• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN BERKAITAN DENGAN KENYAMANAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PENELOKAN KINTAMANI BANGLI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN BERKAITAN DENGAN KENYAMANAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PENELOKAN KINTAMANI BANGLI."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN

BERKAITAN DENGAN

KENYAMANAN WISATAWAN

DI KAWASAN WISATA PENELOKAN

KINTAMANI BANGLI

Oleh:

IDA AYU MADE RHISMA DWITAHADI

1116051256

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN

BERKAITAN DENGAN

KENYAMANAN WISATAWAN

DI KAWASAN WISATA PENELOKAN

KINTAMANI BANGLI

Oleh:

IDA AYU MADE RHISMA DWITAHADI

1116051256

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN

BERKAITAN DENGAN

KENYAMANAN WISATAWAN

DI KAWASAN WISATA PENELOKAN

KINTAMANI BANGLI

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh :

IDA AYU MADE RHISMA DWITAHADI

1116051256

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

(4)

Lembar Persetujuan Pembimbing

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 28 JANUARI 2016

PEMBIMBING I

Prof. R.A. RETNO MURNI, SH.,MH.,Ph.D NIP. 194411261980032001

PEMBIMBING II

A.A. SRI INDRAWATI, SH.,MH NIP. 195710141986012001

(5)

Lembar Penetapan Panitia Penguji Skripsi

SKRIPSI INI TELAH DIUJI

PADA TANGGAL : 20 JANUARI 2016

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Nomor : 0047/UN14.4E/IV/PP/2016 Tanggal : 12 Januari 2016

1. Prof. R.A. Retno Murni, SH.MH.,Ph.D (………..)

2. A.A. Sri Indrawati, SH.,MH (………..)

3. Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH (………..)

4. Dr. Dewa Gde Rudy,SH., M.,Hum (………..)

5. Ida Ayu Sukihana, SH.,MH (………..)

(6)

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang

Maha Esa karena atas anugerah dan asung kertha wara nugraha-Nyalah penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir / skripsi ini yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP HAK WISATAWAN BERKAITAN DENGAN KENYAMANAN

WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PENELOKAN KINTAMANI BANGLI”.

Adapun tugas akhir / skripsi ini dibuat sebagai syarat pokok yang harus penulis penuli dalam

rangka menyelesaikan studi S1 pada Fakultas Hukum Universitas Udayana guna memperoleh

gelar Sarjana Hukum.

Terlesaikannya tugas akhir / skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan

bantunan dari berbagai pihak baik yang secara langsung maupun seara tidak langsung serta

secaramoril maupun materiil yang tidak ternilai harganya. Pada kesempatan ini tidak lupa

penulis menghaturkan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,M.H, Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH.,M.H, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas

Udayana.

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH.,M.H, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

4. Bapak I Wayan Suardana, SH.,M.H, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

5. Bapak A.A. Gede Oka Parwata, SH.,M.Si., Ketua Program Ekstensi Fakultas Hukum

vi

(7)

Universitas Udayana.

6. Bapak A.A. Ketut Sukranatha, SH.,M.H., Sekretaris Program Ekstensi Fakultas

Hukum Universitas Udayana.

7. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,M.H., Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Udayana.

8. Bapak I Made Dedi Priyanto, SH.,M.Kn., Wakil Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Udayana.

9. Prof. R.A. Retno Murni, SH.,MH.,Ph.D., Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan-arahan dengan penuh perhatian dan

kesabaran dalam penulisan tugas akhir / skripsi ini.

10.Ibu A.A. Sri Indrawati, SH.,MH., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan arahan-arahan kesempatan untuk mengembangkan persoalan-persoalan

yang dihadapi dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam penulisan tugas akhir

skripsi ini.

11.Bapak Nyoman A. Martana,SH.,MH Dosen Pembimbing Akademik yang telah

menjadi pengarah dan memberikan tuntunan penulis selama menuntut ilmu di

Fakultas Hukum Universitas Udayana.

12.Seluruh Bapak / Ibu Dosen yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan

bekal ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.

13.Segenap Pegawai Fakultas Hukum Universitas Udayana Khususnya Program Reguler

Sore, terimakasih atas kerja sama yang telah dibangun selama ini.

14.Bapak Drs. Wayan Adnyana Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bangli yang telah

memberikan penulis arahan dan pernyataan untuk mengembangkan penulisan tugas

vii

(8)

akhir / skripsi ini.

15.Segenap Pegawai Dinas Kebudayaan Kabupaten Bangli yang telah memberikan

informasi, masukan, dan arahan kepada penulis demi terselesaikannya tugas akhir /

skripsi ini.

16.Kedua orang tua Bapak Ida Bagus Kartika dan Ibu Ida Ayu Md. Suciani, terimakasih

penulis ucapkan atas segala yang telah diberikan dengan kasih sayang yang tulus

yang munkin tak cukup penulis ungkapkan disini.

17.Sahabat terbaik khusus kepada Ida Bagus Ny. Kartika Yudha yang telah membantu

penulis untuk meluangkan waktu dan upayanya dengan kasih sayang dalam melewati

suka dan duka bersama demi terselesaikannya penulisan tugas akhir/skripsi ini.

18.Seluruh kawan-kawan senior HMPE dan seluruh sahabat-sahabat penulis, Cintya,

Tya, Gekta, Meilia, Rika, Karina, Jennie, Masdiah, Geksary, dan sahabat lainnya

yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan masukan

dan dorongan dalam penyelesaian penulisan tugas akhir / skripsi ini.

Akhir kata penulis sampaikan bahwa dalam penyusunan tugas akhir / skripsi ini tentunya

penuh penulis sadari masih jauh dari kesempurnaan mengingat kemampuan dan pengetahuan

penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, penulis tetap harapkan saran maupun kritik yang

konstruktif demi kesempurnaan dari penyusunan tugas akhir / skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi semua pihak dan menambah tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peradilan

anak di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om.

viii

(9)

Denpasar, 25 Maret 2016

Penulis

IDA AYU MD. RHISMA DWITAHADI

(10)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa karya ilmiah / Penulisan Hukum / Skripsi ini

merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanan di suatu perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan

penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis

lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila karya ilmiah / Penulisan Hukum / Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi

ataupun plagiasi dari karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau

pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi

akademik/sanksi hukum yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada

paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 25 Maret 2016

Yang menyatakan,

Ida Ayu Made Rhisma Dwitahadi 1116051256

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN

SAMPUL DALAM

PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... x

DAFTAR ISI ... xi

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 8

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 8

1.5. Tujuan Penelitian ... 10

1.5.1 Tujuan Umum ... 10

1.5.2 Tujuan Khusus ... 10

1.6. Manfaat Penelitian ... 11

1.6.1Manfaat Teoritis ... 11

1.6.2Manfaat Praktis ... 11

1.7. Landasan Teoritis ... 11

(12)

