• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DALAM... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM Error! Bookmark not

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DALAM... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM Error! Bookmark not"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .. Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI .. Error! Bookmark not defined.

HALAMAN KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN DAFTAR ISI ... i

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 8

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 11

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 12 1.5 Tujuan Penelitian ... 13 1.5.1 Tujuan Umum ... 14 1.5.2 Tujuan Khusus ... 14 1.6 Manfaat Penelitian ... 14 1.6.1 Manfaat Teoritis ... 14

(2)

1.6.2 Manfaat Praktis ... 14 1.7 Landasan Teoritis ... 15 1.8 Metode Penelitian ... 19 1.8.1 Jenis Penelitian ... 19 1.8.2 Jenis Pendekatan ... 20 1.8.3 Sifat Penelitian ... 21

1.8.4 Data dan Sumber Data ... 21

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data ... 22

1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian ... 22

1.8.7 Teknik Analisis ... 23

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT, CESSIE DAN WANPRESTASI

2.1 Perjanjian Kredit ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Pengertian Perjanjian Kredit ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Unsur-Unsur Perjanjian Kredit ... Error! Bookmark not defined. 2.1.3 Proses Perjanjian Kredit ... Error! Bookmark not defined. 2.1.4 Sahnya Perjanjian dan Perjanjian Kredit... Error! Bookmark not

defined.

2.2 Cessie ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Pengertian Cessie ... Error! Bookmark not defined. 2.2.2 Dasar Hukum Perjanjian Cessie ... Error! Bookmark not defined.

(3)

2.2.3 Proses Terjadinya Perjanjian Cessie ... Error! Bookmark not defined.

2.3 Wanprestasi ... Error! Bookmark not defined. 2.3.1 Pengertian Wanprestasi ... Error! Bookmark not defined. 2.3.2 Dasar Hukum Wanprestasi ... Error! Bookmark not defined. 2.2.3 Unsur-Unsur Wanprestasi ... Error! Bookmark not defined.

BAB III TANGGUNG JAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN CESSIE ... 3.1 Tanggung Jawab Debitur Dalam Perjanjian Cessie Error! Bookmark not

defined.

3.2 Bentuk Tanggung Jawab Debitur Apabila Debitur Melakukan

Wanprestasi ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Akibat Hukum Debitur Wanprestasi ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV POLA PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN CESSIE PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG UBUD 4.1 Pola Penyelesaian Wanprestasi Dalam Cessie Pada Bank Rakyat

Indonesia (BRI) Cabang Ubud... Error! Bookmark not defined. 4.2 Mekanisme Penyelesaian Wanprestasi Dalam Cessie Pada Bank Rakyat

Indonesia (BRI) Cabang Ubud Gianyar ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Hambatan-Hambatan Penyelesaian ... Error! Bookmark not defined.

(4)

5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN-LAMPIRAN RINGKASAN SKRIPSI

(5)

ABSTRAK

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan penting dalam hal modal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun salah satu cara untuk meminjam uang dibank adalah membuat suatu perjanjian kredit. Salah satu bentuk perjanjian kredit adalah perjanjian cessie. Dalam suatu perjanjian tidak menutup kemungkinan ada kelalaian dalam memenuhi kewajiban yang telah diperjanjikan atau yang biasa disebut wanprestasi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bentuk tanggung jawab apabila pihak debitur melakukan wanprestasi dan pola penyelesaian apabila pihak debitur melakukan wanprestasi dalam kegiatan perbankan pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Ubud. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum empiris dengan mempergunakan teknik pengumpulan data studi dokumen dan wawancara. Hasil yang diperoleh dari penulisan ini adalah bentuk tanggung jawab yang harus dipenuhi apabila debitur wanprestasi dalam perjanjian cessie ialah melunasi hutang tersebut sampai dinyatakan lunas oleh pihak bank selaku kreditur. Pola penyelesaian yang dipergunakan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Ubud apabila debitur wanprestasi terhadap perjanjian cessie ialah pola penyelesaian non litigasi negosiasi, dengan 3 tahap yaitu surat penagihan yang disertai kunjungan ke tempat usaha debitur, surat peringatan, dan eksekusi. Kata Kunci : Perjanjian Kredit, Perjanjian Cessie, Wanprestasi, Pola Penyelesaia

(6)

