• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADSORPSI LOGAM BERAT PADA LIMBAH INDUSTRI ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN KULIT TELUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ADSORPSI LOGAM BERAT PADA LIMBAH INDUSTRI ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN KULIT TELUR."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ADSORPSI LOGAM BERAT PADA LI MBAH I NDUSTRI

ELEKTROPLATI NG MENGGUNAKAN KULI T TELUR

Oleh:

I Dewa Nyoman Wir a Pr asidha

0852010045

Pr ogr am Studi Teknik Lingkungann

Fakultas Teknik Sipil dan Per encanaan

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J atim

2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(2)

SKRIPSI

ADSORPSI LOGAM BERAT PADA LIMBAH

INDUSTRI ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN

KULIT TELUR

untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik ( S-1)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Oleh

:

I DEWA NYOMAN WIRA PRASIDHA

NPM. 0852010045

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JATIM

SURABAYA

(3)

SKRIPSI

ADSORPSI LOGAM BERAT PADA LIMBAH

INDUSTRI ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN

KULIT TELUR

Oleh :

I DEWA NYOMAN WIRA PRASIDHA

NPM. 0852010045

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada hari : ……… Tanggal : …….. 2012

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Yayok Suryo Purnomo, MS NIP. 37507 99 0172 1

Penguji I

Ir. Tuhu Agung Rachmanto, MT NIP. 19620501 198803 1 00 1

Mengetahui, NIP. 19600401 198803 1 001

Penguji III

Ir. Dewa Gede Okayadnya W, MT NIP. 19571105 198503 1 00 1 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan

Untuk memperoleh gelar sarjana (S1), tanggal :... Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Ir. Naniek Ratni J.A.R., M.Kes NIP : 19590729 198603 2 00 1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur, Atas berkat Ida Shang Hyang Widhi Wasa saya dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Adsropsi Logam Berat Pada Limbah

Elektroplating Menggunakan Kulit Telur”.

Adapun tujuan penyusunan skripsi ini adalah sebagai tanggung jawab

untuk memberikan hasil setelah secara langsung melakukan eksperimen serta

sebagai salah satu usaha memenuhi salah satu syarat penting kelulusan mahasiswa

strata satu Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

Selama menyelesaikan tugas ini, saya telah banyak memperoleh

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, saya

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Naniek Ratni J.A.R., Mkes. selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Ir. Munawar Ali, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan.

3. Ir. Yayok Suryo P., MS selaku Dosen Pembimbing skripsi yang selalu

memberi waktu dan kesempatan untuk membimbing saya.

4. Ir. Dewa Gede Oka Yadnya, MS selaku dosen yang turut serta

membimbing saya.

5. Juli Winarti, ST yang membing saya di dalam menjalankan penilitian di

(5)

ii 6. Keluarga saya terutama kedua orang tua saya, ayahanda Dewa Putu

Adiwijaya dan ibunda Desak Nyoman Rio Lama.

7. A.A Sagung Istri Mas Gita Cahyani yang mendukung saya dengan penuh

semangat dan percaya diri.

8. Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan dan tambahan.

9. Teman-teman Teknik Lingkungan 2008 alias Green Militia.

10. Sahabat dan keluarga besar Hindu di Surabaya.

11. Kepada seluruh pihak yang telah membantu saya ucapkan terimakasih.

Kepada para pembaca, kritik dan sarannya yang membangun akan kami

terima demi perbaikan penulisan seperti kata pepatah tiada gading yang tak retak

dan saya masih sangat menyadari bahwa tugas skripsi saya ini masih sangat jauh

dari kesempurnaan. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih dan mohon maaf

yang sebesar-besarnya apabila di dalam penyusunan laporan ini terdapat kata-kata

yang kurang berkenan atau kurang dipahami oleh para pembaca.

Surabaya, 9 Oktober 2012

Penyusun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(6)

DAFTAR ISI

II.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi ... 16

II.5 Persentase Removal ... 19

II.6 Studi Adsorpsi ... 20

II.6.1 Sistem Batch ... 20

II.6.2 Sistem Kontinyu ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

III.1. Bahan Penelitian... 24

(7)

iv

III.3. Variabel Tetap ... 25

III.4. Variabel Peubah ... 25

III.5. Prosedur Kerja ... 25

III.6. Kerangka Penelitian ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

IV.1. Persentase Removal setelah Proses Adsorpsi ... 28

IV.2. Hasil Pengukuran pH ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... V.1 Kesimpulan ... 34

V.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pengaruh Ukuran (Mesh) dan Waktu (Menit) terhadap Kandungan Pb

(mg/l) ... 28

Tabel 4.2 Pengaruh Ukuran (Mesh) dan Waktu (Menit) Terhadap Persentase

Removal Pb ... 29

Tabel 4.3 Nilai Koefisien Korelasi antara Waktu (Menit) dan Ukuran (Mesh) 30

(9)

vi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Grafik Linear Model Freundlich ... 14

Grafik 2.2 Grafik Linear Model Bet ... 15

Grafik 4.1 Grafik Pengaruh Waktu (Menit) Terhadap Persentase Penyisihan (%)

Setiap Ukuran Adsorben (Mesh) ... 29

Grafik 4.2 Hubungan Waktu (Menit) Terhadap Konsentrasi pH pada setiap ukuran

Adsorben ... 31

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(10)

ADSORPSI LOGAM BERAT PADA LIMBAH INDUSTRI

ELEKTROPLATING MENGGUNAK AN CANGKANG TELUR

Oleh : Dewa Nyoman Wira Prasidha

Abstrak

Salah satu ancaman perusakan lingkungan saat ini adalah pencemaran limbah cair. Limbah cair elektroplating adalah salah satu ancaman tersebut dimana dapat mencemari lingkungan dan merusakan kesehatan bahkan dapat berujung pada kematian karena mengandung unsur-unsur logam berat. Cangkang telur yang merupakan limbah dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai bahan pengolah limbah untuk mengganti bahan kimia yang juga membantu upaya industri bersih. Dalam penelitian ini di coba suatu metode adsorpsi menggunakan limbah cangkang telur sebagai adsorben untuk menjerap limbah cair electroplating yang mengandung logam berat sebagi adsorbat. Dengan proses adsorpsi cangkang telur sebagai adsorben dibedakan atas beberapa ukuran (mesh) yaitu 10, 30, 60 dan 100 mesh dengan variasi waktu kontak 30, 60, 90, 120 menit sebagai variabel bebas dalam penelitian dan kecepatan pengadukan sebagai variabel tetap. Limbah cair yang digunakan adalah limbah electroplating yang mengandung logam berat Pb sebesar 35,80 mg/l. Sistem yang digunakan dalam penelitian studi adsorpsi ini adalah menggunakan system batch.

