PENGARUH KESIBUKAN GURU DI SEKOLAH, FREKUENSI
MENGAKSES INTERNET, PANGKAT GOLONGAN
TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN
PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG
STANDAR PROSES PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM
2013 DI SMA NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Kristin Ana Maria Ambarita
NIM: 131334092
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGARUH KESIBUKAN GURU DI SEKOLAH, FREKUENSI
MENGAKSES INTERNET, PANGKAT GOLONGAN
TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN
PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG
STANDAR PROSES PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM
2013 DI SMA NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Kristin Ana Maria Ambarita
NIM: 131334092
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
SKRIPSI
PENGARUH KESIBUKAN GURU DI SEKOLAH, FREKUENSI
MENGAKSES INTERNET, PANGKAT GOLONGAN
TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN
PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG
STANDAR PROSES PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM
2013 DI SMA NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA
Oleh:
Kristin Ana Maria Ambarita
NIM : 131334092
Telah disetujui oleh:
Pembimbing,
iii
SKRIPSI
PENGARUH KESIBUKAN GURU DI SEKOLAH, FREKUENSI
MENGAKSES INTERNET, PANGKAT GOLONGAN
TERHADAP KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN
PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG
STANDAR PROSES PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM
2013 DI SMA NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Kristin Ana Maria Ambarita
NIM: 131334092
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 26 Juli 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji,
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. ……….. Sekretaris Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. ………..
Anggota Drs. FX. Muhadi M.Pd. ………..
Anggota Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. ……….. Anggota Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. ………..
Yogyakarta, 26 Juli 2017
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Bapa dan Tuhan Yesus Kristus
Kedua orang tuaku tercinta
Riris, Jona, Rian yang selalu menyemangatiku
Semua keluarga besarku, sahabat-sahabat, teman-temanku,
v
MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku.
( Kolose 4 : 13)
Segenggam k
etenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin.(Pengkhotbah 4 : 6)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Juli 2017
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Kristin Ana Maria Ambarita Nomor Mahasiswa : 131334092
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH KESIBUKAN GURU DI SEKOLAH, FREKUENSI
MENGAKSES INTERNET, PANGKAT GOLONGAN TERHADAP
KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD
NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES
PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 26 Juli 2017
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENGARUH KESIBUKAN GURU DI SEKOLAH, FREKUENSI MENGAKSES INTERNET, PANGKAT GOLONGAN TERHADAP
KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI
SE-KOTA YOGYAKARTA
Kristin Ana Maria Ambarita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2017
Penelitian ini untuk mengetahui: (1) ada pengaruh positif kesibukan guru di sekolah terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran; (2) ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Sandar Proses Pembelajaran; (3) ada pengaruh positif pangkat golongan terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto yang dilaksanakan pada bulan Januari 2017 - Maret 2017. Dari 552 guru di 10 SMA Negeri se-Kota Yogyakarta diambil 133 sampel dengan teknik proportional sampling dan
convenience sampling. Data diambil menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan teknik analisis Chi – Square.
ix ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE ACTIVITIES OF TEACHERS IN SCHOOL, FREQUENCY OF INTERNET ACCESS, RANK STATUS TOWARD THE
IMPLEMENTATION OF THE DECREE OF EDUCATION MINISTER NUMBER 22, 2016 ABOUT THE PROCESS STANDARD OF LEARNING
IN 2013 CURRICULUM OF STATE SENIOR HIGH SCHOOLS IN YOGYAKARTA
Kristin Ana Maria Ambarita Sanata Dharma University Yogyakarta
2017
The aims of this research are to know whether: (1) there is a positive influence of the activities of teachers in school toward the implementation of the decree of education minister number 22, 2016 about the process standard of learning; (2) there is a positive influence of the frequency of internet access toward the implementation of the decree of education minister number 22, 2016 about the process standard of learning; (3) there is a positive influence of rank status toward the implementation of the decree of education minister number 22, 2016 about the process standard of learning.
The type this research is an ex-post facto research conducted from January 2017 to March 2017. The population of the research were 552 teachers of 10 State Senior High Schools in Yogyakarta. The samples were 133 taken by proportional sampling and convenience sampling technique. Data were collected by using questionnaires and analyzed by chi-square analysis technique.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa telah limpahkan rahmat dan berkat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang berjudul
Pengharuh Kesibukan Guru Di Sekolah, Frekuensi Mengakses Internet, Pangkat
Golongan Terhadap Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor
22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 Di
SMA Negeri se-Kota Yogyakarta Tahun 2017”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan, Program studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian
Khusus Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari banyak pihak yang
telah berperan penting dalam memberikan masukan, kritik serta memotivasi
peneliti untuk bersemangat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku ketua jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang
Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
xi
3. Bapak Drs. FX. Muhadi., M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang dengan
sebar membimbing, mengarahkan, serta memberi masukan demi penyelesaian
skripsi ini.
4. Bapak Dr. S. Widanarto P.,M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi selama perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Akuntansi yang telah membagikan ilmu pengetahuan selama saya
mengikuti perkuliahan.
