SKRIPSI
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN
BERKAITAN DENGAN
KENYAMANAN WISATAWAN
DI KAWASAN WISATA PENELOKAN
KINTAMANI BANGLI
Oleh:
IDA AYU MADE RHISMA DWITAHADI
1116051256
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
SKRIPSI
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN
BERKAITAN DENGAN
KENYAMANAN WISATAWAN
DI KAWASAN WISATA PENELOKAN
KINTAMANI BANGLI
Oleh:
IDA AYU MADE RHISMA DWITAHADI
1116051256
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN
BERKAITAN DENGAN
KENYAMANAN WISATAWAN
DI KAWASAN WISATA PENELOKAN
KINTAMANI BANGLI
Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Udayana
Oleh :
IDA AYU MADE RHISMA DWITAHADI
1116051256
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
Lembar Persetujuan Pembimbing
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 28 JANUARI 2016
PEMBIMBING I
Prof. R.A. RETNO MURNI, SH.,MH.,Ph.D NIP. 194411261980032001
PEMBIMBING II
A.A. SRI INDRAWATI, SH.,MH NIP. 195710141986012001
Lembar Penetapan Panitia Penguji Skripsi
SKRIPSI INI TELAH DIUJI
PADA TANGGAL : 20 JANUARI 2016
Panitia Penguji Skripsi
Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana
Nomor : 0047/UN14.4E/IV/PP/2016 Tanggal : 12 Januari 2016
1. Prof. R.A. Retno Murni, SH.MH.,Ph.D (………..)
2. A.A. Sri Indrawati, SH.,MH (………..)
3. Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH (………..)
4. Dr. Dewa Gde Rudy,SH., M.,Hum (………..)
5. Ida Ayu Sukihana, SH.,MH (………..)
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang
Maha Esa karena atas anugerah dan asung kertha wara nugraha-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir / skripsi ini yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP HAK WISATAWAN BERKAITAN DENGAN KENYAMANAN
WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PENELOKAN KINTAMANI BANGLI”.
Adapun tugas akhir / skripsi ini dibuat sebagai syarat pokok yang harus penulis penuli dalam
rangka menyelesaikan studi S1 pada Fakultas Hukum Universitas Udayana guna memperoleh
gelar Sarjana Hukum.
Terlesaikannya tugas akhir / skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan
bantunan dari berbagai pihak baik yang secara langsung maupun seara tidak langsung serta
secaramoril maupun materiil yang tidak ternilai harganya. Pada kesempatan ini tidak lupa
penulis menghaturkan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,M.H, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH.,M.H, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH.,M.H, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
4. Bapak I Wayan Suardana, SH.,M.H, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
5. Bapak A.A. Gede Oka Parwata, SH.,M.Si., Ketua Program Ekstensi Fakultas Hukum
vi
Universitas Udayana.
6. Bapak A.A. Ketut Sukranatha, SH.,M.H., Sekretaris Program Ekstensi Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
7. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,M.H., Ketua Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Udayana.
8. Bapak I Made Dedi Priyanto, SH.,M.Kn., Wakil Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Udayana.
9. Prof. R.A. Retno Murni, SH.,MH.,Ph.D., Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan-arahan dengan penuh perhatian dan
kesabaran dalam penulisan tugas akhir / skripsi ini.
10.Ibu A.A. Sri Indrawati, SH.,MH., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan arahan-arahan kesempatan untuk mengembangkan persoalan-persoalan
yang dihadapi dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam penulisan tugas akhir
skripsi ini.
11.Bapak Nyoman A. Martana,SH.,MH Dosen Pembimbing Akademik yang telah
menjadi pengarah dan memberikan tuntunan penulis selama menuntut ilmu di
Fakultas Hukum Universitas Udayana.
12.Seluruh Bapak / Ibu Dosen yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan
bekal ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.
13.Segenap Pegawai Fakultas Hukum Universitas Udayana Khususnya Program Reguler
Sore, terimakasih atas kerja sama yang telah dibangun selama ini.
14.Bapak Drs. Wayan Adnyana Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bangli yang telah
memberikan penulis arahan dan pernyataan untuk mengembangkan penulisan tugas
vii
akhir / skripsi ini.
15.Segenap Pegawai Dinas Kebudayaan Kabupaten Bangli yang telah memberikan
informasi, masukan, dan arahan kepada penulis demi terselesaikannya tugas akhir /
skripsi ini.
16.Kedua orang tua Bapak Ida Bagus Kartika dan Ibu Ida Ayu Md. Suciani, terimakasih
penulis ucapkan atas segala yang telah diberikan dengan kasih sayang yang tulus
yang munkin tak cukup penulis ungkapkan disini.
17.Sahabat terbaik khusus kepada Ida Bagus Ny. Kartika Yudha yang telah membantu
penulis untuk meluangkan waktu dan upayanya dengan kasih sayang dalam melewati
suka dan duka bersama demi terselesaikannya penulisan tugas akhir/skripsi ini.
18.Seluruh kawan-kawan senior HMPE dan seluruh sahabat-sahabat penulis, Cintya,
Tya, Gekta, Meilia, Rika, Karina, Jennie, Masdiah, Geksary, dan sahabat lainnya
yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan masukan
dan dorongan dalam penyelesaian penulisan tugas akhir / skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan bahwa dalam penyusunan tugas akhir / skripsi ini tentunya
penuh penulis sadari masih jauh dari kesempurnaan mengingat kemampuan dan pengetahuan
penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, penulis tetap harapkan saran maupun kritik yang
konstruktif demi kesempurnaan dari penyusunan tugas akhir / skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak dan menambah tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peradilan
anak di Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om.
viii
Denpasar, 25 Maret 2016
Penulis
IDA AYU MD. RHISMA DWITAHADI
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa karya ilmiah / Penulisan Hukum / Skripsi ini
merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanan di suatu perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan
penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis
lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila karya ilmiah / Penulisan Hukum / Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi
ataupun plagiasi dari karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau
pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi
akademik/sanksi hukum yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada
paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.