Setelah analisa menggunakan AAS dapat dikatakan dalam waktu 90 menit dengan ukuran cangkang telur 100 mesh paling baik menurunkan kadar Pb dalam limbah electroplating yaitu sebesar 98,90%. Apabila dalam waktu yang cukup singkat adsorben tidak akan tercampur dengan merata dan apabila dengan waktu yang lama adsoben akan berada di titik maksimum. Penelitian menggunakan cangkang telur ini berhasil menurunkan Pb dalam limbah cair elektroplating karena mampu menurunkan kandungan Pb sebesar 98%.

(11)

ADSORPTION OF HEAVY METALS I N ELECTROPLATI NG

INDUSTRY WASTES WITH EGG SHELLS

By: Dewa Nyoman Wira Prasidha

Abstract

One of the threats of environmental damage now is wastewater pollution. Electroplating wastes can pollute the environment and health corrupt the even end in death as they contain heavy metal elements. Eggshell is a waste in everyday life are used as materials processing waste to replace chemicals that help with the clean industry. In this study in trying an adsorption method using eggshell waste as an adsorbent to adsorb electroplating wastewater containing heavy metals As with the adsorbate. With eggshell adsorption process as adsorbent divided into several sizes (mesh) ie 10, 30, 60 and 100 mesh with contact time variation 30, 60, 90, 120 minutes as the independent variable in the research and stirring speed as fixed variables. The liquid waste is used electroplating wastewater containing heavy metal Pb of 35.80 mg / l. The system used in this study is the adsorption studies using a batch system.

After analysis using AAS can be said in 90 minutes with a 100 mesh size eggshells most well reduce levels of Pb in electroplating waste is equal to 98.90%. If within a short amount of adsorbent not be mixed evenly and if a long time adsoben will be at maximum. Research using the eggshell is successful in reducing Pb in electroplating wastewater is able to reduce Pb content of 98%.

Keywords: Adsorption, Electroplating, Shell Eggs.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kehidupan masyarakat modern tidak bisa terlepas dari benda-benda yang

dibuat dengan proses elektroplating seperti alat rumah tangga, otomotif dan lain-lain.

Salah satu keunggulan dari hasil produksi elektroplating ini adalah tahan karat,

sehingga banyak orang yang menggunakan hasil produksi ini dalam kehidupan

sehari-hari. Seiring dengan meningkatnya permintaan produk dan berkembangnya kegiatan

industri, kegiatan elektroplating selain menghasilkan produk yang berguna, juga

menghasilkan limbah padat dan cair serta emisi gas. Limbah padat berasal dari

kegiatan polishing maupun penghilangan karat, limbah cair berupa air limbah berasal

dari pencucian, pembersihan dan proses plating (Mario Hendro, 2012). Limbah cair

dapat pula mengandung padatan, juga mengandung logam-logam terlarut dan

senyawa senyawa berbahaya lainnya. Selain dapat mencemari lingkungan, limbah

elektroplating ini dapat merusakan kesehatan bahkan dapat berujung pada kematian.

Agar tidak mencemari lingkungan dan menganggu kesehatan maka, limbah yang akan

dibuang kadar logamnya tidak boleh melewati batas kadar maksimum yang

diperbolehkan oleh regulasi pemerintah. Limbah cair berupa air limbah yang berasal

dari pencucian, pembersihan dan proses elektroplating mengandung logam-logam

terlarut, solven dan senyawa organik maupun anorganik terlarut lainnya. Air limbah

(13)

2

kromium (Cr) valensi 3 dan 6, Timbal (Pb), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), Seng (Zn),

Sianida (CN) dan sebagainya (Ketut Sumada, 2006). Salah satu ion logam yang

sangat berbahaya adalah Pb atau timbal. Daya racun timbal yang akut pada pererairan

menyebabkan kerusakan hebat pada ginjal, system reproduksi, hati dan otak serta

system saraf dan bisa menyebabkan kematian (Rukaesih Achmad, 2004).

Isu lingkungan menuntut penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan,

mengarahkan pengembangan produk dengan limbah sekecil mungkin (Edi Istiyono,

2008). Maka dari itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan potensi

untuk menggunakan bahan baku pengolah limbah yang di dapat dari hasil limbah

lainnya untuk mendukung program rencana produksi bersih. Produksi Bersih

merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air dan energi, dan pencegahan

pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimisasi timbulan

limbah (Purwanto, 2005). Berdasarkan uraian diatas diperlukan suatu usaha untuk

mengolah limbah hasil penyepuhan dan dimungkinkan adanya penggunaan kembali

limbah lain. Sebagai contoh, kulit telur yang memiliki sifat yang baik yaitu memiliki

struktur pori-pori adsortip. Kulit telur mengandung unsur CaCO3 dan protein asam

mukopolisakarida yang dapat dikembangkan menjadi adsorben, fungsi penting asam

mukopolisakarida adalah dapat mengikat ion logam berat (Chumlong Arunlertaree,

2007) yang kemungkinan dapat dijadikan adsorben untuk menjerap logam berat yang

terkandung dalam limbah elektroplating. Kulit telur merupakan salah satu timbulan

atau sampah yang berasal dari rumah tangga yang jumlahnya tidak sedikit. Tetapi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(14)

3

dilain sisi kulit telur memiliki sifat-sifat yang menguntungkan apabila digunakan

sebagai bahan pengolah limbah. Kulit telur merupakan agen penetral dan setiap

larutan yang disetimbangkan dengan kulit telur akan lebih melekat ke permukaan

kulit telur serta dapat terkumpul dengan partikel kulit telur (Chumlong Arunlertaree,

2007). Maka dari itu kulit telur yang merupakan salah satu jenis limbah dipergunakan

sebagai adsorben dalam menyerap logam berat yang terkandung dalam limbah

elektroplating dan mendukung penerapan minimasi limbah karena dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas limbah cangkang telur dengan prinsip pakai

ulang (reuse) dan pungut ulang (recovery).