6. Ibu Theresia Aris Sudarsilah, selaku staf sekretariat Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah membantu
kelancaran proses administrasi selama perkuliahan dan penelitian.
7. Guru-guru SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 2 Yogyakarta, SMA
Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 5 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta,
SMA Negeri 7 Yogyakarta, SMA Negeri 8 Yogyakarta, SMA Negeri 9
Yogyakarta, SMA Negeri 10 Yogyakarta, dan SMA Negeri 11 Yogyakarta
yang telah bersedia sebagai responden penelitian.
8. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Rajamin Ambarita dan Ibu Helena
Sitanggang yang membesarkanku dengan penuh kasih sayang sampai saat ini,
mendoakan, mendukung, menyemangati, baik secara moral dan material,
selalu mendengarkan keluh kesah, serta yang menjadi semangat hidupku.
9. Kakak ku terkasih Riris Lastium Ambarita, dan adik-adik ku tersayang Jona
Fandia Ambarita dan Riandi Fratama Ambarita. Terimakasih atas kasih, doa,
xii
10. Teman-teman seperjuangan: Della, Maesti, Wiwit, Nyoti, Stefani, Fanny,
Miltari, Melati, Lusi, Dorus, dan Yovita. Terimakasih atas bantuan dan
kerjasamanya selama ini.
11. Sahabat-sahabatku: Agnes, Ephy, dan Santy. Terimakasih atas dukungan,
semangat, doa, bersedia menjadi tempat curhat, dan untuk kebersamaannya
selama ini. Semoga kita jadi sahabat selamanya.
12. Teman-teman Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi Angkatan 2013, terima kasih untuk kebersamaan kita yang sangat
indah dan tidak akan terlupakan selama ini.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Demikian ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Peneliti
menyadari skripsi ini memang jauh dari kesempurnaan, ada banyak sekali
kekurangan. Maka segala kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan
karya-karya selanjutnya. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dan
memberikan pengetahuan yang layak bagi semua pihak yang membaca.
Yogyakarta, 10 Juli 2017
Penulis,
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 8
A. Tinjauan Teoritik ... 8
xiv
Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran ... 8
b. Kurikulum ... 8
c. Perkembangan Kurikulum ... 10
d. Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran ... 27
1. Kesibukan Guru di Sekolah ... 33
2. Frekuensi Mengakses Internet... 46
3. Pangkat Golongan Guru ... 48
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 49
C. Kerangka Berpikir ... 51
D. Rumusan Hipotesis ... 56
BAB III METODE PENELITIAN ... 58
A. Jenis Penelitian ... 58
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 59
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 59
D. Populasi dan Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 59
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 63
F. Teknik Pengumpulan Data ... 65
G. Pengujian Instrumen Penelitian... 69
H. Teknik Analisis Data ... 77
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 85
A. Deskriptif Data ... 85
B. Pengujian Hipotesis ... 96
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 107
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASANA DAN SARAN ... 117
A. Kesimpulan ... 117
B. Keterbatasan Masalah ... 118
C. Saran ... 119
xv
LAMPIRAN ... 123
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Tugas Tambahan Guru ... 41
Tabel 2.2 Jenis Kegiatan Guru dan Beban Tatap Muka ... 42
Tabel 2.3 Golongan, Jenjang Pangkat dan Jenjang Jabatan ... 48
Tabel 3.1 Data Populasi Guru SMK dan SMA Negeri
di Kota Yogyakarta ... 60
Tabel 3.2 Data Sampel Guru SMA Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 63
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner ... 66
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas Instrumen variabel
Standar Proses Pembelajaran ... 71
Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Veriabel Implementasi
Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pembelajaran (kedua) ... 73
Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Variabel
Kesibukan Guru di Sekolah ... 74
xvi
Standar Proses Pembelajaran ... 76
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Kesibukan Guru di Sekolah ... 77
Tabel 3.9 Rentang Variabel Proses Pembelajaran ... 79
Tabel 3.10 Rentang Variabel Kesibukan Guru di Sekolah ... 80
Tabel 3.11 Rentang Variabel Frekuensi Mengakses Internet ... 80
Tabel 3.12 Kriteria Rasio C/Cmax ... 84
Tabel 4.1 Data Responden Penilitian Guru ... 86
Tabel 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 87
Tabel 4.3 Deskripsi Variabel Implementasi Permendikbud No. 22 tentang Standar Proses Pembelajaran ... 89
Tabel 4.4 Nilai-Nilai Statistikan Variabel Implementasi Permendibud No. 22 tentang Standar Proses Pembelajaran ... 90
Tabel 4.5 Deskripsi Variabel Kesibukan Guru ... 92
Tabel 4.6 Nilai-Nilai Statistikan Variabel Kesibukan Guru ... 92
Tabel 4.7 Deskripsi Variabel Frekuensi Mengakses Internet ... 94
xvii
Tabel 4.9 Deskripsi Variabel Pangkat Golongan ... 96
Tabel 4.10 Tabel Kontigensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh
Kesibukan Guru terhadap Implementasi Permendikbud No. 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran ... 97
Tabel 4.11 Hasil Analisis Chis-Square Pengaruh Kesibukan Guru
terhadap Implementasi Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran ... 99
Tabel 4.12 Symmetric Measures ... 99
Tabel 4.13 Tabel Kontigensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh
Frekuensi Mengakses Internet terhadap Implementasi
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pembelajaran ... 101
Tabel 4.14 Hasil Analisis Chis-Square Frekuensi Mengakes Internet terhadap
Implementasi Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran ... 103
Tabel 4.15 Tabel Kontigensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh
xviii
No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran ... 104
Tabel 4.16 Hasil Analisis Chis-Square Pangkat Golongan Guru terhadap Implementasi Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran ... 106
LAMPIRAN Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 123
Lampiran 2 Tabulasi ... 130
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 153
Lampiran 4 Deskripsi Data ... 159
Lampiran 5 Uji Hipotesis ... 163
Lampiran 6 Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah ... 174
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam dunia pendidikan, kurikulum merupakan alat yang sangat
penting guna meningkatkan kualitas lulusan yang baik. Karena pentingnya,
kurikulum selalu di evaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena perkembangan
teknologi yang pesat ini, tidak mungkin suatu instansi pendidikan tetap
mempertahankan kurikulum lama. Hal ini dikhawatirkan akan membuat suatu
instansi sekolah tidak dapat sejajar dengan sekolah-sekolah yang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kurikulum itu sendiri adalah
perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan
(KBBI,2008:845). Sedangkan menurut Abdullah (2016;31) kurikulum
sebagai bahan belajar (subject matter) adalah gambaran kurikulum paling
tradisional yang menggambarkan suatu kurikulum sebagai kombinasi bahan
untuk membentuk kerangka isi materi (content) yang diajarkan.
Dalam sejarah, Indonesia sudah mengalami banyak pergantian
kurikulum. menurut Sholeh (2013:1) pembahasan tentang sejarah singkat
perkembangan kurikulum di Indonesia diturunkan dari buku Lima Puluh
Tahun Pendidikan Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan
Nasional tahun 1996. Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka
pada tahun 1945 telah mengalami beberapa kali perubahan, yaitu pada tahun
Pengembangan kurikulum yang ditulis oleh Abdullah (2016;25) menjelaskan
bahwa setelah perubahan kurikulum pada tahun 2006, terjadi lagi perubahan.
Perubahan tersebut yaitu perubahan kurikulum 2006 atau yang biasa disebut
kurikulum KTSP ke kurikulum 2013.
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa setelah Indonesia menerapkan
kurikulum 2013 baru-baru ini pada tahun 2016 Indonesia kembali melakukan
perbaikan kurikulum. Perbaikan kurikulum tersebut yaitu dari kurkulum 2013
lama ke kurikulum baru (kurikulum 2013 edisi revisi). Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi dan implikasi dari terjadinya perubahan sistem politik,
sosial budaya, ekonomi dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Hal
tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hamalik tahun 2003 di dalam
buku Sholeh (2013:1-2) bahwa dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum tesebut
adalah tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan
merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan. Faktor selanjutnya ialah
sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, keadaan lingkungan,
dan faktor perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan
sistem nilai dan kemanusiaan serta budaya bangsa.
Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa perubahan kulikulum
merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Perubahan ini juga bermanfaat untuk lebih meningkatkan kemampuan pendidik
proses pembelajaran berjalan dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan
guru akan lebih mampu meningkatkan standar proses pembelajaran dan
meningkatkan standar penilaian pembelajaran yang telah ditetapkan dalam suatu
instansi pendidikan. Namun pada faktanya, perubahan tersebut tidak seluruhnya
memberikan dampak yang baik oleh tenaga pendidik. Dengan adanya perubahan
ini, banyak keluhan yang dirasakan oleh para tenaga pendidik. Guru-guru yang
banyak mengutarakan keluhannya seperti guru-guru yang sudah lanjut usia.
Karena faktor usia yang terbilang sudah lanjut usia, mereka lambat memahami
dan stress untuk penyesuaian diri terhadap kurikulum yang baru. Karena mereka
menganggap bahwa penerapan kurikulum baru ini sangat jauh berbeda dan lebih
berat tugasnya jika dibandingkan dengan penerapan kurikulum lama. Pergantian
kurikulum yang terlalu sering menurut pengamatan peneliti menjadi masalah juga
bagi guru yang harus memenuhi tugas administrasi yang diminta oleh kurikulum
baru ini. Mereka harus membuat program tahunan sendiri, program semester,
silabus, rencana pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang pada kurikulum
lama sudah dibuat oleh sekolah. Oleh karena banyaknya kewajiban yang harus
dipenuhi oleh guru tersebut membuat tugas nya dalam mengajar anak didik
menjadi kurang maksimal. Karena kurang maksimalnya guru dalam mengajar
membuat proses pembelajaranpun tidak berjalan dengan maksimal pula dan
selanjutnya akan berdampak pada hasil dari penilaian yang dilakukan oleh guru.
Dengan kata lain ketidakmampuan guru dalam meningkatkan standar proses
kurang baik pula seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Budaya (Permendikbud) No. 22 tentang standar proses pembelajaran.