Denpasar, 25 Maret 2016
Yang menyatakan,
Ida Ayu Made Rhisma Dwitahadi 1116051256
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM
PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... v
KATA PENGANTAR ... vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... x
DAFTAR ISI ... xi
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 8
1.4 Orisinalitas Penelitian ... 8
1.5. Tujuan Penelitian ... 10
1.5.1 Tujuan Umum ... 10
1.5.2 Tujuan Khusus ... 10
1.6. Manfaat Penelitian ... 11
1.6.1Manfaat Teoritis ... 11
1.6.2Manfaat Praktis ... 11
1.7. Landasan Teoritis ... 11
1.8. Metode Penelitian ... 16
1.8.1 Jenis Penelitian... 16
1.8.2 Jenis Pendekatan ... 16
1.8.3 Sifat Penelitian... .. 17
1.8.4 Data dan Sumber Data ... 18
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data ... 19
1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian... 20
1.8.7 Teknik Analisis Data... 20
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEPARIWISATAAN ... 22
2.1 Pengertian Perlindungan Hukum ... 22
2.2 Pengertian Kepariwisataan... . 26
2.2.1 Pengertian Pariwisata... . 26
2.2.2 Pengertian Wisatawan... . 30
2.2.3 Karakteristik Obyek Wisata ... 32
2.2.4 Sarana Pariwisata ... 34
BAB III PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM OLEH PELAKU USAHA WISATA ... 39
3.1 Hak-hak Bagi Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan Kintamani Bangli ... 39
3.2 Perlindungan Hukum terhadap hak Wisatawan Berkaitan dengan kenyamanan wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani, Bangli Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan ... 44
BAB IV UPAYA DINAS PARIWISATA DAERAH BANGLI UNTUK MEMBERI PERLINDUNGAN ATAS HAK WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PENELOKAN KINTAMANI BANGLI
49
4.1 Faktor Pendukung dan Penghambat Perlindungan
Hukum Atas Hak Kenyamanan Wisatawan ... 49
4.2 Upaya yang Dilakukan Dinas Pariwisata Daerah Bangli Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Atas Hak Kenyamanan Wisatawan di Penelokan Kintamani Bangli ...52
BAB V PENUTUP ... 56
5.1 Kesimpulan ... 56
5.2 Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN
ABSTRAK
Indonesia adalah negara yang berpotensi untuk menjadi tujuan pariwisata di dunia. Dalam dunia pariwisata, perlindungan terhadap wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, masih sangat rendah hingga terkadang hukum yang berlaku kurang memiliki kekuatan untuk melindungi wisatawan. Hingga saat ini, wisatawan yang datang hanya menjadi objek oleh pelaku bisnis pariwisata yang tidak bertanggung jawab. Padahal, kepastian hukum dalam rangka menjamin adanya perlindungan bagi wisatawan sangatlah penting.
Salah satu kawasan strategis wisata yang diangkat dalam penelitian ini yaitu berada di wilayah Penelokan, Kintamani, Bangli. Maraknya pedagang yang berjualan bebas di kawasan objek wisata Penelokan sungguh memperlihatkan betapa sembrautnya obyek wisata tersebut, padahal pemerintah telah mengupayakan keindahan obyek dan ketertiban yang harus dijaga oleh para pedagang kepada wisatawan dengan rutin mensosialisasikan setiap jangka waktu tertentu, karena banyaknya wisatawan yang berkunjung juga memerlukan kenyamanan agar wisatawan ini tidak menyesal berkunjung ke kawasan wisata tersebut. Berdasarknan permasalahan tersebut penulis mengkaji mengenai perlindungan hukum terhadap hak wisatawan berkaitan dengan kenyamanan wisatawan di kawasan wisata penelokan kintamani bangli dan penyelesaian masalah apabila wisatawan mengalami kerugian pada saat berkunjung ke kawasan tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang menggunakan pendekatan Perundang-Undangan (The Statute Approach), Pendekatan Kasus (Case approach) dan Pendekatan Fakta (The Fact Approach). Yang mana masalah yang diangkat dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan kenyataan yang ada di obyek wisata Penelokan Kintamani bangli. Sumber data yang yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil,data primer bersumber dari penelitian lapangan yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dilapangan baik dari responden maupun informan. Data sekunder berasal dari penelitian kepustakaan.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum terhadap hak wisatawan berkaitan dengan kenyamanan wisatawan di kawasan wisata penelokan kintamani bangli, telah selalu diupayakan oleh pihak pemerintah dengan cara mensosialisasikan kepada pihak yang berkaitan namun masih belum dapat dikatakan terlaksana dengan maksimal, karena kurang tegasnya pihak pemerintah dan kurangnya kesadaran dari sumber daya manusianya sendiri dalam hal ini pedagang acung untuk dapat bekerjasama merealisasikan hak-hak para wisatawan tersebut entah itu peraturan yang berlaku di dalam UU maupun sanksi yang telah disepakati bersama. Upaya dari pemerintah kabupaten khususnya sebagai penanggung jawab pengelolaan pariwisata masih tetap diharapkan sehingga penegakkan hukum dalam rangka memberikan rasa aman dan nyaman kepada para wisatawan di obyek wisata tersebut dapat selalu terjamin.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Hak Wisatawan, Tanggung Jawab Pihak Pengelola Pariwisata.
ABSTRACT
Indonesia is a potential country to become a world tourism destination. The protection of the tourists both foreign and domestic is very poor so that the applicable law has a less power to protect the tourists. Nowadays tourist become an object for a bad businessman.
One of the strategic tourists area that raised in this research is located at Penelokan, Kintamani Bangli. There are multitude merchants that selling their products in unrestrained way in that tourist area that probably makes the tourists uncomfortable. Based on these problems the author reviewing about legal protection the legal protection towards tourists rights in related with tourist amenities at tourists area in Penelokan, Kintamani Bangli and how to solve the problem if the tourists run in to harm when they visiting that place.
This research is an empirical legal research by using statute approach, case approach and fact approach. The issues that raised are associated with the applicable law and the facts in the society. This research uses primary legal material which is field research and secondary legal material which are books and the other relevant documents.
The conclusion of this paper is, the government have provided its protection by socializing to the related parties, however it has not been implement by the merchant to realize tourists rights that regulated in the law as well as the sanctions which has agreed by the society. The effort from district government still expected in order to give a pleasant and pleasurable atmosphere to the tourists.
Keywords: legal protection, tourists rights, tourist administrator responsibility
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang berpotensi untuk menjadi tujuan pariwisata
di dunia. Keanekaragaman flora serta fauna yang tersebar dari sabang sampai
merauke, keanekaragaman budaya dan seni, peninggalan purbakala, keindahan
alam, pantai, dan lautlah yang menjadi ciri khas pariwisata Indonesia dan menjadi
daya tarik bagi para wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Selain itu
pariwisata Indonesia juga semakin lengkap dengan tersedianya sejumlah taman
rekreasi, baik di luar ruangan (theme park) maupun di dalam ruangan (indoor
theme park).