ABSTRACT

Bank as a one of institution that important to fulfil financial needs of the community. As one way to borrow money in the bank is making a loan agreement. One form of loan agreement is cessie agreement. In an agreement is it possible there negligence in fulfilling the obligations of the contractual or so-called default. The purpose of this paper is to determine the responsibilities if the debtor in default and settlement patterns if the debtor in default in the banking activities at Bank Rakyat Indonesia (BRI) branch of Ubud. The method used in this research is the method of empirical legal research using the techniques of data collection study documents and interviews. The results of this paper is responsibility that must be met if the debtor defaults in cessie agreement to pay off the debt is declared fully paid by the bank as creditor. The pattern of settlement used by Bank Rakyat Indonesia (BRI) if the debtor defaults in Bank Rakyat Indonesia (BRI) branch of Ubud; cessie agreement pattern is non-litigation negotiations, with three stages such as collection letter with a visit to the debtor's place of business, a warning letter, and an execution.

(7)
(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat dalam hal pembiayaan dewasa ini semakin tinggi. Akibat dari semakin meningkatnya kebutuhan pembiayaan yang semakin tinggi, maka semakin banyak pula lembaga keuangan baik itu bank atau lembaga keuangan yang bukan bank, dimana lembaga keuangan tersebut menjadi tujuan dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Saat ini banyak pengusaha yang menjalankan usahanya namun tidak semua modal dari usaha tersebut berasal dari diri sendiri, namun berasal dari lembaga keuangan dalam hal ini yaitu bank. Lembaga keuangan, salah satunya adalah bank memiliki peran yang penting dalam hal modal agar usaha-usaha dari pengusaha atau masyarakat yang memerlukan modal untuk usahanya bisa berjalan dengan lancar.

Penyaluran dana yang dilakukan kepada masyarakat khususnya pengusaha kecil dan ekonomi lemah merupakan kebijakan pemerintah dalam sektor Perbankan. Penyaluran dana dapat dilakukan melalui pemberian kredit dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, salah satunya adalah jaminan untuk menjamin kepastian pelunasan hutang dari debitur terhadap kreditur. Banyaknya usahawan-usahawan, dan hampir semuanya mendapatkan modal usahanya tersebut bukan dari harta kekayaan sendiri melainkan modal dari pinjaman kredit ke suatu Bank tertentu atau lembaga pembiayaan lainnya.

Maka dari itu, peran serta Bank sangatlah penting bagi masyarakat karena dapat membantu tumbuh kembangan perusahaan swasta maupun industri perumahan yang ada

(9)

dalam hal dengan modal berupa uang agar usahanya lebih berkembang pesat disuatu wilayah maupun sampai ke wilayah yang lain.

Pemberian kredit tidak selalu dapat berjalan lancar dan baik, suatu saat jika pemberi pinjaman kredit atau yang biasa disebut kreditur mengalami kesulitan untuk meminta angsuran dari nasabah yang mengajukan pinjaman atau disebut dengan debitur karena kelalaian dan atau kesengajaan debitur dan atau adanya sesuatu hal lain yang sifatnya memaksa serta tiba-tiba, misalnya terjadi bencana alam, yang menyebabkan warga kehilangan sebagaian bahkan seluruh harta kekayaannya yang mereka miliki. Pihak Bank tidak dapat dengan begitu mudah memaksa debitur untuk segera melunasi hutang karena, keadaan debitur tidak memungkinkan untuk segera melunasi hutang. Namun debitur tetap mempunyai kewajiban untuk mengembalikan kredit yang telah diterima berikut bunganya sesuai dengan perjanjian.

Salah satu kebijakan pemerintah dalam perbankan antara lain Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992, sebagaimana telah diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan yang lebih sesuai dengan perkembangan dan kemajuan di bidang ekonomi, karena bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peran yang strategis dan penting karena fungsi utama bank adalah sebagai penyalur dana dalam masyarakat mampu mendukung pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Piutang yang timbul berdasarkan dari pemberian kredit yang dilakukan merupakan suatu tagihan atas nama. Tagihan tersebut melibatkan dua pihak, yaitu kreditur dan debitur. Adanya suatu tagihan yang disebabkan karena debitur tertentu mempunyai hutang terhadap kreditur tertentu, yang kemudian dialihkan kepada kreditur lainnya atau bisa disebut kreditur baru,