Berdasarkan problematika yang dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang kemampuan mengimplementasikan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Budaya (Permendikbud) Nomor 22 tahun 2016 tentang standar
proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 edisi revisi. Melihat penjelasan di
atas, peneliti menduga ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi guru dalam
meningkatkan kemapuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun
2016 tentang standar proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 edisi revisi.
Faktor-faktor tersebut seperti masa kerja guru, tingkat pendidikan, kesibukan guru
di sekolah, ketersediaan sumber belajar, kemampuan Teknologi Informasi (TI),
pengalaman diklat, dan frekuensi mengakses internet, dan pangkat golongan. Atas
dasar hal tersebut jugalah yang mendorong peneliti untuk mengangkat tema dalam
penelitian yang akan dilaksanakan di kota Yogyakarta. Tema penelitian tersebut
adalah “KEMAMPUAN MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD
NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PEMBELAJARAN
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang di kemukakan di atas, penulis
mengidentifikasi munculnya permasalahan yang berkaitan dengan
kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri
se-Kota Yogyakarta. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan
guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri
se-Kota Yogyakarta yaitu masa kerja guru, tingkat pendidikan, kesibukan
guru di sekolah, ketersediaan sumber belajar, kemampuan Teknologi
Informasi (TI), pengalaman diklat, dan frekuensi mengakses internet, dan
pangkat golongan.
C. Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya permasalahan yang telah diuraikan di atas
dan mengingat adanya keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti,
maka peneliti membatasi variabel yang akan di teliti, yaitu variabel kesibukan
guru di sekolah, frekuensi mengakses internet, dan pangkat golongan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, peneliti
1. Apakah ada pengaruh positif kesibukan guru di sekolah terhadap
kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 di
SMA Negeri se-Kota Yogyakarta?
2. Apakah ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap
kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 di
SMA Negeri se-Kota Yogyakarta?
3. Apakah ada pengaruh positif pangkat golongan terhadap kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri
se-Kota Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Apakah ada pengaruh positif kesibukan guru di sekolah terhadap
kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 di SMA
Negeri se-Kota Yogyakarta.
2. Apakah ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap
tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 di SMA
Negeri se-Kota Yogyakarta.
3. Apakah ada pengaruh positif pangkat golongan terhadap kemampuan
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri
se-Kota Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kementrian Pendidikan dan Budaya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan yang terkait dengan implentasikan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pembelajaran dalam kurikulum 2013 di SMA Negeri Se-Kota Yogyakarta.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan Pertimbangan
membuat kebijakan dalam rangka meningkatkan pemahaman dan
kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013.
3. Bagi Perguruan Tinggi
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca di
perpustakaan tentang pemahaman implementasi Permendikbud Nomor 22
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.Tinjauan Teoritik
1. Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
a. Kurikulum
Menurut Arifin (2011:2-3) Secara etimologis istilah kurikulum
(curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
“pelari“ dan curere yang berarti “ tempat berpacu”. Istilah kurikulum
berasal dari dunia oleh raga, terutama dalam bidang atletik pada jaman
Romawi Kuno di Yunani. Dalam Bahasa Prancis, istilah kurikulum
berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti
suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start
sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan.
Jarak yang harus di tempuh tersebut kemudian diubah menjadi program
sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya. Curriculum is the
entire school program and all the people involved in it. Program tersebut
berisi mata pelajaran – mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh
oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam
tahun), SMP/MTs (tiga tahun), SMA/SMK/MA (tiga tahun) dan
seterusnya. Dengan demikian, secara terminologis istilah kurikulum
(dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
Menurut B. Othanel Smith, W.O Stanlay dan J. Harlan Shores dalam
buku Arifin (2011:3-4) memandang kurikulum sebagai a sqquence of
potential experiences set up in the school for the pupose of disciplining
children and youth in group ways og thingking and acting. Pengertian ini
menunjukkan kurikulum bukan hanya mata pelajaran, tetapi juga
pengalaman-pengalaman potensial yang dapat diberikan kepada peserta
didik.
Menurut Arifin (2011:4) kurikulum secara modern adalah semua
kegiatan dan pengalaman potensial (isi/materi) yang telah disusun secara
ilmiah baik yang terjadi didalam kelas, dihalaman sekolah maupun diluar
sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ada juga pengertian kurikulum yang lebih luas lagi yaitu semua kegiatan
dan pengalaman belajar serta “segala sesuatu” yang berpengaruh
terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik disekolah maupun
diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai pendidikan.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 pasal 1 ayat
19, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan
pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin,2011:16).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum
memberikan pengaruh pada peserta didik untuk mencapai tujuan
persekolahannya.
b. Perkembangan Kurikulum
Kurikulum di Indonesia setelah Indonesia merdeka pada tahun
1945 telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu tahun 1947, 1952,
1964,1968,1975, 1984, 1994, 2004, 2006 (Sholeh,2013:1), selanjutnya
Abdullah (2016:25) menjelaskan bahwa terjadi lagi perubahan dari
kurikulum 2013 ke kurikulum 2013. Setelah 2013 di terapkan, terjadi lagi
perubaan dari kurikulum 2013 ke kurikulum 2013 edisi revisi. Perubahan
tersebut merupakan konsekuensi dan implikasi dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan perkembangan (ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut sejalan dengan yang
dikemukakan Hamalik tahun 2003 dalam buku Sholeh (2013:1-2) bahwa
dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1) Tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar
untuk merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi
landasan merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2) Sosial budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
3) Keadaan lingkungan.