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi,
transportasi, makanan, rekreasi, serta jasa-jasa lainnya. Perdagangan jasa
pariwisata melibatkan beberapa aspek, misalnya aspek ekonomi, budaya, sosial,
agama, lingkungan, keamanan dan aspek lainnya. Dari berbagai aspek tersebut,
aspek ekonomilah yang mendapat perhatian paling besar dalam pembangunan
pariwisata sehingga pariwisata dikatakan sebagai suatu industri.1
Kebutuhan akan rekreasi muncul sehubungan dengan kehidupan
sehari-hari setiap manusia dan tidak terlepas dari kegiatan rutin yang, dijalaninya baik di
rumah atau di tempat lain. Kegiatan pada satu titik tertentu di waktu tertentu akan
menimbulkan kejenuhan sehingga manusia akan berusaha untuk berhenti dari
kegiatan-kegiatan rutinnya itu untuk mencari selingan untuk menghibur diri,
1
I Putu Gelgel, 2009, Industri Pariwisata Indonesia Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa
memperoleh kesenangan, dan kembali menyegarkan diri. Untuk meringankan
beban pikiran dan menumbuhkan semangat dalam menghadapi kegiatan
berikutnya maka rekreasi merupakan obat yang sangat ampuh.
Dalam dunia pariwisata, perlindungan terhadap wisatawan, baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, masih sangat rendah
hingga terkadang hukum yang berlaku kurang memiliki kekuatan untuk
melindungi wisatawan. Hingga saat ini, wisatawan yang datang hanya menjadi
obyek oleh pelaku bisnis pariwisata yang tidak bertanggung jawab.Padahal,
kepastian hukum dalam rangka menjamin adanya perlindungan bagi wisatawan
sangatlah penting.
Salah satu kawasan strategis wisata yang diangkat dalam penelitian ini
yaitu berada di wilayah Penelokan, Kintamani, Bangli. Pemilihan Obyek Wisata
Penelokan dalam skripsi ini mengingat Penelokan adalah salah satu wisata
unggulan di Kintamani. Penelokan terletak di sebelah selatan Desa Batur Tengah,
Kecamatan Kintamani kira-kira 23 km dari Kota Bangli atau 63 km dari Denpasar
ibu kota Propinsi Bali. Suhu udara di Penelokan relatif sejuk atau lebih dingin di
bandingkan kawasan lainnya di Kintamani. Sepanjang areal Batur memiliki
pemandangan menarik. Seusai dengan namanya Penelokan dalam bahasa Bali
yang berarti tempat untuk melihat-lihat merupakan lokasi yang paling strategis
untuk menikmati pemandangan alam di kawasan wisata ini. Adapun karakteristik
yang terdapat dalam obyek wisata Penelokan Kintamani Bangli disini yang
membedakannya dengan obyek wisata lainnya di daerah Bali yang serupa dimana
menakjubkan. Kombinasi antara Gunung Batur beserta hamparan bebatuan hitam
dengan Danau Batur yang berbentuk bulan sabit berwarna biru di sebuah kaldera
yang oleh wisatawan-wisatawan dikatakan sebagai kaldera terindah di dunia. Juga
telah diakui oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani
masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) secara resmi
sejak 2 November 2012 mengakui Gunung Batur itu sebagai Geopark dunia
karena memiliki keunikan dan kekhasan sebagai warisan dunia bidang geowisata
dunia.2
Sehingga Gunung Batur merupakan salah satu kawasan geologi unik dan
memiliki kekhasan yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh lembaga
dunia itu. Dengan pengakuan itu, Gunung Batur menjadi taman bumi berkelas
dunia dan memiliki geologi bertaraf internasional. Penetapan Gunung Batur
tersebut melalui penilaian dan riset yang dilakukan oleh UNESCO. Salah satu
syaratnya adalah harus memiliki fenomena kelas dunia, punya keunggulan dengan
tempat lain dan yang jelas ada integrasi dari unsur hayatinya.
Kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli juga dilengkapi dengan
Museum Vulkanologi. Museum ini memiliki fasilitas seperti ruang pertemuan
untuk ilmuwan, ruang koleksi yang menunjukkan peristiwa meletusnya Gunung
Batur.Museum tersebut terletak di obyek wisata Kintamani, resmi dibuka oleh
Menteri Sumber Daya Energi dan Pertambangan, Purnomo Yusgiantoro pada
2
Rusadi Nata, 2015, Kintamani Tetap Jadi Obyek Wisata Andalan,http://www.kabar
dewata.com/berita/travel/kintamani-tetap-jadi-obyek-wisata-andalan.html#.VbxrLvB3DIU,diakses
10 Mei 2007.3 Pengunjung yang ke sana akan mendapatkan gambaran tentang
kondisi gunung berapi di daerah ini. Museum tersebut juga menghadirkan
diorama yang menggambarkan rekonstruksi aliran lava dan kepanikan masyarakat
di tahun 1926 yang menghancurkan Desa Batur.Bahkan Gunung Batur dan
Gunung Agung masih aktif hingga kini. Obyek wisata Kintamani yang memiliki
pemandangan alam tidak ada duanya di dunia dari karakteristik yang terdapat di
kawasan Penelokan Kintamani itulah yang menjadi nilai lebih dibandingkan
dengan obyek wisata lainnya.4
Dari keindahan dan daya tarik yang dimiliki tersebut, Obyek Wisata
Penelokan Kintamani Bangli Bali sangat memiliki potensi untuk menarik minat
wisatawan untuk berkunjung. Banyaknya wisatawan yang berkunjung juga
memerlukan kenyamanan agar wisatawan ini tidak menyesal berkunjung ke
kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli. Pihak pengusaha pariwisata
menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 26 ayat (d) Undang-Undang
Kepariwisataan berkewajiban memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan
keamanan dan keselamatan wisatawan.
Pengaturan hukum di bidang pariwisata di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (selanjutnya disebut
Undang-Undang Kepariwisataan). Adapun yang melatarbelakangi lahirnya
undang-undang ini yaitu keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan
3
2014, Museum Gunungapi Batur sebagai pendukung Geopark Batur,http://www.batur
globalgeopark.com/index.php/baca-berita/1020/Museum-Gunungapi-Batur-sebagai-pendukung-Geopark-Batur, diakses pada tanggal 20 mei 2015.
