43
Metode yang digunakan dalam suatu penelitian perlu ditentukan secara tegas agar persoalan-persoalan penelitian dapat diatasi. Oleh karena itu hendaknya disadari bahwa suatu metode penelitian harus dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaian antara obyek dan masalah penelitian. Metode berhubungan dengan cara-cara yang dilakukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Alasan pemilihan metode kualitatif dalam penelitian ini adalah karena tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan mengenai kepuasan pernikahan pada wanita yang menikah melalui proses ta’aruf, sehingga metode penelitian yang tepat ialah kualitatif. Lebih lanjut, dalam bagian ini, akan dijelaskan fokus penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis data, serta teknik pengujian keabsahan data.
A. Metode Penelitian Kualitatif
Secara khusus dalam penelitian ini menggunakan jenis atau desain penelitian studi kasus (case study). Menurut Rahardjo (2010) studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu progam kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya utuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah kasus. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan pemanfaatan dokumen.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk menangkap apa (what) dan bagaimana (how) sesuatu yang terjadi. Peneliti berharap dengan menggunakan metode kualitatif, mendapatkan gambaran mengenai aja saja faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepuasan pernikahan pada diri partisipan dan dapat pula mengetahui bagaimana upaya dan solusi yang dilakukan partisipan dalam menyikapi ketidakpuasan yang ia rasakan dan bagaimana ia mempertahankan kepuasan pernikahan yang ia rasakan.
B. Fokus Penelitian
C. Identifikasi Variabel Penelitian
Olson dan Defrain (2006) mengatakan kepuasan pernikahan adalah perasaan yang bersifat sujektif dari pasangan suami istri mengenai perasaan bahagia, puas, dan menyenangkan terhadap pernikahannya secara menyeluruh. Pada umumnya, kepuasan pernikahan berkenaan dengan bagaimana suami maupun istri menggambarkan dan mengevaluasi kualitas dari hubungan pernikahannya. Dalam kepuasan pernikahan juga terdapat aspek-aspek kepuasan pernikahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan yang telah dipaparkan di Bab 2 kemudian dinarasikan atau dielaborasikan di Bab 4 pada hasil dan pembahasan.
Sebagai acuan dalam wawancara, penelitian ini menggunakan teori pengertian kepuasan pernikahan menurut Olson dan Defrain (2006) dan aspek-aspek kepuasan pernikahan dari Olson dan Fowers (1993) yaitu kepribadian, komunikasi, resolusi konflik, pengaturan keuangan, kegiatan diwaktu luang, hubungan seksual, anak dan pengasuhan anak, keluarga dan teman, kesetaraan peran, orientasi agama.
D. Sumber Data
data yang didapatkan dari data-data kepustakaan dan berkaitan dengan penelitian ini.
Dalam penelitian kualitatif, dikenal istilah pelaku penelitian. Pelaku penelitian adalah sumber data dalam informasi yang disebut sebagai informan (Pattilima, 2005). Informan adalah mereka yang memberikan informasi. dalam penelitian ini para pelaku peneliti adalah pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf.
E. Subjek penelitian
1. Teknik Penentuan Subjek Penelitian
Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan konstruk operasional (theory-based/operasional construct sampling). Poerwandari (2007) mengungkapkan bahwa pengambilan sampel berdasarkan teori, atau berdasarkan konstruk operasional dilakukan dengan memilih sampel dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel dipilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan, yaitu merupakan individu yang menikah melalui proses ta’aruf. Hal ini dilakukan agar sampel benar-benar representatif artinya dapat mewakili fenomena yang dipelajari.
2. Karakteristik Subjek
Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui bagaimana kepuasan pernikahan pada pasangan yang menikah melalui proses ta’aruf, maka sumber data yang diambil haruslah memenuhi karakteristik demikian.
tersebut karena menurut Holahan dan Levenson (dalam Lemme, 1995) bahwa wanita lebih sulit merasakan kepuasan pada pernikahannya karena pada umumnya wanita lebih sensitif daripada pria dalam menghadapi masalah dalam hubungan pernikahan.