4) Kebutuhan pembangunan Poleksosbudhankam.
5) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan
Semua kurikulum nasional dikembangkan mengacu pada landasan
yuridis Pancasila dan UUD 1945, perbedaan tiap kurikulum terletak pada
penekanan pokok dan tujuan pendidikan dan pendekatan dalam
mengimplementasikan kurikulum tersebut (Sholeh, 2013:2).
1) Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada setelah Indonesia merdeka
disebut rencana pembelajaran. Perubahan orientasi pendidikan lebih
bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda kepada kepentingan
nasional. Asas pendidikan ditetapkan pancasila. Rencana pelajaran
1047 merupakan pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda
dengan mengurangi pendidikan kecerdasan intelektual. Kurikulum
1947 dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa
dengan spirit merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang
berdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran
bernegara dan masyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan
kejadian dan kehidupan sehari-hari serta memberikan perhatian
terhadap pendidikan kesenian dan pendidikan jasmani. Rencana
pelajaran 1947 baru secara resmi dilaksanakan di sekolah-sekolah
mulai tahun 1950. Bentuk kurikulum ini memuat dua hal pokok:
daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya, disertai dengan garis-garis
besar pengajaran.
Setelah rencana pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di
Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini,
pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih
merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rancangan
Pemlajaran Teriurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru
dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar. Di dalamnya tercantum
jenis-jenis pelajaran yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar
di sekolah, seperti pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah,
Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi dan Sejarah.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri-ciri dari kurikulum
1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran sehari-hari. Silabus mata
pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajar.
3) Kurikulum 1964
Dipenghujung era pemerintahan Presiden Soekarno menjelang
tahun 1964, pemerintahan kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana
Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah
pemerintahan mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik,
2004).
Fokus kurikulum 1964 ini pada perkembangan Pancawardhana,
yaitu: Daya cipta, Rasa, Karsa, Karya, dan Moral. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
4) Kurikulum 1968
Lahirnya kurikulum 1968 sebagai perubahan dari Kurikulum
1964 dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan
rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum 1968
menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama.
Kurikulum 1968 melakukan perubahan struktur kurikulum dari
Pancawardhana dan menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah jam pelajarannya 9 mata
pelajaran. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan, dan keterampilan jasmani,
moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Pada kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor
kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalam rangka
pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan, sehingga
diperlukan peninjauan terhadap kurikulum 1968 tersebut agar sesuai
dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
Kurikulum 1975 sebagai pengganti Kurikulum 1968
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Berorientasi pada tujuan.
b) Menganut pendekatan integratif
c) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan
waktu.
d) Menganut pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruktsional (PPSI).
e) Menekankan kepada strimulus respon dan latihan.
Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-mengajar
merupakan suatu sistem yang senantiasa diarahkan pada pencapaian
tujuan. Sistem pembelajaran dengan pendekatan sistem instruksional
inilah yang merupakan pembaharuan dalam sistem pengajaran di
Indonesia. Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada
setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah
yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya memberikan
penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja.
Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum
1984 diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum
tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
b) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang
studi dengan kemampuan anak didik.
c) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan
pelaksanaannya di sekolah.
d) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir
disetiap jenjang.
e) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat
kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk
Pendidikan Luar Sekolah.
f) Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara
kebutuhan atau tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu
pengetahuan/teknologi terhadap pendidikan, Kurikulum 1975
dianggap sudah tidak sesuai lagi karena itu diperlukan perubahan
kurikulum. Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi
terhadap Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri:
b) Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara
belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional
dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
optimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
c) Materi pembelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan
spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam
pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan
materi pelajaran.
d) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada
pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti.
e) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan
siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan
mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar.
f) Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan
proses adalah pendekatan belajar dan pembelajaran yang memberi
tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
7) Kurikulum 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses
pada teori belajar mengajar, kurang memperhatikan muatan (isi)
pelajaran. Hal ini terjadi karena sesuai dengan suasana pendidikan di
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) yang lebih
mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya pada
saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut
mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa
(isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga
siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan
mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984
dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagaian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi
pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum
1994, antara lain sebagai berikut:
a) Pembagian tahapan pelajaran disekolah dengan sistem caturwulan.
b) Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi pelajaran yang
c) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan suatu
sistem kurikulum untuk semua siswa diseluruh Indonesia.
Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam
belajar,baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan
siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada
jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari
satu jawaban), dan penyelidikan.
e) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan
dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan
berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian atara
pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.
f) Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang
mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang
kompleks.
g) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa
permasalahan sebagai akibat dari kecendrungan kepada pendekatan
penguasaan materi, di antaranya sebagai berikut:
a) Beban belajar siswa terlalu besar dikarenakan banyaknya mata
pelajaran dan materinya.
b) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar dan kurang bermakna
dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
8) Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2002 dan 2004
Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi menjadi kurikulum
2002 sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam
pemerintahan dari sentralistrik menjadi desantralistik sebagai
konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Kurikulum yang dikembangkan saat ini
diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pendidikan berbasis
kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan (komptensi) tugas-tugas tertentu sesaui dengan standar
kinerja yang telah ditetapkan. Kompetensi merupakan pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara
konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana
dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus
dicapai siswa, penilaian, kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan
sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada: (1) hasil dan
dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman
yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya (Puskur:
2000).
Rumusan kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi,
atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan
sekolah/madrasah dan sekaligus menggambarkan kemajuan siswa
yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi
kompeten.
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi mengandung
tiga unsur pokok, yaitu:
a) Pemilihan kompetensi yang sesuai.
b) Spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan
keberhasilan pencapaian kompetensi;
c) Pengembangan sistem pembelajaran.
a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
b) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. (Puskur: 2002a).
Struktur kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
pada suatu mata pelajaran memuat rinci kompetensi (kemampuan)
dasar mata pelajaran itu dan sikap yang diharapkan dimiiki siswa
dapat dilihat contohnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa,
dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
9) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005,
pemerintah telah mendorong penyelenggara pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat
satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan
Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No.
19/2005. Akan tetapi, esensi-esensi isi dan arah pengembangan
pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket
kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter),
yaitu:
a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
b) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
10) Kurikulum 2013
Menurut Mulyasa (2013:59) Dalam suatu sistem pendiidikan,
kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan
dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan zaman.
Meskipun demikian, perubahan dan pengembangannya harus
dilakukan secara sistematis dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan
yang jelas, mau dibawa ke mana sistem pendidikan nasional dengan
kurikulum tersebut. Perlunya perubahan kurikulum juga karena
adanya beberapa kelemahan yang ditemukan dalam KTSP 2006
sebagai berikut (diadaptasi dari materi sosialisasi kurikulum 2013):
a) Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang
ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi
yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan
usia anak.
b) Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
c) Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek
pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta
didik ( pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
d) Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan
masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan,
pendekatan dan metode pembelajaran konstruktifistik,
keseimbangan soft skills and hard skills, serta jiwa kewirausahaan,
belum terakomodasi di dalam kurikulum.
e) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan
sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
f) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan
yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang
berpusat pada guru.
g) Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis
kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dan
pengayaan secara berkala.
Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi lahir
sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap kurikulum 2006,
serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja.
Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan
teknologi. Dengan demikian, kurikulum 2013 diharapkan dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh
dunia pendidikan dewasa ini, terutama dalam memasuki era
globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan (Mulyasa,
2013:163). Menurut Mulyasa (2013:163-164) Kurikulum berbasis
karakter dan kompetensi yang secara konseptual memiliki unggulan,
keunggulan tersebut yakni:
a) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah
(konstektual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada
hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi
sesuai dengan potensinya masing-masing.
b) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kommpetensi boleh
Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu
pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat
dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
c) Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan
kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai
suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta
didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar
dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan
keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
a) Pengetahuan (knowleddge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,
misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi
kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran
terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhan.
b) Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif
yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan
tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat
melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.
c) Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat
peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada
peserta didik.
d) Nilai (value); adalah suatu standar prilaku yang telah diyakini dan
secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya
standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan,
demokratis, dan lain-lain).
e) Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak
suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar:
Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap
kenaikan upah/gaji, dan sebagainya.
f) Minat (interest); adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau
melakukan sesuatu.
11) Kurikulum 2013 edisi revisi
Menurut Anbarini (2016:3) sepanjang 2015 kurikulum 2013
mengalami perbakan. Perbaikan itu dilakukan karena dalam
pelaksanaannya sejak pertama kali diterapkan pada tahun pelajaran
masalah yang memberatkan guru. Misalnya dalam hal penilaian,
model pembelajaran, dan pembatasan taksonomi proses berpikir
siswa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan
perbaikan terhadap Kurikulum 2013. Setiap perbaikan dan
pengembangan yang dilakukan pemerintah terhadap kurikulum dari
waktu ke waktu bertujuan untuk menghasilkan generasi yang memiliki
tiga kompetensi, yaitu sikap, keterampilan, dan pengahuan. Dari
perbaikan yang telah dilakukan sepanjang 2015, terdapat empat poin
perbaikan dalam dokumen kurikulum (Anbarini, 2016:6). Empat point
tersebut yaitu:
(1) Kompleksitas pembelajaran dan penilaian pada sikap spiritual dan
sikap sosial
(2) Ketidak selarasan antara KI-KD dengan silabus dan buku
(3) Penerapan proses berpikir 5M sebagai metode pembelajaran yang
bersifat procedural dan mekanistik.