4Bali Lindungi Geopark Dunia di Kintamani,
budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal
pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kebebasan melakukan perjalanan
dan memanfaatkan waktu luang dalam wujud berwisata merupakan bagian dari
hak asasi manusia. Kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan
bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai
agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan
hidup, serta kepentingan nasional. Pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk
mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta
mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Kepariwisataan menyatakan bahwa: "wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara." Kemudian
dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Kepariwisataan menyatakan
bahwa: "wisatawan adalah orang yang melakukan wisata."
Proses pengembangan pariwisata tidak terlepas dari kemampuan daerah
dalam mengelola potensi yang ada, yang didukung oleh pengetahuan dan
keterampilan sumber daya manusia yang ada, serta peran serta masyarakat dalam
iklim keterbukaan dan demokratisasi. Penerapan otonomi daerah mengakibatkan
perencanaan dan evaluasi menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk
menyelenggarakannya. Daerah dituntut lebih mandiri dalam mengembangkan
obyek dan potensi wisatanya. Perlindungan terhadap pengguna jasa domestik
sangat diperlukan, sehingga industri kepariwisataan terlindungi. Otonomi daerah
harus mengacu daerah menggali potensi yang ada di daerah, serta menjamin
terwujudnya pembangunan daerah yang berkelanjutan.5
Kawasan strategis wisata sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1
angka 10 Undang-Undang Kepariwisataan menyatakan bahwa : "kawasan yang
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan." Bali adalah pusat
pariwisata Indonesia bagian tengah yang memiliki berbagai potensi yang
menunjang pertumbuhan kepariwisataan, mencakup potensi alam, manusia, dan
kebudayaan. Sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata yang mempunyai begitu
banyak obyek wisata, pulau Bali yang dikenal sebagai pulau dewata
mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan dan
penyediaan lapangan kerja di setiap daerah.Perkembangan pariwisata di Bali
sangat didukung oleh pendayagunaan sumber daya alam, pengembangan unsur
kebudayaan di daerah tujuan wisata dan penyediaan sarana dan prasarana yang
menunjang pariwisata itu sendiri.
5
Sartisi dan Muhammad Taufiq, Penerapan Perlindungan Hukum Terhadap Wisatawan
Yang Mengalami Kerugian Di Obyek IVisata (Studi Di Kabupaten Purbalingga), Jurnal Dinamika
Penelitian skripsi ini dilakukan pada Obyek Wisata Penelokan Kintamani
Bangli dikarenakan tingkat kunjungan wisatawan baik domestik maupun
wisatawan asing ke kawasan ini semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan
data jumlah kunjungan wisatawan obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten
Bangli Tahun 2010-2014 dapat diketahui bahwa sejak tahun 2010 jumlah
kunjungan ke daya tarik wisata Kabupaten Bangli sejumlah 370.560 wisatawan
dan hingga 2014 mengalami peningkatan sejumlah 551.168 wisatawan. Tentunya
para wisatawan ini ingin menikmati keindahan wisata alam tersebut dengan
tenang dan nyaman, namun tidak jarang keinginan mereka untuk bersantai
menjadi terganggu karena ulah para pedagang-pedagang yang sering memaksakan
agar barang dagangan mereka dibeli oleh wisatawan-wisatawan tersebut. Para
pedagang serabutan juga membuat pemandangan semrawut di lokasi wisata
tersebut, wisatawan yang berkunjung tentunya juga perlu mendapatkan penjagaan
terhadap barang-barang berharga yang mereka bawa pada saat berlibur ke
kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli ini.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka menarik
untuk dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini dengan mengangkat judul
Perlindungan Hukum Terhadap Hak Wisatawan Berkaitan Dengan Kenyamanan
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak wisatawan di kawasan
wisata Penelokan Kintamani Bangli?
2. apa saja yang sudah dilakukan oleh Diparda Bangli dalam hal memberi
perlindungan terhadap hak wisatawan di kawasan wisata Penelokan
Kintamani Bangli?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Untuk menghindari agar pembahasan dalam skripsi ini tidak keluar atau
melenceng dari pokok permasalahan, maka diperlukan adanya batasan-batasan
terhadap permasalahan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:
Pada permasalahan pertama dibahas mengenai perlindungan hukum
terhadap hak wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli dan pada
permasalahan kedua membahas mengenai – Upaya yang sudah dilakukan oleh Diparda Bangli dalam hal memberi perlindungan terhadap hak wisatawan di
kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Perlindungan
Hukum Terhadap Hak Kenyamanan Wisatawan Berkaitan Dengan Kenyamanan
hasil pemikiran dan tulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dengan menggunakan
3 (tiga) skripsi sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan
dengan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
No NAMA & NIM JUDUL RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah tinjauan yuridis mengenai penawaran voucer
wisata yang ditawarkan oleh PT. Angkasa Pura Pariwisata
Indonesia (APPI) dari
Undang-Undang Perlindungan
Konsumen?
2. Apa permasalahan hukum yang terjadi terkait Penawaran voucer wisata kepada konsumen ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dengan adanya
penyimpangan penawaran voucer wisata?
3 Muhammad wisata pantai Labombo antara pemerintah kota dan masyarakat Susutanga di kota Palopo?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum pemerintah terhadap warga masyarakat Surutanga di kota Palopo atas perjanjian pengelolaan obyek wisata pantai
Labombo oleh pihak ketiga CV. Vista?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah dalam kerangka
pengembangan ilmu hukum sehubungan dengan paradigma science as a process
(ilmu sebagai suatu proses). Paradigma ilmu tidak akan berhenti dalam
penggaliannya atas kebenaran dalam bidang hukum, khususnya yang berkaitan
dengan perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada wisatawan yang
berkunjung ke kawasan wisata Penelokan, Kintamani Bangli.
1.5.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dari penelitian skripsi ini yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisa lebih lanjut kenyataan dilapangan
perlindungan hukum terhadap hak wisatawan di kawasan
wisata Penelokan Kintamani Bangli.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa apa saja yang sudah dilakukan
oleh Diparda Bangli dalam memberi perlindungan terhadap hak
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
positif bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Pariwisata
terutama yang berkaitan dengan perlindungan hukum atas hak kenyamanan
wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan Kintamani,
Bangli.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi pihak pemerintah
Bagi pihak pemerintah terutama pemerintah Daerah Kabupaten Bangli
penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan dalam memberikan
perlindungan hukum terutama hak kenyamanan wisatawan baik domestik
maupun internasional yang berkunjung ke Penelokan Kintamani Bangli.
