LAMPIRAN KUESIONER
Saya mengucapkan terima kasih untuk waktu yang telah disediakan oleh
Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini berguna untuk membantu
penulisan skripsi yang berjudul "Peran Lembaga Keuangan Dalam Pengembangan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) . Di Kabupaten Gayo Lues"
Identifikasi Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Lama usaha : Tahun/Bulan
5. Jenis Usaha :
6. Pendapatan Sebelum Menerima Kredit: Rp
7. Pendapatan Sesudah Menerima Kredit: Rp
8. Berapa peningkatannya: %
9. Berapa pertambahan tenaga kerja: orang
10.Perbankan mana yang memberikan Bapak/ Ibu kredit?
Jawab:
11.Apa alasan Bapak/Ibu meminjam kredit di Perbankan tersebut?
12.Bagaimana peranan Perbankan dalam memberikan pinjaman terhadap usaha
Bapak/Ibu?
Jawab:
13.Apa faktor pendorong Bapak/Ibu meminjam kredit?
Jawab:
14.Kemana saja pinjaman kredit digunakan?
Jawab:
15.Menurut Bapak/Ibu, Bagaimana persyaratan memperoleh kredit?
Jawab:
16.Apa saja permasalahan yang dihadapi Bapak/Ibu dalam menjalankan usaha?
DAFTAR PUSTAKA
Amelie, Siska. 2015 “2 Ancaman Besar Yang Hantui Ekonomi Dunia”. Bisnis.Liputan6.com, 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 13 November 2015 Pukul 20:37 WIB
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gayo Lues 2015. “Gayo Lues Dalam Angka 2014” gayolueskab.bps.go.id, 30 Juli 2015, diakses pada tanggal 5 November 2015 Pukul 15:35 WIB
Fahmar, Sandy Kunthi. 2015 “The Feed Tahan Suku Bunga, BI Nilai Ekonomi Dunia Buruk”. Ekbis.sindonews.com, 18 September 2015 diakses pada tanggal 13 November 2015 Pukul 20:39 WIB
Freycinetia, Feni Fitriani. 2015 “Menkop UKM: Suku Bunga LPDB KUKM Turun Jadi 5%. Bisnis.com, 22 Februari 2015, diakses pada tanggal 13 November
2015 Pukul 20:45 WIB
Kasmir, 2014 "Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya". Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Mohamad, Dahwilani Dani. 2015 “Sinyal Pertumbuhan Ekonomi Dunia Melemah”. Ekbis.sindonews.com, 25 Oktober 2015 diakses pada tanggal 13 November 2015 Pukul 20:39 WIB
Reza, Kurnia Sekedeng. 2011. Skripsi "Analisis Peranan Kredit Perbankan
Dalam Pengembangan UMK (Usaha Mikro dan Kecil) di Kecamatan Medan Helvetia". Medan: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara
Rochadi, Budi. 2011 "Kajian Akademik Pemeringkat Kredit Bagi Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah di Indonesia". www.bi.go.id, Januari 2011 diakses
pada tanggal 13 November 2015 Pukul 22.01 WIB
Sugiyono, 2004. "Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, Kualitatif,
R&D), Bandung: Alfabeta.
Suparyanto, R.W. 2013 “Kewirausahaan Konsep Dan Realita Pada Usaha Kecil”. Bandung: Alfabeta.
Suprian, 2015 “Sereh Wangi Andalan Ekonomi Rakyat Gayo Lues” aceh.antaranews.com, 14 Juni 2015, diakses pada tanggal 13 November 2015 Pukul 21:18 WIB
Susilo, Sri. 2010. Jurnal "Peran Perbankan Dalam Pembiayaan UMKM Di
Provinsi DIY" Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya
Yogyakarta. Vol. 14, No 3 September 2010, hlm. 467-478
Syofwan, Ari. 2013. Skripsi "Peranan Kredit Usaha Rakyat Terhadap
Pengembangan UMK di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat (Studi Kasus : Bank BRI Unit Kecamatan Gebang)". Medan: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara
Tambunan, Tulus. 2009 "UMKM Di Indonesia". Bogor: Gahlia Indonesia
Taupan, Ahcmad Felna. 2012. Skripsi "Analisis Permintaan Kredit Pada Usaha Mikro Dan Kecil Di Kecamatan Medan Johor" Medan: Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat Deskriptif Kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen)
tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan
variabel yang lain dan dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar.
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
sebagaimana judul penelitian ini yaitu "Analisis Peran Lembaga Keuangan
Dalam Pengambangan UMKM Di Kabupaten Gayo Lues" maka penelitian ini akan
dilakukan di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. dan waktu
penelitian yang direncanakan dalam penelitian ini yaitu selama 2 (dua) bulan yaitu
Maret sampai April 2016.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional penelitian ini adalah mengamati dan menganalisa
pengaruh kredit yang disalurkan oleh perbankan terhadap pengembangan UMKM di
Kabupaten Gayo Lues. Variabel yang dipakai adalah pendapatan UMKM sesudah
mendapatkan kredit dan menganalisa apakah pendapatan UMKM tersebut meningkat
setelah mendapatkan kredit. Variabel lainnya yang diteliti dengan metode berbeda
adalah faktor apa yang paling mendorong calon debitur dalam mengambil kredit yaitu
Kredit yang dipakai di penelitian ini adalah kredit UMKM yang merupakan salah satu
produk pembiayaan dari lembaga keuangan.
3.4 Defenisi Operasional
1. Bank
Bank adalah suatu lembaga keuangan yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
2. UMKM
a. Usaha Mikro yaitu usaha yang memiliki asset maksimal Rp 50 juta dan
memiliki omset maksimal Rp 500 juta/tahun.
b. Usaha Kecil yaitu usaha yang memiliki asset diatas Rp 50 juta sampai
Rp 500 juta dan memiliki omset diatas Rp 500 juta/tahun sampai Rp
2,5 milyar/tahun.
c. Usaha Menengah yaitu usaha yang memiliki asset diatas Rp 500 juta
sampai Rp 10 milyar dan memiliki omset diatas Rp 2,5 milyar/tahun
sampai Rp 50 milyar/tahun.
3. Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan anatara bank dengan
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil
keuntungan.
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pengusaha UMKM yang berada di
Kabupaten Gayo Lues bukan hanya pengusaha UMKM yang terdata di BPS.
Dalam hal pemakaian sampel, Roscoe dalam buku Sugiyono (Metode
Penelitian Pendidikan, 2004: 102) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel
untuk penelitian seperti berikut ini:
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan
500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai
negeri-swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal
30).
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi
atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
dari jumlah variable variable.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 50 responden dikarenakan
ukuran yang layak adalah 30-500 responden dan yang dipakai dalam penelitian ini
adalah sampel dengan jumlah diatas minimal yakni sebanyak 50 responden.
Disebabkan keterbatasan yang dihadapi peneliti maka dalam penelitian ini
menggunakan teknik pengambilan sampel campuran yaitu eksidental sampling dan
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk cross
section yang merupakan data primer dan sekunder. Data primer yakni data yang
diperoleh secara langsung melalui pencatatan di lapangan pada waktu saat ini (tahun
2016) dan akan diteliti pada bulan Maret, dengan jumlah sampel sebanyak 50
responden, dan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui buku, jurnal,
website, dan media cetak maupun media online.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode penelitian langsung ke lapangan dengan pencatatan data secara
langsung menggunakan kuesioner terbuka yaitu kuesioner yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya.