(4) Pembatasan kemampuan siswa melalui pemenggalan taksonomi
proses berpikir antar jenjang.
c. Kemampuan Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016 tentang Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
diartikan sebagai pelaksanaan (KBBI, 2008:580). Menurut Fullan (1991)
suatu gagasan, program, atau kumpulan kegiatan yang baru bagi
orang-orang yang berusaha atau diharapkan untuk berubah.
(1)Peran Guru dalam Implementasi Kurikulum
Wina Sanjaya (Abdul, 2014:21) menjelaskan bahwa guru
merupakan salah satu faktor penting dalam mengimplementasikan
kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang
oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka
kurkulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan
sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan
efektif. Dengan demikian peran guru dalam mengimplementasikan
kurikulum memegang posisi kunci. Menurt Murray Print tahun 1993
(Abdul, 2014:21), ada empat peran guru dalam level ini, level tersebut
antara lain:
a) Implementers
b) Adapters
c) Developers
d) Researchers
Pertama, sebagai implementer, guru berperan untuk
mengimplementasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam
melaksanakan perannya guru hanya menerima berbagai kebijakan
perumus kurikulum. Dengan demikian, guru tidak memiliki ruang
baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target
dalam pengembangan kurikulum sebatas hanya menjelaskan
kurikulum yang telah disusun. Dalam pengembangan kurikulum guru
diangga sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam
mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Oleh karena guru
hanya sekedar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreativitas dan
inovasi guru dalam merekayasa pemblajaran sangatlah lemah. Guru
tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaru. Mengajar
dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesioanl, tetapi sebagai tugas
rutin atau tugas keseharian.
Kedua, peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai
pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum
dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah.
Dalam fase ini, guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan
kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan
kebutuhan lokal. Dengan demikian, peran guru sebagai adapetrs lebih
luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers.
Ketiga, peran guru sebagai pengembang kurikulum, guru
memiliki kewenangan dalam menedesain sebuah kurikulum. Guru
bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan
disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang
harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya.
Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun
sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.
Pelaksanaan peran ini dapat kita lihat dalam pengembangan
Kurikulum Muatan Lokal (Mulok) sebagai bagian dari struktur
kurikulum. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal, sepenuhnya
diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan. Oleh sebab itu,
bisa terjadi Kurikulum Mulok antar sekolah berbeda. Kurikulum
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah. Ada
Keempat, sebagai fase terakhir adalah peran guru sebagai
peneliti kurikulum (curruculum researcher). Peran ini dilaksanakan
sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung
jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam
pelaksanaan peran sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab
untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji
bahan-bahan kurikulum, menguji efektivitas program, menguji strategi
dan model pembelajaran, dan lain sebagainya termasuk mengumulkan
data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum.
Dalam KBBI (2008:979) kemampuan diartikan sebagai
kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Seseorang yang memiliki
kemampuan berarti memiliki kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan
dalam melaksanakan suatu hal.
Telah dijelaskan di atas bahwa menurut Fullan (1991) dalam
Abdul (2014:6), pengertian implementasi itu sendiri adalah proses
yang baru bagi orang-orang yang berusaha atau diharapkan untuk
berubah. Sedangkan pengertian mengimplementasikan menurut KBBI
(2008:580) yaitu melaksanakan, menerapkan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya yang biaya disingkat
dengan istilah Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 mengatur tentang
Standar Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 edisi revisi.
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut
Standar Proses Pembelajaran merupakan kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan
dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Dalam peraturan
ini menjelaskan bahwa proses Pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Sebelum Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pembelajaran ini diberlakukan, standar proses pendidikan di Indonesia
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses pembelajaran untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Namun Pada saat Peraturan Menteri ini mulai
berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun
2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku hal ini dijelaskan
dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Berdasarkan penjelasan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa
yang dimaksud kemampuan mengimplementasikan standar proses
pembelajaran merupakan kesanggupan dan kecakapan dalam
melaksanakan dan menerapkan kriteria pelaksanaan pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar atau satuan pendidikan menengah untuk
mencapai kompetensi lulusan.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keberhasilan dalam
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pembelajaran dalam kurikulum 2013 antara lain: (1)
kesibukan guru di sekolah, (2) frekuensi mengakses internet, dan (3)
2. Kesibukan Guru di Sekolah
1) Pengertian
Kesibukan menurut KBBI (1990:837) diartikan sebagai sesuatu
(usaha dsb) yang harus dikerjakan atau dengan kata lain kewajiban yang
harus dilakukan oleh seorang guru disekolah. Guru menurut KBBI
(1990:288) adalah orang yang pekerjaanya (mata pencahariannya,
profesinya) mengajar. Sedangkan sekolah menurut KBBI (1990:796)
adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, dsb).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesibukan guru di
sekolah adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang yang
berprofesi mengajar dalam suatu lembaga sebagai tempat menerima dan
memberi pelajaran.