2. Manfaat bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi masyarakat
secara umum yang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan Kintamani
Bangli mengenai hak-hak yang didapat saat berkunjung ke wilayah
tersebut.
1.7 Landasan Teori
Untuk mengkaji permasalah hukum secara mendetail diperlukan beberapa
teori yang merupakan rangkaian asumsi, konsep, definisi, untuk mengembangkan,
menekankan serta menerangkan suatu gejala sosial secara sistematis. Suatu teori
cara-cara tertentu fakta tersebut merupakan suatu yang dapat diamati dan pada
umumnya dapat diuji secara empiris, oleh sebab itu dalam bentuknya yang paling
sederhana, suatu teori merupakan hubungan antara dua variable atau lebih yang
telah diuji kebenarannya.6
Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang membahas atau
menganalisis tidak sekedar menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau
permasalahan secara kritis ilmu hukum maupun hukum positif dengan
menggunakan interdisipliner. Jadi, tidak hanya menggunakan metode sinskripsi
saja. Dikatakan secara kritis karena pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan
teori hukum tidak cukup dijawab secara "otomatis" oleh hukum positif karena
memerlukan argumentasi atau penalaran.7 Untuk membahas permalasahan yang
diangkat dalam skripsi ini maka digunakan beberapa teori hukum, diantaranya
yaitu:
1. Teori Perlindungan Hukum
Teori perlindungan hukum pada awal mulanya bersumber dari teori hukum
alam atau aliran hukum alam yang dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid Plato)
dan Zeno. Menurut pendapat Fitzgerald, menyatakan bahwa: "Teori perlindungan
hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan
dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan
terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi
6
Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantm, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto I) h. 30.
7
Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum (edisi revisi), Cahaya Atma Pusaka,
berbagai kepentingan di lain pihak."8 untuk mendapatkan perlindungan hukum
tentunya yang diinginkan oleh manusia adalah ketertiban dan keteraturan antara
nilai dasar dari hukum yakni adanya kepastian hukum, kegunaan hukum serta
keadilan hukum. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan
manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan
kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.
Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum
lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh
masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut
untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara
perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan
masyarakat.
Fungsi primer hukum, yakni melindungi rakyat dari bahaya dan tindakan
yang dapat merugikan hidupnya dari orang lain, masyarakat maupun penguasa. Di
samping itu berfungsi pula untuk memberikan keadilan serta menjadi sarana untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Perlindungan, keadilan, dan
kesejahteraan tersebut ditujukan pada subyek hukum yaitu pendukung hak dan
kewajiban.
Satijipto Rahardjo menyatakan bahwa "perlindungan hukum adalah
memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan
orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat
8
menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum."9 C.S.T Kansil
memberikan pendapatnya mengenai perlindungan hukum yang menyatakan
bahwa :
Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja.Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya.Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.10
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teori perlindungan hukum
berkaitan dengan pemberian perlindungan atas hak kenyamanan wisatawan yang
berkunjung ke kawasan wisata Penelokan, Kintamani, Bangli. Wisatawan yang
berkunjung kesana tentunya harus mendapatkan perlindungan selama berwisata di
tempat tersebut. Perlindungan hukum yang jelas diharapkan dapat meminimalisir
tindak kejahatan yang bisa saja menimpa wisatawan tersebut terutama wisatawan
asing yang berkunjung ke kawasan wisata tersebut.
2. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini teori hak adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi,
karena hak berkaitan dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan hak dan kewajiban
bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Kewajiban satu orang biasanya serentak
berarti juga hak dari orang lain. Hak didasarkan atas martabat manusia dan
9Ibid
, h. 54.
10
C.S.T. Kansil, 2000, Pengantar Ilmu Hukum an Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
martabat semua manusia itu sama. Oleh karena itu teori hak sangat cocok dengan
suasana pemikiran demokratis.11
Menurut Bertens, pertama-tama harus dibedakan antara hak legal dan hak
moral. Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk.
Hak-hak legal berasal dari undang-undang, peraturan hukum atau dokumen legal
lainnya. Apabila hak legal berfungsi dalam sistem hukum, maka hak moral atau
berfungsi dalam sistem moral. Hak moral didasarkan atas prinsip atau peraturan
etis saja.12
Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu
terhadap yang lain atau terhadap masyarakat. Orang yang mempunyai hak biasa
menuntut (dan bukan saja mengharapkan atau menganjurkan) bahwa orang lain
akan memenuhi dan menghormati hak itu. Tetapi bila dikatakan demikian, segera
harus ditambah sesuatu yang amat penting: hak adalah klaim yang sah atau klaim
yang dapat dibenarkan. Sebab, mengatakan klaim begitu saja jelas tidak cukup.
Ternyata sering dikemukakan klaim yang tidak bisa dibenarkan.13
Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka teori hak berkaitan dengan
rumusan masalah kedua dalam skripsi ini. Pemerintah daerah diharapkan
memberikan perhatian yang serius atas kondisi pariwisata di kawasan wisata
Penelokan Kintamani Bangli. Kerja nyata diharapkan dilakukan pemerintah
daerah guna menjamin hak-hak dari wisatawan agar terjamin.
11
K. Bertens, 2000, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Yogjakarta, (selanjutnya disebut K.
Bertens I), h. 72-73.
12
K. Bertens, 1993, Etika, Gramedia Pustaka, Jakarta, (selanjutnya disebut K. Bertens II),
h. 178-179.
13Ibid
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Penelitian hukum terdiri dari dua jenis, yaitu penelitian hukum normatif
dan penelitian hukum empiris atau sosiologis.14 Jenis penelitian yang digunakan
dalam skripsi ini adalah jenis penelitian hukum empiris, yaitu dengan melihat
permasalahan dari kenyataan yang ada dalam masyarakat dan dikaitkan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Penelitian hukum empiris
adalah penelitian hukum yang obyek kejadiannya meliputi ketentuan dan
mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi,
Undang-Undang atau kontrak). Secara in action/in abstracto pada setiap
peristiwa hukum yang telah terjadi dalam masayrakat (in concreto).15
1.8.2 Jenis Pendekatan
Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan adalah bahan untuk
mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti
untuk melakukan analisis. Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan
yaitu :
a. Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian
hukum bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum
yang dilakukan dalam praktik hukum.