1.8. Metode Penelitian ... 16

1.8.1 Jenis Penelitian... 16

1.8.2 Jenis Pendekatan ... 16

1.8.3 Sifat Penelitian... .. 17

1.8.4 Data dan Sumber Data ... 18

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data ... 19

1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian... 20

1.8.7 Teknik Analisis Data... 20

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEPARIWISATAAN ... 22

2.1 Pengertian Perlindungan Hukum ... 22

2.2 Pengertian Kepariwisataan... . 26

2.2.1 Pengertian Pariwisata... . 26

2.2.2 Pengertian Wisatawan... . 30

2.2.3 Karakteristik Obyek Wisata ... 32

2.2.4 Sarana Pariwisata ... 34

BAB III PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM OLEH PELAKU USAHA WISATA ... 39

3.1 Hak-hak Bagi Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan Kintamani Bangli ... 39

3.2 Perlindungan Hukum terhadap hak Wisatawan Berkaitan dengan kenyamanan wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani, Bangli Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan ... 44

(13)

BAB IV UPAYA DINAS PARIWISATA DAERAH BANGLI UNTUK MEMBERI PERLINDUNGAN ATAS HAK WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PENELOKAN KINTAMANI BANGLI

49

4.1 Faktor Pendukung dan Penghambat Perlindungan

Hukum Atas Hak Kenyamanan Wisatawan ... 49

4.2 Upaya yang Dilakukan Dinas Pariwisata Daerah Bangli Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Atas Hak Kenyamanan Wisatawan di Penelokan Kintamani Bangli ...52

BAB V PENUTUP ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN

(14)

ABSTRAK

Indonesia adalah negara yang berpotensi untuk menjadi tujuan pariwisata di dunia. Dalam dunia pariwisata, perlindungan terhadap wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, masih sangat rendah hingga terkadang hukum yang berlaku kurang memiliki kekuatan untuk melindungi wisatawan. Hingga saat ini, wisatawan yang datang hanya menjadi objek oleh pelaku bisnis pariwisata yang tidak bertanggung jawab. Padahal, kepastian hukum dalam rangka menjamin adanya perlindungan bagi wisatawan sangatlah penting.

Salah satu kawasan strategis wisata yang diangkat dalam penelitian ini yaitu berada di wilayah Penelokan, Kintamani, Bangli. Maraknya pedagang yang berjualan bebas di kawasan objek wisata Penelokan sungguh memperlihatkan betapa sembrautnya obyek wisata tersebut, padahal pemerintah telah mengupayakan keindahan obyek dan ketertiban yang harus dijaga oleh para pedagang kepada wisatawan dengan rutin mensosialisasikan setiap jangka waktu tertentu, karena banyaknya wisatawan yang berkunjung juga memerlukan kenyamanan agar wisatawan ini tidak menyesal berkunjung ke kawasan wisata tersebut. Berdasarknan permasalahan tersebut penulis mengkaji mengenai perlindungan hukum terhadap hak wisatawan berkaitan dengan kenyamanan wisatawan di kawasan wisata penelokan kintamani bangli dan penyelesaian masalah apabila wisatawan mengalami kerugian pada saat berkunjung ke kawasan tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang menggunakan pendekatan Perundang-Undangan (The Statute Approach), Pendekatan Kasus (Case approach) dan Pendekatan Fakta (The Fact Approach). Yang mana masalah yang diangkat dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan kenyataan yang ada di obyek wisata Penelokan Kintamani bangli. Sumber data yang yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil,data primer bersumber dari penelitian lapangan yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dilapangan baik dari responden maupun informan. Data sekunder berasal dari penelitian kepustakaan.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum terhadap hak wisatawan berkaitan dengan kenyamanan wisatawan di kawasan wisata penelokan kintamani bangli, telah selalu diupayakan oleh pihak pemerintah dengan cara mensosialisasikan kepada pihak yang berkaitan namun masih belum dapat dikatakan terlaksana dengan maksimal, karena kurang tegasnya pihak pemerintah dan kurangnya kesadaran dari sumber daya manusianya sendiri dalam hal ini pedagang acung untuk dapat bekerjasama merealisasikan hak-hak para wisatawan tersebut entah itu peraturan yang berlaku di dalam UU maupun sanksi yang telah disepakati bersama. Upaya dari pemerintah kabupaten khususnya sebagai penanggung jawab pengelolaan pariwisata masih tetap diharapkan sehingga penegakkan hukum dalam rangka memberikan rasa aman dan nyaman kepada para wisatawan di obyek wisata tersebut dapat selalu terjamin.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Hak Wisatawan, Tanggung Jawab Pihak Pengelola Pariwisata.

(15)

ABSTRACT

Indonesia is a potential country to become a world tourism destination. The protection of the tourists both foreign and domestic is very poor so that the applicable law has a less power to protect the tourists. Nowadays tourist become an object for a bad businessman.

One of the strategic tourists area that raised in this research is located at Penelokan, Kintamani Bangli. There are multitude merchants that selling their products in unrestrained way in that tourist area that probably makes the tourists uncomfortable. Based on these problems the author reviewing about legal protection the legal protection towards tourists rights in related with tourist amenities at tourists area in Penelokan, Kintamani Bangli and how to solve the problem if the tourists run in to harm when they visiting that place.

This research is an empirical legal research by using statute approach, case approach and fact approach. The issues that raised are associated with the applicable law and the facts in the society. This research uses primary legal material which is field research and secondary legal material which are books and the other relevant documents.

The conclusion of this paper is, the government have provided its protection by socializing to the related parties, however it has not been implement by the merchant to realize tourists rights that regulated in the law as well as the sanctions which has agreed by the society. The effort from district government still expected in order to give a pleasant and pleasurable atmosphere to the tourists.

Keywords: legal protection, tourists rights, tourist administrator responsibility

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang berpotensi untuk menjadi tujuan pariwisata

di dunia. Keanekaragaman flora serta fauna yang tersebar dari sabang sampai

merauke, keanekaragaman budaya dan seni, peninggalan purbakala, keindahan

alam, pantai, dan lautlah yang menjadi ciri khas pariwisata Indonesia dan menjadi

daya tarik bagi para wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Selain itu

pariwisata Indonesia juga semakin lengkap dengan tersedianya sejumlah taman

rekreasi, baik di luar ruangan (theme park) maupun di dalam ruangan (indoor

theme park).

