk tidak produktif yaitu penduduk dengan rentang umur 0-14 tahun dan 65 tahun keatas.

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin juga dapat digunakan untuk mengetahui rasio jenis kelamin (Sex Ratio)

(69)
[image:69.595.184.512.134.338.2]

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Desa Kedungkamal

Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah (f) (%) (f) (%) (f) (%)

0-4 61 7,66 61 7,32 122 7,49 5-9 60 7,54 55 6,60 115 7,06 10-14 76 9,55 60 7,20 136 8,35 15-19 50 6,28 63 7,56 113 6,94 20-24 64 8,04 59 7,08 123 7,55 25-29 59 7,41 66 7,92 125 7,67 30-34 57 7,16 81 9,72 138 8,47 35-39 79 9,92 69 8,28 148 9,09 40-44 69 8,67 61 7,32 130 7,98 45-49 52 6,53 56 6,72 108 6,63 50-54 58 7,29 45 5,40 103 6,32 55-59 22 2,76 33 3,96 55 3,38 60-64 17 2,14 33 3,96 50 3,07 65-69 20 2,51 30 3,60 50 3,07 70-74 26 3,27 27 3,24 53 3,25

75+ 26 3,27 34 4,08 60 3,68

Jumlah 796 100,00 833 100,00 1629 100,00 Sumber: Monografi Desa Kedungkamal tahun 2014

Tabel 7 menunjukkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Kedungkamal. Jumlah penduduk laki-laki Desa Kedungkamal adalah 796 jiwa atau 48,86% dan jumlah penduduk perempuan yaitu 833 jiwa atau 51,14%. Data tersebut dapat digunakan untuk mengetahui Sex Ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan dengan perhitungan sebagai berikut:

dibulatkan menjadi 96

(70)

Tabel 7 juga dapat digunakan untuk mengetahui angka ketergantungan (Dependency Ratio). Angka ketergantungan adalah adalah perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak produktif dengan banyaknya penduduk produktif. Penduduk yang tidak produktif yaitu jumlah dari penduduk dengan usia 0–14 tahun dan penduduk dengan usia 65 keatas. Angka ketergantungan dihitung dengan menggunakan rumus ber

Gambar

Tabel 2. Penelitian yang Relevan
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 2. Peta Administratif Desa Kedungkamal Tahun 2015
Tabel 3. Penggunaan Lahan Desa Kedungkamal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Koefisien Determinasi (R2) ... Hasil Uji Regresi ... Sumbangan Relatif ... Sumbangan Efektif ... Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin Sapu .... Rumput Gelagah ... Bagan

Teknik pengolahan data yang dilakukan yaitu pemeriksaan (editing), (coding), dan tabulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel frekuensi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) faktor-faktor produksi industri kerajinan gerabah, 2) sebaran lokasi industri kerajinan gerabah, 3) total

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali permasalahan mengenai pendapatan dan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani padi sawah berdasarkan luas

Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Klaten dalam website Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Klaten, tahun 2012