14
Mukti Fajar Nd. dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 153.
15
Abdulkadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
b. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini
dimaksudkan bahwa peneliti menggunakan peraturan
perundang-undangan sebagai dasar awal melakukan analisis.
c. Pendekatan fakta (the fact approach)
d. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual
Approach)
e. Pendekatan Frasa (Words and Phrase Approach)
f. Pendekatan sejarah (Historical Approach), pendekatan sejarah ini
dilakukan dengan menelaah latar belakang dan perkembangan dari
materi yang diteliti.
g. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), pendekatan ini
dilakukan dengan membandingkan peraturan perundangan Indonesia
dengan satu atau beberapa peraturan perundangan negara-negara lain.16
Dalam penulisan karya ilmiah ini, agar mendapatkan hasil yang ilmiah,
serta dapat dipertahankan secara ilmiah, maka masalah dalam penelitian ini akan
dibahas menggunakan jenis pendekatan Perundang-undangan (The Statute
Approach), pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan fakta (The Fact
Approach).
1.8.3 Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif
analitis.Penelitian yang bersifat deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan
16
Fajar Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya,17
maka dapat diambil data obyektif karena ingin menggambarkan kenyataan yang
terjadi pada kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan
Kintamani Bangli.
1.8.4 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian hukum ini data yang digunakan adalah data primer
(lapangan) dan data sekunder (kepustakaan) yaitu sebagai berikut:
1. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan, melalui wawancara
dengan pihak-pihak yang terkait yaitu pada Dinas Pariwisata Kabupaten
Bangli dan beberapa wistawan yang berkunjung ke kawasan wisata
Penelokan, Bangli. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan
wawancara dengan informan dan responden yang ada pada lokasi
penelitian tersebut. Informan, adalah orang atau individu yang
memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang
diketahuinya, informan dalam penelitian skripsi ini yaitu pegawai dan
Kepala Dinas pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli. Responden,
adalah seseorang atau individu yang mengetahui dan mengalami langsung
suatu kejadian, dalam kaitannya dengan penelitian skripsi ini yaitu para
wisatawan yang datang berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan
Kintamani Bangli.18
17
Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, (selanjutnya
disebut Soerjono Soekanto II) h. 10.
18
Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, (selanjutnya
2. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari penelitian kepustakaan dengan cara studi dokumen terhadap
bahan-bahan hukum yang terdiri dari:
i. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari:
(a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
(b) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen;
(c) Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
ii. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku,
makalah, dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-dokumen
yang berkenaan dengan masalah yang dibahas.
iii. Sedangkan Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus dan
ensiklopedia.19
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah dengan metode wawancara dengan mewawancarai para Responden
maupun informan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Jenis
wawancara yang dipergunakan adalah wawancara terstruktur, yang telah disusun
terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dan semua yang
diwawancarai ditanyakan dengan pertanyaan yang sama. Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu
19
pewawancara adalah pihak yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
adalah pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.20
1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian
Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah sampel secara
Non Random Sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah
menentukan atau menunjuk sendiri sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan
judul dalam penulisan skripsi ini maka dalam penelitian ini sampel yang
digunakan yaitu pegawai pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli sebagai
Informannya dan para wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan
Kintamani Bangli sebagai respondennya.
Penentuan informan dilakukan dengan teknik menggunakan metode
snowball sampling yang dipilih berdasarkan penunjukan atau rekomendasi dari
sampel sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri oleh peneliti
yaitu dengan mencari informan kunci, kemudian informan berikutnya yang akan
dijadikan sampel tergantung dari rekomendasi yang diberikan oleh informan kunci
yang diawali dengan menunjuk sejumlah informan yaitu informan yang
mengetahui, memahami, dan berpengalaman sesuai dengan obyek penelitian ini
yakni Kepala Dinas dan Pegawai di Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli.
1.8.7 Teknik Analisis Data
Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil pengumpulan data
di lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisa.21 Setelah data dikumpulkan
20
Lexy J. Moleong, 2013, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. XXXI, Bandung, hl. 186.
21
Bambang Waluyo, 2008, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta,
kemudian data diolah secara kualitatif dengan melakukan studi perbandingan
antara data lapangan dengan data kepustakaan sehingga akan diperoleh data yang
bersifat saling menunjang antara teori dan praktek. Dalam menganalisa data,
setelah data terkumpul maka langkah penting selanjutnya adalah analisis data.22
Analisis data yang dipergunakan dalam peneltian ini adalah analisis deskriptif,
yaitu data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian lapangan maupun
kepustakaan di olah dengan pendekatan kualitatif dan disajikan secara deskriptif
sesuai dengan hasil penelitian lapangan dan kepustakaan untuk memperoleh
kesimpulan yang tepat dan logis sesuai dengan permasalahan yang dikaji.23
22Ibid
, h. 19.
23
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEPARIWISATAAN
2.1Pengertian Perlindungan Hukum
Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan pancasila haruslah memberikan
perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya sesuai dengan yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan hukum berdasarkan pancasila
berarti pengakuan dan perlindungan hukum berdasarkan Pancasila berarti pengakuan dan
perlindungan akan harkat dan martabat manusia atas dasar nilai Ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, permusyawaratan, serta keadilan sosial. Nilai-nilai tersebut melahirkan pengakuan dan
perlindungan hak asasi manusia dalam wujudnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
dalam wadah negara kesatuan yang menjunjung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai
kesejahteraan bersama.
Definisi dari Perlindungan Hukum yaitu segala daya yang dilakukan secara sadar oleh
setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan,
penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada. Satjipto
Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah melindungi kepentingan seseorang dengan
cara memberikan suatu kekuasaan kepada orang tersebut untuk melakukan tindakan yang dapat
memenuhi kepentingannya.1
Pada prinsipnya perlindungan hukum tidak membedakan terhadap kaum pria maupun
wanita, Sistem pemerintahan negara sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Penjelasan
UUD 1945 diantaranya menyatakan prinsip “Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
hukum (rechtstaat) dan Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar)” Elemen
1
pokok negara hukum adalah pengakuan dan perlindungan terhadap “fundamental rights” (tiada
negara hukum tanpa pengakuan & perlindungan terhadap ‘fundamental rights’.Philipus M.
