• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis 1.Manfaat Teoritis

4. Kajian Kondisi Sosial Ekonomi

Lingkungan sosial ekonomi penduduadalah lingkungan manusia dalam hubungan dengan sesamanya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Kondisi sosial ekonomi penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan sosial ekonomi rumah tangga pekerja industri minyak kelapa di Desa Kedungkamal.

a. Kondisi Sosial Pekerja

Istilah sosial berarti sesuatu yang menunjukkan pada objeknya yaitu masyarakat (Soerjono Soekanto, 2007: 13). Proses-proses sosial menunjukkan segi dinamis suatu masyarakat yang disebabkan oleh hubungan yang dibuat anggota masyarakat, baik hubungan secara perorangan maupun kelompok. Menurut Soerjono soekanto (2007: 55), proses sosial merupakan cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan tersebut. Proses ini merupakan pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan dalam masyarakat. Kondisi sosial dikaji melalui tiga variable yaitu jumlah tanggungan rumah tangga, tingkat pendidikan dan interaksi social.

1) Jumlah Tanggungan Rumah Tangga

Suatu keluarga harus menanggung anggota-anggotanya yang belum bekerja atau tidak bekerja, yaitu mereka yang berada di bawah umur atau yang berusia lanjut. Anggota kelurga yang tidak bekerja juga membutuhkan sandang, pangan, papan dan berbagai macam fasilitas. Makin banyak jumlah anggota keluarga yang tidak bekerja atau belum bekerja

maka akan berat tanggungan yang dibebankan pada keluarga yang bekerja (Daldjoeni, 1992: 45). Jumlah tanggungan rumah tangga akan mempengaruhi kondisi ekonomi rumah tangga karena jumlah tanggungan keluarga merupakan beban ekonomi dimana sebagian besar pendapatannya harus dialokasikan bagi keluarga yang ditanggung.

2) Tingkat Pendidikan

Menurut Undang-Undang Dasar RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 2), menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan yang dibahas dalam penelitian ini adalah pendidikan formal. Menurut Aswari Sudjud, pengertian pendidikan formal adalah proses pendidikan yang teratur sedemikian sistematis menjadi suatu lembaga formal, lebih tegasnya pendidikan yang berlangsung di sekolah, seperti diketahui kurikulumnya, syarat-syarat dan sistematikanya (Aswari Sudjud, 1979: 5). Tingkat pendidikannya adalah pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi,

seperti yang tercantum dalam UUD RI No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan sekolah yang telah diikuti responden yang terdiri dari tamat SD, tamat SMP dan tamat SMA.

Menurut Pudjiwati Sajogyo (1984: 164), tingkat pendidikan dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu:

a) Tingkat pendidikan kurang, jika penduduk yang telah tamat SD keatas berjumlah kurang dari 30 %.

b) Tingkat pendidikan sedang, jika penduduk yang telah tamat SD keatas berjumlah 30 – 60 %.

c) Tingkat pendidikan tinggi, jika penduduk yang tamat SD keatas berjumlah 60 %.

3) Interaksi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto (2007: 55) bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena aktivitas sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, maupun antara individu dengan kelompok.

Menurut Soerjono Soekanto (2007: 58) suatu interaksi sosial dapat terjadi apabila sekurang-kurangnya memenuhi dua syarat, yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu: antar

individu, individu dengan kelompok dan antar kelompok. Pentingnya interaksi sosial dapat digolongkan dalam empat hal yaitu: dapat mempengaruhi perubahan, cita, kerjasama dan membentuk pola-pola sosial bagi anggotanya. Interaksi sosial tidak akan terjadi jika hanya dengan kontak tanpa diikuti dengan komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari, kita telah banyak melakukan kontak dengan orang lain tanpa diikuti dengan komunikasi (Damsar, 2009: 3).

Interaksi sosial dalam penelitian ini yaitu Interaksi responden didalam keluarga dan interaksi responden didalam masyarakat. Interaksi dalam keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini frekuensi bertemu dan berkumpul dengan anggota keluarga. Interaksi dalam masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keaktifan dan keikutsertaan dalam kegiatan dan organisasi masyarakat.

b. Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi berkaitan dengan usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan mengadakan pemilihan diantara berbagai alternatif pemakaian atas alat-alat pemuas kebutuhan yang ketersediaannya relatif terbatas (Soediyono, 1992: 1). Kondisi ekonomi ini dikaji melalui dua variabel yaitu pendapatan dan kepemilikan barang berharga.

1) Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh anggota masyarakat pada jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan (Soediyono, 1992: 99). Menurut Soediyono (1992:21-22) dalam menghitung besarnya pendapatan ada tiga cara pendekatan penghitungan, yaitu:

a) Pendekatan hasil produksi, yaitu menghitung besarnya pendapatan dengan mengumpulkan data yang menghasilkan barang dan jasa.

b) Pendekatan pendapatan, yaitu cara menghitung pendapatan dengan cara mengumpulkan data tentang pendapatan yang diperoleh dari suatu rumah tangga.

c) Pendekatan pengeluaran, yaitu menghitung besarnya pendapatan dengan menjumlahkan pengeluaran yang dilakukan sektor-sektor ekonomi.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu pendekatan pendapatan. Pendapatan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a) Pendapatan dari industri minyak kelapa yaitu jumlah uang yang diterima rumah tangga dari kegiatan industri minyak

kelapa selama satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.

b) Pendapatan dari non industri minyak kelapa yaitu jumlah uang yang diterima rumah tangga dari kegiatan non industri minyak kelapa selama satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.

c) Pendapatan anggota rumah tangga yaitu pendapatan setiap anggota rumah tangga pekerja industri minyak kelapa. d) Total pendapatan rumah tangga yaitu jumlah uang yang

diterima rumah tangga baik dari kegiatan industri, non industri minyak kelapa dan dari anggota rumah tangga yang lain selama satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.

2) Kepemilikan barang berharga

Kepemilikan barang berharga dapat diartikan kepemilikan beberapa barang yang memiliki nilai jual kembali dan dianggap berharga bagi pekerja. Kepemilikan barang berharga meliputi alat transportasi, alat komunikasi, alat elektronik, dan pemenuhan kebutuhan lainnya (Damsar, 2009: 46).

5. Kesejahteraan

Sasaran Pendataan Keluarga adalah keluarga sebagaimana yang dimaksud dan tertuang dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1992,

yaitu keluarga dan individu anggota keluarga disetiap wilayah. Pendataan Keluarga mencakup empat aspek, yaitu sebagai berikut:

a. Aspek Demografi

b. Aspek Keluarga Berencana

c. Aspek Tahapan Keluarga Sejahtera d. Aspek Individu Anggota Keluarga

Kesejahteraan berasal dari kata ”sejahtera”. Sejahtera ini mengandung pengertian dari bahasa sansekerta ”Catera” yang berarti payung. Kesejahteraan yang terkandung dalam arti ”catera” (payung) adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tenteram, baik lahir maupun batin. Kesejahteraan sosial merupakan suatu kondisi dimana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara baik (Adi Fahrudin, 2012: 8-9). Kesejahteraan pekerja industri minyak kelapa menjadi salah satu variabel dalam penelitian ini.

Indikator tingkat kesejahteraan pada penelitian ini adalah indikator yang mengacu pada standar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Menurut survay RPJMN tahun 2015 (BKKBN) terdapat 9 indikator yang dapat digunakan sebagai pedoman pengukuran tahapan keluarga sejahtera. Partisipasi pekerja terhadap pendataan rumah tangga sejahtera dapat diketahui tingkatan rumah tangga sejahtera berdasarkan definisi yang ada, yaitu

dengan mengisi jawaban “ya”, “tidak” atau “N/A” pada setiap indikator dengan cara berurutan. Pembagian sebagai berikut:

a. Keluarga Prasejahtera

Keluarga Prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator tahapan keluarga sejahtera 1. b. Keluarga Sejahtera 1

Keluarga Sejahtera 1 adalah keluarga yang dapat memenuhi indikator-indikator sebagai berikut:

1) Keluarga membeli satu stel pakaian baru untuk seluruh anggota keluarga minimal setahun sekali.

2) Seluruh anggota keluarga minimal makan dua kali sehari. 3) Seluruh keluarga apabila sakit berobat ke fasilitas kesehatan. 4) Seluruh anggota keluarga berumur 7-15 tahun masih sekolah. 5) Seluruh anggota keluarga tinggal di rumah dengan atap lantai

dan dinding dalam keadaan layak.

Keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator-indikator diatas dan belum dapat memenuhi salah satu indikator Keluarga Sejahtera tergolong kedalam Keluarga Sejahtera 1.

c. Keluarga Sejahtera

Keluarga Sejahtera adalah kelurga yang sudah dapat memenuhi indikator tahapan keluarga sejahtera 1 (indikator 1 s/d 5) dan indikator berikut:

6) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/bersekolah dan bepergian.

7) Seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/telur minimal seminggu sekali.

8) Keluarga tinggal di rumah dengan luas tanah ≥ 8 m2

untuk setiap anggota keluarga.

9) Seluruh anggota keluarga yang berumur 16-18 tahun masih sekolah.

Dokumen terkait