3.8 Teknik Analisis
Dalam penelitian ini, penulis melakukan teknik analisis data dengan
menggunakan program komputer SPSS 23 yaitu untuk menganalisis secara crosstab
dengan terlebih dahulu melakukan pemindahan data yang diperoleh ke dalam
software Microsoft Excel untuk dilakukan tabulasi. dan akan mendeskriptifkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kabupaten Gayo Lues merupakan bagian dari Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, terletak pada posisi garis lintang 03º 40’26” - 04º 16’55” LU dan garis
bujur 96º 43’ 24” - 97º 55’ 24” BT, dengan ibukota Blangkejeren memiliki luas
wilayah 571,990.90 Ha atau 10% dari luas Provinsi Aceh secara keseluruhan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2002, Kabupaten Gayo Lues
berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Nagan Raya
dan Kabupaten Aceh Timur; sebelah Timur berbatasan dengan dengan Kabupaten
Aceh Tamiang dan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara; sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Aceh Barat Daya; dan
sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya. Letak geografis ini
telah menjadikan Kabupaten Gayo Lues sebagai kabupaten yang memiliki keterkaitan
sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan bahkan politik yang sangat erat dengan
Tabel 4.1
Nama dan Luas Kecamatan Kabupaten Gayo Lues
No Kecamatan Luas
Hektar %
1 Blangkejeren 21.374 3,74
2 Kuta Panjang 63.325 11,07
3 Terangun 69.084 12,08
4 Rikit Gaib 27.341 4,78
5 Pining 101.660 17,77
6 Blang Jerango 17.448 3,05
7 Blang Pegayon 46.003 8,04
8 Dabun Gelang 27.440 4,80
9 Putri Betung 139.000 24,30
10 Pantan Cuaca 17.623 3,08
11 Tripe jaya 41.660 7,28
Jumlah 571.958 100,00
Sumber: Gayo Lues Dalam Angka 2011
Penduduk Kabupaten Gayo Lues terdiri dari beberapa suku antara lain, suku
Gayo, Alas, Jawa, Minang, Batak dan suku lainnya dalam jumlah kecil. Jumlah
penduduk Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2010 sebanyak 79.560 jiwa. Jumlah
penduduk terbesar berada di Kecamatan Blangkejeren yang merupakan Ibukota
Kabupaten Gayo Lues sebanyak 24.434 jiwa atau 30,71%. Sedangkan jumlah
penduduk terkecil berada di Kecamatan Pantan Cuaca sebanyak 3.481 jiwa atau
Tabel 4.2
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Gayo Lues
Sumber: Gayo Lues Dalam Angka 2011
Pada tahun 2010 kepadatan penduduk tercatat sebesar 14.34 jiwa/Km2
persegi. Penduduk Kabupaten Gayo Lues tersebar pada 11 kecamatan dengan angka
kepadatan penduduk bervariasi. Kecamatan Blangkejeren mempunyai angka
kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Gayo Lues yaitu sebanyak 147
jiwa/Km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Pining
yaitu 2.5 jiwa/Km2. Kepadatan tersebut merupakan kepadatan kotor atau jumlah
penduduk dibagi luas wilayah. Kepadatan seharusnya adalah jumlah penduduk dibagi
dengan luas permukiman.
4.2 Karakteristik Responden
Dari 50 orang responden yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini.
Beberapa karakteristik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut: No Kecamatan
Penduduk Kepadatan
Penduduk (jiwa/km2) Laki-laki Perempuan Jumlah %
1 Blangkejeren 12.121 12.313 24.434 30.7 147.78
2 Kuta Panjang 3.634 3.696 7.330 9.2 28.79
3 Terangun 3.943 4.010 7.953 10.0 11.68
4 Rikit Gaib 1.825 1.945 3.770 4.7 14.02
5 Pining 2.164 2.156 4.320 5.4 2.50
6 Blang Jerango 3.121 3.258 6.379 8.0 16.91
7 Blang Pegayon 2.548 2.551 5.099 6.4 17.86
8 Dabun Gelang 2.609 2.668 5.277 6.6 16.09
9 Putri Betung 3.392 3.215 6.607 8.3 9.12
10 Pantan Cuaca 1.783 1.698 3.481 4.4 12.09
11 Tripe jaya 2.446 2.464 4.910 6.2 10.99
4.2.1 Jenis Kelamin
Tabel 4.3 berisi data responden berdasarkan jenis kelamin, sebagai berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)
1 Laki-Laki 38 76
2 Perempuan 12 24
Jumlah 50 100
Sumber: Diolah Dari Kuesioner
Berdasarkan data pada tabel tersebut , didapati jumlah responden laki-laki
lebih besar dibandingkan dengan responden perempuan yakni terdiri atas 38
responden berjenis kelamin laki-laki atau sebesar 76% dari keseluruhan responden
dan 12 responden berjenis kelamin perempuan atau sebesar 24% dari keseluruhan
responden. Hal ini menggambarkan bahwa pengusaha UMKM di Kabupaten Gayo
Lues didominasi oleh laki-laki, Namun ada beberapa pengusaha wanita yang
menjadikan suaminya untuk dijadikan responden karena beranggapan usaha yang
dimiliki adalah milik suami dan istri hanya bertugas untuk mengelolah usaha tersebut.
4.2.2 Umur
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No Umur (tahun) Jumlah Persentase(%)
1 30-39 11 22
2 40-49 26 52
3 50-59 10 20
4 >60 3 6
Jumlah 50 100
Sumber:Diolah Dari Kuesioner
Berdasarkan data pada tabel tersebut, didapati jumlah responden yang
berumur 40-49 tahun merupakan kelompok umur dengan jumlah terbanyak yaitu
sebanyak 26 responden yang terdiri dari 20 laki-laki dan 6 perempuan atau sebesar
52% dari jumlah keseluruhan responden, karena umur ini merupakan saat produktif
seseorang dalam menjalankan usaha dengan segala pengalaman yang sudah dilewati,
kemudian disusul dengan kelompok umur 30-39 tahun dengan jumlah 11 orang
terdiri dari 7 laki-laki dan 4 perempuan atau sebesar 22% dari jumlah keseluruhan
responden, berikutnya kelompok umur 50-59 tahun dengan jumlah 11 orang jumlah
ini berbeda 1 orang dengan kelompok sebelumnya namun jumlah laki-laki nya lebih
banyak yaitu sebanyak 9 orang dan jumlah perempuan 1 orang atau sebesar 20% dari
jumlah keseluruhan responden, dan jumlah yang paling sedikit adalah kelompok
umur >60 tahun yaitu sebanyak 3 orang yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perempuan
atau sebesar 6% dari total keseluruhan responden, hal ini menunjukkan bahwa
sudah tergolong dewasa, dan kelompok yang paling kecil adalah kelompok yang
sudah tua.
4.2.3 Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit
Dari penelitan yang telah dilakukan, sebanyak 50 responden menjawab
memperoleh kredit dari lembaga keuangan Bank, yaitu dengan presentase 100% tidak
ada satupun responden yang memperoleh kredit dari BPR, hal ini menggambarkan
lembaga keuangan bank memiliki peran yang sangat penting dalam menyalurkan
kredit kepada pengusaha UMKM di Kabupaten Gayo Lues dengan jumlah Bank yang
lebih banyak dari pada BPR, para pengusaha lebih memilih meminjam kredit dari
Bank, sedangkan BPR tidak memiliki peran yang signifikan dalam menyalurkan
kredit kepada pengusaha UMKM hal ini terjadi karena jumlah BPR yang sangat
sedikit yaitu hanya terdapat 1 BPR di Kabupaten Gayo Lues, Kemudian karena
kurangnya promosi ataupun program dari BPR tersebut.
