SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN
WAKTU PENYELESAIAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI
BURSA EFEK INDONESIA
yang diajukan
Putri Ayu Adisti 0613010186/FE/EA
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec.Erna Sulistyowati, MM Tanggal : ……… NIP. 030 217 166
Mengetahui Ketua Progdi Akuntansi
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN
WAKTU PENYELESAIAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI
BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
Putri Ayu Adisti 0613010186 / FE / EA Disetujui untuk Ujian Lisan
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Sjafii, Ak, MM Tanggal : ………
NIP 030 173 783
Mengetahui
Wakil Dekan Fakultas Ekonomi
Drs . Ec. Saiful Anwar , MSi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan, yang telah berkenan memberikan Kasih Karunia dan Anugerah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul: “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Peyelesaian Penyajian Laporan Keuangan Pada Perusahaan Otomotif Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Tentunya dalam penyusunan skripsi ini ada keterbatasan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H.R Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dra. Ec. Dwi Suhartini, M. Aks, selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan kesabaran dan kerelaannya telah membimbing dan memberi petunjuk-petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesainya skripsi ini.
5. Segenap Dosen Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Staf perpustakaan UPN ”Veteran” Jatim yang telah memberikan bantuan terhadap fasilitas peminjaman buku untuk dijadikan referensi dalam penulisan skripsi ini. 7. Staf Bursa Efek Indonesia yang telah memberikan bantuan dalam perolehan data
yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama penulis sendiri.
Surabaya, Juni 2010
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Tabel... viii
Daftar gambar ... ix
Daftar Lampiran ... x
Abstraksi ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
2.1 Rumusan Masalah ... 8
3.1 Tujuan Penelitian ... 8
4.1 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10
1.2 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 10
2.2 Landasan Teori ... 18
2.2.1 Akuntansi Keuangan... 18
2.2.1.1 Pengertian Akuntansi Keuangan... 18
2.2.1.3 Manfaat Akuntansi Keuangan ... 19
2.2.2 Informasi... 19
2.2.2.1 Pengertian Informasi... 19
2.2.2.2 Sifat Informasi ... 20
2.2.3 Laporan Keuangan... 21
2.2.3.1 Pengertian Laporan Keungan ... 21
2.2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 22
2.2.3.3 Keterbatasan Laporan Keuangan... 25
2.2.3.4 Pemakaian Laporan Keuangan ... 28
2.2.3.5 Asumsi Dasar Laporan Keuangan ... 30
2.2.3.6 Jenis Laporan Keuangan... 31
2.2.3.7 Teknik Analisis Laporan Keuangan ... 41
2.2.4 Pelaporan Keuangan... 41
2.2.5 Ketepatan Waktu ... 43
2.2.6 Regulasi Publikasi Laporan Keuangan... 46
2.2.7 Faktor–faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan ... 47
2.2.7.1 Ukuran Perusahaan ... 47
2.2.7.2 Profitabilitas... 49
2.2.7.3 Likuiditas ... 50
2.2.7.4 Umur perusahaan ... 51
2.2.8 Teori yang membahas pengaruh antara komponen ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, dan rasio gearing terhadap ketepatan
Waktu ... 54
2.3 Kerangka Pikir ... 58
2.4 Hipotesis ... 61
BAB III METODE PENELITIAN ... 62
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 62
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 65
3.2.1 Populasi ... 65
3.2.2 Sampel... 66
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 68
3.1.3 Jenis Data... 68
3.2.3 Sumber Data ... 68
3.3.3 Pengumpulan Data... 68
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 69
3.4.3Uji Normalitas ... 69
3.4.4Uji Asumsi Klasik. ... 69
3.4.5Uji Logistik... 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72
4.1 Deskripsi Objek Penelitian... 72
4.1.1 Sejarah PT Astra Internasional, Tbk ... 72
4.1.2 Sejarah PT Astra Otoparts, Tbk ... 73
4.1.3 Sejarah PT Goodyear Indonesia, Tbk ... 74
4.1.4 Sejarah PT Gajah Tunggal, Tbk... 75
4.1.5 Sejarah PT Indomobil Sukses Internasional, Tbk ... 75
4.1.6 Sejarah PT Indospring, Tbk ... 76
4.1.7 Sejarah PT Sugi Samapersada, Tbk ... 77
4.1.8 Sejarah PT Branta Mulia, Tbk ... 78
4.1.9 Sejarah PT Nipress, Tbk ... 78
4.1.10 Sejarah PT Selamat Sempurna, Tbk... 78
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 79
4.2.1 Ukuran Perusahaan (X1)... 79
4.2.2 Profitabilitas (X2) ... 80
4.2.3 Likuiditas (X3)... 82
4.2.4 Umur Perusahaan (X4) ... 83
4.2.5 Rasio Gearing (X5)... 85
4.2.6 Ketepatan Waktu (Y) ... 87
4.3 Analisis dan Uji hipotesis ... 89
4.3.1 Uji Normalitas... 89
4.3.3 Menilai Model Fit ... 94
4.3.4 Koefisien Determinasi... 95
4.3.5 Keakuratan Model... 96
4.4 Uji Hipotesis ... 97
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 97
4.5.1 Implikasi Penelitian... 102
4.5.2 Pengembangan Ilmu Pengetahuan... 102
4.5.3 Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang ... 103
4.5.4 Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan dan Manfaat... 104
4.5.6 Keterbatasan Penelitian... 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 107
5.1 Kesimpulan... 107
5.2 Saran... 107
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data ketepatan waktu (Y) Laporan Keuangan Perusahaan
Transportasi Yang Terdaftar di BEI periode 2004 – 2007... 5
Tabel 2.1 Rangkuman Perbedaan Penelitilian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang... 17
Tabel 4.1 Data Ukuran Perusahaan... 79
Tabel 4.2 Data Profitabilitas ... 81
Tabel 4.3 Data Likuiditas... 82
Tabel 4.4 Data Umur Perusahaan... 84
Tabel 4.5 Data Rasio Gearing... 85
Tabel 4.6 Data Ketepatan Waktu ... 88
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 89
Tabel 4.8 Model Regresi Logistik... 90
Tabel 4.10 Hasil Uji Menilai Model Fit... 95
Tabel 4.11 Nilai R2 ... 96
Tabel 4.12 classification table ... 96
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Neraca Bantuk Rekening... 33
Gambar 2 Neraca Bentuk Laporan... 34
Gambar 3 Laporan Laba Rugi all inclusive, single step ... 36
Gambar 4 Laporan Laba Rugi all inclusive, multiple step... 37
Gambar 5 Laporan Perubahan Ekuitas... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Input Data
Lampiran 2 : Hasil Uji Regresi Logistik
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PENYELESAIAN PENYJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA
PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
Putri Ayu Adisti ABSTRAK
Pelaporan keuangan merupakan sumber informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis. Laporan keuangan adalah salah satunya. Semakin cepat disampaikannya laporan keuangan, informasi yang terkandung di dalamnya makin bermanfaat, dan para pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang lebih baik, baik dari segi kualitas maupun waktu. Dengan demikian perusahaan secara tidak langsung akan memperoleh manfaat yang lebih baik sebagai dampak dari diambilnya keputusan tersebut. Namun perlu diperhatikan lebih jauh, faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan. Faktor-faktor tersebut tidak terbatas pada faktor finansial saja namun juga faktor non-finansial.