b. Usia pasangan, baik suami ataupun istri tergolong dalam rentang usia antara 20 sampai 40 tahun. Menurut Hurlock (1999) rentang usia ini tergolong masa dewasa muda. Adapun pemilihan usia tersebut karena penulis berasumsi penikahan dengan usia pernikahan yang cukup untuk penelitian umumnya berada pada rentang usia tersebut. Jika pernikahan dilakukan sebelum atau setelah masa ini, maka penyesuaian serta konflik yang terjadi dapat berbeda. Kebahagiaan pernikahan sebagai seorang dewasa lanjut, misalnya dipengaruhi pula oleh kemampuan masing-masing pasangan untuk menghadapi konflik-konflik personal, termasuk penuaan, sakit dan tentunya kematian ( Duvall & Miller dalam Santrock, 2012)
Pernikahan dengan anak usia remaja memiliki permasalahan sendiri yang lebih rumit. Pembatasan usia pernikahan ini juga mengikuti fase II, III, IV pernikahan menurut Duvall & Miller (1985).
d. Pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat. Hal ini bertujuan agar responden dapat memahami pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti.
3. Jumlah Subjek Penelitian
Miles dan Huberman (dalam Purwandari, 2007) menyatakan bahwa penelitian kualitatif sedikit banyak dapat dianalogikan dengan proses penyelidikan (investigasi), tidak banyak berbeda dengan kerja detektif yang harus mendapat gambaran tentang fenomena yang dimilikinya.
Sarantakos (dalam Poerwandari, 2007) menyatakan penelitian kualitatif tidak diarahkan pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian. Pada dasarnya, jumlah partisipan dalam penelitian kualitatif tidak ditentukan secara tegas di awal penelitian. Pada penelitian ini, rencananya menggunakan dua subjek penelitian. Alasan utama pengambilan jumlah sampel tersebut dengan pertimbangan keterbatasan dari peneliti sendiri baik waktu, biaya, maupun kemampuan peneliti.
F. Metode Pengumpulan Data
kualitatif sangat beragam, disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian dan sifat objek yang diteliti.
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapat data. Didalam metode pengumpulan data dikenal istilah
“human instrument” atau “human as an instrument” yang
mengandung makna bahwa hampir semua, bahkan selalu, peneliti kualitatif melakukan kerja lapangan secara langsung untuk mengumpulkan data penelitian. Jika hanya meminta pihak ketiga untuk melakukan observasi atau wawancara, hasil penelitiannya akan banyak mengalami bias, deviasi, bahkan distorsi (Denim, 2002). Dengan demikian, peneliti sebagai instrument utama akan berpartisipasi aktif pada situasi riil, mendatangi subjek, dan meluangkan waktu secara partisipatif bersama mereka sebagai bagian dari proses pengumpulan data.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan peneliti sebagai pengecekan anggota.
Wawancara yang akan dilakukan terhadap partisipan penelitian ini termasuk dalam bentuk wawancara semi-terstruktur. Herdiansyah (2012) mengemukakan bahwa wawancara semi-tersruktur lebih tepat jika dilakukan pada penelitian kualitatif daripada penelitian lainnya. Hal ini dikarenakan wawancara semi-tersruktur memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
a. Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan; pertanyaan terbuka berarti jawaban yang diberikan oleh partisipan penelitian tidak dibatasi, sehingga partisipan dapat lebih bebas mengemukakan jawaban apapun selama tidak keluar dari konteks pembicaraan, dan tetap dibatasi oleh tema dan alur pembicaraan.
b. Kecepatan wawancara dan diprediksi; meskipun terdapat kebebasan dalam menjawab pertanyaan, tetapi kecepatan dan waktu wawancara masih dapat diprediksi. Untuk itu keterampilan pewawancara untuk mengatur alur dan tema pembicaraan agar tidak melebar sangat diperlukan.
d. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata; pedoman wawancara diperlukan sebagai patokan atau kontrol dalam alur pembicaraan dan untuk prediksi waktu wawancara. Dalam pedoman wawancara semi-terstruktur, isi yang tertulis dalam pedoman wawancara berupa topik-topik pembicaraan yang mengacu pada satu tema sentral yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan tujuan wawancara.
e. Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena; karena wawancara semi-terstruktur adalah untuk memahami suatu fenomena, maka sangat sesuai untuk penelitian kualitatif yang esensinya untuk mendapatan pemahaman dari suatu fenomena. Kemudian hasil wawancara dalam penelitian ini akan direkam dengan perekam suara dan kemudian disalin menjadi transkrip verbatim, untuk selanjutnya diolah sehingga menghasilkan suatu temuan yang dapat menjawab pertanyaan penelitian. 2. Observasi
menjadi orang dalam dan sekaligus orang luar (Sugiyono, 2012). Observasi jenis ini digunakan dengan tujuan agar peneliti mendapat gambaran yang lebih jelas dan dapat mengungkap makna dari setiap perilaku subjek, sehingga hasil penelitian lebih kredibel dan mendalam. Jenis pencatatan akan digunakan fieldnote dan pencatatan naratif. Hal ini memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan hasil pengamatan secara terbuka tanpa disediakan pilihan jawaban semacam pendataan interval ataupun checklist, yag mana sudah ditentukan perilaku sasarannya.