4.2.4 Lama Usaha
Tabel 4.5 berisi data responden berdasarkan lama usaha, sebagai berikut
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha
No Lama Usaha Jumlah Persentase (%)
1 ≤ 5 Tahun 3 6
2 6-15 Tahun 31 62
3 16-25 Tahun 11 22
4 26-35 Tahun 5 10
Jumlah 50 100
Dari hasil tabulasi kuesioner diperoleh lama usaha yang dimiliki oleh pelaku
usaha UMKM di Kabupaten Gayo Lues tertinggi adalah 6-15 tahun sebanyak 31
responden dengan presentase 62% hal ini menggambarkan bahwa saat usaha berada
diusia ini tahapan yang harus dilakukan pelaku usaha adalah meningkatkan profit
dengan memperbesar margin keuntungan, dengan cara meminjam kredit dari lembaga
keuangan guna menambah produksi atau stok barang dan memperbesar lokasi usaha,
kemudian 16-25 tahun dengan jumlah 11 responden atau 22%, lama usaha 26-35
tahun sebanyak 5 responden dengan persentase 10%, dan yang paling sedikit yaitu ≤5
tahun dengan jumlah 3 responden atau 6% dari jumlah keseluruhan responden.
4.2.5 Pendapatan Setelah Menerima Kredit
Tabel 4.6 berisi data responden berdasarkan pendapatan setelah menerima
kredit, sebagai berikut:
Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Setelah Menerima Kredit
No Pendapatan Keterangan Jumlah persentase(%)
1 ≤ Rp500.000.000 Usaha Mikro 36 72
2 Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 Usaha Kecil 12 24
3 Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 Usaha Menengah 2 4
Jumlah 50 100
Sumber:Diolah Dari Kuesioner
Berdasarkan karakteristik yang terdapat ditabel maka dapat diketahui bahwa
mikro yaitu sebanyak 36 usaha atau sebesar 72% dari total keseluruhan responden,
kemudian usaha kecil sebanyak 12 usaha atau sebesar 24% dari total keseluruhan
responden, dan usaha menengah sebanyak 2 usaha atau sebesar 4% dari total
keseluruhan responden, hal ini menggambarkan bahwa pelaku usaha di Kabupaten
Gayo Lues sebagian besar merupakan usaha yang masih berada pada kategori usaha
mikro, peneliti sangat sulit untuk mencari responden yang sudah dikatakan usaha
menengah berdasarkan omset di Kabupaten ini, sehingga peneliti hanya mendapatkan
2 usaha yang dikatakan usaha menengah. Kategori usaha menurut jumlah pendapatan
dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1
Kategori Usaha Berdasarkan Pendapatan
4.2.6 Karakteritik Responden Berdasarkan Peningkatan Pendapatan
Tabel 4.7 berisi data responden berdasarkan peningkatan pendapatan, sebagai
Tabel 4.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Peningkatan Pendapatan
No Peningkatan (%) Jumlah Persentase (%)
1 ≤ 10 5 10
2 11-30 12 24
3 31-50 14 28
4 51-70 11 22
5 ≥ 71 8 16
Jumlah 50 100
Sumber:Diolah Dari Kuesioner
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa peningkatan pendapatan
yang diperoleh oleh pelaku usaha bervariasi, ini telihat dari tidak ada angka yang
dominan didalam peningkatan, peningkatan yang paling banyak adalah diantara
31%-50% dengan 14 responden, antara 11%-30% sebanyak 12 responden, antara
51%-70% sebanyak 11 responden, ≥ 71% sebanyak 8 responden, ≤ 10% sebanyak 5
responden, hal ini menggambarkan bahwa semua responden yang mendapatkan kredit
mangalami peningkatan pendapatan, walaupun peningkatannya kecil.
4.2.7 Karakteritik Responden Berdasarkan Jenis Usaha
Tabel 4.8
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha
No Jenis Usaha Unit Usaha Persentase (%)
1 Fashion 9 18
2 Kuliner 6 12
3 Grosir Sembako 6 12
4 Rumah Makan 3 6
5 Bengkel 2 4
6 Kilang Padi 5 10
7 Panglong 3 6
8 Grosir Sepatu 1 2
9 Peralatan Sekolah 1 2
10 Toko Jam 1 2
11 Toko Perabot 1 2
12 Toko Serba Ada 2 4
13 Toko Elektronik 1 2
14 Travel 1 2
15 Toko Peralatan Olahraga 1 2
16 Industri Meubel 2 4
17 Apotik 1 2
18 Toko Mas 1 2
19 Toko Kue 1 2
20 Sereh 1 2
21 Supermarket 1 2
Jumlah 50 100
Sumber:Diolah Dari Kuesioner
Berdasarkan kuesioner yang sudah diolah maka dapat dilihat karakteristik
responden berdasarkan jenis usaha pada tabel 4.8 diatas. Jenis usaha yang diteliti
sangat beragam dengan jumlah 21 jenis usaha, peniliti memilih jenis usaha ini secara
acak tidak ada unsur kesengajaan di dalam menentukan jenis usaha yang dijadikan
responden, berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dilihat jenis usaha yang bergerak
dibidang fashion adalah jenis usaha yang banyak diteliti dengan jumlah responden 9
usaha yang bergerak dibidang fashion ini memang meiliki jumlah yang banyak,
namun jumlahnya juga hampir sama dengan usaha yang bergerak di bidang kuliner,
tetapi pelaku usaha yang bergerak dibidang kuliner banyak yang membuka usahanya
ketika sore sampai malam, sehingga peneliti tidak banak mendapatkan responden dari
jenis usaha kuliner ini
4.2.8 Karakteritik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Tabel 4.9 berisi data responden berdasarkan jumlah tenaga kerja, sebagai berikut:
Tabel 4.9
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
No Tenaga Kerja Jumlah Persentase (%)
1 1-2 18 36
2 3-5 23 46
3 6-10 7 14
4 11-19 0 0
5 ≥20 2 4
Jumlah 50 100
Sumber:Diolah Dari Kuesioner
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat responden yang dengan jumlah
tenaga kerja 3-5 orang adalah yang tertinggi dengan jumlah 23 responden atau
sebesar 46%, kemudian jumlah tenaga kerja 1-2 orang dengan jumlah 18 responden
atau sebesar 36%, jumlah tenaga kerja 6-10 orang dengan jumlah 7 responden atau
sebesar 14 persen, dan ≥20 sebanyak 2 responden atau sebesar 4%, namun tidak
4.3 Analisis Crosstab
Analisis crosstab digunakan untuk melihat tabulasi silang serta signifikansi
dari hubungan beberapa variabel dalam penelitian.