I.2 Per umusa n Masalah

Proses elektroplating selain menghasilkan produk yang berguna,

menghasilkan cair. Masalah yang mendasari penelitian ini adalah :

1. Elektroplating menghasilkan limbah cair yang mengandung

macam-macam jenis logam berat yang dapat mencemari lingkungan dan merusak

kesehatan manusia hingga kematian.

2. Kulit telur merupakan salah satu jenis limbah yang dihasilkan dari

aktifitas manusia sehari-hari yang memiliki potensi sebagai bahan baku

(15)

4

I.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penilitian ini adalah :

1. Mempelajari kemampuan kulit telur untuk menyisihkan kadar logam berat

(Pb) pada limbah elektroplating.

2. Menentukan lama waktu kontak yang baik agar cangkang telur mampu

menurunkan logam berat (Pb) pada limbah elektroplating.

3. Menentukan ukura (mesh) adsorben kulit telur yang efektif untuk

menjerap logam berat (Pb) pada limbah elektroplating.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Menggunakan limbah cangkang telur sebagai adsorben logam berat Pb

pada limbah eletkroplating guna mendukung program industri bersih.

2. Sebagai alternatif pengganti zat kimia dalam proses pengolahan limbah.

3. Menaikan nilai cangkang telur secara ekonomis karena dapat membantu

proses pengolahan limbah sebagai bahan penjerap logam berat.

I.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini memiliki ruang lingkup :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(16)

5

1. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium riset Teknik Lingkungan UPN

“Veteran” Jatim.

2. Menggunakan limbah elektroplating.

3. Menggunakan cangkang telur (cangkang telur ayam mentah, cangkang

telur ayam rebus, cangkang telur bebek mentah, dan cangkang telur bebek

rebus) sebagai adsorben.

4. Analisa hasil menggunakan AAS (atomic absorption spectroscopy).

5. Variabel penelitian: ukuran adsorbern atau cangkang telur (mesh) dan

(17)

6

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

II.1 Kulit Telur Dalam Kehidupan Sehar i - Har i

Menurut UU. RI Nomor 4 Tahun 1982, pencemaran lingkungan adalah

masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke

dalam lingkungan dan atauberubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau

oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi

lagi sesuai dengan peruntukannya. Sumber pencemar ini dapat berasal dari alam itu

sendiri, industri, rumah tangga, serta aktivitas manusia.

Kulit telur merupakan salah satu timbulan limbah yang berasal dari rumah

tangga atau aktivitas manusia lainnya. Produksi telur di Jawa Timur saja sekitar

209.515,63 ton pada tahun 2010 (anonim). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin

besar jumlah produksi telur karena tingginya permintaan dari masyarakat sehingga

secara tidak langsung jumlah dari sampah kulit telur ini meningkat.

Limbah kulit telur ini sebagian besar dibuang dan hanya sebagian kecil yang

digunakan sebagai kerajinan tangan. Padahal sesungguhnya masih banyak tersimpan

manfaat dari kulit telur karena kandungan yang terkandung didalamnya. Hal ini pula

yang mendasari penelitian ini, bahwa seharusnya bisa dimanfaatkan pula limbah kulit

telur ini digunakan sebagai bahan baku dalam proses pengolahan limbah terutama

yang mengandung logam berat, selain juga untuk mendukung program industri bersih.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(18)

7

II.2 Kulit Telur Sebagai Adsor ben

Salah satu limbah rumah tangga yang langsung dibuang dan tidak digunakan

lagi adalah kulit telur. Kulit telur merupakan limbah dapur yang memiliki potensi

untuk dimanfaatkan.Kulit telur memiliki kandungan kimia terutama terdiri dari CaCO

dan beberapa unsur lainnya seperti; S, Mg, P, Al, dan Sr (Chumlong Arunlertaree,

2007). Kulit telur juga mengandung unsur protein asam mukopolisakarida, yang

berfungsi penting karena dapat mengikat ion logam berat, kulit telur juga merupakan

agen penetral dan setiap larutan yang disetimbangkan dengan kulit telur akan lebih

terikat serta dapat terkumpul dengan partikel kulit telur (Chumlong Arunlertaree,

2007). Kulit telur ayam baik mentah maupun rebus memiliki besar pori antara 0,3-0,6

µm sedangkan untuk cangkang telur bebek memiliki pori antara 0,2-0,4 µm, artinya

kulit telur dapat digunakan sebagai adsorben terutama dalam proses pengolahan

limbah yang mengandung logam berat.

II.3 Elektr oplating

Perkembangan teknologi yang pesat mendorong pertumbuhan industri yang

memiliki andil besar pada pencemaran lingkungan. Industri-industri yang berdiri

banyak menghasilkan limbah cair yang memiliki konsentrasi pencemaran diatas batas

minimum yang telah ditetapkan. Biasanya limbah cair ini dibuang langsung ke aliran

sungai tanpa pengolahan yang memadai. Salah satu dari industri ini adalah industri

(19)

8

pembersih maupun larutan plating yang telah jenuh dan tidak dapat digunakan lagi.

Limbah ini masih mengandung zat-zat berbahaya yang salah satunya adalah logam

berat Limbah electroplating harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang melalui

aliran sungai agar kandungan logam berat didalamnya berkurang. Oleh karena itu

di-adakanlah suatu penelitian yang dapat mengurangi kandungan logam berat dalam

limbah yaitu dengan cara proses adsorbsi.

Elektroplating adalah proses pelapisan dengan menggunakan arus listrik

dalam suatu larutan elektrolit. Logam yang akan dilapiskan bertindak sebagai anoda

yang dihubungkan dengan kutub positif dari sumber tegangan, dibenamkan kedalam

larutan elektrolit. Logam yang akan dilapisi (benda kerja) berlaku sebagai katoda dan

dihubungkan dengan kutub negative dari sumber tegangan. Jika sumber tegangan

dinyalakan maka arus akan mengalir melalui larutan elektrolit, sehingga

menyebabkan anoda menjadi larut dan selanjutnya menempel pada katoda

membentuk suatu lapisan logam.