Variabel penelitian adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, rasio gearing dan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Sampel penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI sebanyak 10 perusahaan dengan periode pengamatan tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Menggunakan Non Random Sampling dengan metode purposives sampling. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Logistik.
Hipotesis penelitian ini tidak teruji kebenarannya, dapat dilihat dari hasil uji Wald (Tabel 4.8) menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan (X1) dengan hubungan tanda positif, profitabilitas (X2) dengan hubungan tanda negatif, likuiditas (X3) dengan hubungan tanda negatif, umur perusahaan (X4) dengan hubungan tanda negatif, dan rasio gearing (X5) dengan hubungan tanda negatif, secara parsial tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan (Y). Model regresi yang dihasilkan sesuai dan akurat dengan tingkat keakuratan sebesar 100%, begitu juga dengan kemampuan variabel ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), likuiditas (X3), umur perusahaan (X4), dan rasio gearing (X5) dalam menjelaskan variabel ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan (Y) adalah sebesar 100%.
Keywords : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan,
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi seperti sekarang ini didunia usaha atau bisnis, pelaporan keuangan merupakan sumber informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis. Laporan keuangan merupakan salah satu bagian dari pelaporan keuangan. Didalamnya terkandung informasi yang dapat memberikan bahan pertimbangan bagi para pengguna laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan. Manfaat dari kandungan informasi yang ada dalam laporan keuangan perusahaan akan bermanfaat bila dapat dipahami dan memiliki karakteristik kualitatif utama yaitu keterandalan dan kerelevanan, seperti tercantum dalam SFAC No.2 (FASB, 1980), dan secara normatif harus dimiliki oleh informasi keuangan.
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam pasar modal. Undang-undang No, 8, thn 1995, tentang peraturan pasar modal menyatakan bahwa semua perusahaan dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada BAPEPAM dan mengumumkan pada masyarakat.
Lamanya penyajian laporan keuangan dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut dipublikasikan. Dyer dan McHugh (1975) dalam (Subekti, dan Novi 2004), menyimpulkan bahwa ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan merupakan elemen-elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang memadai. Para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan pembuatan keputusannya saja, tetapi informasi harus bersifat baru. Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakaian informasi dalam membuat prediksi dan keputusan.
profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Berdasarkan hasil penelitian Sutikno dan Sebeni (2000) dalam Made Gede (2008) diperoleh temuan yaitu laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta telah menyajikan informasi akuntansi yang dapat diandalkan namun tidak relevan dan dipertimbangkan sebagai landasan pembuatan keputusan karena keterlambatan waktu penyampaiannya selaras dengan temuan tersebut, Pinasti (2004) dalam Made Gede (2008) menemukan pula bahwa terjadi penurunan kerelevanan nilai informasi akuntansi dari waktu ke waktu di pasar modal Indonesia, tercermin dari respon pelaku pasar terhadap informasi akuntansi.
Menurut karakteristik informasi yang berkualitas menurut Stice et al. (2005) adalah relevan ; artinya bahwa informasi itu mempunyai unsur
predictive value, feed back value, dan timeliness. Predictive value berarti
informasi itu dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi apa yang terjadi di masa depan. Feed back value berarti informasi itu dapat digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja masa lalu sedangkan timeliness berarti informasi harus tepat waktu.
sebagai pertanda (signal) yang buruk bagi perusahaan. Misalnya penundaan pelaporan keuangan dapat dikaitkan dengan adanya kesulitan finansial, pendapat tidak wajar oleh auditor perusahaan, adanya kontrak dalam proses dan usaha manajemen untuk menghindari penyelidikan dan ketidakpercayaan investor (Schwartz and Soo 1996; Bamber et al.1993; Givoly and Palmon, 1982 dalam Na’im, 1999).
Manfaat dari kandungan informasi yang ada dalam laporan keuangan akan makin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, nilai dari ketepatan waktu pelaporan merupakan determinan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan tersebut (Ggivoly dan Palmo, 1982 dalam Na’im, 1999 ). Semakin cepat disampaikannya laporan keuangan, informasi yang terkandung di dalamnya semakin bermanfaat, dan para pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang lebih baik, baik dalam segi kualitas maupun waktu. Dengan demikian perusahaan secara tidak langsung akan memperoleh manfaat yang lebih baik sebagai dampak dari diambilnya keputusan tersebut oleh para pengguna laporan keuangan.
menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM.
Penulis memilih sampel perusahaan Otomotif Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia, karena terdapat suatu permasalahan terhadap ketepatan waktu yang dimana masih ada perusahaan yang tidak tepat waktu dalam penyampaian penyajian laporan keuangannya. Hal ini mencerminkan bahwa ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan.
Tabel 1.1 Data ketepatan waktu (Y) Laporan Keuangan Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di BEI periode 2004-2007
No. Nama Perusahaan Tahun Tanggal Ketepatan Waktu (Y) 1 PT Astra Internasional, Tbk 2004
2005 3 PT Goodyear Indonesia,Tbk 2004
Berdasarkan tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa laporan keuangan tahun 2004 sampai 2008 selalu dilaporkan secara tepat waktu oleh perusahaan. Kecuali pada PT Gajah Tunggal, Tbk, pada tahun 2006. Tidak dilaporkan secara tepat waktu yang dikarenakan melebihi tanggal 31 Maret. Dan PT Sugi Samapersada, Tbk, pada tahun 2007. Tidak dilaporkan secara tepat waktu yang dikarenakan melebihi tanggal 31 Maret.
Laporan keuangan yang utama pada perusahaan adalah laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, laporan neraca, dan laporan arus kas. Perusahaan harus melaporkan laporan keuangan tersebut ke Bursa Efek Indonesia harus secara tepat waktu agar tidak didiskualifikasi atau perusahaan tersebut harus membayar denda dengan ketentuan yang berlaku. Batas dalam melaporkan laporan keuangan tidak melebihi tanggal 31 Maret yang sesuai dengan regulasi terbaru dari BAPEPAM. Oleh sebab itu perusahaan harus mematuhi peraturan dan melaporkan laporan keuangannya secara tepat waktu sesuai dengan prosedur yang ada.