4.3.1 Lama Usaha dan Pendapatan Sesudah Menerima Kredit
Tabel 4.10 dibawah ini merupakan tabulasi silang antara lama usaha dan
pendapatan sesudah menerima kredit berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah
seperti berikut ini:
Tabel 4.10
Crosstab Lama Usaha dan Pendapatan Sesudah Menerima Kredit
Sumber:Diolah Dari Kuesioner
Tabel 4.10 diatas menjelaskan hubungan antara lama usaha dan pendapatan
yang diperoleh pelaku usaha sesudah menerima kredit, dapat dilihat mayoritas
responden yang memiliki usaha ≤5 tahun sebanyak 3 responden dan semuanya
memiliki pendapatan ≤ Rp500.000.000 atau masih dikategorikan usaha mikro,
responsen yang memulai usaha sejak 6-15 tahun adalah responden yang paling Lama
Usaha
Pendapatan Sesudah Menerima Kredit
Jumlah
≤ Rp500.000.000 Rp500.000.001-
Rp2.500.000.000
Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 ≤ 5
Tahun 3 0 0 3
6-15
Tahun 24 6 1 31
16-25
Tahun 7 3 1 11
26-35
Tahun 2 3 0 5
banyak memperoleh pendapatan ≤ Rp500.000.000 yaitu sebanyak 24 responden.,
memperoleh pendapatan Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 sebanyak 6 responden
dikategorikan kedalam usaha kecil, memperoleh pendapatan
Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 dikategorikan usaha menengah sebanyak 1 responden, usaha yang
dimulai sejak 16-25 tahun sebanyak 7 responden memperoleh pendapatan ≤
Rp500.000.000, memiliki pendapatan Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 sebanyak 3
responden, dan usaha yang memperoleh Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000
dikategorikan menengah sebanyak 1 responden, sedangkan responden yang sudah
lama memulai usahanya yaitu 26-30 tahun dan memiliki pendapatan ≤
Rp500.000.000 atau dikategorikan usaha mikro sebanyak 2 responden, dan yang
memiliki pendapatan Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 dikategorikan usaha kecil
sebanyak 3 responden lebih banyak dari pada usaha mikro, sedangkan yang
dikategorikan usaha menengah tidak ada.
4.3.2 Jenis Usaha dan Pendapatan Sesudah Menerima Kredit
Tabel 4.11 dibawah merupakan tabulasi silang antara jenis usaha dan
pendapatan sesudah menerima kredit berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah
Tabel 4.11
Crosstab Jenis Usaha dan Pendapatan Sesudah Menerima Kredit
Jenis Usaha
Pendapatan Sesudah Menerima Kredit
Jumlah ≤ Rp500.000.000 Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000
Fashion 6 3 0 9
Kuliner 5 1 0 6
Grosir Sembako 5 1 0 6
Rumah Makan 2 1 0 3
Bengkel 1 1 0 2
Kilang Padi 5 0 0 5
Panglong 1 2 0 3
Grosir Sepatu 1 0 0 1
Peralatan Sekolah 0 1 0 1
Toko Jam 1 0 0 1
Toko Perabot 1 0 0 1
Toko Serba Ada 2 0 0 2
Toko Elektronik 1 0 0 1
Travel 0 1 0 1
Toko P. Olahraga 1 0 0 1
Industri Meubel 2 0 0 2
Apotik 1 0 0 1
Toko Mas 1 0 0 1
Toko Kue 0 1 0 1
Sereh 0 0 1 1
Supermarket 0 0 1 1
Jumlah 36 12 2 50
Sumber:Diolah Dari Kuesioner
Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat dilihat jenis usaha yang tergolong
kedalam usaha menengah sebanyak 2 responden yaitu usaha sereh wangi dan
supermarket, usaha ini termasuk usaha yang besar dan hanya sedikit pelaku usaha
yang menjalankan jenis usaha ini karena membutuhkan modal yang besar, usaha yang
dikegorikan kedalam usaha kecil sebanyak 12 responden dan yang paling banyak
responden, dan jenis usaha yang dikategorikan kedalam usaha mikro sebanyak 36
responden, jenis usaha fashion merupakan usaha yang paling banyak dengan 6
responden, fakta dilapangan yang didapat peneliti jenis usaha ini memang paling
banyak dan paling mudah ditemukan di lokasi penelitian.
4.3.3 Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Jumlah Tenaga Kerja
Tabel 4.12 dibawah merupakan tabulasi silang antara pendapatan sesudah
menerima kredit dan jenis usaha berdasarkan hasil kuesioner yang telah diolah seperti
berikut ini:
Tabel 4.12
Crosstab Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Jumlah Tenaga Kerja
Pendapatan
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah 1-2 3-5 6-10 11-19 ≥20
≤ Rp500.000.000 14 20 2 0 0 36
Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 4 3 5 0 0 12
Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 0 0 0 0 2 2
Jumlah 18 23 7 0 2 50
Sumber:Diolah Dari Kuesioner
Tabel 4.12 diatas menjelaskan hubungan antara pendapatan sesudah menerima
kredit dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki pelaku usaha, dapat dilihat semakin
tinggi pendapatan yang diperoleh pelaku usaha maka jumlah tenaga kerja akan
semakin banyak, begitu juga sebaliknya apabila pendapatan semakin rendah maka
tinggi pendapatan yang diperoleh oleh suatu pelaku usaha maka akan semakin banyak
jumlah tenaga kerja yang digunakan.
4.3.4 Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit dan Alasan Meminjam Kredit
Tabel 4.13 dibawah merupakan tabulasi silang antara Lembaga Keuangan
Yang Memberikan Kredit dan Alasan Meminjam Kredit berdasarkan hasil kuesioner
yang telah diolah seperti berikut ini:
Tabel 4.13
Crosstab Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit dan Alasan Meminjam Kredit
Lembaga Keuangan
Alasan Meminjam Kredit
Jumlah Diajak Teman/
Saudara
Bunga Yang Rendah
Tidak Ada Pilihan Lain
Bank 5 23 22 50
Persentase 10% 46% 44% 100%
Sumber:Diolah Dari Kuesioner
Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat dilihat bahwa seluruh responden
mendapatkan pinjaman kredit dari lembaga keuangan Bank, namun alasan yang
dimiliki responden berbeda-beda, dapat dilihat sebanyak 23 responden atau sebesar
46% dari total keseluruhan menjawab karena bunga yang diberikan oleh bank
rendah, alasan yang berikutnya yaitu karena tidak ada pilihan lain sebanyak 22
responden atau sebesar 44% dari total keseluruhan, alasan ini banyak digunakan
responden karena jumlah Bank yang lebih banyak dari pada jumlah BPR, kemudian
karena kurangnya informasi yang diterima oleh responden terhadap produk-produk
meminjam kredit di Bank, alasan yang paling sedikit digunakan oleh para responden
yaitu diajak teman atau saudara sebanyak 5 responden atau sebesar 10% dari total
keseluruhan.
4.3.5 Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit dan Peran Kredit Yang Diberikan
Tabel 4.14 dibawah merupakan tabulasi silang antara Lembaga Keuangan
Yang Memberikan Kredit dan Peran Kredit Yang Diberikan berdasarkan hasil
kuesioner yang telah diolah seperti berikut ini:
Tabel 4.14
Crosstab Lembaga Keuangan Yang Memberikan Kredit dan Peran Kredit Yang Diberikan
Sumber:Diolah Dari Kuesioner
Berdasarka tabel 4.14 diatas dapat dijelaskan bahwa peran kredit yang
diberikan oleh lembaga keuangan bank sebanyak 34 responden menjawab membantu
dengan persentase 68% dari total keseluruhan responden, menjawab sangat
membantu sebanyak 15 responden dengan persentase 30%, dan yang menjawab
cukup membantu hanya 1 responden dengan persentase 2%, dari tabel 4.14 dapat
dijelaskan bahwa peran kredit yang diberikan oleh bank memberikan peran penting
dalam meningkatkan pendapatan dan mengembangkan usaha di Kabupaten Gayo
Lues.