Pariwisata adalah suatu kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi,

transportasi, makanan, rekreasi, serta jasa-jasa lainnya. Perdagangan jasa

pariwisata melibatkan beberapa aspek, misalnya aspek ekonomi, budaya, sosial,

agama, lingkungan, keamanan dan aspek lainnya. Dari berbagai aspek tersebut,

aspek ekonomilah yang mendapat perhatian paling besar dalam pembangunan

pariwisata sehingga pariwisata dikatakan sebagai suatu industri.1

Kebutuhan akan rekreasi muncul sehubungan dengan kehidupan

sehari-hari setiap manusia dan tidak terlepas dari kegiatan rutin yang, dijalaninya baik di

rumah atau di tempat lain. Kegiatan pada satu titik tertentu di waktu tertentu akan

menimbulkan kejenuhan sehingga manusia akan berusaha untuk berhenti dari

kegiatan-kegiatan rutinnya itu untuk mencari selingan untuk menghibur diri,

1

I Putu Gelgel, 2009, Industri Pariwisata Indonesia Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa

(17)

memperoleh kesenangan, dan kembali menyegarkan diri. Untuk meringankan

beban pikiran dan menumbuhkan semangat dalam menghadapi kegiatan

berikutnya maka rekreasi merupakan obat yang sangat ampuh.

Dalam dunia pariwisata, perlindungan terhadap wisatawan, baik

wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, masih sangat rendah

hingga terkadang hukum yang berlaku kurang memiliki kekuatan untuk

melindungi wisatawan. Hingga saat ini, wisatawan yang datang hanya menjadi

obyek oleh pelaku bisnis pariwisata yang tidak bertanggung jawab.Padahal,

kepastian hukum dalam rangka menjamin adanya perlindungan bagi wisatawan

sangatlah penting.

Salah satu kawasan strategis wisata yang diangkat dalam penelitian ini

yaitu berada di wilayah Penelokan, Kintamani, Bangli. Pemilihan Obyek Wisata

Penelokan dalam skripsi ini mengingat Penelokan adalah salah satu wisata

unggulan di Kintamani. Penelokan terletak di sebelah selatan Desa Batur Tengah,

Kecamatan Kintamani kira-kira 23 km dari Kota Bangli atau 63 km dari Denpasar

ibu kota Propinsi Bali. Suhu udara di Penelokan relatif sejuk atau lebih dingin di

bandingkan kawasan lainnya di Kintamani. Sepanjang areal Batur memiliki

pemandangan menarik. Seusai dengan namanya Penelokan dalam bahasa Bali

yang berarti tempat untuk melihat-lihat merupakan lokasi yang paling strategis

untuk menikmati pemandangan alam di kawasan wisata ini. Adapun karakteristik

yang terdapat dalam obyek wisata Penelokan Kintamani Bangli disini yang

membedakannya dengan obyek wisata lainnya di daerah Bali yang serupa dimana

(18)

menakjubkan. Kombinasi antara Gunung Batur beserta hamparan bebatuan hitam

dengan Danau Batur yang berbentuk bulan sabit berwarna biru di sebuah kaldera

yang oleh wisatawan-wisatawan dikatakan sebagai kaldera terindah di dunia. Juga

telah diakui oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani

masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) secara resmi

sejak 2 November 2012 mengakui Gunung Batur itu sebagai Geopark dunia

karena memiliki keunikan dan kekhasan sebagai warisan dunia bidang geowisata

dunia.2

Sehingga Gunung Batur merupakan salah satu kawasan geologi unik dan

memiliki kekhasan yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh lembaga

dunia itu. Dengan pengakuan itu, Gunung Batur menjadi taman bumi berkelas

dunia dan memiliki geologi bertaraf internasional. Penetapan Gunung Batur

tersebut melalui penilaian dan riset yang dilakukan oleh UNESCO. Salah satu

syaratnya adalah harus memiliki fenomena kelas dunia, punya keunggulan dengan

tempat lain dan yang jelas ada integrasi dari unsur hayatinya.

Kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli juga dilengkapi dengan

Museum Vulkanologi. Museum ini memiliki fasilitas seperti ruang pertemuan

untuk ilmuwan, ruang koleksi yang menunjukkan peristiwa meletusnya Gunung

Batur.Museum tersebut terletak di obyek wisata Kintamani, resmi dibuka oleh

Menteri Sumber Daya Energi dan Pertambangan, Purnomo Yusgiantoro pada

2

Rusadi Nata, 2015, Kintamani Tetap Jadi Obyek Wisata Andalan,http://www.kabar

dewata.com/berita/travel/kintamani-tetap-jadi-obyek-wisata-andalan.html#.VbxrLvB3DIU,diakses

(19)

10 Mei 2007.3 Pengunjung yang ke sana akan mendapatkan gambaran tentang

kondisi gunung berapi di daerah ini. Museum tersebut juga menghadirkan

diorama yang menggambarkan rekonstruksi aliran lava dan kepanikan masyarakat

di tahun 1926 yang menghancurkan Desa Batur.Bahkan Gunung Batur dan

Gunung Agung masih aktif hingga kini. Obyek wisata Kintamani yang memiliki

pemandangan alam tidak ada duanya di dunia dari karakteristik yang terdapat di

kawasan Penelokan Kintamani itulah yang menjadi nilai lebih dibandingkan

dengan obyek wisata lainnya.4

Dari keindahan dan daya tarik yang dimiliki tersebut, Obyek Wisata

Penelokan Kintamani Bangli Bali sangat memiliki potensi untuk menarik minat

wisatawan untuk berkunjung. Banyaknya wisatawan yang berkunjung juga

memerlukan kenyamanan agar wisatawan ini tidak menyesal berkunjung ke

kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli. Pihak pengusaha pariwisata

menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 26 ayat (d) Undang-Undang

Kepariwisataan berkewajiban memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan

keamanan dan keselamatan wisatawan.

Pengaturan hukum di bidang pariwisata di Indonesia diatur dalam

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (selanjutnya disebut

Undang-Undang Kepariwisataan). Adapun yang melatarbelakangi lahirnya

undang-undang ini yaitu keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai karunia Tuhan

Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan

3

2014, Museum Gunungapi Batur sebagai pendukung Geopark Batur,http://www.batur

globalgeopark.com/index.php/baca-berita/1020/Museum-Gunungapi-Batur-sebagai-pendukung-Geopark-Batur, diakses pada tanggal 20 mei 2015.

4Bali Lindungi Geopark Dunia di Kintamani,

(20)

budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal

pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan

rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kebebasan melakukan perjalanan

dan memanfaatkan waktu luang dalam wujud berwisata merupakan bagian dari

hak asasi manusia. Kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan

bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai

agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan

hidup, serta kepentingan nasional. Pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk

mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta

mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

Kepariwisataan menyatakan bahwa: "wisata adalah kegiatan perjalanan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat

tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan

daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara." Kemudian

dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Kepariwisataan menyatakan

bahwa: "wisatawan adalah orang yang melakukan wisata."