Penelitian ini berusaha untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyelesaian pelaporan keuangan, sehingga judul yang diambil dalam penelitian ini adalah :
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PENYELESAIAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat disusun suatu rumusan masalah yaitu apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan dan rasio gearing, berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan otomotif yang go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Bagi peneliti
Sebagai gambaran tentang permasalahan yang dihadapi oleh investor dan sebagai bahan acuan untuk menentukan langkah selanjutnya serta bermanfaat untuk menambah wawasan dan sebagai pembanding bagi pembaca yang akan melakukan penelitian pada obyek yang sama di masa yang akan datang.
b. Bagi pihak yang berkepentingan
Dapat dimanfaatkan bagi praktisi, manajemen perusahaan, analisis keuangan, investor dan, masyarakat sebagai pedoman dalam menilai suatu informasi keuangan yang berkualitas. Dan dapat pula memberikan pedoman nyata bagi manajemen perusahaan dalam upaya meningkatkan kepercayaan pasar melalui penyajian informasi yang lebih relevan didasarkan pada waktu publikasi laporan keuangan.
c. Sebagai pedoman bagi penelitian selanjutnya yang ingin mengadakan penelitian terutama tentang ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan dan memberikan wacana bagi perkembangan studi akuntansi yang berkaitan dengan ketepatan waktu dalam laporan keuangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya merupakan salah satu acuan bagi penyusunan
skripsi yang akan datang. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan akan
membedakan waktu dan obyek penelitiannya. Dan penelitian ini dilakukan oleh :
1) Na’im, Ainun (1999)
Judul Penelitian :
“Nilai Informasi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan :
Analisis Empirik Regulasi Informasi Di Indonesia”.
Rumusan Masalah :
Apakah faktor pendapat auditor, kesulitan financial, ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan mempengaruhi ketidakpatuhan
penyampaian laporan keuangan ?
Diduga bahwa terdapat pengaruh faktor pendapat auditor, kesulitan financial,
ukuran perusahaan, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan terdapat
ketidakpatuhan pelaporan keuangan.
Kesimpulan :
Menunjukan bahwa perusahaan yang tidak mematuhi peraturan ketepatan
waktu lebih disebabkan karena rendahnya profitabilitas. Ukuran perusahaan
(diukur dengan total asset dan total penjualan), kesulitan finansial (diukur
dengan rasio hutang terhadap modal), dan pendapat auditor tidak secara
signifikan mempengaruhi perilaku (ketepatan waktu) pelaporan keuangan
perusahaan. Rendahnya profitabilitas dapat di interprestasikan sebagai berita
buruk yang memotivasi manajemen untuk menunda penyampaian informasi.
2) Bandi dan Santoso Tri Hananto (2002)
Judul Penelitian :
“Ketepatan Waktu Atas Laporan Keuangan Perusahaan Indonesia”.
Rumusan Masalah :
Apakah ketepatan waktu laporan keuangan dan besar kecilnya perusahaan
Hipotesis :
Diduga bahwa ketepatan waktu laporan keuangan dan besar kecilnya
perusahaan juga berpengaruh terhadap pasar modal.
Kesimpulan :
1) Keterlambatan pelaporan, yang meliputi keterlambatan audit,
keterlambatan pelaporan setelah audit, dan keterlambatan total
berdistribusi tidak normal dan menunjukan kemiringan positif. Dengan
demikian Ho ditolak yang berimplikasi bahwa pelaporan oleh
perusahaan selalu mengalami kemunduran.
2) Keterlambatan antar perusahaan besar dan perusahaan kecil berbeda.
Yang mengimplikasikan tentang perbedaan ketepatan waktu pelaporan
antara perusahaan besar dan kecil. Selain itu keterlambatan dengan
besarnya perusahaan positif, walaupun hasil ini tidak signifikan.
3) Ketepatan waktu pelaporan sebelum dan sesudah yang diharapkan tidak
berpengaruh pada harga saham. Temuan ini tidak berhasil menolak
hipotesis nol tentang kesamaan t (reaksi pasar) dengan nol.
3) Luciana Spica Amilia dan Lucas Setiady (2006)
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Penyajian Laporan
Keuangan pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ”.
Rumusan masalah :
1. Apakah faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas,
likuiditas, umur perusahaan, pelaporan keuangan item-item luar biasa
dan/atau kontijensi (ekstra) berpengaruh terhadap penyelesaian
penyajian laporan keuangan ?
2. Berapa lama keterlambatan penyelesaian yang terjadi di perusahaan ?
Hipotesis :
Diduga bahwa faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, likuiditas,
umur perusahaan, pelaporan item-item luar biasa dan/atau kontijensi (ekstra)
berpengruh terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis, menunjukan bahwa sebagian besar perusahaan
mengalami keterlambatan penyelesaian selama 3 bulan, yang berarti mereka
telah selesai dan siap menyajikan laporan keuangan ke publik pada bulan
Maret,dan selama tahun 2002-2004 kecenderungan ini relatif tetap atau tidak
banyak berubah. Tetapi jika dilihat dari batas akhir penyerahan laporan
akhir bulan April, maka perusahaan sampel dapat dikatakan tidak mengalami
keterlambatan.Variabel ukuran perusahaan (size) dan umur perusahaa (Age)
mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan (Lag). Sedangkan
variable profitabilitas, solvabilitas likuiditas, dan item-item luar biasa dan/atau
kontijensi (ekstra) tidak memiliki pengaruh terhadap penyelesaian penyajian
laporan keuangan.
4) Made Gede Wirakusuma (2008)
Judul Penelitian :
“Pengaruh Ketepawaktuan Publikasi Laporan Keuangan Terhadap Kandungan
Kualitas Informasi Laba Akutansi di pasar Modal Indonesia“.
Rumusan Masalah :
1. Apakah ketepatwaktuan publikasi laporan keuangan, baik dalam
proksi ketepatwaktuan absolute maupun relatif, berpengaruh pada
kandungan kualitas informasi laba akuntansi ?
2. Apkah faktor persistensi, pertumbuhan dan keterprediksian laba,
resiko sistematis (beta), struktur modal serta ukuran perusahaan secara
konsisten berpengaruh terhadap kandungan kualitas informasi laba
3. Apakah terdapat perbedaan besarnya pengaruh ketepatwaktuan pada
kualitas informasi laba akutansi antara ketepatwaktuan absolut dan
relatif ?
4. Apakah terdapat perbedaan kandungan kualitas informasi laba
akuntansi antara perusahaan yang melakukan publikasi laporan
keuangan dalam waktu tunda pendek (secara tepat) dan dalam waktu
tunda panjang (secara lambat).
Hipotesis :
1. Ketepatwaktuan publikasi laporan keuangan berpengaruh positif
terhadap kandungan kualitas informasi laba akuntansi.
2. Tingkat persistensi, pertumbuhan dan keterprediksian laba, risiko
sistematis (beta), struktur modal serta ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap kandungan kualitas informasi laba akuntansi.
3. Terdapat perbedaan besaran pengaruh ketepatwaktuan pada kualitas
informasi laba akuntansi antara ketepatwaktuan absolut dan relatif.