Lembaga Keuangan
Peran Kredit yang Diberikan
Jumlah Sangat Membantu Membantu Cukup Membantu
Bank 15 34 1 50
4.3.6 Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Kegunaan Pinjaman
Tabel 4.15 dibawah merupakan tabulasi silang antara pendapatan sesudah
menerima kredit dan kegunaan pinjaman berdasarkan hasil kuesioner yang telah
diolah seperti berikut ini:
Tabel 4.15
Crosstab Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Kegunaan Pinjaman
Sumber:Diolah Dari Kuesioner
Berdasarkan Tabel 4.15 diatas dapat dijelaskan bahwa hampir keseluruhan
responden yang merupakan pelaku usaha di Kabupaten Gayo Lues menggunakan
pinjaman kredit dari Bank untuk menambah Produksi yaitu sebanyak 44 responden,
sebanyak 33 responden dikategorikan usaha mikro, 10 responden dikategorikan usaha
kecil, dan 1 responden dikategorikan menengah, jawaban dari responden tentang
menambah produksi ini berbeda beda, seperti untuk menambah stok barang ada juga
yang menjawab untuk memperluas lokasi usaha dan ada yang menjawab untuk Pendapatan
Kegunaan Pinjaman
Jumlah Menambah
Tenaga Kerja
Menambah
Produksi
Mempertahankan
Usaha
≤ Rp500.000.000 2 33 1 36
Rp500.000.001-
Rp2.500.000.000 2 10 0 12
Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 1 1 0 2
membeli atau menambah peralatan baru, namun semua itu memiliki satu tujuan yaitu
untuk meningkatkan jumlah produksi usaha. responden yang menggunakan pinjaman
untuk menambah jumlah tenaga kerja hanya 5 responden hal ini menggambarkan
bahwa usaha di Kabupaten Gayo Lues kurang menyerap angkatan kerja yang ada, dan
1 responden menggunakan pinjamannya untuk mempertahankan usaha yang
dijalankan, ketika di wawancarai responden ini menyatakan bahwa usahanya jauh
dari pusat kota dan keramaian sehingga responden ini meminjam kredit untuk
menyewa lokasi usaha yang berada di pusat kota dan dekat dengan pasar.
4.3.7 Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Faktor Pendorong Meminjam Kredit
Tabel 4.16 dibawah merupakan tabulasi silang antara pendapatan sesudah
menerima kredit dan Faktor Pendorong Meminjam Kredit berdasarkan hasil
Tabel 4.16
Crosstab Pendapatan Sesudah Menerima Kredit dan Faktor Pendorong Meminjam Kredit
Sumber:Diolah Dari Kuesioner
Pada Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang diteliti banyak 21
responden yang dikategorikan usaha mikro menjawab faktor pendorong mereka
meminjam kredit yaitu karena membutuhkan modal usaha, dan sebanyak 15
responden menjawab untuk memperluas usaha, usaha yang dikategorikan kecil
sebanyak 7 responden menjawab karena membutuhkan modal usaha dan sebanyak 5
responden menjawab untuk memperluas usaha, sedangkan usaha yang dikategorikan
usaha menengah tidak ada yang menjawab karena membutuhkan modal usaha dan
sebanyak 2 usaha menjawab untuk memperluas usaha, hal ini menggambarkan bahwa
sebagian besar pelaku usaha membutuhkan modal untuk menambah stok barang,
sedangkan memperluas usaha adalah untuk memperluas lokasi usaha yang ada. Pendapatan
Faktor Pendorong Meminjam Kredit
Jumlah Membutuhkan
Modal
Memperluas
Usaha
≤ Rp500.000.000 21 15 36
Rp500.000.001- Rp2.500.000.000 7 5 12
Rp2.500.000.001-Rp50.000.000.000 0 2 2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya analisis dan pembahasan serta pengolahan data terhadap
variabel – variabel penelitian diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan bagi
penelitian ini, yaitu :
1. Lembaga keuangan yang paling berperan dalam menyalurkan kredit di
Kabupaten Gayo Lues adalah Bank, dari 50 responden yang diteliti mayoritas
pelaku usaha mandapatkan kredit dari Bank, dan intensitas kredit yang diberikan
bank sangat sering terhadap pelaku usaha, dari wawancara yang dilakukan
sebanyak 3 responden pernah meminjam 1 kali, 24 responden menjawab 2 kali,
16 responden menjawab 3 kali, 4 responden pernah meminjam sebanyak 4 kali
dan 3 responden menjawab ≥5 kali peran lembaga keuangan membantu pelaku
usaha UMKM untuk mengembangkan dan memperluas usaha serta
meningkatkan pendapatan usaha, namun peran lembaga keuangan dalam
melakukan pelatihan kewirausahaan sangat jarang dilakukan.
2. Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap pendapatan pelaku usaha UMKM
di Kabupaten Gayo Lues, dari 50 responden yang diteliti peningkatan yang
paling banyak yaitu diantara 31%-50% dengan 14 responden, kemudian antara
11%-30% sebanyak 12 responden, antara 51%-70% sebanyak 11 responden, ≥
menggambarkan bahwa semua responden yang mendapatkan kredit mangalami
peningkatan pendapatan, walaupun peningkatannya kecil, peningkatan bukan
hanya terdapat pada peningkatan namun juga terhadap pertambahan asset dan
peralatan produksi yang dimilki pelaku usaha.
3. Faktor utama yang mendorong pelaku usaha UMKM di Kabupaten Gayo Lues
meminjam kredit dari lembaga keuangan karena membutuhkan modal usaha
untuk menambah modal guna memperbanyak stok barang dan membeli peralatan
baru untuk meningkatkan jumlah produksi, kemudian faktor berikutnya yaitu
untuk memperluas usaha dan memindahkan lokasi usaha ketempat yang lebih
ramai.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang peran lembaga keuangan
dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Gayo Lues, maka penulis mengajukan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Perlunya peran pemerintah baik daerah maupun pusat untuk membantu promosi
jasa kredit untuk usaha UMKM agar dapat memuluskan jalannya ekonomi
rakyat, serta membuat kebijakan – kebijakan tentang perkreditan yang pro
terhadap pengusaha UMKM. Sehingga akan memajukan perekonomian
Kabupaten Gayo Lues secara khusus dan perekonomian Indonesia secara
umum.
2. Bagi lembaga keuangan, baik itu Bank maupun Bank Perkredititan Rakyat
sehingga akan meningkatkan kenyamanan serta pemahaman nasabah terkait
dengan pemberian kredit usaha.
3. Bagi seluruh masyarakat khususnya bagi pelaku usaha UMKM agar dapat
memilih lembaga keuangan yang memberikan kredit untuk meningkatkan atau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank
Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank
juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkannya. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar
uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan
setoran sperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran
lainnya. (Kasmir, 2014)
Adapun beberapa pengertian bank adalah:
1. Menurut Prof. G.M Verryn Stuart dalam bukunya bank politik, "bank adalah
suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan
alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari
orang lain, mana pun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar dan
tempat uang giral".