Hadjon berpendapat bahwa, Perlindungan Hukum adalah suatu tindakan untuk melindungi atau
memberikan pertolongan kepada subyek hukum, dengan menggunakan perangkat-perangkat
hukum.2
Philipus M. Hadjon membagi bentuk perlindungan hukum menjadi 2 yaitu:
1. Perlindungan hukum yang preventif
Perlindungan hukum ini memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengajukan
keberatan atas pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang
definitif. Sehingga, perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa dan
sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak. Dan
dengan adanya perlindungan hukum yang preventif ini mendorong pemerintah untuk berhati-hati
dalam mengambil keputusan yang berkaitan atau diminta pendapatnya mengenai rencana
keputusan tersebut.
2. Perlindungan hukum yang represif
Perlindungan hukum ini berfungsi untuk menyelesaikan apabila terjadi sengketa.
Indonesia dewasa ini terdapat berbagai badan yang secara partial menangani perlindungan
hukum bagi rakyat, yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1) Pengadilan dalam lingkup peradilan umura. Dewasa ini dalam praktek telah ditempuh jalan
untuk menyerahkan suatu perkara tertentu kepada peradilan umum sebagai perbuatan
melawan hukum oleh penguasa.
2
Philipus M. Hadjon, 2011, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University Press,
2) Instansi pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi: penanganan
perlindungan hukum bagi rakyat melalui instansi pemerintah dalam hal banding. Lembaga
banding tersebut menangani permintaan banding terhadap suatu tindakan pemerintah oleh
pihak yang telah merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah lainnya.Lembaga ini
berwenang untuk merubah bahkan membatalkan suatu tindakan dari pemerintah tersebut.
3) Badan-badan khusus: badan yang terkait dan berwenang untuk menyelesaikan suatu
sengketa. Badan khusus tersebut antara lain kantor urusan perumahan, pengadilan
kepegawaian, badan sensor film, panitia urusan piutang negara, peradilan administrasi
negara.
Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep Rule of Law
karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan memberikan pengakuan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia.Konsep Rechtsaat muncul di abad ke-19 yang pertama
kali dicetuskan oleh Julius Stahl. Pada saatnya hampir bersamaan muncul pula konsep negara
hukum (rule of Law) yang dipelopori oleh A.V.Dicey.menurut A.V. Dicey sebagaimana dikutip
oleh Nuktoh Arfawie Kurdie menguraikan adanya 3 (tiga) ciri penting negara hukum yang
disebut dengan Rule of Law, yaitu :
1. Supermasi hukum, artinya tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga seseorang
hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau pejabat pemerintah
3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.3
Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila mengandung
unsur-unsur sebagai berikut :
1. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warganya
3
2. Jaminan kepastian hukum.
3. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.
4. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.4
Perlindungan secara umum berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya, sesuatu itu
bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang. Selain itu perlindungan juga
mengandung makna pengayoman yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih
lemah. Perlindungan hukum dapat diartikan dengan segala pemerintah untuk menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai
seorang warganegara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi
sesuai peraturan yang berlaku.
2.2Pengertian Kepariwisataan
2.2.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata pada saat ini merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia, baik yang
melakukan perjalanan wisata maupun masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Wisatawan butuh
dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat sekitar lokasi berharap akan mendapatkan
implikasi positif berupa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Fenomena ini harus menjadi
perhatian para pembantu kebijakan sebagaimana diamanatkan bahwa pembangunan
kepariwisataan nasional diarahkan menjadi sektor andalan dan unggulan secara luas akan
diterjemahkan sebagai penghasilan devisa terbesar yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian masyarakat, memperluas
lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
4
Dinni Harina Simanjuntak, 2011, Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Franchise
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997, http://repository.
Pariwisata juga merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu. Alasannya
karena aktivtas berwisata bagi seorang individu dapat meningkatkan daya kreatif,
menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis, mengetahui peninggalan sejarah
dan budaya suatu etnik tertentu, kesehatan dan pariwisata spiritualisme. Pada saat ini, kedudukan
sektor pariwisata menjadi salah satu sektor andalan yang dapat meningkatkan devisa negara
sebagai pendukung komoditi ekspor migas maupun non migas. Pengembangan sektor pariwisata
dilakukan karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan devisa
negara dan disamping itu kegiatan pariwisata merupakan hal yang terkait erat dengan
sumberdaya yang unik dari suatu tujuan wisata yaitu dalam bentuk daya tarik alam dan daya
tarik budaya.
Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan
ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam
mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan.
Undang-Undang Kepariwisataan memberikan definisi yang berkaitan dengan pariwisata
dalam Pasal 1 Undang-Undang Kepariwisataan yaitu sebagai berikut:
- Pasal 1 angka 1: Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi
dalam jangka waktu sementara.
- Pasal 1 angka 2: Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata
- Pasal 1 angka 3: Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,
dan Pemerintah Daerah.
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat
setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat diketahui bahwa pariwisata adalah suatu
perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, dari satu tempat ke tempat lain untuk
menikmati perjalanan dan memenuhi keinginan yang beranekaragam.
Kepariwisataan menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang
Kepariwisataan menyatakan bahwa, Kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas:
a. manfaat;
b. kekeluargaan;
c. adil dan merata;
d. keseimbangan;
e. kemandirian;
f. kelestarian;
g. partisipatif;
h. berkelanjutan;
i. demokratis;
j. kesetaraan; dan
k. kesatuan.
Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap
wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat (Pasal 3 Undang-Undang Kepariwisataan). Kepariwisataan
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;
c. menghapus kemiskinan;
d. mengatasi pengangguran;
e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f. memajukan kebudayaan;
g. mengangkat citra bangsa;
h. memupuk rasa cinta tanah air;
i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j. mempererat persahabatan antarbangsa.
