1
BAB IV
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Dari data hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, dapat dicapai kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
1. Permasalahan sengketa kedaulatan antar negara.
Permasalahan sengketa kedaulatan dalam hubungan antar negara
dimungkinkan untuk terjadi, karena dalam perjalanan hubungan antar negara tidak
selalu selaras dan berjalan baik. Dalam beberapa tahun terakhir ini, permasalahan
tersebut muncul, seiring dengan pertumbuhan dan kemajuan hukum internasional
itu sendiri. Oleh karena itu, hukum internasional yang diciptakan oleh masyarakat
internasional ini, seyogianya mampu menjawab berbagai macam permasalahan
sengketa yang timbul dalam rangka hubungan antar negara. Hal ini penulis
tuangkan dalam karya tulis ilmiah ini, yaitu permasalahan sengketa kepulauan
Senkaku, antara Jepang dan Tiongkok. Sengketa pemilikan ini terus bergulir, dari
alasan-alasan legal-historis, hingga sampai kepada perjanjian-perjanjian bilateral.
Jepang, dengan berbagai argumennya, menurut penulis, mampu menjawab
permasalahan sengketa kedaulatan atas Kepulauan Senkaku.
2
Perolehan kedaulatan oleh Jepang terhadap kepulauan Senkaku ini terjadi
dengan cessi, sedangkan dari aspek okupasi/preskripsi belum dapat dibuktikan
menurut hukum internasional. Cessi antara Amerika Serikat dan Jepang mengenai
Kepulauan Senkaku melalui Treaty of Peace with Japan dan Okinawa Reversion
Agreement, dengan didukung beberapa kegiatan kedaulatan, yaitu yurisdiksi
Jepang terhadap Kepulauan Senkaku, maka Jepang lebih berhak atas kedaulatan
Kepulauan Senkaku.
3. Masalah legitimasi klaim Tiongkok atas kepulauan Senkaku.
Tiongkok, dalam hal ini sebagai pihak ketiga dalam kedua perjanjian
tersebut, tidak memiliki hak untuk mengklaim bahwa perjanjian tersebut tidak
sah, karena tidak terikat dalam substansi perjajian tersebut (pacta tertiis nec
nosent nec prosunt). Oleh karena itu preskripsi dan cessi yang diperoleh Jepang
dalam kedaulatannya atas Kepulauan Senkaku sah menurut hukum internasional,
sehingga dalam pembelian dari salah satu pulau milik sebuah keluarga di wilayah
Kepulauan Senkaku sah dan tidak perlu dipermasalahkan. Hendaknya, dalam hal
ini Tiongkok menghormati kedaulatan teritorial negara lain, khususnya Jepang
dalam relasi internasional, yang mana prinsip menghormati integritas wilayah
negara lain harus ada, sebagai norma dalam mencegah intervensi hubungan
internal negara-negara lain.
4. Masalah suksesi negara.
Poin penting yang ada selain klaim adalah suksesi yang sebenarnya
mengiringi kepemilikan Kepulauan Senkaku sendiri. Bermula dari Traktat
3
termasuk Kepulauan Senkaku); Treaty of Peace with Japan; dan berakhir pada
Okinawa Reversion Agreement. Treaty of Peace with Japan merupakan traktat
yang menghapus Traktat Shimonoseki, yang berarti terdapat traktat baru yang
menghapus berlakunya traktat lama (novasi).
B. Saran
Dari pembahasan dan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan
dalam kasus ini adalah sebagai berikut:
Saran Kepada pemerintah Jepang dan Tiongkok.
Jepang dan Tiongkok hendaknya menyelesaikan sengketa tersebut secara
damai dan menggunakan metode penyelesaian sengketa yang ada, melalui cara
diplomatik (antar kedua belah pihak, seperti negosiasi, mediasi, jasa baik,
penyelidikan) atau melalui adjudikasi (menggunakan pihak ketiga, seperti
arbitrasi dan badan peradilan, seperti International Court of Justice);
Saran kepada pemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa.
1. Kasus ini dapat menjadi studi kasus yang penting untuk diperkenalkan oleh
PBB kepada pemerintah negara-negara dan perguruan tinggi untuk menjadi
pembelajaran mengenai salah satu bentuk penyelesaian sengketa teritorial
antar negara.
2. Kasus ini sekaligus menjadi pembelajaran bagi masa depan tentang persoalan
yang bisa dihadapi terkait dengan perolehan kedaulatan atas wilayah negara.