4. Terdapat perbedaan kandungan kualitas informasi laba akuntansi
antara perusahaan yang melakukan publikasi laporan keuangan dalam
waktu tunda pendek (secara tepat) dan dalam waktu tunda panjang
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis, menunjukan bahwa teori signaling terbukti
berperan dalam mengungkapkan peran ketepatwaktuan sebagai signal yang
dapat menunjukkan kandungan kualitas informasi laba akuntansi.
Ketepatanwaktu dalam proksi kecepatan manajemen melakukan publikasi
laporan keuangan tahunan setelah pengauditan berpengaruh positif terhadap
nilai return abnormal kumulatif yang sekaligus mencerminkan semakin
tingginya kandungan kualitas informasi laba akuntansi. Faktor resiko secara
konsisten berpengaruh negatif terhadap kandungan kualitas informasi laba
akuntansi, sedangkan faktor lainya terbukti tidak konsisten berpengaruh
terhadap kandungan kualitas informasi laba akuntansi. Dukungan atas
pengaruh ketepatwaktuan terhadap kandungan kualitas informasi laba
akuntansi terlihat semakin jelas setelah adanya perbedaan pengaruh antara,
koofisien regresian ketepatwaktuan relatif dan ketepatwaktuan absolut.
Dukungan akan rendahnya kandungan kualitas informasi laba akuntansi yang
semakin lambat dipublikasikan ditunjukan dari adanya perbedaan rata-rata
dari return abnormal kumulatif antara perusahaan yang melakukan publikasi
lebih cepat dan lebih lambat. Rata-rata return abnormal kumulatif akan
negatif jika publikasi lambat dan sebaliknya.
Judul Penelitian :
“Faktor-faktor yang Menentukan Kedisiplinan Ketepatan Waktu Penyampaian
Laporan Keuangan Pada Perusahaan Transportasi Yang Go Publik di Bursa
Efek Indonesia “.
Rumusan Masalah :
Apakah rasio gearning, profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan, umur
perusahaan, dan struktur perusahaan mempengaruhi ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI
periode tahun 2002-2007 ?
Hipotesis :
Diduga bahwa rasio gearning, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur
perusahaan, dan struktur perusahaan mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI periode
tahun 2002-2007.
Kesimpulan :
Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa variabel-variabel yang digunakan
secara serentak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
menunjukan bahwa variabel-variabel yang digunakan tidak berpengaruh
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Tabel 2.1 : Rangkuman Perbedaan Penelitilian Terdahulu Dengan Peneliti Sekarang.
No. Peneliti Objek Penelitian Variabel Penelitian
1 Na’im (1999) Faktor pendapat auditor, kesulitan
finansial, ukuran perusahaan,
ketepatan waktu laporan keuangan, besar kecilnya perusahaan dan pasar modal. pelaporan item-item luar biasa dan/ atau kontinjensi (ekstra) serta penyelesaian penyajian laporan keuangan.
4 Wirakusuma (2008) Perusahaan di Pasar Modal Indonesia
Faktor persistensi, pertumbuhan dan keterprediksian laba, risiko sistematis (beta), struktur modal, ukuran peusahaan, kualitas informasi laba akuntansi dan ketepatan waktu.
5 Adisti (2010) Perusahaan Otomotif Yang Go Publik di BEI
Faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, rasio gearing dan ketepatan waktu.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Akuntansi Keuangan
2.2.1.1 Pengertian Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah sistem pengakumulasian, pemrosesan,
dan pengkomunikasian yang didesain untuk informasi pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan investasi dan kredit oleh pemakai
eksternal. Informasi Akuntansi keuangan dikomunikasikan melalui laporan
keuangan yang dipublikasikan dan dibatasi oleh beberapa ketentuan Standar
Akuntansi Keuangan (Hanafi, 2003:29).
Menurut Kieso (2002:3), akuntansi keuangan merupakan sebuah
proses yang berakhir pada pembuatan laporan keuangan menyangkut
perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh pihak-pihak
internal maupun pihak eksternal. Pemakai laporan keuangan ini meliputi
investor, kreditor, manajer, serikat kerja, dan badan-badan pemerintahan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi
keuangan adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan
keuangan yang didesain untuk informasi pengambilan keputusan baik oleh
2.2.1.2 Tujuan Akuntansi Keuangan
Tujuan akuntansi keuangan adalah memberikan informasi kualitatif
tentang suatu perusahaan yang berguna bagi pemakai khususnya pemilik dan
kreditor dalam proses pengambilan keputusan. Tujuan ini termasuk
memberikan informasi yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas
manjemen dalam memenuhi tanggung jawab manajemen dan
kepengurusannya (Harahap, 2002:139).
2.2.1.3 Manfaat Akuntansi Keuangan
Laporan keuangan yang dihasilkan dari akuntansi keuangan akan
bermanfaat bagi pihak internal perusahaan khususnya untuk dapat menilai
kinerja dan kondisi keuangan perusahaan dimasa mendatang. Selain itu juga
bermanfaat untuk pihak eksternal khususnya investor dan kreditor untuk
2.2.2 Informasi
2.2.2.1 Pengertian Informasi
Menurut Bodnar dan Hopwood (2006:3) informasi merupakan suatu
data yang diorganisasi yang dapat mendukung ketepatan pengambilan
keputusan.
Wilkinson (1993:3) mengemukakan bahwa informasi adalah
pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapai sasaran. Informasi
terdiri dari data yang telah ditransformasi dan dibuat lebih bernilai melalui
pemrosesan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi
adalah data yang diolah yang berguna dan bernilai sehingga dapat dijadikan
sebagai dasar untuk mengambil keputusan yang tepat dalam situasi tertentu
yang mencapai sasaran.
2.2.2.2 Sifat Informasi
Menurut Wilkinson (1993:120-121) sifat-sifat informasi yang
penting meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Relevansi, hubungan antara informasi dan situasi keputusan, serta
2. Kuantifibilitas, sejauh mana informasi dapat dikuantifikasikan
(dinyatakan dalam bentuk munerik) .
3. Akurasi, keandalan dan kepresisian informasi.
4. Kepadatan, sejauh mana informasi diringkaskan atau didapatkan.
5. Ketepatan waktu, kekinian informasi.
6. Cakupan, rentang yang dicakup oleh informasi.
2.2.3 Laporan Keuangan
2.2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan
informasi laporan keuangan mengenai suatu perusahaan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan-keputusan ekonomi. Definisi dari laporan keuangan adalah
ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan
yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 2004:17).
Laporan keuangan yang telah disusun dan disajikan kepada semua
pihak yang berkepentingan pada hakekatnya merupakan alat komunikasi.
keuangan dari perusahaan dan kegiatan-kegiatan perusahaan tersebut kepada
pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga manajemen mendapat informasi
yang bermanfaat untuk: (Munawir, 2000:3)
1) Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.
2) Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap bagian, proses atau
produksi, serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat
dicapai.
3) Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah
diserahi wewenang dan tanggungjawab.
4) Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan guna mencapai hasil yang
baik.
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini
menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasikan dalam nilai moneter
(Kieso, 2002:3).
Menurut Standar Akutansi Keuangan (2007:1-2), laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa laporan keuangan merupakan informasi keuangan dari suatu
perusahaan yang meringkas, mencatat secara tepat yang dapat digunakan
untuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.2.3.2 Tujuan laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:3), tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
atau pertanggungjawaban manjemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
Menurut PSAK No. 1 (2002, par 07) Tujuan laporan keuangan
untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan
mereka.
Menurut Accounting Principles Board statement No.4 (Belkaoui,
2000:126-127) mengklasifikasikan tujuan secara khusus, umum dan
kualitatif, menempatkannya dibawah serangkaian batasan.
Tujuan-tujuan tersebut diiktisarkan sebagai berikut :
1. Tujaun Khusus
Laporan keuangan adalah penyajian secara wajar dan sesuai
prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil oprasi, dan
perubahan lain dalam posisi keuangan.
2. Tujuan Umum laporan Keuangan adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumberdaya
ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk :
1. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan.
2. Menunjukan pandangan dan investasi.
3. Mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi
b. Meyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan
sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas perusahaan yang
menghasilkan profit dengan tujuan untuk :
1. Menunjukan tingkat kembalian dividen harapan bagi investor.
2. Menunjukkan kemampuan operasi untuk membayar kreditor dan
pemasok, menyediakan pekerjaan bagi karyawan, membayar
pajak, dan menghasilkan untuk ekspensi.
3. Menyediakan informasi bagi manajemen untuk perencanaan dan
pengendalian.
4. Menunjukkan profitabilitas jangka panjang.
c. Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
mengestimasi earnings potensial perusahaan.
d. Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan
sumber daya ekonomi dan kewajiban.
e. Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan
pemakai.
a. Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu
pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi.
b. Dapat dipahami, selain harus jelas informasi yang harus dipilih, juga
harus dapat dipahami pemakai.
c. Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh
ukuran-ukuran yang independen, menggunakan metode pengukuran
yang sama.
d. Netral, informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum pemakai
dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu.
e. Tepat waktu, berarti mengkomunikasikan informasi seawal mungkin
untuk menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi.
Dapat dipertimbangkan, perbedaan-perbedaan seharusnya tidak
mengakibatkan perlakuan yang berbeda.
f. Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan
tujuan-tujuan kualitatif lain harus dilaporkan.
Menurut Baridwan (2004:13-15) laporan keuangan yang dihasilkan
mempunyai beberapa keterbatasan seperti cukup berarti (materiality),
konservatif, dan sifat-sifat khusus dari suatu industri.
Berikut ini diuraikan masing-masing batasan tersebut :
1. Cukup berarti (materiality)
Suatu laporan, fakta atau elemen dianggap cukup berarti jika
karena adanya dan sifatnya akan mempengaruhi atau menyebabkan
timbulnya perbedaan dalam pengambilan keputusan dengan
mempertimbangkan keadaan-keadaan lain yang ada.
Menurut baridwan (2004:14) beberapa pedoman umum yang
dapat digunakan untuk menentukan apakah cukup berarti atau tidak,
adalah sebagai berikut :
a. Aspek Kuantitatif
Berdasarkan pada jumlah absolut, misalnya jumlah rupiah, atau
berdasarkan pada nilai relatif, misalnya sebagai suatu presentase dari
pendapatan bersih, dari modal dan lain sebagainya.
b. Aspek Kualitatif
Mempertimbangkan karakteristik dari lingkungan, karakteristik dari
karakteristik dari elemen itu sendiri seperti sifatnya, waktunya,
hubungannya, dengan pendapatan dan karakteristik dari kebijaksanaan
akuntansi yang digunakan.
2. Konservatif
Konservatif ini merupakan sikap yang diambil oleh akuntan
dalam menghadapi dua atau lebih alternatif dalam penyusunan laporan
keuangan, apabila lebih dari satu alternatif yang tidak akan membuat
aktiva dan pendapatan terlalu besar, masalah ini timbul jika ada lebih dari
satu alternatif atau bisa juga timbul dalam hal suatu jumlah itu belum
dapat dipastikan.
Sifat konservatif berasal dari sejarah perkembangan akuntansi di
masa lalu, saat ini yang penting adalah neraca dan penyusunannya
ditunjukkan kepada para kreditur untuk menjaga keamanan pinjaman dari
kreditur, penekanan pada penyusunan laporan keuangan adalah pada
jumlah aktiva. Lebih baik aktiva dinyatakan terlalu kecil dibandingkan
dengan menyatakan jumlah yang terlalu besar, karena apabila dinyatakan
terlalu besar maka menandakan bahwa perusahaan tersebut tidak dapat
memanfaatkan aktivanya, dengan kata lain perusahaan tidak dapat
infestor akan ragu akan tingkat pengambilan atas modal yang mereka
tanamkan.
Memiliki jumlah yang rendah jika ada alternatif, sikap
konservatif ini juga mengatur bahwa kenaikan nilai aktiva dan laba yang
diharapkan, tidak boleh dicatat sebelum direalisasikan, dalam arti dijual,
dan penurunan nilai aktiva dan rugi yang diperkirakan akan timbul harus
dicatat walaupun jumlahnya belum dapat ditentukan. Beberapa
penggunaan harga pokok atau harga pasar yang rendah (lower of cost or
market) dan pengakuan rugi dalam kontak pembelian. Cara ini
mengakibatkan penyajian informasi yang bias, yaitu cenderung ke satu
arah lebih besar atau lebih kecil.
3. Sifat khusus suatu industri
Industri-industri yang mempunyai sifat-sifat khusus seperti bank,
asuransi dan lain-lain sering kali memerlukan prinsip akuntansi yang
berbeda dengan industri-industri lainya. Juga karena adanya
peraturan-peraturan dari pemerintah terhadap industri-industri khusus ini akan
mengakibatkan adanya prinsip-prinsip akuntansi tertentu yang berbeda
perusahaan jasa dimana perusahaan ini diharuskan untuk dapat
meyakinkan para nasabah, agar para nasabah mau menabung di bank
tersebut sehingga memerlukan prinsip akuntansi yang lain, yaitu dengan
memberikan pelayanan yang memuaskan kepada nasabahnya.
2.2.3.4 Pemakaian Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:2-3), pemakai laporan
keuangan meliputi :
1. Investor
Penanaman modal beresiko untuk penasehat mereka berkepentingan
dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan diri investasi yang
mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi
tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun,
dan kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan usaha kreditur lainya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah terhutang akan
dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada
perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi
pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada
kelangsungan hidup perusahaan.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan arena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan
pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional
dan statistik lainnya.
7. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai
cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan konstribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:5), penyusunan dan
penyajian laporan keuangan mendasarkan diri pada dua asumsi dasar, yaitu
dasar akrual dan kelangsungan hidup usaha.
a. Dasar Akrual
Dasar akrual ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar)
dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode yang bersangkutan.
b. Dasar Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan
usaha perusahaan, yang berarti perusahaan akan tetap melanjutkan
usahanya di masa depan. Ini berarti bahwa perusahaan diasumsikan tidak
bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya.
2.2.3.6 Jenis Laporan Keuangan
Menurut Darsono dan Ashari (2005:18-25), jenis-jenis laporan
keuangan adalah sebagai berikut :
Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada
tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca. Biasanya neraca dibuat
per 31 Desember, atau tiap akhir bulan. Neraca terdiri atas hak atau
sumber daya perusahaan dan kewajiban perusahaan (Darsono dan Ashari,
2005:18).
Terdapat dua bentuk penyusunan neraca yang umum digunakan,
yakni bentuk rekening (account form) dan bentuk laporan (report from).
Dalam bentuk rekening, aktiva ditempatkan di sebelah kiri dan utang
beserta modal sendiri (disebut pasiva) ditempatkan di sebelah kanan.
Neraca dalam bentuk laporan, aktiva ditempatkan dibagian atas serta
utang beserta modal sendiri ditempatkan di bawah aktiva secara vertikal
(Djarwanto,2004:21).
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktiva yang berkaitan
dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu, misalnya
bulanan atau tahunan. Laporan laba rugi memberikan gambaran kinerja
oprasional perusahaan (Djarwanto dan Ashari 2005:20)
Menurut Kieso (2002:150) laporan laba rugi adalah laporan yang
mengukur keberhasilan oprasi perusahaan selama periode waktu tertentu.
untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode
tertentu.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
laporan laba rugi digunakan sebagai alat untuk mengetahui kemajuan
yang dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapa hasil bersih atau
laba yang didapat dalam suatu periode.
Laporan laba rugi dapat disajikan dalam bentuk rekening (account
form) atau dalam bentuk laporan (report form). Dalam bentuk rekening,
biaya-biaya dan kerugian ditempatkan di sebelah kiri,
Gambar 1 : Neraca Bentuk Rekening
PT. ABC NERACA Per 31 Desember 20xx
AKTIVA UTANG DAN MODAL SENDIRI Penghasilan yang masih Kewajiban yang harus dipenuhi xxx akan diterima xxx
Biaya yang dibayar dimuka xxx
Jumlah Aktiva Lancar xxx Jumlah Utang Lancar xxx
Investasi : Utang Jangka Panjang :
Saham PT XYZ xxx Utang Hipotek xxx
Utang Obligasi xxx
Utang Jangka Panjang lainnya xxx Aktiva Tetap :
Jumlah Aktiva Tetap xxx Jumlah Modal Saham xxx
Surplus xxx
Laba yang Ditahan xxx Aktiva Tak Berwujud :
Merek Dagang xxx
Goodwill xxx Jumlah Modal Sendiri xxx xxx
Biaya yang ditangguhkan xxx
Aktiva lain-lain xxx
Gambar 2 : Neraca Bentuk Laporan
PT. ABC NERACA Per 31 Desember 20xx AKTIVA
Aktiva Tak Berwujud :
Goodwill xxx
biaya yang ditangguhkan xxx
Aktiva lain-lain xxx
TOTAL AKTIVA xxx
UTANG DAN MODAL SENDIRI Utang Jangka Pendek :
Utang Dagang xxx
Wesel bayar xxx
Jumlah Utang Lancar xxx
Utang Jangka Panjang :
Utang Hipotek xxx
Utang Obligasi xxx
Jumlah utang Jangka Panjang xxx Modal Sendiri :
Laba yang Ditahan xxx
Jumlah Modal Sendiri xxx
TOTAL UTANG & MODAL xxx
Sumber: Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan (Djarwanto, 2004:30) Sedangkan saldonya menunjukan adanya laba atau rugi. Dalam
bentuk laporan, data penghasilan dan biaya disusun secara vertikal.
Dalam bentuk laporan ini terdapat lagi dua bentuk penyusunan laporan
laba rugi yakni langkah tunggal (single step) dan langkah berganda
(multiple step) (Djarwanto, 2004:47).
Menurut Baridwan (2004:33) bentuk multiple step adalah bentuk
laporan laba rugi di mana dilakukan beberapa pengelompokan terhadap
pendapat-pendapat dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan-urutan
tertentu sehingga bisa dihitung penghasilan-penghasilan sebagai berikut :
1. Laba bruto, hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan.
2. Penghasilan bersih sebelum pajak, yaitu penghasilan usaha bersih
ditambah dan dikurangi pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya diluar
usaha.
3. Penghasilan bersih sesudah pajak, yaitu penghasilan bersih sebelum
pajak dikurangi pajak penghasilan.
4. Penghasilan bersih dan elemen-elemen luar biasa, yaitu penghasilan
bersih sesudah pajak ditambah dan/ atau dikurangi dengan
Menurut Baridwan (2004:33) bentuk single step tidak dilakukan
pengelompokan pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok
usaha dan diluar usaha, tetapi hanya dipisahkan antara :
a. Pendapatan-pendapatan dan laba
b. Biaya-biaya dan kerugian-kerugian
Pada langkah tunggal, semua penghasilan dari manapun sumbernya
dijumlahkan menjadi satu, jumlah ini kemudian dikurangi dengan harga
pokok penjualan dan semua biaya yang terjadi selama periode akuntansi.
Sedangkan pada langkah berganda, terdapat beberapa tahap yang perlu
diikuti sebelum angka besarnya pendapatan bersih (Djarwanto, 2004:47).
Gambar 3 : Laporan Laba Rugi all inclusive, single step
PT ABC Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20xx
Pendapatan :
Penjualan bersih xxx
Pendapatan sewa xxx
Total pendapatan xxx
Beban :
Biaya penjualan xxx
Biaya administrasi xxx
Beban bunga xxx
Total beban (xxx)
Laba bersih xxx
Sumber: Pengantar Akuntansi (Warren, 2005:304)
Gambar 4 : Laporan Laba Rugi all inclusive, multiple step
PT ABC Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20xx
Jumlah biaya usaha (xxx)
Laba dari operasi xxx
Pendapatan dan beban lain-lain :
Pendapatan sewa xxx
Beban bunga (xxx) xxx
Laba bersih xxx
Sumber: Pengantar Akuntansi (Warren, 2005:301) c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan keuangan ekuitas menjelaskan perubahan modal yang
terjadi selama periode waktu tertentu. Laporan ini menggambarkan saldo
dan perubahan hak pemilik yang melekat pada perusahaan (Darsono dan
Ashari, 2004:24).
Menurut SAK (2009:1.12), perusahaan harus menyajikan laporan
perubahan ekuitas sebagai komponen utama yang menunjukkan:
1. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.
2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian
beserta jumlahnya berdasarkan PSAK terkait diakui secara
langsung dalam ekuitas.