Proses pengembangan pariwisata tidak terlepas dari kemampuan daerah

dalam mengelola potensi yang ada, yang didukung oleh pengetahuan dan

keterampilan sumber daya manusia yang ada, serta peran serta masyarakat dalam

iklim keterbukaan dan demokratisasi. Penerapan otonomi daerah mengakibatkan

(21)

perencanaan dan evaluasi menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk

menyelenggarakannya. Daerah dituntut lebih mandiri dalam mengembangkan

obyek dan potensi wisatanya. Perlindungan terhadap pengguna jasa domestik

sangat diperlukan, sehingga industri kepariwisataan terlindungi. Otonomi daerah

harus mengacu daerah menggali potensi yang ada di daerah, serta menjamin

terwujudnya pembangunan daerah yang berkelanjutan.5

Kawasan strategis wisata sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1

angka 10 Undang-Undang Kepariwisataan menyatakan bahwa : "kawasan yang

memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan

pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti

pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya

dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan." Bali adalah pusat

pariwisata Indonesia bagian tengah yang memiliki berbagai potensi yang

menunjang pertumbuhan kepariwisataan, mencakup potensi alam, manusia, dan

kebudayaan. Sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata yang mempunyai begitu

banyak obyek wisata, pulau Bali yang dikenal sebagai pulau dewata

mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan dan

penyediaan lapangan kerja di setiap daerah.Perkembangan pariwisata di Bali

sangat didukung oleh pendayagunaan sumber daya alam, pengembangan unsur

kebudayaan di daerah tujuan wisata dan penyediaan sarana dan prasarana yang

menunjang pariwisata itu sendiri.

5

Sartisi dan Muhammad Taufiq, Penerapan Perlindungan Hukum Terhadap Wisatawan

Yang Mengalami Kerugian Di Obyek IVisata (Studi Di Kabupaten Purbalingga), Jurnal Dinamika

(22)

Penelitian skripsi ini dilakukan pada Obyek Wisata Penelokan Kintamani

Bangli dikarenakan tingkat kunjungan wisatawan baik domestik maupun

wisatawan asing ke kawasan ini semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan

data jumlah kunjungan wisatawan obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten

Bangli Tahun 2010-2014 dapat diketahui bahwa sejak tahun 2010 jumlah

kunjungan ke daya tarik wisata Kabupaten Bangli sejumlah 370.560 wisatawan

dan hingga 2014 mengalami peningkatan sejumlah 551.168 wisatawan. Tentunya

para wisatawan ini ingin menikmati keindahan wisata alam tersebut dengan

tenang dan nyaman, namun tidak jarang keinginan mereka untuk bersantai

menjadi terganggu karena ulah para pedagang-pedagang yang sering memaksakan

agar barang dagangan mereka dibeli oleh wisatawan-wisatawan tersebut. Para

pedagang serabutan juga membuat pemandangan semrawut di lokasi wisata

tersebut, wisatawan yang berkunjung tentunya juga perlu mendapatkan penjagaan

terhadap barang-barang berharga yang mereka bawa pada saat berlibur ke

kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli ini.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka menarik

untuk dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini dengan mengangkat judul

Perlindungan Hukum Terhadap Hak Wisatawan Berkaitan Dengan Kenyamanan

(23)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak wisatawan di kawasan

wisata Penelokan Kintamani Bangli?

2. apa saja yang sudah dilakukan oleh Diparda Bangli dalam hal memberi

perlindungan terhadap hak wisatawan di kawasan wisata Penelokan

Kintamani Bangli?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari agar pembahasan dalam skripsi ini tidak keluar atau

melenceng dari pokok permasalahan, maka diperlukan adanya batasan-batasan

terhadap permasalahan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:

Pada permasalahan pertama dibahas mengenai perlindungan hukum

terhadap hak wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli dan pada

permasalahan kedua membahas mengenai – Upaya yang sudah dilakukan oleh Diparda Bangli dalam hal memberi perlindungan terhadap hak wisatawan di

kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Perlindungan

Hukum Terhadap Hak Kenyamanan Wisatawan Berkaitan Dengan Kenyamanan

(24)

hasil pemikiran dan tulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dengan menggunakan

3 (tiga) skripsi sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan

dengan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

No NAMA & NIM JUDUL RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah tinjauan yuridis mengenai penawaran voucer

wisata yang ditawarkan oleh PT. Angkasa Pura Pariwisata

Indonesia (APPI) dari

Undang-Undang Perlindungan

Konsumen?

2. Apa permasalahan hukum yang terjadi terkait Penawaran voucer wisata kepada konsumen ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen dengan adanya

penyimpangan penawaran voucer wisata?

(25)

3 Muhammad wisata pantai Labombo antara pemerintah kota dan masyarakat Susutanga di kota Palopo?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum pemerintah terhadap warga masyarakat Surutanga di kota Palopo atas perjanjian pengelolaan obyek wisata pantai

Labombo oleh pihak ketiga CV. Vista?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah dalam kerangka

pengembangan ilmu hukum sehubungan dengan paradigma science as a process

(ilmu sebagai suatu proses). Paradigma ilmu tidak akan berhenti dalam

penggaliannya atas kebenaran dalam bidang hukum, khususnya yang berkaitan

dengan perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada wisatawan yang

berkunjung ke kawasan wisata Penelokan, Kintamani Bangli.

1.5.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dari penelitian skripsi ini yaitu

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa lebih lanjut kenyataan dilapangan

perlindungan hukum terhadap hak wisatawan di kawasan

wisata Penelokan Kintamani Bangli.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa apa saja yang sudah dilakukan

oleh Diparda Bangli dalam memberi perlindungan terhadap hak

(26)

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

positif bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Pariwisata

terutama yang berkaitan dengan perlindungan hukum atas hak kenyamanan

wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan Kintamani,

Bangli.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi pihak pemerintah

Bagi pihak pemerintah terutama pemerintah Daerah Kabupaten Bangli

penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan dalam memberikan

perlindungan hukum terutama hak kenyamanan wisatawan baik domestik

maupun internasional yang berkunjung ke Penelokan Kintamani Bangli.

2. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi masyarakat

secara umum yang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan Kintamani

Bangli mengenai hak-hak yang didapat saat berkunjung ke wilayah

tersebut.