G. Alat Bantu Pengumpulan data
Menurut Poerwandari (2007) bahwa dalam metode wawancara, alat yang terpenting adalah peneliti sendiri. Namun, untuk memudahkan pengumpulan data, peneliti membutuhkan alat bantu. Alat bantu yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pedoman wawancara, alat perekam (tape recorder).
1. Alat Perekam
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau dinyatakan (Poerwandari, 2007). Pedoman wawancara bertujuan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan juga sebagai alat bantu untuk mengkategorisasikan jawaban sehingga memudahkan pada tahap analisa data nantinya.
H. Teknik Analisis Data
Secara garis besar, analisis data kualitatif diartikan sebagai proses pengorganisasian dan pengurutan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data pertama-tama bermaksud mengorganisasikan data, kemudian mengatur, mengelompokan, memberikan kode dan mengkategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substansif (Moleong, 2010)
Menurut Moleong (2010) secara umum proses analisis data kualitatif mencakup:
1. Reduksi data
yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian
b. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding. Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap satuan, agar supaya tetap dapat ditelusuri data/ satuannya berasal dari sumber mana. 2. Kategorisasi
a. Menyusun kategori. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan kedalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan
b. Setiap kategori diberi nama yang disebut “label” 3. Pemeriksaan keabsahan data
Dalam penelitian kualitatif, ada kriteria kredibilitas atas derajat kepercayaan. Teknik pemeriksaan dari kriteria kredibilitas adalah dengan trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2010). Menurut Poerwandari (2007), kredibilitas penelitian kualitatif juga terletak pada keberhasilan mencapai maksud mengekplorasi masalah dan mendeskripsikan setting, proses, kelompok social atau pola interaksi yang kompleks.
Adapun upaya peneliti dalam menjaga kredibilitas dan objektifitas penelitian ini, antara lain dengan:
informasi dari informan yang cukup dekat dan mengetahui proses pernikahan responden penelitian. b. Membuat pedoman wawancara berdasarkan aspek-aspek
kepuasan pernikahan menurut Olson dan Fower (1993), untuk menggambarkan kepuasan pernikahan dan permasalahan-permasalahn yang dihadapi partisipan dalam pernikahannya.
c. Menggunakan pertanyaan terbuka dan wawancara mendalam untuk mendapatkan data yang akurat
d. Melakukan analisis data penelitian berdasarkan “validitas argumentative” yang dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah
4. Penafsiran data
Tujuan yang ingin dicapai dalam penafsiran data ini adalah deskripsi analitik yang merupakan rancangan organisasional dan dikembangkan dalam kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan yang muncul dari data (Schaltzman &Strauss dalam Moleong, 2010).
5. Kesimpulan
sebelumnya dan mengungkap “what” dan “how” dari hasil temuan penelitian tersebut.
Secara esensial kesimpulan berisi tentang uraian dari seluruh subkategorisasi tema yang tercantum pada tabel kategorisasi dan pengkodean yang sudah terselesaikan disertai dengan kutipan wawancara. Selanjutnya, yang dilakukan adalah menjawab pertanyaan penelitian yag diajuka berdasarkan aspek/komponen/faktor/dimensi dari central phenomenon dalam uraian subkategori tema beserta kutipan-kutipan yang sebelumnya telah diurai. Langkah yang terakhir adalah membuat kesimpulan dari temuan dari hasil penelitian dengan memberikan penjelasan simpulan dari jawaban penelitian yang diajukan.
I. Uji Keabsahan Data
Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi ( Moleong, 2010) :
1. Mendemonstrasikan nilai yang benar
2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan
3. Memperoleh keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dan prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.
Salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi. Menurut Denzin (dalam Moleong, 2010) triangulasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu, membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, serta membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Trianggulasi dengan metode, menurut Patton (dalam Moleong, 2010) terdapat dua strategi, yaitu mengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tenik hasil pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
1. Triangulasi dengan penyidikan merupakan triangulasi dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. 2. Triangulasi teori, menurut Lincoln dan Guba (dalam
Moleong, 2010) adalah triangulasi berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
3. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.