(10)

menyebabkan adanya peralihan hak dan kewajiban dari kreditur lama ke kreditur baru. Dalam perikatan yang telah dibuat diantara debitur dengan kreditur lama muncul kehadiran pihak ketiga sebagai kreditur baru. Kehadiran pihak ketiga adalah untuk mengambil alih hak dan kewajiban kreditur lama yang timbul berdasarkan perjanjian kredit yang dibuat oleh kreditur lama dengan debitur. Pengambilalihan piutang yang disertai juga dengan pengambilalihan hak dan kewajiban itu dapat dilakukan dengan cara kreditur baru membeli piutang tersebut kepada kreditur lama. Namun, dalam hal ini, hubungan hukum antara kreditur dengan debitur tidak putus dan tidak terjadi hubungan hukum yang baru yang menggantikan hubungan hukum yang lama. Dengan kata lain, perikatan yang lama tetap ada namun dialihkan kepada kreditur baru.

Istilah Cessie tidak diatur di dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata, namun pengertian terkait dengan Cessie terdapat dalam pasal 613 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Cara pengalihan dan atau penyerahan piutang atas nama yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 613 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) disebut dengan Cessie.1

Adanya perjanjian tentunya tidak luput dari adanya sebuah pengingkaran janji atau didalam ruang lingkup hukum dikenal dengan istilah wanprestasi. Apabila setelah dibuatnya perjanjian cessie ternyata terdapat pihak yang meminta agar perjanjian kredit yang mengakibatkan timbulnya piutang yang dialihkan tersebut dibatalkan atau perjanjian kredit itu menjadi batal demi hukum, maka kreditur lama selaku pemilik piutang yang dialihkan itu dapat dinyatakan telah melanggar perjanjian cessie dan melakukan wanprestasi. Menurut Wirjono Projodikoro, dalam wanprestasi terdapat tiga bentuk atau kriteria, yaitu: Pihak yang berwajib sama sekali tidak melaksanakan; Pihak yang berwajib terlambat melaksanakan

(11)

kewajibannya; serta Melaksanakan kewajiban tetapi tidak semestinya atau sebaik-baiknya.2 Peringatan apabila melakukan wanprestasi yang pertama adalah teguran agar segera melakukan prestasi, dasar teguran tersebut, dan yang terakhir adalah tanggal paling lambat untuk memenuhi prestasi. Maka, diangkatlah permasalahan tersebut kedalam karya tulis yang berjudul “POLA PENYELESAIAN CESSIE DALAM KEGIATAN PERBANKAN PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG UBUD”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan pokok yang akan di bahas adalah sebagai berikut:

1.1 Bagaimanakah bentuk tanggung jawab yang diberikan apabila pihak debitur melakukan wanprestasi dalam perjanjian Cessie?

1.2 Bagaimana pola penyelesaian dalam hal terjadinya wanprestasi terhadap perjanjian Cessie pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Ubud?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk lebih membatasi agar tidak menyimpang terlalu jauh, maka penelitian ini dibatasi pada, permasalahan pertama mengenai bentuk tanggung jawab apabila pihak kreditur melakukan wanprestasi dalam perjanjian Cessie dan pembahasan kedua dibatasi pada pola penyelesaian dalam hal terjadinya wanprestasi Cessie agar tidak melebar atau menyimpang dalam pokok bahasan maupun pengkajiannya.

2

Rachmad Setiawan dan J. Satrio, 2010, Penjelasan Hukum Tentang Cessie, Nasional Legal Reform Program, Jakarta, h.50

(12)

1.4 Orisinalitas Penelitian

Nomor Peneliti Judul Rumusan Masalah

1. Yuke Apriahastaka Pembatalan

Perjanjian Cessie Oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 3025.K/Pdt/2001) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Jember Tahun 2008. 1.Bagaimanakah ratio Decidendi Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.448/Pdt.G/1999/Pn.Jaks el Terhadap Kewenangan Bank Bali Mengadakan Perjanjian Cessie dengan PT Era Giat Prima?

2.Bagaimanakah ratio Decidendi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3025.K/Pdt/2001 tentang Pembatalan Perjanjian Cessie?

3.Bagaimana penafsiran Hukum Yang Digunakan Oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia Dalam

Putusan No.

(13)

2. Rahmat Setiadi Resiko Hukum Atas Cessie Tagihan Piutang Sebagai Jaminan Kredit Pada

Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada PT. Permodalan Nasional Madani (PERSERO) Cabang Medan. Tesis Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan Tahun 2011. 1.Bagaimana kedudukan hukum cessie tagihan piutang sebagai objek jaminan kredit?