2. Menurut A. Abdurahman (2001) dalam ensiklopedia ekonomi keuangan dan
perdagangan, "bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan
berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang,
pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan
benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan
3. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah
badan hukum yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dilihat dari segi fungsinya, berbagai macam defenisi tentang bank dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
1. Bank dilihat dari segi penerimaan kredit. Dalam pengertian ini bank menerima
uang dan dana-dana lainnya dari masyarakat serta mencerminkan bahwa bank
melaksanakan operasi perkreditannya secara pasif dengan menghimpun dana
pihak ketiga.
2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit. Bank melaksanakan operasi secara aktif,
jadi fungsi bank terutama dilihat sebagai pemberi kredit tanpa
mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan
yang diterimanya atau bersumber pada penciaan kredit yang dilakukan oleh
bank itu sendiri.
3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat yang berasal dari modal
sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat maupun melalui pencairan uang.
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan
dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis
perbankan terdiri dari:
1. Bank Umum
2.2 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.2.1 Pengertian UMKM
sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, Menengah (UMKM) terdiri atas:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Kriteria UMKM menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 dilihat dari
1. Usaha Mikro yaitu usaha yang memiliki asset maksimal Rp 50 juta dan
memiliki omset maksimal Rp 500 juta/tahun.
2. Usaha Kecil yaitu usaha yang memiliki asset diatas Rp 50 juta sampai Rp 500
juta dan memiliki omset diatas Rp 500 juta/tahun sampai Rp 2,5 milyar/tahun.
3. Usaha Menengah yaitu usaha yang memiliki asset diatas Rp 500 juta sampai
Rp 10 milyar dan memiliki omset diatas Rp 2,5 milyar/tahun sampai Rp 50
milyar/tahun.
Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) mendefenisikan skala industri
berdasarkan jumlah tenaga kerja. Defenisi BPS termaksud adalah sebagai berikut:
1. Industri Kerajinan Rumah Tangga (IRT) adalah industri dengan jumlah tenaga
kerja sebanyak 1-4 orang.
2. Industri Kecil (IK) adalah industri dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5-19
orang.
3. Industri Sedang/Menengah (IM) adalah industri dengan jumlah tenaga kerja
sebanyak 20-99 orang.
4. Industri Besar (IB) adlah industri dengan jumlah tenaga kerja sebanyak >100
orang.
2.2.2 Permasalahan UMKM
Masalah yang masih dihadapi oleh UMKM adalah rendahnya produktivitas
(Sri Susilo, 2005; anonim, 2004). Hal tersebut berkaitan dengan: (1) rendahnya
kualitas sumberdaya manusia usaha skala mikro, dan (2) rendahnya kompetensi
faktor-faktor yang masih menjadi kendala dalam peningkatan daya saing dan kinerja
UMKM. Faktor-faktor termaksud adalah: (1) terbatasnya terhadap akses permodalan,
(2) terbatasnya terhadap akses ke pasar, dan (3) terbatas akses informasi mengenai
sumber daya dan teknologi.
Selanjutnya masalah yang dihadapi oleh UMKM di Indonesia pada dasarnya
dapat dikategorikan menjadi masalah internal dan masalah eksternal (Setyari, 2005;
Hafsah, 2004). Masalah yang terkait dengan faktor internal adalah: (1) terbatasnya
permodalan, (2) sumber daya manusia yang terbatas, dan (3) lemahnya jaringan usaha
dan kemampuan penetrasi pasar. Selanjutnya masalah yang terkait dengan faktor
eksternal adalah: (1) iklim usaha belum sepenuhnya kondusif, (2) terbatasnya sarana
dan prasarana usaha, (3) impikasi otonomi daerah, (4) sifat produk dengan life time
pendek, (5) terbatasnya akses pasar, dan (6) implikasi perdagangan bebas.
2.3 Kredit
2.3.1 Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan
(truth atau faith). Oleh karena itu, dasar dari kredit adalah kepercayaan. menurut
Raymond P. Kent (1972) dalam bukunya Money and Banking mengatakan bahwa:
kredit adalah hak untuk menerima pembayaran kewajiban untuk melakukan
pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena
penyerahan barang-barang sekarang.
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 kredit adalah
persetujuan atau kesepakatan anatara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
2.3.2 Jenis-Jenis Kredit
Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan oleh lembaga keuangan
meliputi:
1. Kredit Investasi
Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan
investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka
waktu yang relatif panjang yaitu diatas 1 (satu) tahun. contoh: kredit untuk
membangun pabrik atau membeli peralatan pabrik seperti mesin-mesin.
2. Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis
ini berjangka waktu pendek yaitu tidak lebih dari 1 (satu) tahun. contoh: untuk
membeli bahan baku dan membayar gaji karyawan dan modal kerja lainnya.
3. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka
memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya.
contoh: untuk membeli barang dagangan yang diberikan kepada para supplier
4. Kredit Produktif
Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal kerja atau perdagangan.
dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga
pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.
5. Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi misalnya
keperluan konsumsi, baik pangan, sandang, maupun papan. contoh: kredit
perumahan, kredit kendaraan bermotor yang kesemuanya untuk dipakai
sendiri
6. Kredit Profesi
Merupakan Kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti
dosen, dokter atau pengacara.
2.3.3 Kredit Usaha Rakyat (KUR)
KUR adalah kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan kepada
UMKM yang feasible tapi belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut
memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan.
UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak
di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian,
kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan
langsung, maksudnya UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di
mendekatkan pelayanan kepada usha mikro, maka penyaluran KUR dapat juga
dilakukan secara tidak langsung, maksudnya usaha mikro dapat mengakses KUR
melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan
linkage program lainnya yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana.
(www.komite-kur.com)
2.3.4 Unsur-Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit
adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa
uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu
dimasa datang.
2. Kesepakatan
Kesepakatan ini meliputi kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si
penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana
masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka
waktutersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka
4. Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko
tidak tertagihnya/ macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit
semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi
tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun
oleh resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau
bangkrutnya usaha nasabah tanpa unsur kesengajaan lainnya.
5. Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang
kita kenal dangan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya
administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank
yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
2.3.5 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap
sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar
penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank
untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan
analisis 5C dan 7P. analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Character
Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan
kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si
pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga,
hoby dan sosial standingnya. Ini semua merupakan ukuran “kemauan”
membayar.
2. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang
dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan
kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah.
Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini.
Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit
yang disalurkan.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan
keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran
seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.
Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.
Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah,
maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan poltik
sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta
prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha
yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga
kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
Sedangkan dengan analisis penilai 7P kredit adalah sebagai berikut:
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
seharihari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi,
tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi sesuatu masalah.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongangolongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan
mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk
jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat
bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi,
konsumtif dan produktif.
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan
atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal
inipenting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa
mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin
banyak sumber penghasilan debitur, maka akan semakin baik. Sehingga jika
salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari nasabah.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kedit yang akan diperolehnya.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan
perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau
jaminan asuransi kredit dengan jaminan: kredit yang diberikan dengan suatu
jaminan. jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau bukan
berwujud atau jaminan orang.
Di samping menggunakan 5C dan 7P, maka penilaian suatu kredit layak atau
tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada.