Kepariwisataan juga diselenggarakan dengan beberapa prinsip yang telah diatur yaitu :
a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep
hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa,
hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan
lingkungan;
b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;
c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas;
d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
e. memberdayakan masyarakat setempat;
f. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang merupakan
satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku
kepentingan;
g. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang
h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.2.2 Pengertian Wisatawan
Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur, berobat, berbisnis,
berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi tempat-tempat yang indah atau sebuah negara
tertentu. Organisasi Wisata Dunia (WTO), menyebut wisatawan sebagai pelancong yang
melakukan perjalanan pendek. Menurut organisasi ini, wisatawan adalah orang yang melakukan
perjalanan ke sebuah daerah atau negara asing dan menginap minimal 24 jam atau maksimal
enam bulan di tempat tersebut. Menurut pandangan psikologi, wisata adalah sebuah sarana
memanfaatkan waktu luang untuk menghilangkan tekanan kejiwaan akibat pekerjaan yang
melelahkan dan kejenuhan. Adapun ilmu sosiologi menilai pariwisata sebagai rangkaian
hubungan yang dijalin oleh pelancong yang bermukim sementara di suatu tempat dengan
penduduk lokal. Krapf Hunziker, seorang pakar pariwisata meyakini bahwa wisata adalah
munculnya serangkaian hubungan dari sebuah perjalanan temporal yang dijalin oleh seorang
yang bukan penduduk asli. Pariwisata, berdasarkan seluruh definisinya, adalah fenomena yang
terus berkembang. Lebih dari itu, industri ini telah menyelamatkan sejumlah negara dari krisis,
dan memarakkan pertumbuhan ekonominya.5 Undang-Undang Kepariwisataan memberikan
definisi mengenai wisatawan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 2 yaitu “Wisatawan
adalah orang yang melakukan wisata.”
Adapun Jenis-Jenis & Karakteristik Wisatawan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Wisatawan lokal (local tourist) yaitu wistawan yang melakukan perjalanan wisata ke
daerah tujuan wisata yang berasal dari dalam negeri.
5
Udayana United Tourism, Pengertian Wisatawan, https://m.facebook.com/
b. Wisatawan mancanegara (interntional tourist) yaitu, wisatawan yang mengadakan
perjalanan ke daerah tujuan wisata yang berasal dari luar negeri.
c. Holiday tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan ke daerah tujuan wisata
dengan tujuan untuk bersenang-senang atau untuk berlibur.
d. Business tourist adalah wisatawan yang berpergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan
untuk urusan dagang atau urusan profesi.
e. Common interest tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata
dengan tujuan khusus. Seperti, studi ilmu pengetahuan, mengunjungi sanak keluarga atau
untuk berobat dan lain-lain.
f. Individual tourist adalah wistawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara
sendiri-sendiri.
g. Group tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara
bersama-sama atau berkelompok.6
2.2.3 Karakteristik Obyek Wisata
Obyek wisata atau yang dalam Undang-Undang kepariwisataan disebut sebagai daya tarik
wisata menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 5 adalah “segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman, kekayaan alam, budaya
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.”
Obyek wisata terbagi menjadi dua kelompok, obyek wisata alam ciptaan Tuhan (natural
site-attraction) dan obyek wisata karya manusia (man-made site-attraction). Demikian juga
halnya dengan atraksi wisata yang terbagi menjadi dua yakni atraksi “asli” (real, authentic)
dan atraksi “pentas” (staged, artificial). Obyek wisata memiliki karakteristik yang berbeda
dengan atraksi wisata. Adapun mengenai karakteristik dari obyek wisata yaitu bersifat statis,
terikat pada tempat, dapat dijamah (tangible). Contoh, obyek wisata alam: pantai, gunung/bukit,
hutan, pulau, danau, air terjun, gua, lembah, pemandangan alam, cagar alam, suaka margasatwa,
taman nasional, dan lain-lain; sedangkan contoh obyek wisata karya manusia: situs sejarah,
candi, monumen, tugu, bangunan berasitektur khas/daerah. Bangunan dan lokasi bersejarah
seperti museum, pelabuhan, mesjid, gereja, kraton, makam tokoh agama/nasional/sejarah,
bangunan lain yang bernilai khusus antara lain jembatan (misalnya Ampera, Suramadu,
Kutai-Kartanegara), bendungan, perkebunan, kebun binatang, taman kota, taman rekreasi, dan
sebagainya.7
Karakteristik dari Atraksi Wisata yaitu bersifat dinamis, mencerminkan adanya gerak,
tidak terikat tempat (dapat berpindah) dan tidak dapat dijamah (intangible). Contoh atraksi
asli (ada atau tidak ada tourist akan berlangsung seperti apa adanya): seperti adat istiadat,
pakaian traditional, arsitektur khas/ daerah, kebiasaan dan pola hidup, gaya hidup, bahasa,
suasana keakraban dan keramahan masyarakat, seni budaya yang melekat pada kehidupan
masyarakat, seni batik, seni ukir, seni pahat, seni lukis, seni tari dan gamelan, seni musik,
upacara ritual keagamaan, upacara perkawinan, upacara menyambut kelahiran anak, upacara
kraton, acara 17-an (Agustus), dan sebagainya. Contoh, atraksi pentas: Pementasan seni budaya
(tari, gamelan, musik, wayang, dan lain-lain), pameran lukisan, pameran pahatan, pameran
ukiran, peragaan busana, dan lain-lain.8
Kawasan strategis pariwisata menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 10
Undang-Undang Kepariwisataan yaitu:
kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
7
Care Tourism, Tourism Society Of Indonesia, Pengertian Dasar Kepariwisataan, Obyek & Atraksi,
https://caretourism.wordpress.com/2011/12/09/pengertian-dasar-kepariwisataan-obyek-atraksi/, diakses pada 10 November 2015
Penetapan kawasan strategis pariwisata di seluruh wilayah Indonesia dilakukan dengan
memperhatikan aspek :
1. Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata;
2. Potensi pasar;
3. Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah;
4. Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
5. Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset
budaya;
6. Kesiapan dan dukungan masyarakat;
7. Kekhusussan dari wilayah.9
Kawasan strategis pariwisata di seluruh Indonesia dikembangkan untuk berpartisipasi dalam
terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) serta pengingkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan aspek budaya,
sosial dan agama masyarakat setempat.
2.2.4 Sarana Pariwisata
Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki keterkaitan yang kuat
dengan sektor lain, karena pariwisata bisa dikatakan sebagai gabungan fenomena dan hubungan
timbal balik akibat adanya interaksi dengan wisatawan, supplier bisnis, pemerintah tujuan wisata
serta masyarakat daerah tujuan wisata. Pariwisata merupakan suatu usaha yang komplek, hal ini
dikarenakan terdapat banyak kegiatan yang terkait dalam penyelenggaraan pariwisata.
Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya seperti usaha perhotelan (home stay), usaha kerajinan/cinderamata,
9
Tabea Tamang, Penyelenggaraan Kepariwisataan Indonesia, https://tabeatamang.