2.Bagaimana prosedur pemberian kredit dengan cessie tagihan piutang sebagai jaminan pada PT. Permodalan Nasional

Madani (PERSERO)

Cabang Medan?

3.Apa saja resiko yang ditimbulkan atas cessie tagihan piutnag sebagai jaminan kredit pada PT. Permodalan Nasional

Madani (PERSERO)

Cabang Medan?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sesuatu yang berguna untuk menemukan hasil apa yang akan diperoleh. Pada penulisan suatu karya tulis ilmiah, haruslah mempunyai tujuan yang dapat dipertanggung jawabkan. Tujuan penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan

(14)

khusus. Tujuan umum berupa upaya dari peneliti untuk mengembangkan ilmu hukum yang terkait dengan paradigm ilmu sebagai proses. Sedangkan tujuan khusus berupa mendalami permasalahan hukum secara khusus yang tersirat dalam rumusan permasalahan dalam penelitian.

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari skripsi ini adalah untuk mengetahui secara umum tentang perjanjian Cessie dan wanprestasi dalam perjanjian Cessie berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) pasal 613.

1.5.2 Tujuan Khusus

1) Untuk memahami bagaimana bentuk tanggung jawab dalam hal terjadinya wanprestasi dalam perjanjian Cessie.

2) Untuk memahami dan mengetahui pola penyelesaian dalam hal terjadinya wanprestasi dalam perjanjian Cessie pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Ubud. 1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa dipergunakan untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum. Selain daripada itu, penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan kajian atas bahan penelitian yang lebih lanjut.

1.6.2 Manfaat Praktis

Untuk dapat mengetahui, dan mempelajari bagaimana bentuk tanggung jawab dalam hal terjadinya wanprestasi dalam Cessie, dan penelitian ini menjadi bahan untuk acuan dalam memahami dan mengerti bagaimana pola penyelesaian dalam hal terjadinya wanprestasi Cessie di dalam bidang perbankan.

(15)

1.7 Landasan Teoritis

Perbankan memiliki hubungan erat dengan maju ataupun mundurnya perekonomian dalam suatu negara pada umunya. Apabila sistem perbankan suatu negara itu sehat, maka akan menunjang pembangunan ekonomi. Namun, sebaliknya jika sistem perbankan suatu negara tidak sehat, maka akan berdampak tidak baik juga bagi pembangunan ekonomi.3 Adanya peran serta dari bank tentunya tidak lepas dari istilah kreditur dan debitur. Piutang yang timbul berdasarkan dari pemberian kredit yang dilakukan merupakan suatu tagihan atas nama. Tagihan tersebut melibatkan dua pihak, yaitu kreditur dan debitur.

Adanya suatu tagihan yang disebabkan karena debitur tertentu mempunyai hutang terhadap kreditur tertentu, yang kemudian dialihkan kepada kreditur lainnya atau bisa disebut kreditur baru, menyebabkan adanya peralihan hak dan kewajiban dari kreditur lama ke kreditur baru. Perjanjian yang terjadi antara debitur dengan kreditur baru disebut perjanjian Cessie.

Pengertian Cessie menurut Subekti adalah suatu cara pemindahan piutang atas nama, dimana piutang itu dijual oleh kreditur lama kepada orang yang nantinya menjadi kreditur baru, namun hubungan hukum piutang tersebut tidak hapus sedikitpun, tetapi keseluruhannya dipindahkan kepada kreditur baru.4 Selain daripada itu, pengertian Cessie juga dikemukakan oleh M. Yahya Arahap, yang mendeskripsikan Cessie adalah pemindahan tagihan. Dengan adanya Cessie, maka pembayaran yang dilakukan oleh debitur bukan kepada diri debitur asli melainkan kepada person kresitur pengganti atau cessionaris yang telah menggantikan

3 Hermansyah, 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, h.18 4 Subekti, 1998, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, h.17

(16)

kedudukan kreditur semula. Pembayaran yang dilakukan kepada cessionaris sama betul keadaannya seperti telah melakukan pembayaran in person kepada kreditur sendiri.5

Pandangan mengenai Cessie juga dikemukakan oleh C.Asser. Meskipun Asser tidak secara tegas memberikan definisi mengenai Cessie, namun dari pendapat yang dikemukakannya dapat disimpulkan bahwa cessie adalah pengambilalihan piutang. Pengambilalihan piutang tersebut tidaklah menghilangkan identitas dari utang itu dan pada umumnya tidak berpengaruh terhadap hubungan antara si berutang dengan si berpiutang.6

Schermer, juga memberikan definisi mengenai cessie. Pendapat Schermer mengenai Cessie kemudian diterjemahkan oleh Tan Thong Kie sebagai berikut: “Cessie adalah penyerahan suatu piutang atas nama yang dilakukan oleh kreditur yang masih hidup kepada orang lain; dengan penyerahan itu, orang yang disebut terakhir ini menjadi kreditur seorang debitur yang dibebani dengan piutang tersebut.”7

Cessie merupakan salah satu cara pengalihan piutang atas nama kepada pihak ketiga yang diatur dalam Pasal 613 KUHPerdata. Dalam pasal 613 KUHPerdata ayat 1 ditegaskan bahwa penyerahan piutang atas nama harus dilakukan dengan jalan membuat akta otentik atau akta di bawah tangan yang disebut dengan akta cessie, di mana hak-hak atas kebendaan itu dialihkan kepada pihak ketiga sebagai penerima pengalihan. Pada ayat 2 ditambahkan, bahwa penyerahan tersebut tidak berakibat hukum kepada debitur melainkan setelah diberitahukan kepadanya atau secara tertulis disetujui dan diakuinya. Jadi, ada tiga unsur dalam kedua ayat tersebut yang harus dipenuhi dalam suatu tindakan cessie, yakni:

5 M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, h.113

6 C. Asser’s, 1991, Pengajian Hukum Perdata Belanda (Hendleiding Tot de Beofening van het Nederlands

Bergerlijk Recht), diterjemahkan oleh Sulaiman Binol, Dian Rakyat, Jakarta, h. 579-580.

7 Tan Thong Kie, 2007, Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta,

(17)

1. Dibuatkan akta otentik atau akta di bawah tangan.

2. Hak-hak yang melekat pada piutang atas nama dialihkan/berpindah kepada pihak penerima pengalihan.

3. Cessie hanya berakibat hukum kepada debitur jika telah diberitahukan kepadanya atau secara tertulis disetujui dan diakuinya.

Unsur-unsur tersebut yang harus diperhatikan dalam suatu perjanjian pengalihan piutang atas nama atau yang biasa disebut perjanjian cessie.

Dalam tagihan atas nama, debitur mengetahui dengan pasti siapa krediturnya. Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh suatu tagihan atas nama adalah bahwa tagihan atas nama tidak memiliki wujud. Kalaupun dibuatkan suatu surat hutang, maka surat hutang hanya berlaku sebagai alat bukti saja. Hal ini dikarenakan adanya surat hutang dalam bentuk apapun bukan merupakan sesuatu yang penting dari suatu tagihan atas nama. Dengan demikian, jika tagihan atas nama dituangkan dalam bentuk surat hutang, maka penyerahan secara fisik surat hutang itu belum mengalihkan hak tagih yang dibuktikan dengan surat yang bersangkutan. Untuk mengalihkan tagihan atas nama, dibutuhkan akta penyerahan tagihan atas nama yang dalam doktrin dan yurisprudensi disebut sebagai akta cessie. Pada cessie, hak milik beralih dan dengan dibuatnya akta cessie, levering telah selesai.

Pelunasan hutang oleh pihak ketiga disebut suborgasi. Suborgasi diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) pada pasal 1400, yang menyebutkan bahwa suborgasi adalah pergantian hak-hak oleh seorang pihak ketiga yang membayar kepada kreditur. Suborgasi dapat terjadi baik melalui perjanjian maupun karena ditentukan oleh undang-undang. Suborgasi ini harus dinyatakan secara tegas karena suborgasi berbeda dengan pembebasan hutang. Tujuan dari pihak ketiga melakukan pembayaran kepada

(18)

kreditur adalah untuk menggantikan kedudukan kreditur lama, namun bukan untuk membebaskan debitur dari kewajiban membayar hutang kepada kreditur. Suborgasi pada dasarnya merupakan pembayaran pihak ketiga kepada kreditur, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui debitur yang meminjam uang kepada pihak ketiga. Jadi, debitur yang mempunyai hutang kepada kreditur meminjam uang kepada pihak ketiga untuk membayar hutangnya kepada kreditur.

Dalam hal adanya suatu perjanjian tidak luput dari adanya suatu wanprestasi. Pada Perjanjian Cessie, dengan dimintakannya pembatalan atau batal demi hukum suatu perjanjian kredit, kreditur lama selaku pemilik piutang dapat dinyatakan telah melakukan wanprestasi atas perjanjian cessie yang telah dibuat sebelumnya. Wanprestasi merupakan bentuk terjemahan dari bahasa Belanda “Wanprestatie” yang memiliki arti tidak terpenuhinya kewajiban yang telah ditetapkan dalam suatu perikatan, baik perikatan yang ditimbulkan dari Undang-Undang maupun dari perjanjian.8

Wanprestasi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1238 yang menyebutkan bahwa, debitur adalah lalai apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya itu sendiri, ialah jika ia menetapkan, bahwa debitur akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Wanprestasi dapat terjadi dengan 2 (dua) cara yaitu, pemberitahuan atau somasi, dan sesuai dengan perjanjian yang dalam arti jika dalam perjanjian itu ditentukan jangka waktu pemenuhan perjanjian dan debitur tidak memenuhi pada waktu tersebut, maka ia telah wanprestasi.

8

(19)

Wanprestasi yang dilakukan oleh kreditur lama selaku pemilik piutang yang dialihkan di dalam perjanjian cessie itu dikarenakan objek yang seharusnya diserahkan olehnya kepada kreditur baru berdasarkan perjanjian cessie adalah tidak sebagaimana mestinya.

Mengenai akibat-akibat wanprestasi ini juga terdapat dalam ketentuan KUHPerdata dalam pasal 1236 dan 1243. Dalam pasal 1236 menyatakan bahwa si berutang adalah wajib memberikan ganti biaya, rugi, dan bunga kepada si berpiutang, apabila ia telah membawa dirinya kedalam keadaan tidak mampu untuk menyerahkan kebendaannya, atau tidak merawat sepatutnya guna menyelamatkannya.

1.8 Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengertahuan maupun ilmu teknologi. Metode penelitian juga merupakan suatu pedoman untuk mempelajari dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapi, dan dipergunakan dalam setiap penelitian ilmiah. Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum yang dipergunakan untuk menjawab isu hukum yang dihadapi.9 Dalam penelitian hukum, seorang peneliti hukum dapat melakukan aktivitas-aktivitas untuk mengungkapkan kebenaran hukum yang dilakukannya secara terencana, metodelogis, sistematis, dan konsisten. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan tulisan ini adalah jenis penelitian hukum empiris, yaitu dengan melakukan penelitian melalui pengamatan dilapangan, dimana penelitian tersebut kemudian dibandingkan dengan konsep-konsep yang

(20)

terdapat dalam bahan-bahan pustaka yang digunakan dan peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum yang bertujuan untuk memecahkan masalah. Dengan demikian tidak hanya sebatas mempelajari pasal demi pasal dalam sebuah Undang-Undang atau pendapat para ahli, namun hal tersebut digunakan untuk kemudian diuraikan, dan menggunakan bahan yang bersifat normatif itu dalam mengolah dan menganalisa data-data dari lapangan yang disajikan sebagai pembahasan.

1.8.2 Jenis Pendekatan

Dalam penelitian hukum, terdapat beberapa pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu hukum yang sedang coba untuk dicari jawabannya. Penelitian hukum normatif umumnya mengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yakni:

a. Pendekatan kasus (thecase approach)

b. Pendekatan perundang-undangan (the statue approach) c. Pendekatan fakta (the fact approach)

d. Pendekatan analisis konsep hukum (analytical & conceptual approach) e. Pendekatan frasa (words & phrase approach)

f. Pendekatan sejarah (historical approach)

g. Pendekatan perbandingan (comparative approach).

Dalam penelitian ini, penulis lebih menggunakan kepada pendekatam undang-undang (the statue approach) dan pendekatan analisis konsep (analytical &

(21)

1. Pendekatan Undang-Undang (the statue approach) dilakukan dengan menelaah undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.10

2. Pendekatan Fakta (The Fact Approach) dilakukan dengan turun kelapangan, melakukan wawancara dengan narasumber agar mengetahui fakta apa saja yang ada dilapangan yang berkaitan dengan permasalahan yang disebutkan dalam penulisan ini.

1.8.3 Sifat Penelitian

Dalam penyusunan laporan ini, penulis mempergunakan penelitian yang sifatnya Deskriptif. Penelitian Deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain didalam masyarakat.11

1.8.4 Data dan Sumber Data

Dalam penulisan ini, penulis mempergunaka 2 (dua) jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka.12

1. Data Primer

Untuk mendapat data primer dilakukannya penelitian lapangan dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan.

2. Data Sekunder

10 Ibid, h.93 11

Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.25.

12 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo, Jakarta,

(22)

Untuk mendapatkan data sekunder dilakukan penelitian kepustakaan, yaitu dengan cara pengumpulan data yang diperoleh dari menelaah literatur guna menemukan teori yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas. 1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan karya tulis ini, yaitu: 1. Untuk mendapatkan data primer, teknik yang dipergunakan adalah teknik

wawancara (interview), yaitu cara yang dipergunakan untuk memperoleh keterangan secara lisan dari seseorang atau beberapa orang. Sistem wawancara

(interview) merupakan suatu teknik yang sering dan paling lazim

dipergunakan dalam penelitian hukum empiris.

2. Untuk mendapatkan data sekunder, teknik yang dipergunakan adalah dengan studi membaca, menganalisa, melakukan pencatatan dari jurnal-jurnal, literature-literatur, artikel-artikel, dan majalah-majalah yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini.

1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Penentuan populasi dan sampel penelitian yang tepat sangat penting dalam suatu penelitian, untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Populasi adalah keseluruhan objek pengamatan, yang dalam penelitian ini dibatasi pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Ubud.

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap mewakili populasinya. Dalam penelitian hukum empiris, teknik penentuan sampel penelitian dapat dibedakan menjadi teknik probability sampling dan teknik non probability

(23)

sampling. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik non-probability sampling.

Teknik non probability sampling ini digunakan karena sesuai dengan sifat penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif yang analisisnya adalah analisis kualitatif, serta tidak ada ketentuan yang pasti berapa sampel yang harus diambil agar dapat dianggap mewakili populasinya.

Bentuk teknik non probability sampling yang digunakan adalah quota sampling. Berdasarkan teknik quota sampling, mempergunakan sampel yang paling mudah untuk diambil dan sampel tersebut telah memenuhi ciri-ciri tertetu. Peneliti dapat memilih informan yang paling mudah untuk dihubungi, namun kedudukannya sama dengan informan lainnya.

1.8.7 Teknik Analisis

Pengolahan data adalah kegiatan data hasil dilapangan sehingga siap pakai untuk dianalisa. Setelah mengumpulkan data, kemudian data diolah secara kualitatif. Karena penelitian yang sifatnya deskriptif menggunakan cara suatu studi perbandingan antara data lapangan dengan data kepustakaan. Sehingga akan diperoleh data yang saling menunjang antara teori dan praktek. Dalam menganalisa data yang telah dikumpulkan, digunakan model analisis deskriptif, yaitu menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan.13

Referensi

Dokumen terkait

Bermain peran adalah kegiatan yang berfokus pada kegiatan dramatisasi, tempat anak-anak bermain untuk memerankan tugas-tugas anggota keluarga, tata cara dan kebiasaan dalam

Efisiensi penggunaan faktor produksi pada perkebunan kelapa sawit yang diteliti (a) Efisiensi Teknis dengan fungsi produksi frontier stokastik (b) Efisiensi alokatif,

Proses tidak stedi atau proses transien adalah kebalikan dari proses stedi dimana properti dalam volume atur berubah dengan waktu, interaksi panas dan kerja antara sistem

Unu Menjadi wil.. Parigi Selatan, Perda No. Parigi Selatan, Perda No. Parigi Selatan, Perda No. Parigi Selatan, Perda No. Parigi Selatan, Perda No. Parigi Selatan, Perda No.

Secara umum, dalam arsitektur SOA sistem yang kompleks dibagi menjadi beberapa subsistem yang modular sehingga memberikan cara mudah untuk mempertahankan keseluruhan

Beberapa program yang dilaksanakan oleh Bagian Humas dan Informasi Kota Yogyakarta pada dinilai mampu membangun komunikasi publik dengan efektif kepada masyarakat

[r]

Demak yang meneliti tentang Cerai Gugat Istri karena Tidak Terpenuhinya Nafkah Batin.” Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa suami istri wajib memberikan bantuan