Prinsip dasar elektroplating adalah penempatan ion-ion logam pelapis diatas

susbtrat yang akan dilapisi melalui metode elektrolisis. Proses pelapisan pada benda

kerja dilakukan pada suatu elektrolit yang mengandung senyawa logam. Untuk

meningkatkan hantaran arus dapat ditambahkan asam atau basa. Ion logam (Mn+)

dalam elektrolit yang bermuatan positif menuju benda kerja sebagai katoda yang

bermuatan negatif sehingga ion logam Mn+ akan tereduksi menjadi logam M dan

mengendap di katoda membentuk lapisan logam (deposit).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(20)

9

Ion logam dalam elektrolit yang telah tereduksi dan menempel di katoda,

posisinya akan diganti oleh anoda logam yang teroksidasi dan larut dalam elektrolit

atau dari penambahan larutan senyawa logam. Pada anoda terjadi oksidasi.

Apabila proses elektroplating berjalan seimbang maka konsentrasi elektrolit

akan tetap, anoda makin lama berkurang dan terjadi pengendapan logam yang

melapisi katoda sebagai benda kerja.

II.4 Adsor psi

Adsorpsi adalah serangkaian proses yang terdiri atas reaksi-reaksi permukaan

sat padat (adsorben) dengan pencemar (adsorbat), baik pada fasa cair maupun gas

(Slamet Agus, 2000) atau dengan kata lain peristiwa adsorpsi juga suatu fenomena

permukaan, yaitu terjadinya penambahan konsentrasi komponen tertentu pada

permukaan antara dua fase (Deni Swantomo et,al, 2008). Dalam peristiwa adsorpsi

dibutuhkan adsorben sebagai bahan atau zat yg sifatnya dapat menyerap zat lain

sehingga menempel pada permukaannya tanpa reaksi kimia. Dalam praktek

penjerapan masih terbatas pada penggunaan karbon aktif dengan alas an murah dan

sebagai penjerap yang tidak selektif. Adsorben (penjerap) merupakan bahan buatan

atau alamai berstruktur mikrokristal yang mempunyai pori-pori besar (Budi

(21)

10

Gambar 2.1 Proses Adsorpsi

II.4.1 J enis Adsor psi

Adsorpsi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; adsorpsi fisik, adsorpsi

kimiawi, dan adsorpsi pertukaran.

1. Adsorpsi Fisika

Adsorpsi fisika adalah adsorpsi terjadi bila gaya intermolekular

lebih besar dari gaya tarik antar molekul atau gaya tarik menarik yang

relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben, gaya ini

disebut gaya Van der Waals sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu

bagian permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben.

Gaya antar molekul adalah gaya tarik antara molekul-molekul fluida

dengan permukaan padat, sedangkan gaya intermolekular adalah gaya

tarik antar molekul-molekul fluida itu sendiri. Adsorpsi ini berlangsung

cepat, dapat membentuk lapisan jamak (multilayer) dan dapat bereaksi

balik (reversible) karena energi yang dibutuhkan relatif rendah. Energi

aktivasi untuk terjadinya adsorpsi fisika biasanya adalah tidak lebih dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(22)

11

1 kkal/gr-mol, sehingga gaya yang terjadi pada adsorpsi fisika termasuk

lemah. Adsorpsi fisika dapat berlangsung di bawah temperatur kritis

adsorbat yang relatif rendah sehingga panas adsorpsi yang dilepaskan

juga rendah yaitu sekitar 5 – 10 kkal/gr-mol gas, lebih rendah dari

panas adsorpsi kimia

2. Adsorpsi Kimia

Terjadi karena adanya reaksi antara molekul-molekul adsorbat

dengan adsorben dimana terbentuk ikatan kovalen dengan ion. Gaya

ikat adsorpsi ini bervariasi tergantung pada zat yang bereaksi. Adsorpsi

jenis ini bersifat tidak reversible dan hanya dapat membentuk lapisan

tunggal (monolayer). Umumnya terjadi pada temperatur tinggi di atas

temperatur kritis adsorbat, sehingga panas adsorpsi yang dilepaskan

juga tinggi, yaitu sekitar 10-100 kkal/gr-mol. Untuk dapat terjadinya

peristiwa desorpsi dibutuhkan energi lebih tinggi untuk memutuskan

ikatan yang terjadi antara adsorbat dengan adsorben. Energi aktivasi

pada adsorpsi kimia berkisar antara 10 – 60 kkal/gr-mol.

3. Adsorpsi Pertukaran

Adsorpsi pertukaran adalah adsorpsi yang diperankan oleh tarikan

listrik antara adsorbat dan permukaan adsorben. Ion dari suatu

(23)

12

dipermukaan adsorben sebagai hasil tarikan elektro statik ke tempat

yang bermuatan berlawanan di permukaan. Pada umumnya ion dengan

muatan yang lebih besar, seperti ion valensi tinggi, akan tertarik pada

tempat yang bermuatan berlawanan.

II.4.2 Model Adsor psi

Pada proses adsorpsi, telah banyak model dikembangkan, tetapi

pengembangan model-model itu tidak lepas dari model adsorpsi yang umum

digunakan, yaitu model Langmuir atau Freundlich (Slamet Agus et all, 2000).

1. Model Langmuir

Model adsorpsi langmuir mendefinisikan bahwa kapasitas adsorpsi

maksimum terjadi akibat adanya lapisan tunggal (mono layer) adsorbat

dipermukaan adsorben. Tipe isoterm Langmuir merupakan proses

adsorpsi yang berlangsung secara kimisorpsi satu lapisan. Kimisorpsi

adalah adsorpsi yang terjadi melalui ikatan kimia yang sangat kuat

antara sisi aktif permukaan dengan molekul adsorbat dan dipengaruhi

oleh densitas electron (Ria Wijayanti, 2009). Ada empat asumsi dasar

yang digunakan dalam model ini, yaitu:

a. Molekul diadsorpsi oleh site (tempat terjadinya reaksi di

permukaan adsorben) yang tetap.

b. Setiap site “memegang” satu molekul adsorbat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(24)

13

c. Semua site mempunyai energi yang sama

d. Tidak ada interaksi antara molekul yang teradsorpsi dengan site

sekitarnya.

Persamaan reaksi dinyatakan dengan KLact sebagai konstanta

kesetimbangan.

adalah konstrasi spesia bebas dalam larutan (mol/L) adalah konsentrasi

site dang fm adalah aktivitas. Dengan menggabungkan persamaan

keseimbangan massa persamaan (2.3) dengan persamaan (6.2)

diperoleh persamaan isotherm adsorpsi Langmuir.

Keseimbangan massa [ ] = [ − ] + [ ] (2.3)

Langmuir [ − } = Ḷ [ ] [ ]

Ḷ [ ] (2.4)

Dimana St adalah konsentrasi total di site. Dalam bentuk yang uumum,

persamaan (2.4) dapat ditulis:

(25)

14

Dimana x/m adalah besarnya adsorbat yang teradsorpsi oleh adsorben

dalam satuan mg/gr, qm adalah maksimum adsorbat yang teradsorpsi, b

adalah konstantas langmuir (l/mg) dan C adalah konsentrasi adsorbat

di air pada saat kesetimbangan. Dengan ekseperimen laboratorium,

kapasitas adsorpsi maksimum (qm) dan konstanta Langmuir (b) dapat

diperoleh.

2. Model Freundlich

Model adsorpsi Freundlich digunakan jika diasumsikan bawa

terdapat lebih dari satu lapisa permukaan (multilayer) dan site bersifat

heterogen, yaitu adanya perbedaan energi pada setiap pengikatan pada

tiap site. Isoterm yang paling umum digunakan adalah isoterm

Freundlich yang lebih baikdalam mencirikan kebanyakan proses

adsorps (Ria Wijayanti, 2009).

Isotherm Freundlich sering digunakan untuk menjelaskan adsorpsi

kimia organik pada karbon aktif pada konsentrasi yang relative tinggi

di dalam air dan air limbah.

Cara konvensional untuk menyatakan isotherm Freundlich

diberikan oleh persamaan:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(26)

15

[ − ] = [ ] (2.8)

Dimana 1/n dan Kf adalah konstanta Freundlich. Konstanta

Freundlich diperoleh dengan eksperimen. Untuk mendapatkan

konstanta K dan 1/n, maka perlu dilakukan linierisasi terhadap

persamaan sebagai berikut:

ln = + (2.9)

Data percobaan labioratorium yang diperoleh diplot dengan ln

(x/m) sebagai sumbu y dan ln C sebagai sumbu x. Grafik yang

diperoleh adalah garis linier dengan slope = 1/n dan intercept = ln K.

Seperti pada grafik berikut:

Ln (x/m)

Intercept = ln K

slope = 1/n

Grafik 2.1 Grafik Linear Model Freundlich

3. Model BET (Bruneauer, Emmett, dan Teller)

Model BET (Bruneauer, Emmett, dan Teller) mengansumsikan

bahwa dipermukaan adsorben terakumulasi sejumlah lapisan adsorbat,

(27)

16

=

( ) [ ( ) ] (2.10)

Dimana x/m adalah besarnya adsorbat jenuh dalam larutan, dan C

adalah kosentrasi adsorbat di air pada saat kesetimbangan. Bentuk

linear dari persamaan (2.10) adalah:

( ) = ( ) (2.11)

C/((x/m)(Cs-C)

Slope=(b-1)/bqm

Intercept = 1/bq

Grafik 2.2 Grafik Linear Model BET

II.4.3 Faktor – Faktor Yang Mempengar uhi Adsor bsi

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kapasitas adsorbsi dan

kecepatan adsorbsi, diantaranya adalah :

1. Luas Permukaan dari Adsorben (Ukuran Partikel)

Proses adsorbsi terjadi dipermukaan partikel. Besarnya adsorbs

akan proposional terhadap luas permukaan yang ada. Ukuran partikel

karbon mempengaruhi kecepatan adsorbsi, kecepatan adsorbsi akan

meningkat dengan ukuran partikel yang semakin kecil. Oleh karena

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(28)

17

itu, kecepatan adsorbsi karbon berbentuk powder lebih besar daripada

karbon berbentuk granular. Sedangkan kapasitas adsorbsi total

tergantung dari luas permukaan total.

2. Karakteristik Adsorben

Karakteristik fisik-kimia dari adsorben akan mempengaruhi

kecepatan dan kapasitas adsorbsi. Salah satunya adalah ukuran pori.

Ukuran pori ini sangat penting dalam proses adsorbs karena

mempengaruhi molekul-molekul adsorbat yang dapat diserap kedalam

partikel adsorben. Apabila ukuran molekul-molekul adsorbat lebih

kecil dari pada ukuran pori partikel adsorben, maka akan lebih banyak

jumlah adsorbat yang dapat diserap. Kandungan atau karakteristik

karbon aktif tergantung dari bahan baku yang digunakan dalam

pembuatny.

3. Karakteristik Adsorbat

Ada banyak karakteristik adsorbat yang berpengaruh terhadap

proses adsorbsi. Beberapa diantaranya adalah kelarutan,ukuran

molekul adsorbat, polaritas adsorbat. Dalam proses adsorbs dari suatu

larutan, kelarutan dari zat terlarut merupakan faktor penentu dalam

ksetimbangan adsorbsi. Pada umunya larutan yang bersifat hidrofilik

akan lebih sukar untuk diadsorb disbanding dengan larutan yang

(29)

18

4. pH (Tingkat Keasaman)

Pada umunya, adsorbsi polutan organik tertentu dalam air akan

meningkat dengan menurunnya nilai pH (Saraswati,SP). Hal ini

disebabkan karena terjadinya netralisasi dari muatan muatan negatif

pada permukaan karbon dengan menigkatnya konsentrasi ion hidrogen,

sehingga menyediakan permukaan aktif pada karbon yang lebih

banyak. Nilai pH optimum untuk setiap proses adsorbs berbeda beda

dan dapat diperoleh melalui penelitian laboratorium. Nilai pH efektif

untik adsorbs phenol adalah pH rendah (< 7)

5. Temperatur

Tingkat adsorpsi naik diikuti dengan naiknya temperature dan

turun diikuti dengan turunnya temperature.

6. Ukuran Molekul Adsorbat

Ukuran molekul-molekul adsorbat akan berpengaruh terhadap

proses adsorbsi, karena secara prinsip molekul-molekul adsorbat harus

dapat terserap kedalam pori-pori adsorben. Tingkat adsorbs akan

semakin besar dengan semakin besarnya diameter pori dan semakin

kecilnya ukuran diameter adsorbat, sehingga dimungkinkan

molekul-molekul adsorbat dapat masuk kedalam pori – pori adsorben.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(30)

19

7. Waktu Kontak

Waktu kontak antara adsorbat dengan adsorben sangat

mempengaruhi suatu proses adsorbsi. Semakin lama waktu kontak

yang terjadi pada suatu proses adsorbsi maka akan semakin besar

adsorbat yang teradsorbsi.

8. Agitasi (Pengadukan)

Kecepatan adsorpsi selain dipengaruhi oleh difusi film dan difusi

pori jugadipengaruhi oleh jumlah pengadukan dalam system tersebut.

Jika proses agitasi yang dilakukan relative kecil maka tahapan proses

adsorpsi hanya terjadi hingga tahapan difusi film.

II.5 Per sentase Penyisihan

Persentase removal dapat diperoleh setelah data hasil diperoleh. Data hasil

merupakan kandungan terakhir dalam limbah yang setelah melalui proses adsorpsi.

Rumusnya seperti berikut:

% = ( ) 1 00 (2.12)

(31)

20

II.6 Studi Adsor psi

Setiap bahan yang dipakai sebagai adsorben harus teruji dahulu kemampuan

adsorpsinya terhadap adsorbat tertentu. Untuk mendapatkan kapasitas optimum, perlu

dilakukan studi adsorpsi di laboratorium dengan cara batch atau kontinyu.

II.6.1 Sistem Batch

Studi adsorpsi menggunakan sistem batch dilakukan dalam sejumlah gelas

erlenmeyer yang berisi larutan yang megandung zat tertentu yang akan di

adsorpsi pada konsentrasi dan volume tertentu. Pada tiap-tiap tabung

dibubuhkan sejumlah adsorben dengan berat yang bervariasi. Adsorpsi sistem

batch dioperasikan secara fill and draw atau disebut juga dengan sistem SBR

(sequencing batch reaktor) (Slamet Agus et all, 2000). Tujuan dari system ini

adalah untuk mengetahui karakteristik dari adsorbat yang dinyatakan dalam

hubungan antara penurunan adsorbat ( ion yang di pisahkan) dan berat

adsorben dalam suatu koefisienan dari persamaan yang ada.

Data yang diperoleh dapat diolah dengan model adsorpsi tertentu,

tergantung dari asumsi dasar dari tiap-tiap model adsorpsi dan adorben atau

adsorbat yang digunakan. Dengan formula yang ada, koefisien atau parameter

model dapat diperoleh. Koefisien ini dapat digunakan dalam disein kolom

adsorpsi untuk percobaan secara kontinyu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(32)

21

II.6.2 Sistem Kontinyu

Studi adsorpsi dengan system kontinyu dilakukan dalam sebuah kolom

adsorpsi skala laboratorium. Percobaan ini digunakan untuk menentukan:

1. Waktu operasi adsorpsi

2. Volume air terolah sebelum tercapainya breathrough

3. Keilangan tekanan melalui kolom

4. Bentuk kurva exhaustion

Proses studi kolom adsorpsi dilakukan dengan memilih karakteristik adsorben

yang sesuai, lalu setelah itu menguji tingkat pengolahan efektifitas penjerapan.

Model disain kolom adsorpsi yang dapat digunakan adalah model matematis

sebagai berikut:

1. Model Transfer Massa

Model ini dikembangkan dari studi laboratorium secara batch.

Persamaan yang digunakan untuk model ini menyatakan jumlah

adsorbet pada adsorben:

= − + (2.13)

Dimana :

[x/m] = jumlah adsorbat pada karbon (g/g)

[x/m] = nilai [x/m] pada ksestimbangan dengan influen awal C

(33)

22

2. Model Bohart-Adams

Bohart-Adams mengusulkan persamaan untuk disain kolom

adsorpsi yang sering digunakan. Persamaan ini didasarkan atas teori

kecapatan reaksi permukaan, yang dinyatakan sebagai berikut:

− 1 = − 1 − (2.14)

Dimana :

Co = Konsentrasi awal

Cb = Konsentrasi pada saat breaktrough

K = Konstanta kecepatan (m3/g.jam)

No= Kapasitas adsortif (g/m3)

x = kedalaman bed (m)

v = Kecepatan aliran linear (m/jam)

t = service time kolom

Bila eKnox/v >> 1, maka persamaan Bihar-Adams menjadi:

− − (2.15)

− − (2.16)

3. Pendekatan Bed depth/ Service time (BDST)

Pendekatan BDST menggunakan persamaan Bohart Adams yang

dinyatakan sebagai:

(2.17)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(34)

23

Dimana:

a = Slope = No/(CoV)

b = intercept = l//(CoV) ln (C /CB-1)

Jika uji coba laboratorium dilakukan pada konsentrasi C1 (konsentrasi

satu), maka bentuk persamaan adalah:

₁ ₁ (2.18)

Untuk percobaan yang dilakukan pada konsentrasi C2 konsentrasi dua),

maka:

Disain kolom adsorpsi menggunakan pendekatan matematis

menyatakan kecepatan aliran volumetric yang di definisikan sebagai:

(2.21)

Dimana:

Qw = debit (m3/dt)

h = tinggi kolom (m)

(35)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Bahan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Teknik Lingkungan UPN

“Veteran” Jatim. Bahan yang digunakan dalam penelitian :

1. Limbah elektroplating.

2. Kulit telur bebek dan ayam.

III.2 Per alatan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian :

1. Erlenmeyer 500 ml.

2. Beaker glass 1000 ml.

3. Kertas saring

4. Jartest

5. Timbangan

6. Corong

7. pH meter

8. Gelas ukur

9. Petri disk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(36)

25

III.3 Var iabel Tetap

1. Kecepatan pengadukan 200 rpm.

2. Volume sampel limbah 500 ml.

3. Berat adsorben 10 gr.

III.4 Var iabel Bebas

1. Variasi ukuran mesh kulit telur sebagai adsorben (10 mesh, 30 mesh, 60

mesh, 100 mesh)

2. Variasi waktu (30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit)

III.5 Pr osedur Ker ja

Penelitian ini dilakukan secara batch dengan cara kerja seperti disebutkan dibawah.

Cara kerja :

1. Cangkang telur yang telah dikumpulkan di cuci bersih lalu dikeringkan

dalam suhu ruangan.