2) Ruang lingkup
Kewajiban guru sesuai Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 35 ayat (1) mencakup kegiatan pokok
yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta
melaksanakan tugas tambahan. Pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa beban kerja
guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40
Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan
proses pembelajaran, guru hanya melaksanakan tugas mengampu 1 (satu)
jenis mata pelajaran saja, sesuai dengan kewenangan yang tercantum
dalam sertifikat pendidiknya. Disamping itu, guru sebagai bagian dari
manajemen sekolah, akan terlibat langsung dalam kegiatan manajerial
tahunan sekolah, yang terdiri dari siklus kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Rincian kegiatan tersebut antara lain
penerimaan siswa baru, penyusunan kurikulum dan perangkat lainnya,
pelaksanaan pembelajaran termasuk tes/ulangan, Ujian Nasional (UN),
Ujian Sekolah, dan kegiatan lain. Tugas tiap guru dalam siklus tahunan
tersebut secara spesifik ditentukan oleh manajemen sekolah tempat guru
bekerja.
1) Jam Kerja
Sebagai tenaga profesional, guru baik PNS maupun bukan PNS
dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban memenuhi jam kerja
yang setara dengan beban kerja pegawai lainnya yaitu 37,5 (tiga puluh
tujuh koma lima) jam kerja (@ 60 menit) per minggu. Dalam
melaksanakan tugas, guru mengacu pada jadwal tahunan atau kalender
akademik dan jadwal pelajaran. Kegiatan tatap muka dalam satu tahun
dilakukan kurang lebih 38 minggu atau 19 minggu per semester.
Kegiatan tatap muka guru dialokasikan dalam jadwal pelajaran
yang disusun secara mingguan. Khusus Sekolah Menengah Kejuruan
tapi mengunakan sistem blok atau perpaduan antara sistem mingguan
dan blok. Pada kondisi ini, maka jadwal pelajaran disusun berbasis
semester, tahunan, atau bahkan per tiga tahunan. Diluar kegiatan tatap
muka, guru akan terlibat dalam aktifitas persiapan tahunan/semester,
ujian sekolah maupun Ujian Nasional (UN), dan kegiatan lain akhir
tahun/semester.
2) Uraian Tugas Guru
a) Merencanakan Pembelajaran
Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) pada awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana
kerja sekolah. Kegiatan penyusunan RPP ini diperkirakan
berlangsung selama 2 (dua) minggu atau 12 hari kerja. Kegiatan ini
dapat diperhitungkan sebagai kegiatan tatap muka.
b) Melaksanakan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan dimana terjadi
interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini
adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya. Guru melaksanakan
tatap muka atau pembelajaran dengan tahapan kegiatan berikut:
(1) Kegiatan awal tatap muka
Kegiatan awal tatap muka antara lain mencakup kegiatan
pengecekan dan atau penyiapan fisik kelas, bahan pelajaran,
Kegiatan awal tatap muka dilakukan sebelum jadwal
pelajaran yang ditentukan, bisa sesaat sebelum jadwal waktu
atau beberapa waktu sebelumnya tergantung masalah yang
perlu disiapkan. Kegiatan awal tatap muka diperhitungan
setara dengan 1 jam pelajaran.
(2) Kegiatan tatap muka
Dalam kegiatan tatap muka terjadi interaksi edukatif
antara peserta didik dengan guru dapat dilakukan secara face to
face atau menggunakan media lain seperti video, modul
mandiri, kegiatan observasi/ekplorasi.
Kegiatan tatap muka atau pelaksanaan pembelajaran
yang dimaksud dapat dilaksanakan antara lain di ruang
teori/kelas, laboratorium, studio, bengkel atau di luar ruangan.
Waktu pelaksanaan atau beban kegiatan pelaksanaan
pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi waktu yang
tercantum dalam struktur kurikulum sekolah.
(3) Membuat resume proses tatap muka
Resume merupakan catatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tatap muka yang telah dilaksanakan. Catatan
tersebut dapat merupakan refleksi, rangkuman, dan rencana
Penyusunan resume dapat dilaksanakan di ruang guru
atau ruang lain yang disediakan di sekolah dan dilaksanakan
setelah kegiatan tatap muka.
Kegiatan resume proses tatap muka diperhitungan setara
dengan 1 jam pelajaran.
c) Menilai Hasil Pembelajaran
Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi
yang bermakna untuk menilai peserta didik maupun dalam
pengambilan keputusan lainnya. Pelaksanaan penilaian dilakukan
dengan menggunakan tes dan non tes. Penilaian non tes dapat
dibagi menjadi pengamatan dan pengukuran sikap serta penilaian
hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik, atau produk jasa.
(1) Penilaian dengan tes
Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk
ujian akhir semester, tengah semester atau ulangan harian,
dilaksanakan sesuai kalender akademik atau jadwal yang telah
ditentukan. Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas.
Penilaian hasil test, dilakukan diluar jadwal pelaksanaan test,
Penilaian test tidak dihitung sebagai kegiatan tatap muka
karena waktu pelaksanaan tes dan penilaiannya menggunakan
waktu tatap muka.
(2) Penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran sikap
Pengamatan dan pengukuran sikap dilaksanakan oleh
semua guru sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses