• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENURUNAN LOGAM CADMIUM (Cd) AIR LIMBAH INDUSTRI ELEKTROPLATING DENGAN PSEUDOMONAS FLUORESCENS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENURUNAN LOGAM CADMIUM (Cd) AIR LIMBAH INDUSTRI ELEKTROPLATING DENGAN PSEUDOMONAS FLUORESCENS."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENURUNAN LOGAM CADMIUM (Cd)

AIR LIMBAH INDUSTRI ELEKTROPLATING

MENGGUNAKAN BAKTERI

PSEUDOMONAS FLUORESCENS

Oleh :

NPM : 0452010026

DIKKY KUSTRIANA

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”JATIM

SURABAYA

(2)

i

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan judul PENURUNAN

LOGAM CADMIUM (Cd) AIR LIMBAH INDUSTRI ELEKTROPLATING

DENGAN PSEUDOMONAS FLUORESCENS . Tugas ini merupakan salah satu

persyaratan bagi setiap mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

Sipil dan Perencanaan, UPN “ Veteran “ Jawa Timur untuk mendapatkan gelar

sarjana.

Selama menyelesaikan tugas ini, saya telah banyak memperoleh

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini saya ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. DR. Ir. Edy Mulyadi, SU, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan

Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir. Tuhu Agung R., MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan UPN

“Veteran” Jawa Timur.

3. DR. Ir. Edy Mulyadi, SU, selaku Dosen Pembimbing.

4. Orang tua dan keluarga yang telah membantu baik secara moral dan

material.

5. Semua rekan-rekan di Teknik Lingkungan yang secara tidak langsung

telah membantu hingga terselesainya tugas ini.

(3)

ii

ini, saran dan kritik yang membangun akan saya terima. Akhir kata saya ucapkan

terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila didalam laporan ini

terdapat kata-kata yang kurang berkenan atau kurang dipahami.

Surabaya, Mei 2010

(4)

v

2.1. Proses Elektroplating ………...

2.2. Limbah Industri Elektroplating ………...

2.3. Kadmium ……….

2. 4. Mikroorganisme Penurun Logam Berat Cadmium ………..

2. 5. Landasan Teori ………

2.5.1 Mekanisme Bioremoval Dan Bioadsorpsi ………...

2.5.2. Konsep Dasar Proses Bioremoval ………...

(5)

vi

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan Penelitian ………

3.2. Peralatan Penelitian ………

3.3. Kerangka Penelitian ………

3.4. Jalan Penelitian ………

3.5. Variabel ………...

3.6. Prosedur Analisis ………

3.6.1 Analisa Koloni ……….

3.6.2 Perhitungan Pengenceran ………

3.6.3 Perhitungan Efisiensi Penurunan Limbah ………...

3.6.4 Penghitungan Jumlah Bakteri Pada Penelitian Utama ………

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penelitian Awal ………

4.2. Penenelitian Utama ………..

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………..

5.2 Saran ………

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN A DATA HASIL PENELITIAN ...

LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN ...

(6)

vii

racun...

Tabel 4.1 Pengaruh waktu proses (jam) terhadap prosentase penyisihan

kadar kadmium (Cd2+) pada bakteri Pseudomonas...

Tabel 4.2 Kemampuan Penyisihan Logam Kadmium Menggunakan

Bakteri Pseudomonas Fluorescent dengan Variasi Waktu Proses

(jam) dan Kadar Awal (mg/lt)...

Tabel 4.3 Kemampuan Penyisihan Logam Kadmium Menggunakan Bakteri

Pseudomonas Fluorescent dengan Variasi Waktu Proses (menit) dan

Kadar Awal (mg/l)……….

Tabel 4.4 Hubungan Jumlah Bakteri Pseudomonas Fluorescens (MLVSS)

Terhadap kemampuan Penyisihan Logam Kadmium...

Tabel 4.5 Kemampuan Penyisihan Logam Kadmium Menggunakan

Bakteri Pseudomonas Fluorescent dengan Variasi Waktu Proses

(menit) dan Kadar Limbah (mg/l)……… 10

27

28

29

30

(7)

viii

Gambar Pseudomonas Fluorescens ...

Gambar Mekanisme Proses Bioremuval ...

Gambar kerangka penelitian ...

Gambar jalan penelitian ...

Gambar 4.1 Hubungan kemampuan Penyisihan Logam Kadmium

Menggunakan Bakteri Pseudomonas Fluorescent...

Gambar 4.2. Kemampuan Penyisihan Logam Kadmium Menggunakan

Bakteri Pseudomonas Fluorescent dengan Variasi Waktu

Proses (menit) dan Kadar Awal (mg/l)...

14

18

21

22

30

(8)

iii

lingkungan akan terakumulasi dan merusak baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap makhluk hidup terutama manusia. Secara langsung, akumulasi

logam berat dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui sistem perairan yang

tercemar untuk keperluan sehari – hari, sedangkan secara tidak langsung melalui

rantai makanan seperti sayuran, ikan atau hewan yang sudah tercemar logam

berat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk Menyisihkan kadar Cd didalam limbah

industri elektroplating dengan menggunakan bakteri Pseudomonas fluorescens

dan mencari kemampuan terbaik bakteri, sehingga limbah industri yang dibuang

tidak berbahaya bagi lingkungan dan sesuai dengan baku mutu.

Penyisihan logam kadmium dapat dilakukan dengan proses bioremoval,

yaitu merupakan proses biologi – fisika yang melibatkan bakteri dalam

menyisihkan polutan. Proses yang terjadi dapat dilakukan secara fakultatif dan

menggunakan bakteri Pseudomonas fluorescens yang dapat menghasilkan

senyawa ligan dengan berat molekul rendah yang disebut siderophor sebagai

penjerap sehingga logam Cd akan menempel pada permukaan bakteri tersebut

atau diendapkan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadar

logam (mg/ l) dan waktu proses (jam), sedangkan parameter yang digunakan

adalah pH asam yaitu antara 4.0 – 4.5, dan temperatur sesuai dengan suhu

ruangan. Metode yang digunakan dalam menganalisa yaitu menggunakan metode

UV – Spektrofometer dengan ketelitian dibawah 10 -6.

Dari hasil penelitian diperoleh prosentase penyisihan logam kadmium

terbaik terdapat pada waktu proses 60 menit dengan kadar 135 mg/l yaitu sebesar

99,97 % dengan menggunakan bakteri Pseudomonas fluorescens.

(9)

iv

Cadmium is one of the waste generated by the electroplating industry PT.

Maspion, Waru - Sidoarjo. This waste if discharged into the environment will

accumulate and damage either directly or indirectly to human beings in

particular. Directly, the accumulation of heavy metals in the human body can

occur through contaminated water systems for domestic purposes - day, while

indirectly through the food chain, such as vegetables, fish or animals that have

been contaminated with heavy metals.

The purpose of this study was to Taking Cd concentration in the

electroplating industry wastewater using bacteria Pseudomonas fluorescens and

seek the best capabilities of bacteria, so that industrial waste is dumped is not

harmful to the environment and in accordance with standard quality.

Provision can be made with the metal cadmium bioremoval process, which

is a biological process - which involves the physics of bacteria to eliminate the

pollutant. The process that occurs can be done in facultative and use of

Pseudomonas fluorescens that can produce compounds with low molecular

weight ligands known as penjerap so siderophor Cd metal will stick to the surface

of the bacteria or precipitated. Variables used in this research is the metal

concentration (mg / l) and processing time (hour), while the parameters used are

acid pH of between 4.0 - 4.5, and temperature according to room temperature.

The method used in analyzing the UV method - Spektrofometer with precision

below 10 -6.

From this research gained elimination percentage cadmium left on 60

minutes with concentration 135 mg/l about 99,97 % with using bacteria

Pseudomonas fluorescense.

(10)

1

1.1. Latar Belakang

Salah satu penyebab merosotnya kualitas lingkungan adalah akibat limbah

yang dihasilkan dari kegiatan industri, dimana industri tersebut tidak mengolah

limbahnya sebelum dibuang kebadan air. Salah satu limbah industri yang dapat

menimbulkan pencemaran apabila tidak diolah adalah industri pelapisan logam

(electroplating). Dalam prosesnya banyak mempergunakan bahan-bahan logam,

yang mengakibatkan buangannya sangat berbahaya dan beracun, sehingga dapat

dikategorikan sebagai limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Logam berat

yang terkandung dalam industri electroplating diantaranya adalah Cu, Zn, Cr, Cd,

Ni, Pb.

Logam berat seperti Cr, Cd, Cu, Hg dan Pb jika dibuang ke lingkungan

akan terakumulasi dan merusak baik secara langsung maupun tidak langsung

mahluk hidup terutama manusia. Secara langsung, akumulasi logam berat dalam

tubuh manusia dapat terjadi melalui sistim pengairan yang tercemar untuk

keperluan sehari-hari, sedangkan secara tidak langsung melalui rantai makanan

seperti sayuran, ikan atau hewan yang sudah tercemar logam berat. (Surtiningsih,

2000).

Kadmium (Cd) merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya

karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium

(11)

terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada

konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema dan

renal turbular disease yang kronis. Kadmium, timbal dan merkuri merupakan the

big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan

manusia. Kontaminasi ini akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya

usaha eksplotasi berbagai sumber alam di mana logam berat terkandung di

dalamnya. Berbasis pada wawasan kita terhadap resiko polusi lingkungan oleh ion

logam berat, hal ini menyebabkan kita mau tidak mau harus memperbaiki kembali

perhatian kita terhadap sistem pengolahan limbah logam-logam berat tersebut.

Salah satunya adalah proses pengolahan dengan menggunakan mikroorganisme

dengan tujuan mengurangi tingkat keracunan elemen polusi terhadap lingkungan

(Suhendrayatna, 2001).

Di dalam mengolah limbah industri yang mengandung logam berat dapat

dilakukan dengan tiga cara, yaitu: secara fisik, kimia dan biologi. Dalam proses

pengolahan secara biologi digunakan sel mikroorganisme sebagai bioleaching

logam berat. Dalam penelitian ini digunakan proses biologi karena pengolahan

limbah secara biologi diyakini merupakan proses yang lebih aman dan ramah

lingkungan dibandingkan proses lainnya, sebab dalam pengolahannya

menggunakan mikroorganisme tanpa harus melakukan pengolahan lagi. yaitu

dengan menggunakan Bioremoval. Dengan penggunaan metode tersebut

diharapkan setelah melalui proses bioadsorpsi kadar cadmium yang ada pada air

(12)

1.2. Rumusan Masalah

Cadmium merupakan salah satu logam berat yang dapat merusak

lingkungan karena tidak semua mikroorganisme mempunyai kemampuan dalam

menurunkan kandungan limbah logam berat dalam air. Oleh karena itu, digunakan

teknik bioremoval untuk menyisihkan kandungan Cd didalam limbah, agar tidak

berbahaya bagi lingkungan sekitar baik itu hewan, tumbuhan, atau manusia.

1.3. Tujuan Penelitian

Menyisihkan kadar Cd didalam limbah industri elektroplating dengan

menggunakan bakteri Pseudomonas fluorescens dan mencari kemampuan terbaik

bakteri, sehingga limbah industri yang dibuang tidak berbahaya bagi lingkungan

dan sesuai dengan baku mutu yang ada.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharap dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Dengan turunnya kadar Cd pada limbah industri elektroplating yang sesuai

dengan baku mutu, maka limbah yang dibuang tidak mencemari

lingkungan.

2) Sebagai tambahan alternatif pengolahan limbah logam berat pada industri

elektroplating

1.5. Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini digunakan pengolahan secara biologi yaitu dengan

metoda bioremoval dan menggunkan Pseudomonas fluorescens sebagai mikroba

pendegradasi logam cadmium (Cd). Limbah yang dipergunakan berasal dari

(13)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Industri elektroplating merupakan industri yang bergerak di bidang

pelapisan logam dimana limbah yang dihasilkan memilki kandungan logam berat

yang cukup tinggi, oleh karena itu perlu adanya pengolahan yang sesuai agar tidak

berbahaya bagi lingkungan.

2.1. Proses Elektroplating

Proses elektroplating merupakan suatu proses (coating) oleh logam

tertentu pada suatu obyek dari bahan logam secara elektrolisis. Pada proses ini

logam pelapis harus lebih mulia dari logam yang akan dilapisi. Elektroplating

merupakan salah satu cara penanggulangan korosi terhadap logam dan menambah

ketahanan bahan. Disamping itu merupakan produk dekoratif atau memberi warna

atau texture tertentu. Proses pelapisan logam secara listrik (Elektroplating) terdiri

dari beberapa urutan proses antara lain persiapan bahan yang akan dilapis,

pelapisan dan penyelesaian akhir.

1) Proses persiapan bahan

Proses persiapan bahan yang akan dilapis ini adalah pembersihan benda kerja

dari karat, lemak serta bahan organik lain yang melekat. Pada persiapan ada dua

tahap, yaitu:

a) Proses pembersihan lemak (degreasing) yaitu benda yang akan diproses

cukup dicelup dalam suatu larutan zat-zat organik misalnya Trikhloretilen,

(14)

(organik) dimana lemak dapat mengganggu pada proses pelapisan karena

mengurangi daya hantar listrik atau mengurangi kontak antara lapisan dengan

logam dasarnya.

b) Proses pembersihan dengan asam (pickling) proses pickling adalah

pembersihan oksida secara kimiawi melalui pencelupan dalam larutan asam.

Lapisan oksida pada permukaan umumnya terdiri dari beberapa ikatan,

bagian terluar dan terbanyak adalah Fe2O3, bagian tengah Fe3O4

c) Proses pembilasan biasanya dilakukan dengan sistem pembilasan dalam

beberapa bak dan arah aliran atau dapat juga menggunakan sistem semprot. dan bagian

lebih dalam lagi dekat logamnya adalah FeO.

d) Proses pembersihan mekanis adalah proses pemolesan yang dilakukan dengan

maksud untuk menghaluskan permukaan atau menghilangkan goresan.

2) Proses pelapisan

Sebelum dilakukan proses pelapisan, benda kerja yang telah bersih direndam

dalam larutan aktivatue (proses aktivasi) untuk mengaktifkan benda kerja

sehingga mempermudah melekatnya logam yang akan dilapisi. Logam yang

dilapisi dihubungkan dengan kutub negatif (-) dan logam pelapisannya pada kutub

positif (+) serta sumber arus searah. Dengan adanya arus yang mengalir dari

sumber maka elektron “dipompa” melalui eletroda positip (anoda) menuju

eletroda negatip (katoda) dan dengan adanya ion-ion logam yang didapat dari

(15)

3) Proses akhir

Proses akhir meliputi pembersihan atau pencucian pada benda kerja dari sisa

– sisa larutan yang melekat. Setelah dilakukan pencucian kemudian dikeringkan.

Pengerjaan akhir ini berfungsi juga sebagai kontrol pada produk tersebut secara

visual. (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007)

2.2. Limbah Industri Elektroplating

Dari proses elektroplating dihasilkan limbah padat, limbah gas, dan limbah

cair. Total volume buangan limbah dari limbah pelapisan logam tidak banyak tapi

racun yang dikandung dalam buangan ini cukup bahaya. Kebanyakan racun yang

terkandung dalam limbah cair ini, adalah asam dan logam, seperti Cr, Cu, Zn, Ni,

Cd, Co, pembersih alkalin, lemak dan minyak. Berikut ini dapat dijelaskan

beberapa limbah industri pelapisan logam :

a) Kromium (Cr) merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan

dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI), tetapi hanya

kromium bervalensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologinya.

(Suhendrayatna, 2001)

b) Tembaga (Cu) bersifat racun terhadap semua tumbuhan pada konsentrasi

larutan di atas 0.1 ppm. Konsentrasi yang aman bagi air minum manusia

tidak lebih dari 1 ppm. Konsentrasi normal komponen ini di tanah berkisar

20 ppm dengan tingkat mobilitas sangat lambat karena ikatan yang sangat

kuat dengan material organik dan mineral tanah liat. Beberapa industri

(16)

tembaga yang tidak diharapkan. Tembaga dalam konsentrasi tinggi (22-750

mg/kg). (Suhendrayatna, 2001)

c) Nikel (Ni). Elemen ini cendrung lebih beracun pada tumbuhan. Selama

masih mudah di ambil oleh tanaman dari tanah, pembuangan limbah yang

mengandung nikel masih sangat perlu perhatian kita. Total nikel yang

terkandung dalam tanah berkisar 5-500 ppm. Konsentrasi pada air tanah

biasanya berkisar 0.005-0.05 ppm, dan kandungan pada tumbuhan yang

biasanya tidak lebih dari 1 ppm (kering). (Suhendrayatna, 2001)

d) Asam dihasilkan dari proses pembersihan bahan yang akan dilapisi olah

logam lain, untuk menhilangkan karat sehingga sering mengandung Fe.

(Anoname, 2000).

2.3. Kadmium

Logam Cd atau cadmium mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam.

Hanya ada satu jenis mineral cadmium di alam yaitu greennockite (CdS) yang

sealau ditemukan bersama mineral spalerite (ZnS). Mineral greennockite ini

sangat jarang ditemukan dialam, sehingga dalam eksploitasi logam Cd, biasanya

merupakan produksi sampingan dari peristiwa peleburan dan refining bijih–bijih

Zn (seng). Biasanya konsentrasi bijih Zn didapatkan 0,2 sampai 0,3 % logam Cd.

Disamping itu Cd juga diproduksi dari peleburan bijih-bijih logam Pb (timah

hitam) dan Cu (tembga). Namun demikian, Zn merupakan sumber utama dari

(17)

Seperti halnya unsur-unsur kimia lainnya terutama golongan logam. Cd

mempunyai sifat Fisika dan kimia tersendiri. Berdasrkan pada sifat-sifat fisiknya.

Cd merupakan logam yang lunak, ductile, berwarna putih seperti putih perak.

Logam ini akan kehilangan kilapnya bila berada dalam udara yang lembab atau

basah serta cepat mengalami kerusakan bila terkena oleh uap ammonia (NH3) dan

sulfur hidroksida (SO2). Sedangkan berdasar pada sifat-sifat kimianya, logam Cd

didalam persenyawaan yang dibentuknya pada umumnya mempunyai bilangan

valensi 2+, sangat sedikit yang mempunyai bilangan valensi 1+. Bila dimasukkan

kedalam larutan yang mengandung ion OH. Ion- ion Cd2- akan mengalami proses

pengendapan. Endapan yang terbentuk dari ion – ion Cd2+ dalam larutan berion

OH biasanya dalam bentuk senyawa terhidradasi yang berwarna putih. Bila logam

Cd digabuangkan dengan senyawa karbonat (CO=) yang berwarna dengan

senyawa pospat (PO3-), denan senyawa arsenat (AsO3=); dan atau senyawa

oksalat-ferro {Fe(III)}- dan ferri {Fe(II)} sianat, maka akan terbentuk suatu

senyawa yang berwarna kuning. Semua senyawa akan dapat terlarut dalam

senyawa NH4OH dan akan membentuk kation kompleks Cd dengan NH3

Logam cadmium sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari

oleh manusia sejak tahun 1950 dengan banyaknya produksi 15.000 18.000

pertahun. Prinsip dasar atau prinsip utama dalam penggunaan cadmium adalah

sebagai bahan ‘stabilisasi’ bahan pewarna dalam industri plastik dan pada

electroplating. Namun sebagian dari subtansi logam cadmium ini juga digunakan

(18)

cadmium (Cd) senyawa oksida dari cadmium (CdO), hidrat (CdH2

1) Senyawa CdS dan CdSeS, banyak digunakan sebagai warna.

) dan

kloridanya paling banyak digunakan dalam industri electroplating.

Penggunaaan Cd dan persenyawaannya ditemukan dalam industri

pencelupan, fotografi, dan lain – lain. Pemanfaatan Cd dan persenyawaannya

dapat diihat sebagai berikut :

2) Senyawa Cd sulfat (CdSO4

3) Senyawa cadmium bromide (CdBr

) digunakan dalam industri baterai yang berfungsi

untuk pembuatan sel Weston karena mempunyai potensial stabil yaitu sebesar

1,0186 volt.

2) dan cadmium ionida (CdI2

4) Senyawa dietil cadmium {(C

)secara

terbatas digunakan dalam dunia fotografi.

2H5

5) Senyawa Cd stearat banyak digunakan dalam perindustrian manufaktur

polyvinyl khlorida (PVC) sebagai bahan yang berfungsi untuk stabilizer. )2Cd} digunakan dalam proses pembuatan

tetraetil-Pb.

Seperti halnya merkuri dan logam – logam berat lainnya, logam kadmium

memilki sifat racun yang sangat merugikan bagi semua organisme hidup, bahkan

juga sangat berbahaya untuk manusia. Keracunan akut sering terjadi pada pekerja

di industri yang berkaitan dengan logam ini, salah satunya terkena paparan uap

logam kadmium yaitu timbulnya rasa sakit dan panas pada bagian dada.

Keracunan cadmium yang bersifat kronis berselang pada waktu yang sangat

panjang, umumnya kerusakan – kerusakan yang terjadi pada sistim fisiologis

(19)

Bagi tubuh manusia cadmium merupakan logam asing dan sama sekali

tidak diperlukan dalam proses metabolisme, oleh karena itu kadmium dapat

diserap oleh tubuh tidak terbatas hal ini disebabkan tubuh tidak memiliki

mekanisme untuk membatasinya. Dari hasil otopsi yang dilakukan menunjukkan

bahwa pada masyarakat umum didapat rata – rata akumulasi kadmium didalam

tubuh sebesar 30 mg cadmium dengan rata – rata 30 % di dalam ginjal, 14 % di

dalam hati, 2 % didalam paru – paru, dan 0,3 % di dalam pancreas. (Juli, 2009)

Tabel 2.1 PP RI Nomor 85 Tahun 1999 tentang baku mutu TCLP zat pencemar

dalam limbah untuk penentuan karakteristik sifat racun.

(20)

Logam cadmium atau Cd juga akan mengalami proses biotransformasi dan

bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Logam ini

masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dikonsumsi, tetapi makanan

tersebut telah terkontaminasi oleh logam Cd dan atau persenyawaannya. Dalam

tubuh biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami

peningkatan dengan adanya proses biomagnifikasi di badan perairan. Di samping

itu, tingkatan biota dalam system rantai makanan turut menenetukan jumlah Cd

yang terakumulasi. Dimana pada biota yang lebih tinggi stratanya akan ditemukan

akumulasi Cd yang lebih banyak, sedangkan pada biota top level merupakan

tempat akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tesebut telah melebihi

nilai ambang, maka biota dari suatu level atau strata tersebut akan mengalami

kematian dan bahkan kemusnahan. Keadaan inilah yag menjadi penyebab

kehancuran suatu tatanan system lingkungan (ekosistem), karena salah satu mata

rantainya telah hilang. (Pallar, 1994)

2. 4. Mikroorganisme Pendegradasi Logam Berat Cadmium

Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya.

Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan

fisiologi mikroba. Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap

perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan

diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik

(21)

Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel pada

jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan

pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri akan

menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Jumlah sel hidup dapat

ditetapkan dengan metode plate count atau colony count, dengan cara ditaburkan

pada medium agar sehingga satu sel hidup akan tumbuh membentuk satu koloni,

jadi jumlah koloni dianggap setara dengan jumlah sel. Cara ini ada dua macam,

yaitu metode taburan permukaan (spread plate method) dan metode taburan (pour

plate method). Cara lain untuk menghitung jumlah sel hidup adalah dengan filter

membran dan MPN (Most Probable Number) yang menggunakan medium cair.

Sampel mikrobia yang dihitung biasanya dibuat seri pengenceran.

Pada biakan sistem tertutup (batch culture), pengamatan jumlah sel dalam

suatu rentang waktu akan memberikan gambaran berdasarkan kurva pertumbuhan

bahwa terdapat fase-fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan dimulai pada fase

permulaan, fase pertumbuhan yang dipercepat, fase pertumbuhan logaritma

(eksponensial), fase pertumbuhan yang mulai dihambat, fase stasioner maksimum,

fase kematian dipercepat, dan fase kematian logaritma.

Pada fase permulaan, bakteri baru menyesuaikan diri dengan lingkungan

yang baru, sehingga sel belum membelah diri. Sel mikrobia mulai membelah diri

pada fase pertumbuhan yang dipercepat, tetapi waktu generasinya masih panjang.

Fase permulaan sampai fase pertumbuhan dipercepat sering disebut lag phase.

Kecepatan sel membelah diri paling cepat terdapat pada fase pertumbuhan

(22)

konstan. Selama fase logaritma, metabolisme sel paling aktif, sintesis bahan sel

sangat cepat dengan jumlah konstan sampai nutrien habis atau terjadinya

penimbunan hasil metabolisme yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

Selanjutnya pada fase pertumbuhan yang mulai terhambat, kecepatan pembelahan

sel berkurang dan jumlah sel yang mati mulai bertambah. Pada fase stasioner

maksimum jumlah sel yang mati semakin meningkat sampai terjadi jumlah sel

hidup hasil pembelahan sama dengan jumlah sel yang mati, sehingga jumlah sel

hidup konstan, seolah-olah tidak terjadi pertumbuhan (pertumbuhan nol). Pada

fase kematian yang dipercepat kecepatan kematian sel terus meningkat sedang

kecepatan pembelahan sel nol, sampai pada fase kematian logaritma maka

kecepatan kematian sel mencapai maksimal, sehingga jumlah sel hidup menurun

dengan cepat seperti deret ukur. Walaupun demikian penurunan jumlah sel hidup

tidak mencapai nol, dalam jumlah minimum tertentu sel mikrobia akan tetap

bertahan sangat lama dalam medium tersebut. (Sri Sumarsih 2003)

Jenis dan macam mikroorganisme dialam sangat banyak, tetapi tidak

semuanya memilki kemampuan dalam mendegradasi limbah yang mengandung

logam berat, salah satu jenis bakteri yang memiliki kemampuan untuk

menyisihkan logam berat berasal dari jenis bakteri Pseudomonas, yaitu bakteri

Pseudomonas Fluorrecent dimana dalam proses pengembangbiakannnya bakteri

tersebut memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada kondisi media dengan

kadar logam berat Cd cukup tinggi. (Rachid dan Ahmed, 2005)

Bakteria dapat menghasilkan senyawa penghalang logam yang berupa

(23)

terbentuk menjadi satu secara kompleks dengan logam-logam berat. Pada

dasarnya penghalangan logam berat oleh bakteri merupakan mekanisme bakteri

untuk mempertahankan diri terhadap toksisitas logam. Bakteri yang tahan

terhadap toksisitas logam berat mengalami perubahan sistem transport di

membran selnya, sehingga terjadi penolakan atau pengurangan logam yang masuk

ke dalam sitoplasma. Dengan demikian logam yang tidak dapat melewati

membran sel akan terakumulasi dan diendapkan atau dijerap di permukaan sel.

(Sri Sumarsih 2003)

Bakteri ini memiliki bentuk lurus atau seperti tangkai yang membengkok

dengan dimensi yang pada umumnya berukuran 0,5 – 1,0 mikrometer dan dapat

menyampai 1,5 – 4,0 mikrometer. Alat geraknya berupa flagel; monotrichous atau

multitrichous. Bakteri ini tergolong jenis bakteri gram negatif yang dapat

berkembangbiak dalam kondisi fakultatif dan dapat bertahan pada suhu 25 - 30ºC.

Hasil dari proses metabolisme tadi berupa asam laktat dan bakteri tersebut dapat

tumbuh pada pH 4,5. (Holt,J.G., et all).

(24)

2. 5. Landasan Teori

Istilah bioabsorpsi tidak dapat dilepaskan dari istilah bioremoval karena

bioadsorpsi merupakan bagian dari bioremoval. Bioremoval dapat diartikan

sebagai terkonsentrasi dan terakumulasinya bahan penyebab polusi atau polutan

dalam suatu perairan oleh material biologi tersebut dapat merecovery polutan

sehingga dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan. Sedangkan berdasarkan

kemampuannya untuk membentuk ikatan antara logam berat dengan

mikroorganisme maka bioadsorpsi merupakan kemampuan material biologi untuk

mengakumulasikan logam berat melaui media metabolisme atau jalur psiko –

kimia. Proses bioadsorpsi ini dapat terjadi karena adanya material biologi yang

disebut biosorben dan adanya larutan yang mengandung logam berat (dengan

afinitas yang tinggi) sehingga mudah terikat pada biosorben.

2.5.1. Mekanisme Bioremoval

Menurut Veglio et al, salah satu jenis bakteri yang memiliki kemampuan

untuk mendegradasi logam berat berasal dari jenis bakteri Pseudomonas dengan

beberapa proses reaksi salah satunya dengan cara memindahkan logam berat

kedalam selaput sel dan entrapment kedalam extracellular kapsule, yang

menyebabkan terjadinya complexation dan oxidation-reduction reaksi (Hussein et

al., 2003)

Istilah bioadsorpsi tidak dapat dilepaskan dari istilah bioremoval karena

bioabsorpsi merupakan bagian dari bioremoval. Bioremoval dapat diartikan

sebagai terkonsentrasi dan terakumulasinya bahan penyebab polusi atau pollutan

(25)

dapat merecovery pollutan sehingga dapat dibuang dan ramah terhadap

lingkungan. Proses bioremoval ion logam berat umunya terdiri dari dua

mekanisme yang melibatkan proses active uptake dan passive uptake.

Passive uptake dikenal dengan istilah proses bioabsorpsi. Proses ini terjadi

ketika ion logam berat mengikat dinding sel dengan dua cara berbeda, yang

pertama adalah pertukaran ion dimana ion monovalent dan divalent seperti Na,

Mg, dan Ca pada dinding sel digantikan oleh ion - ion logam berat ; dan yang

kedua adalah fomasi kompleks antara ion – ion logam berat dengan functional

group seperti carbonyl, amino, thiol, hydroxy, phosphate, dan hydroxy – carboxyl

yang berada pada dinding sel.

Aktif uptake dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini

secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan

mikroorganisme atau / dan akumulasi intraselular ion logam tersebut. Logam berat

dapat juga diendapkan pada proses metabolisme dan ekresi pada tingkat ke dua.

Proses ini tergantung dari energi yang terkandung dan sensitifitasnya terhadap

parameter – parameter yang berada seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik,

cahaya, dan lain – lain. (Suhendrayatna, 2001)

2.5.2. Konsep Dasar Proses Bioremoval

Untuk mendesain suatu proses pengolahan limbah ion logam berat yang

melibatkan mikroorganisme, dapat menggunakan metoda bioremoval. Metode

bioremoval merupakan metoda yang sangat simpel, yaitu dengan cara

(26)

yang tercemar ion – ion logam berat. Proses pengontakan dilakukan dalam jangka

waktu tertentu yang ditujukan agar biomassa berinteraksi dengan ion – ion logam

berat, selanjutnya biomass dipisahkan dari cairan. Biomass yang terikat logam

berat dapat diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang

kelingkungan kembali. Menurut Widle,dkk,. Bahwa ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam mendisain dan mengoperasikan proses bioremoval dalam

melibatkan mikroorganisme, seperti dijelaskan berikut ini :

a. Seleksi dan pemilihan biomassa yang sesuai serta treatment awalnya

b. Waktu tinggal dan waktu kontak proses

c. Proses pemisahan dan recovery biomassa

d. Pembuangan biomassa yang telah digunakan

e. Pertimbangan ekonomi proses.

Pada beberapa kasus, sangat terbatas studi yang melakukan studi banding

terhadap beberapa jenis mikroorganisme, di mana hasilnya selalu memiliki

banyak perbedaan dalam efisiensi ikatan antara logam berat dengan spesies

mikroorganisme. Bahkan perbedaan ini dapat terjadi pada strain dari species

tunggal dengan kondisi physiochemical yang sama. Waktu tinggal dan waktu

kontak juga merupakan variable yang sangat berpengaruh terhadap desain proses

bioremoval, termasuk ke dalamnya immobilisasi sel, pH dan konsentrasi biomasa.

Penggunaan sel hidup menawarkan sejumlah kelebihan, sementara itu secara

(27)

terpisah sebelum digunakan. Dengan kondisi ini pemilihan penggunaan metode

immobilisasi dinilai lebih menguntungkan. Augusto da Cocta dkk [25]

melaporkan Pseudomonas Fluorescent yang diimobilisasikan menghasilkan

sistem yang baik untuk mereduksi kadmium dan seng dari suatu perairan yang

tercemar. Dengan inisial konsentrasi logam beratnya berkisar 20-27 ppm, Cd dan

Zn dapat direduksi sebesar 99% dalam jangka waktu 60 menit dan 90% tereduksi

setelah 30 menit. (Suhendrayatna, 2001)

(28)

2.5.3. Keuntungan dan Kerugian Bioremoval

Berikut ini adalah keuntungan dan kerugian menggunakan bioadsorpsi

dalam menyisihkan logam berat:

1) Keuntungannya :

a) Tidak tergantung pada pertumbuhan sel

b) Non living biomassa tidak berpengaruh pada terbatasnya sifat toksisiti dari

ion logam berat serat tidak memerlukan nutrisi.

c) Sangat cepat dan efisien

d) Biomassa memiiki behavior setar dengan penukar ion.

e) Logam dapat segera dipisahkan dari biomassa dan direkoveri kembali.

f) Sistem mudah dirancang dengan perhitungan matematis, dan lain – lain.

2) Kerugiannya :

a) Sangat cepat jenuh

b) Tidak berpotensial mendegradasi sampai ke bentuk organometallic species

c) Tergantung dengan tingkat toksisitas logam terhadap sel.

d) Membutuhkan nutrien bagi pertumbuhan sel.

e) Proses tergantung sifat fisik logam.

f) Sel dapat berupa ikatan komplek logam bila dikembalikan dalam bentuk

(29)

20

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan Penelitian

1) Limbah industri elektroplating yang mengandung logam cadmium (Cd)

Limbah yang digunakan berasal dari Industri elektroplating PT. Maspion,

Waru – Sidoarjo. Limbah tesebut dihasilkan dari proses pencucian logam yang

sudah dilapisi cadmium, dan disana limbah dari proses pencucian dipisah

berdasarkan jenis pelapis logam yang akan dicuci.

2) Mikroorganisme Pseudomonas flourescens

Mikroorganisme yang diperoleh berasal dari FMIPA Universitas

Airlangga (UNAIR) dalam satu media agar miring, yang kemudian dimasukkan

kedalam kaldu laktosa sebagai media pengembangbiakan bakteri

3.2. Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Bak penampung plastik yang berukuran 20 liter sebagai tempat limbah cair

cadmium (Cd)

2) Botol kaca sebagai raktor dengan volume 500 ml

3) Pipet volume ukuran 10 ml, 5 ml dan 1 ml.

4) Kertas alumunium foil

(30)

3.3. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian dapat kita lihat pada bagan di bawah ini :

Analisa kadar limbah Cd Menentukan variasi waktu berdasarkan jurnal

Menentukan variasi kadar limbah

Menentukan variasi waktu proses

Memberi nama pada setiap botol kaca dengan variasi waktu proses dan kadar limbah yang berbeda - beda

Membuat variasi kadar Cd dalam limbah dengan menambahkan aquades

Setelah mencapai pada waktu poroses tertentu limbah di ambil dengan pipet volum

Limbah di saring dengan watman ukuran 0,45 µm dan dibantu dengan pompa vacumm agar cepat tersaring

Limbah dianalisa dengan spektrofotometer Pharo 100 Menganalisa % penurunan kadar Cd dalam limbah berdasarkan variasi waktu dari jurnal

dan banyaknya penambahan bakteri

Menentukan jumlah penambahan bakteri

(31)

3.4. Jalan Penelitian

Rangkaian penelitian yang dilakukan menggunakan proses pengolahan

limbah secara fakultatif yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.4.1. Rangkaian Penelitian

Keterangan gambar :

1. Memasukkan air limbah + Bakteri kedalam reaktor.

2. Air limbah + bakteri yang sudah diproses secara batch kemudian diambil

pada waktu proses tertentu.

3. Penyaringan menggunakan kertas wathman dengan ukuran 0.45 µm dan

dibantu dengan pompa vacum agar cairan dapat melewati kertas dengan

cepat.

4. Air yang telah disaring dimasukkan kedalam tabung kecil untuk dilakukan

analisa Cd menggunakan spektrofotometer Pharo 100.

Waktu

Proses

Air limbah Bakteri

2

(32)

Keterangan skema gambar jalan penelitian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut

1) Melakukan analiasa jumlah bakteri yang terdapat didalam media kaldu

2) Menganalisa kadar limbah Cd industri elektroplating yang belum dicampur

bakteri dengan menggunakan spektrofotometer pharo 100.

3) Membuat variasi kadar limbah Cd dengan proses pengenceran yang

mula-mula kadar limbah 135 mg/l menjadi 120 mg/l, 105 mg/l, 90 mg/l, 75 mg/l,

dengan suhu sesuai dengan ruangan. Kemudian air limbah Cd dimasukkan

kedalam botol kaca yang sudah di beri nama.

4) Tambahkan bakteri kedalam botol sejumlah 15 ml atau 5 % dari 300 ml.

5) Kemudian ditutup dan tutup dilapisi dengan aluminium foil.

6) Proses secara batch dalam reaktor dengan menggunakan variabel waktu

proses yaitu, 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam.

7) Setelah sampai pada waktu proses yang ditentukan, lakukan sampling

kemudian saring dengan menggunakan kertas watman 0.45 µm dan

dianalisakan dengan menggunakan spektrofotometer Pharo 100.

8) Lakukan penganaliasaan jumlah bakteri dengan menyaring limbah yang

sudah di proses

9) Hasil yang didapat kemudian di analisa untuk memperoleh kesimpualan

3.5. Variabel

1) Kadar Logam : 75 mg/l, 90 mg/l, 105 mg/l, 120 mg/l, 135 mg/l

(33)

3.6. Prosedur Analisis 3.6.1 Analisa Koloni

Menganalisa jumlah bakteri pada media kaldu menggunakan Quebec

Colony Counter, dengan rangkaian sebagai berikut :

1) Ambil bakteri sebanyak 0,05 ml kemudian encerkan menjadi 1000 ml

maka didapat derajat pengenceran sebanyak 20000 kali.

2) Menghitung banyak koloni pada cawan petri yang sudah di inkubasi

selama 1 hari menggunakan Quebec Colony Counter (N) didapat sebanyak

517 per plate.

3) Menghitung jumlah koloni menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah koloni = N x Pengenceran Bakteri Dalam Media Kaldu

dan didapatkan hasil sebanyak 10.400.000 koloni/ ml

3.6.2 Perhitungan Pengenceran

Pengenceran dilakukan dengan cara mencari nilai V1 dengan

menggunakan rumus di bawah ini :

C1. V1 = C2. V2

Dimana :

C1 = kadar Cd awal (mg/l)

C2 = kadar Cd setelah diencerkan (mg/l)

V1 = volume limbah awal (ml)

(34)

3.6.3 Perhitungan Efisiensi Penurunan Limbah

Perhitungan ini dilakukan untuk dapat mengetahui kemampuan bakteri

untuk menyisihkan logam berat dalam limbah

Cd = Co - Ce x 100 %

Co

Dimana :

Co = kadar Cd awal (mg/l)

Ce = kadar Cd setelah proses (mg/l)

3.6.4 Penghitungan Jumlah Bakteri Pada Penelitian Utama

Sisa dari limbah yang telah di sampling kemudian dilakukan analisa untuk

mengeathui jumlah bakteri didalam limbah dengan cara menyaring limbah dengan

kertas watman 42, sisa limbah yang sebagai berikut :

a) Menghitung TSS

b) Menhitung jumlah bakteri dalam limbah (MLVSS)

(35)

26

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur kerja yang tercantum pada

bab tiga. Sebelum penelitian dilakukan analisa terlebih dahulu untuk mengetahui

kadar cadmium (Cd2+). Dari analisa awal diperoleh kadar awal cadmium (Cd2+)

sebesar 135 mg/l. Data analisa awal terlampir pada lampiran A

Limbah cadmium (Cd2+) yang telah diketahui kadar awalnya diolah

dengan proses biosorpsi secara anaerob dengan menggunakan variasi kadar

cadmium (Cd2+) dan waktu proses. Hasil penelitian merupakan pengaruh variasi

kadar cadmium (Cd2+) dan waktu proses terhadap penyisihan kadar cadmium

(Cd2+) dengan menggunakan bakteri Pseudomonas Fluorescens. Pada kegiatan ini

dilakukan dua tahap penelitian, yaitu :

4.1. Penelitian Awal

Penelitian awal dilakukan untuk mengetahui variasi waktu proses yang

dapat digunakan sebagai penelitian utama. Penelitian awal ditujukan untuk

melakuakan pengujian ulang waktu terbaik pseudomonas fluorescens dalam

menyisihkan logam berat pada juranal dengan menggunakan limbah logam berat

yang sama atau berbeda. Pada penelitian awal bakteri yang ditambahkan kedalam

limbah cadmium sebanyak 3 ml atau 1 % dari banyaknya limbah dalam reaktor

(36)

Tabel 4.1 Pengaruh waktu proses (jam) terhadap prosentase penyisihan kadar kadmium (Cd2+

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa waktu proses 2 jam dan 4 jam terjadi

kenaikan prosentase penyisihan logam kadmium 35 % dan 40 %. Prosentase

penyisihan kadar cadmium terbesar terjadi pada waktu proses 4 jam yaitu

sebanyak 40 %, sedangkan pada saat waktu proses 6 jam terjadi penurunan

prosentase penyisihan kadar kadmium yaitu 34 %, dan hal ini terjadi akibat

adanya kejenuhan bakteri dalam mendegradasi logam berat yang menyebabkan

terlepasnya kembali logam berat cadmium.

4.2. Penelitian Utama

Dari penelitian awal dapat dilihat bahwa pada waktu proses 2 jam dan 4

jam persen penyisihan kadar kadmium cenderung naik, maka pada saat penelitian

utama selain dipergunakan waktu proses 2 jam dan 4 jam dipergunakan pula

waktu sebelum dan sesudahnya sehingga waktu proses yang dipergunakan naik

tiap 1 jam pada satu titik kadar limbah yaitu 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam.

Kadar limbah yang masih belum diencerkan adalah 135 mg/l, kemudian

diencerkan menjadi 120 mg/l, 105 mg/l, 90 mg/l, dn 75 mg/l. Jadi pada setiap

kadar limbah Cd terdapat lima variasi waktu proses.

) Oleh bakteri Pseudomonas Fluorescens

Pada Penelitian Awal.

Kadar kadmium (Cd2+

% Penyisihan berdasarkan Waktu Proses )

2 jam 4 jam 6 jam

(37)

Sedangkan banyaknya bakteri yang dimasukkan kedalam botol kaca pada

penelitian utama dilakukan penambahan bakteri P. Fluorecens sejumlah 5 % dari

300 ml atau banyaknya limbah yang dimasukkan kedalam botol kaca yaitu 15 ml.

Dengan penambahan bakteri P. Fluorescent 1 % dan waktu proses 2 jam mampu

mendegradasi kadar logam kadmium sebanyak 35 %, maka apabila jumlah bakteri

ditambah menjadi 5 % keamampuan penyisihan logam kadmium menjadi lebih

baik disebabakan bakteri menjerap lebih banyak.

Tabel 4.2 Kemampuan Penyisihan Logam Kadmium Menggunakan Bakteri Pseudomonas Fluorescent dengan Variasi Waktu Proses (jam) dan Kadar Limbah Cd (mg/lt).

Dapat kita lihat pengaruh waktu proses terhadap biosorpsi logam kadmium

menggunakan bakteri P. fluorescent dari 25 sampel yang di uji, dari kadar

tertinggi yaitu 135 mg/l sampai konsentrasi terendah 75 mg/l terjadi

kecenderungan yang sama yaitu penyisihan kadar logam kadmium yang

mencampai dibawah dari 1 mg/l, sesuai dengan PP RI Nomor 85 Tahun 1999.

Hal ini terjadi akibat adanya kemampuan bakteri pseudomonas fluorecens dalam

beradaptasi dengan kondisi media yang memiliki kadar cadmium tinggi (Rachid

(38)

Tabel 4.3 Kemampuan Penyisihan Logam Kadmium Menggunakan Bakteri Pseudomonas Fluorescent dengan Variasi Waktu Proses (jam) dan Persentase Limbah Cd (%).

Dari tabel 4.3 dapat kita lihat penyisihan logam kadmium menggunakan

bakteri pseudomonas fluorescent dengan variasi waktu proses dan konsentrasi

limbah Cd, terjadi penyisihan yang hampir sama pada ke 25 sampel uji yaitu

mencapai 99% dari kadar limbah awal, hal ini disebabakan Bakteria pseudomonas

fluorescens dapat menghasilkan senyawa penghalang logam yang berupa ligan

dengan berat molekul rendah yang disebut siderofor. Siderofor merupakan

mekanisme bakteri untuk mempertahankan diri terhadap toksisitas logam, dimana

terjadi sistem transport di membran selnya sehingga berkurangnya logam yang

masuk ke dalam sitoplasma. Dengan demikian logam yang tidak dapat melewati

membran sel akan terakumulasi dan diendapkan atau dijerap di permukaan sel.

(Sri Sumarsih 2003).

Dari gambar 4.1 dapat kita lihat bahwa pada ke 5 variabel mempunyai

kecenderungan yang sama yaitu tersisihnya logam berat dalam jumlah yang cukup

besar, hal ini disebabkan bakteri pseudomonas fluorecens memiliki kemampuan

beradaptasi dalam kondisi media yang memiliki kadar logam kadmium cukup

(39)

Gambar 4.1 Hubungan kemampuan Penyisihan Logam Kadmium Menggunakan Bakteri Pseudomonas Fluorescent.

Pada waktu 4 jam dengan kadar limbah 90 mg/l terjadi penurunan yang

cukup darastis, hal ini disebabkan terjadinya fase kematian pada bakteri dan

menyebabkan terlepasnya kembali logam kadmium kedalam limbah. Dapat kita

lihat bahwa pada setiap kenaikan atau penurunan kemampuan bakteri dalam

mendegradasi logam kadmium dipengaruhi jumlah bakteri diadalam limbah.

Seperti pada kadar limbah 90 mg/l dengan waktu proses 4 jam jumlah bakteri

sebesar 560 mg/l kemudian pada waktu proses 5 jam naik menjadi 760 mg/l

Tabel 4.4 Hubungan Jumlah Bakteri Pseudomonas Fluorescens (mg/l) Terhadap kemampuan Penyisihan Logam Kadmium.

Kadar Awal (mg/l)

Kadar bakteri dalam limbah (mg/l)

1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 5 Jam

75 600 540 840 760 800

90 760 600 760 560 760

105 720 560 800 760 840

120 840 920 840 800 960

(40)

Penyisihan logam kadmium dalam reaktor terjadi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu adanya pertukaran ion dimana ion pada dinding sel digantikan

oleh ion – ion logam berat, adanya pembentukan senyawa kompleks antara ion –

ion logam berat dengan gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi,

fosfat, dan hidroksi – karboksil secara bolak – balik dan cepat, dan mekanisme

masuknya logam berat melewati membran sel sama dengan proses masuknya

logam esensial melalui sistem transpor membran, hal ini disebabkan adanya

kemiripan sifat antara logam berat dengan logam esensial dalam hal sifat fisika –

kimia secara keseluruhan (Suhendrayatna, 2001).

Tabel 4.5 Kemampuan Penyisihan Logam Kadmium Menggunakan Bakteri Pseudomonas Fluorescent dengan Variasi Waktu Proses (menit) dan Kadar Limbah (mg/l).

Pada penelitian utama dapat kita lihat bahwa terjadi kecenderungan yang

sama dalam setiap sampel, maka dilakukan uji tambahan untuk dapat melihat

proses penyisihan logam kadmium dengan menggunakan waktu proses menit.

Dalam tabel 4.3 dapat kita lihat terjadi peningkatan prosentase penyisihan kadar

kadmium pada setiap kenaikan waktu proses mulai dari 15 menit sampai 60 menit

(41)

kadar kadmium, maka persen penyisihan terbaik didapat pada waktu proses 60

menit yaitu sebesar 99,97 % atau dengan kadar akhir 0.34 mg/l.

Gambar 4.2. Kemampuan Penyisihan Logam Kadmium Menggunakan Bakteri Pseudomonas Fluorescent dengan Variasi Waktu Proses (menit) Terhadap Konsentrasi Penyisihan (mg/l).

Seperti yang terlihat dalam gambar 4.2. pada waktu proses 75 menit terjadi

kenaikan kadar kadmium dalam limbah yang sebelummnya pada waktu proses 60

menit sebanyak 0,34 mg/l menjadi 0,5 mg/l, hal ini diakibatkan terjadinya

kejenuhan bakteri dalam mendegradasi logam kadmium maka menyebabkan

terlepasnya kembali logam kadmium kedalam limbah Hal ini terjadi akibat

adanya kemampuan bakteri pseudomonas fluorecens dalam beradaptasi dengan

(42)

33 5.1 Kesimpulan

1. Dengan adanya penambahan jumlah bakteri Pseudomonas Fluorecent 5 %

yang dicampurkan kedalam limbah mampu menyisihkan logam berat

kadmium dengan baik sesuai dengan baku mutu.