Penilaian dengan model ini bisanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai
besar dan berjangka waktu panjang. Aspek-aspek yang dinilai antara lain:
1. Aspek yuridis/hukum
Yang kita nilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta
izini-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai
dengan akte pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa-siapa saja
pemiliknya dan besarnya modal masing-masing pemilik.
2. Aspek pemasaran
Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang
dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya bagaimana.
3. Aspek keuangan
Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk
membiayai usahanya dan bagaimana penggunaa dana tersebut. Di samping
itu, hendaknya dibuat cash flow dari keungan perusahaan.
4. Aspek teknis/operasi
Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti
kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, lay out ruangan, dan
mesin-mesin termasuk jenis mesin-mesin yang digunakan.
5. Aspek manajemen
Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang
perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan
lainnya.
6. Aspek sosial ekonomi
Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum
seperti meningkatkan ekspor barang.
7. Aspek amdal
Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air atau udara jika
proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam
apakah apabila kredit tersebut disalurkan, maka proyek yang dibiayai akan
mengalami pencemaran lingkungan di sekitarnya.
2.4 Penelitian Terdahulu
Sebagai pelajaran dan acuan perbandingan untuk landasan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menggunakan beberapa penelitian
terdahulu yang memiliki kemiripan dengan judul yang diambil peneliti. Penelitian
tersebut diantaranya :
1. Sebuah skripsi yang berjudul "Analisis Peranan Kredit Perbankan Dalam
Pengembangan UMK (Usaha Mikro dan Kecil) di Kecamatan Medan
Helvetia" oleh Reza Kurnia Sekedeng (2011). Biaya yang menjadi faktor yang
paling mempengaruhi keputusan pedagang dalam mengambil kredit dari
perbankan adalah faktor Upah Tenaga Kerja pada urutan pertama, faktor
Sementara faktor suku bunga yang biasanya dianggap sangat berpengaruh
dalam keputusan mengambil kredit ternyata hanya mendapat penilaian
berpengaruh sebesar 40%. Hal ini mungkin disebabkan karena nasabah jauh
lebih mementingkan kepentingan mendapatkan modal dalam rangka
mengembangkan usahanya dibanding suku bunga yang ditawarkan, karena
secara umum juga tingkat suku bunga kredit mikro perbankan berada pada
kisaran yang sama, yakni rata-rata 17% sampai 20%.
2. Sebuah skripsi yang berjudul "Peranan Kredit Usaha Rakyat Terhadap
Pengembangan UMK di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat (Studi Kasus
: Bank BRI Unit Kecamatan Gebang)" oleh Ari Syofwan (2013). Dari hasil
perhitungan koefisien regresi modal sendiri (X1) adalah besarnya pengaruh
variabel bebas X1 (modal sendiri) terhadap perubahan tingkat pendapatan
pengusaha Usaha Mikro dan Kecil, pengaruh ini bernilai positif atau dapat
dikatakan semakin tinggi modal sendiri maka akan semakin tinggi pula tingkat
pendapatan yang akan didapatkan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK),
dimana setiap kenaikan modal sendiri (X1) pendapatan pengusaha Usaha
Mikro dan Kecil di Kecamatan Gebang juga akan meningkat.
3. Sebuah skripsi yang berjudul "Analisis Permintaan Kredit Pada Usaha Mikro
Dan Kecil Di Kecamatan Medan Johor" Taupan Ahcmad Felna (2012). Dari
persamaan regresi X1 dan X2 dan X3 terhadap Y maka dapat diketahui bahwa
pendapatan usaha mikro dan kecil (Y) tidak ditentukan dari modal sendiri
beberapa faktor lain yang juga dapat mempengaruhi seperti lokasi usaha,
cuaca, dan lain-lain. Walaupun pada halaman lain dapat diketahui bahwa
dengan pemanfaatan kredit 100% untuk usaha maka usaha mikro dan kecil
tersebut sangat meningkat terhadap perubahan pendapatan.
2.5 Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual penulis sebagai landasan berpikir dalam
membuat skripsi ini ialah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Usaha Menengah
Tenaga Kerja Produksi Usaha Baru Usaha Mikro
Kredit
Usaha Kecil Lembaga Keuangan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perekonomian dunia diramalkan tidak akan tumbuh terlalu baik hingga tahun
depan. Chief Economist Moody’s Analystics Mark Zandi yakin kini ekonomi dunia
tengah menghadapi dua ancaman besar. Dua ancaman yang bisa mengguncang
stabilitas ekonomi global yang dimaksud Zandi adalah kenaikkan suku bunga bank
sentral AS (The Fed) dan perlambatan ekonomi China. Guncangan di sektor industri
China diprediksi dapat mengganggu perekonomian yang mulai stabil belakangan ini.
Sementara itu, AS sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia mengalami
kontraksi dalam tiga bulan terakhir tahun ini. Perlambatan ekonomi yang terjadi di
AS disebabkan, hujan salju yang cukup besar sebelumnya.
Meski begitu, sebagian besar ekonom memprediksi ekonomi AS akan segera
membaik. Indeks manajer pembelian AS pekan ini juga bergerak positif menunjukkan
perbaikan di ekonomi AS. Para ekonom yakin, AS berhasil menyerap 225 ribu tenaga
kerja kategori non-farm sepanjang mei yang membuat The Fed dapat menaikkan suku
bunganya akhir tahun ini. (Liputan6.com, 1 Juni 2015)
Sementara itu ekonomi dunia membutuhkan dorongan pertumbuhan yang
lebih segar, sebagai tanda bahwa pemulihan tengah melemah. Jika tidak, risiko
kecelakaan keuangan baru semakin besar. Situasi ini terlihat dari langkah Bank
Rakyat China (PboC) yang menurunkan tingkat suku bunga menjadi 4,35% usai rilis
Pengamat ekonomi memandang, angka resmi China tidak sebanding dengan kertas
yang mereka tulis. Fakta bahwa suku bunga dipotong empat hari setelah data
pertumbuhan dirilis menggaris bawahi situasi sebenarnya. (sindonews.com, 25
oktober 2015).
Sedangkan di Indonesia Bank Indonesia (BI) menilai penundaan kenaikan
suku bunga oleh Bank Sentral AS (The Fed) merupakan gambaran kondisi ekonomi
dunia sedang tidak baik dari yang diperkirakan atau cenderung lebih buruk dari
pertumbuhan ekonomi dunia tahun lalu. Meski demikian, secara umum Indonesia
masih memiliki fundamental baik. Dimana inflasi terus terkendali di akhir tahun 2015
akan menuju target 4% sampai 1%. (sindonews.com, 18 september 215 ).
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia, yaitu setelah China, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia
yang besar tersebut, tidak diimbangi dengan jumlah wirausahawan. Jumlah penduduk
Indonesia mencapai 238 juta jiwa, sedangkan jumlah wirausahawan hanya mencapai
0,24% saja dari jumlah penduduk tersebut. Jika kita bandingkan dengan jumlah
wirausahawan Amerika Serikat mencapai 11% dari jumlah penduduknya. Jumlah
wirausahawan di Singapura mencapai 7%, dan Malaysia mencapai 5%, maka dapat
dipastikan bahwa untuk memperkuat perekonomian bermunculannya para
wirausahawan muda. (Kompas, 21 September 2011)
Pemerintah Indonesia terus memberikan perhatian serius terhadap eksistensi
UMKM. Perhatian ini diberikan dalam bermacam bentuk fasilitas seperti
pendidikan dan pelatihan, informasi pemasaran dan sebagainya. Bahkan lebih jauh
dari itu, pemerintah sangat fokus membantu dan memfasilitasi pengusaha UMKM
dari aspek permodalan dan pembiayaan. Misalnya, Kementrian Koperasi dan UMKM
pada 23 Februari 2015 menyatakan menurunkan suku bunga Lembaga Pembiayaan
Dana Bergulir Kredit Usaha Kecil Menengah (LPDB KUKM) dan berlaku mulai
Maret 2015. Penurunan ini salah satunya bertujuan untuk mencapai target penyaluran
dana pembiayaan bagi pengusaha UMKM sebesar Rp 2,65 triliun (Bisnis.com 13
Maret 2015). Kebijakan pemerintah ini akan membantu seluruh pengusaha UMKM di
Indonesia termasuk pengusaha-pengusana UMKM di Nanggroe Aceh Darussalam.
Kebijakan pengembangan UMKM secara nasional harus sejalan dengan
adanya keselarasan kebijakan pengembangan UMKM diberbagai daerah sehingga
memberikan kontribusi positif yang paling maksimal. Tugas ini merupakan tanggung
jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan semua pihak yang
terkait. Semua pihak harus bekerja sama dan saling membantu sehingga sasaran dan
tujuan pengembangan UMKM yakni meningkatkan kesejahteraan ekonomi agar
tercapai dengan efektif. Dalam hal pembiayaan misalnya, kerjasama dan kemitraan
antara bank dan lembaga keuangan lainnya dengan para pengusaha UMKM harus
terbina dan berjalan dinamis, sinergis, saling menguntungkan dan lain-lain sebagai
mana maksud penetapan PP No. 44 tahun 1997 tentang Kemitraan.
Berdasarkan data yang dirilis oleh DEPKOP, di indonesia UMKM memegang
peranan yang cukup signifikan dalam perekonomian, pada tahun 2013 UMKM di
sejumlah badan usaha di Indonesia dan mampu menyerap sebanyak 114.144.082
orang tenaga kerja atau sebesar 96,99% (depkop.go.id). Dari sisi jumlah unit usaha
dan tenaga kerja yang mampu diserap maka UMKM jauh lebih besar dari usaha
besar. Di sisi lain, dalam hal penciptaan nilai tambah bagi PDB maka usaha besar
lebih besar dari UMKM.
Di lain hal data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) triwulan pertama
2015 tentang pertumbuhan ekonomi Aceh yang hanya sebesar 1,65%, pertumbuhan
Aceh dengan migas menurun -2.83%, sedangkan dengan migas turun -0,52%
dibandingkan triwulan keempat 2014. Pertumbuhan ekonomi Aceh merupakan yang
terendah di seluruh provinsi di Indonesia menyusul Kalimantan Timur di urutan
kedua. Pertumbuhan ekonomi tertinggi diraih Sulawesi Barat dengan tingkat
pertumbuhan 8,73%. Secara nasional pertumbuhan ekonomi juga mengalami
penurunan yaitu hanya sebesar 4,7% atau menurun dibandingkan periode sebelumnya
pada 2014 yaitu mencapai 5,14%. Pertumbuhan yang rendah bahkan terendah di
seluruh provinsi di Indonesia bagi sekalangan orang mungkin hal biasa terjadi di
Aceh, walau sebenarnya tidak pantas terjadi di tengah kekayaan sumber daya alam
dan tambahan dana otsus yang cukup besar. Menurunnya pertumbuhan ekonomi
Aceh merupakan gambaran lemahnya kinerja pemerintahan.
Pengalaman pahit ini hendaknya menjadi pelajaran bagi pemerintah Aceh ke
depan. Jika kinerja yang buruk tidak menjadi pengambil kebijakan merasa malu,
maka lihatlah masyarakat Aceh yang akan menanggung penderitaan akibat rendahnya
Aceh tersebut bagi masyarakat, tingkat pengangguran meningkat 0,98%
dibandingkan periode yang sama 2014, yaitu mencapai 7,73%. Jika tidak terlalu
tersentuh oleh catatan angka-angka, maka dapatlah kita bayangkan, sekitar 175 ribu
orang penduduk Aceh yang menganggur dan menjadi tanggungan bagi keluarganya.
Kemungkinan jumlah pengangguran akan terus meningkat akibat menurunnya
aktivitas ekonomi, penyediaan lapangan kerja yang lambannya stimulus dari
pemerintah. Kondisi ini diperkirakan akan berdampak pada angka kemiskinan yang
diprediksikan akan mengalami peningkatan pada 2015 ini.
Memasuki triwulan kedua 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih
belum meningkat signifikan. Walaupun diperkirakan meningkat positif, namun
peningkatannya relatif kecil. Hal yang mungkin mendorong pertumbuhan ekonomi
adalah tetap pada konsumsi rumah tangga yang terlihat meningkat dalam minggu
terakhir, terutama disebabkan oleh pencairan rapel gaji/honor PNS. Penyerapan
Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) belum terlalu bisa diharapkan karena
diprediksikan hingga bulan Juni 2015 penyerapan tersebut masih jauh di bawah target
50%. Pertumbuhan ekonomi Aceh akan meningkat pada triwulan ketiga dan keempat
2015. Hal ini terutama didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat
menjelang puasa dan perayaan lebaran, serta didorong oleh mulai efektifnya
penyerapan APBA hingga akhir tahun. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Aceh
sepanjang 2015 tidak terlalu meningkat signifikan, bahkan terjadi kecenderungan
Hal ini disebabkan oleh semakin menurunnya kontribusi migas, menurunnya
kinerja ekspor di Aceh akibat pasar global yang lesu, dan menurunnya kontribusi
ekspor non migas yang disebabkan masih rendahnya produktivitas disektor ini,
diperburuk dengan menurunnya rata-rata harga komoditas global. Kontribusi
konsumsi rumah tangga dan pemerintah diperkirakan meningkat positif, namun tidak
cukup untuk mendorong laju peningkatan pertumbuhan ekonomi.
(aceh.tribunnews.com 26 Mei 2015)
Kabupaten Gayo Lues merupakan bagian dari Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dengan ibukota Blangkejeren, Kabupaten ini terdiri dari 11 Kecamatan,
di Kabupaten ini terdapat 790 unit usaha yang terdaftar di BPS, sedangkan jumlah
lembaga keuangan yang terdapat di Kabupaten Gayo Lues yaitu sebanyak 7 unit,
yang terdiri dari 4 Bank BRI, 2 Bank BPD Aceh dan 1 Bank Perkreditan Rakyat
(BPR), jumlah ini sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah UMKM yang ada.
(Gayo Lues dalam angka, 2014).
Kondisi makro ekonomi Kabupaten Gayo Lues menunjukan bahwa sektor
pertanian mempunyai kontribusi terbesar dalam perekonomian kabupaten yaitu di
atas 60%, meskipun empat tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang
menurun. Sedangkan sektor lain mempunyai kontribusi di bawah 10%. Dengan
demikian kebijakan pengembangan dan peningkatan produktivitas sektor pertanian
menjadi agenda utama kebijakan perekonomian pemerintah Kabupaten Gayo Lues.
Perlu upaya pengguliran program penanggulangan kemiskinan dan program
hidup bagi penyandang masalah sosial, yang selanjutnya menjadi salah satu indikator
keberhasilan pembangunan. Penyandang masalah s