1.7 Landasan Teori

Untuk mengkaji permasalah hukum secara mendetail diperlukan beberapa

teori yang merupakan rangkaian asumsi, konsep, definisi, untuk mengembangkan,

menekankan serta menerangkan suatu gejala sosial secara sistematis. Suatu teori

(27)

cara-cara tertentu fakta tersebut merupakan suatu yang dapat diamati dan pada

umumnya dapat diuji secara empiris, oleh sebab itu dalam bentuknya yang paling

sederhana, suatu teori merupakan hubungan antara dua variable atau lebih yang

telah diuji kebenarannya.6

Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang membahas atau

menganalisis tidak sekedar menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau

permasalahan secara kritis ilmu hukum maupun hukum positif dengan

menggunakan interdisipliner. Jadi, tidak hanya menggunakan metode sinskripsi

saja. Dikatakan secara kritis karena pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan

teori hukum tidak cukup dijawab secara "otomatis" oleh hukum positif karena

memerlukan argumentasi atau penalaran.7 Untuk membahas permalasahan yang

diangkat dalam skripsi ini maka digunakan beberapa teori hukum, diantaranya

yaitu:

1. Teori Perlindungan Hukum

Teori perlindungan hukum pada awal mulanya bersumber dari teori hukum

alam atau aliran hukum alam yang dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid Plato)

dan Zeno. Menurut pendapat Fitzgerald, menyatakan bahwa: "Teori perlindungan

hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan

dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan

terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi

6

Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantm, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto I) h. 30.

7

Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum (edisi revisi), Cahaya Atma Pusaka,

(28)

berbagai kepentingan di lain pihak."8 untuk mendapatkan perlindungan hukum

tentunya yang diinginkan oleh manusia adalah ketertiban dan keteraturan antara

nilai dasar dari hukum yakni adanya kepastian hukum, kegunaan hukum serta

keadilan hukum. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan

manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan

kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum

lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut

untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara

perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan

masyarakat.

Fungsi primer hukum, yakni melindungi rakyat dari bahaya dan tindakan

yang dapat merugikan hidupnya dari orang lain, masyarakat maupun penguasa. Di

samping itu berfungsi pula untuk memberikan keadilan serta menjadi sarana untuk

mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Perlindungan, keadilan, dan

kesejahteraan tersebut ditujukan pada subyek hukum yaitu pendukung hak dan

kewajiban.

Satijipto Rahardjo menyatakan bahwa "perlindungan hukum adalah

memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan

orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat

8

(29)

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum."9 C.S.T Kansil

memberikan pendapatnya mengenai perlindungan hukum yang menyatakan

bahwa :

Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja.Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya.Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.10

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teori perlindungan hukum

berkaitan dengan pemberian perlindungan atas hak kenyamanan wisatawan yang

berkunjung ke kawasan wisata Penelokan, Kintamani, Bangli. Wisatawan yang

berkunjung kesana tentunya harus mendapatkan perlindungan selama berwisata di

tempat tersebut. Perlindungan hukum yang jelas diharapkan dapat meminimalisir

tindak kejahatan yang bisa saja menimpa wisatawan tersebut terutama wisatawan

asing yang berkunjung ke kawasan wisata tersebut.

2. Teori Hak

Dalam pemikiran moral dewasa ini teori hak adalah pendekatan yang

paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau

perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi,

karena hak berkaitan dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan hak dan kewajiban

bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Kewajiban satu orang biasanya serentak

berarti juga hak dari orang lain. Hak didasarkan atas martabat manusia dan

9Ibid

, h. 54.

10

C.S.T. Kansil, 2000, Pengantar Ilmu Hukum an Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,

(30)

martabat semua manusia itu sama. Oleh karena itu teori hak sangat cocok dengan

suasana pemikiran demokratis.11

Menurut Bertens, pertama-tama harus dibedakan antara hak legal dan hak

moral. Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk.

Hak-hak legal berasal dari undang-undang, peraturan hukum atau dokumen legal

lainnya. Apabila hak legal berfungsi dalam sistem hukum, maka hak moral atau

berfungsi dalam sistem moral. Hak moral didasarkan atas prinsip atau peraturan

etis saja.12

Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu

terhadap yang lain atau terhadap masyarakat. Orang yang mempunyai hak biasa

menuntut (dan bukan saja mengharapkan atau menganjurkan) bahwa orang lain

akan memenuhi dan menghormati hak itu. Tetapi bila dikatakan demikian, segera

harus ditambah sesuatu yang amat penting: hak adalah klaim yang sah atau klaim

yang dapat dibenarkan. Sebab, mengatakan klaim begitu saja jelas tidak cukup.

Ternyata sering dikemukakan klaim yang tidak bisa dibenarkan.13

Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka teori hak berkaitan dengan

rumusan masalah kedua dalam skripsi ini. Pemerintah daerah diharapkan

memberikan perhatian yang serius atas kondisi pariwisata di kawasan wisata

Penelokan Kintamani Bangli. Kerja nyata diharapkan dilakukan pemerintah

daerah guna menjamin hak-hak dari wisatawan agar terjamin.

11

K. Bertens, 2000, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Yogjakarta, (selanjutnya disebut K.

Bertens I), h. 72-73.

12

K. Bertens, 1993, Etika, Gramedia Pustaka, Jakarta, (selanjutnya disebut K. Bertens II),

h. 178-179.

13Ibid

(31)

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Penelitian hukum terdiri dari dua jenis, yaitu penelitian hukum normatif

dan penelitian hukum empiris atau sosiologis.14 Jenis penelitian yang digunakan

dalam skripsi ini adalah jenis penelitian hukum empiris, yaitu dengan melihat

permasalahan dari kenyataan yang ada dalam masyarakat dan dikaitkan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Penelitian hukum empiris

adalah penelitian hukum yang obyek kejadiannya meliputi ketentuan dan

mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi,

Undang-Undang atau kontrak). Secara in action/in abstracto pada setiap

peristiwa hukum yang telah terjadi dalam masayrakat (in concreto).15

1.8.2 Jenis Pendekatan

Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan adalah bahan untuk

mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti

untuk melakukan analisis. Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan

yaitu :

a. Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian

hukum bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum

yang dilakukan dalam praktik hukum.

14

Mukti Fajar Nd. dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 153.

15

Abdulkadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,

(32)

b. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini

dimaksudkan bahwa peneliti menggunakan peraturan

perundang-undangan sebagai dasar awal melakukan analisis.

c. Pendekatan fakta (the fact approach)

d. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual

Approach)

e. Pendekatan Frasa (Words and Phrase Approach)

f. Pendekatan sejarah (Historical Approach), pendekatan sejarah ini

dilakukan dengan menelaah latar belakang dan perkembangan dari

materi yang diteliti.

g. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), pendekatan ini

dilakukan dengan membandingkan peraturan perundangan Indonesia

dengan satu atau beberapa peraturan perundangan negara-negara lain.16

Dalam penulisan karya ilmiah ini, agar mendapatkan hasil yang ilmiah,

serta dapat dipertahankan secara ilmiah, maka masalah dalam penelitian ini akan

dibahas menggunakan jenis pendekatan Perundang-undangan (The Statute

Approach), pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan fakta (The Fact

Approach).

1.8.3 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif

analitis.Penelitian yang bersifat deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan

16

Fajar Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

(33)

data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya,17

maka dapat diambil data obyektif karena ingin menggambarkan kenyataan yang

terjadi pada kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan

Kintamani Bangli.

1.8.4 Data dan Sumber Data

Dalam penelitian hukum ini data yang digunakan adalah data primer

(lapangan) dan data sekunder (kepustakaan) yaitu sebagai berikut:

1. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan, melalui wawancara

dengan pihak-pihak yang terkait yaitu pada Dinas Pariwisata Kabupaten

Bangli dan beberapa wistawan yang berkunjung ke kawasan wisata

Penelokan, Bangli. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan

wawancara dengan informan dan responden yang ada pada lokasi

penelitian tersebut. Informan, adalah orang atau individu yang

memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang

diketahuinya, informan dalam penelitian skripsi ini yaitu pegawai dan

Kepala Dinas pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli. Responden,

adalah seseorang atau individu yang mengetahui dan mengalami langsung

suatu kejadian, dalam kaitannya dengan penelitian skripsi ini yaitu para

wisatawan yang datang berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan

Kintamani Bangli.18

17

Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, (selanjutnya

disebut Soerjono Soekanto II) h. 10.

18

Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, (selanjutnya

(34)

2. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh dari penelitian kepustakaan dengan cara studi dokumen terhadap

bahan-bahan hukum yang terdiri dari:

i. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari:

(a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

(b) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen;

(c) Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

ii. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku,

makalah, dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-dokumen

yang berkenaan dengan masalah yang dibahas.

iii. Sedangkan Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus dan

ensiklopedia.19

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah dengan metode wawancara dengan mewawancarai para Responden

maupun informan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Jenis

wawancara yang dipergunakan adalah wawancara terstruktur, yang telah disusun

terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dan semua yang

diwawancarai ditanyakan dengan pertanyaan yang sama. Wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu

19

(35)

pewawancara adalah pihak yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

adalah pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.20

1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah sampel secara

Non Random Sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah

menentukan atau menunjuk sendiri sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan

judul dalam penulisan skripsi ini maka dalam penelitian ini sampel yang

digunakan yaitu pegawai pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli sebagai

Informannya dan para wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan

Kintamani Bangli sebagai respondennya.

Penentuan informan dilakukan dengan teknik menggunakan metode

snowball sampling yang dipilih berdasarkan penunjukan atau rekomendasi dari

sampel sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri oleh peneliti

yaitu dengan mencari informan kunci, kemudian informan berikutnya yang akan

dijadikan sampel tergantung dari rekomendasi yang diberikan oleh informan kunci

yang diawali dengan menunjuk sejumlah informan yaitu informan yang

mengetahui, memahami, dan berpengalaman sesuai dengan obyek penelitian ini

yakni Kepala Dinas dan Pegawai di Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli.

1.8.7 Teknik Analisis Data

Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil pengumpulan data

di lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisa.21 Setelah data dikumpulkan

20

Lexy J. Moleong, 2013, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT. Remaja

Rosdakarya, Cet. XXXI, Bandung, hl. 186.

21

Bambang Waluyo, 2008, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta,

(36)

kemudian data diolah secara kualitatif dengan melakukan studi perbandingan

antara data lapangan dengan data kepustakaan sehingga akan diperoleh data yang

bersifat saling menunjang antara teori dan praktek. Dalam menganalisa data,

setelah data terkumpul maka langkah penting selanjutnya adalah analisis data.22

Analisis data yang dipergunakan dalam peneltian ini adalah analisis deskriptif,

yaitu data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian lapangan maupun

kepustakaan di olah dengan pendekatan kualitatif dan disajikan secara deskriptif

sesuai dengan hasil penelitian lapangan dan kepustakaan untuk memperoleh

kesimpulan yang tepat dan logis sesuai dengan permasalahan yang dikaji.23

22Ibid

, h. 19.

23

(37)
(38)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEPARIWISATAAN

2.1Pengertian Perlindungan Hukum

Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan pancasila haruslah memberikan

perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya sesuai dengan yang tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan hukum berdasarkan pancasila

berarti pengakuan dan perlindungan hukum berdasarkan Pancasila berarti pengakuan dan

perlindungan akan harkat dan martabat manusia atas dasar nilai Ketuhanan, kemanusiaan,

persatuan, permusyawaratan, serta keadilan sosial. Nilai-nilai tersebut melahirkan pengakuan dan

perlindungan hak asasi manusia dalam wujudnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

dalam wadah negara kesatuan yang menjunjung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai

kesejahteraan bersama.

Definisi dari Perlindungan Hukum yaitu segala daya yang dilakukan secara sadar oleh

setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan,

penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada. Satjipto

Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah melindungi kepentingan seseorang dengan

cara memberikan suatu kekuasaan kepada orang tersebut untuk melakukan tindakan yang dapat

memenuhi kepentingannya.1

Pada prinsipnya perlindungan hukum tidak membedakan terhadap kaum pria maupun

wanita, Sistem pemerintahan negara sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Penjelasan

UUD 1945 diantaranya menyatakan prinsip “Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas

hukum (rechtstaat) dan Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar)” Elemen

1

(39)

pokok negara hukum adalah pengakuan dan perlindungan terhadap “fundamental rights” (tiada

negara hukum tanpa pengakuan & perlindungan terhadap ‘fundamental rights’.Philipus M.

Hadjon berpendapat bahwa, Perlindungan Hukum adalah suatu tindakan untuk melindungi atau

memberikan pertolongan kepada subyek hukum, dengan menggunakan perangkat-perangkat

hukum.2

Philipus M. Hadjon membagi bentuk perlindungan hukum menjadi 2 yaitu:

1. Perlindungan hukum yang preventif

Perlindungan hukum ini memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengajukan

keberatan atas pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang

definitif. Sehingga, perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa dan

sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak. Dan

dengan adanya perlindungan hukum yang preventif ini mendorong pemerintah untuk berhati-hati

dalam mengambil keputusan yang berkaitan atau diminta pendapatnya mengenai rencana

keputusan tersebut.

2. Perlindungan hukum yang represif

Perlindungan hukum ini berfungsi untuk menyelesaikan apabila terjadi sengketa.