2. Pengenceran limbah yang dilakukan tidak mempengaruhi kemampuan bakteri

Pseudomonas Fluorecent dalam menyisihkan logam kadmium.

3. Pada waktu proses 60 menit merupakan waktu yang paling baik untuk bakteri

Pseudomonas Fluorescens dalam menyisihkan logam kadmium sebanyak

99,97 %.

5.2 Saran

1. Selain memvariasi waktu proses dan pengenceran kadar kadmium dapat

dilakukan pemvariasian banyaknya penambahan bakteri kedalam limbah dan

kondisi keasaman limbah.

2. Lakukan analiasa perhitungan pertumbuhan bakteri pada setiap setiap fase

(43)

34

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Negara Lingkungan Hidup., 2007 “Panduan Penyusunan Dan

Pemeriksaan Dokumen UKL-UPL Industri Elektroplating”. Deputi Bidang

Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik

Indonesia, Jakarta.

Hussein H., et all., 2003. “Isolation and characterization of Pseudomonas

resistant to heavy metals contaminants”. Environmental Biotechnology

Department, Genetic Engineering and Biotechniology Research Institute,

Mubarak City, and National Research Center, Egypt

Holt, J. G., et all. “Bergeys Manual of Determinative Bacteriology”, Lippincott

Williams and Wilkins, A Wolters Kluwer Company.

Pallar, H., 1994, “ Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat “, PT. Rineka Cipta

Jakarta.

PP RI No. 85., 1999, ” Baku Mutu TLCP Zat Pencemar dalam Limbah untuk

Penentuan Karakteristik Sifat Racun ”.

Rachid D. and Ahmed B., 2005, ” Effect Of Iron And Growth Inhibitors On

Siderophores Production By Pseudomonas Fluorescens” Department of

Biology, University of Mostaganem and Oran, Algeria.

Slamet, J. S., ”Kesehatan Lingkungan” Gadjah Mada University press,

Yogyakarta.

Suhendrayatna, 2001 “ Bioremoval Logam Berat dengan Menggunakan

Mikroorganisme “, Institute for Science and Technology Studies

(ISTECS), Chapter – Japan.

Sumarsih, S., 2003, ”Mikrobiologi Dasar”, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Upn”Veteran” Yogyakarta

Surtiningsih, T., 2000, “ Efktifitas Bioremidiasi Logam Berat Cr LimbahIndustri

oleh Cendawan Ektomikoriza Pisolithus Tinctorius dalam Kultur Murni,

(44)
(45)
(46)
(47)
(48)

Rumus pengenceran :

C1. V1 = C2. V2

Konsentrasi awal = 135 mg/l

Untuk membuat konsentrasi maka dilakukan pengenceran :

1. Konsentrasi (C) = 120 mg/l

C1 .V1 = C2 V2

135 mg/l . V1 = 120 mg/l . 300ml

V1 = 267 ml

Untuk membuat limbah elektroplating dengan konsentrasi 120 mg/l sebanyak 300

ml maka dibutuhkan limbah sebanyak 266,7 ml dan diencerkan sampai volume

300 ml dengan menambahkan aquadest.

2. Konsentrasi (C) 105 mg/l

C1 .V1 = C2. V2

135 mg/l .V1 = 105 mg/l . 300 mg/l

V1 = 233 ml

Untuk membuat limbah elektroplating dengan konsentrasi 105 mg/l sebanyak 300

ml maka dibutuhkan limbah sebanyak 233 ml dan diencerkan sampai volume 300

(49)

C1 .V1 = C2 V2

135 mg/l .V1 = 90 mg/l . 300 ml

V1 = 200 ml

Untuk membuat limbah elektroplating dengan konsentrasi 90 mg/l sebanyak 300

ml maka dibutuhkan limbah sebanyak 200 ml dan diencerkan sampai volume 300

ml dengan menambahkan aquadest.

4. Konsentrasi (C) 6 mg/l

C1 .V1 = C2 V2

135 mg/l . V1 = 75 mg/l . 300 ml

V1 = 167 ml

Untuk membuat limbah elektroplating dengan konsentrasi 75 mg/l sebanyak 300

ml maka dibutuhkan limbah sebanyak 166,7 ml dan diencerkan sampai volume

300 ml dengan menambahkan aquadest.

Rumus perhitungan % efisiensi penurunan :

Cd = Co - Ce x 100 %

Co

Dengan :

Co = kadar Cd awal (mg/l)

(50)

Ce = 74 mg/l

Menganalisa jumlah bakteri pada media kaldu menggunakan Quebec

Colony Counter, dengan rangkaian sebagai berikut :

Jumlah koloni = N x Pengenceran Bakteri Dari Media Kaldu

Jumlah koloni = 517 x 20000

Jumlah koloni = 10.400.000 koloni/ ml

Dimana :

N = banyak koloni pada cawan petri didapat sebanyak 517 koli per plate

Pengenceran Bakteri Dari Media Kaldu = sebanyak 20000 kali.

Rumus Perhitungan MLSS :

(51)

LAMPIRAN C

Proses fakultatif menggunakan bakteri Pseudomonas Fluorescens dalam mengolah limbah cadmium (Cd2+) Pada Penelitian Awal

(52)

C-2

Proses fakultatif menggunakan bakteri Pseudomonas Fluorescens Dalam Mengolah Limbah Cadmium (Cd2+

(53)

C-3

Gambar Pompa Vacum dan Tempat Penyaring Limbah Cadmium (Cd2+

Gambar Membrane Filter 0,45 µm

(54)

C-4

Air limbah kadmium (Cd) sebelum dilakukan pengolahan.

Gambar

Tabel 2.1 PP RI Nomor  85 Tahun 1999 tentang baku mutu TCLP zat pencemar
Gambar 2.1 Pseudomonas fluorescens
Gambar 2.2 Mekanisme Proses Bioremoval
Gambar 3.4.1. Rangkaian Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya perangkat lunak yang telah dibuat dari penelitian ini, diharapkan dapat membantu karyawan Unpar dalam memberikan gam- baran perkiraan besaran dana pensiun yang

Menurut Rest (Steinberg, 1995) kemandirian nilai berkembang selama masa remaja khususnya tahun remaja akhir. Perkembangannya didukung oleh kemandirian emosi dan

Mohammad Firdaus Oktri, 2012 “Arsitektur Sistem Informasi Layanan Kesehatan Dasar Terintegrasi Di Jawa Barat” Jurusan Teknik Industri Universitas Widyatama

Adapun saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini, antara lain: (1) Hasil dari penelitian ini bisa dikembangkan pada materi pokok lain yang mempunyai

Untuk hipotesa 6 yaitu kemudahan (Easy of Use) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penerimaan (acceptance) penggunaan system e- learning hal ini dapat

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui proses munculnya Teori “Tiga perwakilan” di Cina yang masih memegang ideologi Marxisme-Leninisme serta dipimpin oleh PKC,

Kualitas mutu bibit terbaik terdapat pada campuran media tanah dan pupuk kandang, dengan perlakuan potong akar dan pemberian urin sapi 20% + 5% EM4 (M2A2).. Penggunaan