3. Pengaruh kumulatif dan perubahan kebijakan akuntansi dan
perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam
PSAK terkait.
5. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahanya.
6. Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal
saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perpisahan.
Gambar 5 : Laporan Perubahan Ekuitas
PT ABC
Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 20X2
Modal Agio Selisih Selisih Saldo Jumlah
Selisih revaluasi aset tetap X X
Laba (rugi) belum direalisasi
dari pemilikan efek (X) (X)
Laba bersih periode berjalan X X
Dividen (X) (X)
Penempatan modal saham X
Saldo per 31/12/20X1 X X X (X) X X
Selisih revaluasi aset tetap (X) (X)
Laba (rugi) belum direalisasi
Selisih kurs (X) (X) Keuntungan (kerugian)
neto yang tidak
diakui dalam laporan laba
rugi (X) (X) (X)
Laba bersih periode berjalan X X
Dividen (X) (X)
Penempatan modal saham X X X
Saldo per 31/12/20X2 X X X (X) X X
Sumber: SAK (2007:1.16)
d. Laporan Arus Kas Metode 2 Contoh
Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank)
selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas
melaporkan arus kas masuk dan keluar bagi kegiatan operasional,
investasi, dan pendanaan (Darsono dan Ashari, 2004:22).
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan ini berupa penjelasan umum tentang
perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap
akan neraca dan laporan laba rugi (Darsono dan Ashari, 2004:25).
Menurut SAK(2009:1.13) catatan atas laporan keuangan meliputi
penjelasan narative atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (SAK, 2009:1.13) :
1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa
dan transaksi yang penting.
2. Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan tetapi di sajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi diperlukan dalam penyajian secara wajar.
2.2.3.7 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Teknik analisis laporan keuangan ditujukan untuk memperhatikan
hubungan-hubungan dan perubahan-perubahan.
Menurut Simamora (2000:518) terdapat tiga teknik yang lazim
dipakai:
1. Analisis horizontal (horizontal analysis)
Teknik yang dipakai untuk mengevaluasi serangkaian data laporan
keuangan selama periode tertentu.
Teknik yang digunakan untuk mengevaluasi data laporan keuangan yang
menggambarkan setiap pos dalam laporan keuangan dari segi presentase
jumlahnya.
3. Analisis rasio (ratio analysis)
Menggambarkan hubungan di antara pos-pos yang terseleksi dari data
laporan keuangan.
2.2.4 Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan bukan merupakan satu-satunya sumber
informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis.
Pelaporan keuangan tidak hanya terdiri dari laporan keuangan, tetapi semua
informasi yang berhubungan baik secara langsung, ataupun tidak langsung
dengan sistem akuntansi. Contohnya adalah surat direktur perusahaan atau
skedul suplementer dalam laporan tahunan korporasi, prospectus, laporan
yang disampaikan kepada badan-badan pemerintah, siaran berita, prakiraan
manajemen, dan deskripsi tentang dampak sosial serta lingkungan
sesuai dengan SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No.1
terdiri dari :
a. Laporan keuangan dasar (Basic Financial Statements) yang terdiri dari
laporan keuangan (financial statements) dan catatan atas laporan
keuangan (Notes of Financial Statements).
b. Informasi-informasi tambahan (Supplementary Informations).
c. Laporan-laporan ini selain laporan keuangan (Other Means of Financial
Reporting).
FASB dalam SFAC No.1 secara tegas menjelaskan bahwa tujuan
pelaporan keuangan adalah bukan sesuatu yang tidak terpengaruh
(immutable). Tujuan pelaporan keuangan dipengaruhi oleh lingkungan
ekonomi, politik, dan sosial dimana pelaporan keuangan berasal. Adapun
tujuan pelaporan keuangan dalam SFAC No.1 adalah :
1. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor, potensial
investor, kreditor, dan pengguna lainya untuk melakukan investasi,
pemberian kredit, dan keputusan secara rasional.
2. Menyediakan informasi untuk membantu investor dan potensial
ketidakpastian prospek perolehan kas dari dividen, atau bunga dari
penerimaan, penjualan, penebusan, atau pinjaman.
3. Menyediakan informasi tentang sumber daya perusahaan, klaim
terhadap sumber daya tersebut, dan pengaruh transaksi, kejadian dan
lingkungan serta klaim yang dapat berpengaruh terhadap sumber daya
tersebut.
Sementara tujuan yang tercantum dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2004) adalah untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi.
2.2.5 Ketepatan Waktu (timeliness)
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal
penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Dyer dan McHugh
(1995:204) dalam Bandi (2002) menyimpulkan bahwa ketepatan waktu
pelaporan merupakan elemen pokok bagi catatan laporan keuangan yang
informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan perbuatan
keputusanya, tetapi informasi harus bersifat baru.
Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan
seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan
perubahan dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai
informasi dalam membuat prediksi dan keputusan (Hendriksen, 1992:75
dalam Bandi, 2002).
Informasi dari laporan keuangan perushaan akan bermanfaat bila
dapat dipahami dan memiliki karakteristik kualitatif utama yaitu kerelevanan
dan keterandalan, seperti tercantum dalam SFAC No.2 (FASB, 1980). Dapat
dikatakan bahwa perusahaan dalam membuat laporan keuangan
mempertimbangkan trade off antara relevansi dan keandalan (reliabilitas)
dari laporan keuangan tersebut (Kieso, 2002:51). Gozali (2001) dalam Laila
dan Irawati (2006) mengatakan informasi tidak dapat dikatakan relevan jika
tidak tepat waktu. Begitu pula dalam PSAK No.1 Paragraf 38 (IAI, 2007)
menyatakan bahwa manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika
laporan keuangan tersebut tidak tersedia pada waktunya.
Keterlambatan penyelesaian dapat disebabkan karena perusahaan
berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin
Namun, peningkatan jumlah penundaan laporan keuangan juga dapat
memberikan arti bahwa ada sumber alternatif informasi atau ada suatu
kebocoran yang umum dan eksploitasi atau inside information. Givoly dan
Palmon (1982) dalam Na’im (1999) berpendapat bahwa adanya fenomena
semacam itu akan menyadarkan pentingnya ketepatan waktu karena sumber
informasi alternatif akan lebih mahal dari pada perbaikan atas ketepatan
waktu informasi akuntansi itu sendiri. PSAK N0.1 Paragraf 38 (IAI, 2007)
menyatakan bahwa factor-faktor seperti kompleksitas operasi perusahaan
tidak cukup menjadi pembenaran atas ketidak mampuan perusahaan
menyediakan laporan keuangan tepat waktu.
Chambers dan Penam (1984:21) dalam Bandi (2002)
mendefinisikan ketepatan waktu dalam dua cara, yaitu (1) ketepatan waktu
didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan
keuangan sampai tanggal melaporkan, dan (2) ketepatan waktu ditentukan
dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang
diharapkan. Sedangkan menurut Dyer dan McHugh, dalam penelitian Bandi
dan Tri Hananto (2002), ada tiga kriteria keterlambatan, yaitu :
1. Keterlambatan audit (Auditors’ Report Lag) yaitu interval jumlah hari
antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor
2. Keterlambatan Pelaporan (Reporting Lag) yaitu interval jumlah hari
antara tanggal laporan auditor ditandatangani sampai tanggal pelaporan
oleh BEJ.
3. Keterlambatan total (Total Lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal
periode pelaporan keuangan sampai tanggal tanggal laporan
dipublikasikan oleh bursa.
2.2.6 Regulasi Publikasi Laporan Keuangan
Menurut undang-undang (UU) No.8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal dinyatakan secara jelas bahwa perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan berkala dan laporan incidental lainnya kepada
BAPEPAM. BAPEPAM melalui keputusan ketua Bapepam No.80 tahun
1996, dengan peraturan nomor X.K.2, mengatur perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di pasar modal untuk berkewajiban menyampaikan laporan
keuangan secara berkala (tahunan dan tengah tahunan) kepada BAPEPAM
dan mempublikasikan kepada masyarakat luas melalui media massa
nasional.
Kemudian untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi
pelaporan keuangan berkala dibentuk berdasarkan Kep-17/PM/2002 oleh
BAPEPAM.
Pembaruan ini mengubah jangka waktu laporan keuangan tahunan
auditan yang semula paling lambat dalam 120 hari diubah menjadi
selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan
keuangan tahunan. Dalam peraturan BAPEPAM ini menyatakan bahwa
laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntansi dengan
pendapat yang lazim dan disampaikan kepada BAPEPAM. Regulasi
pelaporan keuangan secara berkala juga didukung oleh Direksi PT Bursa
Efek Jakarta melalui keputusan Nomor : Kep-155/BEJ/05-2003 tentang
Pelaporan Anggota Bursa Efek. Inti dari keputusan ini adalah mewajibkan
setiap anggaota Bursa Efek untuk menyampaikan laporan keuangan berkala
ke Bursa.
Berdasarkan penelitian terdahulu banyak faktor yang
mempengaruhi ketidakpatuhan dalam ketepatan waktu penyampaian
pelaporan keuangan. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya :
2.2.7.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya
ukuran perushaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan,
kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai
item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin
besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak
penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam
masyarakat.
Dyer dan McHugh (1975), Carslaw dan Kaplan (1991) dan
Owusu-Ansa (2000) dalam artikel Googel (2009) menemukan bahwa ukuran
perusahaan secara signifikan mempunyai hubungan dengan ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan. Ukuran (proksi) yang mereka gunakan
untuk variabel ukuran perusahaan ini adalah dengan total asset. Bukti
empiris yang ada menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki asset yang
lebih besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki sumber daya (asset) yang besar memiliki lebih banyak sumber
informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih
canggih memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan
dan investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan
perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke
publik.
Hasil penelitian oleh Bandi dan Tri Hananto (2002) menunjukan
bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan, tetapi
memiliki hubungan positif dengan keterlambatan penyelesaian penyampaian
laporan keuangan. Begitu pula dengan hasil penelitian Na’im (1999)
menunjukan bahwa ukuran perusahaan (diukur dengan total asset dan total
penjualan) tidak secara signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan
keuangan perusahaan. Sedangkan hasil penelitian Made Gede (2008)
menunjukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan, dan
memiliki jenis hubungan negatif terhadap rentan waktu penyelesaian
penyajian laporan keuangan auditan, dengan kata lain memiliki hubungan
negatif dengan keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan.
2.2.7.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan
laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam
menanamkan modalnya. Semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya.
Penelitian Dyer dan Mchugh (1975) dalam artikel Google (2009)
menunjukan bahwa perusahaan yang memperoleh laba cenderung tepat
waktu menyampaikan laporan keuangannya dan sebaliknya jika mengalami
rugi. Carslaw dan Kaplan (1991) dalam artikel Google (2009) menemukan
bahwa perusahaan yang mengalami kerugian meminta auditornya untuk
menjadwalkan pengauditanya lebih lambat dari yang seharusnya, akibatnya
penyerahan laporan keuangannya terlambat. Kedua penelitian ini
menyatakan bahwa perusahaan akan cenderung menunda penyampaian
laporan keuangan apabila perusahaan yakin terdapat berita buruk dalam
laporan keuangan tersebut, karena pengaruh pada ekuitas laba. Dari hasil
penelitian Na’im (1999) menunjukan bahwa profitabilitas secara signifikan
mempengaruhi ketepatan pelaporan keuangan dan memiliki hubunagan yang
negatif dengan keterlambatan penyampaian laporan keuangan.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan
bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik akan
cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu. Hal ini juga
berita buruk, sehingga perusahaan cenderung tidak tepat waktu penyerahan
laporan keuangannya.
2.2.7.3 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi
hutang lancar dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan. secara umum
hutang lancar dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu hutang jangka
pendek, hutang dagang, dan hutang akrual / Accrued Liabilities
(White,2002:126 dalam Amilia dan Setiady, 2006). Sedangkan aktiva lancar
perusahaan dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu kas dan setara kas,
sekuritas yang diperdagangkan, piutang, persediaan dan biaya dibayar
dimuka (White, 2002:126 dalam Amilia dan Setiady, 2006).
Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu rasio yang
dibandingkan sumber-sumber kas dengan hutang lancar dan rasio yang
membandingkan arus kas dengan hutang lancar (White, 2002:127 dalam
Amilia dan Setiady, 2006).
Penelitian Suharli dan Rachpiliani (2006) dalam artikel Google
(2009) memberikan bukti empiris bahwa likuiditas mempengaruhi ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan dan memiliki hubungan
searah. Apabila perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin
kewajiban jangka pendeknya. Hasil penelitian Amilia dan Setiady (2006)
menunjukan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap
penyelesaian penyajian laporan keuangan (Lag). Logika teorinya adalah
semakin besar rasio likuiditas, maka hal itu menunjukan kondisi yang baik
dari suatu perusahaan.
2.2.7.4 Umur Perusahaan
Perusahaan biasanya didirikan untuk jangka waktu yang tidak
terbatas / panjang, tidak didirikan hanya beberapa tahun saja (Keiso
Weygandt, 2002:05). Owusu-Ansah (2000) dalam Laila dan Irawati (2006)
mengungkapkan bahwa perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung
untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan
informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh
pengalaman yang cukup. Dengan demikian laporan keuangan akan dapat
disajikan lebih tepat waktu.
Hasil penelitian oleh Rachmaf Saleh (2004) dalam Laila dan Irawati
(2006) menunjukan bahwa umur perusahaan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan, dan memiliki hubungan negatif terhadap ketepatan waktu
penyajain laporan keuangan, dengan kata lain, memiliki hubungan positif
terhadap keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Hal ini