2. Proses penumbukan cangkang telur untuk memperoleh ukuran-ukuran

yang diinginkan.

3. Pengayakan menggunakan Mesh saker untuk memisahkan ukuran-ukuran

cangkang telur yang berbeda

4. Aktivasi cangkang telur pada suhu tidak lebih dari 40° celcius.

5. Air limbah diambil dan ditaruh kedalam beaker glass untuk diketahui

(37)

26

6. 500 ml air limbah ditaruh kedalam masing-masing 4 beaker glass.

7. Siapkan jartest dengan kecepatan pengadukan 200 rpm.

8. Limbah tersebut lalu dimasukan kulit telur dengan ukuran mesh berbeda

dengan berat 10 gr secara bersamaan.

9. Kemudian diaduk dengan jartest dengan kecepatan rotary 200 rpm selama

masing-masing rentan waktu.

10. Setelah melalui proses diatas maka akan diendapkan dahulu selama

beberapa menit.

11. Setelah diendapkan, larutan lalu di saring menggunakan kertas saring.

Dituang kedalam Erlenmeyer.

12. Setelah proses ini masing-masing akan di ukur pH larutan menggunakan

pH meter.

13. Setelah diketahui nilai pH, sampel tersebut akan di analisa kandungan

logam berat dengan AAS (atomic absorption spectroscopy).

14. Lakukan percobaan seperti 1 s/d 8 untuk ukuran mesh kulit telur dan

rentan waktu yang berbeda berbeda.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(38)

27

III.6 Kerangka Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian Identifikasi

Masalah

Persiapan alat

Pengambilan Sampel dan bahan Studi Literatur

Limbah Industri

Penyepuhan Perak Kulit Telur

Penelitian laboratorium

Analisa Lab dan Analisa Hasil

Penulisan Laporan Penyusunan

(39)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisa laboratorium, limbah elektroplating mengandung

berbagai unsur kimia yang berbahaya untuk lingkungan dan manusia. Salah satu

unsur yang terkandung dalam limbah electroplating adalah timbal atau Pb. Jumlah Pb

yang terkandung dalam limbah eketroplating dalam analisa awal yang telah dilakukan

adalah sebesar 35,8 mg/l sedangkan baku mutu yang diijinkan dalam keputusan

gubernur jatim no. 45 tahun 2000 hanya diperbolehkan sebanyak 0,1 mg/l.

IV. 1 Per sentase Penyisihan Pb Setelah Pr oses Ador psi

Hasil penelitian proses adsorpsi logam berat Pb menggunakan cangkang telur

pada limbah electroplating 500 ml dengan berat adsorben 10 gr dan kecepatan

pengadukan 200 rpm diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Pengaruh Ukuran (Mesh) dan Waktu (Menit) terhadap Kandungan Pb(mg/l)

Ukuran

Dari data diatas lalu diperoleh hasil persentase removal dengan menggunakan rumus

persentase removal. Dari rumus (2.12) maka diperoleh hasil persentase penyisihan Pb

seperti berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(40)

29

Tabel 4.2 Pengaruh Ukuran (Mesh) dan Waktu (Menit) terhadap Persentase

Penyisihan Pb

Hasil penelitian tersebut didapatkan dengan menggunakan alat testing lab atomic

absorption spectroscopy (AAS). Maka diperoleh grafik persentase removal

Berdasarkan tabel diatas dapat dibentuk grafik removal Pb berdasrkan ukuran

(mesh) dan waktu (menit) seperti berikut:

Grafik 4.1 Hubungan Waktu (Menit) terhadap Persentase Penyisihan (%) pada Setiap

(41)

30

Dari grafik diatas dapat dilihat persentase penyisihan logam berat Pb menggunakan

cangkang telur sangat signifikan karena rata-rata mampu menghilangkan lebih dari

80% kandungan Pb dalam limbah electroplating. Pada waktu awal pengadukan

penjerapan belum maksimal karena kontak permukaan adsorben belum merata

dengan adsorbet. Setelah semakin naik variasi waktu pengadukan, penjerapan logam

berat Pb terlihat jelas semakin meningkat dimana masing-masing ukuran (mesh)

cangkang telur dapat meremoval diatas 90%. Dapat dilihat pada grafik 4.1 kenaikan

removal yang baik searah dengan lamanya waktu pengadukan. Pada 30 mesh

kenaikan persentase removal sangat baik dan terjaga, bahkan hampir mendekati 100%

pada titik waktu 120 menit yaitu sebesar 98,27%. Hal yang sama juga terjadi pada

100 mesh dimana garis kenaikan persentase removal pada titik akhir hampir

mendekati angka 90% yaitu sebesar 98,85%.

Pengaruh removal Pb dalam limbah electroplating berdasarkan ukuran

adsorben dan waktu dapat dilihat melalui nilai r yang didapat dalam masing-masing

garis grafik ukuran (mesh)

Tabel 4.3 Nilai Koefisien Korelasi antara Waktudan Ukuran (mesh)

Mesh Persamaan Linier Nilai r

10 y = 0.006x + 0.322 0.774

30 y = 0.006x + 0.364 0.738

60 y = 0.006x + 0.383 0.721

100 y = 0.006x + 0.374 0.734

Dari table diatas terlihat nilai ryang melebihi angka 0,7 atau sama dengan lebih dari

70% apabila di persentase-kan. Ini berarti ukuran atau mesh cangkang telur sebagai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(42)

31

adsorben dan rentan waktu proses adsorpsi memiliki hubungan atau keterkaitan

(korelasi) yang kuat.

IV. 2 Hasil Pengukur an pH

Pengukuran pH dilakukan pada saat sebelum proses adsorpsi dan setelah

adsorpsi berdasarkan waktu dan ukuran cangkang telur sebagai adsorben. Pengukuran

menggunakan pH meter dan hasil keasamaan limbah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Pengaruh Waktu (Menit) dan Ukuran (Mesh) terhadap Nilai pH

Ukuran

Dari tabel tersebut dapat dibuat grafik fluktuasi pH berdasarkan waktu kontak dan

penambahan adsorben dalam limbah cair elektroplating.