Indonesia dewasa ini terdapat berbagai badan yang secara partial menangani perlindungan

hukum bagi rakyat, yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1) Pengadilan dalam lingkup peradilan umura. Dewasa ini dalam praktek telah ditempuh jalan

untuk menyerahkan suatu perkara tertentu kepada peradilan umum sebagai perbuatan

melawan hukum oleh penguasa.

2

Philipus M. Hadjon, 2011, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University Press,

(40)

2) Instansi pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi: penanganan

perlindungan hukum bagi rakyat melalui instansi pemerintah dalam hal banding. Lembaga

banding tersebut menangani permintaan banding terhadap suatu tindakan pemerintah oleh

pihak yang telah merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah lainnya.Lembaga ini

berwenang untuk merubah bahkan membatalkan suatu tindakan dari pemerintah tersebut.

3) Badan-badan khusus: badan yang terkait dan berwenang untuk menyelesaikan suatu

sengketa. Badan khusus tersebut antara lain kantor urusan perumahan, pengadilan

kepegawaian, badan sensor film, panitia urusan piutang negara, peradilan administrasi

negara.

Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep Rule of Law

karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan memberikan pengakuan dan

perlindungan terhadap hak asasi manusia.Konsep Rechtsaat muncul di abad ke-19 yang pertama

kali dicetuskan oleh Julius Stahl. Pada saatnya hampir bersamaan muncul pula konsep negara

hukum (rule of Law) yang dipelopori oleh A.V.Dicey.menurut A.V. Dicey sebagaimana dikutip

oleh Nuktoh Arfawie Kurdie menguraikan adanya 3 (tiga) ciri penting negara hukum yang

disebut dengan Rule of Law, yaitu :

1. Supermasi hukum, artinya tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga seseorang

hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.

2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau pejabat pemerintah

3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.3

Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila mengandung

unsur-unsur sebagai berikut :

1. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warganya

3

(41)

2. Jaminan kepastian hukum.

3. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.

4. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.4

Perlindungan secara umum berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya, sesuatu itu

bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang. Selain itu perlindungan juga

mengandung makna pengayoman yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih

lemah. Perlindungan hukum dapat diartikan dengan segala pemerintah untuk menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai

seorang warganegara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi

sesuai peraturan yang berlaku.

2.2Pengertian Kepariwisataan

2.2.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata pada saat ini merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia, baik yang

melakukan perjalanan wisata maupun masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Wisatawan butuh

dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat sekitar lokasi berharap akan mendapatkan

implikasi positif berupa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Fenomena ini harus menjadi

perhatian para pembantu kebijakan sebagaimana diamanatkan bahwa pembangunan

kepariwisataan nasional diarahkan menjadi sektor andalan dan unggulan secara luas akan

diterjemahkan sebagai penghasilan devisa terbesar yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian masyarakat, memperluas

lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

4

Dinni Harina Simanjuntak, 2011, Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Franchise

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997, http://repository.

(42)

Pariwisata juga merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu. Alasannya

karena aktivtas berwisata bagi seorang individu dapat meningkatkan daya kreatif,

menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis, mengetahui peninggalan sejarah

dan budaya suatu etnik tertentu, kesehatan dan pariwisata spiritualisme. Pada saat ini, kedudukan

sektor pariwisata menjadi salah satu sektor andalan yang dapat meningkatkan devisa negara

sebagai pendukung komoditi ekspor migas maupun non migas. Pengembangan sektor pariwisata

dilakukan karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan devisa

negara dan disamping itu kegiatan pariwisata merupakan hal yang terkait erat dengan

sumberdaya yang unik dari suatu tujuan wisata yaitu dalam bentuk daya tarik alam dan daya

tarik budaya.

Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan

ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam

mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan.

Undang-Undang Kepariwisataan memberikan definisi yang berkaitan dengan pariwisata

dalam Pasal 1 Undang-Undang Kepariwisataan yaitu sebagai berikut:

- Pasal 1 angka 1: Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi

dalam jangka waktu sementara.

- Pasal 1 angka 2: Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata

- Pasal 1 angka 3: Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,

dan Pemerintah Daerah.

(43)

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat

setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat diketahui bahwa pariwisata adalah suatu

perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, dari satu tempat ke tempat lain untuk

menikmati perjalanan dan memenuhi keinginan yang beranekaragam.

Kepariwisataan menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang

Kepariwisataan menyatakan bahwa, Kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas:

a. manfaat;

b. kekeluargaan;

c. adil dan merata;

d. keseimbangan;

e. kemandirian;

f. kelestarian;

g. partisipatif;

h. berkelanjutan;

i. demokratis;

j. kesetaraan; dan

k. kesatuan.

Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap

wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk

mewujudkan kesejahteraan rakyat (Pasal 3 Undang-Undang Kepariwisataan). Kepariwisataan

(44)

a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;

c. menghapus kemiskinan;

d. mengatasi pengangguran;

e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;

f. memajukan kebudayaan;

g. mengangkat citra bangsa;

h. memupuk rasa cinta tanah air;

i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan

j. mempererat persahabatan antarbangsa.

Kepariwisataan juga diselenggarakan dengan beberapa prinsip yang telah diatur yaitu :

a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep

hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa,

hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan

lingkungan;

b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;

c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas;

d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;

e. memberdayakan masyarakat setempat;

f. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang merupakan

satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku

kepentingan;

g. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang

(45)

h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2.2 Pengertian Wisatawan

Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur, berobat, berbisnis,

berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi tempat-tempat yang indah atau sebuah negara

tertentu. Organisasi Wisata Dunia (WTO), menyebut wisatawan sebagai pelancong yang

melakukan perjalanan pendek. Menurut organisasi ini, wisatawan adalah orang yang melakukan

perjalanan ke sebuah daerah atau negara asing dan menginap minimal 24 jam atau maksimal

enam bulan di tempat tersebut. Menurut pandangan psikologi, wisata adalah sebuah sarana

memanfaatkan waktu luang untuk menghilangkan tekanan kejiwaan akibat pekerjaan yang

melelahkan dan kejenuhan. Adapun ilmu sosiologi menilai pariwisata sebagai rangkaian

hubungan yang dijalin oleh pelancong yang bermukim sementara di suatu tempat dengan

penduduk lokal. Krapf Hunziker, seorang pakar pariwisata meyakini bahwa wisata adalah

munculnya serangkaian hubungan dari sebuah perjalanan temporal yang dijalin oleh seorang

yang bukan penduduk asli. Pariwisata, berdasarkan seluruh definisinya, adalah fenomena yang

terus berkembang. Lebih dari itu, industri ini telah menyelamatkan sejumlah negara dari krisis,

dan memarakkan pertumbuhan ekonominya.5 Undang-Undang Kepariwisataan memberikan

definisi mengenai wisatawan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 2 yaitu “Wisatawan

adalah orang yang melakukan wisata.”

Adapun Jenis-Jenis & Karakteristik Wisatawan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Wisatawan lokal (local tourist) yaitu wistawan yang melakukan perjalanan wisata ke

daerah tujuan wisata yang berasal dari dalam negeri.

5

Udayana United Tourism, Pengertian Wisatawan, https://m.facebook.com/

(46)

b. Wisatawan mancanegara (interntional tourist) yaitu, wisatawan yang mengadakan

perjalanan ke daerah tujuan wisata yang berasal dari luar negeri.

c. Holiday tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan ke daerah tujuan wisata

dengan tujuan untuk bersenang-senang atau untuk berlibur.

d. Business tourist adalah wisatawan yang berpergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan

untuk urusan dagang atau urusan profesi.

e. Common interest tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata

dengan tujuan khusus. Seperti, studi ilmu pengetahuan, mengunjungi sanak keluarga atau

untuk berobat dan lain-lain.

f. Individual tourist adalah wistawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara

sendiri-sendiri.

g. Group tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara

bersama-sama atau berkelompok.6

2.2.3 Karakteristik Obyek Wisata

Obyek wisata atau yang dalam Undang-Undang kepariwisataan disebut sebagai daya tarik

wisata menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 5 adalah “segala sesuatu yang

memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman, kekayaan alam, budaya

dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.”

Obyek wisata terbagi menjadi dua kelompok, obyek wisata alam ciptaan Tuhan (natural

site-attraction) dan obyek wisata karya manusia (man-made site-attraction). Demikian juga

halnya dengan atraksi wisata yang terbagi menjadi dua yakni atraksi “asli” (real, authentic)

dan atraksi “pentas” (staged, artificial). Obyek wisata memiliki karakteristik yang berbeda

dengan atraksi wisata. Adapun mengenai karakteristik dari obyek wisata yaitu bersifat statis,

(47)

terikat pada tempat, dapat dijamah (tangible). Contoh, obyek wisata alam: pantai, gunung/bukit,

hutan, pulau, danau, air terjun, gua, lembah, pemandangan alam, cagar alam, suaka margasatwa,

taman nasional, dan lain-lain; sedangkan contoh obyek wisata karya manusia: situs sejarah,

candi, monumen, tugu, bangunan berasitektur khas/daerah. Bangunan dan lokasi bersejarah

seperti museum, pelabuhan, mesjid, gereja, kraton, makam tokoh agama/nasional/sejarah,

bangunan lain yang bernilai khusus antara lain jembatan (misalnya Ampera, Suramadu,

Kutai-Kartanegara), bendungan, perkebunan, kebun binatang, taman kota, taman rekreasi, dan

sebagainya.7

Karakteristik dari Atraksi Wisata yaitu bersifat dinamis, mencerminkan adanya gerak,

tidak terikat tempat (dapat berpindah) dan tidak dapat dijamah (intangible). Contoh atraksi

asli (ada atau tidak ada tourist akan berlangsung seperti apa adanya): seperti adat istiadat,

pakaian traditional, arsitektur khas/ daerah, kebiasaan dan pola hidup, gaya hidup, bahasa,

suasana keakraban dan keramahan masyarakat, seni budaya yang melekat pada kehidupan

masyarakat, seni batik, seni ukir, seni pahat, seni lukis, seni tari dan gamelan, seni musik,

upacara ritual keagamaan, upacara perkawinan, upacara menyambut kelahiran anak, upacara

kraton, acara 17-an (Agustus), dan sebagainya. Contoh, atraksi pentas: Pementasan seni budaya

(tari, gamelan, musik, wayang, dan lain-lain), pameran lukisan, pameran pahatan, pameran

ukiran, peragaan busana, dan lain-lain.8

Kawasan strategis pariwisata menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 10

Undang-Undang Kepariwisataan yaitu:

kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

7

Care Tourism, Tourism Society Of Indonesia, Pengertian Dasar Kepariwisataan, Obyek & Atraksi,

https://caretourism.wordpress.com/2011/12/09/pengertian-dasar-kepariwisataan-obyek-atraksi/, diakses pada 10 November 2015

(48)

Penetapan kawasan strategis pariwisata di seluruh wilayah Indonesia dilakukan dengan

memperhatikan aspek :

1. Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata;

2. Potensi pasar;

3. Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah;

4. Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga

fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

5. Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset

budaya;

6. Kesiapan dan dukungan masyarakat;

7. Kekhusussan dari wilayah.9

Kawasan strategis pariwisata di seluruh Indonesia dikembangkan untuk berpartisipasi dalam

terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) serta pengingkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan aspek budaya,

sosial dan agama masyarakat setempat.

2.2.4 Sarana Pariwisata

Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki keterkaitan yang kuat

dengan sektor lain, karena pariwisata bisa dikatakan sebagai gabungan fenomena dan hubungan

timbal balik akibat adanya interaksi dengan wisatawan, supplier bisnis, pemerintah tujuan wisata

serta masyarakat daerah tujuan wisata. Pariwisata merupakan suatu usaha yang komplek, hal ini

dikarenakan terdapat banyak kegiatan yang terkait dalam penyelenggaraan pariwisata.

Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya seperti usaha perhotelan (home stay), usaha kerajinan/cinderamata,

9

Tabea Tamang, Penyelenggaraan Kepariwisataan Indonesia, https://tabeatamang.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi profil wisatawan di kawasan wisata belanja Cibaduyut, serta menganalisis tanggapanwisatawan terhadap kawasan

Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi bentuk perlindungan hukum yang sebagaimana seharusnya diatur dalam Pasal 7- 8 UUPK terhadap konsumen pengguna

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa: 1) Perlindungan hukum hak-hak korban dalam proses penyelesaian perkara pidana di

Dapat dilihat juga preferensi wisatawan terhadap pilihan tempat belanja berdasarkan karakteristik wisatawan, dari hasil analisis didapatkan variabel lama wisata yang

Perlindungan hukum terhadap wisatawan ini melalui diaturnya sejumlah hak-hak yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yaitu Pasal 4, Undang-Undang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa persepsi wisatawan terhadap kondisi aksesibilitas yang dilalui oleh wisatawan dari

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Permintaan Wisatawan Terhadap Kol di Kawasan Wisata

Hasil analisis faktor gabungan menunjukkan bahwa faktor suasana mempunyai hubungan yang paling kuat terhadap faktor persepsi wisatawan terhadap atribut wisata di