Grafik 4.2 Hubungan Waktu (Menit) terhadap Konsentrasi pH pada Setiap Ukuran

(43)

32

Dari grafik diatas dijelaskan bahwa pH awal adalah 1,9 hal ini disebabkan karena

limbah electroplating banyak mengandung senyawa H- yang berasal dari proses

pickling dalam proses electroplating yang berfungsi menghilangkan koral pada

permukaan barang yang menggunakan asam klorida (HCL) dan proses etching atau

pembukaan pori-pori dengan larutan asam agar mempermudah proses penempelan

logam di permukaan yang akan dilapisi.

Karena sifat asam ini mengakibatkan kapur yang terkandung dalam kulit telur

terlarut sehingga mempengaruhi proses adsorpsi. Hal ini dapat dilihat dari grafik

konsentrasi pH yang fluktuatif. Menurut Arunlertaree. C., et all, sifat alami dari kulit

telur adalah dapat menaikan pH dalam larutan, hal ini disebabkan karena kandungan

kapur yang terdapat dalam kulit telur. Derajat keasamaan yang tepat dalam proses

adsorpsi menggunakan kulit telur sekitar 6-7.

Adsorpsi ini merupakan jenis adsorpsi fisika-kimia karena kulit telur yang

memiliki sifat serap yang baik yaitu, struktur pori, serta CaCO3 dan protein

mucopolysaccharide adalah karboksil, amina dan sulfat yang dapat mengikat ion

logam berat untuk membentuk ikatan ion.

Terdapat tiga model adsorpsi yaitu, Langmuir, Freundlich, dan BET. Dalam

penelitian ini model yang baik digunakan adalah model Freundlich. Secara empiris

dapat dijelaskan dalam persamaan (2.9) sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(44)

33

Dimana 1/n dan K adalah konstanta Freundlich. Konstanta Freundlich diperoleh

dengan data dari eksperimen. Untuk mendapatkan konstanta K dan 1/n, maka perlu

dilakukan linierisasi terhadap persamaan (2.9)

Data percobaan laboratorium yang diperoleh diplot dengan ln (x/m) sebagai

sumbu y dan ln C sebagai sumbu x. Grafik yang diperoleh adalah garis linier dengan

(45)

34

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan serta merujuk pada hasil dan pembahasan

maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kulit telur dapat digunakan untuk menyisihkan logam berat Pb karena dapat

menghilangkan senyawa logam berat Pb dari limbah elektroplating sebesar

98,90%.

2. Proses adsorpsi terbaik menggunakan cangkan telur ini adalah pada ukuran

adsorben 100 mesh antara waktu 90 menit.

3. Cangkang telur mengandung senyawa kapur yang dapat menaikan pH larutan

dan menaikan keasamaan larutan setelah proses pengadukan adsorben

cangkang telur dengan limbah cair elektroplating dari pH awal 1,9 menjadi

6,3.

4. Derajat keasamaan limbah harus berada antara 6-7 (pH netral) agar adsorben

cangkang telur dapat menghilangkan kandungan logam berat Pb sesuai baku

mutu.

V.2 Sar an

Melihat hasil penelitian ini yang masih jauh dari sempurna maka dapat ditarik

saran sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(46)

35

1. Penelitian dapat dilakukan dengan memperhatikan dan meninjau nilai pH,

waktu pengadukan atau kecepatan agitasi.

2. Hasil penelitian dapat menggunakan kinetika atau model persamaan

adsorpsi Langmuir, Freundlich atau BET.

3. Dalam penelitian lanjutan adsorben atau cangkang telur dapat

menggunakan ukuran (mesh) lebih besar dari 100 mesh.

4. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan jenis logam berat

(47)

36

Daftar Pustaka

Achmad, Rukaesih. (2004). Kimia Lingkungan. Andi. Jakarta

Arunlertaree, Chumlong., Kaewsomboon, Wanvisa., et-all. (2007). Removal of lead

from battery manufacturing wastewater by egg shell. Vol. 29. (29(3) : 857-868).

Dewi, K.S.P., (2008). Tingkat Pencemaran Logam Berat (Hg, Pb, dan Cd) di dalam

Sayuran, Air Minum dan Rambut di Denpasar, Gianyar dan Tabanan.

Giyatmi., Kamal, Zaenul., Melati, Damajati. (2008). Penurunan Kadar Cu,Cr Dan

Ag Dalam Limbah CairIndustri Perak Di Kotagede Setelah Diadsorpsi Dengan

Tanah Liat Dari Daerah Godean. ISSN 1978-0176.

http://www.deptan.go.id

Istiyono, Edi. Pengelolaan Limbah Industri Penyepuhan Perak (Elektroplating) di

Lingkungan Pengerajin Perak Kota Gede.

Purwanto. Penerapan Produksi Bersih Di Kawasan Industri.

Slamet, Agus., Masduqi, Ali. (2000). Modul Ajar Satuan Proses.Surabaya.

Sumada, Ketut., (2006). Kajian Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri

Electroplating Yang Efisien.

Saraswati, SP. Dasar-Dasar Pengolahan Limbah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar

Gambar 2.1 Proses Adsorpsi
Grafik 2.1 Grafik Linear Model Freundlich
Grafik 2.2 Grafik Linear Model BET
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Mansor Ismail (2012), gerakan koperasi perlu sentiasa siap siaga untuk membentuk generasi pemimpin pelapis koperasi agar survival koperasi dapat diteruskan dan

Adapun saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini, antara lain: (1) Hasil dari penelitian ini bisa dikembangkan pada materi pokok lain yang mempunyai

Tabel 5. Data tersebut menggambarkan bahwa Hipotesa Null ditolak atau dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifkan dari variabel-varibel independen dalam

Sedangkan sosialisasi sekunder berada dalam kategori “cukup baik” di tinjau dari mereka cukup mengetahui tentang ruang lingkup Jurusan dan cukup mendapatkan

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa buku ajar adalah buku yang disusun berdasarkan mata pelajaran tertentu dan berisi bahan yang telah

Evaluasi yang dilakukan terhadap bangunan intake dilakukan dengan mengukuran dimensi bar screen dan kapasitas pompa yang digunakan, serta terhadap desain, headloss,

Untuk itu, dilakukan penelitian untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi intensitas penggunaan jasa transportasi umum Trans Sarbagita, khususnya

Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan keharmonisan keluarga adalah konflik yang minim, jika dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan pertengkaran